analisis penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa pada cerpen “anak kebanggaan” dalam kumpulan...

24
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kata sastra sering dikenal sebagai tulisan atau karangan yang indah. Misalnya dalam puisi, drama, dan prosa. Menurut KBBI, prosa merupak an karang an yang  bebas (tidak terikat oleh kaidah-kaidah yang terdapat dalam puisi). Prosa dapat dib agi men jadi beb erapa jeni s. Con toh nya ya itu roman, no el, no elet , dan !erp en. Cer pen mer upa kan singka tan dar i !er ita pen dek . "k an tet api , uku ran  panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli. # Karya sastra dibangun oleh unsur-unsur pembangun. $e!ara garis besar, unsur- uns ur pemban gun kar ya sast ra dap at dib agi men jadi dua bagian , ya itu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. %nsur intrinsik adalah unsur-unsur yang (se!ara langsung) turut serta membangun !erita. &  %nsur intrinsik terdiri dari tema, alur (plot), latar, amanat, sudut pandang, gaya bahasa, penokohan, dan per'atakan. a ya ba hasa (  figurative language) mer up akan ba ha sa ki asan atau yang me mpunyai ar ti konotati yang di paka i dalam puisi (karya sastr a) untuk membangki tka n day a bay ang (imajin asi) bag i si pemba! a. *  Menuru t KBBI ,  penokohan adalah merupakan proses, !ara, perbuatan mengelompokkan tokoh- tokoh at au pen!iptaan !i tr a tokoh dalam ka rya sastra. +  $e! ara gar is besa r,  penokohan terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan atau tokoh antagonis, tritagonis, dan protagonis. Per'atakan (karakter) merupakan !ara menggambarkan 'atak-'atak pelaku-pelaku pada karangan ikti. Penuli s memilih pen oko han , per 'at aka n, dan gaya bah asa sebaga i uns ur int rinsik unt uk dia nal isis kar ena unsur-unsur tersebu t mer upa kan uns ur ya ng domi nan dalam !erpen "nak Kebanggaan dari buku kump ul an !erpen  Robohnya Surau Kami  karya ".". /ais. 0leh karena itu, karya tulis ilmiah ini diberi judul "nalisis Penokohan, Per'atakan, dan aya Bahasa dalam Cerpen #  Burhan /urgiya ntoro, Te ori Pengkajian Fiksi (1ogyakarta, &222), hlm. #2. &   Ibid ., hlm. &*. *  ". 3amid 3asan 4ubis, Glosarium Bahasa dan Sastra (Bandung, #55+), hlm. #. +  6im 7edaksi  , Kamus Besar Bahasa Indonesia, 8disi Keempat (9akarta, &22:), hlm. #+;<.  ". 3amid 3asan 4ubis, o! "it ., hlm. #:. #

Upload: dewi-fredlina

Post on 09-Oct-2015

2.354 views

Category:

Documents


117 download

DESCRIPTION

KARYA TULIS ILMIAHDiajukan Guna Memenuhi Syarat Menempuh Ujian Akhir Semester GenapMata Pelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaTahun Pelajaran 2011/2012

TRANSCRIPT

BAB 1

14

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah

Kata sastra sering dikenal sebagai tulisan atau karangan yang indah. Misalnya dalam puisi, drama, dan prosa. Menurut KBBI, prosa merupakan karangan yang bebas (tidak terikat oleh kaidah-kaidah yang terdapat dalam puisi). Prosa dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Contohnya yaitu roman, novel, novelet, dan cerpen. Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Akan tetapi, ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli.

Karya sastra dibangun oleh unsur-unsur pembangun. Secara garis besar, unsur-unsur pembangun karya sastra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik terdiri dari tema, alur (plot), latar, amanat, sudut pandang, gaya bahasa, penokohan, dan perwatakan. Gaya bahasa (figurative language) merupakan bahasa kiasan atau yang mempunyai arti konotatif yang dipakai dalam puisi (karya sastra) untuk membangkitkan daya bayang (imajinasi) bagi si pembaca. Menurut KBBI, penokohan adalah merupakan proses, cara, perbuatan mengelompokkan tokoh-tokoh atau penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Secara garis besar, penokohan terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan atau tokoh antagonis, tritagonis, dan protagonis. Perwatakan (karakter) merupakan cara menggambarkan watak-watak pelaku-pelaku pada karangan fiktif.

Penulis memilih penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa sebagai unsur intrinsik untuk dianalisis karena unsur-unsur tersebut merupakan unsur yang dominan dalam cerpen Anak Kebanggaan dari buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah ini diberi judul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis.1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil untuk karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa pada Cerpen Anak Kebanggaan dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimanakah pembagian tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis?1.2.2 Bagaimanakah perwatakan tokoh-tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis?

1.2.3 Bagaimanakah gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis?

1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan untuk karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa pada Cerpen Anak Kebanggaandalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis yaitu:1.3.1 untuk mengetahui penokohan pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;1.3.2 untuk mengetahui perwatakan tokoh-tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;1.3.3 untuk mengetahui gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.

1.4 Manfaat PenelitianManfaat penelitian dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.1.4.1 Bagi Siswa

a. Siswa dapat memahami dan mempelajari tentang unsur-unsur intrinsik dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, khususnya penokohan, perwatakan, dan, gaya bahasa.b. Siswa dapat menambah wawasan dalam menganalisis cerpen.c. Siswa dapat menambah wawasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

1.4.2 Bagi guru

a. Guru dapat lebih memahami tentang penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.

b. Guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik dalam cerpen.

c. Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam membuat karya tulis ilmiah.

1.4.3 Bagi Pembaca

a. Pembaca dapat mengerti dan memahami penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.b. Pembaca dapat menambah wawasan dalam menganalisis cerpen

1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dari karya tulis ilmiah berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis dibuat untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam menafsirkan judul dari karya tulis ilmiah ini. Definisi operasional dari karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.1.5.1 AnalisisAnalisis berarti penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb) atau penguraian suatu pokok atas berbagai bagian-bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

1.5.2 PenokohanPenokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam karya sastra.

1.5.3 PerwatakanPerwatakan (karakter) merupakan cara menggambarkan watak-watak pelaku-pelaku pada karangan fiktif.

1.5.4 Gaya Bahasa

Gaya bahasa (figurative language) merupakan bahasa kiasan atau yang mempunyai arti konotatif yang dipakai dalam puisi (karya sastra) untuk membangkitkan daya bayang (imajinasi. bagi si pembaca.

Dari pengertian-pengertian di atas, definisi operasional dari karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis adalah penguraian unsur intrinsik penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan yang terdapat pada kumpulan buku kumpulan cerpen yang berjudul Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Karya sastra dibangun atas unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur intrinsik meliputi: tema, amanat, latar, alur, sudut pandang, penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa. Dalam karya tulis ilmiah ini, unsur intrinsik yang akan dipaparkan secara mendetail adalah unsur penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa. Ketiga unsur intrinsik tersebut diuraikan sebagai berikut.

2.1 Penokohan

Penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik yang dianalisis secara mendetail dalam karya tulis ilmiah ini. Berikut merupakan uraian penokohan secara lebih mendetail.2.1.1 Definisi Penokohan

Penokohan adalah suatu proses untuk menggambarkan citra seseorang dalam suatu karya sastra. Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada istilah tokoh atau perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan serta bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

2.1.2 Jenis-Jenis Pembagian Tokoh

Dalam sebuah karya sastra, tokoh dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Pembagian ini berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan seseorang.

a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Jika dilihat dari segi peranan dan tingkat kepentingannya, tokoh-tokoh dalam cerita dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: tokoh utama yang disebut juga main character atau central character dan tokoh tambahan atau peripheral character.

Tokoh utama adalah tokoh yang penting dan ditampilkan terus menerus sehingga mendominasi sebagian besar cerita. Tokoh utama dalam sebuah cerita bisa lebih dari satu meskipun kadar kutamaannya tidak selalu sama. Tokoh utama adalah tokoh yang sangat menentukan keseluruhan alur dan perkembangan plot. Ia selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain dan selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sesekali atau dalam porsi yang pendek. b. Tokoh Antagonis, Protagonis, dan TritagonisJika dilihat dari fungsi penampilan seorang tokoh dalam pengembangan plot suatu cerpen, tokoh-tokoh dalam cerpen dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: tokoh antagonis, protagonis, dan tritagonis. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis biasanya diceritakan sebagai tokoh yang jahat dan menjadi oposisi dari tokoh protagonis. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita. Oleh karena itu, para pembaca sering berempati kepada tokoh protagonis. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang tidak mempengaruhi jalannya cerita secara langsung tetapi ada dan dibutuhkan. Tokoh tritagonis tidak terlalu disoroti dan hanya ditampilkan sesekali saja dalam cerpen.2.2 PerwatakanPerwatakan merupakan salah satu unsur intrinsik yang dianalisis secara mendetail dalam karya tulis ilmiah ini. Berikut merupakan uraian perwatakan secara lebih mendetail.

2.2.1 Definisi Perwatakan

Perwatakan (karakter) merupakan cara menggambarkan watak-watak pelaku-pelaku pada karangan fiktif. Perwatakan menunjukkan sifat dan sikap para tokoh dalam cerita seperti yang ditafsirkan oleh pembaca. Perwatakan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.2.2.2 Teknik Pelukisan Tokoh

Dalam penokohan, teknik pelukisan tokoh juga memegang peranan yang penting. Tokoh-tokoh dalam cerita beserta wataknya masing-masing harus dilukiskan secara tepat sehingga mampu menciptakan dan mendukung perkembangan alur cerita. Teknik pelukisan tokoh dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu: teknik pelukisan secara langsung atau teknik ekspositori dan teknik pelukisan secara tidak langsung atau teknik dramatik. Meskipun memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, kedua teknik pelukisan tokoh ini tidak dapat digunakan sendiri-sendiri. Kedua teknik ini saling melengkapi karena kekurangan dari masing-masing teknik dapat ditutupi dengan teknik yang lain. Berikut adalah uraian dari keua teknik tersebut secara lebih mendetail.

a. Teknik Pelukisan Tokoh Secara Langsung atau Teknik Ekspositori

Dalam teknik pelukisan tokoh secara langsung atau teknik ekspositori, pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung kepada pembaca. Teknik ini disebut juga dengan teknik analitis. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kehadirannya yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. Kelebihan dari teknik ini adalah pelukisan tokohnya bersifat sederhana. Pengarang dapat dengan cepat dan singkat dapat mendeskripsikan seorang tokoh dalam cerita. Pembaca juga akan dengan mudah memahami ciri-ciri tokoh tanpa harus menafsirkannya terlebih dahulu. Namun, dalam teknik ini pembaca kurang dilibatkan untuk berperan secara aktif-imajinatif dan hal itu dapat dipandang sebagai pembodohan terhadap pembaca. Kelemahan yang lain adalah penuturannya bersifat mekanis dan kurang alami.

b. Teknik Pelukisan Tokoh Secara Tidak Langsung atau Teknik Dramatik

Dalam teknik pelukisan tokoh secara tidak langsung atau teknik dramatik, pengarang tidak mendeskripsikan sifat dan tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan (menyiasati) para tokoh untuk menunjukkan kehadirannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal (lewat kata) maupun nonverbal (lewat tindakan atau tingkah laku), dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Dalam teknik ini pembaca dapat terdorong untuk melibatkan diri secara aktif, kreatif, dan imajinatif. Kelebihan yang lain adalah sifatnya lebih sesuai dengan situasi kehidupan nyata. Namun, penggunaan teknik ini dinilai kurang ekonomis karena pelukisan sifat, watak, dan tingkah laku tokoh memerlukan banyak kata dan dengan berbagai bentuk yang cukup panjang.

Penampilan tokoh dalam suatu karya fiksi dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk. Wujud penggambaran teknik dramatik antara lain: teknik cakapan, yaitu dengan percakapan antar tokoh; teknik tingkah laku, yaitu dengan menunjukkan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tokoh yang bersangkutan; teknik pikiran dan perasaan, yaitu dengan menunjukkan jalan pikiran dan perasaan yang dirasakan tokoh tersebut; teknik arus kesadaran, yaitu dengan menggambarkan tanggapan indera yang bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan dan asosiasi-asosiasi acak; teknik reaksi tokoh, yaitu dengan menunjukkan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain dari luar diri tokoh yang bersangkutan; teknik reaksi tokoh lain, yaitu dengan menggambarkan reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh tersebut yang dapat berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain; teknik pelukisan latar, yaitu dengan melukiskan keadaan latar di sekitar tokoh yang dapat menimbulkan kesan tertentu terhadap tokoh tersebut; dan teknik pelukisan fisik, yaitu dengan menunjukkan keadaan kejiwaan yang dikaitkan dengan keadaan fisik tokoh tersebut yang dapat menunjukkan sifat tertentu pada suatu tokoh.

2.3 Gaya BahasaGaya bahasa merupakan salah satu unsur pembangun karya sastra. Gaya bahasa juga sangat mempengaruhi jalannya cerita dalam suatu cerpen. Berikut adalah uraian dari gaya bahasa.

2.3.1 Definisi Gaya Bahasa

Gaya bahasa (figurative language) merupakan bahasa kiasan atau yang mempunyai arti konotatif yang dipakai dalam puisi (karya sastra) untuk membangkitkan daya bayang (imajinasi) bagi si pembaca. Gaya bahasa banyak dipakai untuk memberi penekanan atau mempertegas suatu maksud atau arti dalam suatu kalimat. Berikut adalah beberapa gaya bahasa yang dipakai dalam karya tulis ilmiah ini.a. Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Contoh: bunga bangsa, buah hati, cindera mata, dan lain-lain.b. Simile

Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Artinya simile langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Simile selalu menggunakan kata-kata: seperti, sama, bagaikan, laksana, layaknya, dan sebagainya. Contohnya: bagai duri dalam daging, matanya seperti bintang timur, dan lain-lain.c. LitotesLitotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Litotes memberi kesan untuk merendahkan diri. Contohnya: silahkan makan seadanya, dan lain-lain.d. Pleonasme atau Tautologi

Pleonasme atau tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak dari yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Contohnya: saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri, dan lain-lain.e. HiperbolaHiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Contoh: Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir meledak, dan lain-lain.

f. Paradoks

Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Contoh: Musuh sering merupakan kawan yang akrab, dan lain-lain.

g. Personifikasi

Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Contoh: nyiur melambai, angin yang meraung, dan lain-lain.BAB 3. METODE PENELITIANMetode penelitian digunakan sebagai alat untuk menganalisis objek penelitian dalam karya tulis ilmiah ini. Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini meliputi: (1) rancangan penelitian, (2) metode pengumpulan data, (3) metode analisis data, dan (4) prosedur penelitian.

3.1 Rancangan Penelitian

Pada karya tulis ilmiah ini penulis menganalisis penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Untuk menganalisis penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam karya tulis ilmiah ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Untuk menganalisis unsur penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, penulis menggunakan metode kepustakaan atau dokumentasi. Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode kepustakaan atau dokumentasi karena data-data yang digunakan berupa kata-kata yang memperjelas dan mengkonkretkan jalan cerita. Metode kepustakaan adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka baik berupa buku maupun informasi dari berbagai sumber. 3.3 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam karya tulis ilmiah ini, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 3.4 Prosedur Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis ini penulis melakukan langkah-langkah berikut:

3.4.1 membaca dan memahami buku pedoman pembuatan karya tulis ilmiah yang dibuat oleh Tim Penulis Karya Tulis Ilmiah SMAK Santo Paulus Jember tahun 2012;

3.4.2 membaca cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;

3.4.3 mencari topik yang akan dianalisis yaitu penokohan, perwatakan dan gaya bahasa pada cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;

3.4.4 mencari sumber referensi yang bisa digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis;

3.4.5 membaca kembali serta mencatat hal-hal penting yang akan mendukung topik yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis;

3.4.6 mengkonsultasikan topik yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini dengan guru pembimbing;

3.4.7 mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk menganalisis unsur penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;

3.4.8 mengklasifikasi data yang mendukung analisis unsur penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;

3.4.9 menganalisis data pada cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;

3.4.10 menuangkan hasil analisis data ke dalam karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis;

3.4.11 menunjukan karya tulis ilmiah kepada guru pembimbing guna untuk mendapatkan kritik dan saran untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini

3.4.12 merevisi hasil karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis;

3.4.13 menyusun kembali karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis yang telah direvisi menjadi karangan yang utuh dan sempurna.

BAB 4. PEMBAHASANBerdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, unsur penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.

4.1 Pembagian Tokoh pada Cerpen Anak Kebanggaan dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis

Tokoh-tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis dapat dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

4.1.1 Tokoh Utama

Tokoh utama pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah Ompi dan Indra Budiman. Uraian tentang kedua tokoh tersebut adalah sebagai berikut.

a. Ompi

Cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis menceritakan tentang bagaimana kasih sayang dan penantian Ompi terhadap anaknya yang berada di Jakarta untuk melanjutkan sekolah. Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, tokoh Ompi diceritakan terus-menerus dari awal hingga akhir cerita. Oleh karena itu, tokoh Ompi termasuk tokoh utama.

b. Indra Budiman

Indra Budiman merupakan anak Ompi yang disekolahkan di Jakarta. Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, tokoh Indra Budiman juga diceritakan terus-menerus dari awal hingga akhir cerita. Oleh karena itu, tokoh Indra Budiman termasuk tokoh utama.

4.1.2 Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah tokoh aku dan orang-orang kampung Ompi. Berikut adalah uraian dari kedua tokoh berikut.a. Tokoh Aku

Tokoh Aku merupakan seseorang yang tinggal sekampung dengan Ompi. Tokoh Aku baru muncul pada pertengahan cerita. Oleh karena itu, tokoh Aku termasuk tokoh tambahan.

b. Orang-orang kampung Ompi

Orang-orang kampung Ompi tidak diceritakan secara mendetail, hanya sesekali muncul untuk mendukung jalannya cerita. Oleh karena itu, orang-orang kampung Ompi termasuk tokoh tambahan.

4.2 Perwatakan Tokoh pada Cerpen Anak Kebanggaan dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis

Perwatakan tokoh-tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis digambarkan dengan teknik ekpositori dan teknik dramatik karena sifat-sifat para tokohnya diceritakan secara langsung maupun tidak langsung (melalui percakapan antar tokoh). Adapun perwatakan tokoh-tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.

4.2.1 Ompi

Ompi adalah seorang pensiunan. Ia pernah bekerja sebagai klerk di sebuah kantor residen. Istrinya telah lama meninggal. Ia hanya mempunyai seorang anak laki-laki yang diberinya nama Indra Budiman. Watak Ompi dalam cerpen Anak Kebanggaan adalah sangat menyayangi anaknya, sombong, mudah tersinggung, gegabah, dan tidak sabar. Berikut adalah uraian dari watak-watak Ompi.

a. Sangat menyayangi anaknya

Bukti:

1. Semenjak istrinya meninggal dua belas tahun berselang, perhatiannya tertumpah kepada anak tunggalnya, laki-laki.

2. Tapi karena sayang pada anak, ia terima juga nama itu, asal ditambah di belakangnya dengan Indra Budiman itu.

b. Sombong

Bukti:

1. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti merupa jadi kenyataan. Dia yakin itu, bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya sekarang. Atau salah satu titel yang mentereng lainnya.

2. Ia yakinkan kepada para tetangganya akan cita-citanya yang pasti akan tercapai itu. Ah, aku lebih merasa berduka cita lagi, karena belum sanggup menghindarkankemalangan ini. Coba kalau anakku, Indra Budiman, sudah jadi dokter, si mati ini akan pasti dapat tertolong, katanya bila ada orang yang meninggal setelah lama menderita sakit. Dan kalau Ompi melihat orang membuat rumah, lalu ia berkata: Ah sayang. Rumah-rumah orang kita masih kuno arsitekturnya. Coba kalau anakku, Indra Budiman, sudah menjadi insinyur, pastilah ia akan membantu mereka membuat rumah yang lebih indah.

3. Semenjak Indra Budiman berangkat ke Jakarta, Ompi bertambah yakin, bahwa setahun demi setahun segala cita-citanya tercapai pasti.

4. Sifat keangkuhannya mudah tersinggung.

c. Mudah tersinggung

Bukti:

1. Ke sekolah? Kenapa ke sekolah dia? Ompi merasa tersinggung.

2. Sifat keangkuhannya mudah tersinggung.

3. Kedatangan seorang dokter dipandangnya sebagai suatu sindiran, bahwa anaknya masih juga belum berhasil menjadikan cita-citanya tercapai.

4. Malah ia memaki dan menuduh semua manusia iri hati akan kemajuan yang dicapai anaknya.

5. Bahkan bukan kepalang meradangnya Ompi, jika ia tahu orang-orang mengawinkan anak gadisnya yang cantik tanpa mempedulikan Indra Budiman lebih dulu.

d. Gegabah

Bukti:

1. Oooo, perkara uang? Mengapa tiga ribu, lima ribu akan kukirim, Anakku. Mengapa tidak?

2. Dan segera ia mengirim uang lebih banyak, tanpa memikirkan segala akibatnya.

3. Untuk membuktikan kebenaran suratnya, Ompi mengirimkan foto gadis yang kebetulan ada padanya. Tidak peduli ia, apa foto itu gambar dari gadis yang sudah kawin atau bertunangan. Bahkan juga tidak peduli ia apa gadis itu sudah meninggal.

e.Tidak sabar

Bukti:

1. Dan ia menunggu dengan hati yang disabar-sabarkan.

2. Dan semenjak itu Ompi kurang punya kesabaran oleh kelambatan jalan hari.

3. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah juga menanti surat dari anaknya.

4. Pasai ia menunggu, dikiriminya surat. Ditunggunya beberapa hari. Tapi tak datang balasan. Dikiriminya lagi. Ditunggunya. Juga tak berbalas. Ditunggu. Selalu tak berbalas. Bulan datang, bulan pergi, Ompi tinggal menunggu terus.

4.2.2 Indra Budiman

Indra Budiman adalah anak Ompi satu-satunya. Oleh karena itu Ompi sangat sayang kepadanya. Meskipun dalam cerita tokoh Indra Budiman hanya digambarkan secara tidak langsung, tapi watak dari tokoh Indra Budiman dapat terlihat dengan jelas. Indra Budiman memiliki watak yang suka berbohong dan bejat. Berikut adalah uraian dari watak Indra Budiman.

a. Suka berbohong

Bukti:

1. Jika dulu si anak yang berbohong, si ayah yang percaya, maka kini si ayah yang menipu, si anak yang percaya.

2. Ternyata setiap semester Indra Budiman mengirim rapor sekolahnya dengan angka-angka yang baik sekali. Dan setiap tahun ia naik kelas. Hanya dalam tempo dua tahun, Indra Budiman menamatkan pelajarannya di SMA seraya mengantungi ijazah yang berangka baik.

b. Bejat

Bukti:

1. Lupa ia bahwa semua mata orang kampungnya yang tinggal di Jakarta selalu saja mempercermin hidupnya yang bejat.

4.3 Gaya Bahasa pada Cerpen Anak Kebanggaan dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. NavisPada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau Kami, A. A. Navis menggunakan enam jenis gaya bahasa yaitu metafora, simile, pleonasme atau tautologi, hiperbola, paradoks, dam personifikasi. Keenam gaya bahasa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

4.3.1 Metafora

Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau Kami, gaya bahasa metafora digunakan sebanyak lima kali. Penggunaan gaya bahasa metafora pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.

Bukti:

a. Hatinya akan kecil bila dipanggil lain.

b. Ketika tersiar pula kabar, bahwa ada seorang Ismail terhukum karena maling dan membunuh, Ompi naik pitam.

c. Sekarang kau diomongi orang-orang yang busuk mulut, Anakku.

d. Dan oleh seleranya yang patah, Ompi bertambah menderita jua.

e. Kuceritakan dengan hati yang kecut.

4.3.2 Simile

Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau Kami, gaya bahasa simile digunakan sebanyak enam kali. Penggunaan gaya bahasa simile pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.

Bukti:

a. Nama anaknya seolah ikut tercemar.

b. Dan semenjak itu Ompi kurang punya kesabaran oleh kelambatan jalan hari. Seperti calon pengantin yang sedang menunggu hari perkawinan.

c. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah juga menanti surat dari anaknya. Layaknya macan lapar yang terkurung menunggu orang memberikan daging.

d. Ia merasa seperti bermimpi dan tubuhnya serasa seringan kapas yang melayang ditiup angin.

e. Seluruh hidupnya bagai jadi meredup seperti lampu kemersikan sumbu.

f. Sedangkan di waktu lain Ompi seolah tidak peduli pada segalanya.

4.3.3 Pleonasme atau tautologi

Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau Kami, gaya bahasa pleonasme atau tautologi digunakan sebanyak dua kali. Penggunaan gaya bahasa pleonasme atau tautologi pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.

Bukti:

a. Dan pada suatu hari yang sudah terpilih menurut kepercayaan orang tua-tua, yakni ketika bulan sedang mengambang naik, Ompi mengadakan kenduri.

b. Tapi semua orang tahu, bahkan tidak menjadi rahasia lagi bahwa cita-cita Ompi hanyalah akan menjadi mimpi semata.

4.3.4 Hiperbola

Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau Kami, gaya bahasa hiperbola digunakan sebanyak empat kali. Penggunaan gaya bahasa hiperbola pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.

Bukti:

a. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti merupa jadi kenyataan.

b. Bacakan pelan-pelan. Biar sepatah demi sepatah bisa menjalari segala saraf-sarafku

c. Dalam kegugupan kususun sebuah taruhan jiwa dan sesalan bagi selama hidupku.

d. Sehingga ledakan kegembiraan ini tak membunuhku.

4.3.5 Paradoks

Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau Kami, gaya bahasa paradoks digunakan sebanyak dua kali. Penggunaan gaya bahasa paradoks pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.

Bukti:

a. Ketika Ompi membaca surat anaknya yang memberitakan kemajuannya itu, air mata Ompi berlinang kegembiraan.

b. Pada suatu hari terjadilah apa yang kuduga bakal terjadi. Tapi tak kuharapkan berlangsungnya.

4.3.6 Personifikasi

Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau Kami, gaya bahasa personifikasi digunakan sebanyak empat kali. Penggunaan gaya bahasa personifikasi pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.

Bukti:

a. Maka darah Ompi kencang berdebar.

b. Dan telegram itu jatuh dan terkapar di pangkuannya.

BAB 5. PENUTUPSetelah melakukan analisis terhadap penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap penokohan, perwatakan dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.

5.1.1Pembagian tokoh dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yaitu tokoh Ompi dan Indra Budiman sebagai tokoh utama dan tokoh Aku dan orang kampung Ompi sebagai tokoh tambahan.5.1.2Watak tokoh Ompi dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sangat menyayangi anaknya, sombong, mudah tersinggung, gegabah, dan tidak sabar. Sedangkan watak tokoh Indra Budiman yaitu suka berbohong dan bejat.

5.1.3Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah metafora, simile, pleonasme atau tautologi, hiperbola, paradoks, dan personifikasi.

5.2 Saran

Setelah melakukan analisis terhadap penokohan, perwatakan dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang bisa menjadi masukan dan pengatahuan baik bagi guru, siswa, dan pembaca. Adapun beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut.5.2.1 Bagi Siswa

Siswa dapat lebih menghargai karya sastra dan dapat menganalisis penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam suatu karya sastra dengan lebih baik

5.2.2 Bagi Guru

Guru dapat membimbing siswa untuk memahami penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa yang terdapat dalam suatu karya sastra5.2.3 Bagi PembacaPembaca dapat lebih menghargai karya sastra dan dapat memahami penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam suatu karya sastra

DAFTAR PUSTAKAAminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang.Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lubis, A. Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.Navis, A.A. 2009. Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Sudjiman, Panuti (ed). 1984. Kamus Istilah Karya Sastra. Jakarta: GramediaTim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa. Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balasi Pustaka.

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta, 2000), hlm. 10.

Ibid., hlm. 23.

A. Hamid Hasan Lubis, Glosarium Bahasa dan Sastra (Bandung, 1994), hlm. 155.

Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat (Jakarta, 2008), hlm. 1476.

A. Hamid Hasan Lubis, op. cit., hlm. 158.

Tim Redaksi, op.cit., hlm. 58.

Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Karya Sastra (Jakarta, 1984), hlm. 58.

A. Hamid Hasan Lubis, op. cit., hlm. 158.

Ibid., hlm. 155.

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta, 2000), hlm 166.

Ibid., hlm. 179.

Ibid., hlm. 178.

A. Hamid Hasan Lubis, Glosarium Bahasa dan Sastra (Bandung, 1994), hlm. 158.

Ibid., hlm. 195.

Ibid., hlm. 198.

A. Hamid Hasan Lubis, Glosarium Bahasa dan Sastra (Bandung, 1994), hlm. 155.

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta, 2007), hlm. 139.

Ibid., hlm. 138.

Ibid., hlm 132.

Ibid., hlm. 133.

Ibid., hlm. 135.

Ibid., hlm. 136.

Ibid., hlm. 140.

Iyha, Cara Menulis Makalah, http://carapedia.com/menulis_makalah_info2121.html (30 Maret 2012).

Aminuddin, Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra (Malang: 1990), hlm. 14.

A. A. Navis, Robohnya Surau Kami (Jakarta: 2009), hlm. 15.

Ibid.

Ibid., hlm. 16.

Ibid.

Ibid.

Ibid., hlm. 17.

Ibid., hlm. 19.

Ibid., hlm. 18.

Ibid., hlm. 19.

Ibid., hlm. 23.

Ibid., hlm. 17.

Ibid., hlm. 19.

Ibid., hlm. 17

Ibid.

Ibid., hlm. 20.

Ibid., hlm. 16.

Ibid., hlm. 17.

Ibid., hlm. 20.

Ibid., hlm. 21.

Ibid., hlm. 20.

Ibid., hlm. 17.

Ibid., hlm. 20.

Ibid., hlm. 15.

Ibid.

Ibid., hlm. 17.

Ibid., hlm. 21.

Ibid., hlm. 23.

Ibid., hlm. 15.

Ibid., hlm. 17.

Ibid., hlm. 20.

Ibid., hlm. 21.

Ibid.

Ibid., hlm. 22.

Ibid., hlm. 15.

Ibid., hlm. 17.

Ibid., hlm. 16.

Ibid., hlm. 25.

Ibid.

Ibid.

Ibid., hlm. 17.

Ibid., hlm. 23.

Ibid., hlm. 21.

Ibid., hlm. 26.

1PAGE