api di bukit menoreh 2

Upload: mohamad-rizal-firmansjah

Post on 07-Apr-2018

358 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    1/490

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    2/490

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    3/490

    SH MINTARDJA

    API DI BUKIT MENOREH

    2

    Seperti yang terdahulu,saya ketengahkan ceritera inidengan harapan yang sama.Ceritera yang dicari dibumi sendiribertolak pada sifat manusia,dengki, iri, nafsu, cita2namun juga cinta Yang melahirkan segala macam peristiwa,pertentangan, pertengkaran, perang,tetapi jugatuntutan keadilan dan kebenaran.

    Penulis

    Gambar Kulit: Herry Wibowo b.a

    Ilustrasi: drs Sudyono

    Jakarta, Februari 2008

    www.cersiljawa.blogspot.com

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    4/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    1

    _____________________________________________________________________________

    Mereka telah bersiap paman bisiknya kepada Widura.

    Widura mengangguk. Ya jawabnya Gelar yang tidak terlalu luas

    Mereka terlalu percaya kepada setiap senapati dan setiap orang didalam pasukanmereka

    Widura mengangguk. Kemudian katanya Apakah kau tidak akan membuka gelarsekarang?

    Gelar apakah yang harus kita hadapi itu? Cakra Byuha, Dirada Meta atau GedongMinep? gumam Untara

    Yang ketiga tidak mungkin sahut Widura

    Untara mengangguk Ya, tidak mungkin meniliksifat Macan Kepatihan. Yang paling mungkin adalahDirada Meta

    Aku sependapat. Tetapi bagaimana denganlaskarmu ini?

    Untara berpikir sejenak, kemudian katanya Kalauaku membuka gelar sekarang, maka pasukan ini akanmeluas sampai ketengah sawah. Bagaimana dengantanaman-tanaman ini?

    Widura mengerutkan keningnya. Tetapi bagaimanakalau Tohpati dengan tiba-tiba menerjang pasukannya.Karena itu maka katanya Kita tidak boleh terlambat.

    Setiap kejap akan sangat bermanfaat

    Untara mengangguk-anggukkan kepalanya. Sekali lagi ia menebarkan pandanganmatanya kesekelilingnya. Sawah yang diwarnai oleh hijau daun-daun padi yang sedang tumbuh.Tetapi ia juga tidak boleh terlambat. Kalau pasukannya terdesak karena kelambatannya, makatanaman-tanaman itupun akan hancur pula. Bahkan bukan sekedar tanaman-tanaman itu, tetapiseluruh Sangkal Putung akan hancur.

    Karena itu maka Untara itupun berkata kepada pamannya Baiklah paman. Kita pasanggelar. Garuda Nglayang. Kita harus mencoba menghantam mereka dari depan dan dari sayap-sayap. Dengan gelar yang luas, maka kita akan mendapat keuntungan. Pengawasan akan

    menjadi lebih mudah sebab pasukan tidak akan terlalu berjejal-jejal. Anak-anak muda SangkalPutung akan mendapat kesempatan yang cukup

    Widura mengangguk. Kepada seorang pembawa obor yang berjalan didekatnya Widura

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    5/490

    S.H. Mintardja

    2

    berkata Berikan obormu

    Dengan obor itu, kemudian Widura memberikan aba-aba. Diangkatnya obornya tinggi-tinggi. Kemudian digerakkannya obor itu. Sekali berputar kemudian menyilang.

    Setiap orang didalam pasukannya melihat obor itu. Segera mereka bersiap untukmembentuk gelar yang dikehendaki oleh pemimpinnya. Gelar yang memang telah disebut-sebutsebelumnya.

    Ketika Widura mengangkat obornya kembali dan membuat gerakan yang sama, makaserentak pasukan itu menebar. Dengan tangkasnya prajurit-prajurit Pajang bergerak menurutgaris yang telah ditentukan untuk membentuk gelar itu. Tetapi beberapa orang Sangkal Putungmenjadi ragu-ragu. Batang-batang padi itu adalah batang-batang padi yang mereka tanam.Batang-batang padi yang kini telah tumbuh subur. Kini mereka harus meloncat-loncatmenginjak-injak batang-batang padi itu. Namun mereka terpaksa berbuat demikian. Sebabmerekapun menyadari bahwa agak jauh dihadapan mereka, pasukan Macan Kepatihan telahsiap untuk menyergap mereka.

    Lihat desis Widura kemudian Tohpati mempercepat pasukannya

    Ya sahut Untara Mereka berlari-lari. Segera paman mempercepat gelar ini

    Aku akan bersiap disayapku, Untara. Apakah Citra Gati telah bersiap pula?

    Keduanya berpaling. Hati mereka menjadi tentram ketika mereka melihat Citra Gatiberjalan menuju kesayap yang harus dipimpinnya.

    Ketika Untara menengadahkan wajahnya, dilihatnya semburat merah telah membayangdilangit, sebentar lagi fajar akan segera pecah ditimur.

    Tohpati mulai tepat pada waktunya, paman desis Untara

    Ya, kita songsong mereka dengan penuh gairah sahut Widura

    Nah, silakan paman. Silakan kesayap sebelah kiri

    Widura tidak menjawab. Segera ia melangkah cepat-cepat kesayap kiri. Pedangnya yangbesar tergantung dilambung kirinya, berjuntai hampir menyentuh tanah. Sekali ia memandangobor-obor yang meluncur cepat dihadapan mereka, semakin lama menjadi semakin dekat.Widura menarik nafas dalam-dalam. Ia mengharap dapat bertemu dengan Sanakeling yang

    bersenjata rangkap disepasang tangannya. Pedang dan bindi ditangan kiri. Tetapi meskipunWidura hanya bersenjata tunggal, namun kecepatan geraknya dapat menjadikan pedangnyayang hanya satu itu seakan-akan menjadi berpuluh-puluh.

    Kini yang memegang seluruh pimpinan pasukan gabungan Pajang dan Sangkal Putungadalah Untara. Ketika ia melihat Widura dan Citra Gati telah berada ditempatnya, maka ia kinimencoba mencari Agung Sedayu, Swandaru, Hudaya dan Sonya. Ketika ia berpaling dilihatnyaAgung Sedayu berjalan sambil menundukkan wajahnya, sedang Swandaru dengan wajah yangbercahaya memandangi obor dikejauhan.

    Dimanakah Hudaya dan Sonya? bertanya Untara

    Agung Sedayu dan Swandaru bersama-sama berpaling pula. Dilihatnya beberapalangkah dibelakang mereka berjalan Sonya, dengan senjata berpasangan, perisai dan sebuahpedang yang berkilat-kilat, sedang Hudaya kali ini membawa pedangnya pula. Pedang yangtidak terlalu panjang tetapi cukup besar dan tebal. Sedang dilambung kanannya terselip sebuah

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    6/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    3

    pisau belati yang panjang. Dalam keadaan yang gawat Hudaya biasa menggunakan senjata ituberpasangan. Pedang ditangan kanan dan pisau belatinya ditangan kiri.

    Disamping mereka berjalan seorang yang cukup tangguh pula. Yang apabila perlu dapatmembantu mereka berempat melawan Sumangkar. Orang itu adalah Patra Cilik. Seorang kidalyang lincah dan berbahaya justru karena kidal. Senjatanya berada ditangan kirinya. Geraknyabenar-benar sukar dimengerti oleh orang-orang yang tidak kidal. Senjatanya adalah sebuahkelewang yang besar dan berat. Sedang ia memasang perisainya justru ditangan kanannya.

    Untara mengerutkan keningnya. Mereka berlima akan mendapat pekerjaan yang cukupberat. Sumangkar bukanlah orang sejajar dengan mereka-mereka itu. Namun Untara tidak dapatberbuat lain. Ia sendiri harus memimpin seluruh pasukan dan melawan Macan Kepatihan.Karena itu betapa ia ingin membebaskan mereka dari Sumangkar namun tak ada orang lainyang akan dapat melakukannya.

    Ketika semua sudah siap ditempat masing-masing, maka Untara memberikan aba-abauntuk mempercepat langkah mereka. Sebuah gelar Garuda Nglayang yang baik, berjalan dalamtebaran yang lengkung.

    Semakin dekat mereka dengan laskar Jipang, maka hati mereka menjadi semakinberdebar-debar. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa sebagian dari orang-orang Jipang ituadalah orang-orang yang sudah berputus asa sehingga didalam pertempuran itu, mereka akanmenjadi sangat berbahaya sekali. Mereka sudah tidak tahu lagi tujuan dari peperangan itu,selain menghindarkan diri dari penangkapan. Mereka hanya berperang untuk membunuh ataudibunuh. Tidak ada tujuan lain. Tetapi ada pula diantara mereka yang menyadari betapa kayarayanya kademangan Sangkal Putung. Orang-orang inipun sangat berbahaya pula. Matamereka seakan-akan telah kabur tertutup oleh kekayaan yang tersimpan di kademangan itu.Emas, permata, barang-barang berharga dan lumbung-lumbung yang akan dapat menjaminhidup mereka untuk waktu yang agak lama.

    Kini jarak kedua pasukan itu sudah semakin dekat. Mereka telah dapat melihat lebih jelaslagi, gelar-gelar apakah yang dipergunakan oleh lawannya. Tetapi Untara sama sekali sudahtidak terkejut ketika ia melihat Macan Kepatihan datang dengan gelar Dirada Meta, sepertihalnya Macan Kepatihan yang sama sekali juga tidak terkejut melihat Untara memasang gelarGaruda Nglayang.

    Langit diatas kepala mereka sudah menjadi semakin terang. Awan yang kelam telahlenyap dihanyutkan oleh angin pagi yang kencang. Satu-satu bintang bermunculan dilangit,namun kemudian kembali lenyap. Diujung timur cahaya pagi telah mulai menyaput langit.Remang-remang mereka telah dapat melihat tanah yang kehitam-hitaman dan bayangan biru

    kemerah-merahan diatas kepala mereka.

    Kini pasukan Untara tidak lagi berjalan menginjak-injak tanaman. Setelah merekamenyeberangi sebuah parit kecil, maka sawah-sawah diseberang parit itu sama sekali sudahtidak terpelihara. Rumput-rumput liar tumbuh dengan suburnya diantara tanaman-tanaman liaryang lain. Namun dengan demikian, maka orang-orang Sangkal Putung tidak lagi berjejakdengan ragu-ragu. Kaki-kaki mereka tidak lagi merasa menginjak tanaman-tanaman merekayang sedang tumbuh dengan suburnya. Tanah-tanah yang bera itu, sudah agak lama tidakditanami, karena para petani takut mendapat gangguan dari orang-orang Jipang yangberkeliaran disana-sini.

    Ketika mereka telah melampaui parit itu, maka segera Untara memberikan perintah-perintah untuk bersiap siaga. Laskar Macan Kepatihan itu berjalan semakin cepat bahkanberlari-lari kecil. Mereka harus dapat memberikan tekanan pada benturan yang pertama.

    Ketika udara menjadi semakin terang, maka jelaslah dapat mereka lihat umbul-umbul dan

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    7/490

    S.H. Mintardja

    4

    rontek-rontek dikedua belah pihak. Umbul-umbul Jipang tampak berkibar dengan megahnyadikeremangan pagi. Rontek-rontek dan tunggul-tunggul yang beraneka bentuk. Pasukan itubenar-benar membayangkan kebesaran Jipang. Kebesaran Arya Penangsang yang sakti.

    Dan setiap orang Jipangpun melihat umbul-umbul kecil dan rontek yang hampir tidakberarti didalam pasukan Pajang. Mereka melihat panji-panji kebesaran pasukan Widura. Panji-panji kuning keemasan dengan gambar seekor Garuda yang mengembangkan sayap-sayapnya.Tetapi dada Tohpati berdesir dengan dahsyatnya ketika ia meliha warna-warna dari panji-panji

    yang berkibar didalam pasukan Widura itu.

    Umbul-umbul, rontek dan tunggul-tunggul bahkan panji-panji kebesaran pasukan Widurasama sekali tidak berarti bagi Tohpati. Bahkan seandainya mereka membawa umbul-umbulyang lebih megah sekalipun. Yang menggetarkan jantungnya adalah ketiga panji-panji yangberkibar ditiup angin pagi. Warna panji-panji itu adalah warna yang dikenalnya baik-baik sejakmasa kemegahan Demak. Gula Kelapa. Tohpati menarik nafas panjang. Panji-panji itu benar-benar mempengaruhi hatinya. Sekali ia berpaling. Dilihatnya senapati-senapati pengapitnyaseakan-akan sama sekali tidak terpengaruh oleh warna panji-panji itu. Mereka sama sekali tidakmemperhatikan apakah panji-panji itu berwarna kuning keemasan, apakah panji-panji ituberwarna gula kelapa, apakah warna-warna yang lain. Yang mempengaruhi mereka adalah

    padesan-padesan Sangkal Putung yang semakin lama menjadi semakin jelas. Desa-desa kecilitu hampir tidak berarti bagi mereka. Tetapi induk desa Sangkal Putung akan merupakan tempatyang menyenangkan. Harta, benda dan bahan makanan, ternak serta iwen lainnya. Itu saja.

    Tetapi bagi Tohpati sendiri warna itu adalah warna yang sangat berpengaruh.Seandainya ia berhasil merebut Sangkal Putung dan dapat menjadikan Sangkal Putung bukansaja tempat sumber makanan, tetapi dapat menjadikan Sangkal Putung pancadan untukbergerak seterusnya, dan apabila ia dapat memenangkan peperangan melawan Pajang,bagaimanakah sikapnya terhadap warna itu? Apakah ia akan melepaskan warna gula kelapa?

    Hem Tohpati menggeram Widura benar-benar gila. Kenapa dibawanya panji-panji itu?

    Nafas Tohpati semakin lama menjadi semakin cepat mengalir lewat lubang hidungnya.Terasa seakan-akan sesuatu menghimpit dadanya. Kembali ia memandang berkeliling.Dilihatnya orang-orangnya berjalan dengan cepat.

    Tetapi tiba-tiba gigi Tohpati itu menggeretak. Diangkatnya tongkatnya tinggi-tinggi, dantiba-tiba ia berteriak mengumandang diantara pasukannya He, apakah kalian melihat panji-panjiitu?

    Semua orang berpaling kepadanya. Dan sebagian dari mereka menjawab Ya, kami lihat

    Kau lihat warnanya?

    Ya, kami lihat, kuning keemasan

    Gila teriak Tohpati Bukan itu

    Semua terdiam. Dan tiba-tiba terdengar Alap-alap Jalatunda memekik diantara merekaGula Kelapa

    Ya, gula kelapa. Panji-panji itu adalah panji-panji kebesaran Demak. Orang-orang

    Pajang tidak berhak mempergunakannya. Panji-panji itu bukan milik Hadiwijaya. He, orang-orang Jipang

    Semua terdiam. Tak seorangpun yang tahu maksud perkataan Macan Kepatihan. Takseorangpun yang tahu, apakah yang bergolak didalam hatinya. Tak seorangpun yang tahu,

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    8/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    5

    bahwa dada Macan Kepatihan hampir pecah karena warna itu. Warna yang dihormatinya. Tetapiia telah menemukan keputusan didalam hatinya. Ia telah membawa keputusan sejak iameninggalkan sarangnya. Kebulatan tekad yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Segala sesuatuyang akan menentukan keadaan untuk seterusnya. Apakah peperangan itu masih akan berlarut-larut atau akan segera dapat diakhiri. Tohpati ternyata telah mendengarkan semua keluhan-keluhan tentang peperangan yang berlangsung tanpa ujung itu.

    Karena itu maka suaranya yang menggelegar terdengar pula Panji-panji itu bukan milik

    Widura, bukan milik Untara, bukan milik laskar Sangkal Putung. Panji-panji itu adalah milikkalian. Maka, tempurlah pasukan itu. Rebutlah panji-panjinya. Panji-panji itu akan menjadi panji-panji kebesaranmu

    Mendengar perintah itu, terdengar laskar Jipang menyambut dengan suara gemuruh.Terdengar mereka bersorak dengan riuhnya dan bersamaan dengan itu, segera mereka berlari-lari semakin kencang menempuh barisan orang-orang Pajang yang sudah menjadi semakindekat.

    Untara mendengar suara gemuruh itu. Ia melihat orang-orang Jipang seakan-akanmenyala seperti api yang tersiram minyak.

    Sekali Untara itu berpaling. Dilihatnya beberapa orang didalam pasukannya berkerutmendengar sorak yang riuh itu. Karena itu maka Untara merasa perlu menyentuh perasaanmereka supaya menjadi semakin besar. Katanya tidak kalah lantangnya Lihatlah, pasukanlawanmu telah datang. Jangan kau nilai mereka dengan umbul-umbul dan rontek-rontek itu.Betapa mereka sekedar mencari sandaran kekuatan kepada benda peninggalan AryaPenangsang yang telah mati. Nah, siapkan senjata, sambutlah orang Jipang yang sedangberputus asa itu. Antarkan mereka menurut kehendaknya, sebab mereka sedang membunuhdiri

    Kini orang-orang Pajanglah yang bersorak gemuruh bersama-sama dengan anak-anakmuda Sangkal Putung. Mereka tidak sekedar bersorak menyambut kata-kata Untara, tetapiseperti Swandaru mereka berteriak-teriak tak menentu. Mereka meneriakkan semboyan-semboyan yang dapat membakar kemarahan orang-orang Sangkal Putung.

    Untara mengerutkan keningnya mendengar anak-anak itu berteriak-teriak tak henti-hentinya. Tetapi ia berbesar hati karenanya. Sorak sorai itu menggambarkan tekad mereka yangbulat untuk mempertahankan kampung halaman mereka.

    Dalam keriuhan itu terdengar kembali suara Untara Pertahankan Sangkal Putung.Pertahankan hak milikmu dan yang terpenting pertahankan keluhuran panji-panji yang berkibar

    diatas kita. Gula Kelapa

    Kembali laskar Sangkal Putung berteriak-teriak. Tingkah laku mereka benar-benar telahdijalari tingkah laku Swandaru yang aneh itu. Mereka segera mengacung-acungkan senjata-senjata mereka. Bahkan mereka seakan-akan ingin segera meloncat menikam setiap orangdidalam barisan lawan.

    Demikianlah Untara kemudian menjatuhkan perintahnya terakhir Siapkan senjata.Sambut mereka. Perkuat induk pasukan untuk menahan arus Dirada Meta itu. Kemudianpengaruhi segera dengan tekanan pada sisi gelar itu. Adalah kewajiban sayap-sayap pasukanini. Sekarang sudah sampai pada saatnya, apa yang kalian sumbangkan bagi tanahmu itu

    Sekali lagi terdengar pasukan Pajang bersorak. Suaranya menggelegar seperti gunungruntuh. Disusul suara anak-anak muda Sangkal Putung meneriakkan beberapa macam kalimatyang mereka pelajari dari Swandaru. Kalimat-kalimat yang membakar nyala tekad mereka.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    9/490

    S.H. Mintardja

    6

    Demikianlah maka kini kedua belah pihak maju dengan cepatnya. Keduanya berlari-laridengan luapan kemarahan didalam setiap dada masing-masing. Seakan-akan mereka merasabahwa pasukan itu merayap terlalu lambat.

    Widura tahu benar apa yang harus dilakukan. Demikian pula Citra Gati yang memimpinsayap kanan. Kedua sayap itu segera berjalan mendahului induk pasukan, untuk kemudianmelingkar cepat-cepat. Ujung-ujung sayap-sayap itu seolah-olah merupakan pasukan-pasukantersendiri yang siap mematuk lambung pasukan lawannya.

    Tohpati menggeram melihat kesempurnaan gelar Garuda Nglayang itu. Karena itu, makasambil berlari maju ia berteriak Lihat kekuatan sayap itu. Sayap itu jangan diabaikan. Merekaadalah prajurit-prajurit Pajang yang baik. Tetapi diantara mereka terdapat titik-titik kelemahan.Sebab diantara mereka ada anak-anak Sangkal Putung. Mereka adalah kelinci-kelinci yangbersembunyi diantara barisan serigala. Nah, musnahkanlah kelinci-kelinci itu. Jumlah serigaladari Pajang tidak terlalu banyak.

    Suara Tohpati menggema sedemikian kerasnya, bahkan sengaja diulang oleh beberapapemimpin laskar Jipang, sehingga setiap anak-anak Sangkal Putung mendengarnya. Terasasesuatu berdesir didalam dada mereka, seakan-akan Tohpati itu melihat, betapa lemahnyamereka diantara prajurit Pajang dan Prajurit Jipang.

    Tetapi Untara tidak membiarkan mereka berkecil hati. Dengan lantang ia berkata Tidakada manusia yang kebal akan senjata. Hai anak-anak Sangkal Putung, senjatamu tidak akankalah tajam dari senjata-senjata Prajurit Pajang dan Jipang. Kulit orang Jipangpun sama sekalitidak kebal. Karena itu, meskipun mereka prajurit namun leher mereka akan terputus pula olehsenjatamu.

    Tak ada kesempatan untuk bersorai-sorai lagi. Senjata-senjata mereka segera berputar.Kedua pasukan itupun kini berbenturan. Tohpati dan Untara tidak perlu mencari-cari lawan.

    Mereka berdua berada diujung pasukan masing-masing. Karena itu segera mereka terlibatdalam pertempuran yang dasyat. Keduanya kini telah memiliki ketangkasan, kemampuan dankekuatan mereka sepenuhnya. Luka-luka mereka telah benar-benar tidak berbekas. Karena itu,maka perkelahian itu segera manjadi sedemikian sengitnya.

    Namun mereka adalah pemimpin-pemimpin dari seluruh pasukan. Betapa mereka sendiritenggelam dalam pertempuran, namun mereka masih menyediakan kesempatan untukmengawasi pasukan masing-masing. Untara masih sempat menyaksikan Widura denganlincahnya membawa laskar kiri menusuk langsung kelambung lawan. Adalah merupakankelebihan Widura, bahwa ia menyerang mendahului benturan yang terjadi antara keduapasukan itu. Dengan demikian Widura telah mengurangi laju pasukan Jipang dengan menarik

    sebagian dari perhatian mereka kelambung. Pasukan Jipang dengan gelar perang Dirada Meta,menekankan kekuatan pada pusatnya untuk mematahkan pertahanan lawan, denganmengurangi perhatian atas sayap-sayap gelar itu. Demikian pula gelar yang dibangun Tohpatiitu. Mereka ingin mematahkan induk pasukan Untara. Kalau induk pasukan itu pecah, makagelar Garuda Nglayang itupun akan tercerai-berai. Apabila pasukannya berhasil memecah gelaritu, maka Tohpati akan memperluas gelarnya dengan mengembangkan pasukannya. Gading-gading dari Dirada Metanya yang dipimpin oleh Senapati-Senapati Pengapit akan dapatberkembang menghancurkan pecahan laskar lawan disebelah menyebelah. Tohpati mengharapmedan menjadi sempit sesempit-sempitnya. Dalam medan yang sempit maka ketrampilanperseorangan sangat diperlukan, supaya ia tidak saling mendesak diantara kawan sendiri.

    Tetapi orang-orang Pajang bukan orang-orang yang baru dalam bidang Keprajuritan.Demikian melihat cara bergerak Dirada Meta yang berbahaya itu, Widura segera bertindakcepat. Dengan kekuatan pasukan sayapnya ia mendahului menyerang pada lambung pasukanTohpati. Hal itu benar-benar diluar perhitungan Macan Kepatihan, sehingga ia terpaksamengumpat-umpat dalam hatinya. Mau tidak mau ia terpaksa melepaskan Senapati Pengapit

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    10/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    7

    kanannya untuk melawan sayap Garuda Nglayang yang ganas, yang dipimpin langsung olehWidura sendiri.

    Disayap lain Untara melihat Citra Gati telah membawa pasukannya menyergap lambungkiri lawan. Tetapi Citra Gati tidak secepat Widura. Ia mulai mematuk lambung Dirada Meta itutepat pada saat benturan kedua pasukan itu terjadi. Meskipun demikian ternyata bahwa CitraGati itupun tidak terlambat. Pasukan yang dipimpinnyapun kemudian berhasil mengurangitekanan kekuatan lawan yang benar-benar untuk memecah tubuh Garuda Nglayang itu dengan

    membelah paruhnya.

    Dalam sekejap maka gemerincing pedang beradu telah membelah kesenyapan pagi.Dalam belaian angin yang kencang, kedua belah pihak mengerahkan segenap kemampuanyang ada pada mereka. Tekanan pada saat-saat pertama itu akan banyak berpengaruh padakebesaran hati masing-masing. Sehingga untuk seterusnya, maka keadaan itu akanberpengaruh pula.

    Tetapi beruntunglah, bahwa didalam induk pasukan itu berkumpul Agung Sedayu,Swandaru Geni, Hudaya, Sonya dan Patra Cilik. Mereka adalah orang-orang yang dipersiapkanuntuk melawan Sumangkar yang menurut perhitungan Untara dan Widura pasti diinduk pasukanitu pula.

    Namun meskipun kedua pasukan itu kemudian telah terlibat dalam pertempuran namunUntara masih belum melihat orang yang menggetarkan itu. Karena itu, maka ia bahkan menjadiagak-agak cemas. Jangan-jangan Sumangkar berada di dalam lambung pasukan lawannya ataudimana saja menurut kehendaknya. Pada saat demikian itulah maka Untara baru manyadarikesalahannya. Orang semacam Sumangkar agaknya tidak akan dapat diikat dalam gelar yangbagaimanapun baiknya.

    Tetapi ternyata bahwa kesalahan itu membawa keuntungan pula kepada Untara

    meskipun hanya sementara. Arus laskar Jipang dalam gelar Dirada Meta itu benar-benardahsyat. Seolah-olah arus air bah yang tanpa kendali melanda tanggul. Meskipun Widuradengan lincahnya telah berhasil menahan arus itu serba sedikit, serta Citra Gati kemudianberusaha untuk menguranginya pula. tetapi benar-benar terasa kedasyatan gelar Dirada Metaitu.

    Agung Sedayu, Swandaru, Hundaya, Sonya dan Patra Cilik yang tidak segera dapatmenemukan lawan mereka tidak dapat membiarkan induk pasukan itu benar-benar terpecah.Dengan tangkasnya mereka segera melibatkan diri dalam peperangan itu. Agung Sedayu benar-benar seorang anak muda yang lincah. Pedangnya dapat berputar secepat baling-baling. Kaki-kakinya dengan sigapnya membawa tubuhnya meloncat-loncat seperti seekor burung sikatan

    menari dipadang rumput yang hijau. Tercerminlah padanya ketangkasan ayahnya dankelincahan Kiai Gringsing. Namun terbawa oleh sifatnya, hampir setiap kali Agung Sedayumenjadi ragu-ragu membenamkan pedangnya ditubuh lawannya. Setiap kali kepalanya selaludipenuhi oleh pertimbangan. Kadang-kadang disaat-saat yang genting, terbayanglah wajahibunya. Bagaimana tangis perempuan itu, seandainya ibunya itu masih hidup, apabila iamendengar anaknya mati. Demikianlah kira-kira perempuan-perempuan lain yang kehilangananak, suami dan ayah-ayah mereka. Itulah sebabnya maka setiap kali ia berhasil melibatlawannya, maka tiba-tiba lawannya berhasil melepaskan dirinya. Tetapi lawan-lawannya samasekali tidak mengetahui, bahwa didalam dada Agung Sedayu selalu tumbuh keragu-raguan dankebimbangan. Mereka menyangka bahwa Agung Sedayu sebenarnya masih belum cukup kuatuntuk mengalahkannya.

    Hanya dalam keadaan yang sangat terpaksa Agung Sedayu dengan hati yang beratmelumpuhkan lawan-lawannya. Sekali-sekali ia terpaksa menyentuh tangan lawannya dengansenjatanya dan menggugurkan pedangnya.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    11/490

    S.H. Mintardja

    8

    Agung Sedayupun segera meloncat mencari lawan yang lain. Tetapi ia berada ditengah-tengah peperangan. Pengaruh suasana peperangan tidak memberinya kesempatan untuk terusmenerus dicengkam kebimbangan dan keragu-raguan. Bahkan karena itulah maka lehernyasendiri hampir sobek karena tombak lawannya. Untunglah bahwa ia masih sempat menarikkepalanya dan melindungi lehernya dengan pedangnya. Dengan demikian maka bagaimanapunberatnya, akhirnya Agung Sedayu mencoba untuk melepaskan seribu macam pertimbangandikepalanya.

    Kalau terpaksa pedangku membunuh seseorang, maka imbanglah hendaknya korban itudengan hak yang harus aku pertahankan desahnya didalam hati Aku sama sekali tidakmempunyai persoalan dengan orang-orang diantara mereka. Tetapi setiap pelanggaran atassendi-sendi kehidupan manusia harus dicegah. Kalau dalam pencegahan itu terpaksa jatuhkorban, semata-mata adalah karena kelaliman yang berselimutkan tubuh korban itu. Tubuh itu,manusia itu bukanlah tujuanku

    Pikiran itu telah menempatkan Agung Sedayu pada keadaan yang lebih wajar ditengah-tengah berkecamuknya pedang dan tombak. Ia telah berhasil mengurangi keragu-raguannya.Dengan demikian maka tandangnyapun segera berubah. Pedangnya menjadi semakin garang.Bahkan anak muda itu seakan-akan telah menggerakkan berpuluh-puluh pedang dengan

    berpuluh-puluh tangan. Namun meskipun demikian, maka setiap luka bekas pedangnya, hampirtidak pernah membahayakan nyawa lawan-lawannya.

    Jauh berbeda dengan saudara seperguruannya, Swandaru Geni. Sekali-sekali terdengaria berteriak nyaring. Pedangnya yang besar terayun-ayun dengan dahsyatnya. Setiap sentuhandengan senjatanya itu, terasa betapa dahsyat kekuatannya. Dengan tekad yang sebulat-bulatnya ia ingin memusnahkan setiap lawan-lawannya. Ia menyadari sepenuhnya, bahwa iaadalah anak Demang Sangkal Putung. Karena itu maka ia merasa ikut bertanggung-jawab ataskeselamatan kademangannya. Dipeperangan ini ia mendapat kesempatan menumpahkankemarahan, kebencian, dan kemuakkannya kepada orang-orang yang ingin merebut kampung

    halamannya itu. Karena itu maka tandangnya benar-benar mengerikan.

    Diantara mereka, Hudaya yang telah menyediakan diri melawan Sumangkar, telahmenggenggam kedua senjatanya. Meskipun kemudian ternyata ia tidak segera bertemu denganorang yang baginya seperti tokoh dalam dongeng-dongeng itu, namun arus Dirada Meta yangmelanda induk pasukan itu terasa benar-benar mengguncangkan paruh Garuda Nglayangnya.Karena itu meskipun kini tidak dilawannya Sumangkar, namun kedua senjatanya itu merupakansepasang senjata yang akan dapat membantu menyelamatkan gelarnya. Disampingnya Sonyayang bersenjata pedang dan perisai, mengamuk pula sejadi-jadinya, dan agak jauh disisi yanglain Patra Cilik bertempur dengan gigih.

    Diantara mereka, didalam induk pasukan itu Tohpati dan Untara bertempur dengandahsyatnya. Terasa benar usaha Tohpati untuk dapat memecah induk pasukan Untara.Pasukannya agaknya telah mendapat perintah yang cermat. Dengan sepenuh tenaga pasukanJipang itu berdesakan, seolah-olah berkumpul dipusat gelarnya, diujung belalai gelar DiradaMeta itu. Bertubi-tubi pasukan itu menghantam tak henti-hentinya.

    Untara merasakan tekanan itu. Namun ketika ia melihat Agung Sedayu, Swandaru danorang-orang yang dipilihnya untuk melawan Sumangkar berada disekitarnya, ia menjadi sedikittenang. Ia mengharap tenaga mereka benar-benar akan mempengaruhi pasukannya. Sehinggasetiap orang yang melihat tandang kelima orang itu, menjadi berbesar hati dan berjuangsemakin berani.

    Tetapi apa yang dicemaskan Untara, dan juga telah diperhitungkan oleh Tohpati, benar-benar terjadi. Dalam pertempuran itu, tampak betapa anak-anak muda Sangkal Putung kurangdapat menyesuaikan diri mereka. Dalam garis perang yang sempit karena tekanan Dirada Metayang berat, mereka berdesak-desakan dan bahkan hampir tak mampu menggerakkan senjata

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    12/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    9

    mereka. Dengan demikian, maka setiap prajurit Pajang, terpaksa bertempur sambil berusahamemberi petunjuk-petunjuk kepada mereka. Namun usaha itu tidak banyak berhasil.

    Diinduk pasukan itu, prajurit Jipang benar-benar seperti banjir yang mengamuk melandabendungan. Berangsur-angsur dan terus menerus. Mereka telah benar-benar terlatih dalam olahpeperangan, ditambah lagi dengan beberapa keadaan yang menjadikan mereka bertambahgarang. Sebagian dari mereka bertempur dalam keputus-asaan tentang hari depan yang baikbaginya, sedang sebagian lagi dengan penuh nafsu untuk merebut Sangkal Putung dengan

    segala isinya.

    Untara sendiri tidak lepas dari kesibukan melawanMacan Kepatihan dan kesibukan memperhatikan indukpasukannya ini. Sekali-sekali terdengar ia menggerammarah. Namun ia harus mengakui bahwa kekuatan lawanbenar-benar dipusatkan pada induk pasukan ini. Merekamempergunakan cara, mengorbankan pasukan-pasukansayap mereka, atau gading-gading Dirada Meta itu.Tetapi mereka ingin secepat-cepatnya berhasil memecahparuh Garuda Nglayang. Pecahnya induk pasukan itu

    akan sangat berpengaruh atas kekuatan gelar GarudaNglayang, dan terutama atas kebesaran hati prajuritPajang dan laskar Sangkal Putung.

    Keadaan Untara itu semakin lama menjadisemakin sulit. Betapa Agung Sedayu, Swandaru,Hudaya, Sonya dan Patra Cilik membantunya,mengamuk sejadi-jadinya, namun kekuatan lawan itubenar-benar tidak dapat diabaikan. Bahkan terasamereka benar-benar telah mendesak maju menyusup

    kedalam pasukan Untara

    Bukan main geram Untara. Ia harus cepat mengambil sikap sebelum pasukannyapecah. Ia tidak dapat berteriak untuk mendapatkan bantuan dari Widura dan Citra Gati. Sebab iadapat melihat kesibukan mereka. Tetapi mereka tidak mengalami tekanan seperti diindukpasukan itu. Bahkan dalam beberapa hal, Widura nampaknya masih agak tenang, dan bahkanberhasil menekan lawannya.

    Ketika kedudukan induk pasukannya semakin sulit, maka Untara terpaksa berbuatsesuatu. Sambil bertempur melawan Macan Kepatihan ia membuat perhitungan-perhitungan. Iatidak mau melihat paruh dan tubuh garudanya terpecah. Ia harus berbuat. Tetapi apa yang akan

    dilakukan itu mengandung segi-segi kemungkinan yang lemah. Apabila pasukan-pasukanpengapit tidak tanggap pada sasmitanya, serta pasukan diinduk pasukan itu sendiri kurangpandai melakukan gerakannya, maka laskarnya benar-benar akan terpecah, tetapi apabila iatidak berbuat sesuatu, maka laskarnyapun pasti terpecah pula.

    Karena itulah maka Untara berteriak sambil bertempur memanggil Hudaya. Orang ini,meskipun belum sekuat Agung Sedayu dan Swandaru, namun ia memiliki pengalaman yanglebih banyak, lebih matang dalam pertempuran-pertempuran gelar, dan ia adalah prajuritPajang.

    Mendengar namanya disebut Hudaya berusaha untuk mendekati Untara yang bertempur

    mati-matian. Agung Sedayu dan Swandaru berusaha untuk melindunginya.

    Perluas medan teriak Untara

    Yang terdengar adalah suara tertawa Tohpati. Sambil mengayunkan tongkatnya ia

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    13/490

    S.H. Mintardja

    10

    menjawab Jangan pancing kami dengan cara apapun. Kau tidak akan berhasil. Kami sudahmemperhitungkan dengan cermat, apa yang akan terjadi. Lebih cermat dari senapati Pajangyang dipercaya didaerah lereng Merapi, Untara

    Dada Untara hampir meledak mendengar hinaan itu. Tetapi ia berusaha untk tetapmempergunakan akalnya daripada perasaannya yang dibakar oleh kemarahan.

    Adalah menjadi kewajibanmu Hudaya, untuk berbuat sesuatu diinduk pasukan ini teriak

    Untara Perluas medan dan perhatikan sisi induk pasukan ini. Tarik beberapa langkah surut

    Gila teriak Tohpati. Dan iapun berteriak Pusatkan kekuatan pada paruh ini. Pecah danhancurkan

    Hudaya tidak menunggu perintah berikutnya. Ia tahu benar apa yang harus dilakukan.Tetapi dalam pada itu, pasukan Jipangpun memperketat tekanannya. Mereka menyadari, bahwamati-matian tidak boleh merubah tata perang yang menguntungkan itu.

    Namun peperangan itu adalah perang terbuka dalam gelar yang terbuka. Betapapunmereka mengetahui siasat lawan, namun ternyata bahwa ada hal-hal yang memaksa merekauntuk tidak berbuat sekehendak sendiri. Mereka harus menyesuaikan dengan cara lawanmereka menghadapi perubahan-perubahan yang terjadu.

    Hudaya yang kemudian mundur itu, langsung berteriak kepada setiap pemimpinkelompok Perluas medan. Lihat apa yang aku lakukan. Sonya, hancurkan sisi kanan indukpasukan ini, aku akan menempuh sisi kiri. Agung Sedayu bersama aku, dan bawalah Swandarudan Patra Cilik. Kelompok pertama ada padaku, dan kelompok ketiga, keduanya dari laskarSangkal Putung ada pada Sonya

    Beberapa pemimpin kelompok mendengar teriakan itu. Mereka tidak segera dapat

    melakukan perintah Untara lewat Hudaya itu. Tetapi beberapa pemimpin kelompok segera dapatmengerti. Gerakan itu sangat sulit dilakukan. Namun mereka harus berusaha. Ketika kelompok-kelompok pertama dan ketiga dari laskar Sangkal Putung berusaha memisahkan diri menurutperintah itu, terasa tekanan laskar Jipang menjadi semakin berat.

    Hudaya bersama Agung Sedayu dan Sonya bersama Swandaru dan Patra Cilik segeramenembus pertempuran itu kesisi induk pasukan. Beberapa orang Pajang yang berpengalamanmencoba menuntun kedua kelompok laskar Sangkal Putung itu. Mereka tidak dapat berbuat laindaripada mengundurkan diri lebih dahulu, kemudian dari belakang pertempuran merekamelingkar kesisi sebelah menyebelah.

    Dengan demikian maka induk pasukan itu untuk sesaat benar-benar terdesak mundur.Untara sendiri memang sudah memperhitungkan keadaan itu, sehinga iapun ikut melangkahsurut. Bahkan ia meluncur agak jauh kebelakang diantara anak buahnya yang masih belummenemukan bentuk yang serasi.

    Tenaga Agung Sedayu, Swandaru, Hudaya, Sonya dan Petra Cilik yang terlepas dariikatan kelompok itu benar-benar menguntungkan. Dengan lincahnya mereka segeramenempatkan diri mereka masing-masing. Meskipun kelompok yang diperintahkannya belumdapat segera mengikutinya, namun mereka telah mulai dengan tekanan mereka pada sisi indukpasukan. Karena pasukan Jipang bergerak maju, maka terbukalah sisi dari induk pasukanJipang itu, sehingga kemudian Hudaya dan Sonya beserta kelompoknya akan merupakan

    sayap-sayap kecil pada induk pasukannya.

    Tohpati melihat perubahan didalam tata pertempuran pasukan Pajang. Ia melihatbagaimana Untara berusaha menyempurnakan gelar Garuda Nglayang itu menjadi gelar yanglebih berbahaya bagi gelar Dirada Meta. Karena itu, maka Tohpati tidak membiarkan Untara

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    14/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    11

    mendapat kesempatan untuk mengatur orang-orangnya. Dengan tangkasnya ia meloncatmengejar Untara yang sedang menarik diri kedalam laskarnya.

    Meliha Tohpati memburunya, Untara menggeram marah. Ternyata senapati Jipang itubenar-benar berbahaya baginya dan bagi pasukannya. Terpaksa ia segera menyambut MacanKepatihan yang seakan-akan menerkamnya. Tongkat baja putih dengan sebah tengkorak kecilyang berwarna kuning itu benar-benar mengerikan. Tongkat itu terayun-ayun dengandahsyatnya. Setiap sambarannya selalu diikuti oleh desing angin yang keras.

    Tetapi yang diserangnya adalah seorang anak muda yang bernama Untara, sehinggadengan tangkasnya anak muda itu mampu melayaninya. Dengan pedang ditangannya, Untaramerupakan lawan yang berat bagi Macan yang garang itu. Pedang Untara benar-benar sepertibermata diujungnya. Pedang itu bahkan seakan-akan dapat menuntun gerak tangan yangmenggenggamnya. Menusuk, menyambar dengan sengitnya.

    Untunglah bahwa Hudaya bertindak cepat. Meskipun pada mulanya Hudaya dan AgungSedayu disatu sisi dan disisi yang lain Swandaru Geni, Sonya dan Patra Cilik saja yangmenekan sisi induk pasukan Jipang, namun segera terasa akibatnya.

    Pasukan Jipang yang bergerak maju, ternyata telah membuat jarak yang lebih panjangdengan sayap-sayap pasukannya yang terpaksa gigih melayani Widura dan Citra Gati. Jarakitulah yang sengaja dikehendaki Untara. Pasukan Hudaya dan Sonya sebelah menyebelah,merupakan penghubung dengan sayap gelar yang sebenarnya.

    Widura mula-mula terkejut melihat induk pasukannya terpaksa melangkah surut. Iamerasakan pula, betapa berat tekanan yang harus ditahan oleh induk pasukan itu. Sehinggamula-mula dengan cemas Widura melihat induk pasukannya yang disangkanya benar-benarakan pecah. Tetapi Widura tidak tinggal diam. Dengan pengalamannya ia segera mengetahuikelemahan induk pasukannya. Widurapun melihat bagaimana anak-anak Sangkal Putung

    hampir tak berdaya untuk berbuat sesuatu karena medan yang sempit. Ketika ia melihat Hudayadan Agung Sedayu meloncat dari induk pasukan dan kemudian membuat sayap tersendiri,Widura itu tersenyum. Ia berbangga atas kecerdasan Untara. Katanya dalam hati Anak itubenar-benar mempunyai kemungkinan yang baik sekali dimasa depannya. Pada umurnya yagmasih semuda itu, ia mampu mengatasi kesulitan dengan tiba-tiba.

    Tetapi Widura tidak hanya sekedar melihat, tersenyum dan berbangga. Ia harusmembantu gerakan Untara. Karena itu, ia segera mencoba memperluas gerakannya. Ia sendirisempat mengatur sayapnya sedemikian, sehingga ujung sayapnya dibagian dalam segera dapatmenghubungkan diri dengan pecahan induk pasukan yang dipimpin oleh Hudaya dan AgungSedayu.

    Tohpati mengumpat-umpat didalam hati. Kerja sama antara Untara dan Widura ternyatasedemikian baiknya, sehingga sisi kiri dari pasukannya mengalami tekanan-tekanan yang perlumendapat perhatiannya.

    Berbeda dengan disayap kiri itu, maka sayap kanan gelar Garuda Nglayang dari pasukanPajang mengalami sedikit kesulitan. Perhintungan Untara dan Widura ternyata salah. Tohpatitidak menempatkan Sanakeling disayap kanannya, tetapi justru disisi kiri dan Alap-alapJalatunda disisi kanan. Karena itulah maka Widura mendapat agak banyak kesempatan untukmengatur dirinya dan menyesuaikan dengan sebaik-baiknya untuk melawan gelar Dirada Metayang dahsyat itu.

    Tetapi keadaan Citra Gati agaknya terasa betapa beratnya. Sanakeling dengan pedangditangan kanan dan bindi ditangan kiri, melawan sayap kanan yang dipimpin Citra Gati dengankemarahan yang menyala-nyala. Sesuai dengan perhitungan Tohpati, maka Sanakeling tidakmembawa kekuatan yang besar disisi gelar itu. Tetapi karena mereka adalah laskar pilihan

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    15/490

    S.H. Mintardja

    12

    dibawah pimpinan Sanakeling sendiri, maka Citra Gati tidak segera dapat mengatasinya.Bahkan kemudian Citra Gati sendiri mengalami kesulitan melawan Sanakeling yang kasar dankeras. Karena itu maka dengan terpaksa sekali Citra Gati menarik seorang yang dipercayanyauntuk membantunya melawan sebaik yang pasti tidak dapat dilawannya sendiri. orang itu adalahSendawa. Mereka berdua mencoba sekuat tenaga mereka untuk menahan arus kemarahanSanakeling. Tetapi Sanakeling benar-benar merupakan orang yang luar biasa. Keras, kasar danliar. Ia dapat berbuat apa saja yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Dalam keadaan yangdemikian itulah maka sayap kanan tidak banyak membantu induk pasukan dalam usaha Untara

    memperluas medan dan menghubungkan laskar Sangkal Putung yang dipimpinnya dengansayap kanan itu. Dan usaha Sonya itu justru dapat memperingan tugas-tugas disayap kanan.

    Demikianlah keseimbangan seluruh pertempuran itu menjadi berat sebelah. Citra Gatiterpaksa sekali-sekali bergerak surut. Sedang Widura beberapa kali berhasil mendesak maju.Dalam hal demikian itu, maka gelar Garuda Nglayang yang dibuat oleh Untara itu berkisarkekanan. Sedang induk pasukannya kini telah didapatkannya beberapa perbaikan-perbaikan.Arus belalai Dirada Meta itu tidak lagi terasa sedahsyat semula. Anak-anak muda SangkalPutung terutama yang berjuang disisi induk pasukan itu, mendapat kesempatan yang sebaik-baiknya. Mereka kini tidak lagi berjejal-jejalan dan mereka kini tidak lagi takut menggerakkansenjata mereka agar tidak menusuk kawan sendiri. Beberapa orang prajurit Pajang yang

    sengaja ditempatkan diantara mereka, dan beberapa orang bekas prajurit Demak, meskipunsudah agak lanjut usia, benar-benar merupakan inti kekuatan laskar Sangkal Putung. Sedanganak-anak mudanya yang bertekad bulat untuk mempertahankan kampung halamannya, telahberjuang dengan nafsu yang menyala-nyala.

    Namun bagaimanapun juga, Untara masih juga prihatin melihat gelarnya terpaksaberkisar karena kekuatan yang tidak seimbang.

    Untara melihat beberapa kelemahan pada sayap kanannya. Disamping itu usaha MacanKepatihan untuk menekan induk pasukannya masih diusahakannya terus menerus.

    Bahkan timbul pula dugaan didalam hatinya Apakah Sumangkar yang garang itu beradadisayap kiri laskar Jipang dalam bentuknya seperti seorang prajurit biasa? Bukankah dengandemikian berarti korban dipihak Citra Gati akan berjatuhan tanpa hitungan? Namun mudah-mudahan Sumangkar tidak berbuat demikian. Sebab aku yakin, ia seorang yang jantan

    Ketika kemudian pasukan Sangkal Putung dibawah pimpinan Sonya, Citra Gati dangegedug anak-anak muda Sangkal Putung sendiri Swandaru Geni telah berada disisi kanan,dan berusaha membantu sayap itu dengan melepaskan sebagian kepentingannya disisi indukpasukan maka terasa pasukan Citra Gati mampu sedikit bernafas. Tetapi Citra Gati sendiriberada dalam keadaan yang sangat sulit. Meskipun ia bertempur berpasangan dengan

    Sendawa yang bertubuh raksasa, namun Sanakeling benar-benar seperti setan. Sepasangsenjatanya benar-benar mengerikan, hampir sedahsyat tongkat baja putih Tohpati itu sendiri.Demikianlah maka arena pertempuran itu bertambah riuh. Suara pedang gemerincing beradudengan perisai, derak tombak patah dan pekik jerit kesakitan. Korban jatuh satu demi satuditandai oleh darah merah yang segar memancar dari tubuh-tubuh yang terluka.

    Sementara itu matahari memanjat langit semakin lama menjadi semakin tinggi. Anginyang kencang masih saja bertiup diantara batang-batang ilalang. Mendung dilangit kini telahpecah berserakan. Langit menjadi biru cerah. Namun disudut-sudut cakrawala masih tampakmenggantung awan yang basah. Seperti mata gadis yang melihat kekasihnya berjuang dimedanperang.

    Anak-anak muda Sangkal Putung bukanlah prajurit yang berpengalaman seperti prajuritPajang dan prajurit Jipang. Ketika matahari menjadi semakin tinggi, maka keringat merekaseakan-akan telah terperas habis. Mereka telah memeras tenaga mereka seperti singa yangterluka. Namun mereka kurang memperhitungkan waktu. Berapa lama mereka harus bertempur

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    16/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    13

    melawan pasukan Jipang yang tangguh itu. Belum tentu tengah hari pertempuran itu selesai.Bahkan belum pasti sehari ini akan dapat segera diketahui siapakah yang kalah dan siapakahyang menang. Mungkin mereka harus berjuang sehari, dua hari bahkan mungkin lebih daripadaitu dalam pertempuran gelar yang terbuka. Tidak seperti pertempuran-pertempuran hantu-hantuan yang pernah mereka lakukan sebelumnya.

    Untarapun menyadari kemungkinan itu. Dan untunglah bahwa pengalamannya telahmengatakan kepadanya, bahwa hal itu akan terjadi. Karena itu betapapun beratnya tekanan-

    tekanan pasukan Jipang, namun Untara masih tetap menyimpan tenaga cadangan. Hanyaapabila keadaannya benar-benar parah, barulah tenaga cadangan itu harus membantu mereka.Namun karena tenaga cadangan itupun telah dipersiapkan bbm maka Untarapun masih jugatenang menghadapi pasukan Jipang yang garang.

    Namun semakin lama Untara menjadi semakin merasa, betapa tenaga anak-anak mudaSangkal Putung menjadi semakin susut. Meskipun tekad mereka sama sekali tidak surut, tetapitenaga mereka adalah tenaga yang terbatas. Kemampuan mereka bertempur dan kesanggupanmereka bertahan semakin lama menjadi semakin berkurang.

    Macan Kepatihan yang cerdik segera melihat kelemahan itu. Ia tersenyum didalam hati.Sesaat apabila matahari telah melampaui titik pusatnya, maka laskar Sangkal Putung benar-benar akan kehilangan sebagian besar dari tenaganya. Dengan demikian maka melawanmereka akan sama mudahnya dengan membinasakan kelinci sakit-sakitan. Maka nafsunyapunmenjadi semakin menyala. Dengan sebuah teriakan yang nyaring ia mendesak maju. Namunlawan pribadinya bukanlah anak muda Sangkal Putung yang sudah kelelahan. Lawannya kali iniadalah Untara, yang justru ketika ia mendengar Macan Kepatihan itu berteriak, maka ia semakinmempercepat pedangnya. Semakin lama semakin cepat, melampaui kecepatan tongkat bajaputih yang mengerikan itu.

    Tetapi Untarapun menyadari, bahwa ia sendiri akan mampu melawan musuhnya yang

    berbahaya itu, tetapi bagaimana dengan anak buahnya terutama anak-anak muda SangkalPutung? Bukan saja Untara, tetapi prajurit-prajurit Pajang yang bertempur diantara anak-anakmuda Sangkal Putung itupun ikut merasakan, seakan-akan pekerjaan mereka menjadi semakinberat. Apalagi Hudaya, Agung Sedayu disatu sisi dan Sonya, Patra Cilik dan Swandaru Genisendiri dilain sisi. Diantara mereka, hanya para prajurit Pajang dan orang-orang Sangkal Putung,bekas prajurit sajalah yang masih dapat bertempur dalam tataran yang tetap. Tetapi anak-anakmuda Sangkal Putung senidri benar-benar telah menjadi kelelahan.

    Dalam keadaan yang demikian Untara segera bersuit nyaring, sebagai suatu perintahsandi yang sudah dipesankannya kepada para penghubung. Perintah itu telah mendorong duaorang penghubung untuk meninggalkan pertempuran. Beberapa orang kawannya segera

    melindunginya ketika orang-orang Jipang berusaha mencegah mereka itu.

    Kedua orang itupun segera berlari dengan sisa tenaga mereka. Tetapi mereka tidakharus berlari sampai ke Sangkal Putung. Ditempat yang ditentukan segera merekamembunyikan tanda yang segera disahut oleh gardu pertama. Demikian tanda itu menjalarsehingga akhirnya didengar oleh pasukan cadangan yang hampir kehilangan kesabaran.Mendengar tanda itu segera mereka bersorak, dan dengan cepat mereka menempatkan diridalam satu barisan yang dengan tergesa-gesa berangkat kegaris pertempuran.

    Sementara itu jauh dibelakang garis pertempuran, seorang yang telah jauh melampauipertengahan abad, berdiri sambil menatap langit. Sekali-sekali berpaling, memandangi api yang

    menjilat-jilat, memanasi belanga tempatnya memasak. Sekali-sekali ia menarik nafas dalam-dalam. Kemudian dipandanginya dua tiga kawannya yang sedang sibuk menyiapkan makanuntuk kawan-kawan mereka nanti, apabila pertempuran telah selesai.

    Tetapi hari masih terlalu cepat untuk menyediakan makan itu. Kawan-kawan mereka baru

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    17/490

    S.H. Mintardja

    14

    akan datang setelah matahari tenggelam. Namun dalam keadaan yang khusus keadaannyapasti berbeda. Kalau kawan-kawan mereka menang, maka mereka pasti tidak akan datangkembali ketempat ini, tidak akan tinggal pula ditempat ini. Mereka pasti hanya menyuruhbeberapa orang datang untuk mengambil makanan itu. Tetapi kalau mereka kalah, mereka pastidatang lebih cepat, dengan beberapa orang yang luka-luka dan bahkan mungkin beberapaorang akan mati karenanya. Bukan lagi suatu kemungkinan, tetapi pasti.

    Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Kemudian dengan gelisahnya ia berjalan hilir

    mudik didalam hutan, diantara gubug-gubug ilalang tempat pasukannya berkemah.

    Aneh desisnya Angger Tohpati kali ini memang aneh Orang tua itu berhenti ketikaseseorang memanggilnya Sumangkar, bagaimana dengan daging rusa itu?

    Sumangkar mengerutkan keningnya. Jawabnya Sudah aku katakan, pangganglah.Kemudian sediakan rusa itu untuk angger Tohpati

    Untuk Raden Tohpati seorang diri?

    Biarlah kalau akan habis dimakannya jawab Sumangkar Kalau tidak, biarlah beberapaorang pemimpin membantunya menghabiskan daging itu. Untuk anak-anak yang lain, bukankahkalian sudah menyembelih kerbau liar?

    Orang yang bertanya itu terdiam. Tetapi terdengar seorang lain yang bertubuh kekarberkata lantang Biarlah orang tua itu mengerjakannya

    Sumangkar mengerutkan keningnya. Tetapi ia mendengar orang yang bertubuh kekar itumeneruskan Ayo kaupun harus bekerja seperti kami. Kau jangan berkalan saja mondar-mandir

    Sumangkar memandang orang itu. Orang yang bertubuh kekar itu. Ia melihat beberapa

    cacat ditubuhnya. Jari-jari tangan kirinya tidak lagi genap. Tiga diantaranya terpotong dalampertempuran. Sebuah goresan melintang menghias dadanya, dan dipelipisnya tampak bekasluka pula.

    Aku bukan lagi mondar-mandir saja Tundun, Tetapi aku lagi menanak nasi dibelanga ini

    Tundun, orang yang besar kekar itu mengerutkan keningnya. Jawabnya Tetapi mananaknasi tidak harus terus menerus harus kau tunggui. Bukankah kau dapat melakukan pekerjaanyang lain sambil menunggu nasi itu masak?

    Ah desah Sumangkar Biarlah kita mengerjakan pekerjaan ini diantara kita

    Aku mendapat tugas untuk mengawasi dan menjaga perkemahan ini jawabnya lantang.

    Sumangkar masih berdiri ditempatnya. Dilihatnya kemudian Tundun menghampirinyadengan mata yang memandanginya tajam-tajam Ayo, lakukan bentaknya.

    Jangan takut bahwa kami akan terlambat sahut Sumangkar.

    Tetapi orang itu membentak sekali lagi Jangan membantah. Kalau tak kau lakukanperintahku, aku robek mulutmu tua bangka

    Sumangkar menarik nafas dalam-dalam. Ditatapnya sekali lagi mata orang itu. Mata itumenjadi semakin tajam memandanginya. Sumangkar tersenyum dalam hati. Tetapi iamenundukkan wajahnya. Perlahan-lahan ia berjalan kembali ketempat kawan-kawannyabekerja.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    18/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    15

    Ketika ia kemudian membungkukkan badannya meraba tubuh rusa yang menggeletakdisamping perapian, maka terdengar kawannya yang pertama-tama bertanya kepadanya ituberbisik Sudahlah, biarlah nanti aku kerjakan

    Sumangkar berpaling. Dilihatnya kawannya itu. Seorang yang bertubuh kecil. JawabnyaBiarlah, biarlah aku lakukan perintah Tundun itu

    Kau sudah terlalu tua untuk bekerja lebih banyak katanya Aku menyesal

    menanyakannya kepadamu, sehingga Tundun membentak-bentakmu

    Sumangkar menepuk bahu orang yang bertubuh kecil itu. Kini ia benar-benar tersenyumBiarlah Bajang, biarlah aku mengerjakannya

    Orang bertubuh kecil dan mendapat panggilan Bajang itu masih juga berkata SudahlahKi Sumangkar, duduk sajalah disamping rusa itu. Tundun akan menyangka bahwa kau sudahbekerja untuk melakukan perintahnya. Nanti kalau aku sudah selesai dengan pekerjaan ini,biarlah aku yang mengerjakannya

    Tetapi Sumangkar menyentuh tubuh rusa itu, dan kemudian mengerjakannya dengancekatan. Me orang tua itu mempunyai keahlian sebagai juru masak yang baik. Tetapi beberapaorang menganggapnya, meskipun ia juru masak yang baik, namun ia agak terlalu malas. TetapiBajang menganggap lain. Sumangkar sudah terlalu tua. Bukan semata-mata karena malas.

    Dalam mengerjakan pekerjaan itu, pikiran Sumangkar tidak dapat lepas dari muridsaudara tua seperguruannya, Tohpati, yang hari ini terasa sangat aneh. Ia melihat, betapapersiapan Tohpati itu melampaui kebiasaan yang dilakukannya. Kali ini Macan Kepatihan ituterlalu teliti. Perintahnya menentukan semuanya, dan Sumangkar melihat perintah itusedemikian rapinya, sehingga ia seakan-akan melihat gelar Dirada Meta yang perkasa benar-benar akan melanda Sangkal Putung. Tetapi Sumangkar menyadari pula, bahwa di Sangkal

    Putung ada Untara dan Widura. Kedua orang itu benar-benar telah mengagumkannya pula.

    Tetapi yang terlebih aneh lagi bagi Sumangkar adalah percakapannya sendiri denganMacan Kepatihan itu. Ketika pasukan Tohpati itu telah benar-benar dipersiapkan maka tiba-tibaSumangkar ingin melihat, apakah yang akan terjadi dimedan pertempuran. Ia ingin melihatperbedaan-perbedaan pada sikap dan perbuatan Tohpati menjelang keberangkatan laskarnya.

    Tetapi Tohpati itu berkata Tidak paman. Paman tinggal diperkemahan ini. Paman sudahcukup lama mengalami masa-masa yang pahit. Sekarang biarlah paman beristirahat. Biarlahpekerjaan ini dilakukan oleh yang muda-muda

    Tohpati benar-benar berbeda dari kebiasaannya. Ketika Macan Kepatihan itu kemudianbermohon diri kepadanya maka katanya Paman, kali ini bagiku adalah kali yang terakhir. Hanyaada dua kemungkinan bagiku kali ini. Menang atau kalah. Supaya peperangan ini tidak menjadisemakin berlarut-larut

    Apakah maksudmu Raden? Sumangkar mencoba bertanya.

    Tohpati menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan Sumangkar ditinggalkannya. Beberapalangkah kemudian Tohpati itu berpaling, seolah-olah ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidakjadi.

    Apakah yang akan angger katakan? Sumangkar mencoba bertanya.

    Tidak paman. Tidak ada yang akan aku katakan

    Tohpati kemudian pergi. Pergi kegubugnya. Sampai kemudian pasukannya berangkat,

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    19/490

    S.H. Mintardja

    16

    Sumangkar tidak bercakap-cakap lagi dengan Macan Kepatihan itu. Ia hanya melihat Tohpatiberdiri dimuka pasukannya dengan tanda-tanda kebesaran sepenuhnya. Bukan sekedar tanda-tanda kebesaran dari suatu susunan kesatuan, tetapi benar-benar tanda-tanda kebesaranJipang selengkapnya.

    Kali ini Sumangkar melepaskan Tohpati dengan hati yang risau. Aneh. Sepertimelepaskan anak-anak menyeberangi sungai yang lagi banjir.

    Tetapi Sumangkar itu terkejut ketika tiba-tiba ia merasa punggungnya didorongseseorang. Karena Sumangkar itu sama sekali tidak menyangka, maka hampir-hampir ia jatuhterjerebab. Karena ia berpaling, dilihatnya Tundun berdiri dibelakangnya Jangan termenung.Aku bilang, kerjakan rusa itu

    Ya, ya Tundun jawab Sumangkar cepat-cepat.

    Tetapi kalau aku pergi, kembali kau duduk saja termenung. Kau benar-benar malas.Kalau Macan Kepatihan mengetahui kemalasanmu, lehermu itu pasti akan dipatahkannya

    Ya Tundun, maksudku..

    Diam! bentak Tundun Aku mau kau bekerja, tidak menjawab setiap kata-kataku

    Sumangkar tidak menjawab. Ternyata ketika kenangannya terbang mengikuti Tohpati,tangannya berhenti bekerja.

    Sudahlah Tundun tiba-tiba terdengar Bajang menyahut Biarlah orang tua itu bekerjamenurut kekuatan tenaganya. Jangan dipaksa, ia sudah terlalu lemah

    Tundun berpaling. Dipandanginya Bajang dengan matanya yang tajam. Kemudian

    terdengar ia membentak Jangan turut campur Bajang. Aku tahu apa yang harus aku kerjakan

    Tetapi kau terlalu kasar Tundun

    He teriak Tundun Kau berani membantah dan mengatakan aku terlalu kasar?

    Aku mengatakan sebenarnya

    Gila kau Bajang. Apa aku harus menampar mulutmu?

    Aku tidak mau kau perlakukan terlalu kasar

    Tundun benar-benar menjadi marah. Tiba-tiba kakinya terayun deras sekali kearahBajang yang berjongkok disamping Sumangkar. Tetapi ternyata Bajangpun cekatan. Segera iameloncat menghindari kaki Tundun. Bahkan kemudian Bajang itu telah berdiri tegak.Ditangannya masih tergenggam sebilah pisau yang tajam berkilat-kilat.

    Kau berani melawan aku Bajang? suara Tundun gemetar karena marahnya.

    Kau sangka bahwa karena tubuhmu yang cacat karena ciri-ciri peperangan itu kauditakuti orang Tundun? Bajang adalah soerang prajurit pula. Aku menyesal bahwa aku telahdilemparkan didapur yang kotor dan memuakkan ini. Ayo. Kalau kau ingin melihat, apakah

    Bajang juga mampu berkelahi

    Tundun hampir-hamir tidak dapat menahan diri lagi. Tetapi ketika mereka hampirbertempur, maka segera Sumangkar berkata Jangan bertengkar. Kalian bertengkar, maka

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    20/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    17

    kalian akan mempercepat kebinasaan kita sendiri

    Tetapi Tundun dan Bajang tidak mendengarnya. Masing-masing kemudian setapak majulagi. Namun tiba-tiba mereka terkejut ketika dikejauhan mereka mendengar suara ribut Siapaitu, he, siapa itu? disusul dengan suara tawa nyaring. Kemudian terdengar teriakan dikejauhanAku datang dengan dada terbuka. Ayo, siapa yang berada diperkemahan ini?

    Jangan membunuh diri terdengar jawaban.

    Tundun dan Bajang terpaksa menghentikan permusuhan yang hampir-hampir meledakitu. Dengan marahnya Tundun menggeram Tunggu Bajang, akan datang saatnya kepalamuterkelupas

    Bajangpun tidak kalah marahnya. Meskipun ia bertubuh kecil tetapi ternyata ia lincahbukan kepalang. Dengan beraninya ia menjawab Asal kau datang dari depan saja, Tundun.Jangan memperkecil arti Bajang yang kecil ini.

    Kemarahan Tundun tiba-tiba terungkat semakin tajam. Tetapi dikejauhan terdengar pulasuara nyaring Ayo, siapa yang bertugas menunggu kemah ini.

    Dada Tundun tergetar mendengar suara itu. Suara itupun seakan-akan menantangnya.Sebab ialah yang bertugas memimpin beberapa orang untuk menunggui kemah ini.

    Karena itu, maka segera Tundun itu berlari kearah suara itu. Sesaat ia melupakan Bajangdan Sumangkar. Namun Bajang mendengar pula suara dikejauhan. Dan iapun ingin melihatsiapakah yang dengan beraninya mandatangi perkemahannya. Perlahan-lahan iapunmelangkah kearah Tundun menghilang dibelakang belukar, dan Sumangkarpun menyusul puladibelakang mereka.

    Dikejauhan kemudian Tundun melihat dua anak buahnya yang bertugas disisi Untaraberdiri tegang menatap kebelakang gerumbul.

    Ayo, kemarilah berkata salah seorang penjaga itu apakah kau bernyawa rangkap?Tiba-tiba terdengar lagi suara tertawa itu. Dan tiba-tiba muncullah dari balik gerumbul seoranganak muda yang lincah sekali. Sambil tertawa ia bertolak pinggang. Kemudian katanya Heapakah laskar Tohpati tidak bernagkat seluruhnya?

    Tundun terkejut bukan buatan melihat anak muda itu. Anak muda itu pernah dilihatnyadimedan peperangan ketika ia ikut mencoba merebut Sangkal Putung. Tetapi ia kurang yakin.

    Sekali lagi Tundun melihat orang itu tertawa sambil bertolak pinggang. Sambil menunjukkepadanya ia berkata Ha, itu datang satu lagi. Ayo kumpulkan semua kawan-kawanmu yangtinggal lima atau sepuluh orang?

    Tundun memandang kedua kawannya yanglebih dahulu melihat orang yang bertolakpinggang itu. Kemudian ia berpaling, dan dilihat dibelakangnya. Punggungnyaa terasa berdesir,sebab Bajang masih memegang pisau dapur yang tajam berkilat-kilat. Tetapi Tundun itu berlegahati ketika ternyata Bajangpun kemudian berdiri disampingnya sambil memandang anak mudayang tertawa menjengkelkan.

    Kau siapa? yang bertanya mula-mula sekali adalah Bajang.

    Yang ditanya masih juga tertawa.

    Bajang menjadi marah. Sekali ia membentak He, Diam. Jangan seperti orang mabuk.Suara tertawa itupun terputus. Dipandangnya Bajang dari ujung kaki keujung kepalanya. Kau

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    21/490

    S.H. Mintardja

    18

    belum mengenal aku?

    Apakah namamu cukup bernilai untuk dikenal oleh setiap orang?

    Anak muda itu mengerutkan keningnya. Jawaban Bajang benar-benar menyakitkanhatinya. Namun selain menyakitkan hati anak muda itu, juga menyakitkan hati Tundun. Seakan-akan bajang itu lebih berani darpadanya. Karena itu Tundun itupun berteriak Jangan merasadirimu dikenal oleh setiap orang. Andaikata aku mengenalmu sekalipun aku tidak akan terkejut

    melihat tampangmu disini

    Anak muda itu menggeram. Namun sekali lagi ia tertawa. Katanya Hem, empat orang.Apakah masih ada yang lain?

    Untuk apa kau cari orang lain? Agaknya kau anak yang terlalu sombong

    Terserahlah kau menilai diriku. Tetapi kalian berempat ini bagiku hampir tidak berartisama sekali. Aku datang karena aku ingin melihat kekuatan perkemahanmu. Aku inginmenghitung ada berapa gubug yang kau dirikan disini, dan ada berapa luas tanah yang kauperlukan

    Cukup bentak Tundun. Tetapi terasa suaranya ragu-ragu, sebab ia pernah mengenalanak muda itu dimedan pertempuran. Namun ia menjadi heran, kenapa kali ini anak muda itutidak berada dimedan? Apakah ia mendapat tugas khusus dari Untara untuk mendatangiperkemahan ini?

    Tetapi anak muda itu masih tertawa. Suaranya semakin menyakitkan hati. Bahkan suaratertawa itu menjadi semakin dibuat-buat agar yang mendengar menjadi marah.

    Jangan membentak-bentak. Aku ingin berjalan berkeliling kemah ini. Kau dengar. Kalau

    kau berani, halangi aku. Berempat atau panggil kawan-kawanmu yang lain. Kalau tidak, biarkanaku berjalan-jalan disini

    Bajang masih heran, melihat Tundun, pemarah itu, masih berdiri saja ditempatnya.Biasanya, dalam keadaan yang demikian, ia pasti sudah berlari menyerbu dengan garangnya.Tetapi kini Tundun itu masih tegak seperti patung meskipun terdengar giginya gemeretak.Bahkan sekali lagi ia memandang berkeliling. Dua orang anak buahnya, dan Bajang. Kemudianberepat dengan dirinya sendiri. Meskipun baru saja ia bertengkar dengan Bajang, namun iamengharap Bajang tidak mengkhianatinya. Meskipun demikian, kalau perlu ia dapat memanggilorang-orangnya yang lain dengan sebuah tanda yang telah mereka tentukan. Empat atau limaorang akan datang bersama-sama. Tetapi apabila langsung mereka terlibat dalam perkelahian

    setidak-tidaknya mereka berempat lebih dahulu yang harus bertahan. Mungkin berlima denganSumangkar. Tetapi Sumangkar itu tidak dilihatnya. Dan Sumangkar bagi Tundun adalahseorang tua pemalas yang sama sekali tidak berguna. Namun dalam pada itu sekali lagiterdengar Bajang menggeram Kau belum menjawab pertanyaanku, siapakah kau ini?

    Anak muda itu memandanginya dengan nyala ketidak-senangan dimatanya. Kemudiankepada Tundun ia berkata Apakah kau juga belum mengenal aku?

    Tundun menggeleng. Pura-pura ia belum mengenalnya pula. Katanya Yang aku kenalhanyalah orang-orang yang penting didaerah ini. Tohpati, Widura, Untara, Ki Tambak Wedi.Sedang tampangmu sama sekali tak berarti bagiku. Apalagi sebentar lagi kau akan mati

    terkubur disini

    Anak muda itu mengerutkan keningnya. Katanya Bagus. Mungkin kalian akanmencincang aku. Tetapi baiklah aku memperkenalkan diriku. Kalian pernah mendengar nama Ki

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    22/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    19

    Tambak Wedi?

    Jangan menyebut nama itu. Apakah kau bermaksud menempatkan dirimu disisi namaitu?

    Anak muda itu tertawa Tidak. Itu tidak mungkin, sebab aku adalah muridnya

    Yang mendengar jawaban itu terkejut bukan kepalang. Mereka pernah mendengar cerita

    tentang murid Ki Tambak Wedi yang bernama Sidanti. Seorang yang kini berhasil menempatkandirinya disamping Macan Kepatihan. Karena itu maka dada mereka menjadi semakin berdebar-debar. Tundun memang pernah melihat kegarangan anak muda itu yang pernah berhasilmembunuh Plasa Ireng. Mengerikan. Bulu kuduk Tundun itu meremang. Ia kini menjadi yakin.Siapakah yang berdiri dimukanya. Mayat Plasa Ireng yang hampir tak berbentuk itu terbayangdiwajahnya. Gila, anak muda itu adalah anak muda yang sangat buas. Pantas ia tidak beradadimedan. Aku pernah mendengar bahwa ada perselisihan antara Sidanti dan Widura. Hem, akupernah melihat tampangnya dan aku pernah mendengar nama Sidanti. Tetapi baru sekarang iniaku pasti bahwa yang bernama Sidanti itu adalah anak yang membunuh Plasa Ireng itu pulaTundun yang berguman didalam hatinya itu kemudian mencoba mengingat-ingat kembali padasaat Plasa Ireng terbunuh. Pada saat itu ia hampir tidak mempedulikannya, siapakah yangmembunuh. Baginya orang-orang Pajang sama saja semuanya. Semuanya harus dibinasakan.

    Namun dengan demikian ia menjadi semakin ragu-ragu. Apalagi kedua kawan-kawannyayang lain. Mereka berdiri membeku ditempatnya. Kalau benar Sidanti itu telah menjadi sejajardengan Tohpati, maka akan binasalah mereka semuanya.

    Tetapi tiba-tiba timbul pikirannya yang memberi harapan bagi Tundun. Apabila Sidanti itubenar-benar berselisih dengan Widura dan Untara, maka apakah kedatangannya itu dapatdianggap sebagai lawan? Karena itu maka segera Tundun itu bertanya Sidanti, kenapa kautidak berada dimedan? Bukankah hari ini berkobar perang yang terbesar yang pernah terjadi di

    Sangkal Putung?

    Sidanti mengerutkan keningnya. Ia mencoba menjajagi pertanyaan itu. Katanya Kenapakau bertanya tentang hal itu?

    Ya, kenapa? Bukankah kau prajurit pajang?

    Sidanti tertawa. Jawabnya Aku dapat berbuat sekehendakku. Apakah aku inginberperang, apakah aku ingin melihat-lihat hutan ini. Tak seorangpun yan dapat memerintah aku,tetapi tak seorangpun pula yang dapat mencegah kehendakku

    Dada Tundun menjadi berdebar-debar. Namun dipaksanya juga mulutnya berkata Hem,aku dengar kau tidak lagi berada dalam lingkungan keprajuritan Pajang

    Tundun terkejut mendengar jawaban Sidanti Apa pedulimu?

    Sesaat Tundun terdiam. Tetapi kemudian ia bertanya pula Lalu apa maksudmu kemari?

    Sudah aku katakan. Aku ingin melihat, berapa kemah yang ada dan berapa luas tanahyang diperlukan. Aku ingin mengira-ngirakan kekuatan Tohpati.

    Untuk apa?

    Sekehendakku

    Tiba-tiba Tundun bertanya Apakah kau tidak bermaksud bekerja bersama dengan

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    23/490

    S.H. Mintardja

    20

    Macan Kepatihan?

    Sidanti tertawa. Benar-benar menyakitkan telinga. Katanya Kau sudah gila agaknya. Apaarti Tohpati itu bagiku, dan apakah arti seluruh kekuatannya

    Sekali lagi dada Tundun itu berdesir. Betapapun juga ia adalah seorang prajurit. Karenaitu maka meskipun ia telah mendengar bahwa Sidanti itu mempunyai kesaktian yang hampirsetingkat dengan Macan Kepatihan namun adalah kewajibannya untuk menunaikan tugasnya.

    Karena itu maka katanya Sidanti, aku hormat kepadamu. Aku pernah mendengar bahwa kaumemang seorang anak muda yang pilih tanding. Tetapi kali ini perkemahan ini menjaditanggung-jawabku. Maka jangan mencoba berbuat hal-hal yang dapat membahayakankeselamatanmu

    Kini Sidanti tertawa terbahak-bahak. Diantara derai tertawanya terdengar ia berkata Oh,prajurit yang malang. Kenapa kau berani berkata demikian kepadaku? Sudah aku katakan, takseorangpun yang dapat memerintah aku, dan tak seorangpun dapat menghalangi kemauanku.Kali ini aku ingin berjalan-jalan mengelilingi perkemahan ini. Jangan coba mencegahku

    Hati tundun adalah hati yang mudah terbakar. Kali inipun betapa bara menyaladidadanya. Namun terhadap Sidanti ia harus berhati-hati. Sekali lagi ia memandang keduakawannya yang seolah-olah telah membeku. Disampingnya berdiri Bajang seperti patung pula.Namun tampak bahwa wajah orang yang bertubuh kecil itu sama sekali tidak menunjukkankecemasan dihatinya. Bajang masih juga berdiri dengan wajah menyala. Bahkan kemudian iamenggeram Sidanti, jangan menganggap kami disini sebagai anak-anak yang takut mendengarsuara anjing menggonggong

    Sidanti terkejut mendengar kata-kata itu. Benar-benar menyakitkan hati. Karena itu makatiba-tiba warna merah menjalar diwajahnya. Siapa kau?

    Namaku Bajang

    Kau masih belum terlalu tua. Kenapa kau mencoba membunuh dirimu? Apakah kau tidaksenang hidup dilingkungan Macan Kepatihan?

    Jangan mengigau. Cobalah kau maju selangkah lagi. Maka kau akan terkubur ditanahini

    Sidanti benar-benar telah terbakar oleh kemarahannya yang memuncak. Karena itu tiba-tiba ia meloncat maju sambil berteriak Kumpulkan semua pengawal barak-barak diperkemahanini. Ayo, inilah Sidanti, murid Ki Tambak Wedi

    Tundun dan kedua prajurit yang lain dan Bajang sendiri kini tidak dapat mengelakkan dirilagi. Mereka harus menghadapi anak muda yang berani dan perkasa ini. Bagaimanapun jugamereka adalah prajurit-prajurit yang sudah terlalu sering bermain-main dengan senjata danbercumbu dengan maut.

    Ketika mereka melihat Sidanti dengan sigapnya meloncat maju, maka merekapun segeramendekat pula. Tanpa berjanji mereka berdiri seberang-menyeberang. Seakan-akan merekasengaja mengepung Sidanti yang dengan garangnya berdiri diantara mereka.

    Kau yang tajam mulut geram Sidanti sambil menunjuk kepada Bajang Kaulah yang

    pertama-tama akan aku sobek mulutmu

    Tetapi agaknya Bajang sama sekali tidak takut. Dengan pisaunya ia bersiap menghadapisetiap kemungkinan. Tundunpun kemudian bersiap pula. Ia tidak mau kalah daripada Bajang.Bajang yang hanya bersenjatakan pisau dapur betapapun besar dan tajamnya, berani

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    24/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    21

    menghadapi Sidanti dengan tatagnya. Maka Tundun yangdipinggangnya tergantung sebilahpedang, pasti harus lebih berani daripadanya.

    Sidanti yang berdiri diantara mereka, sekali lagimemandang setiap wajah disekitarnya. Tundun yangcacat, Bajang yang kecil dan kedua prajurit yang lain.Tiba-tiba Sidanti itu berkata nyaring Ayo, siapkansenjata-senjata kalian. Apakah kalian dapat

    menggerakkannya dengan baik?

    Tanpa dikehendaki, maka tiba-tiba tangan merekayang berdiri disekeliling Sidanti itu menarik senjatamasing-masing. Dengan serta merta senjata-senjataitupun segera tertuju kearah Sidanti

    Nah, ternyata kalian sigap pula menarik senjata.Sekarang aku ingin tahu, apakah kalian mampu bermain-main dengan senjata itu

    Tundun tidak menunggu lebih lama lagi. Segera iameloncat menusuk Sidanti. Tetapi Sidanti benar-benarlincah selincah sikatan. Pedang itu meluncur beberapa

    cengkang dimuka telinga kanannya.

    Sambil menghindar Sidanti sempat berteriak Ha, ternyata kau adalah prajurit yang baik.Meskipun tubuhmu telah dipenuhi oleh cacat badaniah, namun kesetiaanmu kepada MacanKepatihan tidak juga berkurang

    Tundun tidak menjawab. Tetapi ia menggeram keras. Serangannya yang gagal itu segera

    diulangi. Sambil memutar tubuhnya ia menyerang mendatar, setinggi leher. Namun kembaliserangannya dapat dihindari oleh lawannya. Sidanti dengan cepatnya merendahkan dirinya.

    Ketiga kawan Tundun yang melihat perkelahian sudah mulai segera berloncatan puladengan senjata masing-masing. Serangan mereka datang beruntun, seperti ombak lautanmenghantam pasir. Satu-satu tak henti-hentinya.

    Tetapi alangkah sakit hati prajurit-prajurit Jipang itu. Meskipun Sidanti harus melawanempat orang bersama-sama, namun ia masih sempat tertawa Nah, nilailah dirimu. Apa yangkau dapat lakukan atas Sidanti, murid Ki Tambak Wedi

    Keempat prajurit Jipang itu sama sekali tidak menjawab. Mereka terus menghujaniSidanti dengan serangan demi serangan. Tetapi Sidanti benar-benar lincah. Ia masih sajaberloncatan kian kemari menghindari pedang-pedang yang bersimpang siur disekitar tubuhnya.Bahkan kemudian ia berkata nyaring Hem, inilah agaknya yang menyebabkan laskar Jipang takpernah berhasil merebut Sangkal Putung. Empat orang berkelahi bersama-sama, namun samasekali tidak dapat menitikkan keringatku. Bagaimana kiranya kalau aku mencabut pedangku?

    Keempat prajurit Jipang itu berdesir. Baru mereka sadari bahwa Sidanti ternyata belummempergunakan senjatanya. Ia baru meloncat-loncat menghindar. Karena itu maka tundunsegera menyadari betapa berbahayanya Sidanti itu. Sehingga dengan demikian sebelumterlambat segera ia berteriak memerintah Bunyikan tanda bahaya.

    Salah seorang daripadanya segera meloncat mundur dari perkelahian itu. Ketigakawannya mencoba untuk melindungi seorang yang akan membunyikan tanda itu. Merekamenyangka bahwa Sidanti pasti berusaha mencegahnya. Karena itu, maka mereka harusberjuang mati-matian. Meskipun hanya pada saat tanda bahaya dibunyikan, namun menilik

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    25/490

    S.H. Mintardja

    22

    ketangkasan Sidanti, waktu yang pendek itu sangat mengkhawatirkan.

    Tetapi ternyata mereka salah sangka. Sidanti sama sekali tidak berusaha untukmencegah orang yang membunyikan tanda bahayan itu. Bahkan sambil tertawa ia berkataBaik. Aku beri kesempatan kalian memanggil kawan-kawan kalian. Berapa orangkah semuayang masih ada diperkemahan ini? Sepuluh atau lebih? Kalau lebih dari sepuluh, aku harusberpikir-pikir, untuk segera mengurangi jumlah itu supaya aku tidak kelelahan.

    Kata-kata itu benar-benar menyiksa perasaan prajurit-prajurit Jipang itu. Dengan penuhluapan kemarahan mereka berjuang sekuat tenaga mereka. Tetapi bagi Sidanti mereka benar-benar tidak berarti.

    Beberapa kawan-kawan mereka ditempat-tempat yang lain, terkejut mendengar tanda itu.Mereka menyangka bahwa beberapa orang Pajang telah meyerang mereka. Beberapa orangyang tidak dipasang dalam gelar untuk melawan Macan Kepatihan. Karena itu segera merekaberlari-lari menuju kearah tanda itu. Empat orang dari sudut penjagaan datang hampirbersamaan. Tetapi mereka terkejut ketika mereka melihat bahwa ditempat itu hanya adaseorang yang sudah bertempur melawan empat orang prajurit Jipang.

    Dengan nanar mereka mencoba memandang berkeliling. Namun mereka tidak melihatorang lain daripada yang sedang bertempur itu. Sehinggga salah seorang dari mereka berteriakKenapa dibunyikan tanda bahaya?

    Kau lihat lawan ini? berteriak Tundun.

    Yang hanya seorang itu?

    Buka matamu lebar-lebar jawab Tundun meskipun seorang tapi dia adalah anak iblis

    Yang terdengar kemudian adalah suara tertawa Sidanti, katanya Ya, yang seorang inianak iblis. Berapa orang kalian yang datang? Apakah genap enam orang, sehingga kaliansemua berjumlah sepuluh dengan orang-orang yang pertama?

    Keempat orang yang datang itu baru menyadari keadaan lawannya. Mereka kini melihatkeempat kawannya masih berkelahi dengan sekuat-kuat tenaga mereka dengan senjataditangan. Namun lawannya yang hanya seorang itu, dengan tersenyum selalu menghindarkandiri dari serangan yang bagaimanapun dasyatnya. Bahkan merekapun kemudian melihat bahwayang seorang itu masih belum mempergunakan senjatanya.

    Jangan berdiri seperti patung teriak Tundun Apakah kalian menunggu kami menjadi

    bangkai?

    Teriakan itu benar-benar telah membangunkan mereka dari kekaguman mereka melihattata gerak Sidanti. Lincah, tangguh dan menbingungkan. Karena itu segera merekaa mencabutsenjata masing-masing dan terjun kedalam arena perkelahian itu.

    Apakah kalian tidak akan saling menusuk diantara kawan-kawan sendiri? teriak Sidanti.

    Tak seorangpun yang menjawab. Namun kini kepungan mereka menjadi semakin rapat.Ujung-ujung senjata semakin cepat menyambar kulit Sidanti dari segala arah. Kerena itu makakatanya kemudian Nah, sekarang baru aku merasa perlu mempergunakan pedang. Ayo

    sebutkan jumlah kalian berapa?

    Tetapi pertanyaan itu dijawab dengan serangan yang datang bertubu-tubi dengansengitnya. Namun akhirnya Sidanti berhasil menghitung mereka, katanya Delapan. Aku harus

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    26/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    23

    mengurangi tiga diantara kalian. Aku hanya ingin melawan lima orang

    Gila gerem Tundun. Tetapi segera ia terdiam ketika pedang Sidanti yang baru sajaditarik itu hampir-hampir menyentuh hidungnya. Dan hampir-hampir cacat diwajahnyabertambah seleret lagi. Demikianlah perkelahian itu semakin lama semakin menjadi semakindasyat. Dalam pada itu Tundun masih menunggu beberapa orang kawannya yang sedangnganglang.

    Tetapi kawan-kawannya yang nganglang itu berada ditempat yang cukup jauh. Merekatidak menyangka bahwa akan datang bahaya diperkemahan mereka, sehingga merekakehilangan kewaspadaan. Mereka bahkan sedang asyik berburu rusa dan kijang.

    Karena itu maka mereka sama sekali tidak mendengar tanda bahaya yang dibunyikanoleh kawan Tundun diperkemahan.

    Maka Tundun terpaksa bertempur dengan kawan-kawanya yang telah ada. Delapanorang. Kemudian datang pula dua orang namun mereka sama sekali bukan prajurit. Merekaadalah orang-orang dapur, kawan-kawan Sumangkar. Meskipun demikian, mereka menbawasenjata ditangan mereka. Tetapi dalam perkelahian itu mereka tidak dapat segera ikut serta.

    Sidanti kemudian berkelahi dengan lincahnya melawan delapan orang. Ia menyangkabahwa ia akan dapat bermain-main dengan lawannya itu. Tetapi ternyata keadaannya berbedadengan dugaannya. Prajurit Jipang adalah sebenarnya prajurit. Hanya satu dua dari merekayang kurang baik. Namun yang lain adalah prajurit-prajurit yang cukup. Meskipun bukan orang-orang puncak.

    Hem desis Sidanti sambil meloncat-loncat Ternyata kalian cukup terlatih. Karena itu,maka jangan lebih dari lima, supaya aku bermain-main dengan baik tanpa menyakiti kamusekalian. Tetapi kalau diantara kalian tidak ada yang meninggalkan arena ini, aku terpaksa

    memaksamu

    Tak seorangpun yang menjawab. Bahkan mereka bekerja semakin keras. Senjata-senjata mereka berganti-ganti sambar menyambar tak henti-hentinya, sehingga semakin lamaSidanti menjadi semakin merasa, bahwa sangat berat baginya untuk melawan delapan orang itusekaligus. Ia terpaksa sekali-sekali meloncat jauh kebelakang, kemudian dengan cepatnyamelingkar dan menyerang seperti petir menyambar diudara.

    Kedelapan orang itupun merasa, betapa besar tenaga anak muda yang bernama Sidantiitu. Kini Tundun mulai dirayapi oleh kepercayaannya, bahwa Sidanti benar-benar mampumenempatkan diri hampir sejajar dengan Macan Kepatihan.

    Namun betapapun kuatnya Sidanti, untuk melawan delapan orang sekaligus adalahsangat berat baginya. Karena itu ia kemudian terpaksa bekerja mati-matian. Sebab kedelapanorang itupun bekerja dengan keras dan bertempur mati-matian pula.

    Sebenarnya aku tak ingin menyakiti kalian teriak Sidanti tetapi ternyata melawan kalianberdelapan adalah berat sekali. Kalian benar-benar prajurit yang tangguh. Karena ituseandainya pedangku melukai salah seorang dari kalian janganlah kalian menjadi sakit hati

    Kata-kata itu sama sekali mendapat perhatian. Bahkan dengan demikian Tundun dankawan-kawannya merasa, bahwa Sidanti merasa terdesak. Karena itu justru mereka

    memperketat perlawanan mereka.

    Sidanti yang merasa semakin terdesak akhirnya menjadi marah pula. Darahnya semakinlama menjadi semakin panas. Apalagi ketika kemudian sebuah goresan melukai punggungnya.Goresan itu tidak terlalu dalam. Namun goresan itu telah menyobek baju dan menyentuh

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    27/490

    S.H. Mintardja

    24

    kulitnya.

    Luka itu, meskipun tidak seberapa, namun karena darah yang menetes, maka hati Sidantitelah benar-benar terbakar karenanya. Hilanglah kemudian segala pengamatan diri. Dan dengandemikian maka anak murid Ki Tambak Wedi itu menggeram dengan dahsyatnya. Sekali iameloncat dengan lincahnya beberapa langkah surut, namun kemudian dengan cepatnya iamelingkar, menyerang menyambar-nyambar dengan sengitnya.

    Perkelahian itu segera meningkat dengan cepatnya. Semakin lama semakin dahsyat.Masing-masing pihak telah mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada mereka.

    Tundunpun kemudian merasa, bahwa kekuatannya bersama kawan-kawannya dapatmengimbangi kelincahan Sidanti yang hanya seorang itu. Tetapi untuk mengalahkan,menangkap atau membinasakan adalah sulit sekali. Sidanti itu benar-benar seperti anak setan.Sekali ia menerobos diantara lawan-lawannya, namun kemudian melontar dan meyerang darisisi dan belakang mereka. Kalau Tundun dan kawan-kawannya berusaha untuk mengepungnya,maka usaha itu selalu gagal. Sidanti mampu meloncat dengan jarak yang tidak dapat merekajangkau dengan loncatan dan senjata.

    Ketika pertempuran itu menjadi semakin meningkat, maka terdengarlah Tundun berteriakBunyikan kembali tanda bahaya. Supaya kawan-kawan kita yang nganglang mendengarnya

    Kembali salah seorang dari mereka meloncat keluar arena perkelahian. Kali ini Sidantitidak membiarkannya. Tetapi ia tidak mampu untuk mencegahnya, sebab tujuh orang yang laindengan garangnya mencoba melindungi kawannya yang seorang itu.

    Gila teriak Sidanti Bukan maksudku membunuh salah seorang dari kalian, tetapi kalianbenar-benar keras kepala. Karena itu, aku terpaksa melakukannya

    Maka Sidanti itupun kemudian sampai pada puncak permainannya. Rasa nyeridipunggungnya telah memaksanya untuk mendendam. Karena itu maka sesaat kemudianterdengarlah sebuah keluhan tertahan. Bajang meloncat surut dari lingkaran pertempuran itusambil meraba pundaknya. Tampak darah yang merah segar meleleh dari luka itu.

    Anak setan teriaknya. Kemudian kepada kawan-kawannya juru masak yang masihberdiri menonton perkelahian itu dengan wajah pucat ia berkata Berikan pedangmu itu

    Kedua kawannya yang biasanya hanya dapat menunggui perapian segera berlarikepadanya dan memberikan pedangnya kepada Bajang Terima kasih, senjataku terlalu pendeksehingga pundakku terluka

    Bajang yang luka itu kemudian dengan kemarahan yang membakar ubun-ubunnyameloncat kembali ke arena. Tetapi demikian ia sampai, terdengar pula orang lain mengeluh.Sekali lagi, salah seorang dari mereka meloncat keluar arena. Kali ini agaknya lebih parah dariluka yang diderita oleh Bajang. Ternyata darah mengucur dari tangannya. Dua buah darinyaterpenggal dan pedangnya terlempar jatuh.

    Wajah prajurit yang kehilangan jari-jarinya itu menjadi merah padam. Merah padamkarena marah dan menahan sakit. Ketika ia melihat seorang juru masak berdiri dengan pedangditangan, tetapi tidak ikut dalam pertempuran, terdengar ia berteriak Berikan pedangmu

    Orang itu ragu-ragu sejenak. Tetapi kemudian diberikan juga pedangnya.

    Prajurit itu menerima dengan tangan kirinya. Cepat ia meloncat kembali karena denganpedang di tangan kiri. Meskipun tangan kirinya tidak setangkas tangan kanan namun

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    28/490

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    29/490

    S.H. Mintardja

    26

    Dilihatnya beberapa orang kawan-kawannya telah menjadi payah. Bahkan ada yang terluka.

    Bukan main desis salah seorang dari mereka Siapakah anak muda yang gila itu?

    Tiba-tiba salah seorang yang lain dapat mengenal wajah itu. Jawabnya Anak itu yangmembunuh Plasa Ireng.

    Pantas ia berhasil membunuh Plasa Ireng. Tetapi ia kini tak akan lolos lagi. Orang

    itupun segera berlari menghabur menerjunkan diri kedalam arena pertempuran.

    Tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia mendengar salah seorang kawannyaberteriak tinggi. Ia melihat sosok tubuh terhuyung surut. Untunglah ia cepat dapatmenangkapnya.

    Dadaku keluh orang itu. Dan dari dadanya mengalir darah dengan derasnya.

    Karena itu ia tidak segera dapat ikut bertempur. Dipapahnya orang itu menepi dandiserahkannya kepada dua orang dapur yang berdiri terpaku disisi pertempuran itu. Namunketiga kawan-kawannya yang lain telah meloncat pula mendahuluinya memasuki arena.

    Sidanti yang melihat kehadiran keempat orang baru itu menjadi semakin marah. Dengansekuat tenaga ia berhasil mengurangi satu lawan. Namun yang empat itu pasti lebih baik dariseorang yang terlempar dari perkelahian itu.

    Kalian benar-benar jemu hidup teriak Sidanti Ternyata kalian tidak mau mendengarpermintaanku. Karena itu, aku tidak akan menahan ujung senjataku.

    Persetan dengan kesombonganmu, ternyata kau tidak akan dapat keluar dariperkemahan ini, sehingga kau benar-benar akan berkubur disini sahut Tundun. Namun

    suaranya itu disahut oleh sebuah teriakan. Satu lagi kawannya terluka. Telinganya tergorespedang Sidanti, sehingga hampi putus. Tetapi dengan demikian orang itu menjadi semakingarang. Sambil berteriak-teriak ia menerjang tanpa menghiraukan apapun yang akan dapatterjadi atasnya.

    Dengan demikian perkelahian itu semaki lama menjadi semakin dasyat. Masing-masingtelah menumpahkan segenap kemampuan yang ada bagi mereka. Sidanti yang hanya seorangitupun, terpaksa memeras kesaktiannya. Untunglah ia murid Ki Tambak Wedi yang namanyamenakutkan setiap orang yang mendengarnya. Namun melawan sekian banyak orang, makaakhirnya ia mendapat kesulitan juga. Bahkan nyawanya kini terancam.

    Tetapi perkelahian itu tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah teriakan nyaring. Teriakan itudemikian kerasnya, sehingga hampir-hampir memecahkan anak telinga. Meskipun merekasedang bertempur dengan dasyatnya, namun suara itu dapat menembus kedada mereka.

    Berhenti, berhenti berkata suara itu melengking-lengking.

    Semua orang didalam arena itu berloncatan mundur. Ketika mereka berpaling merekamelihat seorang tua dengan wajah yang tegang, dan mata tajam yang memandangi mereka satupersatu.

    Dada para prajurit Jipang berdesir melihat orang itu. Tatapan matanya terasa terlalu

    dalam menghujam kedalam dada mereka. Meskipun mata itu tidak seliar mata Sidanti, namunsinarnya memancarkan nada serupa.

    Tetapi orang itu ternyata kemudian tersenyum. dipandanginya Sidanti sambil berkata

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    30/490

    Api di Bukit Menoreh 2

    27

    Jangan bersungguh-sungguh Sidanti. Bukankah kita tidak akan menyakiti hati mereka.

    Sidanti menggigit bibirnya.

    Kau telah melukai beberapa orang diantaranya

    Mereka benar-benar ingin membunuhku sahut Sidanti.

    Para prajuri Jipang masih diam mematung. Mereka belum pernah melihat orang tua itu.Mereka menjadi semakin heran ketika melihat orang tua itu berkata kepada mereka Maafkanlahmuridku ini.

    Tidak seorangpun yang menjawab. Mereka masih berdiri terpaku ditempatnya, dengansenjata-senjata mereka siap ditangan.

    Kalian heran melihat kehadiranku? Mungkin kalian belum mengenal aku. Aku adalah KiTambak Wedi.

    Kembali dada prajurit-prajurit Jipang itu berdesir. Ternyata orang inilah yang bernama KiTambak Wedi. Orang yang namanya menghantui seluruh lereng Gunung Merapi. Kini orang ituberada dihadapan mereka dengan muridnya yang bernama Sidanti.

    Aku minta maaf berkata Ki Tambak Wedi itu pula Maksud kedatangan kita semulaadalah baik. Kita ingin mengetahui keadaan kalian disini.

    Yang menjadi pimpinan pasukan pengawal itu adalah Tundun. Karena itu, maka ialahyang menjawab Kiai, kami minta maaf atas kelancangan kami. Kami terpaksa melakukanperlawanan karena tugas-tugas kami.

    Bagus potong Ki Tambak Wedi Kalian adalah prajurit. Jadi kalian harus melakukankewajiban kalian.

    Jawaban itu benar-benar tidak disangka oleh Tundun. Dan justri karena itu ia menjadibingung, sehingga ia tidak tahu apalagi yang dikatakannya.

    Yang berkata kemudian adalah Ki Tambak Wedi, Kisanak, kedatangan kami sama sekalitidak bermaksud untuk menyakiti hati kalian. Kami hanya ingin sekedar memperkenalkan dirikami. Aku dan muridku. Apakah kalian bersedia menerima salam perkenalan ini?

    Tundun menjadi semakin bingung. Ia tidak tahu maksud Ki Tambak Wedi. Karena itu,

    maka ia masih saja berdiam diri seperti tonggak.

    Ki Tambak Wedi yang melihat para prajurit Jipang itu tertawa. Katanya Kenapa kalianmenjadi orang yang kehilangan ingatan? Percayalah, aku tidak akan berbuat apa-apa. Mungkinmuridku telah terlanjur melukai beberapa orang diantara kalian tetapi itu hanya karena umurnyayang masih muda sehingga ia tidak mudah untuk mengendalikan dirinya. Meskipun maksudnyamemang ingin mencoba bermain-main dengan kalian, tetapi tidak untuk melukai apalagimembunuh.

    Tundun dan kawan-kawannya semakin menjadi tidak mengerti maksud kata-kata itu.Dengan demikian mereka masih saja berdiri membisu.

    Karena tidak seorangpun yang menyahut, Ki Tambak Wedi iu berkata terus Maksudmuridku memang ingin berkelahi untuk sekedar memperkenalkan diri. Maksudnya akanmemberitahukan kepada kalian bahwa Tohpati sama sekali bukan orang yang aneh. Bukanmanusia yang melampaui batas kemampuan manusia yang lain. Sekarang kalian telah melihat

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 2

    31/490

    S.H. Mintardja

    28

    muridku dan mengalami perkelahian. Sudah tentu kalian akan dapat menilai, manakah yanglabih sakti. Macan Kepatihan atau Sidanti.

    Debar didada prajurit Jipang itu menjadi semakin deras. Apalagi ketika terdengar KiTambak Wedi berkata Itupun aku masih menganggap bahwa Sidanti masih harus berjuangmembentuk dirinya mempelajari ilmuku untuk menjadi sempurna.

    Muridnya telah mempu berbuat sedemikian pikir para prajurit itu Apalagi gurunya

    Nah, bagaimanakah menurut penilaian kalian? Apakah Sidanti sudah sama denganMacan Kepatihan?

    Tak seorangpun yang menjawab. tetapi biarlah kami memberikan pertanyaan-pertanyaanlain.Apakah kalian masih ingin berjuang bersama-sama Macan Kepatihan?

    Masih tidak dijawab.

    Tentu, kalian tentu tidak akan menjawab. Tetapi ketahuilah berkata Ki Tambak Wediseterusnya Bahwa kami pernah datang kepada Tohpati. Kami ingin berbuat baik kepadanya.Kami menawarkan jasa-jasa kami dan tenaga kami untuk kemenangannya. Tetapi maksud kamiitu ditolaknya, sayang.

    Mendengarkan keterangan itu Tundun mengerutkan keningnya. Sejak semula ia sudahmenanyakannya kepada Sidanti kemungkinan itu, tetapi Sidanti malah menghinanya, menghinapasukan Jipang itu seluruhnya.

    Tambak Wedi melihat perasaan yang bergerak didalam hati Tundun. Maka segera iaberkata Aku mendengar pertanyaanmu dipermulaan perkenalanmu dengan muridku. Danmuridku sengaja menghinamu, untuk membangkitkan kemarahanmu, supaya muridku dapat

    bermain-main dengan kau. He, apakah kau pemimpin pasukan pengawal ini?

    Tanpa sesadarnya Tundun mengangguk sambil menjawab Ya

    Nah, ketahuilah, maksud kami terlampau baik. Kami masih tetap menawarkan tenagakami untuk kepentingan kalian Ki Tambak Wedi terdiam sesaat. Namun kemudianditeruskannya Tetapi Macan Kepatihan menolak, apa boleh buat. Meskipun demikian ada yangwajib kalian ketahui. Macan Kepatihan kini tidak lagi mempunyai tempat yang akan dijadikannyapancadan dalam gerakannya. Ia berada dimana-mana, seperti