bab 2 tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/56245/2/bab 2.pdf · 6 bab 2 tinjauan pustaka 2.1 penyakit...

22
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne (arbovirus). Virus genus Flavvirus grup famili Togav iridae. Virus ini mempunyai ukuran diameter sebesar 30 nanometer dan terdiri dari 4 serotip, yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Virus ini ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, pada suhu 30 0 C memerlukan 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari lambung sampai kelenjar ludah nyamuk tersebut (Djoni, 2006). 2.1.2 Epidemiologi Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang angka kesakitan (IR) = 50,75 per 100.000 penduduk dan angka kematian (CFR) = 0,83%). Dibandingkan tahun 2014 dengan kasus sebanyak 100.347 serta IR 39,80 terjadi peningkatan kasus pada tahun 2015. Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar < 49 per 100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia belum mencapai target Renstra 2015. Berikut tren angka kesakitan DBD selama kurun waktu 2008-2015.

Upload: others

Post on 22-Jul-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Definisi DBD

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam kelompok

B Arthropod Borne (arbovirus). Virus genus Flavvirus grup famili Togav iridae.

Virus ini mempunyai ukuran diameter sebesar 30 nanometer dan terdiri dari 4

serotip, yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Virus ini ditularkan pada

manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, pada suhu

300C memerlukan 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari

lambung sampai kelenjar ludah nyamuk tersebut (Djoni, 2006).

2.1.2 Epidemiologi

Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak

129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang angka kesakitan

(IR) = 50,75 per 100.000 penduduk dan angka kematian (CFR) = 0,83%).

Dibandingkan tahun 2014 dengan kasus sebanyak 100.347 serta IR 39,80

terjadi peningkatan kasus pada tahun 2015. Target Renstra Kementerian

Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar < 49 per 100.000

penduduk, dengan demikian Indonesia belum mencapai target Renstra 2015.

Berikut tren angka kesakitan DBD selama kurun waktu 2008-2015.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

7

Gambar 2.1.1 Angka Kesakitan DBD selama kurun waktu 2008 - 2015

2.1.3 Etiologi

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

virus dengue. Virion virus dengue terdiri dari suatu single-stranded RNA genome

(genomic type SS-RNA) yang dikelilingi oleh nucleocapsid yang dibungkus oleh

lipid envelope yang mengandung protein E (envelope protein) dan protein M

(membrane-associated protein). Genom RNA virus dikode sebagai structural protein

capid (C), membrane (M), dan envelope (E) dan non-structural protein NS1, NS2a,

NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5. Protein E berfungsi memegang peran kunci

dalam menginduksi fusi virus kepada host pada pH rendah. Protein M mempunyai 2

bentuk tergantung pada maturitas virus, yaitu (a) bentuk prot M (pre – M protein,

cell associated virions, immature virions) yang berfungsi untuk melindungi protein

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

8

E dalam suasana asam, dan (b) bentuk M (extracellular virus, mature virus, mature

membrane protein) berfungsi dalam kegiatan fusi dan infectivity virus. Protein C

berfungsi sebagai pembentukan nucleocapsid. Transmisi virus DEN-1 ditunjukkan

dalam strain 3 Aedes trisariatus setelah infeksi oral. Kecepatan infeksi ditemukan

sama dengan kecepatan infeksi yang diamati pada strain control Aedes aegypti.

Selain itu ditemukan 3 spesies lain dari subgenus Protomachleaya (Aedes bralandi,

Aedes hendersoni dan Aedes zoosophus) yang juga dapat rentan terhadap infeksi oral

dengan DEN-1 dimana virus dapat dideteksi dalam kelenjar liur nyamuk yang

terinfeksi. Laporan analisis oligonucleotide fingerprint terhadap spesies 40S RNA

virus DEN yang diisolasi dari berbagai daerah menunjukkan bahwa strain DEN-1 di

daerah Pasifik dan Asia Tenggara (khususnya Indonesia) tinggi prevalensi terkena

virus ini. Penyebab utama demam berdarah di banyak negara merupakan penyebab

paling umum DBD yang didapat dari lingkungan yang disebabkan oleh virus

dengue. Namun demikian, peran dari masyarakat dan tenaga kesehatan masih

kurang (Djoni, 2006).

A. Morfologi

Tahapan Aedes aegypti sebagai berikut:

I. Telur: berwarna hitam dengan ukuran 0,80 mm, berbentuk oval yang

mengapung satu persatu pada permukaan air jernih atau menempel di dinding

tempat penampungan air. Telur dapat bertahan sampai kurang lebih 6 bulan di

tempat yang kering.

II. Jentik: ada 4 tingkat (intisar) jentik atau larva sesuai dengan pertumbuhan larva

tersebut, yaitu

> Intisar 1: berukuran paling kecil yaitu 1 sampai 2 mm

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

9

> Intisar 2: 2,5 sampai 3,8 mm

> Intisar 3: lebih besar daripada 3,8 mm kuran dari 5mm

> Intisar 4: berukuran paling besar sekitar 5 mm

III. Pupa: berbentuk seperti “koma”. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping

bila dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.

IV. Nyamuk dewasa: berukuran lebih kecil dibanding rata-rata nyamuk lainnya,

berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.

Perbedaan dengan nyamuk jantan adalah antena pada jantan yang lebih lebat

dibanding yang betina.

V. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti sama dengan jenis nyamuk lainnya, yaitu:

telur (yang umumnya akan menetas kurang lebih 2 hari setelah terendam air),

jentik/larva (6 sampai 8 hari) lalu stadium pupa atau kepompong berlangsung 2

sampai 4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewas selama 9 sampai

10 hari. Usia nyamuk betina bisa sampai 2 - 3 bulan.

Vector dari penyakit DBD ialah nyamuk Aedes aegypti. DBD

dikelompokkan dalam 4 derajat (pada setiap kelompok ditemukan trombositopenia

dan hemokonsentrasi), yaitu : (a) derajat I yaitu demam yang disertai gejala klinis

tidak khas, satu-satunya gejala pendarahan adalah uji Torniquet positif, (b) derajat II

yaitu gejala yang timbul pada DBD tingkat I, ditambah pendarahan spontan,

biasanya dalam bentuk pendarahan di bawah kulit (ptekie) atau bentuk pendarahn

lainnya, (c) derajat III yaitu adanya tanda-tanda kegagalan sirkulasi yang ditnadai

dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (kurang

lebih sama dengan 20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

10

lembab yang membuat penderita menjadi gelisah, (d) derajat IV yaitu syok, yang

ditandai dengan tidak terabanya nadi dan tekanan darah (Depkes RI, 2015).

2.1.4 Tanda Gejala

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba,

disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan

ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, dan biasanya

mucul dulu pada bagian bawah badan dan menyebar hingga menyelimuti

hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan

kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare. Penyebab

demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan,

trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan

sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi (Siregar, 2004).

Gejala klinis demam dengue menjadi 3 fase : 1. Fase Demam, 2. Fase Kritis, 3. Fase

Penyembuhan.

Fase 1 (Fase Demam)

Demam akut yang berlangsung 2 - 7 hari dan sering disertai muka

kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh badan, mialgia, atralgia, dan sakit kepala.

Beberapa pasien dapat memiliki gejala sakit tenggorokan, faring hiperemis dan

injeksi konjungtiva. Anorexia, mual, dan muntah sering terjadi dan dapat sulit

dibedakan dengan demam non-dengue pada fase awal. Uji torniquet positif pada fase

ini meningkatkan kepastian dari dengue. Manifestasi perdarahan ringan seperti

petekie dan perdarahan membran mukosa (mis. hidung dan gusi) dapat terlihat.

Gejala tidak khas seperti perdarahan vagina dan perdarahan gastrointestinal dapat

terjadi. Hati dapat membesar dan terasa sakit pada beberapa hari sewaktu demam.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

11

Penurunan sel darah putih dapat memberikan tanda sebagai infeksi dengue. Tanda

dan gejala ini kurang dapat membedakan antara severe dan non severe dengue

sehingga perlu monitoring lebih untuk berhati - hati dalam menilai fase

perkembangan ke fase kritis (WHO, 2009)

Gambar 2.1.2 Proses Penyakit Dengue (WHO, 2009)

Fase 2 (Fase Kritis)

Pada tahap ini, demam masih berlangsung pada hari ke 3 – 7 namun

temperatur sedikit menurun yaitu 37.5 – 380 C atau lebih rendah dan juga

menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dengan level hematokrit yang

meningkat. Periode kebocoran plasma berlangsung selama 24 – 48 jam (WHO,

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

12

2009). Leukopenia parah diikuti dengan penurunan hitung trombosit

mengindikasikan terjadinya kebocoran plasma. Pada pasien dengan tidak diikuti

peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik namun pasien yang memiliki

keadaan tersebut akan bertambah parah dengan kehilangan volume plasma. Efusi

pleura dan ascites dapat terdeteksi tergantung dari tingkat keparahan kebocoran

plasma tersebut. Maka foto thorax dan USG abdomen dapt digunakan sebagai alat

bantu diagnosa. Kadar hematokrit yang melebihi batas normal dapat digunakan

sebagai acuan melihat derajat keparahan kebocoran plasma. Syok dapat terjadi jika

volume plasma berkurang hingga titik kritis dan sering didahului oleh warning signs.

Syok yang berlangsung lama, menyebabkan hipoperfusi organ sehingga dapat

mengakibatkan gangguan organ, metabolik asidosis, dan Disseminated

Intravascular Coagulation (DIC) (WHO, 2009).

Fase 3 (Fase Penyembuhan)

Pasien yang melewati fase kritis akan memasuki fase recovery dimana terjadi

reabsorpsi cairan extravaskular dalam 48-72 jam, dimana keadaan umum akan

membaik, nafsu makan bertambah, gejala gastrointestinal berkurang, status

hemodinamik stabil, dan diuresis terjadi. Ruam, pruritis, bradikardia dapat terjadi

pada fase ini. Hematokrit dapat kembali stabil atau menurun akibat efek

pengenceran dari absorpsi cairan. Sel darah putih perlahan mengalami peningkatan

setelah suhu tubuh menurun diikuti dengan peningkatan trombosit. Respiratory

distress akibat efusi pleura masif dan ascites dapat terjadi akibat dari terapi cairan IV

yang berlebih sewaktu fase kritis ataupun fase recovery yang dapat dikaitkan d

engan edema paru atau gagal jantung kongestif (WHO, 2009)

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

13

2.1.5 Cara Penularan

Cara penularan penyakit ini adalah dari manusia-nyamuk-manusia (man-

mosquito-man) dan berlangsung terus-menerus. Nyamuk Aedes aegypti bisa

menularkan DBD apabila menghisap darah pasien yang terinfeksi virus Dengue

sejak sebelum onset sampai hari ke 5 (viremia stage) (Djoni, 2006).

Setelah menghisap darah yang terinfeksi, virus bereplikasi pada lapisan sel

epitel dari midgut dan sampai ke haemocoele menginfeksi kelenjar ludah dan

akhirnya memasuki air liur menyebabkan infeksi saat menggigit. Masa inkubasi

ekstrinsik berlangsung dari 8 sampai 12 hari dan nyamuk tetap terinfeksi selama sisa

hidupnya. Masa inkubasi intrinsik mencakup lima sampai tujuh hari (WHO, 2008).

Sebagian besar kasus DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes

(terutama Aedes aegypti) yang terinfeksi oleh arbovirus (virus dengue ). Nyamuk

betina yang terinfeksi akan menyalurkan virus ke generasi berikutnya melalui proses

transmisi transovarian, begitu juga jika nyamuk terinfeksi oleh arbovirus pertama

kali, maka sepanjang hidup nyamuk tersebut akan menjadi carier / vector ( pembawa

virus dengue) (Djoni , 2006).

Penularan demam dengue terjadi apabila penderita yang sakit ( dalam keadaan

viremia) digigit oleh nyamuk penular, yang kemudian menggigit orang lain.

Biasanya penularan terjadi dalam satu rumah, tetangga dan cepat menyebar ke suatu

wilayah (RT/RW/dusun/desa) (Depkes RI, 2008).

2.1.5 Pencegahan DBD

Dengan cara memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara

palingmemadai saat ini. Vektor dengue khususnya Aedes aegypti sebenarnya mudah

diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

14

jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk

keberhasilan pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah)

agar nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi (Indrawan, 2009). Ada 2 cara

pemberantasan vector yaitu: menggunakan Insektisida dan tanpa insektisida.

Faktor Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Insektisida yang lazim digunakan adalah malathion untuk membunuh

nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik. Cara menggunakan

malathion ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengobatan (cold

fogging). Penyemprotan insektisida dilakukan jika ditemukan penderita DBD lain

atau sekurang-kurannya 3 penderita panas tanpa sebab jelas dan jentik Aedes aegypti

di lokasi tersebut. Penyemprotan dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu.

Penyemprotan ini diikuti penyuluhan dan gerakan PSN DBD oleh masyarakat.

Pemakaian rumah tangga dapat digunakan berbagai insektisida yang disemprotkan

ke dalam kamar/ruangan, misalnya golongan organofosfat, karbonat atau

prethoid.Cara penggunaan abate ialah dengan pasir abate (sand granules) ke dalam

sarang nyamuk Aedes yaitu bejana tempat penampungan air. Dosis yang digunakan

ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air atau 1 sendok makan peres (10

gram) abate untuk 100 liter air (Indrawan, 2009). Pemberantasan jentik nyamuk

Aedes aegypti secara biologi dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan

jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-lain). Dapat

juga digunakan Bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti) (Depkes RI, 2008).

Tanpa insektisida yaitu: menguras bak mandi, tempayan dan tempat

penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur ke nyamuk lamanya

7-10 hari). Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. Membersihkan halaman

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

15

dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda lain yang memungkinkan

nyamuk bersarang.

Siklus hidup dari nyamuk dari telur-larva-pupa-nyamuk butuh waktu 7-14

hari, dengan demikian penting untuk memahami siklus hidup nyamuk Aedes aegypti

sehingga dapat ditentukan saat yang tepat untuk memberantas larva dan nyamuk

dewasa (Depkes RI, 2008).

2.2 Aplikasi Model Epidemiologi dan Konsep Model Hendrik L. Blum pada

Analisis Faktor Risiko PHBS Terhadap Kejadian DBD.

2.2.1 Pendekatan Model Segitiga Epidemologi

Model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga komponen

penyakit yaitu manusia (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Environment).

Menurut Hockennberry dan Wilson, 2009 penyakit dapat terjadi karena adanya

ketidakseimbangan antara faktor agent, host, dan environment. Dalam model ini

faktor agent adalah yang bertanggung jawab terhadap penyebab penyakit meliputi

infectious agent yaitu organisme penyebab penyakit, physical agent dan chemical

agent. Faktor penjamu (Host) adalah individu atau populasi yang berisiko terpajan

penyakit meliputi faktor genetik atau gaya hidup. Faktor lingkungan (Enviroment)

adalah tempat dimana host hidup termasuk cuaca dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan rumah, tetangga dan sekolah.

Host

Agent Environment

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

16

Gambar 2.2.1 The Epidemiologic triangel (Hockenberry and Wilson, 2009)

Gambar diatas memperlihatkan segitiga dalam status keseimbangan

(ekuilibrium) yang normal. Keseimbangan bukan menandakan kesehatan yang

optimum, tetapi pola biasa yang sederhana dari kondisi sehat dan sakit dalam

populasi. Berbagai perubahan yang terjadi pada salah satu sisi (agent, host, dan

environment) akan menghasilkan ketidakseimbangan. Berikut adalah penjabaran

hubungan 3 komponen yang terdapat dalam model segitiga epidemiologi dengan

faktor risiko terjadinya DBD :

a. Faktor penyebab (agent) adalah penyebab dari penyakit DBD yaitu berupa

virus. Berdasarkan faktor penyebab (Agent) DBD yaitu virus DEN.

b. Faktor Manusia (host) adalah manusia atau pasien. Faktor risiko dalam hal ini

meliputi: Riwayat pemberian ASI, paparan asap rokok di rumah, ventilasi

rumah, sanitasi kamar mandi, sanitasi makanan, tingkat pengetahuan PHBS,

dan pelayanan kesehatan.

c. Faktor Lingkungan (environment) adalah yang dapat menjadi faktor risiko

terjadinya DBD meliputi cuaca.

2.2.2 Konsep Model Hendrik L Blum

Menurut teori Hendrik L. Blum (1974) dalam Proverawati 2012, status

kesehatan dipengaruhi secara simultan oleh empat faktor penentu yang saling

berinteraksi satu sama lain. Keempat faktor penentu tersebut adalah lingkungan,

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

17

perilaku (gaya hidup), keturunan dan pelayanan kesehatan. Bagan kerangka pikir

Hendrik L. Blum dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.2.2 Faktor yang mempengaruhi status kesehatan (Hendrik L Blum, 1974)

Makna panah berdasarkan model Hendrik L Blum yang menuju kepada status

kesehatan memiliki ukuran yang berbeda, dimana perilaku memiliki ukuran panah

paling besar. Hal ini disebabkan karena perilaku memiliki peranan yang paling

besar, karena dapat di intervensi dengan mudah kemudian yang kedua adalah

lingkungan dan yang ketiga adalah pelayanan kesehatan. Genetik atau keturunan

tidak dapat di intervensi oleh sebab itu memiliki panah dengan ukuran paling kecil

(Setyawan, 2015) Gambar diatas memperlihatkan sehat tidaknya seseorang

tergantung 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.

Faktor tersebut berpengaruh langsung pada kesehatan dan juga berpengaruh satu

LINGKUNGAN PELAYANAN

KESEHATAN

KETURUNAN

PERILAKU

STATUS

KESEHATAN

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

18

sama lain. Status kesehatan akan tercapai optimal jika empat faktor tersebut

kondisinya juga optimal. Bila salah satu faktor terganggu, status kesehatan tergeser

kearah di bawah optimal.

a. Faktor pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam

pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan

keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan

kesehatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat

dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan

kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang

memerlukan. (Setyawan, 2015)

Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat

membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya

untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan.

Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan

masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga

mesti ditingkatkan. Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan

masyarakat sangat besar peranannya, sebab di puskesmas akan ditangani masyarakat

yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. (Setyawan, 2015)

b. Faktor perilaku

Perilaku merupakan faktor pertama yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,

keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

19

samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan

sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku yang melekat pada dirinya. (Setyawan, 2015)

Perilaku, baik individu maupun masyarakat dalam menjaga kesehatan memegang

peranan sangat penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2015. Hal ini

dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri

sendiri maupun masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Individu dan masyarakat

yang berprilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga

lingkungan yang bersih dan sehat. pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat

juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada

individu dan masyarakat. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga,

sekolah dan msayarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak

turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan. Faktor perilaku,

seperti pada penjelasan sebelumnya, mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap tercapainya derajat kesehatan. Perilaku dapat mempengaruhi lingkungan,

pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan yang telah disiapkan maupun terhadap

kemungkinan masalah genetik yang timbul (Setyawan, 2015)

c. Faktor Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh cukup besar. Lingkungan sangat bervariasi,

umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek

fisik, biologi dan sosial (Setyawan, 2015). Lingkungan fisik yaitu bersifat abiotik

atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar,

radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan

manusia sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam proses

terjadinya penyakit pada masyarakat. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

20

buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan

kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat

dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab

(Setyawan, 2015). Lingkungan biologis yaitu bersifat biologis atau benda hidup

misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga, dan

lain-lain yang dapat berperan sebagai agen penyakit, reservoir infeksi, vektor

penyakit, dan hospes intermediate. Hubungan manusia dengan lingkungan

biologisnya bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu saat terjadi

ketidakseimbangan di antara hubungan tersebut, manusia akan menjadi sakit

(Setyawan, 2015). Lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia

seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Berupa kultur, adat

istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar, gaya hidup, pekerjaan,

kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan poolitik. Manusia dipengaruhi oleh

lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur,

cerita, lagu, dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan sosial, akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala

psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain (Setyawan, 2015). Upaya

menjaga lingkungan menjadi tanggungjawab semua pihak untuk itulah perlu

kesadaran semua pihak (Setyawan, 2015).

2.3 Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.3.1 Pengertian

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

21

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar.

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang

berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,

minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Gambar 2.2.3 Rumah Tangga Ber-PHBS Puskesmas di Kota Malang (Profil

Kesehatan Kota Malang, 2014)

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang

kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga

agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta

berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2009).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penerapan PHBS

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

22

2.4.1 Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan

perilaku pengasuh anak-anak atau orangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya

atau dipanuti oleh anak-anak seperti pengasuh anak-anak memberikan keteladanan

dengan melakukan mencuci tangan sebelum makan, atau selalu meminum air yang

sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan

sehat bagi anak-anak. Terdapat hal hal yang dapat mempengaruhi PHBS, sebagian

terletak di dalam diri individu itu sendiri (Notoatmodjo, 2007).

2.4.2. Faktor Pemudah (Predisposing Factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap terhadap perilaku hidup bersih

dan sehat sehingga faktor ini menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang

menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan,

kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi, seperti pengetahuan,

sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang yang tidak merokok

(Notoatmodjo, 2007).

2.4.3 Faktor Pemungkin (Enambling Factor)

Faktor ini merupakan pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu

motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anaknya seperti air bersih, tempat

pembuangan sampah, ketersediaan jamban, dan makanan yang bergizi. Fasilitas ini

pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih

dan sehat (Notoatmodjo, 2007).

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

23

2.5 Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan

masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-carahidup sehat dalam

rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi

paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program Perilaku Hidup Bersih Sehat

(Depkes RI, 2007).

2.6 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Adapun manfaat PHBS menurut Depkes RI (2006) , Manfaat PHBS bagi

rumah tangga yaitu :

a.Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.

b.Anak tumbuh sehat dan cerdas.

c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan

anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat

dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga

dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.

2.7 Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu

(Depkes RI, 2006) : Pasangan Usia Subur, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui, Anak dan

Remaja, Usia Lanjut dan Pengasuh Anak.

2.8 Penerapan PHBS tentang Pencegahan DBD

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

24

2.8.1 Rumah Tangga

Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah

Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi PHBS di

Rumah Tangga (Kemenkes, 2011). Adapun PHBS di Rumah Tangga adalah sebagai

berikut:

a. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu

Siklus hidup dari nyamuk dari telur-larva-pupa-nyamuk butuh waktu 7-14 hari,

dengan demikian penting untuk memahami siklus hidup nyamuk Aedes aegypti

sehingga dapat ditentukan saat yang tepat untuk memberantas larva dan nyamuk

dewasa. (Depkes RI, 2004). Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di

lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan

nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan

kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap

minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara

Menguras, Mengubur, Menutup (3M) (Dinkes, 2010).

b. Menggunakan air bersih

Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi, hingga

untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan

bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit (Sudayasa, 2011). Air

minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan

memenuhi persyaratan kesehatan. Air yang sehat harus memenuhi persyaratan yaitu

sebagai berikut :

- Syarat fisik yaitu persyaratan air untuk minum yang sehat adalah tidak berwarna,

tidak berasa, suhu di bawah suhu udara diluarnya.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

25

- Syarat bakteriologis yaitu air minum yang sehat harus bebas dari segala

bakteri/jentik-jentik nyamuk.

- Syarat kimia yaitu air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam

jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam

air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia (Sudayasa, 2011).

c. Kebersihan Lingkungan

Penderita penyakit DBD jika tidak mendapat perawatan yang memadai dapat

mengalami perdarahan yang hebat, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Oleh

karena itu semua kasus DBD sesuai dengan kriteria WHO harus mendapat

perawatan di tempat pelayanan kesehatan ataupun rumah sakit. Keterbatasan

perawatan dan penanganan penderita yang sering terjadi berpengaruh buruk

terhadap pasien. 1. Tingkat pendidikan kepala keluarga yang rendah mengakibatkan

rendahnya kepedulian terhadap pencegahan penyakit DBD seperti mangakibatkan

higiene atau sanitasi lingkungan, mengabaikan gejala-gejala penyakit DBD,

terlambat membawa pasien ke rumah sakit. 2. Demikian pula dengan jenis pekerjaan

kepala keluarga, bila kepala keluarga dapat mengalokasikan waktu yang baik dalam

memperhatikan kebersihan lingkungan disela-sela kesibukan mencari nafkah, hal ini

sangat membantu dalam usaha pencegahan penyakit DBD. Lingkungan pekerjaan

yang memperhatikan sanitasi/kebersihan akan berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku masyarakat di luar lingkungan kerja. (Depkes RI, 2004)

d. Tingkat Pemahaman

Rendahnya pemahaman anggota keluarga tentang penyakit DBD

menyebabkan semakin sulitnya pencegahan tentang penyakit DBD itu sendiri antara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

26

lain meliputi: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit DBD pada anggota keluarga

yang meliputi gejala-gejala apa saja yang terjadi pada pasien DBD, kurangnya

pemahaman tentang bahaya akan penyakit DBD sehingga masyarakat kurang

mengetahui bahwa penyakit DBD bisa menyebabkan kematian yang pada akhirnya

masyarakat banyak yang memandang penyakit DBD seperti penyakit ringan yang

tidak perlu penanganan segera, kurangnya pengetahuan tentang tempat perindukan

nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DBD misalnya kurang

memperhatikan kebersihan lingkungan, tidak melaksanakan program 3M untuk

memberantas penyakit DBD. (Depkes RI, 2004)

e. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Masih rendahnya pemahaman tentang penyakit DBD menuntut pelayanan

kesehatan masyarakat dan puskesmas antara lain: Penyuluhan oleh tenaga kesehatan

tentang gejala-gejala, tempat perindukan nyamuk penyebab penyakit DBD, dan

bahaya akan kematian akibat penyakit DBD. Pemberian fogging yang dilakukan

oleh petugas kesehatan setiap ada kasus DBD sampai radius 200 meter akan

mengurangi penularan penyakit DBD. Pemberian abate oleh tenaga kesehatan untuk

membunuh larva/jentik nyamuk Demam Berdarah akan mengurangi

perkembangbiakan vektor. (Depkes RI, 2004)

f. Kebiasaan menggantung pakaian

Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan indikasi

menjadi kesenangan beristirahat nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan PSN dan 3M

ditambahkan dengan cara menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam

kamar merupakan kegiatan yang mesti dilakukan untuk mengendalikan populasi

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/56245/2/BAB 2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus

27

nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah dan

dikurangi (Sungkar, 2007)