pembahasan pipetasi
Post on 16-Oct-2015
101 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
5/26/2018 pembahasan pipetasi
1/3
Pada praktikum ini dilakukan pengujian sampel dengan membandingkan ketelitian penggunaan
pipet piston dan pipet gelas serta pengukuran konsentrasi sampel dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian mana
yang lebih baik antara pipet piston dan pipet gelas, yang mana akan berpengaruh pada
pengukuran spektrofotometer konsentrasi sampel. Sampel yang digunakan adalah KMNO4.
Alasan penggunaan kalium permanganat karena sampel tersebut memiliki serapan maksimum
pada panjang gelombang 546 nm sehingga mudah dalam pengukurannya. Salah satu hal yang
penting di ingat adalah untuk menganalisis secara spektrofotometri UV-VIS diperlukan panjang
gelombang maksimal. Alasan panjang gelombang harus maksimal, yaitu :
1. Pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap
konsentrasi adalah yang paling besar.
2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi
tersebut hokum Lambert beer akan terpenuhi.
Prinsip dari praktikum ini adalah hukum Lambert Beer, dimana menyebutkan bahwa besarnya
serapan (absorbansi) berbanding lurus dengan konsentrasi sampel yang diukur. Semakin tinggi
konsentrasi sampel yang diukur maka absorbansi yang dihasilkan akan tinggi juga.
Tahap awal dari praktikum ini adalah pembuatan larutan KMNO4 dengan konsentrasi 50 ppm.
Pembuatan larutan kalium permanganat ini dengan cara melarutkan 0,005 gram kalium
permanganat dalam 100 ml aquadest. Selanjutnya larutan kalium permanganat tersebut
diencerkan dengan konsentrasi 100 l, 200 l, 300 l, 400 l, dan 500 l. Proses pengenceran
dimasukkan langsung ke dalam kuvet dengan menggunakan pipet piston dan pipet gelas.
Penggunaan pipet pada tahap pengenceran ini yang akan menjadi parameter perbandinganketeliatian kedua alat tersebut. Kuvet yang berisi hasil pengenceran sampel (kalium
permanganat) diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 546 nm. Saat pengukuran pastikan panjang gelombangnya 546 nm, karena panjang
gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk kalium
permanganat.Kemudian dicatat absorbansi yang diperoleh dan dibuat grafik konsentrasi terhadap
absorbansi serta menentukan batas kontrol dan batas toleransi. Percobaan ini dilakukan dua kali
(duplo).Dari data yang di dapatkan ini kita dapat menghitung simpangan bakunya dan koefisien
variasinya.
Dari hasil pengujian yang di lakukan dengan menggunakan pipet gelas di dapatkan rata-ratahasil absorbansi dari larutan KMnO4 dengan konsentrasi 100 l adalah 0,048. Pada
konsentrasi 200 l rata-rata absorbansinya adalah 0.082. Konsentrasi 300 l rata-rata
absorbansinya adalah sebesar 0.1285. pada larutan dengan konsentrasi 400 L absorbansinya
adalah 0.176. dan untuk konsentrasi 500 l besar absorbansinya adalah 0.222. Sedangkan larutan
KMnO4 yang dipipet dengan menggunakan pipet piston saat diukur absorbansinya, larutan
dengan konsentrasi 100 l rata-rata absorbansinya adalah 0,0415. Pada konsentrasi 200 l rata-
-
5/26/2018 pembahasan pipetasi
2/3
rata absorbansinya adalah 0,054. Pada konsentrasi 300 l didapatkan rata-rata
absorbansinya adalah sebesar 0.153. Pada larutan dengan konsentrasi 400 L nilai rata-rata
absorbansi yang diperoleh adalah sebesar 0.168. Dan pada konsentrasi 500 L nilai rata-rata
absorbansinya adalah 0.2885. Dari data yang di
dapatkan ini dapat dihitung simpangan bakunya dan koefisien variasinya.
Standar deviasi dari yang menggunakan pipet gelas dengan konsentrasi 100 l adalah
0.0028 dan koefisien variasinya adalah sebesar 5.892, sedangkan yang menggunakan pipet
piston standar deviasinya adalah 0.0067 dan koevisien variasinya adalah 1.703. Larutan
konsentrasi 200 l dengan menggunakan pipet gelas standar deviasinya adalah 0.0056 dan
koefisien variasinya adalah 6.829 sedangkan yang menggunakan pipet piston besar standar
deviasinya adalah 0.0056 dan koefisien variasinya 10.37 Larutan konsentrasi 300 l dengan
menggunakan pipet gelas standar deviasinya adalah 0,004947 dan koefisien variasinya adalah
3.8519 sedangkan yang menggunakan pipet piston besar standar deviasinya adalah 0,0311 dankoefisien variasinya 20,3351. Sampel dengan konsentrasi 400 l pada pipet gelas besar standar
deviasinya adalah 0.024 dan koefisien variasinya adalah 13.64 sedangkan yang menggunakan
pipet piston besar standar deviasinya adalah 0.0014 dan koefisien variasinya 0.83. sampel
dengan konsentrasi 500 l pada pipet gelas besar standar deviasinya adalah 0.00424 dan
koefisien variasinya adalah 1.91 sedangkan yang menggunakan pipet piston besar standar
deviasinya adalah 0,0035 dan koefisien variasinya 1.53.
Dari praktikum yang telah dilakukan secara umum pada pengenceran 5 ketelitian pipet
piston lebih baik. Hal ini dikarenakan tingkat ketelitian pada pipet piston jauh lebih baik, karena
pada pipet piston sudah ada pengaturan volume yang akan diambil sehingga sudah terkalibrasi
dengan baik. Namun, jika penggunaan pipet piston masih salah maka hasilnya tidak optimal atau
volume yang diambil tidak sesuai. Agar penggunaan pipet piston optimal, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan seperti:
Konsistenspeeddan kelancaran saat menekan dan melepaskan tombolnya Konsisten tekanan padaplungerpada pertama Konsisten dan cukup saat memasukkan tipke dalam cairan Posisitippada cairan Posisinya Hampir Vertikal dari pipet Menghindari semua gelembung udara Tidak pernah meletakkan pada side pipet atau pipet membalikkan jika cairan di ujung.
Pada pipet gelas, tergantung pada pembacaan skala. Orang yang menggunakan pipet
(praktikan) sangat berpengaruh dengan hasil yang didapat. Pada pipet gelas harus tepat dalam
-
5/26/2018 pembahasan pipetasi
3/3
pembacaan skala sedangkan pada pipet piston harus diperhatikan hal-hal yang sebelumnya telah
disebutkan diatas agar diperoleh hasil yang optimal. Seharusnya pemipetan dilakukan oleh satu
orang yang sama untuk semua pengenceran, tetapi pada praktikum kali ini, tiap pengenceran
dilakukan oleh orang yang berbeda.
top related