bab 1 kecemasan

Upload: momocamui

Post on 15-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPasien yang datang ke pelayanan primer dengan keluhan fisik ternyata 19,7-22% mengalami gangguan somatisasi yang seringkali mengganggu pasien dan kualitas hidupnya. Gejala khas dari gangguan somatisasi adalah banyaknya keluhan yang terjadi di berbagai organ terutama lambung, otot, dan keluhan nyeri. Gejala ini biasanya berlangsung lebih dari 2 tahun untuk mendapatkan diagnosis tetap sebagai suatu gangguan somatisasi. Pasien dengan keluhan seperti ini biasanya akan berpindah-pindah dokter karena merasa penyakitnya tidak sembuh-sembuh. Dokter menyadari adanya gangguan psikiatri setelah melakukan berbagai macam pemeriksaan dan pengobatan tanpa hasil yang memuaskan. Hal ini tidak akan terjadi bila sejak awal telah dilakukan pendekatan biopsikososial pada setiap pasien (Shatri, 2009).Pendekatan biopsikososial ini yang akan melihat pasien secara menyeluruh bukan hanya keluhan fisiknya saja tetapi juga terkait dengan jiwa dan lingkungan sosialnya. Consultation Liaison Psychiatry atau yang biasa disingkat CLP, merupakan bentuk pendekatan biopsikososial. Pada CLP, seorang dokter psikiatri berperan sebagai konsultan bagi sejawat dokter lainnya dalam menangani pasien dengan berbagi kondisi medis. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi gangguan mental dan respon psikologis terhadap penyakit fisik pasien, sarana psikologis dan sosial, gaya menghadapi masalah guna menganjurkan intervensi terapeutik yang paling tepat untuk kebutuhan pasien (Kaplan, 2010).Salah satu gangguan psikiatri yang mendasari terjadinya masalah somatik pada pasien yang berkunjung ke dokter adalah gangguan cemas. Diperkirakan 1 dari 10 orang mengalami gangguan cemas. Menurut dataNIMH (National Institute of Mental Health)(2010) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui. Pada gangguan cemas sering terjadi gejala/aktivitas otonom yang meningkat (Maramis, 2009).Peningkatan gejala otonom terjadi bila terdapat rangsangan dari luar maupun dari dalam, berupa pengalaman masa lalu maupun genetik, mengakibatkan terjadinya cemas. Kemudian akan mempengaruhi 2 jalur, yakni sistem limbik dan traktus dorsalis. Pengaruh pada sistem limbik akan mempengaruhi emosi atau afek pasien. Sedangkan pengaruh pada traktus dorsalis akan mempengaruhi sistem saraf pusat pada korteks dan dengan perantaraan saraf otonom, akan mengakibatkan perubahan fisiologik di perifer (Maramis, 2009).Keluhan nyeri ulu hati adalah keluhan fisik subjektif yang dirasakan oleh pasien di daerah epigastrium. Nyeri ini disebabkan oleh rangsangan pada saraf sensoris di tempat yang memiliki daerah persarafan yang sama, diakibatkan oleh iritasi, infeksi, ataupun stimulus-stimulus yang dapat diartikan sebagai rasa nyeri yang dibawa oleh saraf sensoris di daerah ulu hati tersebut menuju ke pusat nyeri di korteks somatosensori (Guyton, 2008). Keluhan ini sering dianggap ringan karena terlalu banyak pasien yang mempunyai keluhan tersebut. Pada kenyataannyaa pasien yang datang ke poli, kebanyakan dengan derajat nyeri berat. Hal ini menunjukkan bahwa pasien sangat terganggu dengan nyerinya.Nyeri sering melibatkan aspek emosional dan dihubungkan dengan faktor psikologis, salah satunya cemas, yang dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh melalui mekanisme yang kompleks. Banyak pasien nyeri, salah satunya nyeri ulu hati, datang ke Poli Penyakit Dalam dan ternyata tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya. Pandangan seorang dokter terhadap pasien seharusnya menyeluruh dan berpikir dengan konsep biopsikososial. Ditinjau dari manfaat positif kajian konsep biopsikososial tersebut, maka diperlukan penelitian tentang hubungan antara kecemasan dengan keluhan nyeri ulu hati pada pasien rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSD. dr. Soebandi.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara kecemasan dengan keluhan nyeri ulu hati pada pasien rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSD. dr. Soebandi?

0. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini antara lain:a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien rawat jalan dengan keluhan nyeri ulu hati di Poli Penyakit Dalam RSD. dr. Soebandi.b. Mengidentifikasi tingkat nyeri pada pasien rawat jalan dengan keluhan nyeri ulu hati di Poli Penyakit Dalam RSD. dr. Soebandi.c. Menganalisis hubungan antara kecemasan dengan keluhan nyeri ulu hati pada pasien rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSD. dr. Soebandi.

1.4 Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Dapat memberi pengalaman dan wawasan dalam metodologi penelitian dan masalah-masalah tentang psikologis, khususnya kecemasan bagi peneliti.b. Dapat memberi informasi tentang hubungan antara kecemasan dengan keluhan nyeri ulu hati, sebagai bahan pertimbangan dalam membantu pasien sehingga mendapatkan rawat bersama Poli Penyakit Dalam dan Poli Psikiatri.c. Memberi informasi bagi masyarakat tentang pengaruh kecemasan terhadap kondisi fisik.d.Dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu psikologi kedokteran dan sebagai dasar penelitian selanjutnya.e.Menambah informasi bagi petugas kesehatan tentang kecemasan dan terapinya.