analisis spasial kerentanan pesisir terhadap banjir...
TRANSCRIPT
ANALISIS SPASIAL KERENTANAN PESISIR TERHADAP BANJIR ROB AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR SURABAYA
SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :
GALANG FUJI ANARKI
NIM. 125080600111086
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS SPASIAL KERENTANAN PESISIR TERHADAP BANJIR ROB AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR SURABAYA
SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
GALANG FUJI ANARKI
NIM. 125080600111086
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Judul : Analisis Spasial Kerentanan Pesisir Terhadap Banjir Rob Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Surabaya.
Nama Mahasiswa : Galang Fuji Anarki
NIM : 125080600111086
Program Studi : Ilmu Kelautan
PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : M. ARIF ZAINUL FUAD, S.Kel., M.Sc.
Pembimbing 2 : ANDIK ISDIANTO, ST., MT.
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING
Dosen Penguji 1 : NURIN HIDAYATI, ST., M.Sc.
Dosen Penguji 2 : SYARIFAH HIKMAH JULINDA SARI, S.Pi., M.Sc.
Tanggal Ujian : 22 November 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh kecuali yang tertulis dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 26 September 2017
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Berkaitan dengan terselesaikannya laporan skripsi tentang Analisis Spasial Kerentanan Pesisir Terhadap Banjir Pasang Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Surabaya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan kesehatan sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan skripsi ini.
2. Bapak Suradji dan Ibu Sunarti selaku orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan berupa doa dan semangat moral maupun materi.
3. Bapak M. Arif Zainul Fuad, S.Kel., M.Sc dan Bapak Andik Isdianto, ST., MT, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan pengarahan dan pandangan serta motivasi sampai terselesaikannya laporan skripsi ini.
4. Keluarga besar kontrakan Padepokan yang selalu memberikan semangat dan perhatian yang tiada henti.
5. Keluarga besar Himalaya dan khususnya Ilmu Kelautan 2012 (Poseidon) yang memberikan bantuan dan saran yang berguna hingga terselesaikannya laporan skripsi ini.
RINGKASAN
Galang Fuji Anarki. Analisis Spasial Kerentanan Pesisir Terhadap Banjir Pasang Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Surabaya (dibawah bimbingan M. Arif Zainul Fuad dan Andik Isdianto).
Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur yang menjadi kota terbesar kedua di Indonesia yang terletak di kawasan pesisir yang sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah, yaitu 3-6 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan sekitar 3%. Fenomena kenaikan permukaan laut menjadi masalah global yang saat ini banyak terjadi di berbagai wilayah pesisir yang mempunyai tingkat elevasi rendah. Kondisi tersebut membuat wilayah pesisir Surabaya menjadi rentan terhadap genangan banjir rob akibat kenaikan muka air laut. Maka dari itu perlu dilakukannya penelitian mengenai kerentanan pesisir terhadap banjir rob akibat kenaikan muka air laut untuk mengetahui dan memvisualisasikan kondisi kerentanan wilayah pesisir Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis prediksi sebaran spasial daerah yang rentan terjadi genangan rob pada tahun 2020, 2050 dan 2100 dan menganalisis prediksi jumlah bangunan yang tergenang pada tahun tersebut.
Penelitian ini dilakukan di pesisir timur Surabaya dan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data elevasi, pasang surut 1996-2015 dan penurunan tanah. Data pasang surut diolah menggunakan metode admiralty untuk memperoleh nilai HHWL dan S0 (MSL) sehingga dapat diketahui trend kenaikan muka air laut tiap bulannya dari tahun 1996 sampai 2015. Prediksi genangan rob pada tahun 2020, 2050 dan 2100 dilakukan dengan cara menjumlahkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya genangan yaitu kenaikan muka air laut, HHWL dan penurunan tanah. Bangunan yang tergenang pada tahun prediksi diketahui dengan menggunakan InaSAFE. Batasan masalah dari penelitian ini adalah wilayah penelitian, parameter yang digunakan, laju penerunan tanah tiap tahunnya dianggap konstan dan jumlah bangunan tiap tahun prediksi dianggap tidak ada perubahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan luas genangan yang terjadi pada tahun 2020 seluas 6.026,74 ha; tahun 2050 seluas 6.558,36 ha; dan 2100 seluas 7.269,6 ha. Kecamatan dengan wilayah paling luas tergenang adalah Kecamatan Sukolilo yaitu seluas 1.873,24 ha pada tahun 2020, 1.981,3 ha pada tahun 2050 dan 2.107,69 ha pada tahun 2100. Bangunan yang paling banyak tergenang adalah bangunan pemukiman. Total bangunan yang tergenang pada tahun 2020 sebanyak 60.849 bangunan, pada tahun 2050 sebanyak 75.578 bangunan dan pada tahun 2100 sebanyak 102.171. Kecamatan yang paling banyak bangunannya tergenang pada tahun 2020 adalah Kecamatan Mulyorejo dengan total yang tergenang sebanyak 15.414 bangunan, kemudian pada tahun 2050 dan 2100 Kecamatan Kenjeran merupakan kecamatan yang paling banyak bangunan tergenang dengan jumlah sebanyak 18.994 bangunan pada tahun 2050 dan sebanyak 30.077 bangunan pada tahun 2100.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat-Nya. Atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Analisi Spasial Kerentanan Pesisir Terhadap Banjir Rob Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Surabaya”.
Dalam laporan skripsi ini terdapat beberapa bahasan yang meliputi latar belakang belakang penelitian, tujuan penelitian, prosedur penelitian dan data yang digunakan dalam penelitian.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan usulan skripsi ini.
Malang, 26 September 2017
Penulis
DAFTAR ISI
hal PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... 3
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................... 4
RINGKASAN ....................................................................................................... 5
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 6
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 7
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 9
DAFTAR TABEL ................................................................................................ 10
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 11
1. PENDAHULUAN ............................................... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ...................................... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan ......................................................... Error! Bookmark not defined. 1.4 Batasan Masalah......................................... Error! Bookmark not defined.
2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................... Error! Bookmark not defined. 2.1 Kenaikan Muka Air Laut .............................. Error! Bookmark not defined. 2.2 Elevasi ........................................................ Error! Bookmark not defined. 2.3 Pasang Surut .............................................. Error! Bookmark not defined. 2.4 Penurunan Tanah........................................ Error! Bookmark not defined. 2.5 Banjir Rob ................................................... Error! Bookmark not defined.
3. METODOLOGI ................................................. Error! Bookmark not defined. 3.1 Waktu dan Tempat ...................................... Error! Bookmark not defined. 3.2 Alat dan Data .............................................. Error! Bookmark not defined.
3.2.1 Alat ....................................................... Error! Bookmark not defined. 3.2.2 Data ...................................................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Skema Kerja Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined. 3.4 Metode Penelitian........................................ Error! Bookmark not defined.
3.4.1 Pengolahan Data Elevasi ...................... Error! Bookmark not defined. 3.4.2 Pengolahan Data Pasang Surut ............ Error! Bookmark not defined. 3.4.3 Pengolahan Data Kenaikan Muka Air LautError! Bookmark not defined. 3.4.4 Prediksi Genangan Banjir Rob .............. Error! Bookmark not defined.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. Error! Bookmark not defined. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............ Error! Bookmark not defined. 4.2 Hasil Penelitian ........................................... Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Peta Elevasi Pesisir Timur Surabaya .... Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Kondisi Pasang Surut ........................... Error! Bookmark not defined. 4.2.3 Laju Kenaikan Muka Air Laut ................ Error! Bookmark not defined. 4.2.4 Genangan Banjir Rob ........................... Error! Bookmark not defined.
4.3 Prediksi Genangan Rob .............................. Error! Bookmark not defined. 4.3.1 Prediksi Genangan Banjir Rob Tahun 2020Error! Bookmark not defined. 4.3.2 Prediksi Genangan Banjir Rob Tahun 2050Error! Bookmark not defined. 4.3.3 Prediksi Genangan Banjir Rob Tahun 2100Error! Bookmark not defined.
4.4 Pembahasan ............................................... Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Pasang Surut ........................................ Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Kenaikan muka air laut ......................... Error! Bookmark not defined. 4.4.2 Genangan Banjir Rob ........................... Error! Bookmark not defined.
5. PENUTUP ........................................................ Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ............................................. Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ...................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .............................................. Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Ilustrasi penurunan tanah (Sumber : Abidin, 2015)Error! Bookmark not defined. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian ......................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. Diagram Alir Penelitian ........................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4. Diagram alir pengolahan data elevasi . Error! Bookmark not defined. Gambar 5. Diagram Alir Pengolahan Pasang Surut dengan Metode Admiralty ............................................................................. Error! Bookmark not defined. Gambar 6. Peta Elevasi Pesisir Timur Surabaya .. Error! Bookmark not defined. Gambar 7. Mean Sea Level 1996-2005 dan Laju Kenaikan per Bulan ......... Error! Bookmark not defined. Gambar 8. Mean Sea Level 2007-2015 dan Laju Kenaikan per Bulan ......... Error! Bookmark not defined. Gambar 9. Peta Kerentanan Banjir Rob di Wilayah Pesisir Timur Surabaya.Error! Bookmark not defined. Gambar 10. Prediksi genangan banjir rob tahun 2020Error! Bookmark not defined. Gambar 11. Grafik jumlah bangunan yang tergenang tahun 2020 ............... Error! Bookmark not defined. Gambar 12. Prediksi genangan banjir rob tahun 2050Error! Bookmark not defined. Gambar 13. Grafik jumlah bangunan yang tergenang tahun 2050 ............... Error! Bookmark not defined. Gambar 14. Prediksi genangan banjir rob tahun 2020Error! Bookmark not defined. Gambar 15. Grafik jumlah bangunan yang tergenang pada tahun 2100 ...... Error! Bookmark not defined. Gambar 16. Peta kejadian gempa di Jawa Timur.. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitianError! Bookmark not defined. Tabel 2. Data-data yang digunakan dalam penelitianError! Bookmark not defined. Tabel 3. Tipe pasang surut berdasarkan bilangan FormzahlError! Bookmark not defined. Tabel 4. Luas Area per Ketinggian ........................ Error! Bookmark not defined. Tabel 5. Nilai konstanta harmonik pasang surut ... Error! Bookmark not defined. Tabel 6. Prediksi Laju Kenaikan Muka Air Laut ..... Error! Bookmark not defined. Tabel 7. Prediksi Penurunan Tanah Tahun 2020, 2050, 2100Error! Bookmark not defined. Tabel 8. Jumlah bangunan yang tergenang pada tahun 2020.Error! Bookmark not defined. Tabel 9. Jumlah bangunan yang tergenang pada tahun 2050Error! Bookmark not defined. Tabel 10. Jumlah bangunan yang tergenang pada tahun 2100Error! Bookmark not defined. Tabel 11. Kolom skema 1 ..................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 12. Bilangan pengali skema 2 ..................... Error! Bookmark not defined. Tabel 13. Hasil perkalian skema 2 ........................ Error! Bookmark not defined. Tabel 14. Hasil perhitungan skema 3 .................... Error! Bookmark not defined. Tabel 15. Konstanta pengali skema 4 ................... Error! Bookmark not defined. Tabel 16. Hasil penyusunan skema 4 ................... Error! Bookmark not defined. Tabel 17. Faktor pengali untuk skema 5 dan skema 6Error! Bookmark not defined. Tabel 18. Hasil perhitungan skema 5 dan skema 6Error! Bookmark not defined. Tabel 19. Kolom-kolom pada skema 7 .................. Error! Bookmark not defined. Tabel 20. Kolom-kolom skema 8 ........................... Error! Bookmark not defined. Tabel 21. Bilangan untuk menghitung w dan 1+w . Error! Bookmark not defined. Tabel 22. Hasil pengisian skema 7 ....................... Error! Bookmark not defined. Tabel 23. Hasil pengisian skema 8 ....................... Error! Bookmark not defined. Tabel 24. Hasil akhir metode admiralty ................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Admiralty ............................... Error! Bookmark not defined. Lampiran 2. Hasil perhitungan komponen pasang surutError! Bookmark not defined. Lampiran 3. Dokumentasi Lapang ........................ Error! Bookmark not defined.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesisir adalah daerah darat berada di tepi laut yang masih dipengaruhi
oleh pasang surut, angin laut dan perembesan air laut. Pemanfaatan wilayah
pesisir untuk kegiatan manusia seperti kawasan pusat pemerintahan,
pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan, pariwisata
dan sebagainya. Akibat dari berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan
peningkatan kebutuhan akan lahan, prasarana dan sebagainya. Kegiatan
tersebut juga akan mengakibatkan masalah-masalah baru seperti erosi,
sedimentasi, pendangkalan muara sungai, pencemaran lingkungan, penurunan
tanah dan intrusi air asin (Triatmodjo, 1999). Selain masalah yang ditimbulkan
dari aktivitas manusia, wilayah pesisir juga rentan terhadap faktor alam seperti
pemanasan global .
Pemanasan global merupakan meningkatnya temperatur di planet bumi,
meliputi peningkatan temperatur atmosfir, temperatur darat dan temperatur laut.
Hal ini mengakibatkan kenaikan muka air laut yang dapat menimbulkan dampak
pada kawasan pesisir seperti perubahan arus laut sehingga ekosistem mangrove
menjadi rusak, banjir akibat terjadinya backwater dari wilayah pesisir ke darat
dan terancam berkurangnya luasan kawasan pesisir bahkan hilangnya pulau-
pulau kecil (Muhi, 2011). Kenaikan permukaan laut yang menimbulkan genangan
akan mengganggu aktifitas manusia terutama di daerah kawasan pesisir.
Genangan akibat dari air laut pasang atau sering disebut dengan banjir
rob merupakan permasalahan yang sering terjadi di kota-kota besar terutama
yang letaknya di kawasan pesisir seperti di daerah pesisir utara jawa. Menurut
Wahyudi (2007), banjir rob merupakan genangan akibat air laut masuk ke
wilayah daratan pada saat air laut mengalami pasang. Intrusi air laut tersebut
dapat melalui sungai, saluran drainase atau aliran bawah tanah.
Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur yang menjadi kota
terbesar kedua di Indonesia yang terletak di kawasan pesisir. Sebagai ibu kota
provinsi, Kota Surabaya sangat besar peranannya dalam mendistribusikan
barang-barang industri terutama bagi wilayah Indonesia Timur sehingga menarik
para investor maupun masyarakat luar datang ke Surabaya untuk mencari
pekerjaan. Luas wilayah Surabaya 33.306 ha yang sebagian besar adalah
dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 3-6 meter dan kemiringan lebih dari
3% dengan struktur tanah yang Surabaya terdiri atas tanah aluvial, hasil
endapan sungai dan pantai menyebabkan wilayah Surabaya rentan terhadap
kenaikan muka air laut.
Kerentanan didefinisikan dimana keadaan manusia dan lingkungannya
menerima tekanan dari luar. Secara umum kerentanan adalah kondisi dan
proses yang dihasilkan oleh faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
menyebabkan dampak bahaya bagi masyarakat. Indeks kerentanan pesisir
biasanya digunakan untuk memetakan kerentanan daerah pesisir dan juga ciri
kerentanan karena proses fisik dan aktivitas manusia (Sankari et al, 2015).
Menurut Gornitz (1991), Indeks Kerentanan Pesisir merupakan perangkingan
dari beberapa variabel pesisir (geomorfologi, tinggi gelombang, kenaikan
permukaan air laut, elevasi, tunggang pasut dan perubahan garis pantai) yang
menghasilkan wilayah yang beresiko terhadap kerentanan pesisir.
Surabaya juga sering terjadi banjir rob akibat dari kenaikan permukaan
laut karena wilayah Surabaya yang sebagian besar adalah dataran rendah.
Mengingat peranan Surabaya yang sedemikian penting, gangguan genangan
tersebut sangat berdampak pada roda perekonomian dan kenyamanan
masyarakat Surabaya. Pada wilayah pesisir bagian utara Surabaya telah banyak
bangunan pantai untuk melindungi pantai dari gelombang, dikarenaka wilayah
tersebut didominasi oleh gudang-gudang penyimpanan dan dermaga pribadi
milik perusahaan. Akan tetapi untuk bagian timur Surabaya masih belum banyak
bangunan perlindungan pantai, padahal di wilayah tersebut juga dekat dengan
pemukiman penduduk serta terdapat objek wisata seperti Pantai Ria Kenjeran
dan Ekowisata Mangrove Wonorejo. Selain itu wilayah timur Surabaya juga
didominasi oleh tambak-tambak milik masyarakat setempat yang berbatasan
langsung dengan pantai. Oleh karena itu perlu adanya penelitian terkait
kerentanan wilayah pesisir bagian timur Surabaya terhadap banjir rob.
1.2 Rumusan Masalah
Surabaya merupakan kota pesisir yang sebagian besar wilayahnya
adalah dataran rendah dan fenomena kenaikan permukaan laut menjadi masalah
global yang saat ini banyak terjadi di berbagai wilayah pesisir yang mempunyai
tingkat elevasi rendah. Kondisi tersebut membuat wilayah pesisir Surabaya
menjadi rentan terhadap genangan banjir rob akibat kenaikan muka air laut.
Maka dari itu perlu dilakukannya penelitian mengenai kerentanan pesisir
terhadap banjir rob akibat kenaikan muka air laut untuk mengetahui dan
memvisualisasikan kondisi kerentanan wilayah pesisir Surabaya.
1.3 Tujuan
Tujuan diadakannya penelitian ini antara lain :
1. Menganalisis prediksi sebaran spasial wilayah pesisir Surabaya yang
rentan terjadi genangan banjir rob pada tahun 2020, 2050 dan 2100.
2. Menganalisis prediksi bangunan yang terdampak genangan banjir rob
pada tahun 2020, 2050 dan 2100.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah :
1. Wilayah lokasi penelitian berada di pesisir timur Surabaya meliputi 6
kecamatan, yaitu Kecamatan Kenjeran, Bulak, Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut
dan Gunung Anyar
2. Parameter yang digunakan, yaitu kenaikan muka air laut, elevasi dan laju
penurunan tanah.
3. Laju penurunan tanah dianggap konstan.
4. Jumlah bangunan dianggap tidak berubah pada tiap tahun prediksi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kenaikan Muka Air Laut
Kenaikan muka air laut menjadi permasalahan yang serius yang dialami
kota-kota yang berbatasan langsung dengan laut. Salah satu penyebab
terjadinya kenaikan permukaan laut adalah fenomena perubaham iklim terutama
El Nino yang menyebabkan Indonesia mengalami kondisi kering dan hangat.
Fenomena tersebut berdampak pada hilangnya pulau-pulau kecil di Indonesia
akibat kenaikan permukaan air laut global sebesar 2 mm/tahun (Julzarika, 2009).
Fenomena pemanasan global menimbulkan dampak nyata pada
masyarakat seperti kejadian kenaikan muka air laut. Kenaikan permukaan air laut
akan berdampak pada perubahan garis pantai dan penggenangan yang secara
tidak langsung akan berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat dan kondisi
ekonomi daerah tersebut (Sutrisno et al, 2011).
2.2 Elevasi
Elevasi yaitu perbedaan vertikal antara dua titik atau jarak dari bidang
refrensi yang telah ditetapkan ke suatu titik tertentu sepanjang garis tertentu.
Biasanya muka air laut rata-rata digunakan sebagai bidang refrensinya maka
perluasannya ke daratan disebut geoid. Jarak yang diukur dari permukaan geoid
ke titik tertentu disebut elevasi. Semakin tinggi letak daerah pesisir maka
semakin aman daerah tersebut dari genangan akibat naiknya permukaan laut
(Sostrodarsono, 2005).
Salah satu parameter dalam penentuan kerentanan pesisir adalah
elevasi. Informasi data elevasi pada wilayah pesisir berkaitan dengan pendugaan
area genangan akibat kenaikan permukaan air laut. Dengan mengetahui data
informasi elevasi suatu wilayah maka dapat diperkirakan juga jangkauan dan
luas daratan yang akan tergenang akibat kenaikan muka air laut (Santoso,
2010). Kajian mengenai elevasi pesisir sangat penting untuk dipelajari secara
mendalam untuk mengidentifikasi dan mengestimasi luas daratan yang terancam
oleh dampak kenaikan permukaan air laut dimasa yang akan datang.
2.3 Pasang Surut
Pasang surut merupakan fenomena pergerakan permukaan air laut yang
disebabkan oleh gaya tarik benda langit terutama bulan dan matahari terhadap
massa air di bumi. Hal ini mempengaruhi pergerakan massa air terutama di
daerah muara sungai. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil daripada massa
matahari, pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada
matahari. Hal ini terjadi karena jarak bulan terhadap bumi lebih dekat
dibandingkan dengan jarak matahari terhadap bumi, sehingga gaya tarik bulan
bisa mencapai 2,2 kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari dalam
mempengaruhi pasang surut (Triatmodjo, 1999).
Data pasang surut hasil pengukuran dapat ditentukan besaran komponen
pasang surut yaitu besaran amplitudo dan fase dari tiap komponen pasang surut.
Pasang surut di perairan dangkal ditimbulkan oleh faktor astronomi, faktor
meteorologi dan pasang surut yang ditimbulkan oleh pengaruh berkurangnya
kedalaman atau yang disebut dengan pasang surut perairan dangkal (shallow
water tides) (Zakaria, 2009).
2.4 Penurunan Tanah
Secara geometris, penurunan tanah dapat diartikan sebagai perubahan ke
bawah permukaan tanah terhadap permukaan referensi tertentu seperti muka air
laut rata-rata, geoid, atau ellipsoid. Penurunan tanah merupakan masalah yang
mempengaruhi banyak kota-kota besar yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi
disebabkan oleh faktor ekstraksi air tanah yang berlebihan serta pembangunan
infratruktur berupa gedung-gedung bertingkat sehingga menyebabkan beban
terhadap permukaan tanah. Dampak kejadian ini dapat menyebabkan retaknya
bangunan serta insdratruktur, perubahan saluran sungai atau aliran drainase dan
terjadi genangan akibat dari kondisi pasang air laut yang tinggi di daerah pesisir
(Abidin et.al, 2015).
Gambar 1. Ilustrasi penurunan tanah (Sumber : Abidin, 2015)
Apabila tingkat pengambilan air tanah lebih tinggi daripada pengisian
kembali oleh air hujan maka akan terjadi penurunan. Hal tersebut bisa dipercepat
apabila permukaan tanah mengalami pembebanan tinggi oleh bangunan
disekitarnya serta pengambilan air tanah yang berlebihan. Ketika suatu daerah
mengalami penurunan yang menyebabkan daerah tersebut lebih rendah dari
bentang hidrologi disekitarnya, maka daerah tersebut akan berpotensi terjadi
banjir. Kota Surabaya yang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Timur juga
tidak lepas dari ancaman bahaya akibat penurunan tanah, hal ini terlihat dari
tingginya genangan dan rob terutama di wilayah pesisir Kota Surabaya
(Hariyanto, 2014).
2.5 Banjir Rob
Banjir rob merupakan genangan air pada bagian daratan pantai yang
terjadi pada saat air pasang. Banjir rob terjadi pada daratan pantai atau tempat
yang lebih rendah dari muka air laut pasang tinggi. Fenomena banjir rob sering
terjadi dikota yang terletak di tepi pantai dan terjadi hampir sepanjang tahun baik
di musim hujan maupun di musim kemarau. Hal ini membuktikan bahwa curah
hujan bukanlah faktor utama yang menyebabkan fenomena banjir rob
(Supriharjo, 2013).
Menurut Hildaliyani (2011), penyebab terjadinya banjir rob dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu :
a. faktor-faktor alam seperti iklim, oseanografi, kondisi geomorfologi,
geologi, dan kondisi hidrologi suatu wilayah.
b. Kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata
ruang yang berdampak pada perubahan alam.
c. Degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup lahan,
pendangkalan akibat sedimentasi dan penyempitan alur sungai.
d. Jebolnya tanggul pembatas antara daratan dan laut.
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dengan judul “Analisis Spasial Kerentanan Pesisir Terhadap
Banjir Rob Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Surabaya” ini
dilakukan pada bulan Oktober 2016 – Maret 2017 di semua kecamatan yang
berada di wilayah pesisir timur Surabaya meliputi Kecamatan Kenjeran, Bulak,
Mulyorejo Sukolilo, Rungkut dan Gunung Anyar (Gambar 2).
Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur yang terletak
antara 07˚12’ sampai 07˚21’ lintang selatan dan 112˚36’ sampai 112˚54 bujur
timur. Luas wilayah Surabaya kurang lebih 326,36 km2 yang memiliki 31
kecamatan dan 163 desa/kelurahan. Wilayah Surabaya termasuk kota besar di
pesisir utara yang merupakan dataran rendah kecuali disebelah selatan yang
memiliki ketinggian 25-50 meter diatas permukaan laut (BPS Surabaya, 2017).
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
3.2 Alat dan Data
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi :
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian No. Nama Alat Fungsi 1. Laptop Intel Core i3 1.80GHz 2GB
RAM 64-bit Untuk pengolahan data
2. Perangkat Lunak : - ArcGIS 10.1 - Google Earth Pro - TCX Converter - Microsoft Excel - QGIS 2.14.11
Pengolahan data penelitian
3.2.2 Data
Data- data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Tabel 2. Data-data yang digunakan dalam penelitian No. Nama Data Keterangan Sumber
1. Elevasi Data DEM ASTER resolusi 30m x30m
Digital Elevation Model Google Earth
2. Pasang Surut
Data Pasang Surut Harian (1996-2015)
Badan Informasi Geospasial (BIG)
3. Kenaikan Muka Air Laut
Data Kenaikan Muka Air Laut Relatif
Pengolahan Data Pasang Surut Harian
3.3 Skema Kerja Penelitian
Penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu studi literatur,
pengumpulan data, pengolahan data, analisis genangan banjir dan prediksi
genangan banjir (Gambar 3). Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan
informasi dari penelitian sebelumnya dan sebagai pedoman untuk metode serta
penentuan lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan mendatangi instansi terkait
penyedia data serta menggunakan website penyedia data yang dibutuhkan.
Pengolahan data merupakan tahap untuk mengolah data-data parameter yang
telah didapatkan sehingga didapatkan nilai-nilai untuk menganalisis wilayah yang
rentan terjadi genangan serta memprediksi genangan banjir pada masa
mendatang.
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Elevasi Penurunan Tanah
Pasang Surut
Kenaikan Muka Air Laut
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Observasi Lapang Pengolahan Data
Prediksi Penggenangan
Banjir Rob
Hasil
HHWL
3.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data-data yang terdiri dari data
elevasi, data pasang surut dan data kenaikan muka air laut. Selanjutnya
dilakukan analsis daerah yang rentan terhadap terjadi banjir rob dan
memprediksi luas genangan pada tahun-tahun berikutnya.
3.4.1 Pengolahan Data Elevasi
Data elevasi dalam penelitian ini menggunakan data yang berasal dari
Google Earth. Data elevasi Google Earth merupakan kombinasi dari data
ASTER dan SRTM (Rusli et al, 2014). Hal pertama yang dilakukan adalah
membuka software Google Earth kemudian diperbesar ke daerah kajian yaitu
pesisir timur Kota Surabaya. Pengambilan titik-titik sampel pada wilayah pesisir
timur Surabaya menggunakan Add Path yang ada pada Google Earth untuk
memperoleh informasi elevasi daratan, kemudian titik-titik sampel tersebut
disimpan dengan ekstensi file .kml.
File dengan ekstensi .kml yang telah didapatkan dari Google Earth
kemudian dibuka menggunakan TCX Converter. Pada tab Track Modify, pilih
Update Altitude untuk memperoleh ketinggian dari setiap titik yang telah dibuat
pada Google Earth sebelumnya. Setelah ketinggian sudah diperoleh, data
tersebut disimpan dengan ekstensi file .csv supaya bisa dibuka menggunakan
Microsoft Excel. File dengan ekstensi .csv dibuka menggunakan Microsoft Excel
untuk menyisakan kolom koordinat latitude, longitude serta kolom altitude atau
ketinggian dan menghapus kolom yang lainnya. Selanjutnya file tersebut
disimpan dengan ekstensi .xls. File yang berisi koordinat dan ketinggian dibuka
menggunakan ArcGIS 10.1 yang selanjutnya diinterpolasi menggunakan metode
Krigging supaya dapat diperoleh kontur elevasi pada daerah kajian.
Gambar 3. Diagram alir pengolahan data elevasi
3.4.2 Pengolahan Data Pasang Surut
Data pasang surut diperoleh dari stasiun pengamatan pasang surut di
Surabaya yang dimiliki oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dalam bentuk
format .txt tiap tahun dari 1996 sampai 2015. Data tersebut agar lebih mudah
untuk diolah, dibuka menggunakan Microsoft Excel kemudian disusun dalam
bentuk tabel tiap bulan. Data yang telah disusun tersebut diolah menggunakan
metode admiralty 29 hari untuk memperoleh komponen-komponen harmonik
pasang surut. Alur pengolahan data pasang surut menggunakan metode
admiralty dapat dilihat pada Gambar 2 dan langkah-langkah penjelasannya
tersaji pada Lampiran 2.
Digitasi pada wilayah kajian
Google Earth Add Path
TCX Converter Update ketinggian
Microsoft Excel Menghapus kolom selain longitude,
latitude dan altititude
ArcGIS 10.1 Interpolasi Ketinggian
Data Pasut
1
Data pasut disusun
menurut Skema 1 Tabel 2
2
Skema 2
Skema 3
Skema 4
Skema 5 & 6
Skema 7 & 8
Tabel 3
Tabel 4
Tabel f, u, w
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Gambar 4. Diagram Alir Pengolahan Pasang Surut dengan Metode Admiralty
Komponen harmonik pasang surut yang telah diperoleh dari hasil
perhitungan metode Admiralty juga digunakan untuk menentukan HHWL, LLWL
dan bilangan formzahl dengan rumus sebagai berikut :
HHWL = S0 + ( M2 + S2 + K1 + O1 + P1 + K2)
LLWL = S0 - ( M2 + S2 + K1 + O1 + P1 + K2)
F = K1+ O1M2 + S2
Berdasarkan nilai dari bilangan formzahl maka dapat diklasifikasikan
karakteristik pasang surut sebagai berikut :
Tabel 3. Tipe pasang surut berdasarkan bilangan Formzahl Nilai Formzahl Tipe Pasang Surut
0 < F ≤ 0,25 Pasang surut harian ganda
0,25 < F ≤ 1,50 Pasang surut campuran condong
harian ganda
1,50 < F ≤ 3 Pasang surut campuran condong
harian tunggal
F > 3 Pasang surut harian tunggal
(Sumber : Wyrtki, 1961)
3.4.3 Pengolahan Data Kenaikan Muka Air Laut
Kenaikan muka air laut dapat dilihat dari nilai Mean Sea Level (MSL) setiap
bulan yang diperoleh dari komponen harmonik S0 hasil pengolahan data pasang
surut dengan menggunakan metode admiralty. Nilai S0 setiap bulan dibuat grafik
pada Microsoft Excel kemudian dianalisa menggunakan metode trend analysis
untuk mengetahui kenaikan muka air laut. Metode trend analysis dalam hal ini
merupakan analisa regresi linier tinggi muka air laut terhadap waktu dalam bulan,
dengan persamaan matematis :
y = a + bx
Dimana y adalah tinggi muka air laut, x merupakan waktu dalam bulan, a
offset dan b adalah tingkat kenaikan.
3.4.4 Prediksi Genangan Banjir Rob
Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk
menganalisis daerah yang rawan terjadinya genangan banjir rob. Daratan
dengan elevasi yang lebih rendah dibandingkan permukaan laut akan rawan
terjadinya banjir rob dan ketinggian genangan ditentukan dari selisih antara
elevasi daratan dengan ketinggian permukaan air laut. Untuk prediksi genangan
banjir rob menggunakan skenario dari Latief (2011) yaitu sebagai berikut :
Prediksi(t) = MSL(t) + LS + HHWL
Dimana :
MSL(t) = Laju kenaikan permukaan air laut periode tahun penelitian
LS = Penurunan Tanah
HHWL = Kondisi Pasang tinggi tertinggi
Setelah itu juga akan diprediksi untuk jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang wilayah yang rentan terjadinya genangan yaitu pada tahun 2020,
2050 dan 2100. Ketinggian genangan diperoleh dari selisih antara elevasi tanah
dengan hasil skenario tersebut.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Posisi Kota Surabaya yang berada di daerah pesisir berpontensi sebagai
tempat persinggahan dan pemukiman bagi kaum pendatang. Maka dari itu
tingkat kebutuhan lahan pun meningkat, tanah-tanah dibutuhkan untuk
perumahan, kebutuhan komersil dan untuk rekreasi sehingga tidak ada lagi
daerah kosong. Kota Surabaya dengan jumlah peduduk hampir 3 juta jiwa,
merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dan sangat besar peranannya
dalam menerima dan mendistribusikan barang-barang industri, hasil pertanian,
hasil hutan, sembako, dan lain sebagainya. Kota Surabaya terletak diantara
07º12’ sampai 07º21’ Lintang Selatan dan 112º36’ sampai 112º54’ Bujur Timur.
Batas- batas Kota Surabaya antara lain :
• Sebelah Utara : Selat Madura
• Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
• Sebelah Timur : Selat Madura
• Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Wilayah Surabaya sekitar 80% adalah daerah dataran rendah dan daerah
berbukit di bagian Selatan Surabaya. Jenis tanah yang terdapat di wilayah
Surabaya terdiri atas tanah alluvial dan grimosol. Penelitian ini dilakukan di
wilayah timur Surabaya yaitu pada 6 kecamatan meliputi kecamatan Kenjeran,
Bulak, Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut dan Gununganyar. Wilayah tersebut masih
belum banyak bangunan pantai dibandingkan dengan wilayah utara Surabaya
yang terdapat pelabuhan komersil dan pelabuhan-pelabuhan dari perusahaan.
Pada ke-enam kecamatan tersebut lebih didominasi oleh tambak-tambak dan
perumahan warga serta terdapat wisata alam seperti Pantai Ria Kenjeran yang
berada di Kecamatan Bulak dan Ekowisata Mangrove Wonorejo yang berada di
Kecamatan Rungkut.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Peta Elevasi Pesisir Timur Surabaya
Kondisi elevasi Kota Surabaya yang diperoleh dari Digital Elevation Model
Google Earh ditampilkan dalam bentuk peta yang tersaji pada Gambar 6. Terlihat
elevasi pesisir timur Surabaya tergolong rendah dengan ketinggian kurang dari
10 meter. Warna merah menunjukkan daerah ketinggian 0-1 meter dengan luas
area 1.048,8 hektar. Warna jingga menunjukkan daerah dengan ketinggian 1-2
meter dengan luas 1.451,69 ha, lalu warna kuning yang menunjukkan daerah
ketinggian 2-3 meter memiliki luas 2.042,28 ha. Warna hijau yang menunjukkan
ketinggian 3-4 meter memiliki luas 1.235,5 ha kemudian warna biru dengan
ketinggian lebih 4-5 meter memiliki luas area 1.065,36 ha dan warna ungu
dengan ketinggian diatas 5 meter hanya memiliki luas 889,7 ha. Hal ini hampir
sama dengan yang disampaikan Bahri (2012), dimana pesisir Surabaya terletak
diketinggian kurang dari 10 meter dan juga penelitian yang dilakukan oleh Sulma
(2012) bahwa pesisir Surabaya memiliki daerah yang landai hingga 5 kilometer
dari garis pantai.
Gambar 1. Peta Elevasi Pesisir Timur Surabaya
Tabel 1. Luasan Daerah No. Ketinggian Luas area 1 0-1 meter 1.048,8 ha 2 1-2 meter 1.451,69 ha 3 2-3 meter 2.042,28 ha 4 3-4 meter 1.235,5 ha 5 4-5 meter 1.065,36 ha 6 >5 meter 889,7 ha
4.2.2 Kondisi Pasang Surut
Berdasarkan data pasang surut yang telah didapatkan dari Badan
Informasi Geospasial (BIG) diolah menggunakan metode admiralty 29 piantan
sehingga didapatkan komponen harmonik pasang surut. Pengolahan data
pasang surut bulan Desember 2015 didapatkan komponen harmonik pasang
surut yang tersaji pada Tabel 5.
Tabel 2. Nilai konstanta harmonik pasang surut So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4 A cm 104 37 23 8 5 48 26 16 2 2
g 118 131 94 131 197 184 197 180 198
Dari hasil nilai konstanta harmonik pasang surut tersebut, selanjutnya
bisa didapatkan :
MSL (S0) = 104 cm
HHWL = S0 + (M2 + S2 + K2 + K1 + O1 + P1)
= 104 + (37 + 23 + 5 + 48 + 26 + 16)
= 259
LLWL = S0 - (M2 + S2 + K2 + K1 + O1 + P1)
= 104 – (37 + 23 + 5 + 48 + 26 + 16)
= -51
F = K1+ O1M2 + S2
= 48 + 26 37 + 23
. = 1,2
Hasil perhitungan bilangan formzhal didapatkan nilai 1,2, maka tipe
pasang surut perairan Surabaya adalah campuran condong ke harian ganda
yaitu dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan
periode yang berbeda.
4.2.3 Laju Kenaikan Muka Air Laut
Pengolahan kenaikan muka air laut ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu tahun
1996-2005 dan 2007-2015. Hal ini dikarenakan adanya penggantian alat pada
stasiun pengamatan pasang surut sehingga menyebabkan nilai pasang surut
yang berbeda. Nilai MSL bulanan perairan Surabaya selama 20 tahun mulai dari
Januari 1996 sampai Desember 2015 menunjukkan adanya kecenderungan
kenaikan muka air laut. Garis ketingian MSL pada grafik terdapat garis yang
terputus dikarenakan data pasut yang diperoleh terdapat data yang kosong
sehingga tidak dapat dicari nilai MSL. Laju kenaikan muka air laut Surabaya
pada tahun 1996-2005 menunjukkan perairan Surabaya mengalami kenaikan
dengan laju sebesar 0,00573 cm/bulan (Gambar 7) dan pada tahun 2007-2015
mengalami kenaikan dengan laju sebesar 0,00472 cm/bulan (Gambar 8).
Gambar 2. Mean Sea Level 1996-2005 dan Laju Kenaikan per Bulan
Gambar 3. Mean Sea Level 2007-2015 dan Laju Kenaikan per Bulan
y = 0.00573x + 157.99845
100110120130140150160170180
Jan
Jun
Nov Ap
rSe
pFe
bJu
lD
es Mei
Okt
Mar
Ags
Jan
Jun
Nov Ap
rSe
pFe
bJu
lD
es Mei
Okt
Mar
Ags
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Ket
ingg
ian
(cm
)
Waktu Ketinggian MSL Linear (Ketinggian MSL)
y = 0.00472x + 111.66499
5060708090
100110120130140
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
2007 2008 2009 2011 2012 2013 2014 2015
Ket
ingg
ian
(cm
)
Waktu
Ketinggian MSL Linear (Ketinggian MSL)
Berdasarkan laju kenaikan muka air laut tersebut dapat diprediksi dengan
cara selisih tahun prediksi dan tahun terakhir data dikalikan dengan rata-rata laju
kenaikan muka air laut (Tabel 6).
Tabel 3. Prediksi Laju Kenaikan Muka Air Laut Tahun Prediksi Kenaikan Muka Air Laut (cm)
2020 0,314 2050 2,195 2100 5,330
4.2.4 Genangan Banjir Rob
Genangan banjir rob merupakan kejadian yang merugikan karena
mengganggu aktifitas masyarakat sehari-hari. Banjir rob terjadi pada saat kondisi
air laut mengalami pasang tertinggi dan pasang tertinggi perairan Surabaya 296
cm. Hal ini mengakibatkan daratan yang mempunyai elevasi kurang dari 296 cm
akan tergenang banjir rob.
Gambar 9 merupakan peta tingkat kerentanan wilayah pesisir timur
Surabaya terhadap genangan banjir rob. Gambar tersebut menunjukkan tingkat
kerentanan tinggi memiliki luas 2.384,38 ha yang sebagian besar terjadi pada
daerah tambak yang dekat dengan pesisir, sedangkan tingkat kerentanan
sedang memiliki luas 1.449,52 ha dan kerentanan rendah 2.035,69 ha yang
terjadi pada daerah pemukiman penduduk.
Gambar 4. Peta Kerentanan Banjir Rob di Wilayah Pesisir Timur Surabaya.
4.3 Prediksi Genangan Rob
Prediksi genangan rob dilakukan dengan cara menjumlahkan faktor-faktor
yang menpengaruhi terjadinya genangan. Faktor-faktor tersebut ialah laju
kenaikan muka air laut per tahun, nilai HHWL yang diperoleh dari hasil
perhitungan komponen harmonik pasang surut dan penurunan tanah per tahun
yang terjadi di Kota Surabaya. Nilai HHWL hasil perhitungan komponen harmonik
pasang surut didapatkan nilai sebesar 296 cm dan penurunan tanah Kota
Surabaya sebesar 1,21 cm/tahun yang didapatkan dari hasil penelitian
menggunakan GPS (Global Positioning Sysytem) oleh Handoko dkk (2011).
Dalam penelitian ini laju penurunan tanah tiap tahunnya dianggap konstan
sehingga dapat diprediksi dengan cara hasil selisih tahun prediksi dan tahun
terakhir data dikalikan dengan laju penurunan tanah per tahunnya.
Tabel 4. Prediksi Penurunan Tanah Tahun 2020, 2050, 2100 Tahun prediksi Penurunan tanah (cm)
2020 12,1
2050 48,4
2100 108,9
4.3.1 Prediksi Genangan Banjir Rob Tahun 2020
Prediksi genangan banjir rob tahun 2020 didapatkan dari perhitungan
skenario berikut :
Prediksi(2020) = 0,314 cm + 12,1 cm + 296 cm
= 308 cm
Gambar 5. Prediksi genangan banjir rob tahun 2020
Hasil perhitungan skenario tahun 2020 didapatkan nilai sebesar 308 cm,
hal ini menyebabkan daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 308 cm akan
tergenang oleh air pasang. Gambar 10 menunjukkan prediksi genangan pada
tahun 2020 yang telah dikelompokkan menjadi 3 kelas ketinggian genangan yaitu
ketinggian 0-1 m, 1-2 m dan lebih dari 2 meter.
Kecamatan Kenjeran mengalami genangan hampir setengah dari luas
wilayahnya. Luas genangan yang terjadi di kecamatan Kenjeran mecapai 493,93
ha dengan pembagian ketinggian 0-100 cm seluas 441,08 ha dan 100-200 cm
seluas 52.13 ha. Terjadinya genangan yang berdampak pada bangunan
sebanyak 13.329 tentunya sangat mengganggu aktifitas masyarakat setempat,
mengingat kecamatan Kenjeran didominasi oleh pemukiman padat penduduk
yang sebagian besar mata pencahariannya sebagai nelayan serta pedagang
hasil olahan laut.
Kecamatan Bulak pada tahun 2020, seluruh wilayahnya terjadi genangan
rob. Daerah dengan genangan 0-100 cm seluas 260,33 ha; 100-200 cm seluas
201,2 ha dan lebih dari 200 cm seluas 27,5 ha. Kecamatan Bulak juga termasuk
wilayah yang padat penduduk dengan banyaknya bangunan pemukiman warga
yanag tergenang yaitu sebanyak 5.658 bangunan, hal ini tentunya akan
berdampak pada kegiatan sehari-hari masyarakat setempat.
Hasil prediksi pada tahun 2020, Kecamatan Mulyorejo terjadi genangan
seluas 1.170,14 ha dengan total bangunan yang tergenang sebanyak 15.414
bangunan. Wilayah Mulyorejo sebagian besar digunakan sebagai tempat tinggal
dan sebagai tambak di daerah pesisirnya.
Wilayah Kecamatan Sukolilo merupakan wilayah yang paling luas terjadi
genangan dibandingkan kecamatan lainnya. Genangan dengan ketinggian lebih
dari 200 cm memiliki luas mecapai 1.360,02 ha yang sebagian besar terjadi di
daerah tambak dekat dengan pesisir pantai. Kemudian genangan 0-100 cm
memiliki luas 340,27 ha dan genangan 100-200 cm memiliki luas 172,95 ha yang
berdampak pada daerah pemukiman. Total bangunan yang terdampak genangan
rob mencapai 7.182 bangunan.
Kecamatan Rungkut memiliki peranan ekonomi yang cukup besar bagi kota
Surabaya, dikarenakan kecamatan ini terdapat Ekowisata Mangrove dan banyak
industri-industri besar. Luas genangan yang terjadi pada tahun 2020 di
Kecamatan Rungkut mencapai 1.333 ha dan bangunan yang tergenang
sebanyak 9.469.
Kecamatan Gunung Anyar merupakan salah satu kecamatan paling
selatan yang berbatasan dengan kabupaten Sidoarjo. Menurut hasil prediksi,
kecamatan Gunung Anyar memiliki daerah seluas 667,04 ha yang berpotensi
tergenang banjir rob dan 9.754 bangunan yang tergenang pada tahun 2020.
Wilayah ini paling banyak digunakan sebagai tempat tinggal dan area tambak.
.
Tabel 5. Jumlah bangunan yang tergenang pada tahun 2020.
Jenis Bangunan
Kecamatan
Kenjeran Bulak Mulyorejo Sukolilo Rungkut Gunung Anyar
Permukiman 13.274 5.658 15.369 7.097 9.469 9.723 Pendidikan 15 10 9 39 3 13 Komersial 1 - 1 11 - - Kesehatan 3 4 5 3 - - Tempat Ibadah 26 22 21 18 15 13
Pemerintahan 8 6 9 8 3 5 Fasilitas Publik 2 1 - - - -
Rekreasi - - - 6 5 - Total 13.329 5.701 15.414 7.182 9.469 9.754
Gambar 6. Grafik jumlah bangunan yang tergenang tahun 2020
Kenjeran 22%
Bulak 9%
Mulyorejo 25%
Sukolilo 12%
Rungkut 16%
Gunung Anyar 16%
4.3.2 Prediksi Genangan Banjir Rob Tahun 2050
Prediksi genangan banjir rob tahun 2050 didapatkan dari perhitungan
skenario berikut :
Prediksi(2050) = 2,195 cm + 48,4 cm + 296 cm = 347 cm
Menurut hasil perhitungan skenario tahun 2050 didapatkan nilai sebesar
347 cm, jadi daratan yang memiliki ketinggian kurang dari 347 cm akan
tergenang oleh air pasang. Gambar 11 menunjukkan daerah yang tergenang
pada tahun 2050 berkisar antara 0-7 kilometer dari garis pantai yang menyebar
mulai dari Kecamatan Kenjeran sampai Kecamatan Gunung Anyar.
Gambar 7. Prediksi genangan banjir rob tahun 2050
Genangan banjir rob terjadi hampir disemua luas wilayah Kecamatan
Kenjeran. Luas genangan yang terjadi di kecamatan Kenjeran mecapai 602,79
ha dengan pembagian ketinggian 0-100 cm seluas 455,7 ha, 100-200 cm seluas
139,45 ha dan ketinggian lebih 200 cm seluas 7,64 ha. Genangan yang terjadi
berdampak pada bangunan sebanyak 18.994 tentunya sangat mengganggu
aktifitas masyarakat setempat, mengingat Kecamatan Kenjeran didominasi oleh
pemukiman padat penduduk yang sebagian besar mata pencahariannya sebagai
nelayan serta pedagang hasil olahan laut..
Pada tahun 2050 seluruh wilayah Kecamatan Bulak terjadi genangan rob.
Daerah dengan genangan 0-100 cm seluas 114,09 ha, 100-200 cm seluas
312,02 ha dan lebih dari 200 cm seluas 70,14 ha. Kecamatan Bulak juga
termasuk wilayah yang padat penduduk dengan banyaknya bangunan
pemukiman warga yang tergenang yaitu sebanyak 6.052 bangunan, hal ini
tentunya akan berdampak pada kegiatan sehari-hari masyarakat setempat.
Hasil prediksi pada tahun 2050, kecamatan Mulyorejo terjadi genangan
seluas 1.286,6 ha dengan total bangunan yang tergenang sebanyak 17.252
bangunan. Wilayah Mulyorejo sebagian besar digunakan sebagai tempat tinggal
dan tambak di daerah pesisirnya.
Wilayah Kecamatan Sukolilo terjadi genangan dengan ketinggian lebih dari
200 cm memiliki luas mecapai 1.394,55 ha yang sebagian besar terjadi di daerah
tambak dekat dengan pesisir pantai. Kemudian genangan 0-100 cm memiliki luas
327,36 ha dan genangan 100-200 cm memiliki luas 259,39 ha yang berdampak
pada daerah pemukiman. Total bangunan yang terdampak genangan rob
mencapai 8.681 bangunan.
Luas genangan yang terjadi pada tahun 2050 di Kecamatan Rungkut
mencapai 1.464,22 ha dan bangunan yang tergenang sebanyak 13.088.
Kejadian ini tentunya akan mengganggu aktifitas perokonomian masyarakat
setempat mengingat wilayah tersebut adalah salah satu daerah industri di Kota
Surabaya.
Kecamatan Gunung Anyar merupakan salah kecamatan paling selatan
yang berbatasan dengan kabupaten Sidoarjo. Hasil prediksi pada tahun 2050
menunjukkan Kecamatan Gunung Anyar memiliki daerah yang tergenang seluas
727,2 ha dan 11.467 bangunan yang tergenang pada tahun 2050. Wilayah ini
paling banyak digunakan sebagai tempat tinggal dan area tambak.
Tabel 6. Jumlah bangunan yang tergenang pada tahun 2050
Jenis Bangunan
Kecamatan
Kenjeran Bulak Mulyorejo Sukolilo Rungkut Gunung Anyar
Permukiman 18.923 6.052 17.206 8.555 13.051 11.428 Pendidikan 20 11 10 55 6 21 Komersial 2 - 1 14 - - Kesehatan 3 4 5 3 1 - Tempat Ibadah 33 22 24 25 20 13
Pemerintahan 11 6 5 17 5 5 Fasilitas Publik 2 1 - - - -
Rekreasi - - 1 12 5 - Total 18.994 6.096 17.252 8.681 13.088 11.467
Gambar 8. Grafik jumlah bangunan yang tergenang tahun 2050
Kenjeran 25%
Bulak 8%
Mulyorejo 23%
Sukolilo 12%
Rungkut 17%
Gunung Anyar 15%
4.3.3 Prediksi Genangan Banjir Rob Tahun 2100
Prediksi genangan banjir rob tahun 2100 didapatkan dari perhitungan
skenario berikut :
Prediksi(2100) = 5,33 cm + 108,9 cm + 296 cm
= 410 cm
Hasil perhitungan skenario tahun 2100 didapatkan nilai sebesar 410 cm,
hal ini menyebabkan daratan yang memiliki ketinggian kurang dari 410 cm akan
tergenang oleh air pasang. Tahun 2100 lebih dari 50% wilayah pesisir timur
tergenang oleh air pasang dan didominasi dengan ketinggian genangan lebih
dari 200 cm.
Gambar 9. Prediksi genangan banjir rob tahun 2100
Hampir semua dari luas wilayah Kecamatan Kenjeran mengalami
genangan. Luas genangan yang terjadi di kecamatan Kenjeran mecapai 808,92
ha dengan pembagian ketinggian 0-100 cm seluas 53,9 ha, 100-200 cm seluas
443,46 ha dan ketinggian lebih 200 cm seluas 311,55 ha. Terjadinya genangan
yang berdampak pada bangunan sebanyak 30.007 tersebut tentunya sangat
mengganggu aktifitas masyarakat setempat, mengingat kecamatan Kenjeran
didominasi oleh pemukiman padat penduduk yang sebagian besar mata
pencahariannya sebagai nelayan serta pedagang hasil olahan laut.
Seluruh wilayah Kecamatan Bulak pada tahun 2100 terjadi genangan rob.
Daerah dengan genangan 0-100 cm seluas 43,09 ha, 100-200 cm seluas 256,12
ha dan lebih dari 200 cm seluas 233,11 ha. Kecamatan Bulak juga termasuk
wilayah yang padat penduduk dengan banyaknya bangunan pemukiman warga
yanag tergenang yaitu sebanyak 8.470 bangunan, hal ini tentunya akan
berdampak pada kegiatan sehari-hari masyarakat setempat.
Hasil prediksi pada tahun 2100, kecamatan Mulyorejo terjadi genangan
seluas 1.340,86 ha dengan total bangunan yang tergenang sebanyak 18.783
bangunan. Wilayah Mulyorejo sebagian besar digunakan sebagai tempat tinggal
dan tambak di daerah pesisirnya.
Luas genangan tahun 2100 pada Kecamatan Sukolilo semakin bertambah
dari tahun prediksi sebelumnya. Genangan dengan ketinggian lebih dari 200 cm
memiliki luas mecapai 1.538,67 ha yang sebagian besar terjadi di daerah tambak
dekat dengan pesisir pantai. Kemudian genangan 0-100 cm memiliki luas 229,61
ha dan genangan 100-200 cm memiliki luas 339,41 ha yang berdampak pada
daerah pemukiman. Total bangunan yang terdampak genangan rob mencapai
10.628 bangunan.
Kecamatan Rungkut merupakan salah satu daerah industri dan memiliki
peranan ekonomi yang cukup besar bagi kota Surabaya. Luas genangan yang
terjadi pada tahun 2100 di kecamatan Rungkut mencapai 1.689,55 ha dan
bangunan yang tergenang sebanyak 21.801.
Kecamatan Gunung Anyar merupakan salah kecamatan paling selatan
yang berbatasan dengan kabupaten Sidoarjo. Kecamatan Gunung Anyar
memiliki daerah seluas 790.26 ha dan 12.365 bangunan yang tergenang pada
tahun 2100. Wilayah ini paling banyak digunakan sebagai tempat tinggal dan
area tambak.
Tabel 7. Jumlah bangunan yang tergenang pada tahun 2100
Jenis Bangunan
Kecamatan
Kenjeran Bulak Mulyorejo Sukolilo Rungkut Gunung Anyar
Permukiman 29.963 8.470 18.723 10.468 21.741 12.320 Pendidikan 33 10 13 74 10 24 Komersial 4 - 2 14 - - Kesehatan 4 4 6 7 1 - Tempat Ibadah 49 26 29 29 32 16
Pemerintahan 23 6 9 18 12 5 Fasilitas Publik 1 1 - 1 - -
Rekreasi - - 1 17 5 - Total 30.077 8.517 18.783 10.628 21.801 12.365
Gambar 10. Grafik jumlah bangunan yang tergenang pada tahun 2100
Kenjeran 30%
Bulak 8%
Mulyorejo 18%
Sukolilo 11%
Rungkut 21%
Gunung Anyar 12%
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pasang Surut
Nilai Mean Sea Level (MSL) didapatkan dari komponen S0 pada
perhitungan komponen harmonik pasang surut Surabaya dengan metode
admiralty. Hasil pengolahan sebelum penggantian alat didapatkan nilai rata-rata
MSL sebesar 158,24 cm dan setelah penggantian alat nilai rata-rata MSL
sebesar 111,9 cm. Nilai tertinggi pasang surut sebelum penggantian alat terdapat
pada Mei 1999 dengan nilai 171,92 cm dan nilai terendah terdapat pada Februari
2004 dengan nilai 136,07 cm. Nilai tertinggi setelah penggantian alat terdapat
pada Juni 2013 dengan nilai 132,29 cm dan nilai terendah terdapat pada Januari
2009 dengan nilai 91,26 cm. Berdasarkan hasil perhitungan komponen harmonik
pasang surut dari tahun 1996-2015 didapatkan rata-rata nilai bilangan Formzahl
sebesar 1.23, sehingga dapat disimpulkan perairan laut Kota Surabaya memiliki
tipe pasang surut campuran dominasi ganda. Hal ini hampir sama dengan hasil
penelitian Widyantoro (2014) yang mendapatkan nilai bilangan Formzahl perairan
Surabaya sebesar 1.277 serta Mahatmawati et al. (2009) yang menyatakan nilai
bilangan Formzahl yang dominan untuk perairan Perak Surabaya adalah 0,26-
1,5 yang termasuk dalam tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda.
4.4.1 Kenaikan muka air laut
Kondisi permukaan laut perairan Surabaya dari tahun 1996-2005
cenderung mengalami kenaikan. Perlu diketahui bahwa pada tahun 2006 dan
2010 tidak terdapat data kenaikan muka air laut, hal ini dikarenakan adanya
penggantian alat atau alat yang rusak pada stasiun pengamatan pasang surut.
Namun ketidakadaan data selama 2 tahun dari 20 tahun data tersebut tidak
merubah arah nilai kenaikan dari positif, yang berarti tingkat kenaikan sudah
relatif tinggi ke arah positif. Hasil analisa kenaikan muka air laut Surabaya
selama kurun waktu 1996 sampai 2015 menunjukkan kenaikan sebesar 0,0672
cm/tahun. Kenaikan ini relatif kecil jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya,
yaitu tuban sebesar 0,72 cm/tahun (Sihombing, 2012) dan perairan Gresik
sebesar 0,86 cm/tahun (Taufik, 2015).
Kenaikan muka air laut ini disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor global
dan faktor lokal (Nicholls et al, 2014). Faktor global yang mempengaruhi
kenaikan permukaan air laut adalah meningkatnya suhu atmosfer yang
mengakibatkan mencairnya es di kutub utara dan selatan sehingga massa air
laut akan bertambah. Suhu atmosfer yang berubah ini juga berpengaruh pada
suhu lautan yang menyebabkan permukaan laut akan naik sebesar 0,22 m tiap
peningkatan suhu lautan sebesar 1˚C (Santaularia et al, 2014). Kemudian salah
satu faktor lokal yang mempengaruhi kenaikan muka air laut adalah penurunan
muka tanah (land subsidence) akibat dari aktifitas manusia seperti pengambilan
air tanah yang berlebihan dan aktivitas tektonik seperti gempa bumi sehingga
akan mempengaruhi BM pada stasiun pengamatan pasang surut. Berdasarkan
data yang didapatkan dari Incorporated Research Institutions of Seismology
(IRIS), wilayah Surabaya tidak ada titik Hiposentrum gempa (Gambar 16).
Penelitian penurunan tanah yang dilakukan oleh Handoko dkk (2011)
menyatakan bahwa Kota Surabaya mengalami rata-rata penurunan tanah
sebesar 1,21 cm/tahun. Oleh karena itu faktor penurunan tanah ini perlu
ditambahkan dalam prediksi genangan rob akibat dari kenaikan muka air laut.
Gambar 11. Peta kejadian gempa di Jawa Timur
4.4.2 Genangan Banjir Rob
Berdasarkan skenario pada tahun 2100, tingkat kenaikan air laut sebesar
410 cm yang mengakibatkan 7269,6 ha wilayah pesisir timur Surabaya
tergenang banjir rob. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan
Muklis (2011) yang mendapatkan nilai kenaikan air laut sebesar 490 cm tetapi
dengan luas genangan yang berbeda yaitu 9743,01 ha, hal ini dikarenakan luas
wilayah kajian yang berbeda. Menurut Sulma (2012), dalam penelitiaannya
menyebutkan bahwa faktor yang paling berkontribusi pada kerentanan wilayah
terhadap kenaikan permukaan laut Surabaya adalah kondisi elevasi daratan
yang rendah dan wilayah pesisir timur Surabaya yang rentan adalah kecamatan
Rungkut.
Sehubungan dengan kondisi tersebut tentunya akan mengganggu kondisi
sosial dan ekonomi tidak hanya pada kecamatan Rungkut itu sendiri tetapi juga
untuk Kota Surabaya, hal ini dikarenakan kecamatan Rungkut didominasi oleh
permukiman dan kawasan industri. Berdasarkan rencana tata ruang Kota
Surabaya, kecamatan Rungkut akan dikembangkan sebagai kawasan industri
dan lahan permukiman yang dimaksudkan untuk menampung penduduk dari
pusat kota dikarenakan pusat kota hanya ditujukan untuk perdagangan dan
pelayanan (Kobayashi dan Kurdi, 2004). Prediksi ini dapat digunakan untuk
menentukan tindakan supaya mengurangi dampak dari genangan rob yang
terjadi. Menurut Kobayashi (2002), tindakan berupa adaptasi alternatif yang bisa
dilakukan masyarakat setempat yaitu pindah ketempat lebih tinggi, membangun
polder dari pompa, menambahkan tanah di tempat yang rendah (reklamasi) dan
merubah jenis bangunan seperti menjadi rumah panggung atau rumah susun.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagi berikut :
1. Luas genangan yang terjadi pada tahun 2020 seluas 6.026,74 Ha; tahun
2050 seluas 6.558,36 ha; dan 2100 seluas 7.269,6 ha. Kecamatan
dengan wilayah paling luas tergenang adalah kecamatan Sukolilo yaitu
seluas 1.873,24 ha pada tahun 2020, 1.981,3 ha pada tahun 2050 dan
2.107,69 ha pada tahun 2100.
2. Bangunan yang paling banyak tergenang adalah bangunan pemukiman.
Total bangunan yang tergenang pada tahun 2020 sebanyak 60.849
bangunan, pada tahun 2050 sebanyak 75.578 bangunan dan pada
tahun 2100 sebanyak 102.171. Kecamatan yang paling banyak
bangunannya tergenang pada tahun 2020 adalah kecamatan Mulyorejo
dengan total yang tergenang sebanyak 15.414 bangunan, kemudian
pada tahun 2050 dan 2100 kecamatan Kenjeran merupakan kecamatan
yang paling banyak bangunan tergenang dengan jumlah sebanyak
18.994 bangunan pada tahun 2050 dan sebanyak 30.077 bangunan
pada tahun 2100.
5.2 Saran
Kejadian banjir rob yang terjadi akibat kenaikan muka air laut di pesisir
Surabaya tentunya akan menggangu aktifitas masyarakat setempat. Oleh karena
itu perlu adanya tindakan solusi untuk mengurangi dampak dari terjadinya
genangan baik oleh masyarakat ataupun pemerintah setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z., H. Andreas, I. Gumilar dan I.R.R Wibowo. 2009. On correlation between urban development, land subsidence and flooding phenomena in Jakarta. Proceeding of the International Association of Hydrological Sciences. 370:15-20.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Kota Surabaya Dalam Angka. Surabaya.
Bahri, Syaeful dan Madlazim. 2012. Pemetaan Topografi, Geofisika dan Geologi Kota Surabaya. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya. Volume 2 (2):23-28. ISSN: 2087-9946.
Gornitz, V. 1991. Global Coastal Hazards From Future Sea Level Rise. Paleogeography, Paleoclimatology, Paleoecology (Global and Planetary Change Section). 89:379-398.
Handoko, E.Y. Akbar K. dan Angger S.M. 2011. Kajian Awal Land SubsidenceSurabaya. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah. Hal 17-20.
Hariyanto, Teguh. 2014. Evaluasi Sebaran Hasil Penurunan Tanah Terhadap Tutupan Lahan di Wilayah Pesisir Kota Surabaya. Forum Tahunan Ikatan Suveyor Indonesia. Bandung.
Hildaliyani, Utet. 2011. Analisis Daerah Genangan Banjir Rob (Pasang) di Pesisir Utara Jakarta Menggunakan Data Citra Satelit SPOT dan ALOS. Departemen Geofisika dan Meteorologi. IPB. Bogor.
Julzarika, A. 2009. Pemodelan 3D Kota Semarang Terhadap Kenaikan Muka Air Laut dengan Citra Satelit SPOT5. LAPAN. Jakarta.
Kobayashi, H. 2002. Penilaian Jumlah Dampak Kenaikan Muka Air Laut di Perkotaan, Kasus Makassar dan Semarang. Proceeding Kerugian Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia. Bandung.
Kobayashi, H dan S.Z. Kurdi. 2004. Impact of Sea Level Rising on Coastal Lines : Case Study in Indonesia. Technical Note of National Institue for Land Use and Infrastructure Management. No. 194. ISSN: 1346-7328.
Latief, H., M.S Fitriyanto, Djoko S.A.S., Ibnu S., Mizan B.F.B., dan Tilman H. 2012. Assesment of Climate Change Impact to the Coastal Sector in the South Sumatra Province. Proceedings PIT HAGI. Palembang.
Mahatmawati, A.D., Mahfud E. dan Aries Dwi S. 2009. Perbandingan Fluktuasi Muka Air Laut Rerata (MLR) di Perairan Pantai Utara Jawa Timur Dengan Perairan Pantai Selatan Jawa Timur. Jurnal Kelautan Vol.2 (1):31-39.
Muhi, Ali H. 2011. Praktik Lingkungan Hidup. Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Jatinangor.
Muklis, A. W. 2011. Establishing Hazard Map For Tidal Flood In Coastal Region Case Study : Surabaya, East Java, Indonesia. Tesis. IPB. Bogor.
Nichollis, R.J., S.E. Hanson, J.A. Lowe, R.A. Warrick, X. Lu, A.J. Long dan T.R. Carter. 2014. Sea-levels Scenarios for Evaluating Coastal Impact. WIREs Clim Change 5:129-150.
Rusli, N., M.R. Majid dan A.H.M. Din. 2014. Google Earth`s Derived Digital Elevation Model: A Comparative Assessment with Aster and SRTM Data. 8th International Symposium of the Digital Earth.
Sankari, T Siva et al. 2015. Coastal Vulnerability Mapping Using Geospatial Technologies In Cuddalore-Pichavaram Coastal Tract, Tamil Nadu, India.Aquatic Procedia 4:412-418. Globe. Volume 13 (2): 102-111.
Santaularia, D.V., David R.H dan L. Catalina M.H. 2014. Long-Memory and the Sea Level-Temperature Relationship: A Fractional Cointegration Approach. PLoS ONE 9(11):1-12.
Santoso. 2010. Modul Pengolahan Data Elevasi / Ketinggian.
Sihombing, W.H., Suntoyo dan Kriyo S. 2012. Kajian Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Jurnal Teknik ITS. Vol 1: 166-169. ISSN: 2301-9271.
Sostrodarsono, S. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Sulma, Sayidah. 2012. Kerentanan Pesisir Terhadap Kenaikan Muka Air Laut (Studi Kasus : Surabaya dan Daerah Sekitarnya). Tesis. Universitas Indonesia. Depok.
Supriharjo, R. Dewi dan Rangga C.K. 2013. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara. Jurnal Teknik Pomits. Vol 2 (1). ISSN: 2337-3539.
Sutrisno, D., Rizka W, Ibnu S, dan Dadan R. 2011. Pemodelan Spasial Proyeksi Kenaikan Muka Laut Untuk Estimasi Kerentanan Kesehatan.
Taufik, H.A., Siddhi S. dan D.H. Ismunarti. 2015. Studi Pasang Surut Untuk Perubahan Luas Genangan Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Perairan Banyu Urip, Kabupaten Gresik. Jurnal Oseanografi Vol. 4 (1): 171-178.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.
Wahyudi, S. Imam. 2007. Tingkat Pengaruh Elevasi Pasang Surut Terhadap Banjir dan Rob di Kawasan Kaligawe Semarang. Riptek. Volume I No. 1:27-34.
Widyantoro, Bayu T. 2014. Karakteristik Pasang Surut Laut di Indonesia. Jurnal Ilmu Geomatika Vol.20 (1):65-72.
Wyrtki, Klaus. 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters.Scientific Result of Marine Investigations of the South China Sea and the Gulf of Thailand. University of California.
Zakaria, A. 2009. Dasar Teori dan Aplikasi Program Interaktif berbasis Web untuk Menghitung Panjang Gelombang dan Pasang Surut. Magister Teknik Sipil. Universitas Lampung.