analisis tendangan sabit
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gerak melingkar adalah salah satu konsep yang dipahami oleh sesorang yang
belajar fisika. Selama ini gerak melingkar hanya diperagai melalui ganbar-gambar padahal
gerak tersebut mudah dipelajari melalui pencak silat .
Pencak silat merupakan seni bela diri asal melayu yang diadopsi oleh Indonesia,
Malaysia dan Brunei Darussalam, pencak silat itu sendiri berasal dari kata “Silaturrahmi”
dan banyak makna didalamnya salah satunya secara dhahir silat berarti mengenal dan
menjalin kekerabatan sesama manusia dan secara bathin mengenal siapa dirinya dan
tuhannya. Menurut MUNAS IPSI (1995) pencak silat dapat diartikan sebagai gerak-bela
serang yang teratur menurut system, waktu, tempat, dan iklim dengan selalu menjaga
kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencak silat merupakan
suatu kemahiran bela diri ingkat tinggi dengan berdasarkan persaudaraan yang kuat. Untuk
saat ini olahraga pencak silat telah dipertandingkan dalam berbagai ajang pertandingan,
kategori yang dipertandingkan dalam olahraga pencak silat adalah: Kategori Tanding,
Tunggal, Ganda, dan Regu. Kategori tanding merupakan kategori yang paling banyak
menggunakan prinsip-prinsip biomekanika di dalamnya. Tendangan Sabit merupakan teknik
serangan yang paling besar frekuensinya digunakan didalam kategori tanding. Seperti
namanya tendangan busur adalah tendangan berbentuk busur dengan menggunakan
punggung kaki. Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan
namun lintasanya berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan pada punggung
1
kaki, Analisis didalam ilmu biomekanika tendangan ini berhubungan dengan Kecepatan
Linier dan Kecepatan Rotasi. Sebelum menganalisis tendangan busur ditinjau dari ilmu
Biomekanika terlebih dahulu pahami pengertian tentang Biomekanik itu sendiri.
Biomekanika (Biomechanics) merupakan salah satu ilmu pokok ilmu keolahragaan, apabila
dilihat dari asal katanya terdiri dari dua suku kata yaitu Bio dan Mechanics jadi secara
bahasa dapat diartikan mekanika mahluk hidup dalam hal ini manusia. Jadi secara istilah
biomekanika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak benda-benda hidup/mati, serta
gaya-gaya yang bekerja dan efek yang dihasilkannya melalui pendekatan ilmu mekanika.
Sedangkan mekanika sendiri adalah bagian dari pembahasan dalam ilmu fisika yang
mempelajari bagaimana tenaga dapat menghasilkan satu gerak tertentu.
Bertolak belakang dari yang telah diuraikan tersebut diatas penulis tertarik untuk
membahas tentang analisis kecepatan teknik tendangan sabit ditinjau dari lintasannya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan didalam makalah ini adalah, bagaimana
pengaruh kecepatan teknik tendangan sabit/busur ditinjau dari lintasan gerak.
1.3. Batasan Masalah
Dalam permasalahan ini tentunya banyak hal yang perlu dibahas, untuk itu
diperlukan adanya batasan masalah, adapun yang menjadi batasan masalah didalam makalah
ini adalah biomekanika yang berperan pada teknik tendangan sabit tepatnya pada konsep
kecepatan linear dan kecepatan rotasi.
2
1.4. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menentukan
kecepatan tendangan sabit dari kedua teknik berbeda.
1.5. Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat penulisan yang sederhana ini hendaknya bermanfaat
bagi penulis sendiri, selanjutnya penulis juga berharap agar uraian yang singkat ini dapat
menjadi sumbangan yang berguna dalam dunia ilmu pengeahuan, terutama bagi atlet pencak
silat.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pencak Silat
2.1.1. Definisi Pencak Silat
Pencak silat merupakan seni bela diri asal melayu yang diadopsi oleh Indonesia,
Malaysia dan Brunei Darussalam, pencak silat itu sendiri berasal dari kata “Silaturrahmi”
dan banyak makna didalamnya salah satunya secara dhahir silat berarti mengenal dan
menjalin kekerabatan sesama manusia dan secara bathin mengenal siapa dirinya dan
tuhannya. Di Aceh sendiri pencak silat dibawa oleh salah seorang wali (wali sembilan) yang
dikenal dengan Syech Maulana Malik Ibrahim.
Menurut MUNAS IPSI (1995) “ pencak silat dapat diartikan sebagai gerak-bela
serang yang teratur menurut system, waktu, tempat, dan iklim dengan selalu menjaga
kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan”. Dari beberapa
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencak silat merupakan suatu kemahiran bela
diri tingkat tinggi dengan berdasarkan persaudaraan yang kuat. Untuk saat ini olahraga
pencak silat telah dipertandingkan dalam berbagai ajang pertandingan, kategori yang
dipertandingkan dalam olahraga pencak silat adalah Kategori tanding, tunggal, ganda, regu .
2.1.2. Tekhnik Tendangan Sabit
Tendangan sabit atau sering dikenal juga dengan tendangan busur merupakan jenis
tendangan yang paling besar frekuensinya digunakan dalam pertandingan kategori tanding
disetiap cabang olah raga bela diri terutama pencak silat. Seperti namanya tendangan
sabit/busur adalah tendangan berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki.
Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan namun lintasanya
4
berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki yang berputar sejauh 1300 dan perkenaan pada
punggung kaki.
Seperti halnya pada gerakan menendang sabit atau busur pada pencak silat, kalau
perkenaan tendangan pada jarak tembak normal ( lebih mendekati ujung jari ), maka
kekuatan tendangan lebih besar dari pada kalau perkenaan lebih dekat ke pangkal paha.
Tendangan ini sasarannya ada pada bagian samping lawan. Tendangan ini membutuhkan
tubuh yang fleksibel agar gerakannya rapi. Penggunaan tekhnik tendangan sabit didalam
pencak silat terbagi dalam dua bentuk lintasan, teknik dasar dari lintasan tendangan sabit ini
adalah gerakan melingkar sedangkan teknik tendangan sabit yang lain merupakan
modifikasi dari tendangan lurus, dengan pola lurus dan melingkar. Perhatikan lintasan dari
gerakan tendangan sabit sebagai berikut (gambar 2.1 dan 2.2)
a. Lintasan tendangan sabit Teknik dasar b. Lintasan tendangan sabit teknik lurus
Gambar 2.1. Bentuk lintasan tendangan sabit
5
2.2. Tinjauan Fisika
2.2.1. Biomekanika
Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada system biologi.
Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu
biologi dan fisiologi. Menurut WenGayo (http://wengayo.blogspot.com/)
“Biomekanika (Biomechanics) merupakan salah satu ilmu pokok ilmu keolahragaan, apabila dilihat dari asal katanya terdiri dari dua suku kata yaitu Bio dan Mechanics jadi secara bahasa dapat diartikan mekanika mahluk hidup dalam hal ini manusia.Jadi secara istilah biomekanika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak benda-benda hidup/mati, serta gaya-gaya yang bekerja dan efek yang dihasilkannya melalui pendekatan ilmu mekanika. Sedangkan mekanika sendiri adalah bagian dari pembahasan dalam ilmu fisika yang mempelajari bagaimana tenaga dapat menghasilkan satu gerak tertentu”.
Dalam definisi yang lain Biomekanik adalah suatu ilmu yang menggunakan hukum-hukum
fisika dan konsep keteknikan untuk mempelajari gerakan yang dialami oleh beberapa
segmen tubuh dan gaya-gaya yang terjadi pada bagian tubuh tersebut selama aktivitas
normal. Konsep Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2 kelompok , yaitu::
1. General Biomechanic
Adalah bagian dari biomekanika yang berbicara mengenai hukum-hukum dan
konsep-konsep dasar yang mempengaruhi organ tubuh manusia baik dalam posisi diam
maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu
Biostatic adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh
pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam
(uniform).
6
Biodinamic adalah bagian dari biomekanika umum yang berkaitan dengan gambaran
gerakan-gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematika) dan
gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).
2. Occupational Biomechanic
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanika terapan yang mempelajari interaksi
fisik antara pekerja dengan mesin, material, dan peralatan dengan tujuan untuk
meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat
meningkat.
2.2.2. Gerak Melingkar
Suatu benda yang bergerak mengelilingi sumbu dalam lintasan melingkar disebut
gerak melingkar. Ketika memahami gerak melingkar akan menemukan sudut yang dibentuk
oleh vektor jari-jari yang menghubungkan dua posisi benda yang berbeda dalam lintasan
melingkar itu.
s = r
r
Gambar 2.2. Menggambarkan gerak melingkar, sudut yang dibentuk oleh vektor jari-jari. Satu radian adalah satuan sudut yang setara dengan 57,3o.
Dalam geometri berbagai satuan digunakan untuk menyatakan pengukuran sudut.
Misalnya derajad (°), yang mana untuk satu putaran penuh sebesar 360°. Satuan lain adalah
radian, yang mana untuk satu putaran penuh sebesar 2 radian, sehingga dapat dikatakan
bahwa 360°setara dengan 2 radian.
7
Hubungan antara sudut tempuh dengan busur lingkaran yang ditempuh s adalah ,
jika sudut tempuh satu putaran 2 radian maka panjang busur yang ditempuh adalah
keliling lingkaran = 2 r (r = jari-jari lingkaran). jika sudut tempuh satu putaran radian
maka panjang busur lingkaran yang ditempuh adalah = s. Dengan demikian 2/ = 2 r/s
atau 2 .s = 2 r.
sehingga s = r.
Satuan radian lebih banyak digunakan dalam pembahasan gerak melingkar.
2.2.3. Kecepatan Anguler dan Kecepatan Tangensial
Benda yang bergerak dalam lintasan melingkar menempuh busur lingkaran s
dalam selang waktu tertentu t. Bila perubahan busur lingkaran yang ditempuh sama tiap
selang waktu yang sama, maka gerak melingkar semacam ini disebut gerak melingkar
beraturan.
Kelajuan tangensial (besar dari kecepatan tangensial ) atau sering disebut dengan kelajuan
linier dirumuskan dengan :
v =
ΔsΔt
Arah vektor kecepatan tangensial selalu tegak lurus dengan arah vektor jari-jari dengan arah
gerak benda Jika s adalah keliling lintasan yang ditempuh benda dalam satu periode
waktu maka s = 2 r dan (t =T) sehingga kelajuan tangensial dirumuskan menjadi :
v =
2 π . rT
Substitusikan T =
1f ke dalam persamaan tersebut maka akan diperoleh persamaan sebagai
berikut.
v = 2 r f
8
Sudut yang ditempuh benda dalam selang waktu tertentu dinamakan kelajuan
anguler atau kecepatan sudut benda dan pada gerak melingkar beraturan selalu sama dalam
selang waktu yang sama, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut.
=
ΔθΔt
Apabila sudut yang ditempuh benda dalam satu periode waktu t = T adalah = 2
radian, maka kelajuan anguler dalam gerak melingkar beraturan dirumuskan;
=
2πT
Tempatkan T =
1f ke dalam persamaan tersebut maka akan diperoleh hubungan antara
kelajuan anguler dengan frekuensi sebagai berikut.
= 2 f
Menurut Alonso dan Finn, kecepatan sudut dapat dinyatakan sebagai besaran vektor,
yang arahnya tegak lurus pada bidang gerak, dengan arah yang ditunjukkan oleh ibu jari
tangan kanan jika jari-jari tangan menunjuk ke arah gerak partikel.
9
A
r
RC
X
Y
0
Gambar 2.3. Arah vektor kecepatan sudut
Hubungan antara kelajuan tangensial dengan kelajuan anguler dapat ditentukan dari;
ΔsΔt =
ΔθΔt r
Persamaan hubungan antara kelajuan tangensial dengan kelajuan anguler tersebut dapat
lebih disederhanakan menjadi sebagai berikut.
v = .r
2.2.4.Torsi
Torsi adalah suatu pemuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopel-kopel
(couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. Kopel-kopel
yang menghasilkan pemuntiran sebuah batang disebut momen putar (torque) atau
momen puntir (twisting moment). Momen sebuah kopel sama dengan hasil kali salah
satu gaya dari pasangan gaya ini dengan jarak antara garis kerja dari masing-masing gaya.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian ini dilakukan di UKM PENCAK SILAT UNSYIAH
yang di lakukan pada tanggal 24 Mei 2012.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Stop Watch
2. Camera
3. Meteran Jahit
4. Pencing /Target
3.3. Prosedur Penelitian
1. Atlit menendang pencing menggunakan tendangan sabit selama 5 detik dengan
kecepatan penuh (full speed) pada jangkauan jarak tembak maksimum dengan lintasan
lurus melingkar.
2. Atlit menendang pencing menggunakan tendangan sabit selama 5 detik dengan
kecepatan penuh (full speed) pada jangkauan jarak tembak maksimum dengan lintasan
melingkar.
3. Pengamat menghitung jumlah tendangan yang dihasilkan dalam waktu 5 detik tersebut.
4. Pengamat mengukur tinggi kaki atlit dan jangkauan terhadap pencing
5. Data-data yang diperoleh dimasukkan kedalam tabel pengamatan.
11
3.4. Form Pengamatan
Nama Atlit : .............
Panjang Kaki (R) : ............ (Pinggang Ke Lutut)
: ............ (Lutut Ke Punggung Kaki)
: ........... (Panjang Secara Keseluruhan)
Jarak Pencing Pada Titik Berat : ...............
Berat Badan : ........... Kg
Tabel 3.1. Pengamatan Jumlah Tendangan
Set Waktu (detik)Bentuk Lintasan dan Jumlah Tendangan
Lintasan Lurus Melingkar Lintasan Melingkar
Kanan Kiri Kanan Kiri
Set 1 5 ..... x ..... x ..... x ...... x
Set 2 5 ..... x ..... x ..... x ...... x
Set 3 5 ..... x ..... x ..... x ...... x
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Nama Atlit : Rizki Ananda
Panjang Kaki (R) : 49 cm (0,49 m) (Pinggang Ke Lutut)
: 44,1 cm (0,44 m) (Lutut Ke Punggung Kaki)
: 93,1 cm (0,93 m) (Panjang Secara Keseluruhan)
Jarak Pencing Pada Titik Berat : 100,45 cm (1,0045 m)
Berat Badan : 57 Kg
Tabel 3.1. Pengamatan Jumlah Tendangan
SetWaktu (detik)
Bentuk Lintasan dan Jumlah TendanganLintasan Lurus
MelingkarLintasan Melingkar
Kanan Kiri Kanan KiriSet 1 5 12 x 12 x 7 x 8 xSet 2 5 11 x 12 x 8 x 8 xSet 3 5 12 x 11 x 8 x 7 x
Jumlah Tendangan Rata-Rata
Berdasarkan data didalam tabel 3.1. dapat dihitung jumlah tendangan rata-rata:
Dengan Rumus = Jumlah Tendangan / banyaknya set
Teknik Lurus Melingkar
Rata-Rata = 35/3 = 11,67 ≈ 12 tendangan / 5 detik
Teknik Melingkar
Rata-Rata = 23/3 = 7,67 ≈ 8 tendangan / 5 detik
13
Berdasarkan data – data yang diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah data
– data yang ada agar dapat ditarik sebuah kesimpulan.
4.2. Pembahasan4.2.1. Teknik Lurus Melingkar
Data I merupakan data yang terkumpul pada teknik tendangan sabit dengan lintasan
lurus melingkar, berdasarkan data yang diperoleh dalam waktu 5 detik baik kaki kanan
maupun kiri diperoleh tendangan sebanyak 12. Dan memiliki periode sebesar
T=nt
125=2,4 tendangan /s
dan memiliki frekuensi sebesar
f=1T= 1
2,4=0,41 Hz
Setelah mendapatkan frekuensi dari tiap tendangan maka langkah selanjutnya
adalah menghitung kelajuan angular dari suatu tendangan dengan menggunakan
persamaan :
ω=2 πT
ω=2(3,14)
2,4=2,61 rad /s
Selanjutnya menghitung kelajuan tangensial dengan persamaan v = .r sehingga
diperoleh
V = 2,61 x 0,93 m = 2,42 m/s
Dan berdasarkan lintasan gerak dari tendangan itu sendiri terdapat didalamnya
lintasan lurus dan memiliki kecepatan linear. Besarnya kecepatan linear ini dapat dihitung
dengan persamaan :
V= st
v=0,490,2
=2,45 m/s
14
Setelah dihitung kecepatan linear dari tendangan tersebut maka langkah selanjutnya
adalah menghitung kecepatan total yaitu penjumlahan antara kecepatan tangensial dan
kecepatan linear sehingga diperoleh :
Vtotal =Vlinear + Vtangensial
Vtotal = 2,45+2,42 = 4,87 m/s
Dalam menganilis kecepatan tendangan sabit teknik lurus melingkar tentunya tidak
hanya kecepatan namun juga gaya yang diberikan oleh tendangan itu sendiri, jika massa
keseluruhan dari tiap posisi tubuh diasumsikan sama maka akan diperoleh Gaya pada
tendangan sebesar,
F = m.a a =0,93 (2,42)2
=0,93 *(5,85) = 5,44 m/s2
= 57 Kg x 5,44 = 310,44 N
Ketika kaki yang satu digunakan sebagai tendangan dan yang satunya lagi digunakan
sebagai tumpuan dan juga poros dari kaki yang menendang, maka lahirlah torsi didalamnya
dengan panjang kaki secara keseluruhan dianggap sebagai l dan sudut yang dibentuk
dianggap oleh poros dianggap θ maka dapat dihitung torsinya dengan persamaan sebagai
berikut:
τ = F . l sin θ
= 310,44 * 0,93 sin 135
= 204, 14 N.m
Dan kecepatan putar poros dapat dihitung dengan persamaan
v=√ τRm
v=√ 204,14 x 0,9357
v=√3,33=1,82 m/s
15
4.2.2. Teknik Dasar (Melingkar)
Data II merupakan data yang terkumpul pada teknik tendangan sabit dengan
lintasan dasar (melingkar), berdasarkan data yang diperoleh dalam waktu 5 detik baik kaki
kanan maupun kiri diperoleh tendangan sebanyak 8 tendangan (diambil pembulatan dari
rata-rata jumlah tendangan) . Dan memiliki periode sebesar
T=nt
85=1,6 tendangan /s ................. (4.1)
dan memiliki frekuensi sebesar
f=1T= 1
1,6=0,625 Hz .............(4.2)
Setelah mendapatkan frekuensi dari tiap tendangan maka langkah selanjutnya
adalah menghitung kelajuan angular dari suatu tendangan dengan menggunakan
persamaan :
ω=2 πT
ω=2(3,14)
1,6=3,92 rad /s
Selanjutnya menghitung kelajuan tangensial dengan persamaan v = .r sehingga
diperoleh
V = 3,92 x 0,93 m = 3,65 m/s
Dan berdasarkan lintasan gerak dari tendangan itu sendiri terdapat didalamnya
hanya terdapat lintasan melingkar dan dalam menganilis kecepatan tendangan sabit teknik
melingkar tentunya tidak hanya kecepatan namun juga gaya yang diberikan oleh tendangan
itu sendiri, jika massa keseluruhan dari tiap posisi tubuh diasumsikan sama maka akan
diperoleh Gaya pada tendangan sebesar,
F = m.a a =0,93 (3,92)2
=0,93 *(5,85) = 14,2 m/s2
16
= 57 Kg x 14,2 = 814,57 N
Ketika kaki yang satu digunakan sebagai tendangan dan yang satunya lagi digunakan
sebagai tumpuan dan juga poros dari kaki yang menendang, maka lahirlah torsi didalamnya
dengan panjang kaki secara keseluruhan dianggap sebagai l dan sudut yang dibentuk
dianggap oleh poros dianggap θ maka dapat dihitung torsinya dengan persamaan sebagai
berikut:
τ = F . l sin θ
= 814,57 * 0,93 sin 135
= 535,66 N.m
Dan kecepatan putar poros dapat dihitung dengan persamaan
v=√ τRm
v=√ 535,66 x 0,9357
v=√8,73=2,95 m/s
Dari hasil pengolahan data maka teknik tendangan sabit dengan lintasan lurus
melingkar dapat menghasilkan kecepatan lebih tinggi (4,87 m/s) dibandingkan dengan
lintasan melingkar (3,65 m/s) sedangkan kecepatan poros tendangan pada lintasan lurus
melingkar lebih kecil (1,82 m/s) dari pada kecepatan poros tendangan pada lintasan
melingkar (2,95 m/s). Dan Gaya tendangan yang dihasilkanpun lebih besar pada teknik
tendangan sabit lintasan melingkar (814,57 N) dibandingkan pada lintasan lurus melingkar
(310,44 N).
Dan dari pembahasan diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, besar kecilnya
gaya dan kecepatan tendangan, poros, bergantung pada besar sudut yang dibentuk poros
dan teknik lintasan tendangan itu sendiri.
17
Selain faktor diatas terdapat faktor lain yang mempengaruhi kecepatan dan tenaga
tendangan yaitu, kondisi psikis atlit, besarnya pinggul atlit, kekuatan otot tungkai,
kelentukan, pinggang atlit, dan jangkauan kaki atlit.
4.3.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan olah data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan kecepatan dari dua teknik tendangan sabit yang berbeda. Pada
teknik tendangan sabit dengan lintasan lurus melingkar dapat menghasilkan kecepatan lebih
tinggi yaitu sebesar 4,87 m/s sedangkan pada lintasan melingkar dihasilkan kecepatan 3,65
m/s.
5.2. Saran
Harapan saya koloqium ini menjadi tahap awal dan melakukan penelitian lanjutan
tentang analisis teknik tendangan sabit ditinjau dari segi lainnya. Dan diharapkan menjadi
bahan bacaan yang dapat diaplikasikan langsung didalam keseharian, khususnya bagi para
atlit bela diri dapat menjadi rujukan tentang teknik seperti apa yang cocok digunakan
didalam bertanding.
19
DAFTAR PUSTAKA
Agung Nugroho. (2004). Comparasi, Implementasi, Manajamen Pencak Silat.
Yogyakarta: FIK UNY.
Amat Komari. (2000). Citius, Altius, Fortius. Hand Out Biomekanika Olahraga.
Yogyakarta: FIK UNY.
Awan Hariono. (2005). Pedoman Sistem Energi Dalam Pencak Silat Kategori
Tanding. Majalah Ilmiah Olahraga. Volume 11. Yogyakarta: FIK UNY.
http://www.KONI.com/ Analisis Bio-mekanika Softball by jajat Darajat KN
Jewet (2009). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Salemba Teknika: Jakarta
Tipler (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga: Jakarta
20