anatomi dan fisiologi mata
TRANSCRIPT
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
A. Anatomi kelopak mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Gangguan penutupan kelopak mata akan mengakibatkan keringnya permukaan
mata. Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
a. Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat,
kelenjar Zeis pada pangkal rambut dan kelenjar Meibom pada tarsus
b. Otot seperti: M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat
tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai
M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
N. fasialis. M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen
orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.
orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit
tempat ninsersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan)
palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata
c. Di dalam kelopak mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat
dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada
margo palpebra
d. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan
e. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita> tarsus (tediri atas jaringan
ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak mata atas dan 20 buah di kelopak bawah)).
f. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. Palpebrae
g. Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal
N. V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II daraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus
okuli.
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang
menghaslkan musin.
B. Anatomi Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata.
Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal,
duktus nasolakrimal, meatus inferior.
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu:
- Sistem produksi atau glandula lakrimal. Galndula lakrimal terletak di
temporo antero superior rongga orbita.
- Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus nasolakrimal terletatak di
bagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir
ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke
dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak
menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang
disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang
berlebihan dari kelenjar lakrimal.
Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya
dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang
disertai dakriositis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum
lakrimal.
C. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang> bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin
bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian:
- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar
digerakkan dari tarsus
- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya
- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan
jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
D. Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu:
a. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea
lebih besar dibanding sklera
b. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea
dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris
didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar
masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis,
sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot
siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk
kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan membran
neurosensorisyang akan merubah sinar dan diteruskan ke otak. Terdapat
rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat
terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga si dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya
menempel papil dan saraf optik, makula dan pars plana. Bila terdapat jaringan ikat
di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan
terjadi ablasi retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada bagian
badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula
lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak
di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.
1. Kornea
Kornea adala selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya
merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri
atas lapis:
a. Epitel
Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan
sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula ikluden;
ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang
merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan
b. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi
c. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
di bagian perifer serat kolagen yang bercabang; terbentuknya kembali
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yan merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan
embrio atau sesudah trauma.
d. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakng stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 µm.
e. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-
40µm. endotel-endotel pada membran descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukandi
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan
mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel
dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di
sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
2. Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar, dan
koroid. Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan
nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang
terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, datu pada otot rektus lateral.
Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-
20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat
masuk saraf optika.
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata
dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar
saraf di bagian posterior yaitu:
a. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung
serabut sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar.
b. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah
uvea dan untuk dilatasi pupil.
c. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris terdiri
atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan
koroid. Batas antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm
temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu
longitudinal, radiar dan sirkular.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke
dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsisimpatis
(midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot
melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Radang badan
siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di daerah limbus, yang
akan mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran karakteristik
peradangan intraokular.
Otot longitudinal badan siliar yang berinersi di daerah baji sklera bila
berkontraksi akan membuka anyaman trabekula dan mempercepat pengaliran
cairan mata melalui sudut bilik mata.
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan
mengakibatkan mengendurnya zonula Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa.
Kedua otot ini dipersarafi oleh saraf parasimpatik dan bereaksi bail terhadap obat
parasimpatomimetik.
3. Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.
Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat
rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.
Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan
tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari:
a. Berkurangnya rangsangan simpatis
b. Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks
menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan
subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan
untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang diafgragmanya
dikecilkan.
4. Sudut bilik mata depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam
bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan
dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera,
garis Schwalbe dan jonjot iris.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan
disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.
Endotel dan membran descement dan kanal Schlemm yang menampung cairan
mata keluar ke salurannya.
Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut
tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior
perifer.
5. Lensa mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang
terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan
menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa
di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus
sehingga memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat
dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini
terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks
lensa yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks
anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer
kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu:
Kenyal karena memegang peranan penting dalam akomodasi yaitu
menjadi cembung
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
Terletak di tempatnya
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:
Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia
Keruh atau apa yang disebut katarak
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
6. Badan kaca
Kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air
sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi
badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata
agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke
retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu
terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optik.
Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darahdan sel.
Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan
melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskop.
7. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina dan terdiri atas
lapisan:
a. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar yang terdiri atas sel batang
yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut
b. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi
c. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan
batang
d. Lapis pleksiform luar merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
e. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral
f. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakanb tempat
sinaps sel bipolar, sel amakrin dengans sel ganglion
g. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron
kedua
h. Lapis serabut saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion menuju ke
arah saraf optik
i. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia
dan merah pada hiperemia.
Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina
sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada
retina dalam.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan sunjektif retina seperti:
tajam penglihatan, pengliahtan warna, dan lapang pandang. Pemeriksaan objektif
seperti: elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG), dan visual evoked
response (VER).
8. Saraf optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis
serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut papilomotor. Kelainan saraf optik
menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak
langsung terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang
mempengaruhi penyaluran aliran listrik
9. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea.
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai
kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.
Walaupun sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma
tumpul. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien DM, atau merendah pada
eksoftalmus goiter, miotika dan meminum air banyak.
E. Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang
membentuk dinding orbita: lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita
yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan
zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung.
Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.
Dinding orbita terdiri atas tulang:
1. Superior : os. Frontal
2. Lateral : os. Frontal, os. Zigomatikus, ala magna os. Sfenoid
3. Inferior : os. Zigomatik, os. Maksila, os. Palatina
4. Nasal : os. Maksila, os. Lakrimal, os. Etmoid
F. Otot Penggerak Mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan
mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.
Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot:
1. Otot oblik inferior
Oblik inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal, tulang lakrimal,
berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi
saraf okulomotor bekerja untuk menngerakkan mata ke atas, abduksi dan
eksiklotorsi
2. Otot oblik superior
Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi do
atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan di katrol balik dan kemudian
berjalan di atas rektus superior yang kemudian beninsersi pada sklera di
bagian temporal belakang bola mata.
Mempunyai aksi pergerakkan miring dari troklea pada bola mata dengan
kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan searah atau mata
melihatke arah nasal. Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi
terutama bila melihat ke nasa, abduksi dan insiklotorsi
3. Otot rektus inferior
Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn.
Fungsi menggerakkan mata:
a. Depresi
b. Eksoklotorsi
c. Aduksi
4. Otot rektus lateral
Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah
foramen optik. Rektus lateral dipersarafi N. VI, dengan pekerjaan
menggerakkan bola mata terutama abduksi.
5. Otot rektus medius
Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura
saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata
bila terdapat neuritis retrobulbar. Berfungsi menggerakkan mata untuk
aduksi.
6. Otot rektus superior
Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita
superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada
pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar.
Fungsinya menggerakkan mata-elevasi terutama bila mata melihat ke lateral:
o Aduksi
o Insiklotorsi
A. Mata membiaskan cahaya yang masuk untuk memfokuskannya ke
retina
Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri atas
paket–paket individual seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut
cara–cara gelombang. Jarak antara dua puncak gelombang dikenal sebagai
panjang gelombang. Fotoreseptor di mata peka hanya pada panjang gelombang
antara 400 dan 700 nanometer. Cahaya tampak ini hanya merupakan sebagian
kecil dari spektrum elektromagnetik total. Cahaya dari berbagai panjang
gelombang pada pita tampak dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbeda–
beda. Panjang gelombang yang pendek dipersepsikan sebagai ungu dan biru,
panjang gelomang yang panjang diinterpretasikan sebagai jingga dan merah.
Pembelokan sebuah berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika suatu berkas cahaya
berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium denagn
tingkat kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara
daripada melalui medium transparan lainnya seperti kaca atau air. Ketika suatu
berkas cahaya masuk ke sebuah medium yang lebih tinggi densitasnya, cahaya
tersebut melambat (begitu pula sebaliknya). Berkas cahaya mengubah arah
perjalanannya ketika melalui permukaan medium baru pada setiap sudut kecuali
sudut tegak lurus.
Dua faktor berperan dalam derajat refraksi : densitas komparatif antara dua media
dan sudut jatuhnya benda ke madium kedua. Pada permukaan yang melengkung
seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan
semakin kuat lensa. Suatu lensa dengan permukaan konveks (cembung)
menyebabkan konvergensi atau penyatuan, berkas–berkas cahaya, yaitu
persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus. Dengan demikian,
permukaan refraktif mata besifat konveks. Lensa dengan permukaan konkaf
(cekung) menyebabkan divergensi (penyebaran) berkas–berkas cahaya, suatu
lensa konkaf berguna untuk memperbaiki kesalahan refrektif mata tertentu,
misalnya berpenglihatan dekat.
B. Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk penglihatan dekat.
Kemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumbar cahaya dekat maupun
jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di
sebelah anterior. Korpus siliaris memiliki dua komponen utama yaitu otot siliaris
dan jaringan kapiler (yang menghasilkan aqueous humor). Otot siliaris adalah otot
polos melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik lensa
sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika
berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di ligamentum
suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari
ligamentum suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat)
karena elastisitas inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin
bulat), semakin besar kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih dibelokkan.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan
jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih
cembung dan lebih dekat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh
sistem syaraf otonom. Serat–serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot
siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem syaraf parasimpatis
menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat–serat transparan.
Kadang–kadang serat ini menjadi keruh (opaque), sehingga berkas cahaya tidak
dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal dengan katarak. Lensa detektif
ini biasanya dapat dikeluarkan dengan secara bedah dan penglihatan dipulihkan
dengan memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi.
Seumur hidup hanya sel–sel ditepi luar lensa yang diganti. Sel–sel di bagian
tengah lensa mengalami kesulitan ganda. Sel–sel tersebut tidak hanya merupakan
sel tertua, tetapi juga terletak paling jauh dari aquoeus humor, sumber nutrisi bagi
lensa. Seiring dengan pertambahan usia, sel–sel di bagian tengah yang tidak dapat
diganti ini mati dan kaku. Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak lagi
mampu mengambil bentuk sferis yang diperlukan untuk akomodasi saat melihat
dekat. Penurunan kemampuan akomodasi yang berkaitan dengan usia ini,
presbiopia, yang mengenai sebagian besar orang pada usia pertengahan (45
sampai 50 tahun), sehingga mereka memerlukan lensa korektif untuk penglihatan
dekat.
Tidak semua serat di jalur penglihatan berakhir di korteks penglihatan. Sebagian
diproyeksikan ke daerah–daerah otak lain untuk tujuan–tujuan selain persepsi
penglihatan langsung, seperti :
- Mengontrol ukuran pupil
- Sinkronisasi jam biologis ke variasi siklis dalam intensitas cahaya (siklus
tidur–bangun disesuaikan dengan siklus siang–malam).
- Kontribusi terhadap kewaspadaan dan perhatian korteks.
- Kontrol gerakan–gerakan mata.
Mengenai yang terakhir, kedua mata dilengkapi oleh enam otot mata eksternal
yang menempatkan dan menggerakkan mata, sehingga mata dapat menentukan
gerakan, lokasi, melihat, dan mengikuti benda. Gerakan mata adalah salah satu
gerakan tubuh tercepat dan terkontrol secara tajam.
C. Mekanisme protektif membantu mencegah cedera mata.
Beberapa mekanisme membantu melindungi mata dari cedera. Kecuali bagian
anteriornya, bola mata dilindungi oleh kantung tulang tempat mata berada.
Kelopak mata berfungsi sebagai shutter (daun penutup) untuk melindungi bagian
anterior mata dari gangguan luar. Kelopak mata menutup secara refleks untuk
melindungi mata pada saat–saat yang mengancam, misalnya benda–benda yang
datang cepat, cahaya yang sangat menyilaukan, dan keadaan–keadaan sewaktu
kornea atau bulu mata tersentuh. Kedipan kelopak mata secara spontan berulang–
ulang membantu menyebarkan air mata yang melumasi, membersihkan dan
bersifat bakterisidal. Air mata diproduksi secara terus–menerus oleh kelenjar
lakrimalis di sudut lateral atas dibawah kelopak mata. Cairan pembersih mata ini
mengalir melalui permukaan kornea dan bermuara ke saluran alus di sudut kedua
mata dan akhirnya dikosongkan ke belakang saluran hidung. Sistem drainase ini
tidak dapat menangani produksi air mata yang berlebihan sewaktu menangis,
sehingga air mata membanjir dari mata. Mata juga dilengkapi dengan bulu mata
protektif yang menangkap benda–benda halus di udara seperti debu sebelum
masuk ke mata.