api di bukit menoreh 3

Upload: mohamad-rizal-firmansjah

Post on 07-Apr-2018

366 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    1/498

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    2/498

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    3/498

    SH MINTARDJA

    API DI BUKIT MENOREH

    3

    Seperti yang terdahulu,saya ketengahkan ceritera inidengan harapan yang sama.Ceritera yang dicari dibumi sendiribertolak pada sifat manusia,dengki, iri, nafsu, cita2namun juga cinta Yang melahirkan segala macam peristiwa,pertentangan, pertengkaran, perang,tetapi jugatuntutan keadilan dan kebenaran.

    Penulis

    Gambar Kulit: Herry Wibowo b.a

    Ilustrasi: drs Sudyono

    Jakarta, April 2008

    www.cersiljawa.blogspot.com

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    4/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    1

    _____________________________________________________________________________

    Tetapi merekapun segera memaklumi. Daerah ini adalah daerah yang tidak terlampau jauh dari padepokan di lereng Merapi itu. Adalah mungkin sekali bahwa orang-orang Jipangdilereng Merapi itu berkeliaran sampai kepadukuhan ini pula. Bahkan mungkin Alap-alapJalatunda telah mempergunakan daerahnya yang lama untuk mencari apa saja yangdiinginkannya. Dengan cara-cara yang lama pula. Merampok dan menyamun.

    Meskipun malam menjadi kian pekat, tetapi Agung Sedayu mengenal daerah itu denganbaik. Setiap lorong dan tikungan dikenalnya seperti mengenal halaman rumah sendiri.

    Akhirnya merekapun sampai kedepan sebuah regol pada halaman yang luas. Tetapihalaman yang luas itu tampaknya gelap bukan main. Tidak ada pelita tersangkut dihalaman,bahkan tak ada sorot yang menerobos dari sela-sela dinding rumah itu.

    Mereka bertiga, Kiai Gringsing, Agung Sedayu dan Swandaru berhenti sejenak. Perlahan-lahan terdengar Agung Sedayu berkata Inilah rumahku, Kiai

    Kiai Gringsing tersenyum, jawabnya Aku sudah mengetahuinya, ngger

    He Agung Sedayu terkejut Jadi Kiai sudah mengetahui bahwa ini adalah rumahku?

    Tentu

    Dari mana Kiai mengetahuinya?

    Seperti ayahmu pernah mengenal pondokku yang jelek di dukuh Pakuwon, maka akupunpernah juga mengunjungi rumah ini bersama angger Untara

    Kakang Untara?

    Ya, angger Untara yang terluka itu harus bersembunyi. Tetapi untuk keselamatannya

    sebagai seorang senapati, maka ia harus benar-benar tidak diketahui tempatnya. Sesekali kamiharus berpindah tempat. Dalam kesempatan itu kami pernah bersembunyi pula dirumah ini

    Oh Agung Sedayu mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun yang terdengarkemudian adalah pertanyaan Swandaru Tetapi apakah halamanmu ini sengaja kau jadikanrumah hantu?

    Kenapa?

    Tercium olehku bau bunga kantil. Terbayang juga pohonnya yang besar rimbun. Tetapigelapnya bukan main

    Agung Sedayu tersenyum. Tiba-tiba terkenanglah masa anak-anaknya. Ia sama sekalitidak berani bermain-main dibawah pohon kantil itu, meskipun disudut halaman rumahnyasendiri. Tetapi kini ia mendapat kesan yang lain.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    5/498

    S.H. Mintardja

    2

    Ketika kemudian angin malam berhembus agak kencang, terdengarlah benda berjatuhan.Tidak hanya satu dua, tetapi lima, enam, sepuluh.

    Apakah itu? bertanya Swandaru

    Apakah kira-kira?

    Swandaru menggeleng Aku tidak tahu

    Agung Sedayu tersenyum Dihalaman ini terdapat pula sebatang pohon kemiri. Agaknyapohon kemiri itu sedang berbuah. Buahnya yang sudah tua akan berjatuhan ditiup angin

    Hem desah Swandaru Rumahmu memang rumah hantu

    Apakah kau takut hantu? bertanya Kiai Gringsing

    Aku hanya takut kepada hantu dibekas perkemahan orang-orang Jipang itu sahutSwandaru

    Kiai Gringsing tertawa kecil. Sedang Agung Sedayupun kemudian mempersilakanmereka masuk.

    Terdengar sebuah gerit puntu regol itu dibuka, dan ketiganyapun kemudian hilang ditelanoleh gelap malam dibalik regol halaman itu.

    Halaman itu memang gelap bukan main. Pohon-pohon yang besar tumbuh disebelahmenyebelah. Meskipun demikian Agung Sedayu masih mengenal halamannya dengan baik.Dengan langkah yang tetap ia berjalan lewat sisi rumahnya langsung kebelakang, ketempatpenunggu rumahnya itu tinggal.

    Mudah-mudahan ia masih berada disana desisnya.

    Ketika aku datang bersama angger Untara, perempuan itu masih disana berkata KiaiGringsing

    Dan ternyata disebuah bilik kecil dibelakang rumah itu masih mereka lihat sebuah pelitayang menyala. Agung Sedayupun menarik nafas bergumam Ha, itulah dia. Ternyataperempuan itu masih disana

    Perlahan-lahan Agung Sedayu mengetuk pintu bilik itu. Dan dari dalam rumah itupun

    terdengar suara penyapa Siapa?

    Aku, Sedayu

    Oh, angger Sedayu? Apakah agger datang bersama angger Untara?

    Tidak bibi. Aku bersama dua orang kawanku

    Yang terdengar kemudian adalah langkah kaki perempuan itu perlahan-lahan. Terdengarsebuah gerit kecil dan pintu itupun terbuka

    Angger Agung Sedayu desis perempuan itu.

    Ya bibi

    Marilah. Marilah masuk dahulu berkata perempuan itu terbata-bata. Tetapi hal itu mula-

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    6/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    3

    mula sama sekali tidak menarik perhatian Agung Sedayu. Disangkanya perempuan yang sudahlama tidak melihatnya itu hanya sekedar terkejut melihat kehadirannya yang tiba-tiba jauhditengah malam.

    Tetapi ketika mereka bertiga melangkah masuk, dengan tergesa-gesa puntu itupunditutupnya sambil bergumam Setiap sorot lampu yang meloncat keluar, akan dapat memanggilorang-orang itu untuk datang

    Siapa? bertanya Agung Sedayu yang mulai menjadi curiga

    Sejenak perempuan itu memandangi ketiga orang yang kini duduk diatas sebuah ambenbambu. Diamben itu pula, anaknya, seorang anak laki-laki, tidur mendengkur.

    Bilik itupun kemudian menjadi sepi. Yang terdengar hanyalah tarikan nafas-nafas mereka,dan dengkur anak yang sedang tidur dengan nyenyaknya itu.

    Wajah perempuan itu tiba-tiba menjadi tegang. Ia telah mengenal Agung Sedayu sejakmasa anak-anak. Ia mengenal Agung Sedayu sebagai seorang anak laki-laki yang manja, yangtidak berani beranjak dari sisi ibunya. Karena itu maka sejenak perempuan itu menjadi ragu-ragu. Bahkan kemudian ia bertanya Angger, apakah angger datang hanya bertiga dimalambegini?

    Ya bibi. Aku datang bertiga dari Sangkal Putung. Tetapi siapa yang sering datangkemari?

    Angger bisik orang itu seakan-akan takut didengar oleh dedaunan diluar dinding biliknyaSebaiknya angger Agung Sedayu menjauhi tempat ini

    Ya, kenapa? Agung Sedayu menjadi tidak sabar.

    Kembali perempuan tua itu menjadi ragu-ragu. Ditatapnya Agung Sedayu dan keduatemannya berganti-ganti.

    Akhirnya Agung Sedayu dapat memaklumi perasaan perempuan itu. Dengan sungguh-sungguh ia berkata untuk meyakinkan perempuan itu Bibi. Katakanlah, sekarang barangkali akutidak akan pingsan mendengar nama siapapun yang akan bibi sebutkan. Mungkin bibi masihmenganggapku seperti Agung Sedayu yang dahulu, yang sambil menangis mengikuti kakangUntara meninggalkan Jati Anom dimalam yang gelap dibawah hujan yang lebat. Tetapi sekarangtidak bibi. Bukan karena aku menjadi seorang yang sakti, tetapi aku sekarang mempunyaiseorang teman yang tidak akan dapat dilukai oleh tajamnya senjata sambil menunjuk kepada

    Swandaru ia berkata Lihatlah temanku yang gemuk ini. Ia akan mampu melindungi rumah ini

    Perempuan tua itu memandangi Swandaru dengan sorot mata yang diwarnai olehkebimbangan hatinya. Namun sekali lagi Agung Sedayu meyakinkannya Bibi, namanya adalahSwandaru, Swandaru Geni. Tangannya dapat menjadi sepanas bara dan sorot matanya apabilaia sedang marah dapat menyala seperti semburat api

    Uh Swandaru berdesah. Tetapi ia tidak memotong kata-kata Agung Sedayu

    Perempuan itu akhirnya dapat meyakini kata-kata Agung Sedayu. Wajah Swandaru yangbulat itu dapat melenyapkan keragu-raguannya, sehingga perlahan sekali ia berkata Angger

    Agung Sedayu, daerah ini sekarang terlalu sering didatangi oleh orang-orang dari lereng Merapi.Bahkan rumah ini pernah dimasukinya dan diaduk-aduk seluruh isinya. Sambil memaki-makimereka bertanya dengan kasar, apakah ini rumah Untara dan Agung Sedayu. Angger AgungSedayu, aku ternyata tidak dapat ingkar. Mereka tahu benar bahwa rumah ini adalah rumahangger berdua. Kalau nanti angger masuk keruang dalam, maka angger akan melihat, bahwa

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    7/498

    S.H. Mintardja

    4

    perabot rumah ini telah menjadi rusak

    Dada Agung Sedayu menggelegak mendengar kata-kata perempuan tua itu. Hatinya barusaja dibakar oleh peristiwa hilangnya Sekar Mirah, sehingga dimalam yang gelap ini ia merayapi jalan-jalan kecil, pematang-pematang dan kadang-kadang lumpur sawah untuk mendekatilereng Merapi, tempat Ki Tambak Wedi membuat sarangnya. Dan kini ia mendengar rumahnyadiobrak-abrik orang.

    Dengan gemetar Agung Sedayu kemudian bertanya Bibi, siapakah yang berani masukkerumah ini dengan kasar?

    Orang-orang dari lereng Merapi ngger. Mereka sengaja meninggalkan pesan untukmembuat angger dan angger Untara marah

    Apa kata mereka?

    Mereka menyebut nama-nama mereka dengan Sidanti, Sanakeling, Argajaya, Alap-alapJalatunda dan beberapa orang lain

    Nama-nama itu telah menyengat hati Agung Sedayu demikian dahsyatnya sehingga anakmuda itu terlonjak berdiri. Dengan suara yang gemetar Agung Sedayu bertanya Kapan, kapanitu bibi? Kapan mereka itu datang kemari?

    Kemarin ngger. Baru kemarin. Dan hampir setiap hari ada saja orang-orang merekayang berkeliaran. Siang dan malam

    Kemarahan Agung Sedayu kini memuncak. Bukan saja Agung Sedayu, tetapiSwandarupun tiba-tiba telah terbakar pula. Dengan lantang ia berkata Mari kita cari orang-orang itu

    Mari sahut Agung Sedayu Mudah-mudahan kita dapat bertemu

    Namun dalam pada itu terdengar Kiai Gringsing bertanya Kemana kita harus mencarimereka itu, ngger? Mengelilingi padukuhan ini, atau mendaki lereng Merapi?

    Agung Sedayu dan Swandaru terdiam.

    Kalau kita mengelilingi padukuhan ini, semalam suntuk, bahkan ditambah lima hari limamalam, tetapi kebetulan mereka tidak datang kemari, maka kita pasti akan tidak dapat bertemu.Sedang apabila kita naik kelereng Merapi, maka pertanyaan serupa seperti tadi, tentang

    benteng yang mengelilingi padepokan itu, akan berulang kembali

    Swandaru dan Agung Sedayu mengangguk-anggukkan kepalanya. Kembali merekaterpaksa menyadari ketergesa-gesaan mereka. Namun, meskipun demikian Agung Sedayumasuk juga menemukan sebab, supaya mereka dapat bertemu dengan orang-orang lerengMerapi itu. Dengan serta-merta ia berkata Bibi, bukalah pintunya

    Tetapi ngger.. sahut perempuan itu cemas.

    Jangan cemas bibi. Kami bertiga membawa senjata dilambung kami. Aku bukan AgungSedayu beberapa bulan yang lampau

    Tetapi perempuan tua itu masih juga ragu-ragu sehingga sekali lagi Agung Sedayuberkata Bukalah bibi. Bukalah bahkan kemudian Agung Sedayu berkata Apakah rumah iniada lampu yang lain? Kalau ada, pasanglah diluar rumah, aku ingin melihat sekali lagi mereka

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    8/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    5

    masuk kehalaman rumahku

    Kiai Gringsing menggeleng-gelengkan kepalanya melihat anak-anak muda yang sedangmarah itu. Tetapi ia dapat mengerti, betapa darah muda yang sedang bergolak itu melampauibergolaknya ombak lautan yang paling dahsyat.

    Meskipun demikian Kiai Gringsing merasa perlu untuk memperingatkannya AnggerAgung Sedayu. Apakah perlunya kalian memanggil orang-orang Merapi itu sekarang?

    Agung Sedayu menjadi heran mendengar pertanyaan gurunya. Dengan pandangan matayang aneh ia menjawab Guru, apakah masih belum jelas, bahwa mereka telah menghina akubeberapa kali? Hilangnya Sekar Mirah dan kini rumahku diobrak-abriknya

    Benar ngger. Angger pasti merasa terhina. Tetapi apakah dengan perbuatan itu anggerakan mendapat keuntungan, justru dalam usaha angger menebus kekalahan yang pernahterjadi

    Aku belum pernah dikalahkannya, Kiai sahut Agung Sedayu, sedang Swandarumenyelanya Kapan kami mengalami kekalahan sejak ia meninggalkan Sangkal Putung?

    Kekalahan itu telah membawa angger berdua kemari. Hilangnya Sekar Mirah

    Itu bukan kekalahan Kiai, itu adalah kecurangan sahut Swandaru

    Ya, ya, demikianlah berkata Kiai Gringsing memperbaiki istilahnya.

    Kenapa usaha itu akan dapat mengganggu, Kiai?

    Dengan demikian mereka akan mengetahui bahwa angger telah berada disini.

    Selebihnya, mereka akan dapat membawa orang-orangnya kemari, mengepung tempat ini danmenangkap kita bertiga. Kalah kita berhasil lolos misalnya, maka penjagaan atas diri SekarMirah akan menjadi semakin ketat

    Ah terdengar kedua anak muda itu mengeluh Lalu apa yang dapat kami lakukan Kiai.Segala perbuatan tidak dapat dibenarkan. Apakah keperluan kita kemari? bertanya Swandaru

    Kita mencari Sekar Mirah sahut Kiai Gringsing Karena itu, tahanlah perasaan kalian.Jangan menimbulkan sesuatu yang dapat mengganggu usaha itu

    Swandaru menggertakkan giginya, sedang Agung Sedayu menarik nafas dalam-dalam.

    Sekarang, tidurlah. Beristirahatlah dengan baik. Kecuali kalau malam ini mereka datangdan kita tidak mempunyai waktu untuk menyingkir, maka kita harus berkelahi. Tetapi kalau tidak,kita harus mempergunakan saat ini sebaik-baiknya untuk beristirahat. Waktu kita hanya sedikit,sedang pekerjaan yang kita hadapi adalah pekerjaan yang cukup berat

    Kembali terdengar gemeretak gigi Swandaru. Tetapi anak-anak muda itu tidakmembantah.

    Nyai berkata Kiai Gringsing Dimanakah kami dapat beristirahat sejenak untukmenghabiskan malam ini?

    Perempuan penunggu rumah Agung Sedayu menjadi agak bingung mendengarpertanyaan itu. Sejenak dipandanginya wajah Agung Sedayu, seakan-akan ingin bertanyakepadanya, dimana mereka akan beristirahat.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    9/498

    S.H. Mintardja

    6

    Agung Sedayupun kemudian menangkap maksud perempuan itu, sehingga dengan ragu-ragu ia bertanya Bagaimana ruang dalam?

    Ruang dalam itu telah menjadi morat-marit ngger. Tetapi kalau saja kalian bersediamembentangkan tikar dilantai

    Oh, itu sudah cukup sahut Kiai Gringsing Sehelai tikar sudah cukup untuk kami

    Agung Sedayu dan Swandaru tidak menyahut lagi. Merekapun kemudian mengikutiperempuan itu masuk keruang dalam dengan sehelai tikar dan sebulah pelita kecil.

    Demikian mereka melangkah masuk, demikiandada mereka menjadi seolah-olah berguncang. Merekamelihat perabot rumah itu menjadi rusak. Bahkanbeberapa bagian dari dinding sentong tengahpunmenjadi rusak. Pembaringan, gelodog-gelodog danpaga-paga, menjadi potongan-potongan kayu yangberserakan.

    Hem Agung Sedayulah menggertakkan giginya.

    Aku belum mengumpulkannya desis perempuantua itu Aku ingin salah satu dari kalian berdua, kau atauangger Untara melihatnya, bahwa rumah ini telahmenjadi berantakan

    Ya sahut Agung Sedayu singkat. Dan tiba-tiba iaingat akan bibinya yang tinggal di Banyu Asri. Mungkinsekali bibinyapun akan dapat menjadi sasaran

    kekasaran orang-orang Sanakeling. Maka dengan serta-merta ia bertanya Bibi, bagaimana dengan bibi di BanyuAsri?

    Bibimu tiba-tiba telah hilang, ngger

    He! Apakah bibi diambil pula oleh orang-orang dari lereng gunung Merapi itu?

    Oh, tidak ngger. Mungkin bibimu mengetahui pula kemungkinan itu. Beruntunglah bahwabibimu sempat mengungsi. Tak seorangpun diberitahukannya, kemana ia pergi. Tetapirumahnyapun menjadi sasaran kemarahan orang-orang itu seperti rumah ini

    Hem Agung Sedayu menggeram Untunglah bibi mempunyai ketajaman firasat. Sebagaiistri seorang prajurit ia harus sigap bertindak sendiri

    Dalam pada itu, maka merekapun kemudian membentangkan tikar ditengah-tengahruangan. Sejenak kemudian merekapun telah membaringkan diri sementara perempuanpenunggu rumah itu merebus air. Tidak didapur, tetapi didalam biliknya. Meskipun didalamrumah itu kini ada Agung Sedayu dan kedua orang temannya. Namun perempuan tua itu masihjuga berusaha supaya apinya tidak menarik perhatian orang diluar halaman rumah. Bahkan iamenjadi cemas, kalau orang-orang itu akan menangkap Agung Sedayu dan teman-temannya.

    Belum lagi ketiga orang itu sempat memejamkan mata mereka, maka lama-lamat telahterdengar kokok ayam jantan bersahut-sahutan. Semakin lama menjadi semakin riuh. Sedangdiujung timur warna-warna merah telah tersembul dari balik cakrawala.

    Tetapi ketiga orang yang berada diruang dalam itu telah hampir dua malam sama sekali

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    10/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    7

    tidak memejamkan mata mereka. Karena itu, meskipun kemudian fajar memerah, namun karenalelah dan kantuk, maka ketiganyapun kemudian tertidur pula.

    Meskipun demikian, meskipun didalam tidur mereka tidak dapat melenyapkan perasaanmereka. Perasaan marah, cemas dan ragu-ragu, sehingga tidur merekapun sama sekali tidakdapat nyenyak.

    Maka ketika matahari kemudian menjenguk diatas dedaunan ditimur, maka merekapun

    telah terbangun.

    Agung Sedayu dan Swandaru sendiri tidak tahu, apakah sebabnya mereka tergesa-gesamandi dan kemudian duduk dengan gelisah menghadapi air hangat.

    Kiai belum mandi? bertanya Swandaru kepada Kiai Gringsing yang masih dudukberkerudung kain gringsingnya yang sudah semakin lungset.

    Kenapa tergesa-gesa? bertanya Kiai Gringsing

    Swandaru terdiam. Tetapi Agung Sedayulah yang menjawab Kita akan dapat segeraberbuat sesuatu, Kiai

    Kiai Gringsing tersenyum. Perlahan-lahan ia berdiri sambil menggeliat. Kemudianmelangkah keluar, keperigi.

    Sementara itu matahari telah merayap semakin tinggi dikaki langit. Dikejauhan terdengarburung-burung liar bernyanyi bersahut-sahutan. Sesekali gerit senggot timba yang ditarik olehKiai Gringsing seolah-olah menjerit-jerit diantara kicau burung yang melengking-lengking.

    Tetapi tiba-tiba tangan Kiai Gringsing yang sedang menarik senggot timba itupun

    tertegun. Ia mendengar langkah kaki tergesa-gesa dibalik dinding belakang halaman rumahAgung Sedayu. Telinganya yang tajam segera dapat menduga bahwa langkah itu adalahlangkah yang kurang wajar.

    Ketika ia sedang memperhatikan langkah itu dengan seksama, maka didengarnyaperempuan tua penunggu rumah Agung Sedayu mendekatinya untuk mengambil air kesumuritu.

    Tetapi langkah yang tergesa-gesa itu disusul oleh langkah yang lain. Bahkan tidak hanyaseorang, tetapi dua tiga orang. Sebelum Kiai Gringsing bertanya maka perempuan tua itu telahberkata Kiai, ada beberapa orang diantara anak-anak muda yang tidak betah tinggal

    dirumahnya. Mereka lebih senang dengan tergesa-gesa pergi kesawah atau keladang. Tidursehari penuh diantara tanaman-tanamannya. Mereka takut, apabila orang-orang dari lerengMerapi itu turun dan memaksa mereka untuk berbuat sesuatu. Kadang-kadang mengambil milikorang lain untuk kepentingan orang-orang dari lereng Merapi itu. Bukan hanya bahan makanan,tetapi juga perhiasan

    Kiai Gringsing mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian itpun bertanya Bagaimanakalau mereka tidak mau, nyai?

    Ah sahut perempuan tua itu Tak seorangpun yang dapat menolak. Itulah sebabnyamereka lebih baik menghindar. Baru nanti malam mereka kembali kerumah masing-masing.

    Bahkan ada juga yang lebih baik tidur digubug-gubug diladang mereka

    Kembali Kiai Gringsing mengangguk-anggukkan kepalanya. Sedang diluar halamanmasih juga terdengar beberapa orang melangkah menjauh.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    11/498

    S.H. Mintardja

    8

    Tetapi tiba-tiba Kiai Gringsing dan perempuan tua itu terkejut. Ternyata anak-anak mudaitu tidak saja pergi dengan tergesa-gesa meninggalkan desa mereka, tetapi kini mereka yangterlambat pergi harus bersembunyi dengan segera. Seseorang dengan wajah yang tegang,tersembul dari balik dinding halaman yang agak lebih tingi dari tubuhnya sendiri, dan dengannafas terengah-engah memanjat masuk kedalam halaman.

    Nyai desis pemuda itu Aku terpaksa masuk kehalaman ini. Aku mengharap nyai tidakkeberatan

    Perempuan tua itu tiba-tiba menjadi pucat. Dengan terbata-bata ia bertanya Kenapaangger masuk kemari? Apakah angger tidak berusaha melarikan diri saja seperti kawan-kawanangger yang lain?

    Aku tidak sempat, Nyai. Aku baru saja memberitahukan kepada kawan-kawan untuksegera pergi. Tetapi agaknya aku sendiri tidak mendapat waktu. Beberapa orang dari lerengMerapi telah memasuki desa ini

    Oh perempuan itu menjadi semakin kecut Bagaimanakah kalau mereka menemukanangger disini?

    Aku akan bersembunyi Nyai. Aku akan bersembunyi diatas kandang, atau dibawahtimbunan kayu

    Kenapa angger mesti bersembunyi? bertanya Kiai Gringsing Apakah merekaberbahaya bagi angger?

    Tidak Kiai sahut anak muda itu yang tiba-tiba menjadi heran melihat kehadiran orangyang belum pernah dikenalnya Siapakah kau?

    Aku adalah saudara laki-laki dari perempuan ini sahut Kiai Gringsing, namun ia menjadiragu-ragu sendiri. Ia belum tahu siapakah perempuan itu sesungguhnya, tetapi ia berkata terus:tetapi jangan hiraukan siapa aku. Sekarang bagaimana dengan orang-orang dari lereng Merapiitu? Apakah mereka akan menangkap angger?

    Kalau mereka tahu ada seorang anak muda disini, pasti akan memasuki halaman ini.Mereka akan membujuk supaya kami ikut serta dengan mereka, kalau kita keberatan kadang-kadang mereka manakut-nakuti dan mengancam. Bahkan mungkin kita akan dibawanya untukberbuat sesuatu yang tidak kita kehendaki. Kita harus menunjukkan dimana mereka dapatmenemukan berbagai macam barang-barang berharga dan bahan-bahan makanan

    Bagaimana kalau angger tidak mau?

    Nah, apabila demikian, maka barulah mereka berbahaya bagi kami sahut anak muda itutetapi waktuku tinggal sedikit. Aku telah melihat mereka memasuki desa ini. Biarlah akubersembunyi, Nyai

    Berapa orangkah mereka itu? bertanya Kiai Gringsing

    Enam atau tujuh orang. Mungkin ada yang lain lewat jalan lain

    Kiai Gringsing mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya didalam hati Mudah-

    mudahan bukan Ki Tambak Wedi sendiri bersama Sidanti dan Argajaya Namun kepada anakmuda itu ia berkata Jangan tergesa-gesa bersembunyi. Dua orang menunggumu diruang dalamrumah ini

    Anak muda itu terkejut mendengar kata-kata Kiai Gringsing. Bahkan wajahnya yang

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    12/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    9

    tegang menjadi bertambah tegang. Dengan tergagap ia bertanya Siapakah Kiai inisebenarnya?

    Sudah aku katakan sahut Kiai Gringsing Jangan hiraukan aku. Marilah, masuklahkedalam rumah ini. Ada dua orang yang sedang menunggumu

    Tetapi . Katanya terputus, dan keragu-raguan mulai melanda perasaannya.

    Kiai Gringsing tersenyum. Katanya Apakah kau sangka aku salah seorang dari merekaitu? Bukan ngger, aku bukan salah seorang dari mereka

    Anak muda itu menarik nafas dalam-dalam. Namun ia menjawab Kalau demikian, akutidak ada waktu lagi. Aku harus bersembunyi. Saat ini mereka pasti sudah berjalan-jalan dijalanpadesan kami. Suatu ketika ia akan melihat halaman demi halaman. Dan aku harus tidakmereka lihat disini. Bahkan Kiaipun sebaiknya masuk kedalam rumah. Tetapi siapakah keduaorang yang menunggu aku didalam rumah? Kalau mereka itu anak-anak muda, sebaiknyamereka bersembunyi juga supaya mereka tidak terpaksa melakukan hal-hal yang tidak merekakehendaki sendiri

    Jangan tergesa-gesa ngger. Nanti baiklah kau bersembunyi. Tetapi marilah masukdahulu. Orang-orang dari lereng Merapi itu pasti memerlukan waktu yang lama untuk melihatsetiap halaman sebelum ia sampai kehalaman ini. Bahkan mungkin sekali mereka tidak akanmasuk kerumah ini

    Memang sahut anak muda itu Kemungkinan itu memang dapat terjadi, tetapikemungkinan yang lainpun dapat pula terjadi. Satu dari dua. Kalau yang satu itu terjadi, makacelakalah aku

    Rumah ini sudah dihancurkan, ngger. Perabot-perabotnya sudah porak-poranda tidak

    karuan. Apakah mereka masih mungkin datang kemari?

    Kemungkinan itu selalu ada

    Tetapi masuklah sejenak. Didalam rumah ini ada dua orang anak muda. Yang seorangmungkin angger telah mengenalnya. Namanya Agung Sedayu

    Agung Sedayu? anak muda itu mengulangi Agung Sedayu yang mempunyai rumahini?

    Ya sahut Kiai Gringsing

    Oh, kasihan anak itu. Ia harus segera tahu bahaya yang dapat mengancamnya. Tetapi iaakan dapat membeku mendengar kemungkinan yang dapat terjadi atasnya

    Tidak ngger. Ia tidak akan menjadi gemetar mendengar apapun yang dapat terjadiatasnya. Karena itu marilah, beritahukan kepadanya apa yang dapat terjadi

    Anak muda itu menjadi bimbang sejenak. Tiba-tiba ia berkata Marilah Kiai, cepat-cepat.Waktu kita tidak tidak terlampau banyak

    Kepada perempuan tua penunggu rumah itu anak muda itu berkata Nyai, aku minta ijin

    untuk bertemu dengan Agung Sedayu sejenak supaya aku dapat memberitahukannya, bahwaiapun harus bersembunyi pula

    Silakan, ngger

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    13/498

    S.H. Mintardja

    10

    Kiai Gringsing yang belum jadi mandi itupun kembali masuk kedalam rumbah bersamaanak muda itu. Demikian ia memasuki pintu belakang masuk keruang dalam, maka dadanyapunmenjadi berdebar-debar. Ia melihat bahwa Agung Sedayu benar-benar duduk didalam rumah itumenghadapi semangkuk air hangat bersama seorang kawannya.

    Adi Sedayu sapa anak muda itu.

    Agung Sedayu berpaling. Ia terperanjat ketika dilihatnya Kiai Gringsing masuk kerumah

    itu bersama seorang anak muda. Tetapi kemudian terdengar ia menyapa sambil berdiritergopoh-gopoh Kakang Wuranta

    Pertemuan itu adalah pertemuan yang tidak terduga-duga. Keduanyapun kemudianduduk disamping Swandaru yang kemudian diperkenalkannya kepada anak muda yangbernama Wuranta itu.

    Aku tidak tahu bahwa kau berada disini, Sedayu berkata Wuranta Adalah nasibmumemang kurang baik. Sejak kau meninggalkan rumah ini, agaknya baru kali ini kau kembali

    Ya sahut Agung Sedayu

    Kalau saja kakakmu Untara ada

    Kenapa? bertanya Agung Sedayu

    Aku masuk kehalaman ini untuk bersembunyi. Kau dan tamumu itupun sebaiknyabersembunyi pula. Hari ini orang-orang dari lereng Merapi kembali memasuki padesan ini.Hampir dua hari sekali, bahkan kadang-kadang setiap hari, mereka datang kembali kepadesanini. Kemarin dulu mereka telah merusak rumah dan perabot rumahmu ini

    Tetapi tanggapan Agung Sedayu telah mengejutkan temannya itu. Ia menyangka AgungSedayu akan gemetar dan ketakutan. Kemudian lari terbirit-birit keatas kandang atau kebawahkolong lumbung rumahnya. Namun kali ini ia melihat Agung Sedayu tersenyum dan berkataAku akan menunggu mereka kakang Wuranta. Siapa sajakah yang kali ini datang kepadesankita ini?

    Sejenak Wuranta terbungkam. Hampir-hampir ia tidak percaya melihat sikap itu.

    Siapa sajakah yang datang kali ini, Wuranta? kembali Agung Sedayu bertanya Sidanti,Argajaya, Sanakeling atau Alap-alap Jalatunda?

    Kau telah mengenal nama-nama mereka adi Sedayu. Memang demikianlah nama-namamereka. Kadang-kadang mereka datang bersama-sama, tetapi kadang-kadang salah seorangdari mereka datang bersama beberapa orang laskarnya

    Kali ini berapa orangkah yang datang?

    Aku hanya melihatnya dari kejauhan. Enam atau tujuh orang. Tetapi aku tidak melihatpara pemimpin itu datang bersama-sama. Mungkin hanya satu dua orang saja yang datang,yang tidak dapat aku lihat dengan jelas. Mungkin datang pula rombongan yang lain

    Agung Sedayu mengangguk-anggukkan kepalanya. Tiba-tiba ia tersenyum sambil

    bergumam Kita berempat. Nah, kalau demikian, marilah kita songsong kedatangan mereka

    Kembali Wuranta terheran-heran melihat sikap Agung Sedayu. Ia mengenal Untara danAgung Sedayu dengan baik, sebagai anak-anak muda sepadukuhan. Wuranta mengenal danmengagumi Untara, yang segera dapat menduduki tempat yang baik didalam lingkungan

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    14/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    11

    Wiratamtama Pajang. Tetapi ia mengenal juga Agung Sedayu yang hanya berani mondar-mandir Jati Anom ke Banyu Asri. Bahkan anak itu kadang-kadang menggigil ketakutan apabilaia agak kemalaman dijalan. Anak-anak muda sepadukuhan menyebut kedua bersaudara ituseperti anak siang dan anak malam. Mereka menganggap tanpa mengetahui kebenarannya,bahwa Agung Sedayu lahir ditengah hari sedang Untara ditengah malam, sehingga AgungSedayu tidak berani melihat gelap, sedang Untara dapat hidup disegala keadaan. Tetapi tiba-tiba ia kini melihat Agung Sedayu tersenyum mendengar enam atau tujuh orang bersenjatadatang memasuki padesan itu.

    Bagaimana, kakang Wuranta? bertanya Agung Sedayu Apakah kau tidak membawasenjata?

    Tanpa sesadarnya, Wuranta menggeleng sambil menjawab Tidak, Sedayu

    Dahulu ayah menyimpan bermacam-macam senjata. Kalau kita mencarinya, maka akukira masih ada satu dua yang tertinggal dirumah ini meskipun baru saja rumah ini diobrak-abrikoleh demit-demit itu

    Tetapi potong Wuranta bimbang Mereka adalah prajurit-prajurit Wiratamtama dariJipang

    Apa salahnya? sahut Agung Sedayu

    Melihat sikap Agung Sedayu itu, Wuranta justru menjadi bercuriga. Seharusnya AgungSedayu menjadi pucat dan menggigil kecemasan. Seharusnya anak muda itu bertanyakepadanya sambil gemetar Wuranta, kemana aku harus bersembunyi? Tetapi Agung Sedayutidak berbuat demikian. Meskipun demikian Wuranta tidak akan dapat menyangka, bahwaAgung Sedayu termasuk didalam lingkungan orang-orang yang kini berada dilereng Merapi itu,sebab kakaknya, Untara adalah senapati Wiratamtama Pajang. Karena itu maka Wuranta

    sejenak tidak segera dapat menjawab.

    Swandarulah yang agaknya tidak bersabar lagi. Tiba-tiba ia berdiri. Sambil mengingsarpedangnya ia menggeliat. Katanya Hem, untunglah, aku sudah minum air hangat pagi ini.Mungkin aku harus segera minum darah Sidanti

    Wuranta terkejut mendengar kata-kata anak yang gemuk dan bernama Swandaru Geniitu. Dengan wajah yang tegang dipandanginya wajah yang bulat yang kini sedang menguap.Sidanti menurut pendengarannya adalah seorang anak muda yang ditakuti dilereng Merapi,sebab ia adalah murid Ki Tambak Wedi. Tetapi anak yang gemuk itu dengan seenaknyamenyebut namanya. Bahkan sambil menggeliat dan menguap.

    Marilah kakang Wuranta ajak Agung Sedayu Bukankah kau masih kakang Wurantayang dahulu? Wuranta yang jago binten yang ditakuti?

    Wuranta mengerutkan keningnya. Sejenak ia terhenyak dalam keragu-raguan. KalauAgung Sedayu itu kini telah berani menyonsong kedatangan orang-orang dari lereng Merapi itudengan pedang dilambungnya, kenapa ia tidak?

    Dalam kebimbangan itu tiba-tiba terdengar Kiai Gringsing berkata Angger Wuranta,tunggulah sebentar. Aku mempunyai pendapat yang barangkali baik buat kita sekalian.Duduklah Swandaru

    Aku tidak mau kehilangan mereka, Kiai. Kalau mereka masuk kehalaman ini,beruntunglah kita. Tetapi kalau tidak, maka aku akan kecewa sepanjang umurku

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    15/498

    S.H. Mintardja

    12

    Ah desah Kiai Gringsing Duduklah

    Swandaru menjadi kecewa. Tetapi ia tidak berani membantah perintah gurunya.

    Angger berkata Kiai Gringsing kepada Wuranta Menilik sikap agger, yang ternyatabahwa angger telah berbuat banyak untuk kawan-kawan angger, anak-anak muda Jati Anom,maka menurut penilaianku maka angger adalah salah seorang dari tetua anak-anak mudadipadukuhan ini. Benarkah demikian?

    Tak ada yang mengangkat aku demikian, Kiai sahut Wuranta pendek Namun akuberbuat sekedar untuk kepentingan padukuhan serta anak-anak mudanya

    Ya, ya berkata Agung Sedayu kemudian Agaknya angger Agung Sedayupun telahmengenal angger sebagai seorang anak muda yang pantas berdiri didepan

    Ah, agaknya anggapan adi Sedayu salah

    Tidak ngger potong Kiai Gringsing Tetapi aku mempunyai usul yang barangkalibermanfaat bagi kalian, bagi Jati Anom khususnya dan bagi Pajang umumnya, asal anggerbersedia melakukannya. Tetapi apa yang harus angger lakukan adalah sesuatu yang cukupberbahaya

    Wuranta mengerutkan keningnya. Jawabnya ragu-ragu Apakah itu Kiai? Meskipundemikian, meskipun aku harus berbuat sesuatu yang berbahaya, namun asalkan dapatmenguntungkan padesan ini dan apalagi Pajang, maka mudah-mudahan aku dapatmelakukannya

    Kiai Gringsing mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun sekarang orang tua itulahyang ragu-ragu. Katanya Tetapi taruhannya bukanlah taruhan yang dapat diperhitungkan

    dengan cacah. Taruhannya adalah nyawa. Namun kalau angger berhasil, maka seluruh Pajangakan berhutang budi kepada angger

    Wuranta terdiam sejenak. Ditatapnya wajah kedua anak muda yang dudukdihadapannya, seakan-akan ia ingin bertanya Kenapa bukan anak-anak muda itu yang harusmenjalani?

    Angger Wuranta berkata Kiai Gringsing yang seakan-akan dapat menjajagi perasaananak muda itu Agung Sedayu dan Swandaru tidak akan dapat melakukan pekerjaan itu, sebabmereka berdua telah dikenal dengan baik, oleh Sidanti maupun oleh Sanakeling

    Wuranta mengerutkan keningnya mendengar kata-kata orang tua itu. Ternyata AgungSedayu dan kawannya yang bulat itu telah mengenal dan bahkan dikenal oleh para pemimpinlaskar yang berada dilereng gunung Merapi itu.

    Tetapi apa yang harus dilakukan menurut orang tua itupun telah mendebarkan hatinya.Dengan nada yang datar Wuranta bertanya Apakah sebenarnya pekerjaan yang harus akulakukan itu, Kiai?

    Angger Wuranta berkata Kiai Gringsing Apakah angger satu dua kali pernah ditangkapoleh orang-orang Merapi itu?

    Aku sendiri belum, Kiai jawab Wuranta Tetapi beberapa diantara kami pernahmengalami

    Bagaimanakah perlakuan mereka terhadap kalian?

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    16/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    13

    Mereka tidak begitu menakutkan Kiai. Tetapi kadang-kadang mereka bersikap kasar.Apalagi kalau kami tidak mau menuruti perintah-perintah mereka. Meskipun demikian, kami tidakingin bekerja sama dengan mereka, justru karena kami tahu, bahwa mereka adalah orang-orangyang tidak memihak Pajang

    Adakah kadang-kadang mereka membujuk kalian untuk ikut dengan mereka?

    Sekali dua kali hal itu pernah dilakukan, Kiai

    Bagus sahut Kiai Gringsing Itulah yang aku harapkan. Angger Wuranta, angger adalahanak muda yang akan dapat membantu kami. Tetapi kami tidak akan menekankan maksud ini.Terserahlah kepada angger. Kami hanya menawarkan kesempatan kepada angger untukmencoba memberikan sesuatu kepada Pajang dan sudah tentu kepada padukuhan ini, kepadakademangan ini. Namun sekali lagi aku beritahukan, taruhannya adalah nyawa

    Wuranta tertegun sejenak. Bahkan Agung Sedayu dan Swandarupun sama sekali tidakmengerti maksud gurunya.

    Anak-anak muda itupun sejenak terdiam. Wajah mereka memancarkan keragu-raguanhati mereka.

    Angger Wuranta berkata Kiai Gringsing lebih lanjut Bagaimana kalau angger bersediamenerima tawaran mereka apabila kesempatan itu terbuka bagi angger?

    Kiai hampir bersamaan Agung Sedayu dan Swandaru memotong kata-kata gurunya,sedang Wuranta memandangi wajah orang tua itu dengan tegangnya.

    Tunggu dulu sambung Kiai Gringsing Aku belum selesai. Pekerjaan ini adalahpekerjaan yang jauh lebih berat dari pekerjaan prajurit yang bertempur dimedan-medan perang

    orang tua itu berhenti sejenak, kemudian dilanjutkannya Bukankah dengan demikian anggerada diantara mereka? Nah, kami percaya bahwa meskipun angger dalam ujud jasmaniahberada diantara mereka, namun angger akan tetap berjuang untuk kepentingan Pajang dan JatiAnom

    Kening Agung Sedayu, Swandaru dan Wuranta itu menjadi berkerut-merut. Kini merekadapat membayangkan apa yang harus dilakukan oleh anak muda itu.

    Sejenak mereka saling berdiam diri. Wajah Wuranta yang tegang menjadi bertambahtegang. Dipandanginya wajah Agung Sedayu dan Swandaru berganti-ganti.

    Pekerjaan itu memang sangat berat, ngger berkata Kiai Gringsing kemudian Tetapiapabila angger berhasil, maka angger telah ikut serta membebaskan daerah ini dari ketakutandan kecemasan

    Sejenak Wuranta mencoba mencernakan kata-kata orang tua itu. Dicobanyamembayangkan apakah yang dapat dilakukan diantara orang-orang yang menakutkan itu.Apakah yang dapat diperbuatnya seorang diri didalam sangkar bekas-bekas prajurit Jipang danorang-orang dari padepokan Tambak Wedi.

    Kalau angger berhasil berada diantara mereka berkata Kiai Gringsing seterusnya Makapekerjaan angger seterusnya adalah, memberi kami beberapa penjelasan mengenai keadaan

    didalam lingkungan mereka

    Wuranta menarik nafas dalam-dalam. Ia telah dapat menggambarkan pekerjaan apayang harus dilakukannya. Tetapi anak muda itu tidak segera dapat memberikan jawaban.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    17/498

    S.H. Mintardja

    14

    Angger berkata Kiai Gringsing lebih lanjut Ketahuilah, bahwa hari ini, selambat-lambatnya besok, angger Untara akan datang bersama sepasukan prajurit yang cukup kuat.Tetapi mereka tidak akan dengan begitu saja memasuki padepokan Tambak Wedi tanpamengetahui seluk beluk didalamnya. Nah, kalau angger berada diantara mereka, maka kamibertiga, Agung Sedayu, Swandaru dan aku sendiri, akan berusaha selalu berada didekat anggerdisekitar padepokan itu. Kami akan memasuki padepokan mereka menurut petunjuk-petunjukangger. Sedang dari luar angger Untara akan datang bersama pasukannya yang kuat, yangpasti akan dapat mengimbangi kekuatan Sidanti dan Sanakeling

    Setitik keringat meleleh dikening Wuranta. Didalam dadanya terjadilah suatu pergolakanyang dahsyat. Ia tahu, bahwa dengan demikian ia telah memberikan sumbangan bagiperjuangan prajurit Pajang dalam menghadapi sisa-sisa laskar Sanakeling dan orang-orangSidanti dari padepokan Tambak Wedi. Namun pekerjaan itu memerlukan ketabahan, kecerdikandan keberanian.

    Tetapi segala sesuatu terserah kepada angger Wuranta akhirnya Kiai Gringsing berkataKami menanti pilihan angger. Kalau angger bersedia, maka sekarang kita harus berbuatsesuatu. Mencoba mengelabui orang-orang lereng Merapi yang sedang turun itu, sehinggaangger mendapat kepercayaan darinya. Tetapi kalau angger tidak bersedia karena sesuatu hal,

    maka kita harus mengambil sikap lain, misalnya dengan membinasakan ketujuh orang itu

    Wuranta masih belum menjawab. Terasa darahnya bergelora didalam dadanya.

    Agung Sedayu dan Swandarupun seolah-olah menjadi terbungkam karenanya. Ia tahubetapa beratnya pekerjaan itu. Namun merekapun menyadari, bahwa mereka masing-masingtidak akan dapat melakukannya seperti kata gurunya, bahwa mereka telah dikenal oleh orang-orang yang kini berada di padepokan Tambak Wedi itu.

    Sejenak ruangan itu dicengkam oleh kesepian. Masing-masing terdiam, namun dadanya

    bergelora oleh berbagai macam perasaan. Wuranta masih juga membungkam. Keringatnyamenjadi semakin banyak mengalir dari lubang-lubang kulitnya.

    Bagaimana ngger? pertanyaan Kiai Gringsing itu diucapkannya perlahan-lahan, namunmeskipun demikian ketiga anak-anak muda yang sedang dilanda oleh arus perasaan mereka ituterkejut. Suara Kiai Gringsing yang perlahan-lahan itu terdengar seperti pecahnya jambanganyang jatuh diatas batu.

    Wuranta menarik nafas dalam-dalam. Katanya ragu-ragu Tugas itu menarik perhatiankuKiai. Tetapi apakah aku akan dapat melakukannya dengan baik?

    Semuanya tergantung kepada keadaan dan angger sendiri jawab Kiai Gringsing Tetapiapabila angger benar-benar bertekad untuk melakukannya, maka mudah-mudahan anggerdapat berhasil

    Wuranta mengangguk-anggukkan kepalanya. Anak muda itu memang bukan seorangpenakut. Tetapi disadarinya bahwa tugas itu bukanlah sebuah permainan yang mengasyikkan.Ia sependapat dengan Kiai Gringsing, bahwa taruhannya adalah nyawanya.

    Kiai bertanya Wuranta Sebelum aku menjawab pertanyaan itu, apakah Kiai tidakkeberatan kalau aku bertanya, siapakah Kiai ini sebenarnya?

    Kiai Gringsing tersenyum. Jawabnya Namaku adalah Ki Tanu Metir, ngger

    He! Wuranta terkejut Maksud Kiai, Kiai itukah dukun dari dukuh Pakuwon?

    Ya, akulah Ki Tanu Metir itu. Mungkin angger pernah mendengar namaku. Aku memang

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    18/498

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    19/498

    S.H. Mintardja

    16

    dikeningnya.

    Aku akan usahakan menghubungi Kiai dan adi Agung Sedayu atau adi Swandaru. SudutTegal Mlanding memang tempat yang baik. Disudut utara ada sebatang pohon beringin. Pohonitulah tempat yang ditentukan apabila aku meletakkan sesuatu

    Baik, baik ngger berkata Ki Tanu Metir Sekarang bagaimana angger dapat mengelabuiorang-orang itu sehingga angger akan mendapat kepercayaan?

    Terserah kepada Kiai

    Baiklah. Angger akan mengambil sesuatu dari rumah ini. Agung Sedayu akan mengejarsampai orang-orang lereng Merapi itu melihat angger. Angger Wuranta akan mengatakanbahwa angger telah mengambil benda-benda itu dari rumah ini, tetapi ternyata Agung Sedayuberada didalam rumahnya. Tetapi ingat, bahwa Agung Sedayu seorang diri

    Wuranta mendengarkan kata-kata Kiai Gringsing itu dengan seksama. Lamat-lamat iasegera dapat menangkap maksudnya. Meskipun demikian ia bertanya Kenapa Agung Sedayuhanya seorang diri?

    Dengan demikian, maka mereka tidak akan terlampau bersiaga. Pengaruhnyapun tidakakan terlampau banyak bagi orang-orang dilereng Merapi itu. Mereka dapat menyangka bahwaAgung Sedayu hanya sekedar melihat rumahnya

    Wuranta mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi sebelum ia berkata selanjutnya, KiTanu Metir telah mendahuluinya Tetapi ngger, ada soal lain yang harus kau mengerti. Orang-orang lereng Merapi itu mendendam Agung Sedayu sampai keubun-ubun

    Ki Tanu Metir berhenti sejenak. Kemudian sambil menarik nafas dalam-dalam ia berkata

    Kalau mereka mendengar nama Agung Sedayu maka jantung mereka segera akan menyala.Tetapi kalau Agung Sedayu itu seorang diri, maka tanggapan merekapun akan berbedadaripada apabila Agung Sedayu datang bersama Swandaru atau seorang tua yang bernama KiTanu Metir. Bahkan mereka pasti ingin menjebak Agung Sedayu kedalam perangkapnya, sebabdilereng Merapi itu memang telah tersedia umpannya

    Wuranta tidak segera menangkap maksud Kiai Gringsing. Sementara itu wajah AgungSedayupun menjadi kemerah-merahan.

    Angger Wuranta berkata Ki Tanu Metir itu selanjutnya Ketahuilah, bahwa adikSwandaru yang bernama Sekar Mirah, sejak beberapa hari yang lalu telah hilang. Ternyata

    Sekar Mirah itu telah dilarikan oleh Sidanti. Hal ini adalah salah satu sebab yang mendorongkami mendahului pasukan Untara. Dan apabila angger berhasil masuk kedalam lingkunganSidanti itu, angger harus secepatnya berusaha memberi kami kabar, dari mana kami akanmendapat kesempatan yang paling aman untuk memasuki padepokan Tambak Wedi itu danmendekati tempat Sekar Mirah itu disimpan. Kami harus dapat mencegah supaya Sekar Mirahtidak akan dapat dijadikan barang taruhan untuk memeras kekuatan pasukan angger Untarakelak. Sebab mau tidak mau, angger Untara pasti akan terpengaruh seandainya Sekar Mirah itumasih tetap berada dipadepokan itu. Nah, barangkali angger Wuranta kini telah dapatmembayangkan apakah kira-kira yang harus angger lakukan apabila angger bersediamengorbankan diri untuk tugas ini

    Sekali lagi Wuranta mengangguk-anggukkan kepalanya. Gambaran tentang tugas yangdisanggupinya itu menjadi kian jelas. Anak muda itu tahu benar hubungan apakah yang adadiantara kedua anak muda itu dengan Sekar Mirah. Sekar Mirah itu adalah adik Swandaru danadik Swandaru itu adalah umpan yang baik buat memancing Agung Sedayu.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    20/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    17

    Tiba-tiba Wuranta itu tersenyum, meskipun hatinya masih juga berdebar-debar. Sambilmemandangi Agung Sedayu ia berkata Baiklah Ki Tanu Metir. Aku akan mencoba melihat,darimana sebaiknya adi Swandaru harus menangkap umpannya, tetapi tidak tersangkut kailnya,atau mungkin adi Agung Sedayu?

    Ah Agung Sedayu berdesah. Tetapi Swandaru tertawa hampir tak terkendali, sehinggaKi Tanu Metir mencegahnya He, Swandaru, jangan menunggu Ki Tambak Wedi menutupmulutmu

    Suara tertawa Swandaru itupun terhenti. Tetapi mulutnya masih juga tersenyum. KatanyaNah, ternyata kita mendapat suatu cara yang baik untuk membebaskan Sekar Mirah karenapertolongan kakang Wuranta kemudian kepada Wuranta ia berkata Mudah-mudahan usaha iniakan bermanfaat bagi kita semua. Bagi kami yang datang dari Sangkal Putung ini maupun bagiJati Anom

    Mudah-mudahan adi jawab Wuranta pendek.

    Sekarang berkata Ki Tanu Metir Angger Wuranta harus meninggalkan rumah ini.Usahakan agar orang-orang lereng Merapi mencari angger Agung Sedayu lewat halamandepan. Kau dapat berbuat seakan-akan kau menantangnya dengan mencegah orang-orang itudengan tergesa-gesa memasuki halaman ini. Dengan demikian kau memberi kesempatankepada kami untuk meninggalkan rumah ini lewat pintu belakang. Apakah kau dapat mengerti?

    Ya Kiai

    Nah, sekarang pergilah. Kau merasa dikejar oleh Agung Sedayu. Kau harus dilihat olehorang-orang yang memasuki desa ini. Lalu kau kembali bersama mereka untuk menunjukkanbahwa dirumah ini ada seorang anak muda yang bernama Agung Sedayu yang mengejarmukarena kau mengambil sesuatu dari rumah ini. Berangkatlah supaya orang-orang lereng Merapi

    itu sempat melihatmu sebelum mereka pergi meninggalkan padukuhan ini

    Baik Kiai

    Yang lain-lain akan menyusul. Mudah-mudahan kita akan segera bertemu lagi. Atautinggalkan pesan disudut Tegal Mlanding

    Baik Kiai. Sekarang baiklah aku pergi Wuranta berhenti sesaat. Lalu katanya Tetapikemana aku harus berlari? Apakah aku harus mengelilingi padukuhan ini sampai aku bertemudengan orang-orang itu?

    Kau dapat bertanya kepada seseorang yang melihatnya. Bukankah perempuan dananak-anak tidak perlu melarikan dirinya apabila orang-orang itu datang?

    Sampai sekarang anak-anak dan perempuan tidak pernah mereka ganggu, Kiai.Mungkin orang-orang itu sedang mengambil hati orang-orang Jati Anom

    Demikianlah. Dan kau pasti cukup bijaksana

    Kemudian Wuranta itupun minta diri kepada Kiai Gringsing dan kedua anak muda muridorang tua itu. Dengan tergesa-gesa ia meninggalkan rumah itu. Sampai diluar regol halaman iamenjadi ragu-ragu sejenak, namun kemudian iapun berlari kearah barat.

    Tiba-tiba ia terhenti ketika terdengar seorang perempuan memanggilnya dari balik pinturegol. Ketika Wuranta mendekat, perempuan itu berbisik Sst, Wuranta, larilah. Orang-orang ituberada beberapa puluh langkah darimu. Dua halaman disebelah barat ini

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    21/498

    S.H. Mintardja

    18

    Dada Wuranta berdesir mendengar bisik orang itu. Sejenak ia menjadi ragu-ragu kembali.Apakah ia dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya itu? Ia tahu pasti bahwa Ki TanuMetir dan Agung Sedayu bukanlah prajurit-prajurit Pajang yang berwenang untuk memberinyatugas-tugas demikian. Apakah ia akan sampai hati untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yangkemudian diberikan kepadanya oleh orang-orang lereng Merapi, yang mungkin akan sangatbertentangan dengan hatinya? Apakah kata orang-orang Jati Anom sendiri tentang dirinya danapakah orang-orang itu kelak akan dapat mengerti, bahwa apa yang dilakukan itu justru untukkepentingan mereka?

    Dalam keragu-raguan itu kembali Wuranta mendengar perempuan dibelakang regol ituberkata Cepat, masuklah kemari Wuranta. Cepat. Mereka berada dihalaman sebelah barat itu

    Tetapi Wuranta kini benar-benar tidak dapat berbuat lain. Pada saat itu ia melihatbeberapa orang laki-laki dengan senjata dilambungnya keluar dari halaman disebelah barat ituberantara satu pomahan.

    Ketika tampak oleh mereka itu seorang anak muda berdiri didepan regol, maka tiba-tibasalah seorang dari mereka melambaikan tangan mereka memanggil Wuranta mendekat.

    Masuklah desis perempuan dibelakang regol

    Mereka telah melihat aku desis Wuranta perlahan-lahan

    Oh, kau terlambat nak kata perempuan itu sambil bergegas meninggalkan regolhalamannya naik kerumah. Dengan tergesa-gesa pula didorongnya pintu lerengnya dankemudian diselaraknya rapat-rapat.

    Wuranta berjalan dengan hati yang berdebar-debar mendekati orang-orang itu. Ketika iamenjadi semakin dekat, maka tahulah ia bahwa orang itu berjumlah hanya enam orang. Ketika

    dilihatnya seorang anak muda diantara mereka yang berwajah tampan namun keras, segeradikenalnya anak muda itu. Anak muda itu adalah Sidanti, seperti yang dikatakan oleh beberapakawan-kawannya yang pernah ditangkap pula. Dalam rombongan kecil itu pula dilihatnyaseorang yang bersenjatakan tombak pendek. Maka iapun menduga, bahwa orang itulah yangsering disebut oleh kawan-kawannya bernama Argajaya.

    Ketika Wuranta menjadi semakin dekat, maka kiniia menjadi semakin jelas. Disamping kedua orang yangberada didepan itu, maka yang lain hanyalah beberapaorang prajurit pengawalnya saja.

    Kemarilah berkata anak muda yang disangkanyabernama Sidanti itu.

    Wuranta melangkah perlahan-lahan. Dadanyadiamuk oleh kecemasan dan keragu-raguan. Namunakhirnya ia membulatkan tekadnya, bahwa ia akanberbuat sebaik-baiknya seperti yang dipesankan oleh KiTanu Metir.

    Siapakah kau, anak muda? bertanya orang yangdisangkanya Sidanti itu.

    Keringat dingin telah mengalir membasahipunggung Wuranta. Perlahan-lahan ia menjawab Namaku Wuranta, tuan

    Nama yang baik desis orang yang bertanya itu Sebaiknya kau mengenal aku pula.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    22/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    19

    Namaku Sidanti

    Oh Wuranta mengangguk-anggukkan kepalanya Aku telah pernah mendengar namatuan. Apakah tuan yang membawa tombak pendek itu bernama Argajaya?

    Sidanti tertawa Dari mana kau mengenal kami?

    Kawan-kawanku mengatakan kepadaku, tuan

    Oh desis Sidanti Aku memang pernah bertemu dengan beberapa anak-anak muda dariJati Anom. Sayang diantara kita belum ada sentuhan perasaan yang dapat mempererathubungan kita. Sebagian dari anak-anak muda Jati Anom sengaja menghindar apabila kamidatang kedademangan ini untuk memperkenalkan diri

    Ya tuan. Kami, anak-anak muda Jati Anom kadang-kadang menjadi takut kepada tuan-tuan

    Kenapa takut ? bertanya Sidanti

    Justru karena kami belum mengenal tuan

    Sidanti tertawa Alasanmu bagus sekali. Kita terperosok kedalam suatu lingkaran yangtak berpangkal dan berujung. Kalian takut berkenalan dengan kami, karena itu kalian selalumenghindari kami. Adapun sebabnya kalian taku karena kalian belum mengenal kami, begitu?

    Wuranta tersenyum pula. Senyum yang dipaksakannya. Tetapi kini ia telah mencobamelakukan pekerjaannya. Berkali-kali ia berpaling kebelakang dengan gelisahnya. Ia mengharapSidanti akan bertanya tentang sikapnya itu.

    Ternyata harapannya itu terjadi. Dengan dahi yang berkerut-merut Sidanti bertanyaApakah kau sedang menunggu seseorang?

    Tidak tuan sahut Wuranta Tetapi seseorang tadi mengejarku. Hampir aku bersembunyidihalaman sebelah seandainya tuan tidak memanggilku

    Siapa yang mengejarmu? bertanya Sidanti dengan serta-merta Dan kenapa kau dikejarorang?

    Ah, soalanya agak memalukan, tuan

    Kenapa?

    Hanya sebilah keris

    Bagaimana dengan sebilah keris? Argajaya tidak dapat bersabar.

    Aku mendapatkan sebilah keris disebuah rumah yang aku sangka kosong, tuan. Tiba-tiba dari belakang datang seorang anak muda penghuni rumah itu. Penghuni yang sebenarnyatelah lama sekali menghilang

    Siapa?

    Agung Sedayu tuan

    He! terasa darah Sidanti tersirap Kau berkata bahwa Agung Sedayu berada

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    23/498

    S.H. Mintardja

    20

    dirumahnya?

    Ya tuan. Agung Sedayu adalah lawan berkelahi sejak kami masih anak-anak

    Wajah Sidanti tiba-tiba menjadi merah. Dengan mata yang menyala ia bertanyaWuranta, mari tunjukkan dimana Agung Sedayu sekarang

    Dirumahnya tuan. Baru saja aku dikejarnya

    Apakah kau tidak berani melawan Agung Sedayu?

    Aku tidak bersenjata. Tuan

    Kalau kau bersenjata?

    Wuranta terdiam sejenak. Dipandanginya Sidanti dengan wajah bertanya-tanya.

    Tiba-tiba Sidanti tertawa. Katanya Mungkin kau memang tidak akan dapat melawannya.Agung Sedayu tumbuh terlampau cepat. Tetapi serahkan ia kepadaku

    Siapakah anak muda itu? bertanya Argajaya Agung Sedayu?

    Ya

    Yang aku jumpai di Prambanan?

    Nah, itulah paman. Agung Sedayu

    Dada Argajayapun berdesir. Ia mengenal tiga anak-anak muda di Prambanan. Tetapi

    Agung Sedayu itu bukanlah anak muda yang berkelahi melawannya.

    Apakah mereka juga bertiga? bertanya Argajaya

    Wuranta mengerutkan keningnya. Kenapa Argajaya itu dapat menebak bahwa AgungSedayu datang bertiga? Tetapi maksud Argajaya adalah tiga anak-anak muda. Agung Sedayu,Swandaru dan seorang lagi yang mengaku bernama Sutajia.

    Untunglah bahwa Wuranta segera ingat pesan Ki Tanu Metir, bahwa Agung Sedayudatang seorang diri kerumahnya. Maka jawabnya Sendiri tuan. Agung Sedayu hanya seorangdiri menurut penglihatanku. Tetapi entahlah aku tidak tahu apakah ia datang beserta kawan-

    kawannya

    Beruntunglah kalau aku dapat bertemu dengan setan itu desis Argajaya. Sidantikatanya kepada kemenakannya itu Serahkan anak itu kepadaku

    Sidanti tersenyum. Jawabnya Jangan seperti berebut durian runtuh, paman. Aku inginmenangkapnya hidup-hidup. Membawanya kembali ke padepokan dan mempertemukannyadengan Sekar Mirah. Tetapi tidak dalam keadaan yang wajar. Aku ingin supaya Sekar Mirahmelihat, Agung Sedayu akan aku ikat seperti anjing. Aku pukuli sampai Sekar Mirah maumenerima aku sebagai suaminya

    Kau terlampau mementingkan dirimu sendiri, Sidanti. Kau tidak ingat bahwa kita beradadalam keadaan perang melawan Pajang. Persoalan-persoalan pribadi akan dapat mengganggubagi persoalan-persoalan yang lebih penting

    Sidanti masih saja tersenyum. Tetapi kini ia tidak menjawab kata-kata pamannya. Kepada

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    24/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    21

    Wuranta ia berkata Ayo, bawa aku kepadanya. Kalau kau berhasil menunjukkan dimana AgungSedayu berada, maka kau akan mendapat keris yang kau kehendaki dan bukan itu saja.Mungkin kau mempunyai beberapa permintaan

    Baik tuan sahut Wuranta Marilah, sebelum anak itu lari

    Merekapun kemudian berjalan beriringan dengan tergesa-gesa. Wuranta berjalan dipalingdepan dengan tegapnya. Sesekali ia melincat berlari-lari seakan-akan ia benar-benar segera

    ingin melihat Agung Sedayu itu tertangkap.

    Dibelakangnya, Sidanti dan Argajaya berjalan sambil memperhatikan Wuranta. Sambiltersenyum Sidanti berkata lirih Lagaknya anak itu. Seakan-akan ia sendirilah yang akanmenangkap Agung Sedayu. Ternyata ia lari pontang-panting ketika dikerjanya

    Argajaya tidak menjawab. Tetapi dendamnya kepada Sutajia masih belum dapatdilupakannya. Kalau nanti ia benar-benar bertemu dengan Agung Sedayu maka sekali lagi iaingin minta kepada Sidanti agar menyerahkan anak muda itu kepadanya, sebagai pelepasdendamnya. Namun tiba-tiba dikepalanya melontar sebuah pertanyaan Bagaimanakah kalauSutajia itu kini bersama Agung Sedayu itu pula?

    Tanpa disengajanya ia berpaling. Dibelakangnya berjalan empat orang prajurit dengansenjata dilambungnya. Tetapi bagi Argajaya, empat orang prajurit itu sama sekali tidak banyakberarti apabila mereka benar-benar bertemu dengan ketiga anak-anak muda yang ditemuinya diPrambanan.

    Semakin dekat mereka dengan regol halaman rumah Agung Sedayu, maka hatimerekapun menjadi semakin berdebar-debar. Wuranta menjadi cemas, apakah Agung Sedayubenar-benar akan berhasil melepaskan dirinya, sedang Sidanti dan Argajaya menjadi cemaskalau anak itu telah meninggalkan rumahnya.

    Sampai dimuka regol halaman, Wuranta berhenti. Ia menjadi ragu-ragu. Dalam keragu-raguan itu terdengar Sidanti bertanya Kenapa berhenti?

    Aku akan memanggilnya, tuan

    Tak usah. Kita masuki saja rumahnya

    Bagaimana kalau Agung Sedayu membawa beberapa orang kawan?

    Sidanti tersenyum, katanya Akupun membawa beberapa orang kawan pula

    Tetapi Argajayalah yang menyahut Panggil anak itu keluar. Kita lebih baik tidakmenampakkan diri. Kita akan lebih mudah menangkapnya apabila kita telah melihat orangnya

    Sidanti tidak membantah. Pendapat itu baik juga agaknya. Karena itu maka katanyakepada Wuranta Bagaimana caramu untuk memanggilnya? Apakah ia akan keluar juga?

    Tunggulah tuan. Aku akan membuat ia marah

    Sidanti tersenyum, katanya Lakukanlah

    Wuranta itupun kemudian berdiri ditengah-tengah regol halaman rumah Agung Sedayu.Tetapi sebelum berteriak, sekali lagi berpaling kepada Sidanti sambil berkata Tetapi tuanjangan melepaskan aku sendiri. Aku akan dibunuhnya nanti

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    25/498

    S.H. Mintardja

    22

    Penakut geram Sidanti Aku disini. Jangan takut

    Beberapa orang dibelakang Sidanti hampir tidak dapat menahan tertawa mereka melihatsikap Wuranta. Sedang Argajaya dengan garangnya berkata Lekas, jangan membuang waktu

    Wuranta memandangi rumah itu lagi. Dilihatnya pintu depan rumah Agung Sedayutertutup. Tetapi ia mengharap bahwa Agung Sedayu dan kawan-kawannya telah melihatnya daribalik dinding.

    Sekali lagi ia berpaling kepada Sidanti, dan dilihatnya mata anak muda itu hampir sajameloncat dari pelupuknya.

    Wuranta itupun kemudian menengadahkan wajahnya. Dengan lantang ia berteriak He,Agung Sedayu. Kenapa kau bersembunyi? Hampir mati kepayahan aku menunggumudiprapatan. Ayo, kalau kau benar-benar jantan

    Tidak segera terdengar jawaban dari dalam rumah itu. Sidanti dan Argajaya menjadigelisah. Mereka masih berdiri dibalik dinding halaman, sehingga mereka tidak melihat kedalamhalaman.

    Agung Sedayu teriak Wuranta kemudian He, Agung Sedayu. Kenapa kau tidak beranikeluar, jangan sebut dirimu Agung Sedayu. Jangan sebut dirimu putra Ki Sadewa dan jangansebut dirimu adik Untara. Ayo, keluarlah

    Dada Sidanti tiba-tiba berdesir, sedang jantung Argajaya terasa berderak ketika merekamendengar suara dari dalam halaman Wuranta, jangan terlampau sombong. Halaman ini cukupluas untuk mengadu liatnya kulit, kerasnya tulang. Jangan lari. Marilah kita jajagi, siapakah yangjantan diantara kita

    Tiba-tiba Wuranta tertawa menyakitkan hati. Dengan nada yang tinggi yang berkata Oh,kau agaknya ingin menjebak aku he? Ayo, keluarlah dari regol halaman rumahmu. Kalau kitaberkelahi didalam halaman, maka kau mungkin menyimpan kawan didalam rumahmu yang jelekitu. Ayo, keluarlah

    Kaukah yang akan menjebak aku? Apakah kau sudah mendapat kawan baru sehinggakau kembali lagi kehalaman ini? Ha, jangan ingkar. Aku melihat kau sesekali berpaling.Siapakah kawanmu, he?

    Persetan, aku bukan pengecut. Ayo, kemarilah sahut Wuranta

    Namun dada Sidantilah yang tidak tahan lagi. Seakan-akan dada itu akan bengkah. Iabukan pengecut yang hanya berani bersembunyi, kemudian menyerang lawannya dalamkelengahan. Karena itu, maka terdengar giginya gemeretak menahan diri.

    Ternyata Argajayapun hampir-hampir tidak dapat menguasai perasaannya lagi. Denganparau ia menggeram Jangan bermain sembunyi-sembunyian. Ayolah Sidanti, kita selesaikantikus itu

    Sidanti tidak menunggu ajakan berikutnya. Cepat ia meloncat dari balik dinding regolhampir bersamaan dengan Argajaya.

    Agung Sedayu teriak Sidanti Kita bertemu kembali. Apakah kau memang mencariaku?

    Oh sahut Agung Sedayu Kaukah itu Sidanti? Dan yang satu itu bukankah pamanmu

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    26/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    23

    yang bernama Argajaya? Apakah kau datang bersama gurumu Ki Tambak Wedi?

    Kata-kata itu terasa seperti bara api menyentuh telinga Sidanti. Dengan gigi gemeretak iamenjawab Agung Sedayu, jangan merasa dirimu jantan sendiri. Aku bersedia untuk sekali lagimelakukan perang tanding dengan jujur. Ayo, turunlah. Kita berhadapan sebagai laki-laki

    Terdengar Agung Sedayu tertawa. Nadanya menyakitkan hati. Katanya Wuranta, itukahmintasrayamu?

    Jangan hanya bicara sahut Wuranta Sekarang kau sudah berhadapan denganlawanmu

    Pengecut. Agaknya kau hanya berani bersembunyi dibalik punggungnya

    Jangan menghina Wuranta. Aku terpengaruh oleh keadaan, karena aku berada didalamrumahmu tanpa ijinmu jawab Wuranta

    Sidanti hampir tidak sabar lagi mendengar percakapan yang tidak ada ujung pangkalnya,sekali lagi ia membentak Sedayu, ayo kita mulai

    Agung Sedayu terdiam. Tampaklah wajahnya menjadi tegang. Keringat dingin mengalirdari keningnya. Ia mendapat pesan dari gurunya, untuk kepentingan yang lebih besar, ia harusmenghindari perkelahian kali ini. Ia harus masuk kedalam rumahnya dan lari bersama-samalewat pintu belakang dan meloncati dinding halaman belakang. Tetapi ketika ia melihat Sidantitelah berdiri dihadapannya, tiba-tiba darahnya menggelegak. Hampir ia tidak dapat mengingatlagi, apa yang harus dilakukan seandainya gurunya tidak berbisik dari balik dinding Tinggalkanmereka. Cepat. Kita lari sebelum rencana ini bubrah

    Agung Sedayu masih diam mematung. Bahkan tangan Swandarupun menjadi gemetar.

    Dengan penuh kekecewaan ia berkata Guru, kenapa mereka tidak kita bantai sekarang?Bukankah guru dan kami berdua mampu melakukannya? Wuranta itu tidak lagi perlu mencarijalan untuk masuk kedalam padepokan Tambak Wedi

    Kau tidak ingin adikmu kembali? Dan apakah kau ingin melihat Jati Anom menjadikarang abang?

    Swandaru terdiam.

    Yang terdengar kemudian adalah suara Sidanti Turunlah, atau aku yang naikkerumahmu

    Cepat, Agung Sedayu perintah gurunya dari balik dinding. Katakan padanya, suatuketika kau akan menerimanya menjadi tamumu

    Mulut Agung Sedayu serasa terbungkam. Namun ketika Kiai Gringsing berkata AgungSedayu, taati perintah gurumu maka Agung Sedayu itupun tidak dapat menolak lagi. Ketika iamelihat Sidanti maju setapak maka iapun berteriak Sidanti, kali ini aku keberatan menerimamu.Tetapi kali lain aku harap kau sudi berkunjung kerumahku lagi

    Agung Sedayu tidak menunggu jawaban Sidanti. Hatinya sendiri berguncang dahsyatsekali karena ia harus meninggalkan lawan bebuyutan itu.

    Melihat Agung Sedayu meloncat dan hilang dibalik pintu, Sidanti terkejut bukan buatan.Sama sekali tidak disangkanya bahwa begitu cepat Agung Sedayu menerima tantangannya danberkelahi dihalaman. Namun tiba-tiba Agung Sedayu berlari seperti tikus melihat kucing.

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    27/498

    S.H. Mintardja

    24

    Justru karena itu maka sejenak ia berdiri diam seperti patung.

    Argajaya terkejut pula. Sifat anak itu sama sekali berubah dari sifat Agung Sedayu yangditemuinya di Prambanan, yang melihat ujung senjata dengan tengadah. Apalagi anak mudayang bernama Sutajia. Tetapi adalah mengherankan kalau kali ini tanpa malu-malu AgungSedayu itu meloncat berlari sipat kuping.

    Sejenak kemudian Sidanti menyadari keadaannya. Menyentak ia berkata Setan itu harus

    aku tangkap

    Tetapi ketika Sidanti meloncat terdengar Wuranta berkata Tuan, tunggulah

    Sidanti tertegun. Diawasinya wajah anak muda Jati Anom itu dengan heran.

    Tuan, siapa tahu didalam rumah itu ada beberapa orang yang telah siap menjebak tuan

    Sidanti ragu-ragu sesaat. Tetapi kemudian ia bertanya Bukankah kau berkata bahwaAgung Sedayu hanya seorang diri saja?

    Itu menurut penglihatanku, tuan. Tetapi siapa tahu, bahwa sepuluh atau duapuluh orangtelah siap menanti tuan

    Argajaya ternyata tidak sabar menunggu mereka berbincang.

    Ia tanpa berkata sepatah katapun segera meloncat mendahului Sidanti berlari melintasihalaman rumah Agung Sedayu.

    Sidantipun segear menyusul pula sambil berkata Kalau kau takut, tinggallah diluar. Kalauia tidak sendiri, maka mereka pasti sudah beramai-ramai mengejarmu tadi

    Wuranta tidak menjawab lagi. Ia mengharap bahwa waktu yang diusahakannya telahcukup panjang bagi Agung Sedayu dan kedua kawannya.

    Dalam pada itu Argajaya telah naik kependapa disusul oleh Sidanti. Dengan kasarnya iamendorong pintu sambil berteriak He, pengecut. Dimanakah kejantananmu? Pilihlah diantarakami, siapakah yang akan kau jadikan lawanmu

    Suara Argajaya itu berderak memukul dinding-dinding rumah yang kosong. Sama sekaliia tidak mendengar jawaban. Meskipun demikian ia tidak dapat masuk dengan tanpa bersiagamenghadapi setiap kemungkinan yang dapat terjadi. Peringatan Wuranta ternyata

    mempengaruhinya juga.

    Ayo, keluarlah. Siapa yang berada dirumah ini?

    Masih tak ada jawaban. Sidantipun kini telah berada didalam rumah itu. Tangannya telahmelekat dihulu pedangnya. Bahkan orang-orangnya yang berada dibelakangnya telahmenggenggam senjata masing-masing. Sedang tombak pendek Argajayapun telah siapbergerak apabila terjadi sesuatu dengan tiba-tiba.

    Agung Sedayu terdengar Sidanti memanggil-manggil

    Masih tidak ada jawaban

    Dengan marahnya Sidantipun segera menendang pintu-pintu dan perabot rumah yangmemang telah porak-poranda. Suaranya berderak-derak tidak karuan. Orang-orangnyapun

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    28/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    25

    menirukan saja apa yang diperbuat Sidanti itu.

    Tiba-tiba terdengar Sidanti berkata Kita cari dibelakang

    Merekapun kemudian berlari kehalaman belakang. Wurantapun ikut pula dengan mereka,bahkan seperti mereka juga, Wuranta ikut menendang-nendang beberapa macam barang.

    Sedayu! teriak Sidanti

    Sepi, tak ada seorangpun yang menyahut

    Agung Sedayu, pengecut

    Suara itu saja yang melontar menyentuh dedaunan, seolah-olah memenuhi seluruhanpadukuhan Jati Anom.

    Gila geram Sidanti Apakah aku akan kehilangan dia?

    Tiba-tiba Sidanti itu melihat sesuatu yang bergerak-gerak didalam bilik belakang. Cepat iameloncat mendekati. Dengan gerak seperti kilat pedangnya telah tergenggam didalamtangannya. Kali ini ia tidak membawa pusakanya, nenggala.

    Keluar teriaknya Ayo keluar. Apakah kau Agung Sedayu?

    Yang terdengar kemudian adalah suara tangis anak-anak yang meledak. Dengan penuhketakutan seorang perempuan dengan anak laki-laki yang masih kecil terbongkok-bongkokkeluar dari bilik itu

    Oh, gila kau bentak Sidanti Dimana Agung Sedayu, he?

    Agung Sedayu lari, tuan sahut perempuan itu.

    Suruh anak itu diam teriak Argajaya sambil menunjuk kepala anak itu dengan ujungtombaknya

    Cup ngger desis perempuan itu sambil menggigil. Didekapnya anak itu didadanya.

    Suruh anak itu diam! bentak Argajaya pula

    Perempuan itu menjadi semakin ketakutan. Dengan gemetar ia mencoba menahan tangis

    anaknya Cup, diam ya ngger Tetapi anak itu masih juga menangis

    Dimana Sedayu! sekali lagi Sidanti membentak

    Lari tuan. Ia lari meloncat pagar dinding itu

    Kau berkata sebenarnya? Apakah anak itu tidak kau sembunyikan?

    Tidak tuan. Tuan dapat mencari diseluruh halaman ini

    Kalau aku temukan dia, aku penggal kepalamu

    Perempuan itu tidak menjawab. Tetapi ia menggigil ketakutan.

    Ayo, tunjukkan dimana ia bersembunyi perintah Argajaya

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    29/498

    S.H. Mintardja

    26

    Tiba-tiba Wuranta maju selangkah sambil berkata Maaf tuan-tuan, perempuan ini adalahbibiku. Memang ia menjadi pembantu dan penunggu rumah Agung Sedayu sejak ayahnyamasih hidup. Karena petunjuknya pula aku ingin mengambil keris hari ini, tetapi tiba-tiba sajaAgung Sedayu itu datang

    Argajaya dan Sidanti serentak berpaling memandangi Wuranta. Dan Wuranta mencobameyakinkan Ia berada dipihakku tuan. Ia tidak akan menyembunyikan Agung Sedayu

    Sidanti dan Argajaya menjadi ragu-ragu sejenak. Ditatapnya wajah Wuranta danperempuan itu berganti-ganti. Kemudian berkata Sidanti apakah kau berkata sebenarnya?

    Buat apa aku berbohong, tuan. Bibi inilah yang mengatakan bahwa Untara telahmenyimpan sebuah pusaka berbentuk keris didalam rumah ini. Tetapi ketika aku mencobamencarinya, aku masih belum menemukannya. Malahan hari ini Agung Sedayu yang datangtanpa disangka-sangka telah mengejarku

    Sidanti dan Argajaya mengerutkan keningnya. Tetapi mereka tidak segera berbuatsesuatu.

    Ketika mereka masih saja berdiri diam, maka tiba-tiba bertanyalah Wuranta kepadaperempuan tua itu Bibi, kemana Agung Sedayu melarikan dirinya? Kesamping ataukebelakang?

    Kebelakang, ngger sahut perempuan itu ragu-ragu

    Apakah tuan masih akan mengejarnya? bertanya Wuranta

    Sidanti dan Argajaya itu tiba-tiba tersadar. Tanpa berkata sepatah katapun segeramereka berlari dan dengan tangkasnya mereka meloncat dinding dibagian belakang.

    Wurantapun tidak ketinggalan pula. Ternyata iapun cukup tangkas pula untuk meloncati dindingitu tanpa kesulitan.

    Tetapi mereka sudah tidak menemukan seseorang dibelakang dinding itu. Meskipundemikian mereka masih mencoba mencarinya disekitar halaman rumah Agung Sedayu, bahkansampai kehalaman rumah-rumah tetangganya. Namun mereka sudah tidak menemukan AgungSedayu.

    Sayang desis Wuranta

    Apa yang sayang? bertanya Sidanti

    Monyet itu

    Huh Argajaya mencibirkan bibirnya Apa yang dpat kau lakukan seandainya kitamenemukannya? Kau hanya mampu lari terbirit-birit seperti anjing kena cambuk

    Terasa dada Wuranta berdesir. Sesaat darahnya bergolak, namun sesaat kemudianiapun tersenyum kecut. Tetapi ia tidak menjawab sepatah katapun. Meskipun demikian, terasaalangkah menyakitkan kata-kata Argajaya itu. Ia tahu, bahwa orang-orang dari lereng Merapiadalah orang-orang yang pilih tanding. Bahkan anak muda yang bernama Sidanti itu memilikikemampuan bertempur yang hampir diluar kemampuan prajurit biasa. Argajaya itu adalah

    pemimpin yang agaknya disegani pula. Tetapi untuk mendengarkan hinaan dari mereka terasatelinganya menjadi sakit juga.

    Meskipun demikian Wuranta harus menahan diri. Ia sedang melakukan tugas yangsangat berat. Karena itu ia harus dapat mengorbankan perasaannya dan bahkan harga dirinya

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    30/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    27

    Pekerjaan yang tidak menyenangkan ia berdesah didalam hatinya.

    Namun sedikit banyak terasa olehnya, bahwa orang-orang lereng Merapi sampai saat itutidak mencurigainya. Pekerjaannya kini tinggallah mencari kepercayaan yang lebih besar danberusaha untuk turut serta kesarang mereka.

    Setelah mereka tidak dapat menemukan jejak Agung Sedayu, maka Sidanti kemudianberkata Apakah yang harus kita lakukan kini, paman?

    Argajaya tidak segera menjawab. Diawasinya wajah Wuranta yang kemudian berpaling.Ia tidak mau berpandangan mata dengan paman Sidanti yang kasar itu supaya ia tetap dapatmenahan diri dalam tugasnya.

    Bertanyalah kepada pengecut itu jawab Argajaya Apa saja yang ingin dilakukandikampung halaman ini

    Sidanti mengerutkan keningnya. Baginya pamannya memang terlampau kasarmenghadapi orang-orang yang sedang dipancing untuk berpihak kepada mereka.

    Baiklah akhirnya Sidanti itu menjawab, dan kepada Wuranta ia bertanya Wuranta,apakah yang sebaiknya kita lakukan? Apakah ada yang menarik di kademangan ini untukdikunjungi?

    Wuranta menarik nafas dalam-dalam. Ia tahu arti pertanyaan itu. Sidanti dan Argajayaingin menemukan sesuatu yang mungkin berharga bagi mereka.

    Tetapi Wuranta pura-pura tidak mengerti maksud Sidanti. Karena itu ia bertanya Apakahmaksud tuan?

    Sidanti tersenyum. Kemudian katanya Apakah kau tahu, dimana kami mendapat sesuatuyang dapat disumbangkan untuk perjuangan kami melawan ketamakan orang-orang Pajang?Pusaka misalnya, atau perhiasan untuk menambah bekal

    Dirumah Agung Sedayu ada pusaka tuan, tetapi beberapa hari aku sudah mencarinya,namun belum ketemu juga

    Bodoh kau bentak Argajaya Apakah kau tahu, dimana ada orang-orang kayadikademangan ini?

    Oh desis Wuranta. Sekali lagi telinganya menjadi pedih. Tetapi tuan, rumah-rumah itu

    telah pernah tuan kunjungi

    Mata Argajaya terbelalak karenanya. Hampir ia mengumpat sejadi-jadinya. TetapiSidantilah yang mendahului berkata sambil tertawa Baik, memang barangkali kau benar.Hampir setiap rumah yang cukup menarik telah kami kunjungi. Lalu barangkali kau mempunyaipertimbangan lain?

    Wuranta menggeleng-gelengkan kepalanya.

    Selain harta benda, apakah yang dapat kau sumbangkan?

    Apakah maksud tuan?

    Sidanti tidak meneruskan kata-katanya. Tetapi sambil tersenyum ia berkata Ah, haritelah siang. Apakah kita sudah cukup, paman?

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    31/498

    S.H. Mintardja

    28

    Lalu anak ini? berkata Argajaya sambil menunjuk kepada Wuranta

    Sebelum Sidanti menjawab, Wuranta telah mendahului Tuan, apakah tuan akan segerakembali naik lereng Merapi? Aku menjadi takut tuan, apabila nanti Agung Sedayu datnagkembali

    Sidanti tersenyum melihat Wuranta yang kecemasan itu. Katanya Lalu? Apakah yangkau kehendaki?

    Wuranta tidak segera menjawab. Ditatapnya wajah kedua orang pemimpin dari lerengMerapi itu berganti-ganti. Namun agaknya Argajaya tidak begitu senang melihat sikapnya. Makakatanya Kenapa kau bertanya kepadanya? Biarkan saja, apa yang akan dilakukannya

    Sekali lagi Sidanti tersenyum. Betapapun dadanya bergolak karena lepasnya AgungSedayu, namun terhadap anak muda Jati Anom ini ia ingin bersikap baik, sebagai permulaandari hubungannya dengan anak-anak muda di kademangan ini.

    Ia menjadi ketakutan paman. Mungkin aku dapat menolongnya

    Apakah pedulimu atas pengecut ini?

    Sidanti mengerutkan keningnya. Kemudian katanya Hubungan yang baik antara kita dananak-anak muda Jati Anom akan berakibat baik, paman

    Argajaya menggeram. Namun ia tidak menjawab. Meskipun demikian pandanganmatanya yang tajam seolah-olah telah menghunjam menembus jantung Wuranta.

    Wuranta bertanya Sidanti kepada anak ka itu Apakah kau menyangka bahwa suatuketika Agung Sedayu akan kembali kemari?

    Itu adalah hal yang mungkin sekali tuan. Bahkan mungkin tidak akan terlampau lamalagi. Hari ini, siang atau malam nanti

    Lalu bagaimana dengan kau?

    Wuranta terdiam sejenak. Kemudian desisnya perlahan-lahan Agung Sedayu melihataku datang bersama tuan. Aku sangka ia pasti mendendamku

    Lalu?

    Aku harus bersembunyi tuan

    Sidanti mengerutkan keningnya. Sejenak ia berpikir. Dan tiba-tiba ia bertanya Apakahkau ingin ikut aku?

    Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang ditunggu-tunggunya. Tetapi meskipun demikianWuranta tidak segera menjawab. Wajahnya tampak ragu-ragu.

    Buat apa kau bawa anak ini? bertanya Argajaya.

    Apa salahnya kita menolongnya paman. Mungkin anak muda ini dapat membantu kita

    Hanya seorang pemberani yang bermanfaat bagi kita. Bukan seorang pengecut.Seandainya daerah ini kelak seperti diduga oleh Ki Tambak Wedi akan menjadi landasan bagiUntara untuk meloncat kepadepokan dilereng gunung Merapi itu, maka anak semacam anak itu

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    32/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    29

    tidak akan bermanfaat

    Tidak paman, mungkin ia akan berguna kelak

    Buat apa? Ia tidak akan berani menginjak tanah ini kembali. Kalau kita memerlukanseorang anak muda yang dapat memberi kita beberapa keterangan, ia harus seorang anak yangberani. Berani berada dikampung halamannya untuk menyampaikan sesuatu kepada kita. Tetapianak ini? Biar sajalah ia mampus dibunuh Agung Sedayu

    Sidanti menegangkan wajahnya sejenak. Namun kemudian ia tertawa, katanya Pamanadalah seorang pengawal yang berani. Karena itulah maka paman merasa muak melihatseorang yang berada didalam ketakutan. Tetapi adalah jauh berbeda. Paman dan anak mudaJati Anom ini

    Wuranta memperhatikan pembicaraan tentang dirinya yang berlangsung dihadapanhidungnya, dengan demikian iapun mempunyai penilaian atas kedua orang itu. Argajaya adalahseorang pemberani yang lugu. Yang terlampau percaya pada kekuatan diri. Sedang Sidantiadalah seorang iblis yang licik. Keduanya pasti akan sangat berbahaya bagi dirinya.Bahkandisadarinya, bahwa kepercayaan Sidanti kepadanya itupun harus diterima dengan sangat hati-hati. Namun bagaimanapun juga ia melihat kebenaran anggapan keduanya. Argajayapunmempunyai alasan yang kuat untuk menolaknya. Karena itu maka ia menyesal, bahwa ia telahbersikap terlampau takut menghadapi keadaan. Tetapi semuanya telah terlanjur. Ia harus dapatmemanfaatkan apa yang masih dipunyainya sekarang.

    Yang bertanya kepadanya kemudian adalah Sidanti Wuranta, apakah kau ingin turutaku?

    Kembali Wuranta terdiam.

    Kau akan tinggal bersama pasukanku dipadepokan guruku. Mungkin kau akanmengalami hal-hal baru, yang dapat merubah sikapmu itu

    Dengan ragu-ragu Wuranta kemudian bertanya Lalu apakah tugasku disana tuan?

    Huh Argajaya berdesah Hanya orang-orang yang terlampau bodoh yang bertanyademikian

    Ya sahut Sidanti Ternyata kau memang agak terlampau bodoh. Tetapi tidak apalah.Sebenarnya melihat wajahmu aku mempunyai harapan, bahwa kau akan berguna bagi kami.Tetapi agaknya otakmu terlampau tumpul untk wajahnya yang cerah itu

    Sekali lagi dada Widura berdesir. Kembali ia membuat kesalahan. Namun agaknya iamasih mempunyai harapan ketika Sidanti berkata Yang pertama kau ucapkan adalahkesanggupan. Mungkin kau harus berbuat sesuatu yang dapat membahayakan jiwamu.Bukankah kami terdiri dari prajurit-prajurit yang sedang memperjuangkan suatu cita-cita?

    Tak akan ia ketahui apakah yang sebut cita-cita itu Sidanti. Baginya tak akan dimerti,apakah artinya Pajang dan Jipang. Apakah arti perjuangan Ki Tambak Wedi menentangkekuasaan Pajang sekarang ini. Untuk apa dan bagaimana

    Sidanti terdiam. Tiba-tiba anak muda itu merenungi wajah pamannya. Didalam hati

    kecilnya sendiri terbersit suatu pertanyaan Apakah pamannya itu mengetahuinya? Apakahpamannya menyadari, bahwa dipadepokan gurunya sekarang ada dua pihak yang mempunyaipancadan yang berbeda menghadapi Pajang? Dan apakah pamannya sendiri menyadarisepenuhnya, untuk apa ia berjuang? Untuk apa Ki Tambak Wedi menentang Pajang?

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    33/498

    S.H. Mintardja

    30

    Sebenarnya Sidanti sendiri telah beberapa lama berusaha mencari alasan yang dapatdipergunakannya untuk membenarkan sikapnya menentang Pajang. Tetapi ia tidak dapatmenemukannya. Sementara ia dapat memuaskan dirinya dengan alasan yang dicari-carinya.Mungkin ia dapat mengatakan kepada orang lain, bahwa ternyata Pajang berbuat sewenang-wenang. Pajang sebenarnya tidak berhak untuk melintir kedudukan Demak, merajai hampirseluruh pulau Jawa. Mungkin ia dapat berpura-pura membenarkan sikap Arya Penangsang dariJipang.

    Tetapi ia tidak dapat berbuat demikian kepada diri sendiri. Ia tidak dapat berkata bahwaPajang tidak berhak mewarisi kekuasan Demak. Ia tidak dapat mengatakan kepada dirinyasendiri bahwa Pajang berbuat sewenang-wenang. Beberapa usaha dari adipati-adipatidisepanjang pesisir untuk melepaskan diri dari kekuasan Demak setelah Demak jatuh, tidakdapat disejajarkan dengan usahanya itu. Meskipun dari segi kekuatan dan jumlah prajurit yangakan dapat dihimpunya, Sidanti tidak perlu cemas. Dibelakangnya terbentang suatu daerahyang luas di pegunungan Menoreh. Sisa-sisa kekuatan Jipang dan pengaruh Ki Tambak Wedidisekitar lereng Merapu, bupati-bupati dipesisir pasti tidak akan dapat berbuat seperti apa yangdilakukan oleh sisa-sisa prajurit Jipang yang putus asa itu.

    Sidanti yang kebingungan itu hanya dapat menemukan jawaban yang sama sekali tidak

    dikehendakinya. Meskipun demikian setiap kali terdengar suara yang tidak diinginkannya itu,Sidanti dari relung yang jauh didasar hatinya, bahwa pemberontakan ini hanya sekedar didorongoleh nafsu, ketamakan, dendam dan kebencian. Inikah cita-cita? Nafsu untuk berkuasa dankedudukan yang baik dengan cepat, ketamakan yang berlebih-lebihan, dendam yang menyala-nyala didalam dadanya karena kegagalan-kegagalannya selama ini. Sementara itu hatinyadibakar oleh kebencian yang hampir tidak dapat terkendali lagi.

    Wuranta, anak muda Jati Anom masih berdiri dimukanya dengan wajah termangu-mangu.Kata-kata Argajaya benar-benar telah mencemaskannya. Ia melihat orang itu sebagai seorangyang paling banyak mendapat perhatiannya. Orang itu pada saat pertama telah tidak

    menyenanginya. Maka bahaya daripadanya adalah bahaya yang pasti akan menjadi semakinbesar.

    Karena Sidanti dan Wuranta masih juga berdiam diri, maka Argajayalah yang berkatapula Nah, Sidanti, tanyakanlah, untuk apa ia turut kepadepokan Tambak Wedi. Kau akan tahudan kau akan dapat mengukur sampai dimana tingkat kecerdasan otaknya

    Sidanti mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam kebimbangan terdengar ia bertanyaYa, untuk apa kau ingin ikut bersama kami Wuranta?

    Pertanyaan itu telah mendebarkan jantung Wuranta. Untuk masuk kepadepokan Ki

    Tambak Wedi memang bukan pekerjaan yang mudah. Ia harus hati-hati menilai pertanyaan itu.Ia tidak akan dapat menjawab dengan alasan yang dibuat-buatnya, seolah-olah ia memihakkepada Jipang untuk menentang Pajang. Alasan yang terlampau dibuat-buatnya pasti akanmenimbulkan kecurigaan atas mereka berdua setelah mereka kecewa terhadapnya karenakebodohannya.

    Karena itu maka dicobanya untuk menghindari jawaban atas pertanyaan itu, katanyaBukankah tuan yang telah menawarkan kepadaku untuk turut kepadepokan lereng Merapi?

    Argajaya mengerutkan keningnya. Gila desisnya Agaknya kau pandai juga berbantah.Tetapi jawaban itu hanya menambah keyakinanku bahwa kau benar-benar anak yang bodoh

    kemudian kepada Sidanti ia berkata Lepaskan keinginanmu untuk membawanya

    Tetapi agaknya Sidanti berpendirian lain. Ternyata anak muda itu tertawa Jawabanmubenar katanya Memang akulah yang telah menawarkan kepadamu apakah kau ingin turut

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    34/498

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    35/498

    S.H. Mintardja

    32

    Aku dapat kembali malam hari tuan. Meskipun seandainya Agung Sedayu adadirumahnya, maka aku akan dapat memilih jalan yang tak mungkin dilihatnya. Meskipun kamisama-sama anak Jati Anom, namun beberapa bulan terakhir Agung Sedayu tidak ada dirumah.Ia tidak melihat keadaan terakhir dari kampung halamannya, sehingga sudah tentu aku lebihmengenalnya, apalagi dimalam hari dan lebih-lebih lagi apabila aku bersenjata seperti AgungSedayu

    Kau ingin membawa pedang seperti aku?

    Aku memang pernah belajar bermain pedang

    Siapakah yang mengajarimu?

    Wuranta mengerutkan keningnya. Namun kemudian ia berkata Justru ayah AgungSedayu semasa hidupnya

    Ki Sadewa? Sidanti terkejut.

    Wuranta mengangguk.

    Jadi kau murid Ki Sadewa?

    Tidak sepenuhnya tuan. Aku belum menjadi muridnya. Ki Sadewa agaknya ingin melihatapakah aku mampu menjadi muridnya. Tetapi sampai saat meninggalnya, aku tidak pernahdijadikannya muridnya. Mungkin pengaruh yang demikian itulah yang menyebabkan aku takutterhadap anak-anak Ki Sadewa. Apalagi dengan Untara. Kalau ia yang datang dengan tiba-tibasaat itu mungkin aku sudah mati membeku

    Sidanti mengerutkan keningnya. Tiba-tiba ia mempunyai penilaian yang agak berbeda

    terhadap Wuranta yang disangkanya sekedar anak yang terlampau bodoh. Mungkin otak anakmuda itu memang tidak terlampau baik sehingga Ki Sadewa tidak meneruskan maksudnyauntuk menuntun anak itu, apalagi menjadikan muridnya. Tetapi mungkin pula karena sebab-sebab lain. Kali ini Wuranta berusaha untuk mencuri pusaka yang terdapat didalam rumahAgung Sedayu.

    Mudah-mudahan sifat anak itu tidak terlalu baik. Dengan demikian aku dapatmempergunakannya untuk kepentingan yang barangkali sesuai dengan sifatnya yang tidak baikitu pikir Sidanti sambil melangkahkan kakinya disamping Wuranta.

    Tiba-tiba Sidanti itu bertanya Kalau kau membawa pedang apakah kau berani melawan

    Agung Sedayu seorang lawan seorang?

    Wuranta terdiam sejenak. Sekali lagi ia membuat penilaian atas pertanyaan-pertanyaanSidanti. Dan kali ini ia menjawab Sebenarnya belum tentu aku dapat dikalahkan, tuan. Tetapiaku merasa bahwa Agung Sedayu adalah anak Ki Sadewa. Sebenarnya aku tidak hanya belajarkepada Ki Sadewa sendiri tuan. Aku juga belajar dari tetangga-tetangga yang lain, bahkan anak-anak muda di Jati Anom ini menganggap aku melampaui diri mereka. Tak seorangpun yangberani melawan aku berkelahi

    Bagaimana dengan Untara dan Agung Sedayu?

    Oh Wuranta menelan ludahnya. Ia harus memainkan peranannya cukup baik. Kalautidak, anak muda yang dihadapi itu agaknya cukup tajam untuk menangkap kesalahan-kesalahan kecil sekalipun Keduanya itu terkecuali tuan

    Sidanti tersenyum. Ia mendapat kesan baru pada anak muda Jati Anom ini. Dan ia tidak

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    36/498

    Api di Bukit Menoreh 3

    33

    menyembunyikan kesannya. Katanya Kau anak muda yang sombong. Tetapi aku tidak yakinbahwa kau dapat memenuhi sepersepuluh dari kata-katamu itu

    Kanapa tuan sahut Wuranta dengan tiba-tiba sehingga langkahnya terhenti Kenapatidak?

    Kau berani pulang ke Jati Anom sekarang?

    Oh Wuranta terdiam. Sementara itu Sidanti tertawa.

    Jangan sekarang tuan

    Baik, nanti malam?

    Tentu tuan, apakah sebabnya aku tidak berani

    Wuranta berkata Sidanti Kau akan menjadi kawanku yang terpercaya kalau kau dapatmelakukan pekerjaan yang akan aku berikan kepadamu

    Pekerjaan apakah itu tuan?

    Tidak terlalu sulit. Kau hanya mondar-mandir saja, dari padepokanku ke Jati Anom dansebaliknya

    Untuk apa tuan?

    Apakah anak-anak muda Jati Anom menaruh kepercayaan kepadamu?

    Tentu tuan sahut Wuranta Aku adalah tetua anak-anak muda disini meskipun tidak

    dinyatakan secara resmi. Memang ada satu dua anak yang tidak mau tunduk kepadaku dankepada sebagian besar dari anak-anak muda Jati Anom, tetapi dalam kesempatan sepertisekarang ini, mereka pasti akan segera aku singkirkan

    Singkirkan bagaimana? bertanya Sidanti

    Wuranta mengerutkan keningnya. Jawabnya Aku pernah juga melakukannya tuan. Akubunuh anak yang melawan kehendakku beberapa hari yang lalu

    Kini Sidanti tersenyum didalam hati. Ia menemukan seorang anak muda yangmenyenangkan. Pengecut, sombong, pendendam, pembual dan licik. Namun Sidanti bukan

    anak kemarin sore untuk segera mempercayainya. Sidanti cukup hati-hati menghadapi anak-anak muda yang baru saja dikenalnya.

    Terhadap Wuranta inipun Sidanti cukup waspada meskipun tidak tampak pada wajahserta sikapnya. Meskipun seakan-akan ia dapat mempercayai setiap kata-kata Wuranta, namunsetiap kali Sidanti itu mempersoalkannya didalam hatinya.

    Perjalanan mereka itupun semakin lama menjadi semakin dekat dengan padepokan KiTambak Wedi di lereng Merapi. Mereka kini telah melewati Randu Lanang. Dan beberapa ratuslangkah lagi mereka telah memasuki tlatah padepokan Ki Tambak Wedi.

    Namun yang beberapa ratus langkah itu terdiri dari jurang-jurang yang curam, tebingyang terjal diantara hutan yang membujur dilereng-lereng gunung Merapi.

    Inilah padepokan kami berkata Sidanti kepada Wuranta ketika mereka melihat sebuahpadepokan diantara rimbunnya dedauan dan dikitari oleh hutan-hutan yang tipis. Disinilah aku

  • 8/6/2019 API Di Bukit Menoreh 3

    37/498

    S.H. Mintardja

    34

    berprihatin selama bertahun-tahun membentuk diri dibawah pimpinan Ki Tambak Wedi. Dan kinisebagian dari prajurit Jipangpun berada disini pula

    Wuranta mengangguk-anggukkan kepalanya.Ketika ia melihat berkeliling, maka hatinya menjadiberdebar-debar. Setiap kali ia melihat ujung tombakmencuat dari balik batu-batu dan dari belakangpepohonan. Beberapa kali ia melihat pula dua orang

    yang asyik duduk diatas sebongkah batu. Namunternyata bahwa kedua orang itu adalah dua orangdiantara para pengawas yang betebaran.

    Penjagaan disini cukup baik sesis Wurantadidalam hati Alangkah sulitnya untuk dapat masuk tanpadiketahui meskipun dimalam hari

    Tetapi Wuranta tidak segera menjadi berputus asamelihat kerapatan penjagaan itu. Ia yakin, bahwa disuatutempat, akan dapat diketemukan tempat-tempat yanglemah dari penjagaan itu.

    Apakah yang sedang kau renungkan? tiba-tibaWuranta terkejut mendengar pertanyaan Sidanti.

    Tidak apa-apa sahut Wuranta. Tetapi aku heran apakah ditempat ini dapat diperolehmakan yang cukup bagi seluruh isi padepokan?

    Pertanyaan yang pertama-tama berhubungan dengan tempat ini adalah soal makan.Kenapa?

    Widura tidak menjawab. Ternyata setiap kata-katanya mendapat penilaian yang cukupcermat.

    Kenapa kau tidak bertanya tentang kekuatan yang tersimpan didalam padepokan ini?Atau siapa saja yang tinggal dipadepokan ini sekarang? Atau dimana saja kami menempatkanpara penjaga kami?

    Wuranta tiba-tiba tersenyum. Itu tidak menarik perhatianku tuan. Aku adalah seorangpetani. Ketika aku melihat tanah dilereng ini, aku segera menyangka bahwa disini tidak banyakdibangun tanah-tanah persawahan meskipun aku melihat parit-parit yang mengalirkan air yang

    cukup

    Kau salah Wuranta jawab Sidanti Agak dibagian atas kau akan melihat sawah yangbertingkat-tingkat. Sebuah air terjun yang cukup besar dan kebun-kebun salak yang luas. Nantikau akan menyaksikan sendiri bahwa padepokan ini tidak kalah ramainya dengan kademanganJati Anom. Tetapi bagi kaum dagang, padepokan kami tidak menarik perhatian. Tidak sepert