asfiksia

Upload: sdamn

Post on 09-Jan-2016

90 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

asfiksia

TRANSCRIPT

KEMATIAN AKIBATASFIKSIAArtikel untuk Memenuhi Tugas Forensik Semester 6

Ditulis oleh :Luxsy Pertiwi G2A009038Aderiesta Padmastrimaya G2A009039Ursula Penny Putrkrislia G2A009040Edward Tirtananda G2A009041Hubertus Eko Budidharmaja G2A009042Dea Kirana Sutandi G2A009043Anindita Mustika Dewi G2A009044Michael Birlianto G2A009046Defita Ratnawati G2A009047

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUMUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2011

DAFTAR ISI

Halaman Judul 1Daftar isi2Bab IPendahuluan31.1 Latar Belakang31.2 Masalah41.3 Tujuan Penulisan 5Bab IIPembahasan62.1 Definisi Asfiksia62.2 Tanda-tanda Umum Asfiksia72.2.1 Asfiksia Mekanik92.2.2 Asfiksia Non Mekanik162.2.3 Asfiksia Tenggelam20Bab IIIPenutup273.1 Kesimpulan273.2 Saran28Daftar Pustaka29

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses kematian merupakan proses pada tubuh manusia menjadi mayat. Hilangnya suplai oksigen mengakibatkan terjadinya perubahan yang signifikan dalam beberapa jam. Dokter memiliki kewajiban membantu penyidik danpenyelidik saat dibutuhkan. Hal ini mewajibkan dokter mengetahui sebab dancara kematian dengan benar. Namun banyaknya tanda-tanda dan gejala yangbervariasi setelah kematian menyebabkan saat kematian seseorang belumdapat ditunjukan secara tepat. Tanda atau gejala yang ditunjukan dipengaruhioleh beberapa hal diantaranya, umur, kondisi fisik pasien, penyakitsebelumnya, keadaan lingkungan mayat, sebelumnya makanan maupun penyebab kematian itu sendiri.Saat ini semakin meningkat angka kematian tidak wajar yang kadang-kadangbelum diketahui penyebabnya. Salah satu penyebab kematian adalah asfiksia. Asfiksia berasal daribahasa Yunani:a-, "tanpa" dan sphyxis, "detak jantung". Secara harfiah, asfiksia diartikan sebagai tidak ada nadi atau tidakberdenyut. Asfiksia dalam bahasa Indonesia disebut dengan mati lemas. Asfiksia berarti absence of pulse (tidak berdenyut) kondisi karena tubuhkehabisanoksigenyang muncul karena tidak mampu melakukanpernapasan.asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguanpertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Sekitar 95% dilakukan dengan cara gantung diri. Dari data yang terkumpul, dikelompokkan berdasarkan frekuensi kasus asfiksia, macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan, tanda-tanda asfiksia yang ditemukan,dan cara kematiannya. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data selama 3 tahun dari tahun 2006-2008 diperoleh data sejumlah 36 kasus asfiksia. Macam Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah Patologi Anatomi, Parasitologi dengan Toksikologi sebanyak 2 kasus (5,6 %), Patologi Anatomi dengan Toksikologi sebanyak 3 kasus (8,3 %), Patologi Anatomi sebanyak 3 kasus (8,3 %), dan yang tidak dilakukan pemeriksaan penunjang sebanyak 28 kasus (77,8%). Penentuan asfiksia sebagai penyebab kematian berdasarkan tanda-tanda asfiksia yang ditemukan saat pemeriksaan yaitu 3 pemeriksaan positif sebanyak 5 kasus (13,9 %), 2 pemeriksaan positif sebanyak 5 kasus (13,9 %), dan 1 pemeriksaan positif sebanyak 26 kasus (72,2 %). Berdasarkan cara-cara kematian pada kasus asfiksia, kasus paling banyak disebabkan karena kekerasan tumpul di leher yaitu sebanyak 13 kasus (36,1%), kemudian tidak dapat ditentukan penyebabnya sebanyak 10 kasus (27,8%), tenggelam sebanyak 7 kasus (19,4%), keracunan sebanyak 5 kasus (13,9%), dan karenapenyakit sebanyak 1 kasus (2,8%). Penentuan standar asfiksia sebagai penyebab kematian, belum sesuai dengan kriteria karena dari pemeriksaanpaling banyak ditemukan tanda-tanda asfiksia satu positif (hanya pada satupemeriksaan) yaitu sebanyak 26 kasus (72,2%). Asfiksia merupakanpenyebab kematian urutan ke-3 terbanyak sesudah kecelakaan lalu lintas dantrauma mekanik yang ditemukan dalam kasus kedokteran forensik. Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran pernafasandisebut asfiksia mekanik. Asfiksia jenis inilah yang paling sering dijumpaidalam kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Mengetahui gambaran asfiksia, khususnya pada postmortem serta keadaan apasaja yang dapat menyebabkan asfiksia, khususnya asfiksia mekanikmempunyai arti penting terutama dikaitkan dengan proses penyidikan.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan masalah yang akan difokuskan untuk dibahas sebagai berikut.1. Apa definisi dari asfiksia?2. Apa etiologi dari asfiksia?3. Bagaimana gejala dan tanda pada jenazah dengan sebab kematian asfiksia?4. Apa saja tipe asfiksia?5. Bagaimana klasifikasi asfiksia berdasarkan penyebabnya?6. Bagaimana cara mendiagnosis kematian akibat asfiksia?7. Bagaimana pemeriksaan mati tenggelam?

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan UmumSetelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami apayang dimaksud dengan asfiksia, bagaimana klasifikasi dan cara mendiagnosis, sertaberbagai hal lain yang berhubungan dengan asfiksia yang diharapkan dapat bergunadalam menentukan sebab dan waktu pada suatu kasus kematian.1.3.2 Tujuan khusus1. Mengetahui definisi dari asfiksia2. Mengetahui etiologi dari asfiksia3. Mangetahui gejala dan tanda pada jenazah dengan sebab kematian asfiksia4. Mengetahui tipetipe asfiksia5. Mengetahui klasifikasi asfiksia berdasarkan penyebabnya6. Mengetahui cara mendiagnosis kematian akibat asfiksia7. Mengetahui pemeriksaan mati tenggelam

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi AsfiksiaAsfiksia merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyatakan berhentinya respirasi yang efektif (cessation of effective respiration) atau ketiadaan kembang kempis (absence of pulsation). Menurut Dorland's Illustrated Medical Dictionary, asfiksia (asphyxia; Gr. a stopping of the pulse) didefinisikan sebagai suatu perubahan patologis yang disebabkan oleh karena kekurangan oksigen pada udara respirasi, yang menimbulkan keadaan hipoksia dan hiperkapnea. Namun pengertian asfiksia dan anoksia (atau lebih tepatnya hipoksia) sering dicampuradukkan. Maka, sebelum membahas masalah asfiksia lebih lanjut, perlu dipahami terlebih dulu tentang definisi anoksia. 1,3Anoksia adalah suatu keadaan dimana tubuh sangat kekurangan oksigen. Klasifikasi anoksia oleh Gordon dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan penyebabnya yaitu : 1,3,6,71. Anoksia anoksik (anoxic anoxia), merupakan keadaan anoksia yang disebabkan karena oksigen tidak dapat mencapai darah sebagai akibat kurangnya oksigen yang masuk paru-paru, misalnya: hanging, pencekikan, suffocation kematian. 2. Anoksia Anemik (anemic anoxia), merupakan keadaan anoksia karena darah kurang mampu menyerap oksigen. Misalnya: anemia, keracunan karbon monoksida, klorat, nitrat. 3. Anoksia Stagnan (stagnant anoxia), sering juga disebut sebagai circulatoir anoxia, merupakan keadaan anoksia yang disebabkan karena darah tidak mampu membawa oksigen ke jaringan, misalnya: heart failure, embolism, syok, stroke.4. Anoksia Histotoksik (histotoxic anoxia), yaitu keadaan anoksia yang disebabkan karena jaringan tidak mampu menyerap oksigen, misalnya pada kasus keracunan sianida. Dengan melihat keempat jenis anoksia di atas, ketiga jenis anoksia yang terakhir (yaitu anoksia anemik, stagnan dan histotoksik) disebabkan oleh penyakit atau keracunan, sedang anoksia yang pertama (yaitu anoksia anoksik) disebabkan kekurangan oksigen atau obstruksi mekanik jalan nafas. Asfiksia sebenarnya adalah anoksia anoksik, atau sering juga disebut asfiksia mekanik (mechnical asphixia).

2.2 Tanda-tanda Umum AsfiksiaJenazah yang meninggal karena proses asfiksia dapat dikenali melalui tanda umum asfiksia. Tanda-tanda umum asfiksia dapat dilihat melalui: gejala klinis asfiksia dan tanda pada jenazah asfiksia. Pada umumnya manusia yang telah meninggal berada dalam posisi lebam dan kaku, diikuti tanda pada jenazah asfiksia secara umum yaitu: 1,3,6,7 Sianosis, yaitu dilihat melalui darah menjadi encer dan gelap, mukosa biru, kuku biru, lebam mayat gelap Kongesti, karena terjadi pelebaran kapiler pembuluh darah. Hal ini dapat dilihat dari kapiler yang ada di konjungtiva.Manifestasi klinis dari proses kongesti adalah adanya: (a) pelebaran kapiler, karena adanya bendungan (dilihat pada selaput lender mata mata merah)(b) Permeabilitas dinding pembuluh darah bertambah (terjadi bintik-bintik merah Tardieu Spot, karena sel darah merah keluar dari pembuluh darah), (c) Oedem (di otak, paru-paru) Shaking phenomenon (fenomena bendungan), sebagai contoh adalah menghitamnya bibir atau keluar buih dari jalan nafas pada kasus asfiksia tenggelam.Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala klinis yang dapat dibedakan dalam 4 fase, yaitu: 1,3,6,71. Fase dispneaPenurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan. Gejala-gejala tersebut terjadi akibat rangsangan pusat pernapasan di medulla oleh kurangnya oksigen pada sel-sel darah merah disertai penumpukan kadar CO22. Fase konvulsiAkibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi, dimulai dengan kejang klonik, kemudian menjadi kejang tonik dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga turun. Hal ini disebabkan adanya paralisis pada pusat syaraf yang letaknya lebih tinggi.3. Fase apneaDepresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat berhenti .Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.4. Fase akhir (terminal stage)Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap dari pusat pernapasan. Sebelum pernapasan berhenti sama sekali dapat terlihat gerakan napas oleh otot-otot pernapasan sekunder.

2.3 Klasifikasi AsfiksiaAsfiksia dibagi menjadi 3 jenis: 6,71. Asfiksia Mekanis (karena kekerasan)Asfiksia mekanis terbagi lagi berdasarkan daerah di tubuh:a. di daerah hidung/mulut, disebabkan oleh: smothering (pembekapan) gagging (penyumpalan di orofaring) chocking (penyumpalan di laringofaring)b. di daerah leher manual strangulation/throttling strangulation by ligature hangingc. di daerah dada dan perut Traumatik asfiksia/crush asphyxia2. Asfiksia Non Mekanis/Sufokasi3. Asfiksia Tenggelam

2.3.1 Asfiksia MekanisAsfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya: a. Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas, seperti pembekapan (smothering) dan penyumbatan (gagging dan choking). b. Penekanan dinding saluran pernapasan, seperti penjeratan (strangulation), pencekikan (manual strangulation, throttling) dan gantung (hanging). c. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik) 1,3

2.3.1.1 Smothering (pembekapan)Tanda-tanda pembekapan pada korban adalah sebagai berikut.a. Tanda umum asfiksia yaitu berupa sianosis, kongesti, dan shaking phenomenon.b. Tanda khusus asfiksia, misalnya: 1.3 tanda kekerasan, tergantung pada jenis benda dan kekuatan Luka lecet gores/ tekan kuku Luka Memar, misal memar semilinair pada pipi, memar mukosa bibir, belakang kepala, gusi, dllMacam smothering berdasarkan cara terjadinya adalah sebagai berikut. Suicide SmotheringMisalnya pada Mental Psychosis Accidental Smothering, terjadi karena kecelakaanMisalnya pada Overlying baby, gempa bumi Homicidal smothering Misalnya pada orang tua, atau pengaruh alcohol yang berlebih2.3.1.2 Gagging, Choking (penyumpalan)Gagging dan chocking merupakan suatu kejadian adanya sumbatan atau benda asing di saluran nafas. Gagging merupakan penyumpalan sesuat di orofaring, sedangkan chocking adalah penyumpalan sesuatu di laringofaring. Pada gagging terjadi penutupan glottis. Faktor internalnya adalah muntah/vomitus, faktor eksternalnya adalah adanya benda asing yang menyumbat. 5,6,7Penyebab kematian adalah adanya asfiksia karena penyumbatan oleh makanan, bisa karena muntah dan menyumpal saluran nafas, dan bisa juga karena ada bekuan darah. Cara kematian bisa melalui kecelakaan, bunuh diri, ataupun pembunuhan. Mekanisme dari kematian ini adalah anoksia dan vagal reflex (caf coronaries). 1,3. 2.3.1.3 HangingMati gantung (hanging) merupakan suatu bentuk kematian akibat pencekikan dengan alat jerat, di mana gaya yang bekerja pada leher berasal dari hambatan gravitasi dari berat tubuh atau bagian tubuh, tali di leher menjadi erat karena beban yang diberikan berat badan sendiri. Cara kematian dapat disebabkan oleh pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaanAda 6 mekanisme kematian pada penggantungan yaitu: 5 AsfiksiaMerupakan penyebab kematian yang tersering. Alat penjerat biasanya berada di atas tulang rawan tiroid yang menyebabkan penekanan pada leher, sehingga saluran pernafasan menjadi tersumbat. Kongesti Vena Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi penekanan pada vena jugularis oleh alat penjerat sehingga sirkulasi serebral menjadi terhambat. Kombinasi Asfiksia dan Kongesti Vena Merupakan penyebab kematian yang paling umum, seperi pada kebanyakan kasus dimana saluran napas tidak seluruhnya dihalangi oleh penjerat yang berada di sekitar leher. Iskemik Otak (anoxia) Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang berperan dalam menyuplai darah ke otak, umunya pada arteri karotis dan arteri vertebralis. Syok Vagal ( vagal reflex )Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan pada refleks vaso-vagal secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena adanya tekanan pada saraf vagus atau sinus karotid. Fraktur atau Dislokasi dari Verterbra Servikal 1, 2 dan 3 Biasanya terjadi pada kasus judicial hanging, hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 m oleh berat badan korban dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi dari vertebra servikalis yang selanjutnya dapat menekan atau merobek spinal cord sehingga terjadi kematian yang tiba-tiba.

Jenis penggantungan diklasifikasikan sebagai berikut. . Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi 2 tipe (Amir, 2008), yaitu: 1. Tergantung Total (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di atas lantai. 2. Setengah Tergantung (partial), dimana tidak seluruh bagian tubuh tergantung, misalnya pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut, dalam posisi telungkup dan posisi lain. arteri karotis dan arteri vetebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar. Dari letak jeratan dibedakan menjadi 2 tipe yaitu: 6,71. Tipikal, dimana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris di samping leher dan di bagian depan leher di atas jakun. Tekanan pada saluran nafas dan arteri karotis paling besar pada tipe ini. Gambaran post mortemnya : Muka pucat Bibir pucat Keluar tinja Keluar sperma Lebam mayat di tungkai bawah dan lengan bawah Lidah terjulur + / -2. Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vetebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar. Gambaran post mortemnya : Muka sembab Bibir sianosis Bintik perdarahan pada sklera/selaput lendir kelopak mata. Keluar sperma Keluar tinja Lebam mayat di akral Lidah terjulur + / - Dari keadaan simpul tali dapat dibedakan menjadi: 1,3,6,7 Simpul hidup atau mati Letak simpul di tengah atau di samping Dari tali atau jerat yang digunakan dapat dibedakan menjadi:-Tali lunak : selendang, sarung, kain-Tali keras : Tali, kawat Jejas jerat 6,7a. Jejas jerat intravital melekuk ke dalam, resapan darah warna merah cokelat perabaan seperti perkamenb. Jejas jerat post mortal melekuk ke dalam, tak ada resapan warna pucat perabaan lunak Ada beberapa istilah kematian karena hanging. Erotic Hanging, biasanya pada orang yang sedang mencoba-coba melakukan hanging, namun yang terjadi melebihi apa yang ia rencanakan (mati), dan biasanya terjadi ejakulasi. Judicial Hanging, disebut juga dengan istilah hukum gantung. Di sini terjadi patah tulang leher yang menyebabkan rusaknya batang otak, namun kematian bukan disebabkan oleh asfiksia.

Gambar:Pria berumur sekitar 30 tahun menggantung dirinya dengan sebuah tali. Tampak lidahnya terjulur keluar, dan adanya tanda sianosis (kebiruan) di bibirnya.2.3.1.4 JeratLilitan tali di leher yang menjadi erat karena tarikan ke arah horizontal. Cara kematian bisa melalui pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan. Beda dengan gantung, pada jerat terjadi karena terjerat selendang atau sarung. Mekanisme kematian karena jerat dibagi menjadi dua: (a) anoksia, jalan nafasnya, arteri/vena tertutup, (b) karena vagal reflex. Tanda post mortem yang dapat dilihat pada jenazah adalah sebagai berikut.1. Jejas tak begitu jelas, arah mendatar.2. Sifat seperti gantung2.3.1.5 Cekikan (Manual strangulation)Cekikan merupakan .enekanan jalan nafas dengan tangan. Kematian dapat terjadi dengan cara pembunuhan atau kecelakaan. Mekanisme kematian karena anoksia, bisa karena jalan nafas tertutup, atau pembuluh nadi/vena tertutup.Pada jenazah, dapat ditemukan tanda Post Mortem sebagai berikut.1. tanda umum asfiksia, meliputi gejala klinis asfiksia dan tanda pada jenazah seperti yang telah ditulis.2. jejas kuku, resapan darah3. os. hyoid, cricoids, thyroid patah4. edema paru, buih halus2.3.1.6 Asfiksia traumatik (crush asphyxia)Asfiksia traumatik merupakan asfiksia akibat dari kompresi (penekanan) yang berat atau tiba-tiba pada thoraks maupun abdomen bagian atas ataupun keduanya, contoh: asfiksia kedudukan asfiksia dihimpit orang asfiksia karena tertindih pohonHampir semua kasus asfiksia mekanik merupakan kasus kecelakaan.Keadaan asfiksia traumatik merupakan hasil dari penekanan yang terus-menerus pada dada dan abdomen oleh kejatuhan sesuatu, kendaraan yang berat, tekanan kerumunan orang dan sebagainya.Asfiksia kompresif (juga disebut dengan kompresi dada) adalah suatu pembatasan mekanik dari ekspansi paru oleh kompresi pada sumbu tubuh, yang mengakibatkan gerakan berlawanan dengan pergerakan nafas sebenarnya. Asfiksia kompresif terjadi ketika dada atau abdomen mengalami penekanan (terutama dari posterior). Pada kecelakaan, istilah asfiksia traumatik atau crush asphyxia biasanya digunakan untuk menggambarkan asfiksia kompresif yang dihasilkan dari keadaan tertekan atau terjepit dibawah beban maupun gaya yang berat. Sebagai contohnya adalah kasus dimana seseorang terjepit di kolong mobilnya ketika mencoba memperbaiki mobil dan tubuhnya terhimpit oleh beban mobil tersebut.Pada kasus lainnya, asfiksia traumatik disebut dengan riot-crush. Apabila suatu tempat penuh sesak dengan manusia, misalnya pada suatu konser musik, asfiksia dapat terjadi karena terinjak-injaknya korban, tetapi juga bisa karena tekanan dari kerumunan yang kacau sehingga membentuk gundukan manusia. Dalam lingkungan yang terkurung, orang-orang saling mendorong dan bersandar pada orang lain; buktinya adalah terdapatnya pagar terali baja yang bengkok pada beberapa kecelakaan pada kerumunan kacau yang fatal menunjukkan gaya horizontalnya melebihi 4500 N (sekitar 460kg). Dalam keadaan dimana terdapat kerumunan orang dewasa dan saling bersandar satu sama lain sehingga membentuk suatu gundukan manusia, telah dilakukan penilaian dimana terdapat sekitar 380 kg beban tekanan pada lapisan yang paling bawah.Asfiksia traumatik terjadi apabila objek yang berat jatuh ke atas atau menekan dada atau bagian abdomen atas, menyebabkan korban tidak dapat bernafas. Terdapat juga kasus asfiksia traumatik karena ditekan dengan lemari es atau pepohonan; terjepit dalam kenderaan sewaktu kecelakaan atau terjepit diantara kayu-kayu besar. Kompresi dada juga dapat terjadi pada berbagai oleh raga gulat militer, yang kadang disebut dengan istilah wringing. Berbagai teknik digunakan untuk mengunci lawan. Sebagai contonya adalah kompresi pada dada yang meliputi posisi yang disebut dengan knee-on-stomach position, atau teknik seperti leg scissors (juga disebut dengan body scissors, do-jime, dan trunk strangle) jika pelaku melilitkan kaki di sekitar pertengahan tubuh lawan dan menekan nya bersamaan.Gambaran Klinis Temuan klinisnya adalah craniocervical cyanosis/cervicofacial cyanosis dan edema, subconjunctival haemorrhage atau petechiae, serta distensi dari vena leher. Sering dihubungkan dengan cedera yang meliputi kontusio pulmoner dan hemothoraks.1Multiple ecchymotic hemorrhage pada wajah, leher dan bagian atas dada pernah pula didokumentasikan. Pada korban yang masih hidup, pemeriksaan Glasgow coma scale berkisar dari 8 hingga 15. Diskoloritas kulit menghilang dalam 3 minggu. Resolusi komplit dari perdarahan subkonjungtiva terjadi 1 bulan kemudian. Pada sebuah penelitian, nyeri tenggorokan, suara serak, pusing, kebas, dan nyeri.

2.3.2 Asfiksia Non MekanisAsfiksia non mekanis dapat terjadi sebagai akibat keracunan suatu zat kimia tertentu seperti karbon monoksida (CO), arsen (As), maupun sianida (Sn)2.3.2.1 Keracunan karbon monoksidaKarbon Monoksida (CO) merupakan gas non iritan, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, serta memiliki densitas yang lebih kecil dari udara. Sumber penghasilan utama gas karbonmonoksida ini adalah hasil pembakaran (kebakaran), gas buang kendaraan bermotor, sisa pembakaran yang tidak sempurna misalnya dari pembakaran batu bara. 4Gas karbon monoksida mengakibatkan hipoksia jaringan sebab berkompetisi dengan oksigen pada binding site hemeprotein (haemoglobin, myoglobin, sitokrom C Oksidase, dan sitokrom P-450). Afinitas dari karbon monoksida bervariasi antara 30 hingga 500 kali terhadap hemeprotein dan 250-300 kali lebih besar dari pengikatan oksigen pada haemoglobin. Keberadaan karboksihemoglobin ini mempengaruhi kurva disosiasi yakni terjadi pergeseran ke kiri yang mengakibatkan kurangnya pelepasan oksigen ke jaringan. Karbon monoksida memiliki efek toksik langsung pada tingkat seluler yang mengakibatkan gangguan respirasi pada mitokondria. 4

Tabel 2.1 Hubungan Gejala Keracunan CO dengan kadar COHb dalam darah4Saturasi CO&HbGejala-gejala

10Tidak ada.

10-20Rasa berat pada kening, sakit kepala ringan, pelebaran pembuluh darah subkutan, dyspneu, hingga gangguan koordinasi.

20-30

Sakit kepala, berdenyut pada pelipis, gangguan emosional.

30-40Sakit kepala hebat, lemas, pusing, penglihatan kabur, mual muntah hingga sinkop.

40-50Sama dengan di atas ditambah pernafaan dan nadi yang bertambah cepat, dan ataksia.

50-60Sinkop, percepatan nadi dan frekuensi napas (hingga chene stokes), koma dengan kejang intermiten.

60-70Koma dengan kejang. depresi jantung dan pernapasan, mati.

70-80Nadi lemah, pernapasan lambat hingga gagal napas dan mati.

Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis adanya kontak dan di temukannya gejala keracunan CO. Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO, ditemukan lebam mayat berwarna merah terang (cherry pink colour) yang tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Warna lebam mayat seperti itu juga dapat ditemukan pada mayat yang didinginkan, pada korban keracunan sianida dan pada orang yang mati akibat infeksi oleh jasad renik yang mampu membentuk nitrit, sehingga dalam darahnya terbentuk nitroksi hemoglobin. Meskipun demikian masih dapat di bedakan dengan pemeriksaan sederhana. Pada mayat yang didinginkan dan pada keracunan CN, penampang ototnya berwarna biasa, tidak merah terang. Pada mayat yang didinginkan, warna merah terang lebam mayatnya tidak merata selalu masih ditemukan daerah yang keunguan (livid), sedangkan pada keracunan CO, jaringan otot, visera dan darah juga berwarna merah terang. Selanjutnya tidak ditemukan tanda khas lain. Kadang-kadang dapat ditemukan tanda asfiksia dan hiperemia visera. Pada otak besar dapat ditemukan petekiae di substansia alba bila korban dapat bertahan hidup lebih dari jam. 4Pada analisa toksikologik darah akan di temukan adanya COHb pada korban keracunan CO yang tertunda kematiannya sampai 72 jam maka seluruh CO telak di eksresi dan darah tidak mengandung COHb lagi, sehingga ditemukan lebam mayat berwarna livid seperti biasa demikian juga jaringan otot, visera dan darah. Kelainan yang dapat di temukan adalah kelainan akibat hipoksemia dan komplikasi yang timbul selama penderita di rawat. 4Pada substansia alba dan korteks kedua belah otak, globus palidus dapat di temukan petekiae. Kelainan ini tidak patognomonik untuk keracunan CO, karena setiap keadaan hipoksia otak yang cukup lama dapat menimbulkan petekiae.Pemeriksaan mikroskopik pada otak memberi gambaran : 3, 4 Pembuluh-pembuluh halus yang mengandung trombihialin Nekrosis halus dengan di tengahnya terdapat pembuluh darah yang mengandung trombihialin dengan pendarahan di sekitarnya, lazimnya di sebut ring hemorrage Nekrosis halus yang di kelilingi oleh pembuluh-pembuluh darah yang mengandung trombi Ball hemorrgae yang terjadi karena dinding arterior menjadi nekrotik akibat hipoksia dan memecah.Pada miokardium di temukan perdarahan dan nekrosis, paling sering di muskulus papilaris ventrikal kiri. Pada penampang memanjangnya, tampak bagian ujung muskulus papilaris berbercak-bercak perdarahan atau bergaris-garis seperti kipas berjalan dari tempat insersio tendinosa ke dalam otak. Pada kulit dada, perut, luka, atau anggota gerak badan, ditemukan eritema dan vesikal/bula, baik di tempat yang tertekan maupun yang tidak tertekan. Kelainan tersebut di sebabkan oleh hipoksia pada kapiler-kapiler bawah kulit. Pneunomonia hipostatik paru mudah terjadi karena gangguan peredaran darah. Dapat terjadi trombosis arteri pulmonalis. 4

2.3.2.2 Keracunan arsen

Senyawa arsen dahulu sering mengunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain, dan tidaklah mustahil dapat ditemukan kasus keracunan dengan arsen dimasa sekarang ini. Disamping itu keracunan arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan pertanian akibat memakan/meminum makanan/minuman yang terkontaminasi dengan arsen. Kematian akibat keracunan arsen sering tidak menimbulkan kecurigaan karena gejala keracunan akutnya menyerupai gejala gangguan gastrointestinal yang hebat sehingga dapat didiagnosa sebagai suatu penyakit.Korban mati keracunan akut. Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada pembedahan jenazah ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna merah, kadang-kadang dengan perdarahan (flea bitten appearance). Iritasi lambung dapat menyebabkan produksi musin yang menutupi mukosa dengan akibat partikel-partikel As berwarna kuning sedangkan As2O3 tampak sebagai partikel berwarna putih. Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsin, akan terlihat tanda-tanda kegagalan kardiorespirasi akut. Bila meninggalnya lambat, dapat ditemukan ikterus dengan anemia hemolitik, tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis fokal serta nekrosis tubuli. Korban mati akibat keracunan kronik. Pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk. Pada kulit terdapat pigmentasi coklat (melanosis arsenik). 3Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum. Histologik jantung menunjukkan infiltrasi sel-sel radang bulat pada miokard. Sedangkan organ lain parenkimnyaberwarna putih.2.3.2.3 Keracunan sianidaSianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, karena garam sianida dalam takaran kecil sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti bunuh diri yang dilakukan oleh beberapa tokoh nazi. 5Kematian akibat keracunan CN umumnya terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan. Tetapi mungkin pula terjadi akibat kecelakaan di laboratorium, pada penyemprotan (fumigasi) dalam pertanian dan penyemprotan di gudang-gudang kapal. 3,5Pada pemeriksaan korban mati, pada pemeriksaan bagian luar jenazah, dapat tercium bau amandel yang patognomonig untuk keracunan CN, dapat tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung. Bau tersebut harus cepat dapat ditentukan karena indra pencium kita cepat teradaptasi sehingga tidak dapat membaui bau khas tersebut. Harus dingat bahwa tidak semua orang dapat mencium bau sianida karena kemampuan untuk mencium bau khas tersebut bersifat genetik sex-linked trait. 5Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam mayat berwarna terang,karena darah vena kaya akan oksi-Hb. Tetapi ada pula yang mengatakan karena terdapat Cyanmet-Hb. Pada pemeriksaan bedah jenazah dapat tercium bau amandel yang khas pada waktu membuka rongga dada, perutdan otak serta lambung(bila racun melalui mulut) darah, otot dan penampang tubuh dapat berwarna merah terang. Selanjutnya hanya ditemukan tanda-tanda asfiksia pada organ tubuh. 5Pada korban yang menelan garam alkalisianida, dapat ditemukan kelainan pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali dan pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi antemortal atau posmortal.

2.3.3 Asfiksia TenggelamPada kasus asfiksia tenggelam, seluruh tubuh tidak harus tenggelam di air. Asalkan lubang hidung dan mulut berada di bawah permukaan air maka hal itu sudah cukup memenuhi kriteria sebagai peristiwa tenggelam . Berdasarkan pengertian tersebut maka peristiwa tenggelam tidak hanya dapat terjadi di laut atau sungai tetapi dapat juga terjadi di dalam wastafel atau ember berisi air. Jumlah air yang dapat mematikan jika dihirup oleh paru-paru adalah sebanyak 2 liter untuk orang dewasa dan 30 sampai 40 mililiter untuk bayi. 3Pengertian lain tentang tenggelam adalah kematian akibat perendaman dalam cairan dan termasuk jenis mati lemas (asfiksia) oleh karena jalan napas terhalang oleh air/cairan, yang terhisap masuk ke jalan napas sampai ke alveoli paru-paru.Reaksi awal pada tenggelam adalah usaha bernafas, yang berlangsung hingga batas kemampuan dicapai, dimana seseorang harus bernafas, batas kemampuan ditentukan oleh kombinasi antara kadar CO2 yang tinggi dan konsentrasi O2 yang rendah. Menurut Pearn, batas kemampuan terjadi pada tingkat PCO2 dibawah 55 mmHg saat terdapat hipoxia dan tingkat PAO2 dibawah 100 mmHg saat PCO2 tinggi. Melewati batas kemampuan, seseorang menarik nafas secara involuntary, pada saat ini air mencapai larinks & trakea, menyebabkan spasme laring yang diakibatkan tenggelam (pada air tawar), terdapat penghirupan sejumlah besar air, tertelan dan akan dijumpai dalam perut. Selama bernafas di air, penderita mungkin muntah dan terjadi aspirasi isi lambung. Usaha pernafasan involuntar di bawah air akan berlangsung selama beberapa menit, hingga pernafasan terhenti. hipoksia serebral akan berlanjut hingga irreversibel dan terjadi kematian.Mekanisme tenggelam :1.Dengan aspirasi cairan (typical atau wet drowning)2.Tanpa aspirasi cairan (atypical atau dry drowning)3.Near drowning, yaitu kematian terjadi akibat hipoksia ensefalopati atau perubahan sekunder pada paru2.3.3.1 Wet drowningPadawet drowning terjadi inhalasi cairan dengan mekanisme kejadian sebagai berikut.1.korban menahan napas2.peningkatan CO2 dan penurunan kadar O2 maka korban megap-megap, terjadi regurgitasi dan aspirasi dari lambung3.refleks laringospasme yang diikuti dengan pemasukan air4.korban kehilangan kesadaran5.apnoe6.megap-mega kembali, bisa sampai beberapa menit7.kejang-kejang/konvulsi8.berakhir dengan henti napas dan jantungPerubahan-perubahan pada paru : Refleks vasokonstriksi akan menyebabkan hipertensi pulmonal Bronkokonstriksi akan meningkatkan resistensi jalan napas Denaturasi surfaktan yang disertai deplesi yang cepat dari jaringan paru akan menyebabkan rasio ventilasi/perfusi menjadi abnormal Pada tingkat seluler, terjadi kerusakan endotel vaskular dan sel epitel bronkial/alveoli Aspirasi air tawarakanmenyebabkanhemodilusi, aspirasi air laut akan menyebabkan hemokonsentrasi Perubahan tegangan permukaan paru akan menyebabkan ketidakstabilan alveoli dan paru menjadi kolaps.2.3.3.2 Dry DrowningAngka kematian tenggelam dry drowning mencapai 15-20% dari kasus tenggelam yang lain, cirinya adalah tidak disertai dengan aspirasi cairan. Kematian ini biasanya terjadi mendadak dan tidak tampak adanya tanda-tanda perlawanan.Mekanisme kematian yang pasti masih tetap spekulatif.Cairan yang mendadak masuk dapat menyebabkan 2 macam mekanisme : laringospasme yang akan menyebabkan asfiksia dan kematian mengaktifkan system saraf simpatis sehingga terjadi refleks vagal yang akan mengakibatkan cardiac arrest.Beberapa faktor predisposisi kematian akibat dry drowning :1.intoksikasi alcohol (mendepresiaktivitaskortikal)2.penyakit yang telahada, misal atherosclerosis3.kejadian tenggelam/terbenam secara tak terduga/mendadak4.ketakutan atau aktivitas fisik berlebih (peningkatan sirkulasi katekolamin, disertai kekurangan oksigen, dapat menyebabkan cardiac arrest2.3.3.2 Near DrowningKorban mengalami hipovolemik akibat perpindahan cairan ke paru dan jaringan seluruh tubuh. Gejala sisa yang lain, seperti disrimia, defisit neurologis dan renal, dipercaya merupakan akibat langsung dari hipoksia dibanding akibat tenggelam.

2.3.3.3 Tanda umum dan tipe penyebab pada kematian tenggelamAir menghantarkan panas 25x lebih cepat dari udara. Kecepatan perpindahan panas tubuh yang beradadalam air dipengaruhi beberapa hal:1.bentuk tubuh (lemak merupakan isolator panas)2.usia (anak-anak memiliki luas permukaan tubuh paling proporsional sehingga akan menjadi lebih cepat dingin)3.pergerakan, misalnya berenang (akan memindahkan air yang lebih hangat ke dekat tubuh)4.perlengkapan isolator, seperti pakaianPada kematian asfiksia tenggelam juga terjadi tiga fase klinis yang secara umum diakibatkan oleh hipotermia.1.fase eksitatori, korban gemetaran disertai kebingungan2.fase adinamik, terjadi rigiditas muscular dan penurunan kesadaran3.fase paralitik, ketidaksadaran yang akan diikuti oleh aritmia dan kematian.Fase-fase ini penting diketahui untuk keperluan resusitasi pada korban yang hampir mati tenggelam sebab pada fase paralitik korban dapatdikira telah meninggal.Sebab Kematian Kematian sebelum badan korban berada di dalam air. Dapat disebabkan oleh penyakit, kematian mendadak, menyebabkan korban jatuh ke air dari perahu. Penyebab kematian lainnya pada kasus kriminal, merupakan korban pembunuhan yang sengaja dibuang ke air, dengan harapan identitas dan kausa kematian dapat disembunyikan dengan pembusukan yang timbul. Oleh trauma yang disebabkan karena terjatuh (seperti luka akibat bentur batu, sisi kolam renang, dermaga, jembatan, dll) atau trauma saat di dalam air (terbentur dasar sungai, kolam atau terhanyut gelombang pasang dan terbentur lengkungan jembatan, batu atau obstruksi lainnya) atau akibat trauma oleh karena perahu atau mesin perahu.Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh tipe I dan tipe II.Vagal reflex (tenggelam tipe Ia)Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan pos mortem tidak ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia ataupun air di dalam paru-parunya (paru-paru kering) sehingga sering disebut tenggelam kering (dry drwoning).Spasme laring (tenggelam tipe Ib)Kematian karena spasme laring pada peristiwa tenggelam sangat jarang sekali. Spasme laring tersebut disebabkan karena rangsangan air yang masuk ke laring. Pada pemeriksaan pos mortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, tetapi paru-parunya tidak didapati adanya air atau benda-benda air, ditemukan pada kasus dry drowning.Tipe II adalah penyebab kematian akibat pengaruh air yang masuk paru-paru, dibagi menjadi tenggelam di air tawar (tenggelam tipe IIa) dan di air asin (tenggelam tipe IIb).Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai gangguan elektrolit. Perlu diketahui bahwa masuknya air tawar di dalam paru-paru akan mengakibatkan hemodilusi dan hemolisis. Dengan pecahnya eritrosit maka ion kalium intrasel akan terlepas sehingga menimbulkan hyperkalemi yang akan mempengaruhi kerja jantung (terjadi fibrilasi ventrikel). Pemeriksaan pos mortem ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih tinggi dari jantung kiri dan adanya buih serta benda-benda air di paru-paru Pada peristiwa tenggelam di air asin akan mengakibatkan terjadinya anoksia dan hemokonsentrasi. Tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Pemeriksaan pos mortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl pada jantung kiri lebih tinggi daripada jantung kanan dan ditemukan buih serta benda-benda air pada paru-paru. Kematian di air asin terjadi lebih lama daripada kematian tenggelam di air tawar.Setelah mengetahui tipe penyebab kematian asfiksia, maka tanda-tanda post mortem yang dapat dilihat adalah melalui pemeriksaan luar, otopsi (pemeriksaan dalam), dan melalui tes konfirmasi, dengan rincian sebagai berikut.1. Pemeriksaan luar pada kasus tenggelamPada pemeriksaan luar akan ditemukan tanda-tanda sebagai berikut : Pakaian basah, kadang-kadang bercampur lumpur Kulit basah , keriput dan kadang-kadang seperti kulit angsa (cutis anserina) Kulit telapak tangan dan telapak kaki kadang-kadang menyerupai washer womans skin Lebam mayat terutama pada kepala dan leher Dapat ditemukanadanya tanda-tanda asfiksia Kadang-kadang ditemukan cadaveric spasm Satu-satunya tanda pada pemeriksaan luar yang memberi petunjuk kuat terjadinya peristiwa tenggelam adalah adanya buih halus yang terbentuk akibat acut pulmonary edema, berwarna putih dan persisten. Buih menjadi banyak jika dada ditekan.2. Pemeriksaan dalam/OtopsiTujuan pemeriksaan dalam atau otopsi adalah untuk mencari sumbatan makroskopis di jalan nafas sehingga benar dapat dipastikan kematian korban adalah akibat asfiksia. Trakea dibuka dengan gunting, lalu diperhatikan mukosa trakea. Bronkus dibuka dengan gunting sampai ke cabang yang paling kecil, cari benda-benda air. Bila paru diiris : keluar darah campur buih. Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda sebagai berikut. Saluran napas (trakhea dan bronkus) ditemukan adanya buih. Paru-paru membesar dan pucat seperti layaknya paru-paru penderita asma tetapi lebih berat dan basah, di banyak bagian terlihat gambaran seperti marmer, bila permukaannya ditekan meninggalkan lekukan dan bila diiris terlihat buih berair. Kondisi paru-paru seperti itu disebut emphyema aquosum, yang merupakan petunjuk kuat terjadinya peristiwa tenggelam . Lambung dan esofagus berisi air dengan butir-butir pasir dan algae Bila terjadi hemolisis maka akan terlihat adanya bercak hemolisis pada dinding aortaSedangkan tanda Tenggelam yang Bermakna Busa yang berasal dari hidung dan mulut dapat timbul pada kasus tenggelam dan merupakan salah satu tanda klasik edema pulmonum tetapi dapat pula timbul pada beberapa keadaan. Bila tidak ditemukan penyebab lain maka adanya busa dapat diterima sebagai tanda tenggelam. Busa ini terdiri dari protein dan air yang terkocok dan membentuk gelembung-gelembung kecil bersama-sama dengan surfaktan paru akibat kontraksi respirasi. Adanya air dalam mulut, saluran pernapasan, paru-paru, esofagus dan perut bukan merupakan petunjuk yang dapat diterima, karena dapat timbul setelah kematian. Distensi paru yang hebatsalah satu tanda klasik (kadang tidak ditemukan) dan dibedakan dengan penyakit seperti asma bronchiale. Bila sternum diangkat saat otopsi, paru-paru akan terlihat memenuhi rongga mediastinum, sehingga rongga kosong di atas jantung hilang. Paru-paru pucat, spongios dan dapat tertekan pada bagian dalam thorax dengan sangat kuat sehingga tampak indentasi costa pada permukaan paru. Merupakan bukti kuat diagnosa tenggelam dan lebih bermakna dibandingkan cairan pada paru dan saluran pernapasan.3. Pemeriksaan Khusus Tenggelam/Tes Konfirmasia. Pemeriksaan getah paruMencari benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) yang diambil daerah subpleura. Interpretasi: Positif + tidak ada sebab kematian tenggelam lain Positif + ada sebab laintenggelam atau sebab lain tersebut Negatif: korban meninggal dulu, tenggelam dalam air jernih, mati sebab vagal reflex/spasme laringb. Tes destruksi jaringan/destruction testTujuan tes destruksi jaringan adalah: Untuk mencari diatome (ganggang kersik). Diperiksa bagian perifer paru Harus sama dengan yang ada dalam perairan tersebutInterpretasi: 1) Postif sampai 5/LPB (paru), 1/LPB(sumsum tulang)2) Positif palsu pada penyelam yang mencari pasir, batuk kronis c.Penentuan berat jenisa) Dengan CuSO4, normal=1,059 (1,0595-1,060)b) Air tawar = 1,055c) Air laut = 1,065BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Asfiksia adalah istilah yang sering digunakan untuk menyatakan berhentinya respirasi yang efektif (cessation of effective respiration)atau ketiadaan kembang kempis (absence of pulsation). Asfiksia sering dirancukan dengan Anoksia/Hipoksia, namun yang disebut Asfiksia adalah Anoksia Anoksik yaitu keadaan Anoksia yang disebabkan oleh kekurangan oksigen yang memasuki paruparu ataupun obstruksi mekanik pada jalan napas.Asfiksia menjadi salah satu cara kematian baik dalam kejadian kecelakaan, bunuh diri, ataupun pembunuhan. Bunuh diri ataupun pembunuhan dengan teknik -teknik asfiksia cukup banyak dilakukan karena dapat dilakukan dengan alatalat yang sederhana, kematian berlangsung secara cepat, dan meninggalkan bekas luka (ataupun ceceran darah) yang minimal.Penyebab-Penyebab kematian yang tergolong dalam asfiksia antara lain Gantung (hanging), Jeratan dengan tali (Striangulation by Ligature), Cekikan (Manual Striangulation), Sufokasi, Pembekapan (Smothering), Penyumpalan (Choking / Gaging), Crush Asphyxia, dan Tenggelam, sedangkan cara kematian pada kejadian asfiksia dapat terjadi akibat kecelakaan, bunuh diri, ataupun pembunuhan.3,6,7Sebelum kematian, makan pada korban asfiksia akan terjadi gejala gejala klinik antara lain dyspneu (pernapasan meningkat, denyut nadi meningkat, tekanan darah naik, dan cyanosis), konvulsi (konvulsi klonik lalu tonik, dan diikuti spasme opistotonik, jantung melambat dan pupil melebar), apneu (terjadi depresi napas sehingga nafas menjadi sangat minimal, penderita tidak sadar dan dapat disertai pengeluaran sperma, urine, atau feces), dan stadium akhir (terjadi paralise secara komplit dari pusat pernapasan, dapat terlihat kontraksi dari otot pernapasan sekunder).Kematian akibat asfiksia dapat dikenali dari tandatanda umum pada jenazah yang meninggal akibat asfiksia, antara lain Cyanosis (darah menjadi lebih encer dan gelap karena kekurangan oksigen, warna kulit, mukosa, dan lebam mayat menjadi lebih gelap, kecuali pada kematian akibat keracunan CO), Kongesti Vena (kongesti khas pada asfiksia yaitu kongesti sistemik yang yang terjadi pada kulit dan organ lain, kongesti vena juga berdampak menjadi petechial haemorraghes), dan Edema (akibat kerusakan dari pembuluh darah kapiler).Kejadian tenggelam juga digolongkan ke dalam kejadian asfiksia, hal yang khas pada kejadian tenggelam yaitu korban kekurangan oksigen karena air yang memenuhi saluran pernapasan. Air yang masuk ke dalam paru paru menyebabkan gagalnya pertukaran oksigen dan perpindahan cairan karena perbedaan tekanan osmotik. Salah satu tanda pada pemeriksaan luar yang memberi petunjuk kuat terjadinya peristiwa tenggelam adalah adanya buih halus yang terbentuk akibat acute pulmonary edema, buih menjadi banyak bila dada ditekan. Diagnosis kematian akibat tenggelam juga dapat ditunjang dengan pemeriksaan khusus seperti tes getah paru, tes destruksi jaringan, dan penentuan berat jenis air.

3.2 Saran1. Mahasiswa perlu mempelajari dan mengetahui kematian akibat asfiksia guna kepentingan hukum dan peradilan.2. Mahasiswa perlu mempelajari proses kematian oleh sebab asfiksia sehingga dapat memberikan pertolongan pertama pada korban asfiksia yang belum mengalami kematian.3. Mahasiswa perlu mempelajari ciriciri khusus pada kematian akibat asfiksia sehingga dapat membedakan sebab kematian dan cara kematian korban.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 2010 2. www.aic.cuhk.edu/subconjungtiva.htm3. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 19974. Etam Odah. Keracunan Karbon Monoksida. http://www.kutaikartanegara.com, diakses Oktober 2008.4 Investigasi Kematian Dengan Toksikologi Forensik.pdf. Authors : Mohan S. Dharma, S.Ked;5 Slide kuliah Asfiksia oleh Dr.Santosa, Sp. F6 Slide kuliah Asfiksia oleh Dr. Bambang PN, Sp.F

2