artritis rematoid
DESCRIPTION
sendiTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
ARTRITIS REUMATOID
Oleh :
Kelompok 1
A’an SunarkoAlfi liana Yuni HartikBinti Za’amatul Khofifah
DwianawatiEma Ratna Vuri
Laylia HandayaniNurcholis
Ratno setyobudiSri Rahmawati
Triana Virga Nita Sari
POLITEKNIK KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN MALANGPROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLITAR
2004Artritis Reumatoid (AR)
I. Pengertian
Suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh, terutama pada jaringan sinovial.
II. Etologi
Pembentukan Ig yang berupa IgM dalam jumlah besar yang spesifik terhadap fraksi
Fc molekul IgG. Kompleks Rheumatoid faktor (Rf) dan 196 ditimbun di sinovial
sendi dan mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan sifat
kemotaksis dan lisis jaringan setempat.
IV. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Laboratorium
♣ Tes faktor reuma (+)
♣ Protein C – Reaktif (+)
♣ LED meningkat
♣ Leukosit normal atau meningkat sedikit
♣ Anemia normositik hipoksom akibat adanya inflamasi yang kronik
♣ Trombosit meningkat
♣ Kadar albumin dalam serum turun dan globulin naik
b) Pemeriksaan Rontgen
Semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi
metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakrolliaka juga sering
terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan
demineralisasi juksta artikular, kemudian terjadi penyempitan ruang
sendi dan erosi.
V. Penatalaksanaan
c) Pendidikan pada Px mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan
dilakukan sehingga terjadi hubungan yang baik dan terjamin ketaatan Px
untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
d) OAINS
Diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi, dapat
diberikan :
♣ Aspirin
Pasien dibawah 65 tahun dapat dimulai dengan dosis 3 – 4 x 1gr /
hari, kemudian dinaikkan 0,3 – 0,6 gr / minggu sampai terjadi
perbaikan atau gejala toksik, dosis terapi 20 – 30 mg / dl.
♣ Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dll.
e) DMARD
Obat ini untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destroksi
akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya terlihat setelah 3 – 12 bulan
kemudian. Setelah 2 – 5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan proses
reumatoid akan berkurang.
♣ Klorokuin
Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg / hari atau hidroksi
klorokuin 400 mg / hari. Efek samping bergantung pada dosis
harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis
makulopapular, nausea, diare dan anemia hemolitik.
♣ Sulfasalazin
Berbentuk tablet bersalut enterik digunakan dalam dosis 1 x 500
mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 gr /
hari untuk dipakai dalam jangka waktu panjang sampai tercapai
remisi sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat
khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang lain, atau
dikombinasi. Efek sampingnya nausea, muntah, dan dispepsia.
♣ D – Penisilamin
Digunakan dalam dosis 250 – 300 mg / hari, kemudian dosis
ditingkatkan setiap 2 – 4 minggu sebesar 250 – 300 mg / hari untuk
mencapai dosis total 4 x 250 – 300 mg / hari. Efek sampingnya
ruam kulit urtikaria atau mobiliformis, stomatitis dan pemfigus.
♣ Garam emas
Auro sodium tiomalat (AST) diberikan IM, dimulai dengan dosis
percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul
dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis
penuh 50 mg / minggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan
dengan dosis tambahan sebesar 50 mg / 2 minggu – 3 bulan, jika
diperlukan dapat diberikan dosis 50 mg / 3 minggu sampai keadaan
remisi tercapai. Efek sampingnya : pruritus, stomatitis, proteinuria,
trombositopenia, dan aplasia sumsum tulang. Auronofin diberikan
dalam dosis 2 x 3 mg. Efek sampingnya diare yang diatasi dengan
penurunan dosis.
♣ Obat imunosupressif / imunoregulator
Metotreksat mudah digunakan dan waktu mula kerjanya relatif
pendek, dosis dimulai 5 – 7,5 mg / minggu. Bila dalam 4 bulan
tidak menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis
tidak lebih 20 mg / minggu. Penggunaan siklosporin untuk artritis
reumatoid masih dalam penelitian.
♣ Kortikosteroid
Dipakai bila ada komplikasi berat dan mengancam seperti
vaskulitis karena obat ini memiliki efek samping yang berat.
Dalam dosis rendah (seperti prednison 5 – 7,5 mg / 1x/ hari)
bermanfaat sebagai bridging therapy dalam mengatasi sinovitis
sebelum DMARD mulai bekerja, yang kemudian dihentikan secara
bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraartikular jika
terdapat peradangan berat. Sebelumnya infeksi harus disingkirkan
terlebih dahulu.
f) Rehabilitasi
Dengan cara mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan, dsb.
Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada sendi berkurang atau
minimal. Pengertian tentang rehabilitasi termasuk :
♣ Pemakaian alat bidai, tongkat penyangga, walking machine, kursi
roda.
♣ Alat ortotik protetik
♣ Terapi mekanik
♣ Pemanasan baik hidroterapi maupun elektro terapi
♣ Occupational therapy
g) Pembedahan
Jenis pengobatan umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi,
artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dsb.
Patofisiologi
Antigen penyebab AR pada membran sinovial
Diproses oleh antigen presenting cells (APC)
Dikenali dan diikat oleh sel CD4+ dan determinan
HLA – DR pada permukaan membran APC
Monosit / makrofag membebaskan interleukin – 1 (IL – 1)
Kompleks Antigen trimolekular
Aktivasi sel CD4+
Mengekspresi reseptor Interleukin – 2 (IL – 2)
Mengikatkan diri pada reseptor spesifik
Mitosis dan proliferasi sel CD4
+
Mensekresikan berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon, tumor necrosis factor (TNF-), interleukin 3 (IL-3), interleukin 4 (IL-4), granulocyte macrophage colony stimulating factor (GM – CSF)
Merangsang Makrofag
Meningkatkan aktivasi fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel
Produksi antibodi oleh sel dibantu oleh IL-1, IL-2, IL-4
Berdifusi kedalam ruang sendi
Berikatan dengan antigen yang sesuai
Kompleks imun
Mengendap
Mengaktivasi sistem komplemen
Membebaskan komponen komplemen C5a
Membebaskan komponen komplemen C5a
Menarik lebih banyak sel polimorfonuklear PMN dan monosit kearah lokasi, meningkatkan permeabilitas mikrovaskuler membran sinovial, pengendapan fibrin pada membran sinovial.
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang
Pembentukan dan pembebasan radikal O2 bebas, leukotrien, prostaglandin, protease neutral.
Auto antibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG (faktor reumatoid)
Berikatan dengan komplemen atau mengalami agregasi sendiri
peradangan
Degranulasi mast cell
Pembebasan histamin dan enzim proteolitik, aktivasi jalur asam arakidonat
Terbentuk Pannus
Kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan
Menghancurkan struktur persendian
ankilosisProstaglandin E2 (P6E2)
Efek vasodilator
Merangsang reabsorbsi tulang osteoklastik
Merusak kolagen dan proteoglikon rawan sendi
Depolimerisasi hialuronat
Penurunan viskositas cairan sendi
Erosi rawan sendi dan tulang
Permukaan sendi tidak rata
Immobilitas
Fusi tulang – tulang yang membentuk persendian
Lesi
.
V. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Gejala Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda Malaise
Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit, kontraktur / kelainan pada
sendi dan otot.
2) Kardiovaskuler
Gejala Foramen Raynaud jari tangan / kaki (misal, pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3) Integritas ego
Gejala faktor – faktor stress akut / kronis, misal : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan
Faktor – faktor hubungan
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misal,
ketergantungan pada orang lain)
4) Makanan / cairan
Gejala ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan / cairan
adekuat, mual anoreksia.
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
5) Hygiene
Gejala Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
Ketergantungan pada orang lain
6) Neurosensori
Gejala kebas / kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
Pembengkakan sendi simetris
7) Nyeri / kenyamanan
Gejala Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi)
Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari)
8) Keamanan
Gejala Kulit mengkilat, tegang, nodul subtaneus, lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam menangani tugas / pemeliharan rumah tangga
Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9) Interaksi sosial
Gejala Kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain
Perubahan peran
Isolasi
10) Penyuluhan / pembelajaran
Gejala Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja)
Penggunaan makanan kesehatan, Vitamin, “penyembuhan” atritis tanpa
pengujian.
Riwayat perikarditis, lesi katub, fibrosis pulmonal, pleuritis.
VI. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan / proses inflamasi, distensi sendi.
2. Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri
ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melakukan tugas – tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidak seimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak.
5. Penatalaksanaan pemeliharaan rumah, kerusakan resting terhadap proses penyakit
degeneratif jangka panjang. Sistem pendukung tidak adekuat.
VII. Rencana Asuhan KeperawatanNo
Dx. Keperawatan
Kriteria hasil dan tujuan
Rencana Tindakan
Rasional
1.
2.
Nyeri akut / kronis berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi, distensi sendi
Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol dengan kriteria hasil : Terlihat rileks,
dapat tidur/ beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Menggabungkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas hiburan kedalam program kontrol nyeri.
Mempertahankan fungsi posisi
Catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10) catat faktor – faktor yang mempercepat dan tanda – tanda rasa sakit non verbal.
Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil, tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
Biarkan Px mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur/ duduk dikursi, tingkatkan istirahat ditempat tidur sesuai indikasi.
Tempatlan/ pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan Trokhanter, bebat, brace.
Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan tubuh yang tepat, menempatkan matras pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/ nyeri.
Pada penyakit berat/ eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan (sampai perbaikan obyektif dan subyektif didapat) untuk membatasi nyeri/ cedera sndi.
Mengistirahatkan sendi – sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Catatan : penggunaan brace dapat
3.
ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan
dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.
Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Setelah dilakukan tindakan perawatan,
Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi.
Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus – menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
Bantu dengan rentang gerak aktif/ pasif, demikian juga latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.
menurunkan nyeri dan memungkinkan dapat mengurangi kerusakan pada sendi meskipun demikian, ketidakaktivan lama dapat mengakibatkan hilangnya mobilitas/ fungsi sendi.
Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari proses inflamasi.
Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan.
Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamnina umum. Catatan : latihan tidak adekuat
4.
5.
tugas – tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidak seimbangan mobilitas.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya
klien menjadi lebih percaya diri menghadapi keadaan dirinya. Dengan kriteria hasil :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
Menyusun tujuan / rencana realistis untuk masa depan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien
Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan dengan penggunakan bantuan mobilitas misal trapeze.
Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
Gunakan bantal kecil/ tipis dibawah leher.
Dorong Px mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan.
Berikan lingkungan yang aman.
Dorong pengungkapan mengenai masalah
menimbulkan kekuatan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi, mempermudah perawatan dini dan kemandirian Px. teknik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
Meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi resiko cedera) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktur.
Mencegah fleksi leher.
Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.
Menghindari cedera akibat kecelakaan/ jatuh.
Berikan kesempatan untuk
tahan, nyeri pada waktu bergerak.
Penatalaksanaan pemeliharaan rumah, kerusakan resting terhadap proses penyakit degeneratif jangka panjang. Sistem pendukung tidak adekuat.
dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan. Dengan kriteria hasil :
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Mengidentifikasi sumber – sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatn diri.
Setelah dilakukan tindakan perawatan, klien mendapatkan lingkungan yang aman serta terpenuhi kebutuhannya. Dengan kriteria hasil ;
Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.
Mendemonstrasikan penggunaan sumber – sumber yang efektif dan
tentang proses penyakit, harapan masa depan.
Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/ orang terdekat.
Diskusikan persepsi Px mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
Perhatikan Perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal/ terlalu memperhatikan tubuh/ perubahan.
Susun batasan pada perilaku maladaptif.
mengidentifikasi rasa takt/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.
Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut.
Isyarat verbal/ non verbal orang dekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana Px memandang dirinya sendiri.
Nyeri kontan akan melelahkan dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi.
Dapat menunjukkan emosional/ metode koping mal adaptif, membutuhkan dukungan psikologis.
Membantu Px untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
tepat. Ikut sertakan Px dalam merencakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan.
Berikan bantuan positif bila perlu.
Diskusikan tingkat fungsi (0 – 4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Meningkatkan perasaan kompetensi/ harga diri, mendorong kemandirian dan partisipasi dalam terapi.
Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.
Memungkinkan Px untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Meningkatkan perilaku positif, meningkatkan rasa percaya diri.
Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
Mendukung kemandirian fisik/ emosional.
Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual.
Mengidentifikasi
Identifikasi/ rencana untuk modifikasi lingkungan.
Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Atur evaluasi kesehatan dirumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
Atur konsul dengan lembaga lainnya, misal : pelayanan perawatn rumah, ahli nutrisi.
Kaji tingkat fungsi fisik.
Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
Tentukan sumber – sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan
masalah – masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat ketidakmampuan aktual.
Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi dirumah.
Mengidentifikasi tingkat bantuan/ dukungan yang diperlukan.
Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu.
Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus – menerus.
Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang.
Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara – cara untuk mengubah tugas – tugas untuk
situasi individual. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, misal : membagi tugas rumah tangga antara anggota keluarga.
Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan, misal : lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda.
Koordinasikan evaluasi dirumah dengan ahli terapi okupasi.
Identifikasi/ temui sumber – sumber komunitas, misal : pelayanan pembantu rumah tangga.
mempertahankan kemandirian.
Memberikan kemudahan berpindah Px atau mendukung kontinuitas dalam situasi dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Doengus, Moorhouse, Geisler. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3). Jakarta : EGC.
Noer, sjaifoellah. Prof. Dr. 1996. Ilmu Penyakit Dalam (jilid 1). Jakarta : Balai PenerbitFKUI.