makalah ptk
Post on 01-Oct-2015
71 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
MAKALAH PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Pendahuluan, Sejarah perkembangan, Struktur
Tenaga Kerja dan Komponen PTK
Dosen Pengampu : Ahmad Awaluddin Baiti, M.Pd
DISUSUN OLEH :
Nur Imam Prayogo (12502241012)
Abrid Madilantoro (12502241022)
Muhammad Nasir (12502244003)
Atika Widadty (12502244010)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIKELEKTRONIKA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
-
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3
A. Arti, Tujuan, Fungsi dan Arah Pendidikan Teknologi Kejuruan .. 3
1. Pengertian Pendidikan Teknologi Kejuruan ............................ 3
2. Tujuan Pendidikan Teknologi Kejuruan .................................. 3
3. Fungsi Pendidikan Teknologi Kejuruan .................................. 4
4. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan .................................. 4
B. Sejarah Pendidikan Teknologi Kejuruan ...................................... 4
1. Pendidikan Sebelum Kemerdekaan ........................................ 5
2. Pendidikan Setelah Kemerdekaan .......................................... 7
C. Pendidikan Kejuruan dan Struktur Tenaga Kerja .......................... 9
1. Struktur pendidikan di Indonesia ........................................... 9
2. Sekolah dan Piramida Tenaga Kerja ...................................... 11
3. Life Skill Education dan Broad Based Education .................. 13
D. Komponen-Komponen Pendidikan ............................................... 14
1. Pengertian Komponen Pendidikan ........................................ 14
2. Komponen-komponen Proses Pendidikan ............................. 14
BAB III PENUTUP ............................................................................ 19
A. Kesimpulan ................................................................................... 19
-
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Stuktur Sistem Pendidikan di Indonesia ............................ 10
Gambar 2. Sekolah dan Piramida Ternaga Kerja ................................. 12
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) menyiapkan peserta didik
dengan pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk menjadi pekerja yang
memiliki kompetensi dalam bidang tertentu. Untuk itu, melalui Pendidikan
Teknologi Kejuruan, peserta didik nantinya akan dapat bekerja dengan
optimal dan menghasilkan nilai tambah yang tinggi bagi pekerjaan yang
dilaksanakannya. Jika hal ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka dapat
meningkatkan kualitas dan produktivitas keluaran suatu pekerjaan sehingga
dapat meningkatkan daya saing. Di sisi lain, dunia kerja atau industry akan
memperoleh keuntungan, diantaranya berupa pengembalian modal yang
cepat dan dalam jangka panjang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat.
Berdasarkan pandangan tersebut, banyak Negara berkembang melihat
Pendidikan Teknologi Kejuruan sebagai sistem pendidikan yang penting
dalam strategi pembangunan sumber daya manusia, terutama untuk
mengarahkan dan menyiapkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi, bahkan multi-terampil dalam rangka mendukung
pertumbuhan industry yang berbasis pengetahuan untuk meningkatkan daya
saing Indonesia di masa yang akan datang.
Oleh karena itu perlu diketahui dengan jelas mengenai arah tujuan dari
Pendidikan Teknologi Kejuruan dan untuk Indonesia sendiri mengenai
sejarah hingga struktur Pendidikan dan Tenaga Kerja.
B. Perumusan Masalah
1. Apa itu arti, tujuan, fungsi dan arah pendidikan teknologi kejuruan ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan kejuruan Indonesia ?
3. Bagaimana pendidikan kejuruan dan struktur tenaga kerja ?
4. Apa saja komponen pendidikan ?
-
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti, tujuan, fungsi dan arah pendidikan
Teknologi Kejuruan.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Pendidikan Kejuruan
Indonesia.
3. Untuk mengetahui pendidikan kejuruan dan struktur tenaga.
4. Untuk mengetahui komponen pendidikan.
-
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti, Tujuan, Fungsi dan Arah Pendidikan Teknologi Kejuruan
1. Pengertian Pendidikan Teknologi Kejuruan
Pengertian Pendidikan Teknologi Kejuruan menurut :
PP 29 tahun 1990 pasal 1 ayat 3.
Pendidikan jenjang menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis
pekerjaan tertentu.
UUNo.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 21
Pendidikan Kejuruan merupakan jenjang pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu.
Pada dasarnya pendidikan kejuruan mencakup semua jenis dan bentuk
pengalaman belajar yang membantu peserta didik meniti tahap-
tahap perkembangan vokasionalnya, mulai identifikasi, eksplorasi,
orientasi, persiapan, pemilihan dan pemantapan karier di dunia kerja.
2. Tujuan Pendidikan Teknologi Kejuruan
Ada empat tujuan PTK secara garis besar yaitu :
Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif,
mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada
didunia usaha dana dunia industri, sebagai tenaga kerja
tingkat menengah sesuai dengan kompetensi bidang
keahliannya.
Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet
dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi dilingkungan
kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidangnya.
-
4
Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni agar mampu mengembangkan diri melalui jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai
dengan program keahiannya yang dipilih.
3. Fungsi Pendidikan Teknologi Kejuruan
Adapun 4 buah fungsi PTK adalah sebagai berikut :
Menyiapkan individu menjadi manusia seutuhnya yang
mampu meningkatkan kualitas hidup, mengembangkan
dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka
peluang meningkatkan penghasilan.
Menyiapkan individu menjadi tenaga kerja produktif.
Menyiapkan individu untuk hidup bermasyarkat.
Menyiapkan individu menguasai IPTEK
4. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan
Dalam Pendidikan Teknologi Kejuruan memegang 6buah prinsip yaitu:
Kesadaran akan karir
Pendidikan yang menyeluruh dan merupakan bagian dari
masyarakat (public system)
Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas
kebutuhan-kebutuhan dunia kerja/dunia industri
Inovasi ditekankan pada kurikulum pendidikan kejuruan
Seseorang disiapkan untuk dapat memasuki duni kerja melalui
pendidikan kejuruan
Pengawasan dan meningkatkan pengalaman pekerjaan /okupasi
dapat diberikan melalui pendidikan kejuruan
B. Sejarah Pendidikan Teknologi Kejuruan
Usaha perencanaan dan pengembangan pendidikan kejuruan dimulai
pada masa Mesir kuno sekitar 2000 tahun SM. Program-program magang
-
5
yang terorganisir dengan cara mempelajari suatu keterampilan tertentu dari
seseorang yang sudah dipandang ahli yang berpengalaman menjadi ciri khas
pendidikan pada saat itu. Di lain pihak, pendidikan pada saat itu, mencakup
belajar kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra. Ini tercatat
dalam sejarah sebagai usaha awal penggabungan antara belajar di kelas
untuk kemampuan-kemampuan dasar dan belajar langsung di tempat kerja
untuk hal-hal yang bersifat keterampilan terapan dengan penekanan pada
metode menirukan cara bekerja para ahli yang sudah mapan dalam
pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke berbagai bagian dunia lain
sampai sekitar abad ke-19.
Ketika revolusi industri pecah di awal abad ke-19 , terjadi permintaan
tenaga terlatih yang murah dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak
mungkin lagi terpenuhi dari sistem pendidikan magang yang biasanya
memerlukan waktu yang lama dan biaya relatif mahal. Sejak saat itulah,
kemudian muncul banyak pemikiran-pemikiran untuk mengusahakan
perencanaan dan pengembangan pendidikan kejuruan melalui sekolah
secara sistematis.
Della yang merupakan direktur dari the imperial Technical School of
Moscow, pada tahun 1876 di Philadelphia Centennia Exposition
mengemukakan pendekatan baru dalam pembelajaran teknik. Pada saat itu
Della terkenal dengan 4 asumsi yang berkaitan dengan pengajaran dalam
bidang mekanik, yaitu :
Pendidikan ditempuh dalam waktu yang sesingkat mungkin
Selalu diupayakan suatu cara untuk memberikan pengajaran yang
cukup untuk jumlah siswa yang banyak dalam satu waktu
Metode yang memberikan pelajaran praktek di bengkel dengan
pemenuhan pengetahuan yang mencukupi
Guru dapat menetapkan perkembangan siswa setiap waktu
1. Pendidikan Sebelum Kemerdekaan
Gubernur Jenderal Raffles memberikan pengantar pendidikan pada
Gymnasium B. Para lulusannya diberi kesempatan untuk meneruskan
-
6
ke pendidikan perdagangan dan kerajinan. Di Delft Zaman Van den
Bosch 1856 didirikan sekolah kejuruan pertama di Batutulis Betawi,
sekolah tersebut bernada agama Kristen, bercorak sekolah dasar dengan
ciri-ciri pertukangan dengan siswanya Indo-Belanda. Kemudian pada
tahun 1873 terpaksa dibubarkan.
a. Tahun 1860 untuk golongan Eropa didirikan Ambachtschool,
yakni sekolah pertukangan pertama
b. Tahun 1881, untuk anak-anak pribumi didirikan sekolah
pertukangan bedanya dikaitkan dengan sekolah pendidikan guru
c. Sekolah-sekolah pendidikan guru didirikan di Ambon, Minahasa,
Magelang, Surakarta
d. Pada abad ke-20 Van Deventer mencetuskan gagasan Politik
Etis yang mendasari kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.
Pemberian pendidikan rendah bagi golongan Bumiputera
disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Sebagai akibat dari perhatian yang banyak dicurahkan oleh pemerintah
Hindia Belanda kepada pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan
Kejuruan, jenis pendidikan kejuruan yang didirikannya menjadi sangat
bervariasi :
a. Ambachts Leergang
Yaitu sekolah berbahasa daerah bagi lulusan sekolah Bumiputera
kelas dua (5 tahun) atau sekolah lanjutan.
b. Ambachtschool (Sekolah pertukangan)
Adalah sekolah pertukangan yang berbahasa Belanda. Sekolah ini
diperuntukkan bagi lulusan HIS, HCS, dan Schakelschool.
c. Sekolah Teknik (Technisch Onderwijs)
Sekolah yang bernama Wilhelmina School berdiri tahun 1906 di
Jakarta.
d. Pendidikan dagang (Handels Onderwijs)
Didirikan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan
Eropa.
-
7
e. Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs)
Diperuntukkan bagi penduduk asli yang bermasyarakat agraris dan
untuk keperluan perusahaan-perusahaan perkebunan Eropa yang
menggunakan pekerja dan pengawas Bumiputera.
f. Pendidikan Keguruan (Kweekschool)
Lembaga ini menurut sejarahnya melalui perkembangan kursus-
kursus yang ditangani oleh Zending.
g. Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs)
Sekolah ini diperuntukkan bagi penduduk asli yang bermasyarakat
agraris dan untuk keperluan perusahaan-perusahaan perkebunan
Eropah yang menggunakan pekerja dan pengawas Bumiputera.
h. Pendidikan Keguruan (Kweekschool)
Lembaga ini menurut sejarahnya melalui perkembangan kursus-
kursus yang ditangani oleh Zending.
i. Sekolah kepandaian Putri (SKP)
Dengan mengikuti pendidikan ini diharapkan dapat menjadi
warganegara yang berguna, mampu mencari nafkah untuk
kehidupannya sendiri.
j. Sekolah Perdagangan
Kursus Dagang Tingkat Pertama (KDP), dengan masa 3 tahun
untuk menyiapkan orang dewasa dalam bidang ekonomi. Sekolah
Menengah Ekonomi Tingkat Pertama (SMEP), merupakan
pendidikan ekonomi untuk tingkat menengah, memberikan latihan
kepada siswa untuk menekuni bidang usaha. Sekolah Menengah
Ekonomi Tingkat Atas (SMEA), merupakan pendidikan ekonomi
untuk tingkat atas di dalam menekuni bidang usaha dan
perdagangan.
2. Pendidikan Setelah Kemerdekaan
Selanjutnya untuk memahami orientasi perkembangan pendidikan
teknologi dan kejuruan di Indonesia setelah kemerdekaan apabila
-
8
dihubungkan dengan karakteristik pendidikan/kurikulum tiap periode
sebagai berikut :
a. 1964-1968 (STM-SMEA)
Pada masa ini keadaan sekolah kejuruan masih sangat
memprihatinkan karena fasilitas masih minim, sehingga muncul
pandangan bahwa yang penting anak dapat besekolah tanpa
memikirkan pengetahuan apa yang akan diperoleh.
b. 1972-1973(STM Pembangunan-SMEA Pembina)
Sekolah didirikan untuk menghasilkan tenaga kerja industri. Pada
saat itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang baik dengan
tingkat pertumbuhan 7% per tahun, sehingga diperlukan banyak
tenaga kerja untuk mengisi kekosongan di dunia kerja. Tapi pada
saat itu, pendidikan kejuruan hanya mampu mengisi 50% saja
kebutuhan.
c. 1976
Berusaha menghasilkan teknisi industri (STMP,SMEA
Pembina,SMTK 4 tahun), dan juru teknik (STM-BLPT,
SMEA,SMKK).
d. 1979
Sejak tahun 1979 sesuai dengan kebijakan pendidikan kejuruan,
jenis-jenis sekolah kejuruan ditertibkan, seperti berikut ini :
Sekolah Teknik (ST) dengan jurusan Mesin, bangunan, dan
elektronika
Sekolah Kesejahteraan Keluarga (SKK) yang memberikan
pendidikan selama 4 tahun yaitu Sekolah Kesejahteraan
Tingkat Pertama (SKP), Sekolah Menengah Kesejahteraan
keluarga (SMKK), Sekolah Menengah Kerumahtanggaan
(SMTK) dan Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas
(SMEA)
Sekolah Teknologi Menengah (STM)
Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP)
Sekolah Menengah Industri dan Kerajinan (SMIK)
-
9
Untuk sekolah tingkat menengah pertama (ST dan SKP)
hanya ada sebuah saja di tiap-tiap provinsi.
e. 1994
Kurikulum yang diberlakukan adalah kurikulum berbasis
kompetensi meskipun pada saat itu belum secara eksplisit disebut
KBK sebagaimana dikenal pada tahun 2004.
f. 2000-an
Pada periode ini momentum pertumbuhan kuantitatif pendidikan
kejuruan semakin meningkat. Hubungan dengan pihak industri
semakin baik. Pemerintah sudah sangat menyadari pentingnya
mengembangkan pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia
Jadi pendidikan kejuruan di Indonesia pada saat ini adalah hasil
dari perkembangan-perkembangan yang terjadi sebelumnya. Yang
mana dari awal terbentuknya hingga sekarang dimana pendidikan
kejuruan adalah salah satu yang memegang peranan penting dalam
perkembangan kejuruan dan teknologi di Indonesia.
C. Pendidikan Kejuruan dan Struktur Tenaga Kerja
Untuk memahami Pendidikan Kejuruan dan Struktur Tenaga Kerja di
Indonesia perlu dikaji satu persatu terutama mengenai struktur pendidikan
Indonesia terlebih dahulu. Dimana stuktur ini akan menggambarkan secara
umum sistem pendidikan sehingga akan terlihat dimanakah pendidikan
kejuruan berserta stuktur yang membentuknya.
1. Stuktur Pendidikan di Indonesia
Stuktur pendidikan di Indonesia terdiri dari Taman Kanak-Kanak
hingga S3 dimana struktur ini merupakan jalur akademik. Sedangkan
apabila secara Jalur Profesional maka yang terakhir adalah Sp.-2.
Umur yang direncakan untuk menyelesaikan pendidikan di
Indonesia hingga yang paling akhir adalah 26-27 tahun. Lama jenjang
pendidikan terlama adalah Sekolah Dasar. Untuk lebih jelasnya dapat
-
10
dilihat pada Gambar 1 dibawah ini mengenai stuktur Pendidikan di
Indonesia.
Gambar 1. Struktur Sistem Pendidikan di Indonesia
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan, dan
kemampuan yang dikembangkan. (UU No.20 Tahun 2003 Bab I, Pasal
1 Ayat 8).
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Jenjang Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar
berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.
-
11
Jenjang Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan
dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah
berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan
dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.
Jenjang Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian.
2. Sekolah dan Piramida Tenaga Kerja
Setelah mengetahui stuktur Pendidikan tersebut, pada akhirnya
nanti akan menyiapkan peserta didik untuk menjadi tenaga kerja yang
handal dan profesional. Dimana ada hubungan dunia kerja beserta
jenjang pendidikan peserta didik, sebagai contoh lulusan SMK di
industri akan menjadi Teknisi Mekanik dan tidak akan/susah untuk bisa
menempati posisi Teknisi Ahli. Ataupun untuk menjadi seorang
profesor tentu harus melewati jenjang S3, atau mungkin juga bisa
dibawah S3 namun tentu sangat sulit. Untuk lebih jelasnya hubungan
-
12
antara jenjang dan tenaga kerja digambarkan pada Gambar 2 sebagai
piramida berikut ini :
Gambar 2. Sekolah dan Piramida Tenaga Kerja
Berdasarkan piramida tersebut dapat digambarkan bahwa tingkat
pendidikan menentukan jenis pekerjaan seseorang.
a. Lulusan SD pekerjaan yang dapat diperoleh pada industri adalah
pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian
b. Lulusan SLTP pekerjaan yang dapat diperoleh pada ABRI adalah
tamtama atau PNS pada golongan I
c. Lulusan SLTPK pekerjaan yang dapat diperoleh pada industri
adalah pembantu teknisi
d. Lulusan SMU pekerjaan yang dapat diperoleh pada ABRI adalah
bintara atau PNS pada golongan II
e. Lulusan SMK pekerjaan yang dapat diperoleh pada industri adalah
teknisi/mekanik
f. Lulusan S-1 pekerjaan yang dapat diperoleh pada industri adalah
profesor, ABRI pada perwira atau PNS pada golongan III
-
13
g. Sedangkan untuk menjadi wirausaha tidak memandang tingkat
pendidikan atau bahkan tidak menempuh pendidikan formal dapat
menjadi wirausaha.
3. Life Skill Education & Broad Based Edecatioan (Bbe)
Akibat tingkat pendidikan yang berorientasi mata pelajaran/
pendidikan formal yang mengerucut/berbentuk piramida, maka
diperlukan sebuah ilmu hidup lain sehingga dapat membuat peserta
didik menjadi seorang wirausaha ataupun hal lain yang berguna bagi
dirinya sendiri untuk hidupannya yang lebih baik. Namun tentu bukan
menjadi hal utama untuk dipelajari namun diselaraskan dalam
pendidikan.
Program Life Skill adalah perubahan mendasar paradigma
pendidikan dari pendidikan yang berorientasi mata pelajaran, kepada
pendidikan yang berorientasi pada penguasaan kecakapan hidup.
Pendidikan kecakapan hidup (Life Skill Education) adalah suatu
proses pendidikan yang mengarah kepada pembekalan kecakapan
seseorang untuk mampu dan berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari solusinya, sehingga akhirnya mampu
mengatasi problema tersebut.
Pendidikan berbasis luas (Broad-Based Education) adalah
sauatu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
melaksanakan Life Skill Education. Pendekatan BBE menekankan pada
pembekalan dasar-dasar kecakapan yang lebih luas untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik dalam memasuki lingkungan hidup
dan pekerjaan yang beragam.
Tujuan dari Life Skill ini adalah untuk mengaktualisasikan potensi
peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema
yang dihadapi. Yang Kedua memberikan kesempatan kepada sekolah
untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan
prinsip pendidikan berbasis luas (broad-based education).
-
14
Penentuan Materi Life Skill
1) Kemampuan/potensi sekolah
2) Ketersediaan sumber daya dan fasilitas yang dipunyai sekolah
3) Hasil angket/questioner tentang minat siswa
4) Kesediaan industri untuk memberikan quality assurance/placement
assurance berkenaan dengan tema diklat
5) Keberadaan instansi, perusahaan dan atau lembaga pasangan
kerjasama
6) Kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat/lingkungan sekolah
akan tenaga terampil (muatan lokal)
Potret Kabupaten/Kota dimana sekolah berada
D. Komponen-Komponen Pendidikan
1. Pengertian Komponen Pendidikan
Pengertian komponen pendidikan ditinjau dari penggalan katanya
dimana Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki
peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai
tujuan sistem. Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi
komponen-komponen yang esensial dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan. Perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan serta
interaksi unsur esensial pendidikan, pada tahap operasional sangat
menentukan keberhasilan pendidikan.
Jadi, komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem
proses pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya atau ada atau
tidaknya proses pendidikan.
2. Komponen-Komponen Proses Pendidikan
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan.
-
15
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum
pendidikan yang terjabar mulai dari :
1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945)
2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan
Nasional)
3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah)
4) Tujuan kurikuler
5) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus
b. Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada
usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta
didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari
anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik
dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa.
Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan
peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.
c. Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta
didik. Maka muncullah beberapa individu yang tergolong pada
pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua
sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik
dilingkungan masyarakat.
a. Orang dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh
Syaifullah adalah sebagai berikut :
1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup
yang pasti dan tetap
-
16
2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita
hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik
3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri
atau perbuatannya sendiri dan yang akan
dipertanggungjawabkan sendiri.
4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat
secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif
b. Orang tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik
yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua
sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada
hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di
lingkungan keluarga mereka.Secara umum dapat dikatakan
bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua
orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik.
sehingga kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak
sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.
c. Guru/pendidik
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung maupun
tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat
untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru
sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan
baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan.
Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait
dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan
intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi)
terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang
berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun
cara penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
-
17
d. Pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan
Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat
dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran
pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada
aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau
bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin
keagamaan sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan
atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang didasarkan
pada nilai-nilai keagamaan.
e. Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara
komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara
pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak
didik bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi
tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan,
tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.
f. Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu
disampaikan kepada peserta didik isi/bahan pelajaran yang
digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan
pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum dalam
pendidikan formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut
terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan
estetis, pendidikan sosial, pendidikan intelektual, pendidikan
keterampilan dan pendidikan jasmani.
g. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu tempat di mana suatu
pendidikan dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi
segala segi kehidupan atau kebudayaan. Lingkungan pendidikan
dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang
-
18
terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial
politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial
ekonomi, dan lingkungan iklim geografis.
-
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan Teknologi Kejuruan merupakan semua jenis dan bentuk
pengalaman belajar yang membantu peserta didik meniti tahap-tahap
perkembangan vokasionalnya, mulai identifikasi, eksplorasi, orientasi,
persiapan, pemilihan dan pemantapan karier di dunia kerja.
2. Pendidikan kejuruan di Indonesia pada saat ini adalah hasil dari
perkembangan-perkembangan yang terjadi sebelumnya. Yang mana dari
awal terbentuknya hingga sekarang dimana pendidikan kejuruan adalah
salah satu yang memegang peranan penting dalam perkembangan kejuruan
dan teknologi di Indonesia.
3. Struktur Pendidikan terdapat jenjang/tingkatan yang ditempuh dalam
pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi yang kemudian
dibekali dengan adanya Life Skill.
4. Komponen pendidikan terdapat beberapa unsur. Dari unsur unsur tersebut
yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena
masing masing unsur mempunyai peranan penting bagi pembentukan
suatu pendidikan.
top related