analisis cerpen robohnya surau kami « awan sundiawan

21
11/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan 1/21 awan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/  Awa n Sundia wan  Analisi s Cer pen Robo hnya Sura u Kami Desember 20, 2008 — awan sundiawan Latar Belakang Masal ah Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepad a pembacanya . Di antaranya dapat memberi kan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi , mengembangkan pengertian tentang peri laku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat  berkai tan d engan hid up dan kehi du pan manusia s ert a kemanu si aan. Ia bis a beru pa mas alah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih,  bahagia, ke cew a, marah , dan mungki n s aja akan memuja sang to koh at au membencinya.  Ji ka kenyataann ya se pe rti itu , maka jelas lah bah wa sas tra (ce rpe n) te lah be rpe ran s ebagai pemekat, sebagai karikatur dari kenyataan, dan sebagai pengalaman kehidupan, seperti yang diungkapakan Saini K.M. (1989:49). Oleh karena itu, jika cerpen dijadikan bahan ajar di kelas tentunya akan membuat pembelajarannya lebih hidup dan menarik. Tidak hanya itu, kiranya cerpen dengan segala permasalahannya yang universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Apalagi jika cerpen itu dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Seperti halnya kami mencoba mengkaji cerpen yang dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Cerpen yang kami kaji itu adalah sebuah cerpen yang berjudul Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis . Dipilihnya cerpen karya A.A. Navis tersebut bukan tanpa pertimbangan atau alasan sebab cerpen ini memiliki keistimewaan (bagi kami) dibandingkan dengan cerpen A.A.Navis yang lain atau cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain. Keistimewaannya yaitu terletak pada teknik penceritaan A.A.Navis yang tidak biasa pada saat itu. Tidak biasanya karena Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta. Menurut hemat saya hal seperti ini hanya ada dalam cerpen Langit Makin Mendung karya Kipanjikusmin dan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.

Upload: fikri-n-setyawan

Post on 07-Aug-2018

320 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 1/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

1/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

 Awan Sundiawan

 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami

Desember 20, 2008 — awan sundiawan

Latar Belakang Masalah

Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaatkepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan,mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapatmenyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalahperkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dansebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orangyang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekatdengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalamalur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan olehpermasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.

 Jika kenyataannya seperti itu, maka jelaslah bahwa sastra (cerpen) telah berperan sebagaipemekat, sebagai karikatur dari kenyataan, dan sebagai pengalaman kehidupan, seperti yangdiungkapakan Saini K.M. (1989:49). Oleh karena itu, jika cerpen dijadikan bahan ajar di kelastentunya akan membuat pembelajarannya lebih hidup dan menarik.

Tidak hanya itu, kiranya cerpen dengan segala permasalahannya yang universal itu ternyata

menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya.Apalagi jika cerpen itu dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Seperti halnya kamimencoba mengkaji cerpen yang dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Cerpen yangkami kaji itu adalah sebuah cerpen yang berjudul Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.

Dipilihnya cerpen karya A.A. Navis tersebut bukan tanpa pertimbangan atau alasan sebabcerpen ini memiliki keistimewaan (bagi kami) dibandingkan dengan cerpen A.A.Navis yang lainatau cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain. Keistimewaannya yaitu terletak padateknik penceritaan A.A.Navis yang tidak biasa pada saat itu. Tidak biasanya karena Navismenceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara

tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta. Menurut hemat saya hal seperti ini hanya adadalam cerpen Langit Makin Mendung  karya Kipanjikusmin dan cerpen Robohnya Surau Kamikarya A.A. Navis.

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 2/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

2/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

Akan tetapi, kedua cerpen ini tetap berbeda. Cerpennya Kipanjikusmin  muncul denganmembawa kehebohan yang luar biasa di kalangan umat Islam sehingga harus berhadapandengan hukum. Sedangkan cerpennya A.A. Navis muncul dengan membawa kejutan karenaceritanya menyindir pelaksanaan kehidupan beragama secara luar biasa tajamnya. Di dalamcerpen Langit Makin Mendung Tuhan dan malaikat diimajinasikan dengan kuat sekali(meminjam istilah Bahrum Rangkuti dalam Polemik H.B.Jassin, 1972:177). Sedangkan dalamcerpen Robohnya Surau Kami tidak seperti itu. Itulah sebabnya cerpen A.A. Navis tidak pernah

 berhadapan dengan hukum. Selain itu cerpen A.A.Navis ini lebih banyak mengingatkan kitauntuk selalu bekerja keras sebab kerja keras adalah bagian penting dari ibadah kita (SapardiDjoko Damono dalam kata pengantar Novel Kemarau karya A.A.Navis, 1992:vi).

Sementara itu, tujuan umum pengajaran sastra seperti yang tercantum dalam kurikulum 1994yaitu agar siswa mampu menikmati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untukmengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkanpengetahuan dan kemampuan berbahasa. Lalu, di dalam rambu-rambunya pada butir 10ditegaskan pula bahwa pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

siswa untuk mengapresiasikan karya sastra. Kegiatan mengapresiasi nalaran, dan daya khayal,serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Dengan demikian peranpelajaran sastra menjadi sangat penting.

Mengingat perannya yang sedemikian itu, maka terselenggaranya pembe-lajaran sastra yangmenarik dan menyenangkan akan menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Hal inidimungkinkan karena pelajaran seperti ini akan dapat mendidik siswa untuk dapat mengenaldan menghargai nilai-nilai yang dijunjung oleh bangsanya, juga untuk dapat menghargaihidup, menikmati pengalaman orang lain, serta dapat menemukan makna hidup dankehidupan. Bukankah karya sastra (cerpen) itu merupakan miniatur kehidupan manusia di

sekitar pembaca?.

 Jadi, dengan mempelajari cerpen (sastra) berarti siswa diajak untuk mempelajari manusia danlingkungannya. Biasanya siswa akan sangat antusias jika diajak untuk membicarakan ataumendiskusikannya juga akan mengeluarkan segala pengalaman dan pengetahuannya.

Sayangnya, kendala pembelajaran itu sering terletak pada guru. Sebab, masih saja guru yangterlalu mengandalkan LKS (Latihan Kerja Siswa), tidak menyukai sastra, dan tidak bisa memilih bahan ajar yang tepat dan menarik untuk seusia siswa yang dididiknya. Kenyataan inilah yangsering dianggap orang sebagai kegagalan. Gagal karena siswa tidak memiliki daya apresiasi dankepekaan rasa serta tidak menyukai sastra.

Berangkat dari permasalahan yang sudah diuraikan di atas, saya mencoba mengkaji keterkaitancerpen dalam kegiatan pembelajaran dan berusaha menemukan kemungkinan-kemungkinannya cerpen dijadikan bahan ajar di kelas. Dengan harapan, hasil pengkajian inidapat memberikan solusi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaranapresiasi sastra (cerpen).

Identifikasi

Berdasarkan latar belakang di atas, saya mencoba mengidentifikasi masalah sayaan ini.Identifikasi masalahnya sebagai berikut:

Bagaimana unsur intrinsik cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis?

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 3/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

3/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

Apakah cerpen tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan?

Nilai-nilai pendidikan yang bagaimana yang terdapat dalam cerpen tersebut?

  Setiap karya sastra prosa, khususnya cerpen dapat dijadikan bahan ajar dikelas. Lalu upaya-upaya apa saja yang memungkinkan pemilihan bahan ajar itu efektif?

Sinopsis Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis

Cerpen karya A.A. Novis yang mengisahkan seorang kakek Garin, yang meninggal secaramengenaskan yaitu membunuh diri akibat dari mendengar cerita bualan seseorang yang sudahdikenalnya, ternyata cukup memikat siapapun yang membacanya. Karena daya pikat itu,peneliti mencoba mengkajinya dan agar kajian ini, khususnya bab IV ini mudah dipahamiagaknya perlu juga memaparkan sinopsis cerpen Robohnya Surau Kami tesebut. Sinopsisnya ituseperti yang dipaparkan di bawah ini.

Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang

datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hinggakini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebutsebagai Garin.

Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yangmembuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Daripekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue ataurokok.

Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan,

membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannyasendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain,apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan.

Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu,keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjagasurau itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itusebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya.

Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnyasendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batindiserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuhseekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya.Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini samaseperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai.Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal inidengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisaucukur.

Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurusmayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli ataskematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga suraudia tetap pergi bekerja.

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 4/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

4/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

Tinjauan atas Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupatema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapatdalam cerpen Robohnya Surau Kami itu sebagai berikut:

Tema

Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa gagasanpasti dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya itulah yangdisebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan.

Tema atau pokok persoalan cerpen Robohnya Surau Kami sesungguhnya terletak padapersoalan batin kakek Garin setelah mendengar bualan Ajo Sidi. Gambaran ini terletak padahalaman 10 berikut ini.

“Sedari mudaku aku disini, bukan? Tak ku ingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti

orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah.Segala kehidupanku, lahir batin, ku serahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Tak pernah akumenyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusiaterkutuk. Umpan neraka…. Tak ku pikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih penyayang kepada umatNya yang tawakkal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul bedug membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepadaNya. Akubersembahyang setiap waktu. Aku puji-puji dia. Aku baca KitabNya. “Alahamdulillah” kataku bilaaku menerima karuniaNya. “Astaghfirullah” kataku bila aku terkejut. ” Masa Allah bila akukagum.” Apakah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.”

Kemudian pada halaman 16 gambaran itu ditegaskan kembali, yaitu :

“Tidak, kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan diri mu sendiri. Kau takut masukneraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kaum mu sendiri, melupakankehidupan anak istimu sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir selamanya. Inilah kesalahan mu yang terbesar, terlalu egoistis, padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkautak memperdulikan mereka sedikitpun.”

Dengan demikian, jika kita buat kesimpulan atas fakta-fakta di atas maka tema cerpen ini

adalah seorang kepala keluarga lalai itu sehingga masalah kelalaiannya itu akhirnya mampumembunuh dirinya. Dan simpulan temanya itu ternyata bersifat universal. Oleh karena itu,wajarlah kalau cerpen karya A.A. Navis ini diteima oleh setiap orang.

 Amanat 

Di dalam sebuah cerita, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa olehpengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluuh cerita. Gagasan yang mendasari seluruhcerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu. Dengan katalain solusi yang dimunculkan pengaranngnya itu dimaksudkan untuk memecahkan pokok

persoalan, yang didalamnya akan terlibat pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Hal inilahyang dimaksudkan dengan amanat. Dengan demikian, amanat merupakan keinginanpengarang untuk menyampaikan pesan atau nasihat kepada pembacanya.

 Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 5/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

5/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

adalah: “Pelihara, jaga, dan jangan bermasabodoh terhadap apa yang kau miliki.” Hal ini terdapatpada paragraf kelima halaman delapan kalimat yang terakhir. Amanat pokok/utama inikemudian diperjelas atau diuraikan dalam ceritanya. Akibatnya muncullah amanat-amanat lainyang mempertegas amanat utama itu. Amanat-amanat yang dimaksud itu di antaranya:

 Jangan cepat marah kalau ada orang yang mengejek atau menasehati kita karena ada perbuatankita yang kurang layak di hadapan orang lain. Amanat ini dimunculkan melalui ucapan kakek

Garin pada halaman 9.

“Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tetapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lamaaku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak karenanya.Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah bertawakkal kepada Tuhan .…”

dari ucapan kakek Garin itu jelas tegambar pandangan hidup/cita-cita pengarangnya mengenaikarangan untuk cepat marah.

 Jangan cepat bangga akan perbuatan baik yang kita lakukan karena hal ini bisa saja baik di

hadapan manusia tetapi tetap kurang baik di hadapan Tuhan itu. Coba saja tengok pengalamantokoh yang bernama Haji Saleh ketika dia disidang di akhirat sana:

“Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di Neraka itu banyak teman-temannya diduniaterpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya,karena semua orang-orang yang dilihatnya di Neraka itu tak kurang ibadahnya dari dia sendiri.Bahkan ada salah seorang yang telah sampai 14 kali ke Mekkah dan bergelar Syekh pula ( Hlm. 12– 13 ).

Tidak hanya itu saja. Dari gambaran ini terpapar pula amanat lain, yaitu:

 Kita jangan terpesona oleh gelar dan nama besar sebab hal itu akan mencelakakan diripemakainya.

 Jangan menyia-nyiakan apa yang kamu miliki, untuk itu cermati sabda Tuhan dalam cerpen ini:

“…, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua, sedang hartabendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih sukaberkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya,tapi kau malas, kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidakmembanting tulang. Sedang Aku menyuruh engkau semuanya beramal disamping beribadat.Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin .…” (hlm. 15).

 Jangan mementingkan diri sendiri, seperti yang disabdakan Tuhan dalam cerpen ini halaman 16.

”…. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masukneraka, karena itu kau taat bersembahyang, tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri,melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir selamanya. Inilahkesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis, padahal engkau didunia berkaum, bersaudara semuanya,

tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.”

Dan akhirnya amanat (d) dan (e) menjadi kunci amanat yang diinginkan pengarang untukpembacanya. Kedua amanat itu kemudian dirumuskan, seperti yang sudah dituliskan pada bagian awal tentang amanat di atas.

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 6/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

6/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

Latar 

Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tigamacam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.

Latar Tempat

Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, kapal, sekolah,kampus, hutan, dan sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan olehpengarangnya, seperti kota, dekat pasar, di surau, dan sebagainya :

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuanakan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kirasekilometer dari pasar akan sampailah Tan di jalan kampungku. Pada simpang kecil kekanan,simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuantemui sebuah surau tua. Di depannya ada kolan ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah

 pancuran mandi. (hlm. 1 )

Latar Waktu

Latar jenis ini, yang terdapat dalam cerpen ini ada yang bersamaan dengan latar tempat, sepertiyang sudah dipaparkan di atas pada latar tempat atau contoh yang lainnya seperti berikut :

“Pada suatu waktu,” kata Ajo Sidi memulai, “..di Akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang ….” (hlm. 10)

Meskipun begitu, ada juga yang juga yang jelas-jelas menyebutkan soal waktu, misalnya:

 Jika tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kebencian yang bakal roboh ………

Sekali hari aku datang pula mengupah kepada kakek (hlm. 8)

“Sedari mudaku aku di sini, bukan ?….” (hlm.10)

Latar Sosial

Di dalam latar ini umumnya menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, kebiasaannya, cara hidup, dan bahasa. Di dalam cerpen ini latarsosial digambarkan sebagai berikut :

Dan di pelataran surau kiri itu akan tuan temui seorang tua yang biasanya duduk disanadengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun Iasebagai Garim, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek (hlm. 7)

Dari contoh ini tampak latar sosial berdasarkan usia, pekerjaan, dan kebisaan atau cara

hidupnya.

Namun demikian, contoh latar sosial yang menggambarkan kebiasaan yang lainnyayaitu :

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 7/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

7/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

“Kalau Tuhan akan mau mengakui kehilapan – Nya bagaimana ?” suatu suara melengking didalam kelompok orang banyak itu.

“Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Soleh.

…………………………………………………………………………

“cocok sekali, di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita peroleh,” sebuah suaramenyela.

“Setuju. Setuju. Setuju.” Mereka bersorak beramai-ramai (hlm. 13)

Kebiasaan ini tentunya mengisyaratkan kepada kita bahwa tokoh-tokoh yang terlibat dalamdialog ini (hlm.13), termasuk kelompok orang yang sangat kritis, vokal, dan berani. Karenakritik, vokalnya, dan beraninya Dia sering menganggap enteng orang lain dan akhirnyaterjebak dalam kesombongan. Tokoh-tokoh ini menjadi sombong di hadapan Tuhannya padahalapa yang dilakukannya belum ada apa-apanya. Perhatikan pada berikut ini.

Haji soleh yang jadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletardan berirama indah, Ia memulai pidatonya: “O, Tuhan kami yang Mahabesar, kami yangmenghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu.Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu,mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya…”

Akhirnya ada latar sosial lain yang digambarkan dalam cerpen ini meskipun hanyasepintas saja gambaranya itu. Latar sosial ini menunjukkan bahwa salah satu tokoh dalam ceritaini termasuk kedalam kelompok sosial pekerja. Datanya seperti ini.

“Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan AjoSidi yang tidak sedikitpun bertanggung jawab, “dan sekarang ke mana dia ?”

“Kerja”

“Kerja?”tanyaku mengulangi hampa.

“ya.Dia pergi kerja.”

Alur (plot)

Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yangdiceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan hubungan-hubungan konsolitas itu memiliki struktur. Strukturnya itu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagianawal, bagian tengah, dan bagian akhir. Didalam cerpen ini, struktur plot itu dapat diuraikanseperti berikut.

Bagian Awal

Pada bagian awal cerita ini yang terdapat dalam cerpen ini terbagi atas dua bagian, yaitu bagian eksposisi, yang menjelaskan/ memberitahukan informasi yang diperlukan dalammemahami cerita. Dalam hal ini, eksposisi cerita dalam cerpen ini berupa penjelasan tentangkeberadaan seorang kakek yang menjadi garim di sebuah surau tua beberapa tahun yang lalu,seperti yang diungkapkan pada data berikut :

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 8/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

8/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku …. akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di surau dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudahbertahun-tahun ia sebagai garim, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek.

Sebagai penjaga surau, kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekalisejum’at. Sekali enam bulan Ia mendapat seperempat dari hasil pemunggahan ikan mas dari kolamitu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id, tapi sebagai Garim ia tak begitu

dikenal. Ia lebih dikenal sebagai pengasah pisau. Karena Ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu.Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tidak pernah meminta imbalan apa-apa.Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambalsebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadanguang. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum (hlm. 7).

Dan yang kedua adalah sebagai instabilitas (ketidakstabilan), yaitu bagian yang didalamnyaterdapat keterbukaan.

Yang dimaksud di sini adalah cerita mulai bergerak dan terbuka dengan segala

permasalahannya. Perhatikan data berikut :

Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya ….

 Jika Tuan datang sekarang hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari k ian cepat berlangsungnya …. (hlm. 8)

Berdasarkan data ini tampak jelas bahwa yang dimaksud cerita mulai bergerak dantebuka adalah karena informasi ini belum tuntas bahkan menimbulkan pertanyaan, mengapa si

Kakek wafat dan bagaimana hal itu bisa terjadi ? sehingga ketidakstabilan ini memunculkansuatu pengembangan suatu cerita.

Bagian Tengah

Meskipun ketidakstabilan dalam cerita memunculkan suatu pengembangan cerita tetapi bagian tengah tidak dimulai dari ketidakstabilan itu. Justru, bagian tengah dimulai dengan jawaban atas pertanyaan yang muncul, seperti yang disebutkan dalam bagian awal. Jawaban itusedikitnya menggambarkan suatu konplik, bahwa si Kakek wafat karena dongengan yang tak

dapat disangkal kebenarannya. Data untuk ini seperti berikut:

Dan biang keladi dari kecerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkalkebenarannya. (hlm . 8)

Data konflik ini kemudian diperkuat dengan pemunculan tokoh alur yang berniat hendakmengupah si Kakek. Akan tetapi begitu tokoh atau bertemu dengan si Kakek suasananya sangattidak diharapkan.

… Kakek begitu muram. Di sudut benar dia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan

dagunya. Pandangannya sayu kedepan, seolah-olah ada sesuatu yang mengamuk pikirannya. Sebuahblek susu yang berisi minyak kelapa sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukur tuaberserakan di sekitar kaki Kakek. (hlm. 8)

Rupanya si Kakek sedang dicekam konplik

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 9/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

9/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

Konplik ini berkembang menjadi konplikasi manakala tokoh aku menanyakan sesuatuyang berupa pisau kepada si Kakek. Penyebab munculnya konplikasi ini bukan karena pisau itumelainkan pemilih pisau itu. Hal ini terbukti ketika si Kakek menyebutkan nama pemilik pisauitu, dia begitu geramnya bahkan mengancam.

“Kurang ajar dia.” Kakek menjawab.

“ Kenapa ? “

“ Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggorokannya.”(hlm. 9)

Kemarahannya ini demikian hebat, makanya dia mau saja melepaskan kekesalannya denganmenceritakan apa yang dilakukan Ajo Sidi terhadapnya di hadapan tokoh aku. Dia berceritakarena desakan dari dalam batinnya.

Begitu kuat dan hebat. Dia sendiri tak mampu menahannya untuk menyembunyikan apa yang

diceritakan Ajo Sidi. Namun, segala apa yang diungkapkannya di depan tokoh Aku ini tidakmembuatnya merasa ringan. Bahkan mungkin semakin berat dan menekan dada dan batinnya.Akibatnya, klimaks kekecewaan si Kakek berakhir dengan cara yang tragis. Dia nekatmembunuh dirinya sendiri dengan cara menggorok lehernya.

Bagian Akhir 

Bagian terakhir cerita ini ternyata menarik. Menarik karena adanya kejutan (surprise).Kejutannya itu terletak pemecahan masalahnya, yaitu ketika orang-orang terkejut mendapatkansi Kakek garin itu meninggal dengan cara mengenaskan, justru Ajo Sidi menganggap hal itu biasa saja bahkan dia berusaha untuk membelikan kain kafan meskipun hal ini dia pesankan

melalui istrinya. Data berikut menggambarkan hal ini.

 Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia. “Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi.

“Tidak ia tahu Kakek meninggal ?”

“Sudah. Dan ia meniggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis.”

“Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo

Sidi yang tidak sedikitpun bertanggung jawab,” dan sekarang ke mana Dia ?”

“Kerja.”

“Kerja ?” Tanyaku mengulang hampa

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 10/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

10/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

“Ya. Dia pergi kerja.” (hlm. 16-17).

Penyelesaian yang penuh kejutan ini agaknya menyisakan pertanyaan, benarkah AjoSidi orang yang tidak bertanggung jawab? Bukankah perilaku Ajo Sidi yang berusahamenyuruh istrrinya untuk membeli kain kafan itu merupakan suatu bentuk tanggung jawab?Lalu di mana salahnya?

 Jika struktur alurnya seperti di atas maka alur cerpen ini dikelompokkan ke dalam alurregresif atau alur flash back (sorot balik). Dikatakan demikian karena benar-benar bertumpupada kisah sebelumnya, yang oleh tokoh Aku kisah itu diceritakan.

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis.… Dan diujung jalan itu nanti akan Tuan temui sebuah surau tua…. Dan di pelataran kiri surau itu akanTuan temui seorang Tua…. Orang-orang memanggilnya kakek… Tapi kakek ini sudah tidak adalagi sekarang. Ia sudah meninggal…. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah kisahnya (hlm.7-8). Dan besoknya, ketika Akumau turun rumah pagi-pagi istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk. “Siapa yang meninggal?”

Tanyaku kaget.

“Kakek.”

“Kakek?” (hlm.16).

Penokohan

Yang dimaksud dengan penokohan yakni bagaimana pengarang menampilkan perilaku tokoh-tokohnya berikut wataknya. A.A. Navis menampilkan tokoh-tokohnya sebagai berikut.

Tokoh Aku

Tokoh ini begitu berperan dalam cerpen ini. Dari mulutnya kita bisa mendengar kisah siKakek yang membunuh dirinya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau. Pengarangmenggambarkan tokoh ini sebagai orang yang ingin tahu perkara orang lain. Datanya seperti berikut.

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi tidakmembuat bualan tentang kakek ? Dan bualan itukah yang mendurjakan kakek ? Aku ingin tahu.

Lalu aku tanya pada kakek lagi: “Apa ceritanya, kek ?”

Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagikakek : “Bagaimana katanya, kek ?”.(hlm.9).

“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya ceepat-ceepat meninggalkan istriku yangtercengang-cengang. Aku cari AjoSidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu akutanya dia.(hlm.16).

 jo Sidi

Tokoh ini sangat istimewa. Tidak banyak dimunculkan tetapi sangat menentukankeberlangsungan cerita ini . Secara jelas tokoh ini disebut sebagai si tukang bual. Sebutan inimuncul melalui mulut tokoh Aku. Menurut si tokoh Aku, Ajo Sidi disebutkan sebagai si tukang

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 11/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

11/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

 bual yang hebat karena siapa pun yang mendengarnya pasti terpikat. Selain itu bualannyaselalu mengena. Data untuk ini seperti berikut.

….Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemudia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya.Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya

menjadi pemeo akhirnya. Ada-ada saja orang di sekitar kampungku yang cocok dengan watak pelaku- pelaku ceritanya….(hlm.8-9)

.

Dari data ini pula ternyata disebutkan pula bahwa Ajo Sidi orang yang cinta kerja.

c. Si Kakek

Tokoh ini agaknya menjadi tokoh sentral. Dia menjadi pusat cerita. Oleh si pengarang

tokoh ini digambarkan sebagai orang yang mudah dipengaruhi dan gampang mempercayaiomongan orang, pendek akal dan pikirannya, serta terlalu mementingkan diri sendiri dan lemahimannya.

Penggambaran watak seperti ini karena tokoh kakek mudah termakan cecrita Ajo Sidi.Padahal yang namanya cerita tidak perlu ditanggapi serius tetapi bagi si kakek hal itu sepertimenelanjangi kehidupannya. Seandainya si kakek panjang akal dan pikirannya serta kuatimannya tidak mungkin ia mudah termakan cerita Ajo Sidi. Dia bisa segera bertobat dan bersyukur kepada Tuhan sehingga dia bisa membenahi hidup dan kehidupannya sesuai denganperintah tuhannya. Tetapi sayang, dia segera mengambil jalan pintas malah masuk ke pintu

dosa yang lebih besar.

Sedangkan gambaran untuk tokoh si Kakek yang terlalu mementingkan diri sendiridigambarkan melalui ucapanya sendiri, seperti data berikut:

“ Sedari mudaku aku di sini, bukan ? tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga sepertiorang-orang lain, tahu? Tak terpikirkan hidupku sendiri…(hlm.10).

aji Saleh

Tokoh ini adalah ciptaan Ajo Sidi. Pemunculannya sengaja untuk mengejek ataumenyindir orang lain. Dengan begitu wataknya sudah dipersiapkan oleh penciptanya dankarena kemahirannya Ajo Sidi tokoh ini demikian hidup. Secara jelas dan gamblang wataktokoh ini digambarkan sebagai orang terlalu mementingkan diri sendiri.

6. Titik Pengisahan

Yang dimaksud dengan titik pengisahan yaitu kedudukan/posisi pengarang dalam ceritatersebut. Maksudnya apakah, pengarang ikut terlibat langsung dalam cerita iu atau hanyasebagai pengamat yang berdiri di luar cerita.

Di dalam cerpen Robonya Surau Kamii agaknya A.A. Navis memposisikan dirinya dalamcerita ini sebagi tokoh utama atau akuan sertaan sebab secara langsung pengarang terlibat didalam cerita dan ini terasa pada bagian awal cerita.

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 12/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

12/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke Kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuanakan berhenti di dekat pasar….(hlm.7).

Sekali hari Aku datang pula mengupah pada kakek. Biasanya kakek gembira menerimaku, karenaaku suka memberinya uang….(hlm.8).

Akan tetapi, ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh Aku, dan cerita

ini diperolehnya dari Ajo Sidi, maka pengarang sudah memposisikan dirinya sebagai tokoh bawahan. Artinya, pengarang tetap melibatkan diri dalam cerita akan tetapi yang sebenarnya iasedang mengangkat tokoh utama atau berusaha ingin menceritakan tokoh utamanya. Di sinipengarang tetap mengunakan kata “Aku”. Walaupun begitu kata “Aku” ini merupakan kataganti orang pertama pasif.

“Engkau ?”

“Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.”

………………………………………………………………………

lalu, setelah si Kakek menceritakan tentang Haji Saleh –tokoh dongengan Ajo Sidi- ,pengarangkembali ke posisi sebagai tokoh Aku seperti pada bagian awal cerita.

Gaya

Gaya merupakan sarana bercerita. Dengan demikian gaya biasa disebut sebagai carapengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang atau sebagai cara pemakaian bahasaspesifik oleh seorang pengarang. Jadi, gaya merupakan kemahiran seorang pengarang dalam

memilih dan menggunakan kata, kelompok kata, atau kalimat dan ungkapan.

Di dalam cerpen ini ternyata pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakandalam bidang keagamaan (Islam), seperti garin, Allah Subhanau Wataala, Alhamdulillah,Astagfirullah, Masya-Allah, Akhirat, Tawakal, dosa dan pahala, Surga, Tuhan, beribadatmenyembah-Mu, berdoa, menginsyafkan umat-Mu, hamba-Mu, kitab-Mu, Malaikat, neraka,haji, Syekh, dan Surau serta fitrah Id, juga Sedekah.

Selain ini, pengarang pun menggunakan pula simbol dan majas. Simbol yang terdapatdalam cerpen ini tampak jelas pula judulnya, yakni Robohnya Surau Kami. Suaru di sini

merupakan simbol kesucian, keyakinan. Jadi, melalui simbol ini sebenarnya pengarang inginmengingatkan kepada pembaca bahwa kesucian hati atau keyakinan kita terhadap Tuhan danagamanya sudah roboh. Sebab, cukup banyak tokoh-tokoh kita dari berbagai kalangan tidaklagi suci hatinya. Mereka sudah menggadaikannya dengan kedudukan, jabatan, dan pangkat.Mereka tenggelam dalam Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan keegoismeannya. Bahkanada pula yang keyakinannya terhadap Tuhan dan agamanya terlibat luntur-pudar. Mereka initidak hanya tenggelam dalam KKN dan egoisme tetapi juga tenggelam dalam kemunafikan danmaksiat serta dibakar emosi dan dendam demi keakuan dirinya dan kelompoknya.

Sedangkan majas yang digunakan dalam cerpen ini di antaranya majas alegori karena didalam cerita ini cara berceritanya menggunakan lambang, yakni tokoh Haji Saleh dankehidupan di akhirat, atau lebih tepatnya menggunakan majas parabel (majas ini merupakan bagian dari majas alegori) karena majas ini berisi ajaran agama, moral atau suatu kebenaranumum dengan mengunakan ibarat. Majas ini sangat dominan dalam cerpen ini

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 13/21

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 14/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

14/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

1) jangan cepat marah kalau diejek orang,

 jangan cepat bangga kalau berbuat baik,

3) jangan terpesona oleh gelar dan nama besar,

 jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki, dan

 jangan egois.

c. Latar

Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

d. Alur

Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal,

tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir diawal bagian akhir.

e. Penokohan

Tokoh dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan HajiSoleh.

 Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain.

 Ajo Sidi adalah orang yang suka membual

 Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain.

 Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri.

 f. Titik Pengisahan

Titik pengisahan cerpen ini yaitu pengarang berperan sebagai tokoh utama (akuansertaan) sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita. Selain itu pengarang pun

 berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokohaku.

g. Gaya

Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata, dan majas alegori,dan sinisme.

Berdasarkan uraian di atas, maka cerpen Robohnya Surau Kami sangat cocok /layak  jika dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra di SMU, karena bahasa yang digunakannya bisa

dipahami oleh siswa SMU, konflik psikologis tokoh-tokohnya pun tidak terlalu sulit untukdipelajari, selain itu konflik-konflik psikologis yang dimunculkan, masih sesuai denganperkembangan psikologis dan pemikiran siswa SMU, dan latar budaya yang ditampilkannyapun masih tampak umum sehinga siswa yang berlatar belakang budaya Islam, Kristen, Hindu,

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 15/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

15/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

dan Budha pun dapat menerimanya. Selain kriteria ini, guru pun harus membaca terlebihdahulu sebelum pembelajaran dimulai begitu pula dengan siswanya. Namun, jangan sekali-kalimembaca ringkasan cerpen tersebut tanpa pernah membaca cerita itu seluruhnya. Juga, guruharus kreatif ketika sedang membelajarkan siswanya. Misalnya, guru harus mampumembangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa akan isi cerpen tersebut.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis meyarankan sebagai berikut.

1. Saran untuk guru

uru yang sudah berani menetapkan cerpen sebagai bahan pembelajaran sastra harus pulamembacanya berkali-kali agar memahami isinya.

i dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan minat dan rasa ingin tahusiswa terhadap cerita tersebut kemudian mengarahkannya ke dalam pengalaman siswa

sehingga ketika siswa membahas cerita itu, bahasannya benar-benar berdasarkan pengalamansiswa.

emilihan bahan/materi pembelajaran sastra yang berbentuk cerpen sebaiknya mengikuti kriteriayang ada, yaitu bagaimana bahasanya, bagaimana kesesuaian psikologisnya, baik untuk tokohcerita maupun pembacanya yang duduk di tingkat SMU, dan bagaimana latar budaya yangdimunculkan dalam cerita itu ? Tentu saja hal ini dilakukan guru sebelum pembelajaran dimulai.

2. Saran untuk siswa

ebaiknya siswa harus membaca cerpennya secara utuh berkali-kali agar memahami isinya.

elain itu, baca pula buku-buku yang mengulas isi cerpen itu jika ada.

erdiskusilah dengan penuh minat dan perhatian agar manfaat sastra bisa dirasakan

ka mungkin dan sempat, ikutilah setiap seminar atau diskusi sastra di manapun.

DAFTAR PUSTAKA

to, Suharsimi.1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.u, J.S. 1979. Sari Kesusasteraan Indonesia Jilid 2. Bandung: Pustaka Prima.

temen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

 Kebudayaan DKI Jakarta.1994. Metode Penelitian Seni Budaya Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.

 Mursal. 1984. Kesusastraan: Pengantar teori dan sejarah. Bandung: Angkasa.

ti, A. dan Winarto Adiwardoyo.1990. Latihan Apresiasi dan Sastra. Malang: Yayasan A3 Malang.

 , Satyagraha.1984. Cerita Pendek Indonesia 1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa.

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 16/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

16/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

araningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat , edisi ketiga. Jakarta: PT GramediaPustaka Prima.

 Mochtar. 1980. Teknik Mengarang. Jakarta : Kurnia Esa.

i, Suminto A.2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Jogjakarta: Gama Media.

a, Made.1987. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia: Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi.Bandung : Angkasa.

.1989. Teori dan Pembimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU . Jakarta : Erlangga.

Tarigan, Henri Guntur.1993. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Ditulis dalam Artikel, Cerita Rekaan, Cerpen , Dunia Pendidikan, Pendidikan. Kaitkata: A.A.Navis, Agama , Cerpen , Kehidupan Bermasyarakat , Kepercayaan, Robohnya Surau Kami , SastraIndonesia, Unsur Instrinsik Ceren. 55 Komentar »

55 Tanggapan ke “Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami”

1. chumaidi Says:Desember 20, 2008 pada 11:58 pmkalau berbicara sastra, terus teranga saya kurang memahami. tapi ketika melihat judulnya,saya merasa sedih. kesedihan ini, karena cerpen itu sedikit yang saya usahakan fahamisedang menceritan suatu kondisi, dimana di era globalisasi sekarang ini para manusia

semakin lupa dengan status fitrahnya yakni sebagai seorang hampa yang akan sangatmenjijikkan jika tak mau menyembahnya atau setidaknya mengingatnya. hanya itu pakyang bisa saya komentari. maaf jika ternyata malah menyimpang jauh. makasih…..

2. awan sundiawan Says:Desember 21, 2008 pada 6:18 am@chumadi: terima kasih ata apresiasinya, kalau kita sering menyembahnya berarti kita harusmelaksanakan pertintahnya, salah satu pertintahnya adalah kita harus bersosialisasi denganorang-orang sekitar milsanya dengan saling memmbantu, memberi, dsb.

3. erik & my honey Says:Oktober 18, 2009 pada 7:34 pmceritanya sangat menarik

4. noname Says:November 18, 2009 pada 7:30 pmwah bagus banget ini,sangat membantu untuk pembuatan karya tulis,terima kasih posting-annya ^^

5. aninda Says:Februari 26, 2010 pada 6:55 pmmakacie…. bisa bwt tgs sastra saya ^^

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 17/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

17/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

6. vita Says:April 1, 2010 pada 7:05 pmceritanya menarik,bisa buat tugas resensi.thx

7. wahyu Says:April 16, 2010 pada 9:24 pmpendekatan ap yg anda pakaI UNTUK ANALISIS INI

8. mufti sheva ramdlani Says:Mei 19, 2010 pada 7:12 pmanalisis yang detil & tajam.. good luck, lajutkan berkarya

9. Znie Says:Mei 20, 2010 pada 2:22 amthakz…bwt referensi saya… ^^

10. Znie Says:

Mei 20, 2010 pada 2:22 amthankz…bwt referensi saya… ^^

11. Kaka Says:Mei 29, 2010 pada 1:26 pmThx…analisis yang sangat bagus..ijin nge-link utk tulisan tsb ya pak..

12. reni pratiwi Says: Juli 30, 2010 pada 9:01 pmsukron kasir,,saya jadi mudah untuk mencari tugas sastra..

13.  pery Says:Agustus 7, 2010 pada 1:16 pmthanks,,,,,,,,,,,,,,, bisa buat tgas sastra nih!!!!!!!!!!!!!!!

14.  Awan Says:Agustus 7, 2010 pada 2:10 pm@all: terima kasih atas kunjungan dan apresiasinya.

15. amari hudani Says:Agustus 24, 2010 pada 2:48 pmsangat bermanfaat untuk bahan ajar

16. aisyah Says:September 17, 2010 pada 3:25 pmwah wah…bantu bgt nih…mksh…. >.<

17. ayu Says:

Oktober 16, 2010 pada 1:27 pmkeren bgt …. makasih bantu bgt dah .,…,,

18. anita sahara Says:Oktober 24, 2010 pada 11:53 am

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 18/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

18/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

makasiii ya…..

ne pke metod struktural kn???? hm…..

19. neng Says:November 8, 2010 pada 12:23 pmterimakasih atas penjelasan tentang cara menganalisis cerpen yang sangat menarik ini,, (^_^)

20.  yalinda Says:November 24, 2010 pada 2:58 pmkeren……bisa dijadikan referensi nih pak. Makasih banget ya pak….

21. widia cls f  Says:November 30, 2010 pada 4:41 pm bisa jadi pelajaran tuh bagi orang yang selalu mementingkan dirinya sendiri …….

22. elvira junisa Says:

Desember 16, 2010 pada 9:45 amwaw keren bgt

23. izzuddin al faruq Says: Januari 26, 2011 pada 4:58 ammakasih banget , buat tugas sekolah lumayan , nice share

24. wafig Says:Februari 2, 2011 pada 7:38 pmcerpen yang unik, ini menjadi referensi sebab saya sedang menggarap naskah robohnya

surau kami adaptasi dari hermana.

25. alice ajjadweh Says:April 28, 2011 pada 1:00 pmheeeeeeeeeeeeeemmmmmmmmmm

26. wawa Says: Juni 4, 2011 pada 5:47 pmgood

27.  firmanpratama Says: Juli 28, 2011 pada 5:44 pmgood banget..analisisnya bagus nih

28. awan sundiawan Says:Agustus 1, 2011 pada 8:01 pm@all: terima atas kunjungan dan apresiasinya, semoga bermanfaat

29. 4d1t Says:Agustus 4, 2011 pada 7:48 pmterima kasih atas informasinya

30. idrisji,es Says:Agustus 12, 2011 pada 1:34 pm

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 19/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

19/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

sangat menyentuh hati,,,,,,,,,,

31. rara Says:Agustus 25, 2011 pada 1:21 pmmakasih, bisa untuk tugas saya )

32. aaaa Says:

September 1, 2011 pada 11:27 amklo judul lain bisa g`……??

33. iqcha Says:September 10, 2011 pada 2:21 pmsialan, gg bisa di copas !!

34. veea Says:September 24, 2011 pada 3:25 pmizin download yaaa……trimakasih bgt…

sangat membantu

35. Resty Souisa (@Restysouisa) Says:September 26, 2011 pada 4:32 pmMAU MINTA IDENTITAS PENGARANGNYA BUAT TUGAS SEKOLAH

36. Ikiwwwwww Says:September 28, 2011 pada 10:06 ampengarang nya mna? buat tugas nih…..

please………

37. Riza Says:Oktober 10, 2011 pada 8:05 amIzin Copy paste ya pak

38. immabeta Says:November 3, 2011 pada 8:24 amcerpen yang sangat menarik…………………!!!!!!!!!!!!!!

sekaligus membantu saya mengerjakan tugas…makasih ea..

39. bella Says:November 10, 2011 pada 7:18 amassalamualaikumcerpennya bagus dan memikatoh ya tapi kenapa tidak bisa dicopy paste

40. ulfa rakhma wathii Says:

November 24, 2011 pada 7:33 pmwow panjang amat cieh cara menganalisis_x…………..

41. awan sundiawan Says:November 25, 2011 pada 4:56 am

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 20/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

20/21wan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ 

@all: terima kasih atas apresiasinya, mohon maaf ada beberapa pertanyaan yang belum saya jawab.

42. samba Says:Desember 3, 2011 pada 3:55 pmkok istri Ajo Sidi g masu analisi. Gimana tu.?

43. immabeta Says:Desember 4, 2011 pada 5:13 pmmungkin istri si Ajo Sidi tidak terlalu mempengaruhi alur dan isi ceritatersebut………………………….

44. muhammad as'ad Says:Desember 19, 2011 pada 1:42 pmmkasihhhhhhhhhhhh…yah kwan………….aqu copy yah mo di plajari………..makasih

45. awan sundiawan Says:Desember 24, 2011 pada 7:39 pm@all: trims atas apresiasinya.

46. Sarah Nurlita Says: Januari 17, 2012 pada 11:15 amtrima kasih..

 bahan untuk tugas sekolah

47. awan sundiawan Says: Januari 17, 2012 pada 4:50 pm@Sarah Nurlita: sama2, semoga bermanfaat

48.  Mawardi Says:Maret 27, 2012 pada 6:40 amMulai tahun berapa di publikasikan?,

49. vito Says:Mei 7, 2012 pada 2:13 pmMas jujur cerpennya bagus dan maaf nih sebelumnya jangan kebanyakann paragraf karenaitu sangat mengganggu!! tapi cukup informatif.. semoga bermanfaat ya

50. Rifky Says:Mei 8, 2012 pada 11:32 amMas terima kasih ya karena ini sangat membantu

51.  Aldi Says:

Mei 8, 2012 pada 11:34 amMakasih ya mas karena ini membantu pelajaran sekolah :p

52. awan sundiawan Says:Mei 17, 2012 pada 7:25 am

8/20/2019 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami-awan-sundiawan 21/21

1/08/12 Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami « Awan Sundiawan

@Mawardi : novel terserbut sudah lama dipublikasikan@vito: terima kasih atas sarannya, dan trims atas kunjungannya@Rifky, @Aldi : sama2, semoga bermanfaat

53. dewa Says: Juni 7, 2012 pada 11:14 amcceritanya bagus dan sagat bermanfaat

54. luchy Says: Juni 7, 2012 pada 11:16 amaku suka banget dengan erita ini…..perfeck untuk di analisis

55. Lien Herlina Says:Agustus 11, 2012 pada 4:41 amCerpen yang sangat bagus untuk dikaji sebagai salah satu bahan pengajaran sastra disekolah, Cerpen ini sangat bermanfaat untuk menambah khasanah pengetahuan sastra bagipelajar maupun masyarakat umum. Terima kasih ya…

« KTSP: PEMILIHAN BAHAN AJAR

Hari Ibu: Kisah Cinta seorang Ibu pada Anaknya »

Blog pada WordPress.com. Tema: Garland oleh Stefan Nagtegaal and Steven Wittens.