ariffianti hamidah-3201411050 (ptk)

36
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS NAMA : ARIFFIANTI HAMIDAH NIM : 3201411050 JURUSAN : GEOGRAFI PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN GEOGRAFI A. JUDUL PENELITIAN Meningkatan Minat dan Hasil Belajar Geografi Pokok Bahasan Pedosfer Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok pada Siswa Kelas X.5 SMAN Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015. B. LATAR BELAKANG MASALAH Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat. Lingkup bidang kajian Geografi memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terhadap kondisi sekelilingnya yang menekankan pada aspek keruangan, kelingkungan dan kewilayahan. Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi keruangan masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran fenomena di permukaan

Upload: arifiantihamidah

Post on 06-Feb-2016

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ptk

TRANSCRIPT

Page 1: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

NAMA : ARIFFIANTI HAMIDAH

NIM : 3201411050

JURUSAN : GEOGRAFI

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN GEOGRAFI

A. JUDUL PENELITIAN

Meningkatan Minat dan Hasil Belajar Geografi Pokok Bahasan Pedosfer Melalui Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok pada Siswa Kelas X.5 SMAN

Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat. Lingkup

bidang kajian Geografi memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan terhadap kondisi sekelilingnya yang menekankan pada aspek keruangan,

kelingkungan dan kewilayahan. Mata pelajaran Geografi membangun dan

mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi keruangan

masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk

memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan

persebaran fenomena di permukaan bumi serta bagaimana interaksi manusia dengan

lingkungan alamnya dalam menunjang kehidupan. Pembelajaran Geografi seharusnya

disajikan dengan menggunakan metode yang selaras dengan tuntutan materinya, sehingga

siswa akan lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan

SMA Negeri 2 Kebumen mempunyai 7 kelas pada kelas sepuluh. SMAN Negeri 2

Kebumen mempunyai dua guru geografi yang semuanya sarjana pendidikan. Berdasarkan

hasil wawancara dengan guru geografi sebagian besar (>80%) hasil belajar siswa kelas

X.5 SMAN 2 Kebumen tahun ajaran 2013/2014 rendah hal ini dapat dilihat dari nilai rata-

Page 2: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

rata pada materi pedosfer adalah 69,0 pada semester ganjil yang masih di bawah KKM,

sekolah yaitu 75.

Berdasarkan hasil pengamatan, proses pembelajaran yang digunakan di SMAN 2

Kebumen adalah pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher oriented). Siswa masih

belum aktif dalam kegiatan pembelajaran karena selama pembelajaran guru banyak

memberikan ceramah tentang materi. Sehingga aktivitas yang dilakukan siswa biasanya

hanya mendengar dan mencatat, siswa jarang bertanya atau mengemukakan pendapat.

Diskusi antar kelompok jarang dilakukan sehingga interaksi dan komunikasi antar siswa

dengan siswa lainnya maupun guru masih belum terjalin selama proses pembelajaran.

Menurut keterangan guru geografi kelas X.5 SMA Negeri 2 Kebumen, sebagian besar

siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep –konsep dasar tentang materi

pedosfer karena materi pedosfer penuh dengan konsep-konsep yang abstrak. Sementara itu

proses belajar mengajar pada materi pedosfer, guru lebih sering menjelaskan materi

melalui ceramah, sehingga siswa cenderung pasif, dan aktivitas siswa yang sering

dilakukan hanya mencatat dan menyalin. Siswa masih malu bertanya kepada guru jika

mengalami kesulitan dalam memahami atau menyelesaikan soal yang di berikan,

akibatnya hasil belajar siswa pada materi pedosfer belum maksimal.

Berdasarkan fakta awal tersebut maka harus dicari suatu metode pembelajaran yang

bisa memunculkan suatu pengalaman belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mencoba sendiri mencapai tujuannya, mengingat penekanan pembelajaran geografi

tidak hanya melatih ketrampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep. Siswa

harus lebih berani mencoba sendiri, mencari jawaban dan memecahkan masalah, baik

dengan diskusi kelompok maupun penelusuran referensi. Salah satu metode pembelajaran

yang mampu menumbuhkan minat dan semangat siswa dalam mempelajari geografi yang

sedang dikembangkan sekarang adalah metode Cooperative Learning.

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran

dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar.

Ciri khas pembelajaran kooperatif yaitu siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok

kecil dan mereka belajar bersama sebagai satu kelompok selama beberapa minggu atau

bulan. Mereka biasanya dilatih ketrampilan-ketrampilan spesifik untuk membantu mereka

bekerja sama dengan baik, misalnya menjadi pendengar yang baik, memberikan

penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan dengan benar. (Orlich dkk, 1995 :

274-276).

Page 3: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

Tugas guru dalam pembelajaran kooperatif adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi

informasi. Tugas guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk

menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru

(pengetahuan dan keterampilan) itu datang dari “menemukan sendiri”, bukan dari “apa

kata guru”.

Metode pembelajaran kooperatif akan dapat membantu pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran yang ada. Hal ini dikarenakan adanya suatu interaksi antar siswa di dalam

kelompok serta adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar. Di dalam setiap kelompok,

siswa yang berkemampuan lebih akan membantu dalam proses pemahaman pada siswa

yang berkemampuan rendah, sedangkan siswa yang berkemampuan sedang akan dapat

segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok

ini akan berjalan dengan baik jika kemampuan setiap kelompok adalah heterogen.

Dalam mempelajari konsep – konsep dasar materi pedosfer siswa dapat mengalami

kesulitan. Kesulitan siswa untuk memahami analisis keruangan ini disebabkan karena

metode yang digunakan kurang sesuai dengan materi pelajaran, sehingga seringkali siswa

merasa enggan dan jenuh dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu perlu suatu metode

pembelajaran yang tepat di mana mampu mengembangkan potensi, kemampuan mendasar

pada anak didik dalam suatu kerja maksimal sesuai taraf perkembangan pikirannya.

Metode pengajaran yang dianggap sesuai adalah metode kooperatif Group Investigation.

Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui

investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan

yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group

process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi

mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan

menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. (Arends, 1997 : 120-

121).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti bermaksud mengadakan

penelitian dengan judul “Meningkatan Minat Dan Hasil Belajar Geografi Pokok

Bahasan Pedosfer Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi

Kelompok Pada Siswa Kelas X.5 SMAN Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015 “.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran Kooperatif tipe

Page 4: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

Investigasi Kelompok dapat meningkatkan minat dan hasil belajar sisawa mata mata

pelajarn geografi materi pedosfer.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Sekurang – kurangnya 80%siswa kelas X.5 SMA Negeri 2 Kebumen tahun pelajaran

2013/2014 minat belajar pada pokok bahasan Pedosfer rendah.

2. Sebagaian besar (>80%) hasil belajar siswa kelas X.5 SMA Negeri 2 Kebumen tahun

pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan Pedosfer nilainya rendah (dibawah 70).

D. TUJUAN

Berdasarkan permasalahan di atas tujuan yang dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah:

1. Tujuan umum:

a. Meningkatkan minat dan hasil belajar geografi khususnya dalam pokok bahasan

Pedosfer pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Kebumen Tahun 2013/2014 dengan

menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok.

2. Tujuan khusus:

a. Meningkatkan jumlah siswa yang aktif mengikuti pelajaran geografi khususnya pada

pokok bahasan pedosfer yang di tunjukan dengan sekurang – kurangnya 75% siswa

aktif.

b. Meningkatkan hasil belajar geografi khususnya pada pokok pembahasaan pedosfer ,

yang sekurang – kurangnya 75% siswa memperoleh hasil belajar (nilai) 70 keatas.

E. MANFAAT

1. Bagi Siswa

1.1 Dapat tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan, dimana siswa dapat lebih

menyerap materi yang berupa pengetahuan Geografi khususnya materi pedosfer

sehingga minat dan hasil belajar sisawa kelas X.5 SMAN 2 Kebumen menjadi lebih

baik.

2. Bagi Guru

2.1 Memberikan masukan kepada guru bahwa pembelajaran kooperatif tipe investigasi

kelompok pada mata pelajaran geografi materi pedosfer lebih efektif dan lebih

merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Page 5: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

3. Bagi Sekolah

3.1 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk perbaikan proses

pembelajaran dan peningkatan kualitas sekolah.

F. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

1. Minat

Minat ialah suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan

penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan ( Sujanto Agus :

1981). Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari

dapat dipahami; Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat

dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi

seluruh pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif.

Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk

kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok.

2. Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungan ( Hamalik Pemar : 2001 ). Menurut pengertian ini belajar

merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang

menjadi hasil dari belajar bukan penguasan hasil latihan melainkan perubahan tingkah

laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan

pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa.

Suasana kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan siswa itu

salah satunya dapat tercipta melalui model pembelajaran Kooperatif Group

Investigation.

3. Hasil Belajar

Herman Hudoyo (1990:39) mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar

sebagai berikut: “Hasil belajar dan proses belajar kedua-duanya penting, di dalam

belajar ini, terjadi proses berpikir. Seseorang dikatakan berpikir bila orang itu

melakukan kegiatan mental, bukan kegiatan motorik walaupun kegiatan motorik ini

dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut, dalam mental itu orang

menyusun hubungan antara bagian – bagian informasi yang telah diperoleh sebagai

pengertian.

Page 6: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

4. Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok

Secara khusus, istilah metode diartikan sebagai cara. Dalam pemakaian yang

umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan

pelajaran dengan menggunakan faktor dan konsep secara sistematis (Syah, 1995 : 202).

Sedang pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono,1999 : 297).

Mursell dalam Slameto (1995:33) mengatakan bahwa “Pembelajaran digambarkan

sebagai mengorganisasikan belajar, sehingga dengan menggorganisasikan itu, belajar

menjadi lebih berarti atau bermakna bagi siswa”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah

cara (langkah) yang ditempuh dan direncanakan sebaik-baiknya untuk usaha sadar,

disengaja dan bertanggung jawab yang secara sistematis dan terarah pada pencapaian

tujuan pengajaran.

Metode yang perlu dikembangkan agar siswa dapat melakukan aktifitas belajar

secara teratur dan terarah salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif.

Menurut Kunandar (2007:337) “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk

menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan

permusuhan”.

Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1995:2) mendefinisikan bahwa

“Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan variasi metode

mengajar dimana siswa-siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

membantu satu sama lain”. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat

saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Untuk menjamin

keanggotaan kelompok, maka gurulah yang membentuk kelompok-kelompok tersebut.

Jika siswa dibebaskan membuat kelompok sendiri maka biasanya akan memilih teman-

teman yang disukainya, misalnya karena sama jenisnya, sama etniknya, atau sama

dalam kemampuannya. Hal ini cenderung menghasilkan kelompok-kelompok yang

homogen dan seringkali siswa tertentu tidak masuk dalam kelompok manapun.

Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada

kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara

kelompok. Slavin (1995:5) menyatakan bahwa “Metode pembelajaran ini berangkat

Page 7: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu “getting better together”,

atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama”.

Metode kooperatif aplikasinya di dalam pembelajaran di kelas, merupakan suatu

metode pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan

sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata dimasyarakat, sehingga dengan bekerja secara

bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,

produktivitas dan perolehan belajar. (Solihatin dan Raharjo, 2007 : 5)

Roger dan David Johnson dalam Lie (2005 : 31-35) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang

maksimal, ada 5 unsur yang diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : a) Saling

ketergantungan positif, hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kelompok kerja yang

efektif; b) Tanggung jawab perseorangan, setiap anggota kelompok bertanggung jawab

untuk melakukan yang terbaik; c) Tatap muka, kegiatan ini akan menguntungkan baik

bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik

daripada hasil pemikiran satu orang saja; d) Komunikasi antaranggota, keberhasilan

suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka; e) Evaluasi

proses kelompok, evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan

oleh guru agar siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik.

Lima unsur dalam pembelajaran kooperatif tersebut tidak dapat dipisahkan, karena

antara satu unsur dengan yang lainnya saling berhubungan. Selain memiliki

karakteristik tertentu metode kooperatif mempunyai kelebihan atau keunggulan di

banding metode pembelajaran yang lain, diantaranya :

1. Meningkatkan kemampuan akademik siswa

2. Meningkatkan rasa percaya diri

3. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian

4. Memperbaiki hubungan antar kelompok

Disamping keunggulan yang dimiliki, metode pembelajaran kooperatif juga

mempunyai kelemahan, antara lain :

a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya;

b. Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk;

c. Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka dalam kelompok

akan terjadi kesenjangan sehingga usaha kelompok dalam memahami materi

Page 8: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

maupun untuk memperoleh penghargaan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

(Slavin,1995:2)

Pembelajaran kooperatif dalam geografi akan dapat membantu para siswa untuk

meningkatkan sikap positif siswa dalam geografi. Para siswa secara individu

membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-

masalah geografi, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa bosan

terhadap geografi yang banyak dialami para siswa.

Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mengembangkan

pemahaman dan peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai

permasalahan yang ditemui selama pembelajaran adalah metode pembelajaran

kooperatif Group Investigation.

a. Metode Pembelajaran Group Investigation (GI)

Dasar-dasar tipe Group Investigation pertama kali dirancang oleh Herbert Thelen,

yang selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dan kawan-kawannya dari

Universitas Tel Aviv. Tipe ini sering dipandang sebagai tipe yang paling kompleks

dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif, karena metode

investigasi kelompok merupakan perpaduan sosial dan kemahiran berkomunikasi

dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. Investigasi

kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan yang tidak ada

dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam

pembelajaran kelas. Tipe GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini

menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill). (Kunandar,

2007:344)

Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang

heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman

atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih yang ingin

dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah

dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara

keseluruhan Tujuan atau misi dari metode Group Investigation ini adalah untuk

mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial

demokratik dengan mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar-

Page 9: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

personal (kelompok) dan kemampuan rasa ingin tau akademis. Aspek-aspek dari

pengembangan diri merupakan hasil perkembangan yang utama dari metode ini

(Sutikno, 2003: 27).

Slavin (1995:113-114) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah dalam

pelaksanaan metode Group Investigation. Tahap pertama adalah guru membagi

siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 5-6 orang

yang heterogen, setelah itu siswa mencari sumber, kemudian membahas topik yang

akan dipresentasikan dan fungsi guru hanya membantu dalam pengumpulan

informasi dan memfasilitasi kelompok, sehingga siswa di tuntut untuk aktif dalam

memahami konsep dan juga mengembangkannya sendiri.

Tahapan kedua siswa merencanakan bersama materi yang akan dipelajari dan

menentukan bagaimana belajar yang baik, serta menentukan tujuan yang akan

dicapai setelah melaksanakan investigasi dari topik tersebut. Pada tahapan ini

potensi siswa sangat digali karena pada tahapan ini adalah salah satu keberhasilan

suatu kelompok untuk menjadi kelompok penyaji materi yang baik nantinya.

Tahap ketiga siswa mulai mencari informasi, menganalisis, berdiskusi dan

mengolah ide-ide mereka kemudian menarik kesimpulan dari topik yang telah

mereka investigasi, masing-masing anggota memberikan sumbangan pemikiran

berdasarkan data yang diperoleh pada saat melakukan investigasi.

Langkah keempat yaitu penyusunan laporan untuk menganalisis hasil

investigasi. Anggota kelompok menyiapkan poin penting dari materi mereka

kemudian merencanakan apa yang akan mereka laporkan atau bagaimana mereka

akan membuat presentasi. Setelah itu anggota kelompok membagi tugas masing-

masing untuk presentasi (seperti moderator, penyaji, dll).

Tahap kelima mempresentasikan hasil akhir. Presentasi dilakukan di depan

kelas dihadapan kelompok lain dan guru. Masing-masing kelompok berusaha

mempresentasikan hasil investigasi dengan seakurat mungkin dan sejelas mungkin.

Pada tahap ini terjadi diskusi dan evaluasi dimana tercipta suasana yang dinamis,

karena pada tahap ini banyak bermunculan pertanyaan dari anggota kelompok lain

dan kelompok yang melakukan presentasi berusaha menjawab pertanyaan sebaik

mungkin. Tahap yang terakhir atau keenam adalah evaluasi, penguatan dari evaluasi

pembelajaran ini diharapkan siswa mampu menguasai semua subtopik yang telah

disajikan. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil dari topik yang telah

Page 10: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

dipelajari, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

miskomunikasi/miskonsepsi antar kelompok.

Peran guru dalam group investigation adalah sebagai pembimbing, konsultan,

dan memberi kritik yang membangun. Guru harus membimbing dan memilah

pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving atau

tugas (apa yang menjadi masalah utama? Faktor apa saja yang terlibat?). Kedua,

tingkat manajemen kelompok (informasi apa saja yang kita perlukan). Ketiga,

tingkat penafsiran secara individu (bagaimana kita menafsirkan atau mengartikan

simpulan yang didapat).

5. Pedosfer

5.1 Pengertian Tanah

Pedosfer merupakan lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat

berlangsungnya proses pembentukan tanah. Pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah

yang menempati bagian paling atas dari litosfer.

Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil

pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian

paling atas litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi.

5.2 Komponen – Komponen Tanah

a. Partikel mineral, berupa fraksi anorganik, hasil perombakan bahan-bahan

batuan dan anorganik yang terdapat di permukaan bumi (45%).

b. Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan serta berbagai

hasil kotoran hewan (5%).

c. Air (20-30%).

d. Udara tanah/pori (20-30%).

e. Kehidupan jasad renik.

5.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah

Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah dapat dirumuskan

sebagai berikut.

Keterangan:

T = tanah b = bahan induk

f = faktor t = topografi

i = iklim w = waktu o = organisme

T = f (i, o, b, t, w)

Page 11: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah suhu

dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk.

Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah.

Organisme (vegetasi, jasad renik) berpengaruh terhadap proses pembentukan

tanah dalam hal-hal berikut:

a. Membuat proses pelapukan, baik pelapukan organik yang dilakukan oleh

makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), maupun pelapukan kimiawi yang

terjadi proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.

b. Membantu pembentukan humus. Tumbuhan menghasilkan dan menyisakan

daun dan ranting yang jatuh ke tanah dan akan membusuk dengan bantuian

jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah.

c. Mempengaruhi sifat-sifat tanah baik oleh jenis vegetasi atau unsur-unsur kimia

di dalamnya seperti yang umum terjadi di daerah beriklim sedang, seperti di

Eropa dan Amerika.

d. Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, dan

batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk,

kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.

e. Topografi atau relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya

lapisan tanah. Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan

tanahnya lebih tipis karena tererosi. Sebaliknya daerah yang datar, lapisan

tanahnya tebal karena terjadi proses sedimentasi.

Tanah selalu berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus.

Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan

induk vulkanik yang terlepas-lepas, seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100

tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000 – 10.000 tahun untuk membentuk

tanah dewasa.

Page 12: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

5.4 Profil Tanah

Horizon merupakan lapisan atau zona pada tanah yang terbentuk karena adanya

variasi komposisi, tekstur, dan struktur tanah. Profil atau penampang tanah

umumnya terdiri atas horison O, A, B, C, dan R.

Bagian dan ciri-ciri dari profil tanah adalah sebagai berikut:

Horizon O : merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah

mineral. Horizon ini terdapat pada tanah-tanah hutan yang belum

terganggu.

Horizon A : merupakan horizon yang mengalami pencucian (eluviasi). Horizon ini

terdiri atas campuran bahan organik (humus) dan bahan mineral.

Horizon B : terbentuk dari proses penimbunan (iluviasi) dari bahan-bahan yang

tercuci dari horizon A.

Horizon C: tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit pelapukan dan

bersifat tidak subur.

Horizon R : tersusun atas batuan keras yang belum mengalami pelapukan.

Page 13: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

5.5 Sifat – Sifat Fisik dan Kimia Tanah

a. Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan suatu keadaan yang menunjukkan siat halus atau

kasarnya butiran-butiran tanah. Ukuran halus atau kasarnya ditentukan oleh

perbandingan kandungan antara pasir, debu, dan liat.

b. Struktur tanah

Struktur tanah merupakan bagian fisik tanah yang menyatakan tersusunnya

butiran-butiran dalam segumpal tanah. Dengan pengertian lain struktur tanah

menyatakan susunan agregat partikel tanah (debu, liat, dan pasir) menjadi

berbagai kelompok partikel yang satu sama lainnya berbeda dalam ukuran,

warna, dan bentuknya. Struktur tanah dari berbagai macam horizon berbeda

karena komposisi kimia, warna, dan teksturnya sendiri berbeda. Oleh karena itu

apabila teksturnya berubah, struktur tanahnya juga akan berubah. Hal ini dapat

terjadi karena pertukaran udara dan juga karena pengambilan atau penambahan

hara tanaman, mekanisme pertumbuhan akar, serta akibat kegiatan organisme.

Untuk membedakan struktur tanah, dapat dilakukan dengan melihat bentuk dan

susunan agregatnya yang disebut tipe struktur. Tipe struktur tanah yang

biasanya dikenal terdiri atas lempung, gumpal, kersai, remah, pilar, dan tiang.

c. Warna tanah

Warna tanah tampak jelas pada permukaan tanah atau pada penampang horison.

Perbedaan warna tanah sangat dipengaruhi kandungan bahan rganik, bahan

mineral, kadar kelembaban, dan pengaruh drainase. Kandungan bahan organik

menyebabkan warna tanah menjadi gelap hingga hitam. Tanah yang banyak

memiliki mineral besi warnanya bervariasi, seperti merah, merah kecoklatan,

merah kekuningan, hingga kuning kemerahan. Jika tanah banyak mengandung

mineral kuarsa atau feldspar, warna tanah menjadi terang.

d. pH tanah

Keadaan pH tanah adalah derajat keasaman larutan-larutan dalam tanah. Tinggi

rendahnya pH sangat dipengaruhi faktor-faktor pembentuk tanah dan kepekatan

ion-ion hidrogen (H+) dan hidroksil (OH-) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar

ion hidrogen di dalam tanah, semakin tinggi pula tingkat keasaman tanah.

Jika pH tanah <7 cenderung asam

Jika pH tanah >7 cenderung basa

Jika pH tanah 7 cenderung netral

Page 14: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

5.6 Jenis – jenis tanah di Indonesia

Berdasarkan bahan induk dan proses perubahan yang disebabkan oleh tenaga

eksogen, tanah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa jenis seperti berikut.

No

.

Jenis Tanah Ciri-Ciri Persebaran

1. Podzol/Andosol - terjadi karena rendah

nya pengaruh dari luar

dan curah hujan tinggi.

- Mudah basah jika kena

air.

- Warna kuning dan

kuning kelabu.

Pegunungan Tinggi di

Jawa Barat, Maluku, dan

Nusa Tenggara.

2. Laterit - terjadi karena suhu uda

ra , curah hujan tinggi.

- berbagai mineral larut

meninggalkan sisa oksi

da besi dan aluminium.

Jawa Timur, Jawa Barat,

Kalimantan Barat

3. Humus - hasil pelapukan tumbuh

tumbuhan (bahan or

ganik)

- subur

- warnanya kehitaman.

Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, Papua.

4. Vulkanis - hasil pelapukan bahan

padat dan bahan cair

yang dikeluarkan oleh

gunung berapi.

- Sangat subur.

P. Jawa bag. Utara,

Sumatera, Bali, Lombok,

Halmahera, Sulawesi.

Jawa dan Sumatera

paling banyak mem

punyai gunung berapi

sehingga paling luas

tanah vulkanisnya.

5. Padas - jenis tanah yang padat.

- mineral di dalamnya

dikeluarkan oleh air

Terdapat di hampir

seluruh wilayah Indo

nesia.

Page 15: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

yang terdapat di lapisan

tanah sébela atasnya.

6. Endapan/Aluvial - terjadi akibat pengen

dapan batuan induk

yang telah mengalami

proses pelarutan.

- pada umumnya subur.

Jawa bagia utara,

Sumatera bagian timur,

Kalimantan bagian barat

dan selatan.

7. Terarosa/

Mediteran

- terbentuk dari pelapuk an

batuan kapur.

- banyak terdapat di dasar

dolina

- subur

Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi, Nusa

Tenggara, Maluku,

Sumatra.

8. Mergel/Marbalit - terbentuk dari campur an

batuan kapur, pasir, dan

tanah liat.

- dipengaruhi oleh hujan

yang tidak merata

sepanjang tahun.

- subur

- di lereng pegunungan

dan dataran rendah.

Solo, Madiun, Kediri,

Nusa Tenggara.

9. Kapur/Renzina - terjadi dari bahan in duk

kapur (endapan)

- telah mengalami lateri

sasi lemah.

Jawa Timur, Jawa

Tengah, Sulawesi, Nusa

Tenggara, Maluku,

Sumatera.

10. Pasir/Regosol - hsil pelapukan batuan

beku dan sedimen yang

tidak berstruktur.

- sedikit mengandung

bahan organik.

- kurang baik untuk

pertanian.

Pantai barat Sumatera

Barat, Jawa Timur,

Sulawesi.

11. Gambut - berasal dari bahan

organik yang selalu

Pantai timur Sumatera,

Page 16: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

tergenang air (rawa).

- kekurangan unsur hara.

- peredaran udara di

dalamnya tidak lancar.

- proses penghancuran

tanah tidak sempurna.

- kurang baik untuk

pertanian.

Kalimantan, Papua.

5.7 Erosi Tanag dan Dampaknya terhadap kehidupan

Sekarang ini, pada umumnya, hasil aktivitas manusia sangat sedikit sekali

menghambat laju erosi. Sebaliknya, berbagai aktivitas manusia semakin

mempercepat laju erosi. Erosi tersebut di kenal sebagai erosi dipercepat (accelerated

erosion). Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, akibatnya akan terjadi

kerusakan daya tanah dan lahan. Beberapa jenis kerusakan yang ditimbulkan oleh

peristiwa erosi antara lain sebagai berikut:

1. Tanah akan kehilangan unsur hara dan bahan organik.

2. Penghancuran agregat dan pelepasan partikel-partikel tanah dari massa tanah.

3. Degradasi sumber daya tanah dan lahan.

4. Penjenuhan tanah oleh air.

5. Kemampuan tanah untuk mendukung perumbuhan tanaman menjadi

berkurang.

Dampak erosi terhadap kehidupan terjadi di dua tempat, yaitu di daerah tanah

yang tinggi tempat terjadinya erosi dan di daerah yang rendah tempat terjadi

proses pengendapan.

5.7 Usaha Mengurangi Erosi

a.Metode Vegetatif

Metode vegetatif dalam konservasi tanah adalah pengelolaan atau penanaman

tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju dari erosi

dan aliran permukaan.

I. Penanaman tanaman penutup tanah

Page 17: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang memang sengaja ditanam

untuk melindungi tanah dari erosi dan aliran permukaan. Cara ini

diharapkan dapat menambah bahan organik tanah yang sekaligus

meningkatkan produktivitas tanah.

II. Penanaman strip (strip cropping)

Strip cropping adalah suatu penanaman tanaman dengan jenis beberapa

tanaman yang ditanam dalam strip yang berselang seling pada sebidang

tanah dan disusun berdasarkan garis kontur atau memotong arah lereng.

Dapat dilakukan denga 3 cara berikut:

a. Penanaman strip menurut garis kontur (Contour strip cropping),

penanaman dilakukan sejajar dengan garis kontur.

b. Penanaman strip lapangan (field strip cropping), yaitu penanaman yang

tidak perlu sejajar dengan garis kontur, tetapi cukup dilakukan dengan

memotong lereng dengan lebar strip yang seragam.

c. Penanaman strip penyangga (buffer strip cropping), yaitu diantara

tanaman pokok ditanami tanaman penyangga (pengawet tanah),

misalnya tanaman kacang-kacangan atau rumput yang sifatnya

permanen dalam menutup tanah.

Penanaman strip hanya efektif untuk lahan-lahan yang kemiringan

lerengnya tidak lebih dari 8,5 % atau lahan dengan kemiringan lereng

berkisar 6% sampai 15%.

III. Penanaman berganda (multiple cropping)

Multiple cropping adalah sistem penanaman dengan cara menggunakan

beberapa jenis tanaman yang ditanam secara bersamaan, disisipkan, atau

digilir pada sebidang tanah. Beberapa keuntungannya adalah....

- Tanah akan selalu tertutup oleh vegetasi.

- Pengolahan tanah dapat dikurangi.

- Dapat menekan populasi hama dan penyakit tanaman.

- Dapat mengurangi pengangguran musiman.

- Intensitas penggunaan lahan semakin tinggi.

- Tanah tidak akan kehilangan unsur hara tertentu.

Jenis-jenis multiple cropping:

Page 18: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

a. Intercropping (tumpang sari), yaitu system penanaman dengan meng

gunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam secara serentak

pada sebidang lahan.

b. Sequental cropping (penanaman beruntun), yaitu system penanaman

dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang lahan,

dimana tanaman kedua ditanam bersamaan dengan panen tanaman

pertama.

c. Relay cropping (tumpang gilir), yaitu system penanaman dengan

menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang lahan,

dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama berbunga.

IV. Penghutanan kembali (reboisasi)

Reboisasi adalah kegiatan memulihkan dan menghutankan kembali

tanah-tanah yang telah gundul sehingga fungsi hutan dapat dipenuhi

kembali, baik untuk keperluan produksi, pengaturan air serta perlindungan

alam, maupun social budaya.

a. Metode Mekanik

Metode mekanik dalam konservasi tanah adalah semua perlakuan fisik

mekanik yang diberikan terhadap tanah, yaitu:

1. Pengaturan sistem pengolahan tanah.

2. Terrassering.

3. Pembuatan bendungan pengendali (chek dam).

Adalah waduk kecil dengan konstruksi khusus yang dibuat di

daerah berbukit dengan kemiringan lereng di bawah 30%.

Bangunan ini bertujuan untuk menampung aliran air permukaan

dan sedimen hasil erosi, sehingga meningkatkan jumlah air yang

akan meresap ke dalam tanah/infiltrasi.

HIPOTESIS

Penggunaan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif

Page 19: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

untuk pembelajaran geografi pada materi pembelajaran pedosfer di SMA Negeri 2

Kebumen tahun ajaran 2013/2014.

G. METODE PENELITIAN

1. Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas X.5 SMA Negeri 2 Kebumen pada

tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa 40 orang, dengan latar belakang sosial ekonomi

yang heterogen.

2. Rencana Tindakan

1) Perencanaan

Untuk memperlancar pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ini kami

menyusun alat pengumpul data, menyusun RPP, membuat media pembelajaran,

menyiapakan sarana dan prasarana pembelajaran, menyususn instrumen tes awal dan

tes akhir, menyususn panduan observasi, penyusun pembagian tugas.

2) Implmentasi Tindakan

a. Pendahuluan

Mempersiapkan konsep materi yang akan dijadikan bahan pembelajaran yaitu :

KD : Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer

serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

Indikator : Siswa mampu menjelaskan tentang faktor – faktor yang

mempengaruhi pembentukan tanah.

b. Langkah Utama

1. Kegiatan Awal

Guru memotivasi siswa agar terlibat aktif pada aktivitas penyelidikan suatu

masalah dengsn diskusi, memcahkan masalah, merangkum dan

mempresentasikan hasil temuannya

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Guru memberikan apersepsi

2. Kegiatan inti

Page 20: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

Siswa mendengarkan informasi tentang cara belajar dari guru dan

mendengarkan topic permasalahan yang akan diselesaikan didalam

kelompoknya ( merumuskan topic permasalahan)

Guru menyuruh siswa menempati kelompoknya masing-masing yang telah

ditentukan dan mengingatkan siswa untuk dapat bekerja sama dalam

kelompok

Siswa menerima lembar kerja siswa

Dari LKS yang telah diberikan, guru mendapatkan siswa pada situasi yang

dapat menyelesaikan masalah dan merencanakan penyelesaian masalah

dengan cara menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data,

sedangkan guru memberikan bimbingan seperlunya ( merencanakan tugas).

Siswa mengerjakan LKS dan menyusun investigasi dari hasil analisis yang

dilakukannya ( melaksanakan investigasi )

Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa yang diberikan guru, sedangkan

guru membnatu siswa  sebagai fasilitator dengan berkeliling untuk

mengamati, memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa seperlunya.

Siswa membuat laporan / kesimpulan kelompok yang akan dipresentasikan

berupa hasil investigasi dari diskusi kelompok tentang volume kubus dan

balok yang telah ditemukan pada karton yang telah disediakan oleh guru

dengan petunjuk yang ditentukan guru (menyiapkan laporan akhir

kelompok).

Perwakilan kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

tentang penemuan volume kubus dan balok didepan kelas. Beberapa siswa

yang lainnya diminta memberikan pendapat atau pertanyaan tentang

jawaban temannya. Guru mengkonfirmasikan jawaban yang diberikan dan

menegaskan jawaban yang benar ( mempresentasikan laporan akhir ).

Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan guru untuk memantapkan

pemahaman siswa

Setelah siswa selesai mengerjakan latihan, guru bersama siswa membahas

latihan tersebut dengan meminta beberapa siswa mengerjakan kedepan.

Page 21: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

Kegiatan Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran

yang telah dipelajari

Guru memberikan tes formatif kepada siswa

Guru memberikan tugas rumah kepada siswa

3) Observasi

Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat dari siswa, guru / kolaborator

meneliti menggunakan instrumen berupa :

a. Catatan yang meliputi “Persiapan, pelaksanaan dan penelitian”

b. Lembar evaluasi

c. Lembar Observasi

d. Angket

4) Analisis Dan Refleksi

Data yang dicatat tiap langkah meliputi :

a. Data hasil pemahaman materi belajar

b. Data hasil minat dalam melaksanakan tugas dan diskusi

Data di atas dianalisi secara berkala setiap langkah untuk mengetahui hasil yang

sebenarnya berdasarkan tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang hendak

dicapai

5) Data dan cara pengumpulan data

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti menggunakan data

kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut digunakan untuk menggambarkan

perubahan yang terjadi setelah ada tindakan tertentu, baik kinerja siswa, kinerja

guru dan suasana kelas.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini digunakan berbagai macam sumber

data antara lain :

a. Dokumen/ portofolio

b. Buku harian

c. Photo - photo

d. Hasil pengamatan

e. Wawancara

f. Angket

Page 22: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

g. Test

6) Indikator Keberhasilan

a. Indikator kuantitatif pembelajaran

Indikator kuantitatif pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil,

apabila hasil belajar siswa kelas X.5 SMAN 2 Kebumen mencapai daya

serap individu lebih atau sama dengan 80% (sesuai dengan KKM mata

pelajaran Geografi di sekolah tersebut), ketuntasan belajar klasikal mencapai

lebih atau sama dengan 85%.

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data untuk menentukan

persentase daya serap siswa secara individu dan daya serap klasikal.

a. Daya Serap Individu (DSI)

Persentase DSI= ….. x 100 %

b. Ketuntasan Belajar Klasikal

Persentase KBK= Σ/ Σ x 100%

b. Indikator kualitatif pembelajaran

Indikator kualitatif pembelajaran dalam penelitian ini, dapat dilihat dari dua

aspek yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran

oleh guru. Penelitian ini dikatakan berhasil jika kedua aspek tersebut telah

berada dalam kategori baik atau sangat baik.

Analisis data kualitatif penelitian ini dilakukan sesudah pengumpulan data.

Adapun tahap-tahap analisis data kualitatif yaitu mereduksi data, penyajian

data dan verifikasi data. Untuk indikator kurang diberi skor 1, cukup diberi

skor 2, baik diberi skor 3, dan sangat baik diberi skor 4 Selanjutnya

dihitung persentase rata-rata dengan

rumus :

Nilai rata-rata (NR) = ……. x100%

Kriteria tingkat aktivitas guru dan siswa dapat ditentukan sebagai berikut :

75% < NR ≤ 100% : Sangat baik

50% < NR < 75% : Baik

25% < NR < 50% : Cukup Baik

0% < NR < 25% : Kurang Baik

Page 23: Ariffianti Hamidah-3201411050 (PTK)

H. JADWAL PENELITIAN

No Jenis KegiatanBulan Ke -

1 2 3 4 5 61. Persiapan

a. Pemilihan Masalah Xb. Studi Kepustakaan Xc. Analisis Dokumen X

2. Pelaksanaan Siklus I Xa. Pembuatan media, dll Xb. Pelaksanaan Tindakan Xc. Pengumpulan Data Xd. Analisis dan Refleksi X

3. Pelaksanaan Siklus IIa. Pembuatan media, dll Xb. Pelaksanaan Tindakan Xc. Pengumpulan Data Xd. Analisis dan Refleksi X

4. Tabulasi dan Analisis X5. Penyusunan draf laporan X X6. Seminar X7. Perbaikan Laporan X

I. DAFTAR PUSTAKA

Sunarko. 2008. Buku Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Semarang : Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Sulthon, Burhanuddin, Soejoto. 2006. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi Melalui Model Pembelajaran Group Investigation kelas XI IPS SMA Muhammadiyah II Mojosari-Mojokerto. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).