analisis spasial perubahan lahan mangrove · skripsi jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial...

60
ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE DI KELURAHAN KAMAL MUARA DAN KELURAHAN KAPUK MUARA TAHUN 2004-2014 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Khoirunnisa NIM: 1112015000117 KONSENTRASI GEOGRAFI PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 07-Feb-2020

53 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE

DI KELURAHAN KAMAL MUARA DAN KELURAHAN

KAPUK MUARA TAHUN 2004-2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Khoirunnisa

NIM: 1112015000117

KONSENTRASI GEOGRAFI

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Page 3: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Page 4: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Page 5: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Page 6: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Page 7: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

i

ABSTRAK

Khoirunnisa (1112015000117). Analisis Spasial Perubahan Lahan Mangrove Di

Kelurahan Kamal Muara Dan Kelurahan Kapuk Muara Tahun 2004-2014.

Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatillah Jakarta.

Penelitian ini mengenai perubahan lahan mangrove di kelurahan Kamal

Muara dan kelurahan Kapuk Muara. Penelitian ini dilakukan di mangrove Kelurahan

Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara. Metode penelitian yang digunakan

adalah deskriptif kuantitatif, penelitian ini menggunakan aplikasi penginderaan jauh.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini Ground Check lapangan dan observasi.

Sumber data penelitian ini menggunakan data primer dari hasil pengolahan citra

tahun 2004, 2009 dan 2014 dan data sekunder dari data penggunaan lahan.

Berdasarkan hasil penelitian Kondisi sosial masyarakat sekitar lahan mangrove

adalah berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan lebih banyak berjenis kelamin

Laki-laki. Usia dominan di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara

adalah usia 5-11 tahun. Masyarakat di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk

Muara berasal dari Jakarta Utara dan Makasar, Sulawesi. Tempat tinggal masyarakat

di Kelurahan Kamal Muara berada dipinggir laut dan tempat tinggal masyarakat di

Kelurahan Kapuk Muara banyak didirikan pabrik. Pekerjaan masyarakat diKelurahan

Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara terdiri dari: Ibu rumah tangga, pedagang,

nelayan dan buruh pabrik. Masyarakat di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan

Kapuk Muara rata-rata Pendidikan terakhrnya SMA.

Luas lahan mangrove mengalami peningkatan pada tahun 2004-2009 di

Kelurahan Kamal Muara dengan penambahan 3.511 ha dan peningkatan luasan lahan

mangrove pada tahun 2004-2009 di Kelurahan Kapuk Muara sebesar 6.067 ha, dan

luas lahan mangrove mengalami penurunan pada tahun 2009-2014 di Kelurahan

Kamal Muara sebesar 731 ha dan di Kelurahan Kapuk Muara sebesar 2 ha. Terjadi

perubahan luasan mangrove selama 10 tahun yang dihitung dari tahun 2004-2014

dengan penambahan di Kelurahan Kamal Muara sebesar 2.780 dan penambahan di

Kelurahan Kapuk Muara sebesar 6.065.

Kata Kunci: Analisis Spasial, Perubahan Lahan Mangrove, Mangrove.

Page 8: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

ii

ABSTRACT

Khoirunnisa (1112015000117). Spatial Analysis of Mangrove Land Changes in

Kamal Muara Village and Kapuk Muara Village 2004-2014. Thesis, Department of

Social Sciences Education, Geography Study Program, Faculty of Tarbiyah and

Teacher Training, Syarif Hidayatillah State Islamic University, Jakarta.

This research is about the change of mangrove land in the Kamal Muara

village and Kapuk Muara village. This research was conducted in the mangrove of

Kamal Muara Village and Kapuk Muara Village. The research method used is

descriptive quantitative, this study uses remote sensing applications. The sample used

in this study was Ground Check field and observation. The data source of this study

uses primary data from the results of image processing in 2004, 2009 and 2014 and

secondary data from land use data. Based on the results of the research, the social

conditions of the communities around the mangrove land are male and female, and

are more male sex. The dominant age in Kamal Muara and Kapuk Muara Villages is

5-11 years old. Communities in Kamal Muara and Kapuk Muara Villages are from

North Jakarta and Makassar, Sulawesi. The residence of the community in Kamal

Muara Village is located on the edge of the sea and where people live in the Kapuk

Muara Village, many factories are established. The work of the community in

Kelurahan Kamal Muara and Kapuk Muara Village consists of: Housewives, traders,

fishermen and factory workers. Communities in Kamal Muara Village and Kapuk

Muara Village, on average, have high school education.

Mangrove land area has increased in 2004-2009 in Kamal Muara Village

with the addition of 3,511 ha and an increase in mangrove area in 2004-2009 in the

Kapuk Muara Sub-District of 6,067 ha, and mangrove land area has decreased in

2009-2014 in Kamal Village The estuary is 731 ha and in the Kapuk Muara Village is

2 ha. There was a change in mangrove area for 10 years which was calculated from

2004-2014 with additions in the Kamal Muara Village amounting to 2,780 and

additions in the Kapuk Muara Village amounting to 6,065.

Keywords: Spatial Analysis, Mangrove Land Change, Mangrove.

Page 9: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Allah SWT pencipta semesta alam. Shalawat serta salam

semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta

sahabat dan keluarga. Dengan izin Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Analisis Spasial Deforestasi Mangrove Di Kelurahan Kamal Muara

Dan Kelurahan Kapuk Muara Tahun 2004-2014”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang diterapkan dalam

rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas IlMU Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya, penulis

menyadari bahwa kehadiran skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Pada

kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan

skripsi ini. Ucapan terimakasih yang tidak terhingga layak penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullaah Jakarta, yaitu Ibu Prof. Dr.

Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, M.A.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universita Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, yaitu ibu Dr. Sururin, M.Ag.

3. Ketua Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd.

4. Sekretaris Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si.

5. Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik

6. Bapak Dr. Sodikin, S,Pd, M.Si dan Ibu Zaharah, M.Ed yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan serta nasehat kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

iv

7. Seluruh Dosen Pendidikan IPS yang selama ini selalu dengan sabar memberikan

pengetahuan kepada penulis selama penulis mengambil studi di Jurusan

Pendidikan IPS

8. Kedua orang Tua penulis yaitu Bapak Ahmad Burdaih dan Ibu Sri Lestari yang

yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan

saya tiada henti dan selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam menjalani

studi

9. Suami tercinta Bagus Mulyo Handoko dan anak tersayang Muhammad Ahza Al

Asytar yang selalu memberikan semangat, menemani dan mendoakan penulis

tanpa henti untuk berjuang menyelesaikan studi

10. Seluruh teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012

khususnya konsentraasi geografi yang selalu memberikan semangat serta

keceriaan yang mengisi hari-hari penulis selama berkuliah di Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta

Trimakasih atas do‟a, bantuan dan semangat yang sangat berharga, Penulis

tidak dapat membalas kebaikan semua pihak terlibat, semoga Allah SWT membalas

kebaikannya. Aamiin. Aamiin Ya Robbal „alamiin.

Penulis juga menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dan

kesalahan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dengan segala kerendahan hati

maka saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis

harapkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 11 Februari 2019

Penulis,

Khoirunnisa

Page 11: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

v

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PERYATAAN UJI REFERENSI

LEMBAR PERYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

DAFRAT TABEL .................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori ................................................................................................. 8

1. Analisis Spasial ....................................................................................... 8

Page 12: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

vi

2. Perubahan Luasan Lahan Mangrove ..................................................... 10

3. Penginderaan Jauh ................................................................................. 12

4. Mangrove ............................................................................................... 13

5. Kondisi Sosial Masyarakat .................................................................... 24

6. Kondisi Fisik Mangrove ........................................................................ 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 26

C. Kerangka Berfikir....................................................................................... 29

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 32

1. Lokasi Penelitian ................................................................................... 32

2. Waktu Penelitian ................................................................................... 33

B. Metode Penelitian....................................................................................... 33

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 34

1. Data Primer ............................................................................................ 34

2. Data Sekunder ....................................................................................... 35

D. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 36

1. Observasi dan Ground Check Lapangan ............................................... 34

2. Wawancara ............................................................................................ 36

3. Dokumentasi .......................................................................................... 37

F. Teknik Pengumpulan Data Penginderaan Jauh .......................................... 38

G. Teknik Analisis Data Penginderaan Jauh ................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daaerah Penelitian ........................................................ 42

1. Kondisi Sosial ........................................................................................ 42

2. Kondisi Fisik ......................................................................................... 43

Page 13: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

vii

3. Kondisi Geografis .................................................................................. 46

B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 47

1. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Lahan Mangrove ........................... 47

2. Gambar Perubahan Luasan Lahan ........................................................ 47

3. Perubahan Luasan Mangrove di Kelurahan Kamal Muara dan

Kelurahan Kapuk Muara ....................................................................... 51

4. Perubahan Luasan Mangrove tahun 2004-2014 .................................... 53

5. Analisis Kerapatan Vegetasi Berdasarkan Nilai NDVI ......................... 55

C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................. 64

B. Saran ........................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan atau sering disebut dengan lingkungan hidup adalah

jumlah semua benda yang hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada

dalam ruang yang kita tempati. Adapun berdasarkan UU No. 32 tahun

2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Menurut Undang-

Undang RI Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok

pengelolaan lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992

tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga

sejahtera, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan

lingkungan hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam firmannya:

Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut

(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya

rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-

A'raf Ayat: 56)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah melarang manusia agar tidak

membuat kerusakan di permukaan bumi. Luas hutan mangrove Indonesia

Page 15: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

2

tahun 1999 mencapai 8,2 juta hektare dengan rincian 2,5 juta hektare

dalam kondisi baik dan 6,7 juta hektare dalam kondisi rusak. Angka

tersebut berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan

Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (Dirjen

RLPS). FAO (Food and Agriculture Organization) di tahun 2007

menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara terbesar yang memiliki

hutan mangrove, dengan luas sekitar 3 juta hektare atau 19% dari luasan

hutan mangrove di dunia.

Indonesia merupakan tempat habitat mangrove terluas di dunia yaitu

sekitar 18-23% luas mangrove dunia, melebihi Brazil 1,3 juta hektar,

Nigeria 1,1 juta hektar dan Australia 0,97 juta hektar. Di Indonesia

perkiraan luas mangrove sangat beragam. Luas mangrove di Indonesia

sebesar 2,5 juta hektar. Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh

kepulauan Indonesia. Mangrove terluas terdapat di Irian Jaya 1.350.600 ha

(38%), Kalimantan 9978.200 ha (28%) dan Sumatera 673.300 ha (19%), di

daerah-daerah ini dan juga daerah lainnya, mangrove tumbuh dan

berkembang dengan baik di pantai yang memiliki sungai yang besar dan

terlindung. Walaupun mangrove dapat tumbuh di sistem lingkungan lain di

daerah pesisir, perkembangan yang paling pesat tercatat di daerah tersebut.

Sejauh ini Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove,

meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba

tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis

(diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai

mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (associate

associate).

Hutan mangrove dibeberapa wilayah Indonesia telah mengalami

degradasi secara sistematis dari tahun ke tahun akibat banyaknya

kepentingan manusia. Degradasi hutan mangrove rata-rata mencapai 14%

Page 16: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

3

pertahun.1 Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat

mengenai fungsi mangrove jangka Panjang. Luas kawasan mangrove di

pesisir Jakarta tahun 1960 adalah 1.334,62 hektar, dan terjadi penurunana

luas hutan mangrove pada tahun 2002 luas hutan menjadi 232,81 hektar

atau dalam kurun waktu 42 tahun terjadi penurunan areal mangrove

mencapai 1.102 hektar atau sekitar 80% yang menempati pantai utara

Jakarta sepanjang 32 km dan Kepulauan Seribu.2.

Kamal Muara dan Kapuk Muara merupakan dua kelurahan yang

terletak dibagian barat Kotamadya Jakarta Utara. Di wilayah tersebut

terdapat Kawasan Konservasi mangrove yang tersisa di Jakarta. Menurut

keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan, kawasan hutan dan

perairan di wilayah provinsi DKI Jakarta terdiri atas Hutan Lindung Angke

Kapuk (08/KPPS/VII-4/94) seluas 44,76 ha, Suaka Margasatwa Muara

Angke (097/Kpts-II/98) seluas 25,02 ha dan Taman Wisata Alam

(667/Kpts/II/1995) seluas 99,82 ha. Meskipun sudah ditetapkan, peran

serta masyarakat juga diperlukan dalam membantu kembalinya kelestarian

mangrove di wilayah Kelurahan Kamal Muara dan Kapuk Muara.

Pembangunan pemukiman di area sekitar mangrove menjadi salah satu

penghambat kelestarian mangrove, karena dapat mengganggu kondisi

ekologi lingkungan mangrove yang menghendaki syarat-syarat tertentu

seperti kadar garam, pasang surut air laut dan pelumpuran. Kemunduran

hilangnya ekosistem mangrove secara keseluruhan berdampak hilangnya

fungsi hutan mangrove baik terhadap kondisi biologi dan sebagainya.

Secara langsung pengaruh negative terhadap hutan mangrove saat ini

adalah luas dan penyebarannya sangat terbatas.3

1 Marcello, Hansel, Perbahan Mangrove Di Wilayah Pesisir Indamayu, (Depok: Skripsi Jurusan

Geografi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012) 2

Pramudji, Informasi Kawasan Hutan Mangrove Di Pesisir Jakaarta, (Jakarta: Kajian

Perubahan Ekologis Perairan Teluk Jakarta LIPI, 2008), h.59. 3Alikardo S.Hadi, Dampak Reklamasi Teluk Jakarta Pada Ekosistem Mangrove, (Bogor:

Skripsi Jurusan Konsentrasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan IPB, 1996)

Page 17: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

4

Dampak positif dari perubahan luas mangrove menyediakan berbagai

jenis produk dan jasa lingkungan yang penting dan signifikan bagi mata

pencaharian, kehidupan dan perlindungan bagi jutaan manusia yang

tinggal di daerah pesisir. Mangrove merupakan tempat perbenihan ikan,

udang, kepiting dan habitat berbagai satwa seperti burung, bekantan.

Dampak positifnya juga mangrove juga dapat menghasilkan berbagai

produk kayu dan nonkayu. Dampak positifnya juga dapat menigkatkan

perekonomian bagi masyarakat yang tinggal dikawasan sekitar mangrove

dengan dijadikan tempat wisata, habitat untuk jenis hewan dan tumbuhan

pesisir, menjaga kualitas air, menyediakan sumber kayu, makanan, dan

obat-obatan, serta yang tidak kalah pentingnya adalah fungsi perlindungan

terhadap ancaman bencana alam seperti angin topan, abrasi, badai, dan

tsunami.

Kehilangan dan kerusakan hutan mangrove telah menyebabkan

berbagai dampak negatif ekologi, ekonomi dan sosial. Mangrove yang

baik terbukti melindungi pesisir pantai, termasuk manusia yang

menghuninya dari hempasan tsunami dan angin badai. Kerusakan dan

kehilangan hutan mangrove sangat merugikan baik secara ekologis

maupun sosial-ekonomi. Hal ini terbukti secara ilmiah pada saat terjadi

tsunami dahsyat 26 Desember 2004 di Aceh dan Sumatera bagian utara.

Fenomena ini sudah lebih dari cukup menjadi bukti betapa penting

kawasan mangrove di pesisir.4 Hutan mangrove juga merupakan habitat

penting bagi ikan, udang, kepiting, burung air, dan mamalia laut.

Mangrove tercatat sebagai ekosistem terproduktif dari ekosistem daratan

manapun di dunia. Mangrove merupakan awal dari rantai makanan di

pesisir pantai. Sebagian besar kerusakan mangrove tidak hanya disebabkan

oleh alam tetapi juga oleh aktivitas manusia. Komunitas mangrove

menjadi hilang kerena habitatnya dimanfaatkan menjadi fungsi lain.

4 Onrizal, and Mansor M 2018 IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,. H.

126

Page 18: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

5

Pengembangan hutan mangrove seharusnya merupakan salah satu upaya

penguatan fungsi ekologi dan ekosistem. Pengembangan perikanan

budidaya sebiknya diarahkan kepada daerah hutan mangrove yang

bertujuan untuk melestarikan ekosistem seperti plankton dapat

meningkatkan produksi ikan.5

Sejak berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai Geography

Informasion System (SIG) atau pengindraan jauh pemantauan terhadap

hutan mangrove menjadi lebih mudah. Teknologi penginderaan jauh

berkembang dalam dua periode, yaitu sebelum 1972, dimana foto udara

merupakan intinya, dan setelah tahun 1972 dimana citra satelit sudah

mulai berkembang. Perkembangan lebih lanjut yang masih berjalan sampai

saat ini adalah citra radar, dimana sumber energinya bersfat aktif sehingga

dapat dioperasikan pada siang dan malam hari sehingga sampai sekarang

pemanfaatan citra satelit masih terus berkembang. 6 Teknik penginderaan

jauh sudah menjadi sesuatu yang umum bagi masyarakat khususnya yang

berkecimpung dalam dunia pemetaan sumber daya. Penginderaan jauh

sendiri adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu

objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena

yang dikaji. Walaupun telah berkembang lebih dari dua decade tapi

perkembangan penginderaan jauh di Indonesia belum memuaskan.7

Berasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Analisis Spasial Perubahan Lahan Mangrove di

Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara Tahun 2004-

2014”.

5Marcello Hansel, Perubahan Mangrove Di Wilayah Pesisir Indramayu, (Depok: Skripsi

Jurusan Geografi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012) 6 Ibid.

7 Ibid.

Page 19: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

6

B. Identifikasi Masalah

Setelah paparan yang didapat dari latar belakang masalah, masalah

yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berkurangnya daerah tempat tumbuh dan berkembangnya vegetasi

mangrove.

2. Dampak negatif perubahan luas mangrove yang terus terjadi pada

masyarakat di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya membahas tentang perubahan luas mangrove

yang terjadi di Kamal Muara dan Kapuk Muara.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumya masalah

yang di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi sosial masyarakat sekitar lahan mangrove di

Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara?

2. Bagaimana perubahan luas mangrove yang terjadi di wilayah Kelurahan

Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara dari tahun 2004 hingga

2014?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan penelitian ini di buat

dengan maksud dan tujuan:

1. Mengetahui kondisi sosial masyarakat sekitar lahan mangrove di

Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara.

2. Mengetahui perubahan luas lahan mangrove yang terjadi di wilayah

Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara dari tahun 2004

hingga 2014.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

Page 20: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

7

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi untuk melihat kondisi masyarakat sekitar

lahan mangrove di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk

Muara.

b. Memberikan informasi untuk melihat perubahan luas mangrove yang

terjadi di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara.

c. Sebagai bahan masukan bagi para mahasiswa dan guru dalam

melaksanakan pembelajaran IPS terpadu khususnya kajian Geografi

pada kelas VII SMP dan Geografi pada kelas X SMA

2. Manfaat Praktis

a. Dapat dijadikan sumber wawasan baru yang diharapkan dapat

dengan mudah mengetahui kondisi masyarakat Kelurahan Kamal

Muara dan Kelurahan Kapuk Muara dan kedepannya masyarakat

dapat ikut membantu melestarikan lingkungan agar pertumbuhan

mangrove dapat terus berkembang.

b. Sebagai bahan masukan pemerintah setempat dalam menangani

perubahan luas lahan mangrove, sehingga luas lahan mangrove dapat

bertambah.

c. Dapat memberikan informasi tentang proses terjadinya luas lahan

mangrove serta solusinya.

Page 21: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

8

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kajian Teori

1. Analisis Spasial

Menurut Sadahiro analisis spasial merupakan sekumpulan metoda

untuk menemukan dan menggambarkan tingkatan/ pola dari sebuah

fenomena spasial, sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik.

Dengan melakukan analisis spasial, diharapkan muncul infomasi baru

yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang

yang dikaji. Metoda yang digunakan sangat bervariasi, mulai observasi

visual sampai ke pemanfaatan matematika/statistik terapan. Analisis

spasial merupakan kumpulan – kumpulan dari teknik yang dapat

digunakan untuk melakukan pengolahan data SIG. Hasil dari analisis

data spasial sangat bergantung dari lokasi atau tempat di mana objek

sedang dianalisis. Selain itu, analisis spasial juga bisa diartikan sebagai

teknik – teknik yang dapat digunakan untuk meneliti dan juga

mengeksplorasi dari dari sudut pandang keruangan. Semua teknik

ataupun pendekatan perhitungan secara matematis yang berhubungan

dengan data keruangan atau spasial dilakukan dengan menggunakan

fungsi analisis spasial. Analisis spasial adalah teknik ataupun proses

yang melibatkan beberapa atau sejumlah fungsi perhitungan serta

evaluasi logika matematis yang dapat dilakukan pada data spasial,

dalam rangka untuk memperoleh nilai tambah, ekstraksi serta informasi

baru yang beraspek spasial.

Menurut Cholid konsep-konsep yang paling mendasari sebuah

analisis spasial adalah jarak, arah, dan hubungan. Kombinasi dari

ketiganya mengenai suatu wilayah akan bervariasi sehingga membentuk

perbedaan yang signifikan yang membedakan satu lokasi dengan yang

lainnya. Dengan demikian jarak, arah, dan hubungan antara lokasi suatu

objek dalam suatu wilayah dengan objek di wilayah yang lain akan

Page 22: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

9

memiliki perbedaan yang jelas. Dan ketiga hal tersebut merupakan hal

yang selalu ada dalam sebuah analisis sapasial dengan tahapan-tahapan

tertentu tergantung dari sudut pandang perencana dalam memandang

sebuah permasalahan analisis sapasial. Analisis spasial cukup luas

ruang lingkupnya. Salah satunya terdapat pada SIG atau Sistem

Informasi Geografis.

a. Fungsi Analisis Spasial

Menurut Eddy Prahasta (2009), fungsi dari analisis spasial yaitu:

1. Klasifikasi (reclassify), yaitu suatu kegiatan yang

mengklasifikasikan kembali suatu data hingga pada akhirnya

menjadi sebuah data spasial yang baru dan berdasarkan pada

kriteria atau atribut tertentu.

2. Jaringan atau Network, yaitu sebuah fungsionalitas yang merujuk

pada data – data spasial titik- titik ataupun garis – garis sebagai

jaringan yang tidak terpisahkan.

3. Overlay, merupakan fungsionalitas yang menghasilkan layer

data spasial baru, di mana layer tersebut merupakan hasil dari

kombinasi minimal dua layer yang menjadi masukkannya.

4. Buffering, adalah fungsi yang akan menghasilkan layer spasial

baru menghasilkan layer data spasial baru dengan bentuk

poligon serta memiliki jarak tertentu dari unsur – unsur spasial

yang menjadi masukkannya.

5. 3D Analysis, fungsi ini terdiri atas sub – sub fungsi yang

berkaitan dengan presentasi data spasial yang terdapat di dalam

ruang 3 dimensi atau permukaan digital.

6. Digital Image Processing, untuk fungsionalitas ini nilai ataupun

intensitas dianggap sebagai fungsi sebar atau spasial.

b. Jenis-Jenis Analisis Spasial

Pada pelaksanaannya, analisis spasial dapat dilakukan dengan

jenis-jenis tertentu. Masing-masing jenis memiliki fungsi dan juga

penggunaan yang berbeda-beda. Jenis-jenis dari analisis spasial

Page 23: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

10

berupa query basis data, pengukuran, fungsi kedekatan, model

permukaan digital, klasifikasi, overlay, dan juga pengubahan unsur

– unsur spasial query basis data. Query basis data sendiri digunakan

untuk memanggil atau mendapatkan kembali atribut sebuah data

tanpa harus mengganggu atau mengubah data yang sudah ada

sebelumnya. Fungsi dari query basis data yaitu dapat dilakukan

dengan cukup mudah, cukup menekan feature yang diinginkan.

Namun, untuk query yang lebih lengkap dan kompleks, dapat

menggunakan pernyataan kondisional (conditional statement).

Pernyataan ini ternyata melibatkan beberapa operasi logis yaitu,

AND, NOT, OR, XOR.

c. Analisis Spasial Dalam SIG (Sistem Informasi Geografi)

Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem di dalam

komputer (SBIS) yang digunakan untuk memasukan atau capturing,

menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi,

menganalisis dan juga menampilkan data – data yang memiliki

hubungan dengan posisi di permukaan bumi. Selain itu, Sistem

Informasi Geografi juga mempunyai arti sebagai sebuah sistem

informasi yang dibuat untuk bekerja dengan menggunakan data

yang bereferensi spasial atau memiliki koordinat geografi. SIG

sendiri merupakan salah satu sistem yang cukup kompleks, pada

umumnya terintegrasi dengan lingkungan sistem komputer lainnya

pada tingkat fungsional dan juga jaringan atau network.

2. Perubahan Luasan Lahan Mangrove

Perubahan luasan mangrove dapat diketahui melalui proses operasi

secara spasial dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografis

(ArcGIS Desktop versi 10.1). Data tutupan lahan merupakan data

shapfile yang diubah menjadi ESRI raster grid berdasarkan nilai kelas

tutupan lahan dan setiap kelas tutupan lahan memiliki kolom value, dan

mempunyai nilai interger yang dimulai dari 1 hingga i, dimana i

merupakan jumlah tutupan kelas lahan. Terdapat beberapa kesalahan

Page 24: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

11

yang dideteksi terhadap perubahan luasan Giri et al. (2007); Ferreira et

al. (2009) yaitu: (i) perbedaan dalam mendefenisikan kelas, (ii)

kesalahan posisi (iii) kesalahan klasifikasi. Proses yang dilakukan untuk

meminimalisasi kesalahan tersebut adalah dengan menggunakan skema

klasifikasi dan mengurangi posisi kesalahan oleh data Landsat yang

telah dikoreksi sebelumnya

a. Perubahan Luasan Lahan Mangrove di Indonesia

Indonesia yang merupakan negara maritim, memiliki kurang

lebih 17 ribu pulau yang terdiri dari pulau besar dan kecil yang

memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas daratannya

sekitar 1,93 juta km2 (SUKARDJO 1996). Dari wilayah pantai

tersebut dapat dijumpai hutan mangrove, tetapi tidak semua wilayah

pesisir ditumbuhi mangrove, karena untuk pertumbuhannya ada

persyaratan atau faktor lingkungan yang mengontrolnya. Hutan

mangrove di Indonesia menurut catatan yang diungkapkan oleh

DARSIDI (1987), luasnya adalah sekitar 4,25 juta hektar, namun

estimasi ini masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan yang

diungkapkan oleh GIESON (1993), yaitu sekitar 2.490.185 hektar.

Perbedaan luas ini, kemungkinan disebabkan karena dalam jangka

waktu lebih 6 tahun, telah terjadi konversi hutan mangrove untuk

kegiatan tambak atau pembangunan lainnya, sehingga luas areal

hutan mangrove berkurang drastis. Faktor yang mengontrol sebaran

hutan mangrove adalah tersedianya habitat yang cocok untuk setiap

jenis mangrove dan pasang surut. Tinggi pasang-surut di kawasan

pesisir yang berkaitan dengan topografi lantai hutan mangrove, akan

sangat berpengaruh terhadap terjadinya permintakatan (zonase)

tumbuhan mangrove (MACNAE 1966). SUKARDJO (1996)

mengungkapkan bahwa, tumbuh dan berkembangnya setiap jenis

mangrove secara konsisten berkaitan dengan tipe substrat, elevasi

dan keterbukaan, sehingga spesifikasi tempat tumbuhnya

berpengaruh dominan terhadap tipe komunitas dan sekutunya.

Page 25: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

12

3. Penginderaan Jauh

Teknologi Penginderaan Jauh (Remote sensing) sering diartikan

sebagai teknologi untuk mengidentifikasi suatu objek di permukaan

bumi tanpa melalui kontak langsung dengan objek tersebut. Menurut

Lillesand dan Kiefer (2004) dalam Purwadhi et al. (2015),

penginderaan jauh atau inderaja adalah ilmu dan seni untuk

mendapatkan informasi dari suatu objek, daerah, atau fenomena

(geofisik) melalui analisis data, di mana dalam mendapatkan data ini

tidak secara kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang

dikaji. Data yang didapatkan ini biasanya dalam bentuk citra satelit

yang kemudian diolah sesuai dengan kebutuhan sampai akhirnya

tercipta informasi yang diinginkan.

Saat ini teknologi penginderaan jauh berbasis satelit menjadi sangat

popular dan digunakan untuk berbagai tujuan kegiatan, salah satunya

untuk mengidentifikasi potensi sumber daya wilayah pesisir dan lautan.

Hal ini disebabkan teknologi ini memiliki beberapa kelebihan, seperti:

harganya yang relative murah dan mudah didapat, adanya resolusi

temporal (perulangan) sehingga dapat digunakan untuk keperluan

monitoring, cakupannya yang luas dan mampu menjangkau daerah

yang terpencil, bentuk datanya digital sehingga dapat digunakan untuk

berbagai keperluan dan di tampilkan sesuai keinginan8. Penginderaan

jauh adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan informasi tentang objek,

daerah, fenomena alam dengan cara menganalisis data yang diperoleh

tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, fenomena yang dikaji.9

Untuk mendapatkan informasi dari data penginderaan jauh diperlukan

adanya interpretasi citra yang merupakan pengkajian citra yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi objek yang tergambar dalam citra

dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Foto udara adalah suatu

8

Marcello Hansel, Perubahan Mangrove Di Wilayah Pesisir Indramayu, (Depok: Skripsi

Jurusan Geografi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012) 9 Lillesend dan Kiefer, Remote Sensing and Image Interpretation, (New York: John Wiley and

Sons, 2004), h.31

Page 26: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

13

pengindraan jarak jauh mengenai kondisi permukaan bumi, yang

diambil menggunakan pesawat atau satelit.

Pemanfaatan dan penginderaan jauh Sistem Informasi Geografi

(SIG) telah banyak dilakukan dalam kaitannya dengan kebutuhan

pengembangan wilayah pesisir dan lautan. Penelitian dilakukan mulai

dari pengembangan model parameter fisik perairan (sushu permukaan

laut, Krolofi, Muatan Padat Tersuspensi, Kecerahan perairan, dll)

wilayah pesisir sampai dengan kegiatan yang bersifat aplikasi seperti

monitoring dan penentuan zona potensi pengembangan dan

pemanfaatan wilayah pesisir.10

Klasifikasi citra penginderaan jauh

bertujuan untuk menghasilkan peta tematik, dimana tiap warna

mewakili sebuah objek, seperti hutan laut, sungai, sawah dan lain-lain.

Klasifikasi citra digital merupakan proses pengelompokan piksel

kedalam kelas-kelas tertentu

4. Mangrove

Mangrove adalah komunitas pepohonan yang hidup diantara laut

dan daratan. mangrove dipengaruhi oleh habitat lumpur berpasir dan

pasang surut air laut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat

pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi

pelindung daaratan dari gelombang laut yang besar. Sungai

mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon

mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau.11

Hutan mangrove

memiliki fungsi ekonomi dan ekologi. Secara ekonomi kayu dari pohon

mangrove dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar, sedangkan secara

ekologi hutan mangrove merupakan sebuah ekosistem tempat berbagai

jenis satwa. Hutan mangrove juga dapat berfungsi sebagai penahan

energy gelombang datang (melindungi pantai dari hempasan

gelombang), memiliki kemampuan memperbaiki tanah, memiliki akar

10

Marcello Hansel, loc. cit. 11

Irwanto, Analisis Vegetasi Untuk Pengelolahan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu,

Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, (Yogyakarta: Tesis Program Pasca Sarjana

Universitas Gajah Mada, 2007)

Page 27: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

14

yang berfungsi menahan gerakan air, menahan kembalinya bahan

organik dan lumpur dari sungai kelaut, dan menguatkan garis-garis

pantai.12

Mangrove sebagai salah satu komponen pesisir memegang peranan

yang cukup penting, baik didalam memelihara produktivitas perairan

pesisir maupun di dalam menunjang kehidupan penduduk di wilayah

tersebut.13

Potensi mangrove yang dimanfaatkan lebih cenderung

mementingkan aspek sosial-ekonomi, dimana peranan manusia sebagai

pemanfaat sangat besar. Fenomena pemanfaatan area mangrove

menjadi semakin meningkat, terutama dalam pemanfaatan kayu dan

pemanfaatan lahan untuk kepentingan tambak dan pemukiman. Sebagai

akibat yang ditimbulkan adalah terganggunya ekosistem mangrove,

termasuk biota perairannya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

tekanan yang cukup berat dalam bentuk perambaan area mangrove dan

alih fungsi penggunaannya. Hal tersebut terjadi karana kurangnya

pemahaman masyarakat mengenai fungsi mangrove jangka panjang.14

Mangrove adalah sekumpulan tumbuh-tumbuhan dicotyledoneae

dan Monocotyledoneae, yang terdiri atas jenis tumbuhan dan

mempunyai hubungan taksonomi sampai dengan kelas (unrelated

families) dan mempunyai persamaan adaptasi morfologi dan fisiologi

terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut. Mangrove adalah

vegetasi yang tumbuh di tanah berlumpur, di dataran rendah, di daerah

batas pasang surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara

sungai. Tumbuhan tersebut tergenang disaat kondisi air pasang dan

bebas dari genangan di saat kondisi air surut. Mayoritas pesisir pantai di

12

Dahuri R, Pengelolahan Sumber Daya Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu, (Jakarta: PT.

Pradya Paramita, 2001), h.189 13

Marcello Hansel, Perubahan Mangrove Di Wilayah Pesisir Indramayu, (Depok: Skripsi

Jurusan Geografi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012) 14

Arfando Rio, Perubahan Mangrove Di Pulau Panjang Kabupaten Serang Provinsi Banten,

(Depok: Skripsi Jurusan Geografi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Indonesia, 2008)

Page 28: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

15

daerah tropis di dominasi oleh tumbuhan mangrove.15

Vegetasi

mangrove biasanya tubuh di habitat mangrove membentuk zonasi mulai

dari daerah yang paling dekat dengan laut sampai dengan daerah yang

dekat dengan daratan. Pada kawasan delta atau muara sungai, biasanya

vegetasi mangrove tumbuh subur pada areal yang luas dan membentuk

zonasi vegetasi yang jelas. Sedangkan pada daerah pantai yang lurus,

biasanya vegetasi mangrove tumbuh membentuk sabuk hijau/green belt

dengan komposisi yang hamper seragam.16

Komunitas mangrove tidak tumbuh di pantai yang memiliki

gelombang dan komunitas mangrove tidak tumbuh di pantai terjal dan

berombak dengan arus pasang dan surut yang kuat karena area

mangrove kebanyakan berada di sekitar teluk yang lautnya tenang dan

daratannya yang secara berangsur-angsur melandai ke laut. Hal tersebut

menyebabkan tidak terbentuknya pengendapan lumpur dan pasir

sebagai subsrat di perlukan untuk pertumbuhan mangrove.17

Sedangkan

tempat hidup hutan Mangrove merupakan habitat yang unik dan

memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah :18

1. Tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau

hanya tergenang pada saat pasang pertama.

2. Tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.

3. Daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang susut

yang kuat.

4. Airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2-22o/oo) hingga asin.

a. Jenis-jenis Mangrove Di Indonesia

Mangrove merupakan ekosistem yang sangat unik karena

habitatnya yang khas sehingga tidak banyak jenis tumbuhan yang hidup

15

Dahuri R, Pengelolahan Sumber Daya Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu, (Jakarta: PT.

Pradya Paramita, 2001), h.61 16

Mira Rita,Ch. Endah, dkk, Ekosistem Lahan Basah Untuk Guru Dan Praktisi Pendidikan,

(Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam 1996), h.96 17

Bird Eric, Coastal Geomorfologi, (Australia: University Of Melbourne, 2007), h.287 18

Marcello Hansel, Perubahan Mangrove Di Wilayah Pesisir Indramayu, (Depok: Skripsi

Jurusan Geografi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012)

Page 29: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

16

dalam kondisi tersebut. Jumlah jenis mangrove di Indonesia mencapai

89 jenis yang terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9

jenis liana, 29 jenis epifit, dan 2 jenis parasit. Dari 35 jenis pohon

tersebut, yang umum dijumpai dipesisir pantai adalah Avicenniaq sp,

Ceriops sp, dan Excoecaria sp.19

Species tumbuhan mangrove di Indonesia seperti yang terlihat pada

Tabel 2.1

19

Sri Mekar Diah, dkk, Seri Buku Informasi dan Potensi Taman Nasional Alas Purwo, hlm. 19

Page 30: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

17

Tabel 2.1

Species Mangrove di Indonesia

Famili Species Penyebaran

1 2 3 4 5

Apocnaceae

Bignoniceae

Combretaceae

Euphorbiaceae

Flacortiaceae

Leguminosae

Meliaceae

Myrtaceae

Palmea

Rhizophoraceae

Rubiaceae

Rutaceae

Sonnerataceae

Sterculiaceae

Avicenniuceae

/Verbenaceae

Cerberamangkas

Dolichanrone

Lumitzera littorea

L. lutea

L. rasemosa

Exoecaria agallocha

Scolopia maerophylla

Pithecellobium

umbellatum

Xylocarpus granatum

X. molucensis

Osbornia octodonta

Nypa fruticans

Oncosperma tisillaria

Phoenix paludosa

Bruguera cylindrica

B. exarista

B. gymnorhiza

B. parviflora

B. sexangula

B. haenesii

Ceriops decandra

B. C. Tagal

C. Kandelia candae

D. Rhizophora apiculata

E. R. mucronata

F. R. stylosa

Scyphiphora

hydrophyllaceae

Paramignya

Soneratia alba

S. caseolaris

Heritiera littolaris

Avicennia alba

A. Marina

A. Officinalis

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Jumlah total 38 27 26 29 26 29

Sumber: Buku Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati, 2007

Keterangan:

1= Sumatera

2= Jawa, Bali, Kalimantan

Page 31: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

18

3= Sulawesi

4= Maluku, Nusa Tenggara

5= Irian Jaya

b. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Mangrove

Hutan mangrove terbentuk karena adanya perlindungan dari

arus dan gelombang, masukan air tawar, sedimentasi, aliran air

pasang surut, dan suhu yang hangat.20

dapat hidup atau mangrove

tumbuh disekitar pesisir pantai. Pertumbuhan dan persebaran

mangrove sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor fisik perairan

pantai. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

persebaran mangrove adalah pasang surut, gelombang, arus, kadar

garam (salinitas). Tanah, dan perubahan landuse.

1. Pasang Surut

Pasang surut adalah proses naik turunnya muka laut secara

periodik yang dipengaruhi oleeh gaya tarik benda-benda angkasa

seperti bulan dan matahari. Pasang surut terjadi karena interaksi

antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta

gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi bumi dan system

bulan. Pasang surut tidak hanya mempengaruhi lapisan bagian

atasnya saja, melainkan seluruh massa air dan memiliki energy

sangat besar. Diperairan-perairan pantai, utamanya teluk-teluk

atau selat sempit, gerakan naik turunnya muka air laut ke zona

intertidal sehingga memungkinkan berubahnya kondisi salinitas

di zona tersebut.21

Dari pola gerakan muka lautnya, pasang surut

di Indonesia dibagi menjadi empat jenis yaitu, pasang surut

harian ganda (semidiurnal tide), harian tunggal (diurnak tide) dan

20

Setyawan, Ahmad Dwi, Iodiversitas Ekosistem Di Jawa, Tinjauan Pesisir Utara Dan Selatan

Jawa Tengah, (Surakarta: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Bioteknologi Dan Iodiversitas

Jurusan Bioligi FMIPA UNS, 2008), h.3 21

Dahuri R, Pengelolahan Sumber Daya Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu, (Jakarta: PT.

Pradya Paramita, 2001), h.31

Page 32: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

19

dua jenis campuran condong ke harian ganda dan pasang surut

condong ke harian tunggal.

a. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) merupakan

jenis pasang surut dengan dua kali pasang dan surut dengan

ketinggian yang hampir sama priode pasang surut ini 12 jam

24 menit.

b. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) merupakan jenis

pasang surut dengan satu kali pasang dan surut. Periode pasut

ini 24 jam 50 menit.

c. Pasang surut campuran condong harian ganda (mixed tide

prevailing semi diurnal) merupakan jenis pasang surut

dengan dua pasang dan surut dengan periode yang berbeda.

d. Pasang surut campuran condong harian tunggal (mixed tide

prevailing diurnal) merupakan jenis pasang surut dengan satu

kali pasang dan surut ataupun dua kali pasang dan surut

dengan tinggi dan periode yang berbeda.

Pasang surut memberikan pengaruh kepada distribusi

mangrove, struktur vegetasi dan fungsi ekosistem mangrove.

Durasi pasang surut memberikan efek kepada distribusi spesies,

struktur vegetasi dan fungsi dari ekosistem mangrove. Mangrove

yang selalu digenangi berbeda struktur dan kesuburan dengan

hutan mangrove yang jarang digenangi sehingga menimbulkan

adanya zonasi.

2. Arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang

dapat disebabkan oleh tiupan angin, atau karena perbedaan dalam

densitas air laut atau dapat pula disebabkan oleh gerakan

begelombang panjang. Arus adalah gerakan massa air yang

mengalir. Gerakan air di permukaan laut terutama disebabkan

Page 33: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

20

oleh angin yang bertiup di atasnya.22

Gelombang yang datang

menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore

current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi atau

abrasi di pantai di sebabkan oleh besarnya sudut yang dibentuk

antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Apabila

sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus

menyusur pantai (longshore current) disebabkan karena

perbedaan tekanan hidrostatik. Mangrove tidak tumbuh di setiap

pantai. Mangrove hanya dapat tumbuh apabila ada bagian dari

pantai yang berair tenang dan memungkinkan adanya

pengendapan lumpur, yang kemudian menjadi tempat tumbuhnya

mangrove tersebut. Ketidak merataan garis pantai mengakibatkan

adanya pembelokan arus di tepi pantai.

3. Suhu

Suhu merupakan ukuran panas atau dinginnya benda, kita

dapat mengatakan suatu benda lebih panas apabila memiliki suhu

yang lebih tinggi di bandingkan benda lain yang lebih dingin.

Bahang dari suatu benda akan selalu mengalir ke benda yang

lebih dingin. Dari sudut pandang pergerakan electron, suhu

merupakan salah satu perpindahan electron. Dalam keadaan

ideal, atom dalam suatu materi akan memiliki electron yang

berorbit dalam orbit tertentu. Jika ada energy luar yang

mempengaruhi atom, amaka electron akan berpindah level ke

orbit lain (eksistansi). Akan tetapi keadaan tersebut tidak akan

bertahan lama, karena electron akan kembali ke orbitnya dan

akan memberikan kembali energy dalam bentuk yang lain seperti

panas, cahaya, radiasi lain.23

22

Ibid., h.36 23

Mitamana, Acta, Rancang Bangun Perekan Data Kelebaban Relatif Dan Suhu Udara

Berbasis Microkotlorel, (Bogor: Skripsi Program Study Ilmu Dan Teknologi Kelautan Fakultas

Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB, 2009)

Page 34: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

21

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan utama yang

berpengaruh terhadap kehiduoan mangrove. Suhu dan cahaya

matahari sangat penting bagi mangrove sebagai sumber energy

untuk melakukan proses regulasi tubuh seperti system ekskresi,

respirasi. Mangrove umumnya tumbuh di daerah tropis dan sub

tropis kisaran lintang antara 30oLU-30

oLS di mana suhu berkisar

antara 10oC-35

oC. Namun mangrove tumbuh maksimal dalam

kisaran suhu yang lebih sempit yaitu antara 20oC-30

oC.

24

4. Salinitas

Sebaran salinitas di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti,

pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai. Estuaria

atau daerah sekitar muara dapat mempunyai struktur salinitas

yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air

tawar yang relative ringan dan air laut yang relative berat, juga

pengadukan air sangat menentukan. Salinitas merupakan faktor

lingkungan yang sangat menentukan perkembangan hutan

mangrove. Umumnya mangrove tumbuh dengan baikdi estuaria

dengan kisaran salinitas antara 10-30%o.25

5. pH

Nilai pH suatu perairan menunjukan keseimbangan antara

asam dan basa dalam air. Nilai pH berfungsi sebagai faktor

pembatas bagi kehidupan organisme dan sebagai indeks keadaan

lingkungan. Batas derajat keasaman untuk mangrove berkisar 4,6

hingga 6,2.26

6. Tanah

Tanah merupakan media tumbuh dari suatu tanaman. Tanah

I wilayah mangrove di bentuk oleh timbunan sedimen yang di

24

Wahyudi Arif Makmun, Distribusi Ekosistem Mangrove Berdasarkan Nilai Penting Di

Tanjung Jabung Timutur Provinsi Jambi, (Bogor: Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas

Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB, 2005) 25

Aksornkoae, S, Ecology And Management Of Mangrove, (Word Konservasion Union

(IUCN), Glend (Switzerland) Wetland Programe 1993), h. 38 26

Wahyudi, Arif Makmur., op. cit.

Page 35: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

22

turunkan dari pantai dan hasil erosi dari daerah hulu di bawa ke

daerah rendah oleh sungai dan kanal, beberapa berasal dari

sedimentasi bahan-bahan koloid dan partikel-partikel. Sedimen

yang tertimbun di sepanjang pantai dan di daerah mangrove

memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari sifat

aslinya. Sedimen yang berasal dari sungai dan kanal berupa tanah

lumpur sedangkan sedimen pantai berupa pasir juga, degradasi

dari bahan-bahan organik yang terakumulasi sepanjang waktu

merupakan bagian dari tanah mangrove.27

Vegetasi mangrove

dapat hidup di tanah yang memiliki substrat yang lebar termasuk

lumpur, gambut, pasir dan batasnya batu atau karang dimana

cukup tersedia celah atau retakan untuk pencantolan akar.

Biasanya tanah tempat tumbuhnya mangrove umumnya berupa

lumpur atau lumpur berpasir.28

Substransi mangrove dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu

substrat belum matang, substrat matang dan substrat organik.

Substrak yang belum matang merupakan substrat yang baru

terbentuk sehingga karakteristik fisiknya belum berkembang,

bagian atas bewarna kehijauan. Substrat matang merupakan

substrat yang sudah berkembang dan biasanya dijumpai didaerah

yang sering terendam air, bagian atas bewarna lebih cerah dan

tebalnya 40-60cm. Substrat organik merupakan substrat yang

tersusun dari bahan organik, bagian atas bewarna gelap

kecoklatan.29

Bahan organik memegang peranan penting dalam

pembentukan sifat fisik tanah. Bahan organik dapat dilihat dari

nilai kadar C atau kadar N dalam satu gram tanah. Kadar

27

Aksornkoae, S., op. cit h. 41 28

Wahyudi, Arif Makmur., op. cit. 29

Aksornkoae S., loc. cit h. 40

Page 36: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

23

Nitrogen merupakan salah satu jenis unsure makro esensial yang

berarti diperlukan tanaman dalam jumlah yang banyak.30

7. Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah merupakan indikator dari aktifitas

masyarakan di suatu tempat. Ini berarti tindakan manusia

terhadap tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akan

nampak dari penggunaan tanahnya. Degradasi atau pengurangan

terhadap sumber daya hutan, sebagian besar dipengaruhi oleh

faktor manusia melalui pembukaan dan konversi lahan dari hutan

menjadi penggunaan lain.31

Landuse atau penggunaan tanah

adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia dari lingkungan

hidup menjadi lingkungan terbangun, seperti: tambak,

pemukiman, industri, dll.32

Kegiatan manusia dalam

memanfaatkan hutan mangrove tidak membawa dampak kepada

ekosistem mangrove, tapi kegiatan konversi hutan secara besar-

besaran akan membawa dampak kepada ekosistem mangrove.

Umumnya penurunan terhadap luas mangrove diakibatkan oleh

pembangunan tambak, konversi menjadi lahan pertanian, suksesi

menjadi vegetasi sekunder non-hutan dan kurangnya regenerasi

setelah dibabat untuk kepentingan komersial oleh masyarakat

sekitar. Hal ini terjadi karena perubahan pembangunan

pemukiman dan pertambakan lebih memiliki nilai ekonomi dari

pada pembangunan sebagai hutan. Pertambakan menjadi salah

satu penyebab terbesar berkurangnya luas mangrove di

Indonesia. Kurangnya peran serta pemerintah dalam mengawasi

penggunaan tanah juga sebagai penyebab maraknya

pertambakan.

30

Siregar Mustaid Analisiss Tingkat Kesuburan Tanah Dari Beberapa Tipe Lahan Di Sekitar

Daerah Aliran Sungai Mahakam (Bogor, Puslitbang Biologi, 2002), h.243 31

Sandy I.M, Land Use Dan Perkembangan Penduduk, (Depok: Jurusan Geografi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, 1986) 32

Ibid.

Page 37: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

24

5. Kondisi Sosial Masyarakat

a. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Lahan Mangrove

Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di daerah pesisir,

berakibat semakin meningkatnya kebutuhan terhadap lahan untuk

pemukiman, perkebunan, pertambakan, dan peruntukan lainya.

Peningkatan kebutuhan lahan, mengakibatkan banyak lahan

mangrove mengalami kerusakan, akibat aktifitas konversi tersebut

(Mulyadi & Fitriani, 2017).

Masyarakat menebang pohon mangrove untuk dimanfaatkan

sebagai kayu bakar dan arang. Selain itu masyarakat juga

memanfaatkan kayu tersebut sebagai bahan bangunan dan buahnya

diolah untuk dodol. Aktivitas masyarakat hal ini dilakukan demi

memenuhi kebutuhan hidup mereka serta memanfaatkan potensi

mangrove untuk peningkatan pendapatan keluarga. Selain menebang

hutan untuk keperluan pembuatan arang, bahan bangunan, maupun

berbagai kebutuhan. Aktivitas masyarakat yaitu melakukan alih

fungsi lahan untuk menjadi tambak. Tindakan masyarakat tersebut

dilakukan dengan alasan ekonomi. Terkait hal ini, perlu dilakukan

sosialisasi yang dapat mengubah persepsi masyarakat dari

pemanfaatan ekosistem hutan mangrove tanpa batas menjadi

pemanfaatan ekosistem hutan mangrove yang lestari dan

berkesinambungan.

6. Kondisi Fisik Mangrove

Vegetasi mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola

zonasi. Menurut Chapman, Bunt dan Williams, menyatakan bahwa hal

tersebut berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir, atau gambut),

keterbukaan (terhadap hempasan gelombang), salinitas serta pengaruh

pasang surut. Menghadapi lingkungan yang ekstrem di hutan bakau,

tetumbuhan beradaptasi dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan

vegetasi mangrove menumbuhkan organ khas untuk bertahan hidup.

Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar garam di daun. Namun ada pula

Page 38: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

25

bentuk-bentuk adaptasi fisiologis. Hampir semua jenis flora hutan

bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat

tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis

mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah

berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.

Menurut Noor dkk beraneka jenis tumbuhan dijumpai di hutan

bakau. Akan tetapi hanya sekitar 54 spesies dari 20 genera, anggota dari

sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-jenis mangrove sejati.

Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan

mangrove dan jarang tumbuh di luarnya. Dari jenis-jenis itu, sekitar 39

jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan bakau

Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan Samudera

Hindia dan Pasifik. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui,

termasuk jenis-jenis mangrove ikutan, adalah 202 spesies.

a. Fungsi Fisik dari Ekosistem Mangrove

1. Mengendalikan abrasi pantai

2. Mengurangi tiupan angin kencang dan terjangan gelombang laut

3. Menyerap dan mengurani bahan pencemar (polutan) dari badan

air baik melalui penyerapan polutan tersebut oleh jaringan

anatomi tumbuhan mangrove maupun menyerap bahan polutan

yang bersangkutan dalam sedimen lumpur

4. Mempercepat laju sedimentasi yang akhirnya menimbulkan

tanah timbul sehingga daratan bertambah luas.

5. Mengendalikan intrusi air laut

b. Faktor Lingkungan Fisik Mangrove

1. Jenis tanah

Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat

berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas

lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi

di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak

proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas

Page 39: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

26

tanah gambut. Substrat yang lain adalah lumpur dengan

kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan

karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.

2. Terpaan ombak

Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan

dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang

keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya

yang lebih tenang. Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan

yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang

terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas di bagian ini tidak

begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari

muara. Hutan bakau juga merupakan salah satu perisai alam yang

menahan laju ombak besar.

3. Penggenangan oleh air pasang

Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling

lama dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan kadang-kadang

terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di

pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala

terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.

Menghadapi variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami

terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-

lapis, mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut,

hingga ke pedalaman yang relatif kering.

B. Hasil Penelitian Relevan

1. Penelitian mengenai “Perubahan Area Mangrove di Pulau Panjang"

dilakukan oleh Arfando. Ia membahas mengenai Persebaran Area

Mangrove di Pulau Panjang Tahun 1991, 1996, 2001, 2006 dengan

menggunakan metode analisis deskriptif dan interpretasi citra Lansat.

Penelitian perubahan area mangrove di Pulau Panjang memiliki

persamaan dengan penelitian Analisis Spasial Deforestasi Mangrove di

Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara Tahun 2004-

Page 40: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

27

2014 dalam metode perhitungan luas perubahan area mangrove, yaitu

dengan menggunakan interpretasi citra digital. Namun juga memiliki

perbedaan, berupa unit analisis dan region wilayah penelitian. Region

penelitian sebelumnya berupa geomer Pulau Panjang, sedangkan region

penelitian ini adalah faktor syarat tumbah optimal mangrove yang

berada di Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara.

2. Penelitian mengenai “Kerusakan Habitat Mangrove di Pulau Pramuka

Tahun 2007” dilakukan oleh Utami. Ia membahas membahas mengenai

mangrove yang ada dipulau Pramuka tahun 2007 dan bagaimana

habitatnya yang dilihat pengaruh dari kedalaman lumpur barpasir

terhadap kerusakan mangrove. Metode yang digunakan adalah

interpretasi dari citra dan survey lapang yang dilakukan dengan

menggunakan analisis grid. Penelitian kerusakan habitat mangrove di

Pulau Pramuka memiliki persamaan dengan penelitian Analisis Spasial

Deforestasi Mangrove di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan

Kapuk Muara Tahun 2004-2014 dalam metode perhitungan luas

perubahan area mangrove, yaitu dengan menggunakan interpretasi citra

digital. Namun juga memiliki perbedaan berupa variabel dan unit

analisis yang digunakan. Dimana unit analisis penelitian sebelumnya

berupa grid dari pulau pramuka, sedangkan region penelitian ini adalah

faktor syarat tumbuh optimal mangrove yang berada di Kelurahan

Kapuk Muara dan Kamal Muara

3. Penelitian mengenai “Kajian terhadap tebaran Mangrove di Delta Berau

Provinsi Kaltim” dilakukan oleh Tatik. Ia membahas mengenai

perubahan areal luas mangrove di Delta Berau, dengan menggunakan

metodelogi interpretasi citra Landsat dan SPOT. Penelitian kajian

terhadap terhadap tebaran mangrove di Delta Berau memiliki

persamaan dengan penelitian Analisis Spasial Deforestasi Mangrove di

Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara Tahun 2004-

2014 dalam metode perhitungan luas perubahan area mangrove, yaitu

dengan menggunakan interpretasi citra digita citra Landsat dan citra

Page 41: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

28

SPOT. Namun juga memiiki perbedaan, yaitu analisis penelitian

sebelumnya membandingkan antara perubahan luas area pertambakan

dengan perubahan luas area mangrove, sedangkan di penelitian ini

membandingkan antara mangrove di lihat dari syarat tumbuh

optimalnya. Penelitian relevan seperti yang disajikan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2

Hasil Penelitian Relevan

No Nama Judul Intisari Fokus

Penelitian

Persamaan Perbedaan

1

Arfando

dkk

Perubah

an area

mangro

ve di

Pulau

Panjang

Geomer

Pulau

Panjang

Persebaran

area

mangrove

di Pulau

Panjang

tahun

1991,

1996,

2001, 2006

Teknik

pengolahan

data

menggunak

an

pengindera

an jauh

Penelitian

ini

dilakukan

di Pulau

Panjang

2 Utami

dkk

Kerusak

an

habitat

mangro

ve di

Pulau

Pramuk

a Tahun

2007

Grid

dari

Pulau

Pramuka

Habitat

mangrove

yang

dilihat

pengaruh

dari

kedalaman

lumpur

barpasir

terhadap

kerusakan

mangrove

Teknik

pengolahan

data

menggunak

an

pengindera

an jauh

Penelitian

ini

dilakukan

di Pulau

Pramuka

3 Tatik

dkk

Kajian

terhadap

tebaran

mangro

ve di

Delta

Berau

Provinsi

Kaltim

memban

dingkan

antara

perubah

an luas

area

pertamb

akan

dengan

perubah

an luas

area

mangrov

e

mengenai

perubahan

mangrove

areal luas

di Delta

Berau

Teknik

pengolahan

data

menggunak

an

pengindera

an jauh

Penelitian

ini

dilakukan

di Delta

Berau

Provinsi

Kalimanta

n Timur

Page 42: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

29

C. Kerangka Berfikir

Analisis spasial dalam penelitian ini sesuai yang dikatakan oleh

Sadahiro adalah sekumpulan metoda untuk menemukan dan

menggambarkan tingkatan/ pola dari sebuah fenomena spasial, sehingga

dapat dimengerti dengan lebih baik. Menurut Cholid konsep-konsep yang

paling mendasari sebuah analisis spasial adalah jarak, arah, dan hubungan.

Kombinasi dari ketiganya mengenai suatu wilayah akan bervariasi

sehingga membentuk perbedaan yang signifikan yang membedakan satu

lokasi dengan yang lainnya. Dengan demikian jarak, arah, dan hubungan

antara lokasi suatu objek dalam suatu wilayah dengan objek di wilayah

yang lain akan memiliki perbedaan yang jelas. Dan ketiga hal tersebut

merupakan hal yang selalu ada dalam sebuah analisis sapasial dengan

tahapan-tahapan tertentu tergantung dari sudut pandang perencana dalam

memandang sebuah permasalahan analisis sapasial. Perubahan luasan

lahan mangrove menurut Giri dan Ferreira dapat diketahui melalui proses

operasi secara spasial dengan menggunakan aplikasi sistem informasi

geografis (ArcGIS Desktop versi 10.1). Hutan mangrove di Indonesia

menurut catatan yang diungkapkan oleh DARSIDI (1987), luasnya adalah

sekitar 4,25 juta hektar, namun estimasi ini masih tergolong tinggi bila

dibandingkan dengan yang diungkapkan oleh GIESON (1993), yaitu

sekitar 2.490.185 hektar. Perbedaan luas ini, kemungkinan disebabkan

karena dalam jangka waktu lebih 6 tahun, telah terjadi konversi hutan

mangrove untuk kegiatan tambak atau pembangunan lainnya, sehingga

luas areal hutan mangrove berkurang drastis.

Lillesand dan Kiefer (2004) dalam Purwadhi et al. (2015),

penginderaan jauh atau inderaja adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan

informasi dari suatu objek, daerah, atau fenomena (geofisik) melalui

analisis data, di mana dalam mendapatkan data ini tidak secara kontak

langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Data yang

didapatkan ini biasanya dalam bentuk citra satelit yang kemudian diolah

sesuai dengan kebutuhan sampai akhirnya tercipta informasi yang

Page 43: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

30

diinginkan. Menurut Irwanto Mangrove adalah komunitas pepohonan yang

hidup diantara laut dan daratan. mangrove dipengaruhi oleh habitat lumpur

berpasir dan pasang surut air laut. Kondisi social masyarakat menurut

Mulyadi dan Fitriani pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di daerah

pesisir, berakibat semakin meningkatnya kebutuhan terhadap lahan untuk

pemukiman, perkebunan, pertambakan, dan peruntukan lainya.

Peningkatan kebutuhan lahan, mengakibatkan banyak lahan mangrove

mengalami kerusakan, akibat aktifitas konversi tersebut. Vegetasi

mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi. Menurut

Chapman, Bunt dan Williams, menyatakan bahwa hal tersebut berkaitan

erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir, atau gambut), keterbukaan (terhadap

hempasan gelombang), salinitas serta pengaruh pasang surut. Alur pikir

dalam penelitian ini Secara lebih jelas alur pikir seperti disajikan pada

Bagan 2.1.

Page 44: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

31

Bagan 2.1

Kerangka Berfikir

Perubahan Lahan

Mangrove

Analisis Spasial

(Sadahiro)

Kondisi Sosial

Masyarakat

Perubahan Luas

Mangrove Tahun 2014

Perubahan Luas

Mangrove Tahun 2004

Pekerjaan Pendidikan

1. Ibu Rumah

Tangga

2. Pedagang

3. Nelayan

4. Buruh Pabrik

1. TK

2. SD

3. SMP

4. SMA

Perubahan Luas

Mangrove sebesar

103.609 ha

Perubahan Luas

Mangrove sebesar

112.453 ha

Analisis Spasial Perubahan Luas Lahan Mangrove di Kelurahan

Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara Tahun 2004-2014

Page 45: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kamal Muara dan

Kelurahan Kapuk Muara secara administratif wilayah penelitian ini

termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Penjaringan

Kotamadya Jakarta Utara yang terdiri atas Kelurahan Kamal Muara dan

Kelurahan Kapuk Muara. Luas administrasi Kelurahan Kamal Muara

adalah 1153.52 ha dan luas Kelurahan Kapuk Muara adalah 920.31 ha.

Secara geografis wilayah penelitian terletak dikoordinat 106ᵒ 73-

106ᵒ 77 BT dan 6ᵒ 09-6ᵒ 12 LS. Lokasi penelitian seperti terlihat pada

Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Peta Lokasi Penelitian

Page 46: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

33

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan agustus-september.

Observasi pengamatan awal telah dilakukan terhadap masyarakat yang

tinggal di sekitar mangrove. Berikut ini dijelaskan jadwal penelitian

seperti disajikan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

No.

Kegiatan

Bulan

Nov

2015

Maret

2017

Maret

2019

Maret

2019

Maret

2019

1 Pengajuan

Proposal

2 Seminar

Proposal

3 Penyusunan

Bab I-III

4 Penyusunan

Instrumen

Penelitian

5 Pengumpulan

Data

6 Pengolahan

Data dan

Analisis Data

7 Pemeriksaan

dan Keabsahan

Data

8 Penyerahan

Hasil Penelitian

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmah untuk mendapatkan suatu

data dengan tujuan yang ingin di capai di dalam penelitian ini. Penelitian

yang akan di lakukan disini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Menurut Nazir, metode penelitian deskriptif adalah suatu metode

dalam meneliti suatu sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu system pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi,

Page 47: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

34

gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta,

serta hubungan antara fenomena yang diselidiki33

Menurut Kasiram dan Kuntjojo penelitian kuantitatif adalah suatu

proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka

sebagai alat menganalisisketerangan menganai apa yang di ketahui.34

Pendekatan deskriptif kuantitatif Menurut Burhan Bungin bertujuan

untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau

berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian

itu berdasarkan apa yang terjadi.35

Dalam penelitian yang akan di lakukan di Kelurahan Kamal Muara

dan Kelurahan Kapuk Muara yang akan dipelajari berupa deforestasi

mangrove, hal ini dikarenakan lahan mangrove yang berubah menjadi

perumahan.

C. Jenis Dan Sumber Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer

dan sekunder untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan

langkah yang penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data

yang dikumpulkan akan digunakan untuk memperoleh data yang

dibutuhkan agar dapat menunjang suatu penelitian. Sumber data

dimasukkan semua informasi baik yang merupakan benda nyata, sesuatu

yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara kuantitatif maupun kualitatif.36

maka data yang di perlukan adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung baik

secara fisik tentang perubahan mangrove yang telah terjadi dengan

33

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Gahlia Indonesia, 2003), h.54. 34

Kuntjojo, Metodologi Penelitian, (Kediri: T.P, 2009), h.11. 35

Burhan Bugin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,dan Kebijakan

Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h.36. 36

Sukandarramudi, Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), h. 44

Page 48: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

35

mendokumentasikan, dan hasil dari wawancara masyarakat di sekitar

Kelurahan Kamak Muara dan Kelurahan Kapuk Muara

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung, bisa melalui lembaga yang terkait. Seperti terlihat pada

Tebel 3.2

Tabel 3.2

Jenis dan Sumber Data

Jenis Data Sifat Data Sumber

Primer Sekunder

Ground Check

Citra

Pengamatan Lapangan

Landsat (2004-2014)

D. Alat dan Bahan Penelitian

Dalam pengambilan data di lapangan yang perlu diperhatikan adalah

alat, bahan dan cara pengambilan sampel. Alat dan bahan adalah benda

yang di gunakan untuk mengambil data primer dari lapangan berupa

sampel. Cara pengambilan sampel adalah kegiatan yang dilakukan

meliputi penggunaan alat dan proses pengambilan sampel. Seperti terlihat

pada Tabel 3.3

Tabel 3.3

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan Bahan Kegunaan

Laptop Input data citra hingga menghasilkan output

Sofware (ArcGis, Ms Exel dan

Er Mapper)

Pengolahan data citra dan data pendukung

citra

Camera Dokumentasi Hasil Pengamatan Lapangan

Citra Tahun 2004, 2009, 2014 Deforestasi mangrove

Lembar Kerja Pencatatan Hasil Pengamatan Lapangan

Page 49: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

36

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi dan Ground Check Lapangan

Pengumpulan data dilakukan dengan cara datang langsung ke

lokasi penelitian dan melihat langsung kondisi penelitian.

Menurut Sugiono peneliti dalam melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti

sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti

jugabtidak terus terang dalam observasi kalau sustu saat data yang

dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.37

Menurut Nasution (1998) dalam Sugiyono, menyebutkan

“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.38

Observasi dilakukan di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan

Kapuk Muara untuk mengetahui persebaran mangrove.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang di peroleh sebelumnya. Teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

wawancara mendalam.39

“Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi

melalui tatap muka antar pihak penanya (interviewer) dengan pihak

yang ditanya atau penjawab (interviewee)”.40

Wawancara menurut Sugiyono, “merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga

ditemukan makna dalam suatu topic tertentu”.41

Menurut Steward dan Cash wawancara diartikan sebagai sebuah

interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagai aturan,

37

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 312 38

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. h. 226. 39

Arif Sumantri, metodologi Penelitian Kesehatan. h.170 40

Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi penelitian Kualitatif. (Bandung:Alfabeta,

2013), h.129-130. 41

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 317.

Page 50: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

37

tanggung jawab, perasaan kepercayaan, motif dan informasi.

Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan kondidi satu orang

melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain hanya

mendengrkan.42

Agar penelitian ini terarah, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-

kisi instrument penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk

membuat pedoman wawancara dan observasi. Adapun kisi-kisi untuk

pedoman wawancara seperti terlihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4

Penjabaran Variabel Penelitian

No. Indikator

1. Analisis spasial perubahan lahan

mangrove

- Luasan tahun 2004 dan

tahun 2014

- Peta citra inderajauh

tahun 2004-2014 khusus

lahan mangrove

2. Kondisi sosial masyarakat sekitar lahan

mangrove

- Jenis Kelamin

- Umur

- Daerah Asal

- Tempat tinggal

- Pekerjaan

- Pendidikan

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono dokumentasi merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya monumental dari seseorang.43

Dilakukan dengan cara

mencari data-data yang dapat menunjang penelitian, yaitu

mengumpulkan data-data berupa arsip, alat perekam atau dokumen

yang terkait dengan deforestasi mangrove.

42 Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba

Humanika, 2012), h. 118. 43

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. h.240

Page 51: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

38

F. Teknik Pengumpulan Data Penginderaan Jauh

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui perubahan mangrove di

Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara dari Tahun 2004-

2014. Seperti cara-cara berikut:

1. Proses Pengunduhan Citra

Pengunduhan citra dengan cara membuka web

http://eartexplorer.usgs.gov dan http://glovis.usgs

2. Pemotongan Citra (cropping)

Pemotongan citra dilakukan agar dapat melihat cangkupan area

citra yang dibutuhkan saja

3. Koreksi Geometrik

Koreksi Geometrik (pembetulan posisi citra) dilakukan untuk

mengatasi terjadinya distorsi geometrik dalam citra.44

Koreksi

geometrik dilakukan dengan memasukan GCP yang disesuaikan

dengan titik koordinat dalam peta RBI.

4. Koreksi Radiometrik

Koreksi radiometrik (penajaman citra), bertujuan untuk

memperbaiki citra akibat cacat, yaitu kesalahan disistem optic, karena

gangguan energy radiasi elektromagnetik di atmosfer, dan kesalahan

karena pengaruh sudut elevasi matahari.

G. Teknik Analisis Data Penginderaan Jauh

Teknik analisis data dengan menggunakan perangkat lunak Er-Mapper

7.0 yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Komposisi Band

Komposisi band yang digunakan untuk penggunaan lahan yaitu

RGB 4, 5, 3.45

2. Unsupervised Classification (Klasifikasi tak Terbimbing)

Unsupervised Classification merupakan salah satu alternatif dalam

mengolah data penginderaan jauh. Unsupervised Classification

44

Lillesend dan Kiefer, Remote Sensing and Image Interpretation, (New York: John Wiley and

Sons, 2004), h.31 45

Sodikin, Modul “Petunjuk Teknis Pengolahan Citra Landsat dengan Er Mapper 7.0” h.90

Page 52: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

39

menggunakan algoritma untuk menganalisis sejumlah piksel yang

tidak dikenal dan membaginya dalam sejumlah kelas didasarkan pada

pengelompokan nilai digital citra.

3. Ground Check Lapangan

Ground Check Lapangan dilakukan untuk mengetahui

perbandingan kenampakan objek pada citra dengan kenampakan objek

dilapangan sesuai karakteristiknya.

4. Supervised Classification (Klasifikasi Terbimbing)

Klasifikasi terbimbing merupakan metode yang diarahkan

sepenuhnya oleh peneliti dimulai dari penentuan titik penelitian.46

5. Analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)

Normalized Diverence Vegetation Index (NDVI) dilakukan untuk

mengetahui vegetasi pada citra dengan menggunakan kanal Infra

Merah

Dekat (MIR) dan band Merah (VIS).

Formula NDVI adalah sebagai berikut.

( )

( )

NDVI = Normalized Divverence Vegetation Index

NIR = Near Infra Red

VIS = Visible Red47

Secara lebih jelas Keterangan Klasifikasi Nilai NDVI48

seperti

disajikan pada Tabel 3.4

46 Sodikin, Ibid,. h.116

47 Sodikin, Modul “Petunjuk Teknis Pengolahan Citra Landsat dengan Er Mapper 7.0” h.134

48https://www.researchgate.net/publication/323346324_Analisis_Kerapatan_Vegetasi_Untuk_

AreaPemukiman_Menggunakan_Citra_Satelit_LANDSAT_di_Kota_Tasikmalaya pada 26

September 2018 pada pukul 08.00 WIB

Page 53: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

40

Tabel 3.4

Klasifikasi Nilai NDVI

Rentang Klasifikasi Kerapatan Vegetasi

-1 – 0 Awan, Badan Air,

Nonvegetasi

-

0 – 0,25 Vegetasi jarang

Pemukiman, Lahan

kosong

0,25 – 0,55 Cukup rapat Sawah Tegalan

0,55 – 0,78 Rapat Sawah, Semak,

Bekular

0,78 – 1 Sangat rapat Hutan

Sumber: Badan Pusat Statistik

6. Overlay

Overlay merupakan metode spasial penampalan baik suatu gambar

atau peta untuk berbagai keperluan. Dengan menggunakan software

Er Mapper 7.0

7. Analisis Perubahan Luasan Mangrove

Rumus untuk mengetahui perubahan luasan mangrove sebagai

berikut:

= Perubahan Luasan mangrove

= Luas Penggunaan Lahan tahun sesudah

= Luas Penggunaan Lahan tahun sebelum

Page 54: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

41

8. Diagram Alur Penelitian

Citra Tahun 2004, 2009, 2014

Analisis Spasial Deforestasi Mangrove di

Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk

Muara Tahun 2004-2014

Overlay

Analisis Normlized

Difference Vegetation

Index (NDVI)

Ground Check Lapangan Tidak 80 %

Pengolahan Citra

Koreksi Radiometrik

Komposisi Band

Supervised Clasification

Unsupervised Clasification

Peta Sebaran

Mangrove Tahun

2004-2014

Ya

Wawancara

Koreksi Geometrik

Page 55: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan:

Kondisi sosial masyarakat sekitar lahan mangrove adalah berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan dan lebih banyak berjenis kelamin Laki-

laki. Usia masyarakat di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk

Muara terdiri dari: masa balita 0-5 tahun, masa kanak-kanak 5-11 tahun,

masa remaja awal 12-16 tahun, masa remaja akhir 17-25 tahun, masa

dewasa awal 26-35 tahun, masa dewasa akhir 36-45 tahun, masa lansia

awal 46-55 tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun, masa manula 65-sampai

atas. Usia dominan di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk

Muara adalah usia kanak-kanak usia 5-11 tahun dan paling sedikit adalah

masa manula 65-sampai atas. Masyarakat di Kelurahan Kamal Muara dan

Kelurahan Kapuk Muara berasal dari Jakarta Utara dan Makasar,

Sulawesi. Tempat tinggal masyarakat di Kelurahan Kamal Muara berada

dipinggir laut dengan keadaan tempat tinggal yang sederhana dan tempat

tinggal masyarakat di Kelurahan Kapuk Muara banyak didirikan pabrik

sehingga sebagian masyarakat pendatang tinggal dirusun. Pekerjaan

masyarakat diKelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara terdiri

dari: Ibu rumah tangga, pedagang, nelayan dan buruh pabrik. Masyarakat

di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara rata-rata

pendidikannya SMA.

Perubahan luasan lahan mangrove dari tahun 2004-2009 di

Kelurahan Kamal Muara sebesar 3.511 ha dan di Kelurahan Kapuk Muara

sebesar 6.067 ha. Perubahan luas lahan mangrove dari tahun 2009-2014 di

Kelurahan Kamal Muara sebesar -731 ha dan di Kelurahan Kapuk Muara

sebesar -2 ha. Terjadi peningkatan luasan mangrove pada tahun 2004-2009

di Kelurahan Kamal Muara dengan penambahan 3.511 ha dan peningkatan

luasan mangrove pada tahun 2004-2009 di Kelurahan Kapuk Muara

Page 56: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

65

dengan penambahan 6.067 ha. Terjadi penurunan luasan lahan mangrove

pada tahun 2009-2014 di Kelurahan Kamal Muara dengan penurunan 731

ha dan penurunan luasan mangrove pada tahun 2009-2014 di Kelurahan

Kapuk Muara dengan penurunan 2 ha. Terjadi perubahan luasan mangrove

selama 10 tahun yang dihitung dari tahun 2004-2014 dengan penambahan

di Kelurahan Kamal Muara sebesar 2.780 dan penambahan di Kelurahan

Kapuk Muara sebesar 6.065.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diberikan saran

sebagai berikut:

1. Untuk Lembaga Pemerintah

a. Pemerintah seharusnya dapat mengoptimalkan kerjasama dengan

beberapa intansi dan masyarakat untuk menanam dan menjaga

mangrove

b. Perlu adanya peningkatan sosialisasi pemakaman akan dampak

kerusakan mangrove pada masyarakat setempat dan masyarakat

luas

2. Untuk Masyarakat

a. Perlu adanya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan

pengembangan mangrove

b. Perlu adanya penanaman mangrove yang berkelanjutan

3. Untuk Peneliti Lain

a. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi vegetasi

mangrove secara spesifik

b. Hendaknya melakukan pengelolahan jenis mangrove dan pola

penanaman yang tepat untuk mengtahui luas lahan mangrove

Page 57: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

66

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Aksornkoae, S, Ecology And Management Of Mangrove, (Word Konservasion

Union (IUCN), Glend (Switzerland) Wetland Programe 1993)

Bird Eric, Coastal Geomorfologi, (Australia: University Of Melbourne, 2007)

Burhan Bugin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,

dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana,

2009)

Dahuri R, Pengelolahan Sumber Daya Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu,

(Jakarta: PT. Pradya Paramita, 2001)

Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2012)

Haris Hendriansyah, Observasi dan Focus Grops: Sebagai Instrumen Penggalian

Data Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali Press, 2015)

Lillesend dan Kiefer, Remote Sensing and Image Interpretation, (New York: John

Wiley and Sons, 2004)

Mira Rita, Ch. Endah, dkk, Ekosistem Lahan Basah Untuk Guru Dan Praktisi

Pendidikan, (Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu

Pengetahuan Alam 1996)

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Gahlia Indonesia, 2003)

Pramudji, Informasi Kawasan Hutan Mangrove Di Pesisir Jakaarta, (Jakarta:

Kajian Perubahan Ekologis Perairan Teluk Jakarta LIPI, 2008)

Purwadhi, Interprestasi Citra Digital, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2001)

Page 58: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

67

Purwaddhi dan Sanjoto, Pengantar Interprestasi Citra Pengindraan Jauh,

(Jakarta: LAPAN dan Universitas Negeri Semarang, 2008)

Sri Mekar Diah, dkk, Seri Buku Informasi dan Potensi Taman Nasional Alas

Purwo

Setyawan, Ahmad Dwi, Iodiversitas Ekosistem Di Jawa, Tinjauan Pesisir Utara

Dan Selatan Jawa Tengah, (Surakarta: Pusat Penelitian Dan Pengembangan

Bioteknologi Dan Iodiversitas Jurusan Bioligi FMIPA UNS, 2008)

Siregar Mustaid, Analisiss Tingkat Kesuburan Tanah Dari Beberapa Tipe Lahan

Di Sekitar Daerah Aliran Sungai Mahakam (Bogor, Puslitbang Biologi,

2002)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan

Sukandarramudi, Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press)

MODUL

Sodikin, Modul “Petunjuk Teknis Pengolahan Citra Landsat dengan Er Mapper

7.0”

JURNAL

Diki Nurul Huda Analisis Kerapatan Vegetasi Untuk AreaPemukiman

Menggunakan Citra Satelit LANDSAT di Kota Tasikmalaya

Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi DKI Jakarta data

kelembapan udara dki jakarta menurut bulan

Badan Pusat Statistik Suhu Udara Di Jakarta Utara dalam angka 2015 (BPS.go.id)

Page 59: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

68

SKRIPSI/TESIS

Alikardo S. Hadi, Dampak Reklamasi Teluk Jakarta Pada Ekosistem Mangrove,

(Bogor: Skripsi Jurusan Konsentrasi Sumber Daya Hutan Fakultas

Kehutanan IPB, 1996)

Arfando Rio, Perubahan Mangrove Di Pulau Panjang Kabupaten Serang

Provinsi Banten, (Depok: Skripsi Jurusan Geografi Fakultas Matematika

Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008)

Irwanto, Analisis Vegetasi Untuk Pengelolahan Kawasan Hutan Lindung Pulau

Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, (Yogyakarta:

Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, 2007)

Marcello, Hansel, Perbahan Mangrove Di Wilayah Pesisir Indamayu, (Depok:

Skripsi Jurusan Geografi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia, 2012)

Sandy I.M, Land Use Dan Perkembangan Penduduk, (Depok: Skripsi Jurusan

Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Indonesia, 1986)

Siti Hajar Daraintan, Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Mendeteksi Perubahan

Kawasan Mangrove Di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara Tahun

2000-2016, (Jakarta: Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri)

Wahyudi Arif Makmun, Distribusi Ekosistem Mangrove Berdasarkan Nilai

Penting Di Tanjung Jabung Timutur Provinsi Jambi, (Bogor: Skripsi

Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB, 2005)

Page 60: ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN LAHAN MANGROVE · Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

BIODATA PENULIS

Khoirunnisa (1112015000117), Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis lahir di Jakarta 30 Mei 1994. Bertempat tinggal di

Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.

Penulis merupakan anak dari Bapak Ahmad Burdaih dan Ibu Sri Lestari. Penulis

menikah pada tahun 2016 dengan Bagus Mulyo Handoko dan telah dikaruniai

satu orang anak laki-laki bernama Muhammad Ahza Al Asytar.

Pendidikan penulis dimulai dari MI Ad Dawah I Jakarta Barat pada tahun 2005,

kemudian melanjutkan di MTs N 8 Jakarta Barat pada tahun 2008, Pendidikan

SMA diselesaikan di MAN 12 Jakarta Barat tahun 2011.

Email: [email protected]