laporan resmi tanaman pakan (isi)

Post on 16-Apr-2017

81 Views

Category:

Education

16 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

1

ACARA 1.

SCARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH

2

BAB I

PENDAHULUAN

Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang

pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi

masalah karena produksi benih bermutu masih belum bisa mencukupi permintaan

pengguna atau petani bahkan peternak. Mendapatkan benih yang bermutu

bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih lagi benih hijauan makanan ternak

(legum) kebanyakan mempunyai kulit yang keras, untuk membantu proses

perkecambahan perlu dilakukan skarifikasi sehingga dapat mengubah kulit yang

tidak permeabel menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air. Benih adalah biji

tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman.

Tujuan dari praktikum ilmu tanaman pakan adalah agar mahasiswa

mengetahui efek skarifikasi terhadap persentasi perkecambahan berbagai

leguminosa pakan, dan mengetahui efek skarifikasi dan kedalaman terhadap

persentasi muncul tanah berbagai leguminosa pakan, serta mampu melakukan

skarifikasi. Manfaat dari praktikum ilmu tanaman pakan adalah mengetahui cara

skarifikasi yang paling efektif agar mendapatkan hijauan pakan yang maksimal.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skarifikasi

Skarifikasi adalah suatu upaya pada benih dengan cara memecah dormasi

yang bertujuuan untuk mengubah kulit biji yang tidak permeabel menjadi

permeabel terhadap gas-gas dan air. Skarifikasi menyebabkan terjadinya

peningkatan permeabilitas kulit benih sehingga laju imbibisi benih tinggi. Laju

imbibisi yang tinggi diikuti dengan penguraian cadangan makanan yang tinggi.

Impermeabilitas benih legume disebabkan oleh dua lapisan paling luar kulit benih

yaitu kutikula dan palisade (Juhanda et al., 2013). Kulit benih yang permeable

memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi

dapat terjadi. Skarifikasi dibagi menjadi tiga, yaitu skarifikasi mekanik, kimiawi

dan fisik. Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk memberikan

kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan;

pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan pisau,

jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya (Schmidt, 2000).

2.1.1. Skarifikasi fisik

Beberapa jenis terkadang memerlukan perendaman dalam air panas

dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perlakuan fisik dengan

merendam benih pada air panas dilakukan selama 10 menit dengan suhu 600C.

Perkecambahan benih dengan skarifikasi fisik yaitu dengan cara perendaman ke

4

dalam air panas rata-rata 16%. Rendahnya presentase disebabkan karena kurang

lamanya waktu perendaman, penyerapan air dimulai proses imbibisi (fase I)

sampai 24 jam yang merupakan fase penyerapan dan diikuti oleh (fase II) yang

ditandai dengan penyerapan air yang cenderung konstan (Bewley dan Black

2006). Benih tanaman legum pada umumnya mengalami dormansi fisik yang

disebabkan oleh morfologis kulit benih yang menyebabkan kulit benih bersifat

impermeable (Schmidt 2000).

2.1.2. Skarifikasi kimia

Perlakuan secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia

dengan tujuan agar kulit biji yang digunakan sebagai benih bersifat permeable

terhadap air. Perendaman menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji

mejadi permeabel terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode

yang pendek (Soemarsono 2002). Perlakuan dengan menggunakan H2SO4 pada

benih biasanya bertujuan untuk merusak kulit benih, akan tetapi apabila terlalu

berlebihan dalam hal konsentrasi atau lama waktu perlakuan dapat menyebabkan

kerusakan pada embrio. Penggunaan H2SO4 pada skarifikasi kimia terhadap benih

puero dengan mengikuti tata cara yang sesuai akan menyebabkan benih menjadi

permeable. Dengan adanya permeabilitas, biji akan dapat mensuplai kebutuhan

untuk pertumbuhan (Lensari 2009).

5

2.1.3. Skarifikasi mekanik

Skarifikasi mekanik umumnya digunakan memecah dormansi benih akibat

impermeabilitas kulit, baik terhadap kulit maupun gas dan resistan mekanisme

kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit buah. Benih tanaman legum

umumnya mengalami dormansi fisik yang disebabkan oleh morfologis kulit benih

yang menyebabkan kulit benih bersifat impermeable (Schmidth, 2000).

Skarifikasi mekanik umumnya dilakukan dengan diamplas. Skarifikasi mekanik

dengan amplas dilakukan dengan kulit cadangan makanan yang berwarna merah

sehingga menyebabkan benih bersifat permeable sehingga air dapat masuk

kedalam benih yang diskarifikasi ( Juhanda et al., 2013).

2.2. Perkecambahan

Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,

khususnya tumbuhan berbiji. Proses perkecanbahan merupakan suatu rangakain

kompleks dari perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Perkecambahan

merupakan serangkaian peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai

ke bibit yang telah tumbuh. Perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi air

ke dalam benih (Copeland dan McDonal 2001). Tahap pertama suatu

perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya kulit

benih dan hidrasi dari protoplasma Sutopo (2002). Tumbuhan muda ini dikenal

sebagai kecambah. Proses perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari

lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang

teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji

6

menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam

bentuk embun atau uap air). Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana

benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi

yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup,

suhu dan cahaya yang sesuai (Schmidt 2002). Dengan adanya air, oksigen akan

masuk ke dalam benih dan mengurai cadangan makanan yang digunakan sebagai

sumber energi untuk pertumbuhan kecambah normal dalam waktu yang cepat dan

serentak (Juhanda et al., 2013).

2.3. Uji muncul tanah

Uji muncul tanah merupakan suatu cara pengujian kualitas tanah dalam

hubungannya dengan ketersediaan unsur hara dan zat-zat yang terkandung di

dalamnya yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Uji muncul tanah

dilakukan untuk mengetahui kecepatan tumbuhnya biji atau muncul biji di atas

tanah dan kedalaman efektif biji tanaman makanan ternak. Medium yang baik

untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur,

mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab

penyakit terutama cendawan (Sutopo 2002). Letak benih yang tertanam tersebut

kurang mendapatkan sinar matahari, sehingga benih terlambat pertumbuhannya.

Cahaya berpengaruh pada laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Peter et

al,. 2002)

7

2.4. Benih

Kualitas benih dalam perkecambahan atau uji muncul tanah sangat

mempengaruhi hasil produksi, semakin baik kualitas benih maka semakin baik

pula hasil yang akan diperoleh. Faktor ketersediaan benih sangat penting dalam

budidaya tanaman, untuk mendukung pengembangan dan budibayanya maka

dibutuhkan bibit yang bermutu dalam jumlah yang banyak dan dapat disediakan

dalam waktu singkat (Saleh, 2004). Dormansi benih merupakan sifat dormansi

tersebut dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan dalam persemaian dan

pembibitan. Keadaan dorman pada benih dapat berlangsung hanya beberapa hari

atau minggu, tetapi dapat juga sampai beberapa bulan, bahkan ada yang sampai

beberapa tahun. Setelah mendapat perlakuan khusus benih baru dapat

berkecambah (Mustika et al., 2010)

2.4.1. Puero

Puero merupakan legume yang memiliki ciri-ciri tumbuh merambat,

membelit dan memanjat, warna daunnya hijau tua dan bunganya berwarna ungu

kebiruan. Sifat perakarannya dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat,

daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Sumarsono

2007). Puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas

batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya dalam dan bercabang-

cabang, sehingga puero dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim

kemarau yang tak terlalu panjang (Novrida 2005).

8

2.4.2. Sentro

Tanaman sentro (Centrosema pubescens) memiliki ciri-ciri antara lain

tumbuh menjalar, berdaun tiga di setiap tangkainya, memiliki bunga denga warna

keunguan, daunnya berbentuk elips dan berbulu pada kedua permukaannya.

Centrosema memiliki batang yang langsing, daunnya berbentuk lonjong sampai

bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm dengan bulu pendek di dua permukaannya

(Purwantari et. al 2003). Bunga tersusun di tangkai yang pendek berwarna biru

keuunguan dengan lebih gelap kekuningan ukurannya 4 x 3 cm dengan taji yang

panjangnya tidak mencapai 1 mm. Sentro termasuk subfamili Papilionoidae

dengan ciri-ciri tanaman sentro antara lain tumbuh menjalar, batang agak berbulu,

daun majemuk, trifoliat, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-

kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan

panjang 10 - 15 cm (Rukmana 2005).

2.4.3. Kalopo

Kalopo (Calopogonium mucunoides) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh

merambat dan membelit, batannya panjang dan berbulu dengan warna kecoklatan,

daunnya berbentuk bulat, serta memiliki bunga yang berwarna biru keunguan.

Pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, memiliki daun majemuk tiga dengan

kedudukan berselang-seling (Purwanto 2007). Sifat tanaman kalopo adalah

tumbuh perenial, menjalar dan membelit, dapat membentuk hamparan setinggi 45

cm, berbatang lunak dan berbulu coklat keemas-emasan, berdaun majemuk, pada

setiap tangkai terdapat tiga anak daun, bentuk helaian daun membulat, berbulu

9

halus dan berwarna coklat keemas-emasan, bunga kecil berwarna biru dan

berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih pendek (3-4 cm) dan berbulu coklat

keemas-emasan (Rukmana 2005).

10

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum ilmu tanaman pakan dengan acara skarifikasi benih dan uji

muncul tanah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 April 2013 sampai

29 April 2013 pada pukul 15.30-17.30 di Laboratorium Ilmu Tanaman

PakanTernak dan Rumah Kaca, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Bahan yang digunakan dalam skarifikasi, perkecambahan dan uji muncul

tanah adalah 60 benih sentro, 60 benih puero dan 60 benih kalopo, air panas

60o C, larutan H2SO4 96 %, air, kapas atau tissu, plastik, amplas, dan tanah. Alat

yang digunakan adalah polibag sebagai media untuk uji muncul tanah. Amplas

untuk menggosok benih dalam melakukan skarifikasi mekanik, alat tulis untuk

menuliskan data hasil pengamatan.

3.2. Metode

3.2.1. Skarifikasi

Metode praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi skarifikasi

dilakukan dengan tiga metode yaitu secara fisik, kimiawi dan mekanik. Cara fisik

yaitu dengan merendam masing-masing 20 benih puero, sentro dan kalopo

kedalam larutan air panas 600C selama 10 menit, cara kimiawi dengan merendam

11

masing-masing 20 benih puero, sentro dan kalopo ke dalam larutan H2SO4 96%

selama 3 menit untuk centro dan kalopo dan 5 menit untuk puero, cara mekanik

dengan menggosok masing-masing 20 benih puero, sentro dan kalopo dengan

menggunakan amplas.

3.2.2. Perkecambahan

Metode yang digunakan dalam materi Perkecambahan dilakukan dengan

mengambil 20 benih puero, sentro dan kalopo pada masing-masing skarifikasi,

kemudian meletakkannya pada media, yaitu plastik yang sudah diberi tissu.

menyemprotkan air secara merata supaya lembab. Langkah selanjutnya adalah

menyimpan benih dalam suhu kamar, mengamati dan mencatat pertumbuhan

benih selama 14 hari disertai dengan melakukan penyiraman setiap hari

selanjutnya menghitung dan membuang benih yang tidak berkecambah,

menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks (VI), dan Coefesien Vigor

(CV).

Cara menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks, dan Coefisien

Vigor yaitu sebagai berikut:

% Perkecambahan= Jml biji yang tumbuh x 100% Jml biji yang ditanam

VI = C1 + C2 + ……………… + Cn D1 D2 Dn

CV = 100(A1+A2+………………..An) A1T1 + A2T2……………..AnTn

Keterangan:VI = Vigor IndeksC = Jumlah berkecambah pada hari tertentu

12

D = Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambahCV = Coefisien VigorT = Waktu yang berkorespondensi dengan AA = Jumlah benih yang berkecambah pada waktu teretentu

3.2.3. Uji Muncul Tanah

Metode yang digunakan dalam materi uji muncul tanah adalah menanam

masing-masing 20 benih puero, sentro, dan kalopo yang sudah diskarifikasi fisik,

kimia dan mekanik pada polibag sebagai media tanah. Mengamati dan mencatat

pertumbuhan benih selama 14 hari disertai dengan melakukan pengamatan setiap

hari selanjutnya menghitung berkecambah, menghitung persen perkecambahan,

Vigor Indeks (VI), dan Coefesien Vigor (CV).

Cara menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks, dan Coefisien

Vigor yaitu sebagai berikut:

% Perkecambahan= Jml biji yang tumbuh x 100% Jml biji yang ditanam

VI = C1 + C2 + ……………… + Cn D1 D2 Dn

CV = 100(A1+A2+………………..An) A1T1 + A2T2……………..AnTn

Keterangan:VI = Vigor IndeksC = Jumlah berkecambah pada hari tertentuD = Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambahCV = Coefisien VigorT = Waktu yang berkorespondensi dengan AA = Jumlah benih yang berkecambah pada waktu teretentu

13

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1. Perkecambahan

4.1.1. Perkecambahan fisik

Berdasarkan praktikum pada perkecambahan dengan skarifikasi fisik

diperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 1. Perkecambahan dengan Skarifikasi FisikJenis

LegumIndeks Vigor Koefisien Vigor %

PerkecambahanU1 U2 U1 U2Puero 0,34 0,11 13,3 11,1 30%Sentro 0,33 0 33,3 0 40%Kalopo 0,5 0,37 11,9 16,67 35%

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013

Berdasarkan hasil data praktikum perkecambahan dengan skarifikasi fisik

diperoleh bahwa jumlah benih yang berkecambah dan percepatan perkecambahan

antara U1 dan U2 berbeda. Rata-rata indeks vigor pada U1 lebih banyak

dibandingkan U2. Indeks vigor benih puero U1 0,34 dan U2 0,11, koefisien

vigor nya U1 13,3 dan U2 11,1. Indeks vigor pada sentro U1 0,33 dan U2 0,

koefisien vigornya U1 33,3 dan U2 0. Indeks vigor pada kalopo U1 0,5 dan U2

0,37, koefisien nya U1 11,9 dan U2 16,9. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor,

yaitu penyemprotan air yang kurang merata pada media tissue, posisi media dalam

keadaan berdiri pada inkubator menyebabkan air yang ada di posisi atas turun ke

bawah. benih yang terletak di posisi atas akan memperoleh kelembaban yang

14

rendah dibanding dengan yang di bawah, sehingga menyebabkan perkecambahan

tumbuh tidak serentak. Hal ini sesuai dengan pendapat Juhanda et al., (2013) yang

menyatakan bahwa dengan adanya air, oksigen akan masuk ke dalam benih dan

mengurai cadangan makanan yang digunakan sebagai sumber energi untuk

pertumbuhan kecambah normal dalam waktu yang cepat dan serentak.

Diantara ketiga jenis benih legume, yang paling bagus adalah benih

kalopo yaitu dengan indeks vigor 0,5 dan 0,37 dan koefisien vigor nya 11,9 dan

16,67. Persentase perkecambahan puero 30%, sentro 40% dan kalopo 35%.

Perbedaan ini dipengaruhi oleh lamanya perendaman masing-masing jenis legume

berbeda. Semakin lama direndam maka akan cepat berkecambah karena biji sudah

membuka. Hal ini sesuai dengan pendapat Bewley dan Black (2006) yang

menyatakan bahwa rendahnya presentase disebabkan karena kurang lamanya

waktu perendaman, penyerapan air dimulai proses imbibisi (fase I) sampai 24 jam

yang merupakan fase penyerapan dan diikuti oleh (fase II) yang ditandai dengan

penyerapan air yang cenderung konstan.

4.1.2. Perkecambahan kimia

Berdasarkan praktikum pada perkecambahan dengan skarifikasi kimia

diperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 2. Perkecambahan dengan Skarifikasi KimiaJenis

LegumIndeks Vigor Koefisien Vigor %

PerkecambahanU1 U2 U1 U2Puero 1,14 1,11 25 18,5 45%Sentro 0,5 0,5 25 25 20%Kalopo 1,06 0,97 12,12 13,33 70%

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013

15

Berdasarkan hasil data praktikum perkecambahan dengan skarifikasi kimia

diperoleh bahwa jumlah benih yang berkecambah dan percepatan perkecambahan

antara U1 dan U2 berbeda. Rata-rata indeks vigor dan koefisien vigor dari ketiga

jenis benih legum pada U1 lebih banyak dibandingkan U2. Benih puero yang

diskarifikasi kimia memiliki indeks vigor U1 1,14 dan U2 1,11, koefisien vigor

U1 25 dan U2 18,5. Indeks vigor benih sentro U1 0,5 dan U2 0,5 dan koefisien

vigor U1 25 dan U2 25. Indeks vigor benih kalopo U1 1,06 dan U2 0,97 dan

koefisien vigor 12,12 dan U2 13,33. Hal ini dipengaruhi penyemprotan air yang

kurang merata pada media tissue, posisi media dalam keadaan berdiri pada

inkubator menyebabkan air yang ada di posisi atas turun ke bawah sehingga

penyerapan air pada benih kurang maksimal dalam proses perkecambahan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa tahap pertama

suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya

kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Benih puero yang diskarifikasi kimia

memiliki indeks vigor tertinggi dan kalopo. Koefisien vigor tertinggi pada jenis

benih sentro. Persentase perkecambahan puero 45%, sentro 20% dan kalopo 70%.

Rata–rata presentase lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang fisik dan

mekanik. Hal ini dikarenakan H2SO4 yang bersifat asam dapat lebih meningkatkan

permeabilitas biji dari pada dengan air panas dan pengamplasan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Soemarsono (2002) yang menyatakan bahwa perendaman

menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji mejadi permeabel

terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode yang pendek.

16

4.1.3. Perkecambahan mekanik

Berdasarkan praktikum pada perkecambahan dengan skarifikasi mekanik

diperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 3. Perkecambahan dengan Skarifikasi MekanikJenis

LegumIndeks Vigor Koefisien Vigor %

PerkecambahanU1 U2 U1 U2Puero 0,67 0,28 21,43 13,3 30%Sentro 2,08 2,33 29,17 33,3 35%Kalopo 0,88 0,68 13,79 11,53 35%

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013

Berdasarkan hasil data praktikum perkecambahan dengan skarifikasi

mekanik diperoleh bahwa jumlah benih yang berkecambah dan percepatan

perkecambahan antara U1 dan U2 berbeda. Indeks vigor pada benih puero U1

0,67 dan U2 0,28. Indeks vigor benih sentro U1 2,08 dan U2 2,33. Indeks vigor

benih kalopo U1 0,88 dan U2 0,68. Koefisien Vigor pada benih puero U1 21,43

dan U2 13,3. Indeks vigor benih sentro U1 29,17 dan U2 33,3. Indeks vigor benih

kalopo U1 13,79 dan U2 11,53. Rata-rata percepatan perkecambahan tertinggi

adalah benih sentro yaitu dengan indeks vigor 2,08 dan 2,33 dan koefisien vigor

nya 29,17 dan 33,3. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu penyemprotan air

yang kurang merata pada media tissue, posisi media dalam keadaan berdiri pada

inkubator menyebabkan air yang ada di posisi atas turun ke bawah. Benih yang

terletak di posisi atas akan memperoleh kelembaban yang rendah dibanding

dengan yang di bawah. Menurut pendapat Schmidt (2000) menyatakan bahwa

dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel)

namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik

17

untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya.

Ditambahkan oleh pendapat Copeland dan McDonal (2001) menyatakan bahwa

perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi air ke dalam benih. Percepatan

perkecambahan terendah adalah benih puero dengan indeks vigor nya 0,67 dan

0,28 dan koefisien vigor nya 21,43 dan 13,3. Persentase perkecambahan puero

30%, sentro 35% dan kalopo 35%. Persentase yang rendah dapat terjadi karena

pengamplasan yang kurang baik menyebabkan kulit biji tidak terkelupas dengan

baik, sehingga air maupun gas tidak dapat masuk sehingga perkecambahan

terhambat. Selain itu yang dapat menyebabkan tidak berkecambahnya biji adalah

konsentrasi air yang terlalu banyak pada waktu penyiraman. Hal ini sesuai

dengan pendapat Juhanda et al., (2013) Kulit benih yang permeabel

memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi

dapat terjadi.

4.2. Uji muncul tanah

4.2.1. Uji muncul tanah fisik

Berdasarkan praktikum pada uji muncul tanah dengan skarifikasi fisik

diperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 4. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi FisikJenis

LegumIndeks Vigor Koefisien Vigor %

PerkecambahanU1 U2 U1 U2Puero 0,57 0,44 14,28 16,67 30%Sentro 1,67 0,78 33,33 25 35%Kalopo 0,64 0,32 11,9 16,67 35%

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013

18

Berdasarkan hasil pengamatan uji muncul tanah dengan skarifikasi fisik di

dapatkan hasil U1 dan U2 yang berbeda pada indeks vigor maupun koefisien

vigornya. Indeks vigor pada puero U1 dan U2 adalah 0,57 dan 0,44 sementara

koefisien vigor puero U1 dan U2 adalah 14,28 dan 16,67. Indeks Vigor sentro

pada U1 dan U2 adalah 1,67 dan 0,78 sementara koefisien vigor sentro pada U1

dan U2 adalah 33,33 dan 25. Indeks vigor kalopo pada U1 dan U2 adalah 0,64 dan

0,32 sementara koefisen vigor U1 dan U2 adalah 11,9 dan 16,67. Percepatan uji

muncul tanah terendah adalah benih puero dengan indeks vigor skarifiksi fisik

benih puero pada U1 dan U2 adalah 0,57 dan 0,44 sementara koefisien vigor

skarifiksi fisik benih puero pada U1 dan U2 14,28 dan 16,67. Percepatan uji

muncul tertinggi skarifikasi fisik adalah benih sentro dan kalopo. Hal itu

dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kurangnya penyinaran matahari karena

letak polibag berada dibawah meja, penyiraman benih yang tidak merata. Hal ini

sesuai dengan pendapat Peter et al., (2002) menyatakan bahwa letak benih yang

tertanam tersebut kurang mendapatkan sinar matahari, sehingga benih terlambat

pertumbuhannya karena cahaya berpengaruh pada laju pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Persentase uji muncul tanah puero 30%, sentro 35% dan

kalopo 35%. Diantara ketiga jenis benih legume tersebut, benih puero paling

lambat daya tumbuhnya. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurang lama dalam

perendaman air hangat. Hal ini sesuai dengan pendapat Bewley dan Black (2006)

menyatakan bahwa rendahnya presentase disebabkan karena kurang lamanya

waktu perendaman, penyerapan air dimulai proses imbibisi (fase I) sampai 24 jam

19

yang merupakan fase penyerapan dan diikuti oleh (fase II) yang ditandai dengan

penyerapan air yang cenderung konstan.

4.2.2. Uji muncul tanah kimia

Berdasarkan praktikum pada uji muncul tanah dengan skarifikasi kimia

diperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 5. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi KimiaJenis

LegumIndeks Vigor Koefisien Vigor %

PerkecambahanU1 U2 U1 U2Puero 1,86 1,15 18 18,75 75%Sentro 0 0,33 0 33,33 5%Kalopo 1,03 0,97 12,12 13,33 70%

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013

Berdasarkan hasil pengamatan uji muncul tanah dengan skarifikasi kimia

terdapat perbedan indeks vigor dan koefisien vigor pada U1 dan U2.. Indeks vigor

skarifikasi kimia puero pada U1 dan U2 adalah 1,86 dan 1,15 sementara koefisien

vigor skarifikasi kimia puero pada U1 dan U2 adalah 18 dan 18,75. Indeks vigor

skarifikasi kimia sentro pada U1 dan U2 adalah adalah 0 dan 0,33 sementara

koefisien vigor skarifikasi kimia ssentro adalah 0 dan 33,33. Indeks vigor

skarifikasi kimia kalopo pada U1 dan U2 adalah 1,037 dan 0,97 sementara

koefisien vigor skarifikasi vigor kalopo pada U1 dan U2 adalah 12,12 dan 13,33.

Percepatan uji muncul tanah terendah adalah pada benih puero dengan indeks

vigor skarifikasi kimia U1 dan U2 adalah adalah 0 dan 0,33 sementara koefisien

vigor skarifikasi kimia sentro adalah 0 dan 33,33. Percepatan uji muncul tanah

tertinggi adalah benih puero dengan indeks vigor skarifikasi kimia pada U1 dan

20

U2 adalah 1,86 dan 1,15 sementara koefisien vigor skarifikasi kimia puero pada

U1 dan U2 adalah 18 dan 18,75. Hal itu disebabkan karena terlalu lama

perendaman larutan H2SO4 pada proses skarifikasi kimia terhadap benih sentro,

sehingga menyebabkan pertumbuhan benih sentro menjadi terhambat karena

terjadi kerusakan pada embrio. Hal ini sesuai dengan pendapat Lensari (2009)

bahwa perlakuan dengan menggunakan H2SO4 pada benih biasanya bertujuan

untuk merusak kulit benih, akan tetapi apabila terlalu berlebihan dalam hal

konsentrasi atau lama waktu perlakuan dapat menyebabkan kerusakan pada

embrio. Penggunaan H2SO4 pada skarifikasi kimia terhadap benih puero dengan

mengikuti tata cara yang sesuai akan menyebabkan benih menjadi permeable.

Dengan adanya permeabilitas, biji akan dapat mensuplai kebutuhan untuk

pertumbuhan. Persentase uji muncul tanah puero 75%,sentro 5%, dan kalopo

70%. Terjadi perbedaan hasil pengujian viabilitas benih yang dipengaruhi oleh

media tumbuh terkait dengan kemampuan media tersebut mensuplai kebutuhan

benih untuk pertumbuhannya. Sifat fisik yang baik dan kemampuan mererap air

merupakan salah satu kriteria media tumbuh yang baik. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sutopo, (2002) yang menyatakan bahwa medium yang baik untuk

perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai

kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama

cendawan.

21

4.2.3. Uji muncul tanah mekanik

Berdasarkan praktikum pada uji muncul tanah dengan skarifikasi mekanik

diperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 6. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik Jenis

LegumIndeks Vigor Koefisien Vigor %

PerkecambahanU1 U2 U1 U2Puero 0,96 0,53 15,625 13,36 40%Sentro 2,63 2,66 13,81 42,85 85%Kalopo 0,63 0,43 13,79 11,54 35%

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013

Berdasarkan hasil pengamatan uji muncul tanah dengan skarifikasi

mekanik di dapatkan hasil percepatan yang berbeda. Indeks vigor skarifikasi

mekanik terhadap benih puero pada U1 dan U2 adalah adalah 0,96 dan 0,53

sementara koefisien vigor skarifikasi mekanik benih puero pada U1 dan U2 adalah

15,625 dan 13,36. Indeks vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2

adalah 2,63 dan 2,66 sementara koefisien vigor benih sentro pada U1 dan U2 adalah

13,81 dan 42,85. Indeks vigor skarifikasi benih kalopo pada U1 dan U2 adalah 0,63

dan 0,43 sementara koefisien vigor skarifikasi benih kalopo pada U1 dan U2 adalah

13,79 dan 11,54. Percepatan muncul tanah tertinggi adalah benih sentro dengan

indeks vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2 adalah 2,63 dan 2,66

dan koefisien vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2 adalah 13,81

dan 42,85. Percepatan uji muncul tanah terendah adalah benih kalopo dengan

indeks vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2 adalah 0,63 dan 0,43

dan koefisien vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2 adalah 13,79

dan 11,54. Persentase uji muncul tanah puero 40%, sentro 85%, dan kalopo 35%.

22

Hal itu disebabkan oleh benih sentro yang diamplas sangat efektif dalam

percepatan daya tumbuhnya. Perlakuan ini memungkinkan air masuk kedalam

benih untuk memulai berlangsungnya proses perkecambahan benih. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa tahap pertama suatu

perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya kulit

benih dan hidrasi dari protoplasma. Diperkuat oleh pendapat Juhanda et al.,

(2013) yang menyatakan bahwa skarifikasi mekanik dengan ampelas dilakukan

dengan cadangan makanan yang berwarna merah sehingga menyebabkan benih

bersifat permeabel sehingga air dapat masuk kedalam benih yang diskarifikasi.

23

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi pengujian

daya tumbuh dan uji muncul tanah. Skarifikasi kimia merupakan cara yang paling

efektif dalam perkecambahan dan uji muncul tanah pada benih. Uji muncul tanah

yang paling baik adalah jenis benih kalopo yang diskarifikasi kimia. Jenis benih

puero yang discarifikasi kimia paling cepat perkecambahannya.

5.2. Saran

Sebaiknya pada praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi skarifikasi uji

perkecambahan dan uji muncul tanah, kita harus lebih berhati-hati dalam

pengamatan biji selama 14 hari. Praktikan harus menyiapkan jadwal dan daftar

tabel hasil pengamatan dengan rapi dan tertib, agar tidak terjadi kekeliruan dalam

pendataan dan penghitungan perkecambahan.

24

DAFTAR PUSTAKA

Bewley, J.D. and M. Black. 2006. Seeds, Physiology of Development And Germination. Plenum Press. New York. 367 p.

Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and Technology. Kluwer Academic Publishers. 467 p.

Juhanda, Yayuk Nurmaity dan Ermawati. 2013. Jurnal Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993. Vol. 1, No. 1: 45-49. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi Dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.)

Lensari , Delfy. 2009. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi terhadap Kemampuan Perkecambahan Benih Angsana. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Peter, R. G. dan Fisher, H. M. 2002. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Purwantari, N.D., B.R. Prawiradiputra, Armiadi Semali, Siti Yuhaeni, E. Sutedi, Sajimin dan A. Afanindi. 2003. Peningkatan Produktivitas Tanaman Pakan Ternak. Laporan Penelitian. Balai Penelitin Ternak.

Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, H. R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.

Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Diterjemahkan oleh Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. PT Gramedia.Jakarta. 530 hlm.

Soemarsono. 2002. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Penerbit Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Sutopo, L., 2002. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian UNBRAW. . Jakarta: PT Raja Grafindo Persad.

25

ACARA II

PENGENALAN JENIS TANAMAN PAKAN

26

BAB I

PENDAHULUAN

Pengenalan jenis hijauan penting dilakukan mengingat semakin

pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak khususnya ruminansia.

Identifikasi hijauan pakan dapat dilakukan berdasarkan karakteristik yang dimiliki

tiap-tiap jenis hijauan pakan. Hijauan pakan dapat dikelompokkan menjadi dua

macam, yaitu rumput dan legum. Rumput merupakan tumbuhan monokotil dan

memiliki kandungan serat yang tinggi. Beberapa tanaman yang termasuk dalam

jenis rumput antara lain Pennisetum purpureum, Pennisetum hybrida, Brachiaria

brizantha, Panicum maximum dan Setaria sphacelata.

Legum merupakan tumbuhan dikotil dan memiliki kandungan protein dan

mineral (Ca dan P) yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput. Namun dalam

pemberian legum untuk pakan ternak tidak boleh lebih dari 40% karena legum

mengandung racun dan zat antinutrisi. Beberapa tanaman yang termasuk dalam

jenis legum antara lain Gliricidia maculate, Leucaena leucocephala,

Calopogonium muconoides, Centrosema pubescens, dan Pueraria phaseoloides.

Tujuan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan yaitu mengenali dan

memahami tentang karakteristik jenis-jenis penting rumput dan legum pakan serta

mengenali ciri khas masing-masing jenis hijauan pakan. Manfaat praktikum

pengenlan jenis hijauan pakan yaitu agar dapat membedakan karakteristik masing-

masing jenis hijauan pakan dan mengetahui morfologi atau bagian-bagian yang

terdapat pada masing-masing jenis hijauan pakan (gramineae dan leguminoceae).

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput (Gramineae)

Rumput atau gramineae mempunyai taksonomi sebagai berikut :

Filum : Spermatophyta/AnthopitaSub filum : AngiospermaeKelas : MonocotiledoneaeOrdo : GlumiforaFamilia : GramineaeSub- familia : PanicoideaeTribus : Paniceae, eragrosteae, chloroideae, andropogoneae. Genus : PennisetumSpesies : Pennisetum purpureum

Rumput merupakan tumbuhan monokotil dengan siklus hidup annual dan

perenial. Rumput mempunyai sifat tumbuh yaitu dengan membentuk rumpun,

tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan

merayap tetapi batang tumbuh ke atas dan rumpun membelit (Soemarsono, 2002).

Rumput dibedakan menjadi dua golongan yaitu rumput potong dan rumput

gembala. Syarat rumput potong adalah produksi per satuan luas cukup tinggi,

tumbuh tinggi secara vertikal, banyak anakan dan responsif terhadap pemupukan,

contohnya adalah Pennisetum purpureum, Panicum maximum, Euchlaena

mexicana, Setaria sphacelata, Panicum coloratum, Sudan grass. Syarat rumput

gembala adalah pendek atau menjalar (stolon), tahan renggut dan injak,

perakarannya kuat dan dalam, serta tahan kekeringan. Contohnya adalah

Brachiaria brizantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum

dilatatum, Digitaria decumbens, Chloris gayana (Sumarsono, 2007).

28

2.1.1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput gajah merupakan salah satu jenis hijauan pakan. Rumput gajah

(elephant grass) disebut juga naper (naper grass) atau rumput uganda (Uganda

grass). Karakteristik morfologi rumput gajah adalah tumbuh tegak, merumpun

lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal dan keras, daun

panjang dan berbunga seperti es lilin (Rukmana, 2005). Rumput gajah merupakan

hijauan pakan yang disukai ternak. Rumput ini merupakan tipe tanaman tahunan

yang dapat ditanam secara monokultur dan tumpangsari dengan legum, sehingga

dapat diperoleh manfaat maksimal. Pertumbuhan rumput ini relatif lebih cepat,

daun-daun dan perkarannya dapat menahan erosi (Mufarihin et al., 2012). Rumput

gajah (Pennisetum purpureum), sebagai bahan pakan ternak yang merupakan

hijauan yang unggul, dari aspek fisiologi dan produksi. Produksi rumput gajah

dapat mencapai 20-30 ton/ ha/ tahun (Ella, 2002).

2.1.2. Rumput raja (Pennisetum hybrida)

Rumput raja mempunyai karakteristik tumbuh membentuk rumpun, warna

daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, dan tulang daun lebih

putih dari rumput gajah (Mannetje, 2000). Rumput raja merupakan tanaman

tahunan, tumbuh tegak membentuk rumpun, perakaran dalam, bentuk mirip

dengan tanaman tebu, batang tebal dan keras. Rumput ini berdaun lebih lebar dan

lebih panjang dibandingkan dengan daun rumput gajah, pada daun terdapat

banyak bulu kasar dibandingkan rumput gajah. Selain itu, tanaman rumput raja

tidak berbunga (Suyitman, 2003). Rumput raja dapat tumbuh pada tanah yang

29

subur di dataran rendah sampai di dataran tinggi dengan curah hujan tahunan lebih

dari 1.000 mm. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput

gajah yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali panen atau antara

200-250 ton rumput segar/ hektar/ tahun (Rukmana, 2005).

2.1.3. Rumput bebe (Brachiaria brizantha)

Rumput bebe (Brachiaria brizantha) merupakan salah satu jenis rumput

yang digunakan untuk penggembalaan ringan (light grazing) pada umur 3-5 bulan

setelah biji disebar. Brachiaria memiliki karakteristik antara lain tumbuh semi

tegak sampai tegak, berumur panjang, tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi

hamparan dapat mencapai 30-45 cm dan tangkai yang sedang berbunga dapat

mencapai tinggi 1 m, bentuk daun linier, berambut atau berbulu dan berwarna

hijau gelap (Fanindi dan Prawiradiputra, 2004). Karakteristik lain yang terdapat

pada Brachiaria brizantha yaitu memiliki pangkal batang yang bercabang banyak

sehingga terbentuk hamparan yang lebat, tinggi hamparan lebih kurang 1 m dan

pangkal daun berbulu lebat (Rukmana, 2005).

2.1.4. Rumput benggala (Panicum maximum)

Rumput benggala (Panicum maximum) merupakan salah satu jenis hijauan

pakan yang memiliki karakteristik tumbuh tegak membentuk rumpun, mirip padi

dengan tinggi tanaman 1,00–1,50 m, daun bentuk pita, berwarna hijau dengan

panjang 40-105 cm dan lebar 10-30 mm (Sajimin et al., 2004). Rumput benggala

merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hijauan

30

pakan bagi ternak ruminansia karena rumput benggala termasuk tanaman berumur

panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah, palatabel (disukai ternak) serta

mempunyai komposisi nutrisi yang baik (Purbajanti et al., 2007).

2.1.5. Rumput setaria (Setaria sphacelata)

Rumput setaria sering disebut setaria Lampung atau Timothy Emas

Lampung. Rumput setaria berasal dari kawasan Afrika tropis, kemudian

berkembang di Kenya dan Senegal. Rumput setaria memiliki karakteristik tumbuh

tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar

berwarna hijau gelap, berbatang lunak, pangkal batang pipih, dan pelepah daun

pada pangkal batang tersusun seperti kipas (Rukmana, 2005). Rumput setaria

merupakan rumput yang tahan terhadap panas dan cepat tumbuh (Rochani, 2010).

2.2. Legum (Leguminoceae)

Umumnya legum pakan termasuk ke dalam sub famili Papilionacea,

memiliki siklus hidup : annual, binneal, perennial. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

leguminose mempunyai taksonomi sebagai beriku:

Filum : Spermatophyta/AnthopitaSub filum : AngiospermaeKelas : DicotiledoneaeOrdo : RosalesFamili : LeguminosaeSub- famili :Papilionaceae (Papilionadeae), Mimosaceae (Mimosa),

Caesalpiniaceae (Caesalpiniadeae).Genus : PuerariaSpesies : Pueraria phaseloides

31

Famili tanaman kacangan / leguminoceae terbagi atas tiga sub famili yaitu

mimosaceae, caesalpinaceae dan papilionaceae. Mimosaceae adalah tanaman

perdu berkayu dengan bunga biasa, sedangkan caesalpinaceae mempunyai bunga

irregular. Papilionaceae merupakan tanaman semak berkayu dengan bunga

papilonate atau berbentuk kupu. Menurut fungsinya, kacangan dibagi menjadi 3

macam, yaitu :

1. Sebagai hijauan pangan dan bahan pakan (papilionaceae), misalnya kacang

tanah (Arachis higogeae), kacang kedelai (Glycine soya), kacang panjang

(Vigna sinensis).

2. Sebagai hijaun pakan ternak (mimosceae), misalnya kacang gude (Cayanus

cayan), kalopo (Calopogonium mucunoides), sentro (Centrosema pubecens).

3. Multi fungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi), misalnya Gliricidia

maculate, Albizzia falcata (Sumarsono, 2002).

Legum termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun

biji cotyledone. Legume yang ada mempunyai siklus hidup secara annual, binneal

atau perennial. Leguminosa diandalkan sebagai hijauan sumber protein untuk

pakan ternak ruminansia di daerah tropika. Leguminosa mempunyai bintil akar

yang berfungsi dalam pemanfaatan nitrogen dari udara dan mengkonversi

nitrogen tersebut menjadi protein. Oleh karena itu leguminosa dapat memenuhi

kebutuhan nitrogen untuk hidupnya dan tumbuh dengan subur walaupun

persediaan nitrogen dalam tanah sedikit, melalui bakteri khusus (Rhizobium)

menginfeksi rambut akar dan berasosiasi dengan bintil akar (Novrida, 2005).

32

2.2.1. Daun Gamal (Gliricidia maculate)

Gamal merupakan tanaman sejenis perdu dari kerabat polong-polongan

(suku Fabaceae alias Leguminoceae). Karakteristik gamal yaitu memiliki cabang

banyak dengan tinggi tanaman 2-15 meter, batang berwarna hijau ketika masih

muda dan berwarna putih keabu-abuan sampai kecoklatan ketika tua, bunga

berbentuk kupu-kupu dan terkumpul pada ujung batang dengan warna mahkota

bunganya putih ungu dan terdapat 10 benangsari berwarna putih, daun berbentuk

elips (oval) dengan panjang rata-rata 2-7 cm dan lebar 1-3 cm (Natalia et al.,

2009). Gamal memiliki daun majemuk menyirip yang terdiri dari 7-17 helai daun

yang berhadapan dengan ujung runcing (Lilis, 2012).

2.2.2. Lamtoro (Leucaena leucocephala)

Tanaman lamtoro berasal dari Amerika tropis. Tanaman ini mempunyai

sistem perakaran yang dalam dan tahan kekeringan. Karakteristik tanaman ini

adalah tumbuh cepat, daun tanaman berukuran kecil, berwarna hijau dan tersusun

rapi bagai bulu burung dan tinggi pohon antara 5-7 m (Rukmana, 2005). Tanaman

lamtoro merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang tumbuh tegak dan

berupa pohon serta tidak berduri dan bunganya berbentuk bola dengan warna

putih kekuningan atau merah muda (Sumarsono, 2007). Selain itu, di dalam

tanaman lamtoro terkandung senyawa sekunder utama yang ditemukan berupa

mimosin, namun jumlanya relatif kecil, yaitu sekitar 3-4 % (Winugroho, 2009).

33

2.2.3. Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Kalopo atau kalopogonium (Calopogonium sp.) merupakan leguminosa

herba yang banyak ditemukan di perkebunan-perkebunan, khusunya perkebunan

karet. Kalopo ditanam sebagai penutup tanah karena karakteristik tanaman ini

yang dapat menekan gulma, menjadi pupuk hijau serta toleran terhadap naungan.

Tanaman ini mampu menghasilkan hijauan dalam jumlah yang relatif tinggi dan

stabil sepanjang tahun. Namun tanaman ini memiliki kelemahan yaitu

palatabilitasnya yang rendah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya bulu-bulu pada

daun dan batangnya (Fanindi dan Prawiradiputra, 2004), tetapi tanaman kalopo

akan disukai oleh ternak sapi selama musim kering (Rahman, 2006)

Kalopo merupakan jenis legum pakan yang memiliki karakteristik tumbuh

menjalar, merambat, memiliki daun majemuk tiga dengan kedudukan berselang-

seling (Purwanto, 2007). Kalopo dapat membentuk hamparan setinggi 45 cm,

berbatang lunak dan berbulu coklat keemas-emasan, berdaun majemuk dengan

bentuk helaian daun membulat, berbulu halus dan berwarna coklat keemas-

emasan, bunga kecil berwarna biru dan berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih

pendek (3-4 cm) dan berbulu coklat keemas-emasan (Rukmana, 2005).

2.2.4. Sentro (Centrocema pubescens)

Sentro atau centro termasuk subfamili papilionaceae. Tanaman ini berasal

dari Amerika Selatan. Sifat tanaman sentro adalah tumbuh menjalar dan

memanjat, batang berbulu, berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat

tiga helai anak daun, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-

34

kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan

panjang antara 10-15 cm (Rukmana, 2005). Sentro adalah tanaman legum pakan

penting, disukai ternak (palatable), merupakan spesies pertama yang digunakan

secara luas untuk perbaikan padang penggembalaan karena sangat produktif

dengan kualitas hijauan yang tinggi (Rahman, 2006). Centrosema memiliki

batang yang langsing, daunnya berbentuk lonjong sampai bulat dengan ukuran 3-9

x 1,5-5 cm dengan bulu pendek di dua permukaannya. Bunga pada tanaman sentro

tersusun di tangkai yang pendek berwarna biru keuunguan dengan lebih gelap

kekuningan ukurannya 4 x 3 cm dengan taji yang panjangnya tidak mencapai 1

mm (Purwantari et al., 2003).

2.2.5. Puero (Pueraria phaseoloides)

Puero termasuk tanaman legume pakan yang lebih palatable dibandingkan

kalopo. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah tropika basah dengan curah

hujan tahunan 1.200-1.500 mm dan tahan terhadap periode kering yang singkat

sekitar 2-3 bulan serta toleran terhadap tanah masam (pH 4.0-5.5) dan tanah yang

kekurangan P (Rahman, 2006). Karakteristik puero yaitu memiliki perakaran yang

dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan

bunganya berwarna ungu kebiruan (Sumarsono, 2007).

Puero tumbuh menjalar dan memanjat, tiap buku dapat bercabang banyak,

membentuk hamparan dengan ketinggian 60-75 cm, daun majemuk, pada tiap

tangkai terdapat tiga helai anak daun, helaian daun lebar, membulat membentuk

segitiga, bunga seperti kupu-kupu, polong pipih sedikit melengkung dengan

35

panjang kurang dari 10 cm (Rukmana, 2005). Tanaman puero mempunyai stolon

yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya yang bersinggungan

dengan tanah. Perakarannya yang dalam dapat berfungsi sebagai pencegah erosi,

tahan musim kemarau yang tak terlalu panjang (Novrida, 2005).

36

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi pengenalan jenis hijauan

pakan dilaksanakan pada hari Selasa, 23 April 2013 pukul 16.00 - 18.00 WIB di

Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian

Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam pratikum ilmu tanaman pakan dengan

materi pengenalan jenis hijaun pakan adalah kertas karton dan buku gambar

ukuran A4 untuk media menggambar. Serta pensil, penghapus dan spidol sebagai

alat yang digunakan untuk menggambar objek. Bahan yang digunakan dalam

praktikum ini adalah tanaman rumput benggala (Panicum maximum), rumput

gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum hybrida), rumput setaria

(Setaria sphacelata), rumput bebe (Brachiaria brizantha) dan tanaman legum

lamtoro (Leucaena leucocephala), sentro (Centrosema pubescens), gamal

(Gliricidia maculate), puero (Pueraria phaseoloides), kalopo (Calopogonium

mucunoides) lengkap sebagai objek gambar.

3.2. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menyiapakan macam-

macam tanaman pakan rumput dan legum lengkap dengan bagian-bagiannnya.

37

Menggambar rumput dan legum tersebut dalam karton dan buku gambar ukuran

A4 menggunakan pensil, penghapus dan spidol. Melengkapi gambar tersebut

dengan memberikan keterangan masing-masing bagian, sistematika dan ciri khas

dari masing-masing tanaman rumput dan legum.

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gramineae

4.1.1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : http://tridian.files.wordpress. com/2010/12/11122010030.jpg

Ilustrasi 1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, tanaman rumput gajah

(Pennisetum purpureum) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh membentuk

rumpun, akarnya serabut, terdapat buku-buku pada batangya, batangya berbulu,

tebal dan keras, daunnya panjang dan berjumbai serta bagian permukaan atas

daunnya berlulu. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) yang

menyatakan bahwa karakteristik morfologi rumput gajah adalah tumbuh tegak,

merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal dan

39

keras, daun panjang dan berbunga seperti es lilin. Rumput gajah termasuk hijauan

yang disuka ternak (palatable) dan termasuk dalam kategori rumput potong

karena memiliki produksi yang tinggi setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ella (2002) yang menyatakan bahwa rumput gajah (Pennisetum

purpureum), sebagai bahan pakan ternak yang merupakan hijauan yang unggul,

dari aspek fisiologi dan produksi. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30

ton/ ha/ tahun. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Mufarihin et. al

(2012) yang menyatakan bahwa rumput gajah merupakan hijauan pakan yang

disukai ternak. Rumput ini merupakan tipe tanaman tahunan yang dapat ditanam

secara monokultur dan tumpangsari dengan legum, sehingga dapat diperoleh

manfaat maksimal. Pertumbuhan rumput ini relatif lebih cepat, daun-daun dan

perkarannya dapat menahan erosi.

40

4.1.2. Rumput raja (Pennisetum hybrida)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013

Sumber : http://images04.olx.co.id/ui/14/98/86/1351002115_446849286_8-PANGG ER-JAYA-jual-kam bing-dombaanti- tipu-murah-.jpg

Ilustrasi 2. Rumput raja (Pennisetum hybrida)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

ciri-ciri tanaman rumput raja (Pennisetum hybrida) adalah tumbuh membentuk

rumpun, tulang daunnya lebih putih dari pada rumput gajah, daunnya berbulu dan

memiliki tepi daun yang tajam, bentuknya mirip seperti rumput gajah, memiliki

akar serabut, serta batangya tebal dan keras. Hal ini sesuai dengan pendapat

Mannetje (2000) yang menyatakan bahwa karakteristik rumput ini tumbuh

membentuk rumpun, warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun

kasar, dan tulang daun lebih putih dari rumput gajah. Pernyataan tersebut

diperkuat oleh pendapat Suyitman (2003) yang menyatakan bahwa rumput raja

41

merupakan tanaman tahunan tumbuh tegak membentuk rumpun, perakaran dalam,

bentuk mirip dengan tanaman tebu, batang tebal dan keras. Rumput ini berdaun

lebih lebar dan lebih panjang dibandingkan dengan daun rumput gajah, pada daun

terdapat banyak bulu kasar dibandingkan rumput gajah, tanaman ini tidak

berbunga.

4.1.3. Rumput bebe (Brachiaria brizantha)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : http://cdn.ruralcentro.net/ImagemProd uto/1/01708d30-8851-4ed3-873f-246d

Ilustrasi 3. Rumput Bebe (Brachiaria brizantha)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

ciri-ciri rumput bebe (Brachiaria brizantha) yaitu tumbuh cepat membentuk

hamparan memiliki batang dan daun yang kaku serta kasar, batangnya kecil,

beruas pendek dan berwarna merah tua kekuningan sampai keunguan, daunnya

berbulu halus serta memiliki akar serabut. Hal ini sesuai dengan pendapat Fanindi

dan Prawiradiputra (2004) yang menyatakan bahwa karakteristik Brachiaria yaitu

42

tumbuhnya semi tegak sampai tegak, merupakan rumput yang berumur panjang,

tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan dapat mencapai 30-45 cm

dan tangkai yang sedang berbunga dapat mencapai tinggi 1 m, bentuk daun linier,

berambut atau berbulu dan berwarna hijau gelap. Pernyataan tersebut didukung

oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa karakteristik rumput

Brachiaria brizantha adalah tumbuh tegak, pangkal batang bercabang banyak

sehingga terbentuk hamparan yang lebat, tinggi hamparan lebih kurang 1 m, dan

pangkal daun berbulu lebat.

4.1.4. Rumput benggala (Panicum maximum)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : http://www.hear.org/pier/images/starr_030626_0021_panicum _maximum.jpg

Ilustrasi 4. Rumput Benggala (Panicum maximum)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

ciri-ciri rumput benggala yaitu memiliki daun berpita, batang kuat dan tegak,

43

tumbuh membentuk rumpun, buku dan lidah daunnya berbulu, bunganya

berwarna keunguan, berakar serabut dan memiliki banyak anakan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sajimin et al., (2004) yang menyatakan bahwa rumput benggala

adalah tanaman tumbuh tegak membentuk rumpun mirip padi dengan tinggi

tanaman 1,00 – 1,50 m, daun bentuk pita, berwarna hijau dengan panjang 40–105

cm dan lebar 10–30 mm. Selain itu, rumput benggala merupakan hijauan pakan

yang sifatnya palatable (disuka ternak) hal ini sesuai dengan pendapat Purbajanti

et al., (2007) yang menyatakan bahwa rumput benggala (Panicum maximum)

merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hijauan

pakan bagi ternak ruminansia karena rumput ini termasuk tanaman berumur

panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah dan palatable (di sukai ternak)

serta mempunyai komposisi nutrisi yang baik.

4.1.5. Rumput setaria (Setaria sphacelata)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : http://www.tropicalforages.info/key/Fo rages/Media/Html/iimages/Setaria_spha celata_var._splendida/Setaria_ var_sple

44

ndida_05l.jpgIlustrasi 5. Rumput Setaria (Setaria sphacelata)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa rumput setaria

(Setaria spacelata) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh tegak membentuk

rumpun, pangkal batangnya berwarna coklat keemasan dan tidak keras, berakar

serabut, daunnya berpita serta agak berbulu pada bagian permukaannya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Rochani (2010) yang menyatakan bahwa rumput setaria

adalah sejenis rumput yang memiliki ciri-ciri antara lain berdaun dan berbatang

lunak, tahan terhadap panas, cepat tumbuh. Pernyataan tersebut diperkuat oleh

pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa rumput setaria tumbuh tegak,

berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar berwarna

hijau gelap, berbatang lunak, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada

pangkal batang tersusun seperti kipas.

4.2. Leguminosa

4.2.1. Gamal (Gliricidia maculate)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Sumber : http://upload.wikimedia.org/

45

Tanaman Pakan, 2013. wikipedi a/commons/4/43/St arr_070111-3196_ Gliricidia _sepium.jpg

Ilustrasi 6. Gamal (Gliricidia maculate)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa

gamal (Gliricidia maculate) memiliki ciri-ciri antara lain berbentuk pohon,

batangnya lurus, panjang dan berkayu dengan warna putih kecoklatan, bunganya

berwarnya putih keunguan atau merah muda, perakarannya kuat dan dalam serta

daunnya berbentuk oval dengan tulang daun menyirip. Hal ini sesuai dengan

pendapat Natalia et al., (2009) yang menyatakan bahwa gamal merupakan

tanaman jenis perdu, memiliki cabang banyak dengan tinggi tanaman 2-15 meter,

batangnya berwarna hijau ketika masih muda dan berwarna putih keabu-abuan

sampai kecoklatan ketika tua, memiliki daun berbentuk elips (oval) dengan

panjang rata-rata 2-7 cm dan lebar 1-3 cm, bunganya berbentuk kupu-kupu dan

terkumpul pada ujung batang dengan warna mahkota bunganya putih ungu dan

terdapat 10 benangsari berwarna putih. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat

Lilis (2012) yang menyatakan bahwa gamal memiliki batang tunggal atau

bercabang dengan tinggi 2–15 meter, mempunyai daun majemuk menyirip yang

terdiri dari 7–17 helai daun yang berhadapan dengan ujung runcing.

4.2.2. Lamtoro (Leucaena leucocephala)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

46

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : http://www.fao.org/ag/AGP//AGPC/d oc/Gallery/pictures/leuleu0.jpg

Ilustrasi 7. Lamtoro (Leucaena leucocephala)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, ciri-ciri tanaman

lamtoro antara lain tanamannya tumbuh dengan tegak yang berupa pohon serta

tidak berduri, bunganya berbentuk bola warna putih kekuningan, berakar dalam

dalam dapat digunakan sebagai pencegahan erosi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa tanaman lamtoro tumbuh tegak,

berupa pohon dan tidak berduri, sistem perakarannya dalam dan bunganya

berbentuk bola warna putih kekuningan atau merah muda. Petai cina atau lamtoro

ini dapat ditanam sebagai tanaman annual dan perennial. Di dalam tanaman

lamtoro terdapat kandungan protein yang tinggi serta terdapat zat anti nutrisi yaitu

mimosin. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Winugroho (2009) yang

menyatakan bahwa senyawa sekunder utama yang ditemukan dalam lamtoro

adalah mimosin, namun jumlanya relatif kecil, yaitu sekitar 3-4 %

47

4.2.3. Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : http://farm3.staticflickr.com/2795/4476295580_bc8a8681f2_o.jpg

Ilustrasi 8. Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

kalopo (Calopogonium mucunoides) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh

merambat dan membelit, batannya lunak, panjang dan berbulu dengan warna

kecoklatan, daunnya majemuk, trifoliat dan berbentuk bulat, serta memiliki bunga

yang berwarna biru keunguan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2007)

yang menyatakan bahwa pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, memiliki daun

majemuk tiga dengan kedudukan berselang-seling. Pernyataan tersebut didukung

oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa sifat tanaman kalopo

adalah tumbuh perenial, menjalar dan membelit, dapat membentuk hamparan

setinggi 45 cm, berbatang lunak dan berbulu coklat keemas-emasan, berdaun

majemuk, pada setiap tangkai terdapat tiga anak daun, bentuk helaian daun

membulat, berbulu halus dan berwarna coklat keemas-emasan, bunga kecil

48

berwarna biru dan berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih pendek (3-4 cm)

dan berbulu coklat keemas-emasan.

Kalopo merupakan legum pakan yang kurang disukai ternak karena

memiliki banyak bulu pada daun dan batang. Hal ini sesuai dengan pendapat

Fanindi dan Prawiradiputra (2004) yang menyatakan bahwa kelemahan dari

tanaman ini adalah palatabilitasnya yang rendah. Hal ini disebabkan banyaknya

bulu-bulu dan daun pada batangnya. Selain itu terdapat perbedaan yang mecolok

antara kalopo dengan puero yaitu bulu-bulu yang terdapat pada batang dan daun

pada kalopo lebih banyak daripada puero, bentuk helaian daun pada kalopo lebih

bulat sedangkan pada puero membulat membentuk segitiga dan kapolo memiliki

polong yang berbentuk pipih pendek, sedangkan puero memiliki polong yang

beebentuk pipih dan sedikit melengkung. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa bentuk helaian daun kalopo membulat

dan polongnya pipih pendek, sedangkan pada puero helaian daun lebar, membulat

membentuk segitiga dan polongnya pipih sedikit melengkung dengan panjang

kurang dari 10 cm.

49

4.2.4. Sentro (Centrosema pubescens)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/ commons/3/31/Centrosema_pubescens RHu1.JPG

Ilustrasi 9. Sentro (Centrosema pubescens)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

tanaman sentro (Centrosema pubescens) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh

menjalar, berdaun tiga di setiap tangkainya, memiliki bunga denga warna

keunguan, daunnya berbentuk elips dan berbulu pada kedua permukaannya. Hal

ini sesuai dengan pendapat Purwantari et al., (2003) yang menyatakan bahwa

Centrosema memiliki batang yang langsing, daunnya berbentuk lonjong sampai

bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm dengan bulu pendek di dua permukaannya.

Bunga tersusun di tangkai yang pendek berwarna biru keuunguan dengan lebih

gelap kekuningan ukurannya 4 x 3 cm dengan taji yang panjangnya tidak

mencapai 1 mm. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rukmana (2005) yang

menyatakan bahwa sentro termasuk subfamili Papilionaceae dengan ciri-ciri

tanaman sentro antara lain tumbuh menjalar, batang agak berbulu, daun majemuk,

50

trifoliat, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-kupu dan

berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan panjang 10-

15 cm.

Sentro merupakan legum pakan yang paling palatable dibandingkan

kalopo dan puero. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman (2006) yang

menyatakan bahwa Sentro adalah tanaman legum pakan penting, disukai ternak

(palatable), merupakan spesies pertama yang digunakan secara luas untuk

perbaikan padang penggembalaan karena sangat produktif dengan kualitas hijauan

yang tinggi. Tanaman sentro memiliki perbedaan dengan tanaman kalopo dan

puero yaitu pada bentuk daunnya. Bentuk daun pada sentro lebih lonjong sedang

kan pada tanaman kalopo dan puero berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan

pendapat Purwantari et al., (2003) yang menyatakan bahwa daun sentro berbentuk

lonjong sampai bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm. Hal tersebut juga didukung

oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa bentuk helaian daun

kalopo membulat dan polongnya pipih pendek, sedangkan pada puero helaian

daun lebar, membulat membentuk segitiga dan polongnya pipih sedikit

melengkung dengan panjang kurang dari 10 cm.

51

4.2.5. Puero (Pueraria phaseoloides)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : http://www.phytoimages.siu.e edu/users/ pelserpb/9_22_12/ 23sep12/Pueraria.jpg

Ilustrasi 10. Puero (Pueraria phaseoloides)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa ciri-

ciri tanaman puero adalah tumbuh merambat, membelit dan memanjat, warna

daunnya hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa ciri-cirinya tumbuh

merambat, membelit dan memanjat. Sifat perakarannya dalam, daun muda

tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya

berwarna ungu kebiruan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Novrida (2005)

bahwa puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas

batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya dalam dan bercabang-

cabang, sehingga puero dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim

kemarau yang tak terlalu panjang.

52

Puero merupakan legume pakan yang sifatnya lebih palatable jika

dibandingkan dengan tanaman kalopo. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarsono

(2007) yang menyatakan bahwa puero termasuk tanaman legum pakan yang lebih

palatable dibandingkan kalopo. Tanaman puero memiliki perbedaan dengan

tanaman kalopo. Selain pada bentuk daun dan polongnya, perbedaan tersebut

terletak pada bunganya. Bunga pada puero terletak di dalam tandan pada aksilari,

sedangkan pada kalopo bunganya tersusun seperti tandan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Fanindi dan Prawiradiputra (2004) yang menyatakan bahwa

Calopogonium mucunoides berbunga kupu-kupu tersusun rapi seperti tandan

berwarna kebiruan dibandingkan dengan Pueraria phaseoloides memuat bunga

pada axillary tandan terdiri dari 4-12 di atas peduncles yang berbulu.

53

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Hijauan pakan dibagi dalam dua golongan yaitu golongan Gramineae dan

Leguminoceae. Gramineae merupakan hijauan pakan yang memiliki ciri

perakaran serabut, pada batangnya terdapat buku-buku (nodus) yang melingkari

batang. Gramineae dibagi menjadi dua yaitu rumput potong dan rumput gembala.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanaman

yang termasuk dalam jenis rumput potong antara lain rumput gajah (Pennisetum

purpureum), rumput raja (Pennisetum hybrida), rumput benggala (Panicum

maximum) dan rumput setaria (Setaria sphacelata), sedangkan yang termasuk

dalam jenis rumput gembala adalah rumput bebe (Brachiaria brizantha).

Leguminoceae termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua

daun biji cotyledone. Menurut fungsinya legum dibedakan mendaji tiga, yaitu

legum untuk pangan dan pakan, legume untuk pakan dan legume multi fungsi

(untuk pakan, pagar, pelindung, penahan erosi). Berdasarkan hasil praktikum yang

telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanaman yang termasuk dalam jenis legume

untuk pangan dan pakan adalah antara lain lamtoro (Leucaena leucocephala).

Tanaman yang termasuk dalam jenis legum untuk pakan adalah kalopo

(Calopogonium muconoides), sentro (Centrosema pubescens), dan puero

(Pueraria phaseoloides), sedangkan tanaman yang termasuk dalam jenis legum

54

multi fungsi yaitu daun gamal (Gliricidia maculate) dan lamtoro (Leucaena

leucocephala).

5.2. Saran

Praktikan sebaiknya lebih teliti dan cermat dalam melakukan pengamatan

terhadap hijauan pakan yang diamati karena setiap jenis hijauan pakan memiliki

ciri atau karakteristik yang berbeda sehingga diharapkan praktikan dapat benar-

benar mengetahui dan mengenali karakteristik dari setiap jenis hijauan pakan.

Pembaca sebaiknya melakukan pengamatan terhadap hijauan pakan

(gramineae dan leguminoceae) sehingga dapat mengetahui langsung karakter atau

ciri yang terdapat pada masing-masing jenis hijauan pakan dan sebaiknya mencari

referensi lain mengenai hijauan pakan karena pada laporan ini juga masih terdapat

beberapa kekurangan mengenai informasi tentang karakteristik hijauan pakan.

55

DAFTAR PUSTAKA

Ella, A.2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Renis Rumput dan Leguminosa Pakan yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai Pe ngkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.

Fanindi, A. Purwantari dan B.R. Prawiradiputra. 2004. Karakterisasi dan Pemanfaatan Rumput Brachiaria Sp. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.

Lilis Riyanti. D24080086. 2012. Efektivitas Isolat Bakteri Rumen Kerbau Pencerna Serat dalam Fermentasi Hijauan Leguminosa dan Pemanfaatan Urea in vitro. Skripsi. Departement Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Mannetje. 2000. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. PT Balai Pustaka, Jakarta.

Mufarihin, A., D. R. Lukiwati dan Sutarno. 2012. Pertumbuhan dan Bobot Bahan Kering Rumput Gajah dan Rumput Raja pada Perlakuan Aras Auksin yang Berbeda. Jurnal Animal Agriculture. Vol. 1 (2). Hlm. 1-15.

Natalia, H., Delly N., Sri, H. 2009. Keunggulan Gamal sebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa, Palembang.

Purbajanti, E.D., D. Soetrisno., E.Hanudin dan S.P.S. Budi. 2007. Karakteristik lima jenis rumput pakan pada berbagai tingkat salinitas. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 32 (3) : 186-197.

Purwantari, N.D., B.R. Prawiradiputra, Armiadi Semali, Siti Yuhaeni, E. Sutedi, Sajimin dan A. Afanindi. 2003. Peningkatan Produktivitas Tanaman Pakan Ternak. Laporan Penelitian. Balai Penelitin Ternak.

Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius, Yogyakarta

Rahman, A. 2006. Respons Pertumbuhan dan Adaptasi terhadap Cekaman Kekeringan Tiga Jenis Tanaman Legum Pakan yang Diinokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Rhizobium di Ultisol. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Rochani, S. 2010. Beternak Kelinci dan Manfaatnya. JP Books, Jakarta.

Rukmana, H. R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.

56

Sajimin, E.Sutedi, N.D. Purwantari Dan B.R. Prawiradiputra. 2004. Agronomi Rumput Benggala (Panicum Maximum Jacq) dan Pemanfaatannya Sebagai Rumput Potong. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.

Sajimin,P., Nurhayati D., Sumarto. 2004. Ilmu Makanan Ternak. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Suyitman.  2003. Agrostologi. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas, Padang.

57

ACARA 3.

PENGOLAHAN LAHAN

58

BAB I

PENDAHULUAN

Pengolahan lahan bertujuan memperbaiki struktur tanah sehingga tanah

dapat berfungsi secara optimal. Pengolahan lahan yang biasa dilakukan meliputi

pembersihan areal, pembajakan dan penggaruan. Cara penanaman yang biasa

dilakukan berupa penanaman di dalam jalur yaitu bahan tanam berupa stek, bahan

yang digunakan penanaman dalam lubang berupa biji. Bahan tanam yang dipakai

biasanya berupa biji, stek, pols (sobekan rumpun) dan stolon. Bahan tanam untuk

rumput berupa biji, pols dan stek, dan untuk legum berupa biji dan stek. Jarak

tanam tergantung beberapa faktor, antara lain sifat tumbuh spesies tanaman dan

kesuburan tanah. Beberapa cara pemberian pupuk yaitu disebar, dalam jalur dan

dalam baris.

Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui cara pengolahan lahan

yang benar, mengetahui jarak tanam yang tepat, mampu memupuk dengan benar,

memilih bahan tanam yang benar, mampu memprediksi produksi hijauan pakan

serta dapat mengetahui lama interval pemotongan yang tepat. Manfaat dari

praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan pengolahan lahan, menanam

tanaman pakan, dan memanen sehingga dapat menghasilkan produksi yang

maksimal.

59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2.2.1. Hijauan Pakan

Sumber energi yang diperlukan ternak ruminansia terutama berasal dari

komponen serat pada hijaun pakan, yang terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan

lignin. Sumber hijauan pakan ternak adalah rumput alam dan daun leguminosa

yang terdapat di padang penggembalaan, pinggir jalan, tepi sungai, pematang

sawah maupun kawasan sekitar hutan. Berkembangnya beternak dari

digembalakan menjadi semi-intensif atau intensif menyebabkan berkembang pula

sistem produksi hijauan dengan menggunakan spesies dan varietas tanaman pakan

ternak yang berproduksi tinggi. Produksi hijauan di daerah tropis berfluktuasi

sejalan dengan perubahan musim. Pada musim hujan, produksinya melimpah

tetapi kandungan bahan keringnya rendah, sedangkan pada musim kemarau,

produksinya berkurang bahkan pada daerah-daerah tertentu tidak ada produksi

sama sekali (Haryanto 2009).

2.1.1. Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

penting sebagai sumber karbohidrat. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung

juga akan ditanam sebagai pakan ternak, diambil minyaknya, dibuat tepung, dan

beberapa bahan industri (Buchori, 2012). Produksi tanaman jagung bervariasi

60

menurut varietas jagung, rata-rata produksi tanaman jagung berkisar antara 8.0 –

9.0 ton/ha/th. Rendahnya produksi tanaman jagung dapat disebabkan oleh

beberapa hal seperti kandungan unsur hara dalam tanah, pengairan, klimatologi

suatu daerah, dan keadaan iklim (Mejaya et al., 2005). Hasil produksi bahan

kering sebanyak 5,2 ton/ha. Produksi jagung dapat dimaksimalkan dengan

mengunakan pupuk yang cukup serta tersedianya kebutuhan air (irigasi) dan jarak

tanam untuk jenis jagung bersari bebas (Sudarsana 2000).

2.1.2. Sentro

Sentro atau centro termasuk subfamily Papilionoidae. Tanaman ini

berasal dari Amerika selatan. Tanaman Sentro tumbuh menjalar dan memanjat

dapat mencapai 30-50 cm. Sentro tumbuh tidak maksimal karena hanya beberapa

sentro yang dapat tumbuh menjalar dengan baik sesuai normal (Soegiri et al.,

2001). Daun pada sentro tiap tangkai berdaun 3 lembar, berbentuk elips dengan

ujung tajam, dan bulu halus pada kedua permukaannya (Soedomo, 2000).

Produksi bahan segar Centrosema pubescens di lahan petani sebesar 4,7

ton/ha/tahun (Sugandi, 2003). Produksi bahan segar Centrosema pubescens cukup

tinggi, yaitu 3-7,5 ton/ha/tahun (Rukmana, 2009). Komposisi zat gizi daun sentro

(dasar bahan kering) terdiri atas: abu 8,8 % ; EE 3,6 % ; SK 31,4 % ; BETN 34,4

% ; PK 22,0 % dan TDN 60,7 % (Rukmana, 2005).

Pertumbuhan legum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal/

faktor lingkungan yang terdiri iklim (cahaya, suhu,air, panjang hari, angin, dan

gas), edapik atau tanah (tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran

61

kation, PH, kejenuhan basa dan ketersediaan nutrien tanah). Sedangkan faktor

kedua yaitu faktor internal/ dari dalam tanaman itu sendiri seperti ketahanan

terhadap tekanan iklim dan tanah (Gardner, 2000). Sentro dapat beradaptasi

dengan baik sekalipun pada lingkungan yang baru karena sentro memiliki

frekuensi berbunga yang tinggi dan tahan terhadap hama (Salam, 2001).

2.2. Teknik Budidaya Tanaman

Teknik budidaya tanaman terdiri dari penyiapan lahan adalah kegiatan

penebasan rumput dan semak belukar, dimaksudkan agar pelaksanaan tanam

nantinya dapat lebih mudah dan memberikan hasil yang lebih baik. Penanaman

dilakukan apabila lahan sudah siap tanam, waktu yang paling tepat untuk

menanam adalah pada waktu hujan turun, hujan akan berakhir, dan apabila air

cukup tersedia selama pertumbuhannya. Penyiangan dan pemupukan, penyiangan

dilakukan dengan menyemprotkan herbisida disekitar tanaman pokok, Pemupukan

pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ±15 hari dengan perbandingan 2:1

disebar di sekitar batang tanaman dengan jarak 5-10 cm. Panen, Jagung dapat di

panen pada umur 95-110 hari setelah tanam. Penanganan pasca panen, setelah

dipanen jagung segera diangkut dan dilakukan perontokan jagung dengan

menggunakan mesin perontok jagung yang sudah dirontok di jemur sampai kering

benar, kemudian di jual ke pabrik (Budiono et al., 2012).

2.2.1. Pengolahan Lahan

62

Lahan dibersihkan dari sisa- sisa gulma. Pengolahan dilakukan sebanyak 3

kali, yaitu pencangkulan tanah sedalam 20-30 cm. Pengolahan bertujuan

memperbaiki tekstur tanah, sirkulasi udara dalam tanah, tambahan humus dan

mendorong aktivitas mikroba tanah. Tanah yang telah dicangkul diratakan

sehingga bongkahan tanah menjadi halus (Irawan et al., 2013). Pengolahan tanah

sebelum penanaman dan pengolahan tanah pada waktu pemeliharaan tanaman

memegang peran penting bagi suburnya tanaman. Pengolahan tanah,

perbandingan kandungan zat padat, cair, dan udara di dalam lapisan tanah

menjadikan tanah gembur dan menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman

(Purwono dan Hartono, 2005).

Penyiapan lahan adalah kegiatan penebasan rumput dan semak belukar,

dimaksudkan agar pelaksanaan tanam nantinya dapat lebih mudah dan

memberikan hasil yang lebih baik. Pengolahan tanah dilakukan satu bulan

sebelum tanam. dengan menggunakan traktor dengan tujuan untuk

menggemburkan tanah karena tanaman jagung memerlukan aerase dan drainase

yang baik. Mula-mula tanah dibajak sedalam 15-20 cm sambil membenamkan

sisa-sisa rumput dan tanaman lain yang ada. Setelah itu tanah digaru sampai rata.

(Budiono et al., 2012).

2.2.2.Penanaman

Penanaman dilakukan apabila lahan sudah siap tanam, waktu yang paling

tepat untuk menanam adalah pada waktu hujan turun, hujan akan berakhir, dan

apabila air cukup tersedia selama pertumbuhannya. Benih jagung yang ditanam

63

adalah jagung hibrida bisi 2, pembuatan lubang tanam dengan cara ditugal

sedalam 5 cm. (Budiono et al., 2012). Sentro cocok ditanam didaerah yang

berketinggian rata-rata 600 mdpl. Dengan curah hujan antara 1.200-1.500 mm,

bahkan masih dapat tumbuh baik di tanah yang kurus dan berdrainase baik.

Namun, tanaman in tidak tahan terhadap genangan air. Sentro banyak ditanam di

perkebunan karet dan kelapa sawit sebagai penutup tanah. Penanaman dilakukan

dengan cara menyebarkan biji dalam larikan berjarak 1 m. Untuk mempercepat

perkecambahan, biji sentro yang akan ditanam dicelupkan dalam air panas selama

satu detik (Rukmana 2005).

2.2.3. Pemupukan

Pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran diameter

batang serta pembentukan akar yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai

pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen (Mamonto,

2005). Tanaman yang dibudidayakan saat ini umumnya membutuhkan unsure

hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah banyak, sehingga hampir dapat

dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu memberikan hasil seperti

yang diharapkan (Raihan, 2000). Tanaman legum pada umumnya responsiv

terhadap pemupukan fosfat untuk pertumbuhan dan aktifitas fiksasi N. Fosfor

yang terkandung di dalam pupuk fosfat diperlukan legum untuk pertumbuhan akar

dan sumber energy pada proses transpirasi dan fotosintesis (Kusmiyati et al.,

2007).

64

2.2.4. Pengairan

Pengairan merupakan salah satu faktor laju pertumbuhan tanaman.

Pengaturan ketersediaan air dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman atau usaha

pertanian sangatlah penting. Air yang terlampau dalam dari jangkauan akar atau

air yang terikat kuat pada butir-butir tanah tidak dapat dimanfaatkan tanaman.

Sebaliknya, air yang terlalu banyak sehingga menggenangi akar tanaman akan

membuat akar tanaman busuk (Purwono dan Hartono 2005).

2.2.5. Penyiraman

Penyiraman dilakukan disekitar perakaran tanaman. Penjarangan

dilakukan pada umur tanaman 14 hst dengan memotong tanaman yang tumbuhnya

tidak baik dan meninggalkan satu tanaman yang terbaik (Irawan et al., 2013).

jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak terutama

pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kekurangan

air pada stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun. Faktor cahaya

matahari yang tidak merata juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman

terhambat (Mamonto, 2005).

2.2.6. Defoliasi

Kriteria panen pada jagung yang berumur 98-100 hst. Biji jagung berwarna

kuning kemerahan, mengkilat dan telah mengeras. Daun dan klobot daun telah

menguning dan kering dengan rambut jagung berwarna coklat kehitaman (Irawan

et al., 2013).

65

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Pengelolaan Hijauan

Pakan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 April 2013pukul 14.00-17.00

WIB sampai Sabtu, 22 Juni 2013 pukul 18.00 WIB di Lahan Praktikum

Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian

Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Bahan yang digunakan dalam pengolahan lahan adalah batang legume

sentro dan biji jagung manis serta pupuk Urea, KCl dan TSP. Alat yang

digunakan yaitu sabit digunakakn untuk membersihkan semak-semak, cangkul

untuk mencangkul tanah, meteran untuk mengukur luas lahan, tali rafia untuk

membatasi lahan, tongkat kayu sebagai tiang pengikat tali, ember untuk

mengambil air dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.

3.2. Metode

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan menggunakan metode dalam

pengolahan lahan pada dasarnya ada tiga tahap yaitu pra pengolahan lahan,

pengolahan lahan dan pasca pengolahan lahan.

66

3.2.1. Pengolahan lahan

Pada metode pengolahan lahan pertama yang dilakukan adalah

pengukuran lahan, pada pengukuran lahan ada 2 pengukuran yaitu pengukuran

lahan untuk jagung dan pengukuran lahan untuk legum sentro yang masing-

masing memiliki luas 3 x 3 m untuk tanaman jagung dan 2 x 2 m untuk tanaman

legum sentro. Kemudian melakukan pembersihan terhadap semak-semak dengan

mengunakan sabit sampai lahan bersih dan siap untuk dilakukan pengolahan. Pada

pengolahan lahan sendiri, masing-masing lahan untuk tanaman jagung dan legum

dibuat dua gundukan yang bertujuan untuk mempermudah dalam penanaman,

pemupukan, penyiraman, dan penyiangan.

3.2.2. Penanaman

Pada metode penanam yang pertama yaitu melakukan penanaman legum

sentro, dengan jarak tanam antar biji yaitu 25 cm dan jarak tepi 12,5 cm.

Kemudian banyak benih yang ditanam sebanyak 64 biji pada luas lahan 2 x 2 m.

Menanam legum sentro dengan cara membuat lubang ditanah sedalam 2-5 cm

menggunakan tugal, kemudian memasukan biji satu persatu pada setiap lubang

serta menutup dengan tanah.

Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam antar biji yaitu 50 cm dan

jarak dari tepi 25 cm. Banyak benih yang ditanam yaitu sebanyak 36 biji pada luas

lahan 3 x 3 m. Cara penanaman benih yaitu dengan membuat lubang ditanah

sedalam 2-5 cm menggunakan tugal dan kemudian memasukan biji satu persatu

tiap lubang serta mentup dengan tanah.

67

Keterangan :

A – B = Jarak tanaman

jagung dan legum

C = Jarak tepi dengan tanaman jagung dan legume

A C

B

Tanaman Legum Sentro

A C

B

Tanaman Jagung

68

69

2.3.3. Pemupukan

Melakukan pemupukan terhadap tanaman yang telah ditanam seminggu

setelah penanaman menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCl dengan komposisi

yang sesuai. Pemupukan dilakukan dengan cara mencampur homogen semua

pupuk yang dibutuhkan kemudian memupukkan kesetiap tanaman legume sentro

dan jagung disekitar tanaman. Melakukan pemupukan selanjutnya dengan jarak 2

minggu dan seterusnya sampai minggu ke sembilan pupuk yang diberikan hanya

pupuk urea saja. Dalam pemupukan tanaman jagung dan legum yang terpenting

adalah ketika memupuk diusahakan pupuk tidak terkena daun tanaman, karena

dapat mengakibatkan daun tanaman menjadi layu. Sedangkan untuk menghitung

kebutuhan pupuk dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Pupuk Urea = 10046

x kebutuhan pupuk

Pupuk P = 10036

x kebutuhan pupuk

Pupuk K = 10050

x kebutuhan pupuk

3.2.4. Penyiraman

Peyiraman dilakukan secara rutin pada awal pertumbuhan, menyiram

setiap tanaman secara merata dengan ember yang telah disiapkan. Pada umumnya

penyiraman dilakukan setiap minggu sekali setelah penyiangan dan pemupukan.

Tetapi pada kelompok kami penyiraman dilakukan selama setiap hari dengan

70

tujuan agar tanaman tidak kekirangan dan tidak menyebabkan kematian pada

tanaman.

3.2.5. Defoliasi

Pada metode defoliasi memiliki beberapa tahapan yang meliputi

pemanenan atau pemotongan, pembersihan lahan pemanfaatan hasil tanam. Pada

tanaman legume sentro teknik yang digunakan ketika pemanenan adalah

melakukan pencabutan legume sentro yang menggunakan alat bantu tangan,

pencabutan dilakukan dengan hati-hati dengan tujuan agar tidak terputusnya akar

yang ada pada legume sentro. Kemudian mengambil sampel sebanyak empat titik

dari lahan kemudian melakukan penimbangan untuk mendapatkan berat kering

legum sentro. Menimbang berat segar legum sentro setelah itu melayukan

dibawah sinar matahari. Menimbang berat layu legum, kemudian mengambil

sampel dari empat titik sebanyak 100 gram sebanyak dua kali ulangan. Mengoven

sampel untuk mendapatkan berat kering sampel.

Sedangkan untuk jagung teknik yang digunakan ketiaka pemanenan

adalah melakukan pemotongan dengan menggunakan sabit. Kemudian mengambil

sampel sebanyak empat titik. Untuk tahap defoliasi pada jagung yang selanjutnya,

tahapannya sama, tetapi yang membedakan adalah ketika penggunaan sampel

sebanyak 100 gram hanya dengan satu kali ulangan. Untuk mencari nilai dari

defoliasi dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Mencari nilai pada Jagung :

a. Berat Setelah Oven = Berat Keluar – Berat Amplop

b. Berat Kering

71

BK ¿Berat OvenBerat Sampel

x 100 %

c. Perhitungan Produksi Jagung

P = BS x 10000

Produksi = ( BB x 30)IPBB

x P+( BK x 30)IPBK

x 12

P

Produksi Rata-rata = Berat Setelah Oven x Produksi

2. Mencari nilai pada Sentro :

a. Berat Setelah Oven = Berat Keluar – Berat Amplop

b. Berat Kering = Berat Layu Berat Segar

x Berat Oven 1Berat Sampel

x 100% BK

Rata-rata = BK 1 + BK 22

c. Perhitungan Produksi Sentro

Produksi/ha = Produksi / m2 x 10000

Jarak Tanam =Produksi /ha

Produksi BSha

/th = (BB x 30)IPBB

x P+ (BK x 30)IPBK

x 12

P

= Y

Produksi BK/th/ha = BK x Y

72

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Jagung (Zea mays)

4.1.1. Pertamabahan tinggi tanaman

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman jagung (Zea

mays) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 7. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung

No Jenis PertumbuhanI II III IV V VI VII VIII IX

1 Jagung 5,6 14,4 22,3 39,7 66,6 93,9 119,8 150,5 171,8Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Grafik 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman JagungBerdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa laju pertumbuhan

tanaman jagung (Zea mays) mengalami peningkatan setiap minggunya. Hal

1 2 3 4 5 6 7 8 90

50

100

150

200

5.6 14.422.339.7

66.693.9

119.8150.5

171.8

Laju Pertumbuhan

Laju Per-tumbuhan

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

73

tersebut disebabkan oleh tanah yang digunakan sebagai media tanam dan faktor

pengairan pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyo (2007) yang

menyatakan bahwa tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian dan

media tumbuh tanaman. Purwono dan Hartono (2005) yang menyatakan bahwa

pengaturan ketersediaan air dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman atau usaha

pertanian sangatlah penting. Air yang terlampau dalam dari jangkauan akar atau

air yang terikat kuat pada butir-butir tanah tidak dapat dimanfaatkan tanaman.

Sebaliknya, air yang terlalu banyak sehingga menggenangi akar tanaman akan

membuat akar tanaman busuk.

Selain jenis tanah yang digunakan dan pengairan, pengolahan tanah

sebelum penanaman dan pada saat penanaman jagung dan faktor pemupukan yang

dapat membantu memenuhi ketersediaan unsure hara dalam tanah. juga dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat

Mamonto (2005) yang menyatakan bahwa pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk

merangsang pembesaran diameter batang serta pembentukan akar yang akan

menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada masa

penuaian atau masa panen. Selain itu, Purwono dan Hartono (2005) juga

menyatakan bahwa pada pengolahan tanah sebelum penanaman dan pengolahan

tanah pada waktu pemeliharaan tanaman memegang peran penting bagi suburnya

tanaman.

74

4.1.2. Pertambahan jumlah daun

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada jagung (Zea mays)

diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 8. Pertambahan Jumlah Daun Jagung

No Jenis Jumlah DaunI II III IV V VI VII VIII IX

1 Jagung 2,6 3,8 4,7 6,1 6,6 8,7 8,9 9,9 9,9Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Grafik 2. Pertambahan Jumlah Daun Jagung

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa laju pertambahan

daun pada tanaman jagung mengalami peningkatan setiap minggunya. Hal ini

disebabkan oleh faktor pemupukan yang dapat mencukupi kebutuhan unsure hara

yang diperlukan tanaman, pengairan, tanah yang digunakan sebagi media tanam,

dan intensitas cahaya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Raihan (2000) juga

menyatakan bahwa tanaman yang dibudidayakan saat ini umumnya membutuhkan

unsure hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah banyak, sehingga hampir dapat

dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu memberikan hasil seperti

yang diharapkan. Faktor-faktor tersebut juga sesuai dengan pendapat Purwono

1 2 3 4 5 6 7 8 902468

1012

2.63.8 4.7

6.1 6.68.7 8.9 9.9 9.9

Jumlah Daun

Jumlah Daun

75

dan Hartono (2005) yang menyatakan bahwa tanaman jagug akan tumbuh dengan

baik pada tanah yang subur, gembur, dan kaya humus. Selain itu, jagung termasuk

tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada saat

pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kekurangan air pada

stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun. Di samping itu, menurut

Mamonto (2005), faktor cahaya matahari yang tidak merata juga dapat

menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.

4.2. Pertumbuhan Legum

4.2.1. Pertamabahan tinggi tanaman

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman legum

(Centrosema pubescens) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 9. Pertambahan Tinggi Tanaman Legum

No JenisPertumbuhan

I II III IV V VI VII VIII IX

1 Legum 5,3 6,7 7,4 8,9 9,9 10,6 11,9 12,1 13,5

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

76

Grafik 3. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sentro

Dari data hasil pertumbuhan pada sentro didaptkan bahwa sentro dapat

tumbuh dengan baik tetapi tidak maksimal. Sentro pada data tersebut memiliki

tinggi dari 2-50 cm sedangkan menurut Soegiri et al (2001) bahwa tanaman

Sentro tumbuh menjalar dan memanjat dapat mencapai 30-50 cm. Sentro tumbuh

tidak maksimal karena hanya beberapa sentro yang dapat tumbuh menjalar dengan

baik sesuai normal. Ketidakmaksimalan tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu

internal dan eksternal, hal ini seuai pendapat Gardner (2000) bahwa pertumbuhan

legum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal/ faktor lingkungan yang

terdiri iklim ( cahaya, suhu,air, panjang hari, angin, dan gas ), edapik atau tanah

( tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, PH, kejenuhan basa

dan ketersediaan nutrien tanah ). Sedangkan faktor kedua yaitu faktor internal/

dari dalam tanaman itu sendiri seperti ketahanan terhadap tekanan iklim dan

tanah.

1 2 3 4 5 6 7 8 9012345

3.7 3.83 3.2 3.4 3.5 3.6 3.8 3.9

Jumlah Daun

Jumlah Daun

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

77

4.2.2. Pertambahan jumlah daun

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman legum

(Centrosema pubescens) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 10. Pertambahan Jumlah Daun Legum (Sentro)

No JenisJumlah Daun

I II III IV V VI VII VIII IX

1 Legum 3,7 3,8 3 3,2 3,4 3,5 3,6 3,8 3,9

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Grafik 4. Pertumbuhan Jumlah Daun Sentro

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Dari data hasil pertumbuhan daun pada legum didapatkan bahwa jumlah

daun pada legum dari 1 sampai 54. Pada kebanyakan legum setiap tangkai terdiri

dari 3 daun, hal itu sesuai pendapat Soedomo (2000) bahwa Daun pada sentro tiap

tangkai berdaun 3 lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam, dan bulu halus

pada kedua permukaannya. Selain itu untuk daun yang tiap tangkai tidak mencapi

3 dimungkinkan terdapat faktor yang menyebabkannya yaitu faktor eksternal dan

internal, hal itu sesuai pendapat Gardner (2000) bahwa pertumbuhan legum

1 2 3 4 5 6 7 8 90

1

2

3

4

5

3.7 3.83 3.2 3.4 3.5 3.6 3.8 3.9

Jumlah Daun

Jumlah Daun

78

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal/ faktor lingkungan yang terdiri

iklim ( cahaya, suhu,air, panjang hari, angin, dan gas ), edapik atau tanah ( tekstur,

struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, PH, kejenuhan basa dan

ketersediaan nutrien tanah ). Sedangkan faktor kedua yaitu faktor internal/ dari

dalam tanaman itu sendiri seperti ketahanan terhadap tekanan iklim dan tanah.

4.3. Produksi Jagung

4.3.1. Produksi Bahan Segar

Berdasarkan praktikum pengolahan lahan diperoleh hasil produksi berat

segar jagung adalah 7,777 Ton BS/ha/th. Produksi jagung ini dinyatakan dibawah

standar, dimana standar produksi bahan segar jagung adalah 8.0 – 9.0 ton/ha/th.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Mejaya et al., (2005) yang menyatakan

bahwa produksi tanaman jagung bervariasi menurut varietas jagung, rata-rata

produksi tanaman jagung berkisar antara 8.0 – 9.0 ton/ha/th. Rendahnya produksi

tanaman jagung dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kandungan unsur hara

dalam tanah, pengairan, klimatologi suatu daerah, dan keadaan iklim. Hal ini di

tambah pendapat pendapat Sudarsana (2000) menyebutkan bahwa untuk

memaksimalkan produksi dapat dilakuakan dengan mengunakan pupuk yang

cukup serta tersedianya kebutuhan air (irigasi) dan jarak tanam untuk jenis jagung

bersari bebas.

79

4.3.2. Produksi Bahan Kering

Berdasarkan praktikum pengolahan lahan diperoleh hasil produksi berat

kering jagung adalah 0,1827 Ton BS/ha/th. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat

Sudarsana (2000) yang menyatakan bahwa hasil produksi bahan kering sebanyak

5,2 ton/ha. Rendahnya bahan kering dapat disebabkan karena banyak hal seperti

lama kering udara dilakukan, kandungan air dalam tanaman jagung banyak dan

sedikitnya unsur hara dalam tanah. Kaunang et al. (2013) menambahkan bahwa

ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh

tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman.

4.4. Produksi Sentro

4.4.1. Produksi bahan segar

Berdasarkan hasil praktikum Pengolaan Hijauan akan diperoleh produksi

bahan segar legum Centrosema pubescens (Sentro) sebesar 5,4ton/ha/tahun. Hasil

ini melebihi hasil produksi legum sentro mernurut pendapat Sugandi (2003) yang

menyatakan bahwa produksi bahan segar Centrosema pubescens di lahan petani

sebesar 4,7 ton/ha/tahun. Perbedaan hasil praktikum dengan literature

dimungkinkan karena beberapa faktor, antara lain air untuk pertumbuhan legume

dan cara pemberian pupuk. Pemberian air yang berlebihan akan mengganggu

pertumbuhan sentro dan cara pemberian pupuk yang salah missal dosis pupuk

berlebihan atau peletakkan pupuk terlalu dekat dengan tanaman akan menghambat

pertumbuhan tanaman bahkan tanaman dapat mati. Hal ini sesuai dengan

80

pendapat Rukmana (2009) menyatakan bahwa sentro cocok ditanam di daerah

dengan ketinggian rata-rata 600 mdpl dengan curah hujan 1.200-1.500 mm,

namun tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air. Salam (2001)

menambahkan bahwa sentro dapat beradaptasi dengan baik sekalipun pada

lingkungan yang baru karena sentro memiliki frekuensi berbunga yang tinggi dan

tahan terhadap hama.

4.4.2. Produksi bahan kering

Berdasarkan hasil praktikum Pengolaan Hijauan Pakan diperoleh

produksi bahan segar legum Centrosema pubescens (Sentro) sebesar 2,8

ton/ha/tahun. Hasil ini mendekati pendapat Rukmana (2009) yang menyatakan

bahwa produksi bahan segar Centrosema pubescens cukup tinggi, yaitu 3-7,5

ton/ha/tahun. Perbedaan produktifitas bahan kering ini dipengaruhi beberapa

faktor diantaranya jenis pupuk yang diberikan. Pemberian pupuk urea (N)

berlebih dimungkinkan akan menghambat pertumbuhan sentro selain itu

pemupukan urea pada legum termasuk sentro karena tanaman legum dapat

melakukan fiksasi nitrogen. Sesuai dengan pendapat Kusmiyati et al. (2007) yang

menyatakan bahwa tanaman legum pada umumnya responsiv terhadap

pemupukan fosfat untuk pertumbuhan dan aktifitas fiksasi N. Fosfor yang

terkandung di dalam pupuk fosfat diperlukan legum untuk pertumbuhan akar dan

sumber energy pada proses transpirasi dan fotosintesis. Rukmana (2005)

menambahkan bahwa komposisi zat gizi daun sentro (dasar bahan kering) terdiri

81

atas: abu 8,8 % ; EE 3,6 % ; SK 31,4 % ; BETN 34,4 % ; PK 22,0 % dan TDN

60,7 %.

82

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi

pengolahan lahan dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah

dapat berfungsi secara optimal. Pengolahan lahan yang biasa dilakukan meliputi

pembersihan areal, pembajakan dan penggaruan. Pengolahan tanah dapat

dilakukan secara manual maupun mekanik. Penggemburan merupakan hal utama

yang dilakukan disamping pemupukan dan pengairan. Cara penanaman dapat

berupa penanaman di dalam jalur dengan menggunakan bahan tanam stek, biji,

dan pols (sobekan rumpun). Laju pertumbuhan tanaman pakan mengalami

peningkatan setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan oleh tanah yang

digunakan sebagai media tanam, faktor pengairan pada tanaman, dan faktor

pemupukan yang dapat membantu memenuhi ketersediaan unsure hara dalam

tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

5.2. Saran

Praktikan sebaiknya harus berhati-hati dalam melakukan pemupukan,

karena sifat pupuk yang panas bila diberikan secara berlebihan dapat melayukan

daun. Pembaca sebaiknya melakukan pengamatan dan membaca refesensi lebih

lanjut mengenai pengolahan lahan agar mengetahui secara langsung hasil

pengamatan.

83

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Adi., Kamiliah Wilda, dan Nuri Dewi Yanti. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 02 Juni 2012. Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unlam Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unlam, Lampung.

Gardener, F.P. 2000. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Haryanto, Budi. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Irawan, Denny, Hasanuddin, Lahmuddin Lubis. 2013. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3., Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan.

Kaunang, W.B, Frobel G. Dewanto, J. J. M. R. Londok, R. A. V. Tuturoong. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek, Vol. 32, No. 5. Fakultas Peternakan Universitas Samratulangi, Manado. Hal 1-8

Kusmiyati, F., E.D. Purbajanti dan S.D. Jayanti. 2007. Pertumbuhan dan produksi hijauan alfalfa pada pemupukan fosfat dan interval waktu pemotongan yang berbeda. Jurnal Pastura 11(4); 1-9

Made J. Mejaya, dkk,2005, Pola Heterosis Dalam Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas dan Hibrida, Makalah Disampaikan Dalam Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor, 12 Mei 2005.

Mamonto, R. 2005. Pengaruh penggunaan dosis majemuk NPK Phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays Saccharata slurt). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Icshan, Gorontalo.

84

Prasetyo, B.H. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan induk. J. Ilmu-ilmu Pertanian. 9 (1): 20-31.

Purnomo dan R. Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul Seri Budidaya. Penebar Swadaya, Bogor.

Raihan, H. S. 2000. Pemupukan NPK dan ameliorasi lahan pasang surut sulfat masam berdasarkan nilai uji tanah untuk tanaman jagung. J. Ilmu Pertanian 9 (1): 20-28.

Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius,Yogyakarta.

Salam, R. 2001. Evaluation of Native and Introduced Herbaceous Forage Legumes for Use in Sulawesi, Indonesia.Thesis M. Rur.Sc. Univ. of New England, Armidale, N.S.W.

Soedomo, R 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. PT

Gramedia, Jakarta

Soegiri, H. S. Ilyas dan Damayanti. 2001. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

Sudarsana, Ketut. 2000. Pengaruh Effective Microorganism-4 (EM-4) Dan Kompos Terhadap Produksi Jagung Manis ( Zea mays L. Saccharata ) Pada Tanah Entisols, Frontir No 32, Desember 2000 :1-6.

Sugandi, D, Uka K, M. Sabrani, M.E. Siregar dan D. Muslih. 2002. Budidaya beberapa jenis tanaman pakan di lahan kering batu marta. Ilmu dan Peternakan Vol.3.No 2.

Syafruddin, Faesal dan M. Akil., 2007. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Hlm. 213-214.

85

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengamatan Uji Perkecambahan Masing-Masing Jenis Legume

Tabel 11. Data Uji Perkecambahan 14 Hari Benih Puero

Hari keMacam Skarifikasi Benih Puero

Fisik Mekanik KimiaU1 U2 U1 U2 U1 U2

1 - - - - - -2 - - - - - -3 - - 1 - 3 24 1 - - - - -5 - - - - - -6 - - - 1 0 17 - - - - 1 18 - - - - - 19 - 1 - 1 - -10 - - - - - -11 1 - - - - -12 - - - - - -13 - - - - - -14 - - - - - -

Jumlah 2 1 4 2 4 6Persentase 20% 10% 40% 20% 40% 50%

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

86

Tabel 12. Data Uji Kecambah 14 Hari Benih Legum Sentro

Hari KeMacam Skarifikasi Benih Legum Sentro

Fisik Kimia MekanikU1 U2 U1 U2 U1 U2

1 - - - - - -2 - - - - - -3 1 - - - 4 -4 - - 4 - 3 -5 - - - - - -6 - - - - - -7 - - - - - -8 - - - - - -9 - - - - - -10 - - - - - -11 - - - - - -12 - - - - - -13 - - - - - -14 - - - - - -

Jumlah 1 0 4 0 7 0Persentase 10% 0% 40% 0% 70% 0%

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu TanamanPakan, 2013.

87

Tabel 13. Data Uji Kecambah 14 Hari Benih Kalopo

Hari KeMacam Skarifikasi Benih Kalopo

Fisik Kimia MekanikU1 U2 U1 U2 U1 U2

1 - - - - - -2 - - - - - -3 - - - 1 - -4 - 1 - 1 15 1 - 2 1 - -6 - - - - 1 -7 1 - 1 1 - -8 - 1 2 - 1 -9 1 - - 1 - 110 1 - 1 1 - -11 1 - 1 1 1 -12 - - 1 - - -13 - - - - - 114 - - - - - -

Jumlah 5 2 8 6 4 3Persentase 50% 20% 80% 60% 40% 30%

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

88

Lampiran 2. Data Pengamatan Uji Muncul Tanah Masing-Masing Jenis Legum

Tabel 14. Data Uji Muncul Tanah 14 Hari Benih Puero

Hari keMacam Skarifikasi Benih Puero

Fisik Mekanik KimiaU1 U2 U1 U2 U1 U2

1 - - - - - -2 - - - - - -3 1 1 1 - 3 14 - - 1 1 1 15 - - - - 1 -6 - - 1 1 3 17 1 - - - 1 28 - - 1 - - -9 - 1 - - - 110 - - - - - -11 1 - 1 - - -12 - - - 1 - -13 - - - - - -14 - - - - - -

Jumlah 3 2 5 3 9 6Presentase 40% 20% 50% 30% 90% 60%

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

89

Tabel 15. Data Uji Muncul Tanah 14 Hari Benih Legum Sentro

Hari KeMacam Skarifikasi Benih Legum Sentro

Fisik Kimia MekanikU1 U2 U1 U2 U1 U2

1 - - - - - -2 - - - - - 43 5 1 0 1 5 24 - 1 - - 1 -5 - 1 - - 2 -6 - - - - 1 -7 - - - - 1 -8 - - - - - -9 - - - - - -10 - - - - - -11 - - - - - -12 - - - - - -13 - - - - - -14 - - - - - -

Jumlah 5 3 0 1 10 6

Persentase 50% 30% 0% 10% 100% 60%Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

90

Tabel 16. Data Uji Muncul Tanah 14 Hari Benih Kalopo

Hari KeMacam Skarifikasi Benih Kalopo

Fisik Kimia MekanikU1 U2 U1 U2 U1 U2

1 - - - - - -2 - - - - - -3 - - - 1 - -4 - 1 - 1 15 1 - 2 1 - -6 - - - - 1 -7 1 - 1 1 - -8 - 1 2 - 1 -9 1 - - 1 - 110 1 - 1 1 - -11 1 - 1 1 1 -12 - - 1 - - -13 - - - - - 114 - - - - - -

Jumlah 5 2 8 6 4 3Persentase 50% 20% 80% 60% 40% 30%

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

91

Lampiran 3. Perhitungan Indeks Vigor Uji Perkecambahan

a. Skarifikasi puero secara fisik

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1 = 01

+ 02

+03

+14

+ 05

+ 06

+07

+08

+09

+010

+111

+012

+013

+ 014

= 0 + 0 + 0 + 0,25 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,09+ 0 + 0 + 0

=0,34

U2 =01

+ 02

+ 03

+ 04

+ 05

+ 06

+ 07

+ 08

+19

+ 010

+012

+ 013

+ 014

= 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,11 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

= 0,11

b. Skarifikasi puero secara kimia

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1= 0

1+ 0

2+ 3

3+0

4+ 0

5+ 0

6+1

7+0

8+ 0

9+ 0

10+0

11+0

12+ 0

13+0

14

= 0 + 0 + 1 + 0 + 0 + 0 + 0,14 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=1,14

U2= 0

1+ 0

2+ 2

3+0

4+ 0

5+ 1

6+1

7+1

8+ 0

9+ 0

10+0

11+0

12+ 0

13+0

14

= 0 + 0 + 0,67 + 0 + 0 + 0,17 + 0,14 + 0,13 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=1,11

c. Skarifikasi puero secara mekanik

Indeks Vigor

92

VI= C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1 = 0

1+ 0

2+ 1

3+0

4+ 1

5+1

6+0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+0

11+0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0,3 + 0 + 0,2 + 0,17 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0

= 0,67

U2= 0

1+ 0

2+ 0

3+ 0

4+ 0

5+ 1

6+ 0

7+ 0

8+1

9+ 0

10+0

11+ 0

12+ 0

13+0

14

= 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,17 + 0 + 0 + 0,11 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0

= 0,28

d. Skarifikasi sentro secara fisik

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1=

01+ 0

2+ 1

3+ 0

4+ 0

5+ 0

6+0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

= 0,33

U2=

01+ 0

2+ 0

3+ 0

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

= 0

e. Skarifikasi sentro secara kimia

Indeks Vigor

93

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1=

01+ 0

2+ 0

3+ 2

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0,5 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=0,5

U2=

01+ 0

2+ 0

3+ 2

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0,5 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=0,5

f. Skarifikasi sentro secara mekanik

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1 =

01+ 0

2+ 4

3+ 3

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 1,3 + 0,75 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0

= 2,08

U2=

01+ 0

2+ 7

3+ 0

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 2,33 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0

= 2,33

g. Skarifikasi kalopo secara fisik

94

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1=

01+ 0

2+ 0

3+ 0

4+1

5+ 0

6+1

7+ 0

8+ 1

9+ 1

10+ 1

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0 + 0,2 + 0 + 0 + 0 + 0,11 + 0,1+ 0,09 + 0 + 0 + 0

=0,5

U2=

01+ 0

2+ 0

3+ 1

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 1

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0,25 + 0 + 0 + 0 + 0,12 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=0,37

h. Skarifikasi kalopo secara kimia

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1=

01+ 0

2+ 0

3+ 0

4+ 2

5+ 0

6+1

7+ 2

8+ 0

9+ 1

10+ 1

11+ 1

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0 + 0,4 + 0 + 0,14 + 0,25 + 0 + 0,1+ 0,09+0,08 +0+ 0

= 1,06

U2=

01+ 0

2+ 1

3+ 0

4+ 1

5+ 0

6+ 1

7+ 0

8+ 1

9+ 1

10+ 1

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0+0+ 0,33+ 0 + 0,2 + 0 + 0,14 + 0 + 0,11 + 0,1+ 0,09 + 0 + 0 + 0

95

= 0,97

i. Skarifikasi kalopo secara mekanik

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1=

01+ 0

2+ 0

3+ 1

4+ 0

5+ 1

6+ 0

7+ 1

8+ 0

9+ 0

10+ 1

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0,5 + 0 + 0,17 + 0 + 0,12 + 0 + 0+ 0,09 + 0 + 0 + 0

=0,88

U2=

01+ 0

2+ 0

3+ 1

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 1

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 1

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0,5 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,11 + 0+ 0+ 0 + 0,07 + 0

= 0,68

Lampiran 4. Perhitungan Koefisisen Vigor Uji Perkecambahan

a. Skarifikasi puero secara fisik

Koefisien Vigor

CV =100( A 1+ A 2+.. . .+ An )A 1T 1+ A 2T 2+. . ..+ AnTn

U1 = 100(1+1)(1.4 ) +(1.11)

= 100.24+11

= 13,3

96

U2 = 100(1)1.9

= 1009

= 11,1

b. Skarifikasi puero secara kimia

Koefisien Vigor

U1 =100(3+1)(3.3 )+(1.7)

= 100.49+7

= 25

U2 =100(2+1+1+1)(2.3 )+ (1.6 )+ (1.7 ) +(1.8)

=100.56+6+7+8

=18,5

97

c. Skarifikasi puero secara mekanik

Koefisien Vigor

U1 = 100(1+1+1)(1.3 )+ (1.5 ) +(1.6)

= 100.33+5+6

=21,43

U2 = 100(1+1)(1.6 )+(1.9)

= 100.26+9

=13,3

d. Skarifikasi sentro secara fisik

Koefisien Vigor

CV =100( A 1+ A 2+.. . .+ An )A 1T 1+ A 2T 2+. . ..+ AnTn

U1 = 100(1)1.3

=33,3

U2 =0

e. Skarifikasi sentro secara kimia

Koefisien Vigor

U1 =

100(2 )2( 4 ) = 25

U2=

100(2 )2( 4 )

=25

98

f. Skarifikasi sentro secara mekanik

Koefisien Vigor

U1 =

100( 4+3 )4 (3)+3( 4 ) =

100(7 )12+12 = 29,17

U2 =

100(7 )7(3) =

100(7 )21 = 33,3

g. Skarifikasi kalopo secara fisik

Koefisien Vigor

U1 =

100(1+1+1+1+1)1(5 )+1(7 )+1(9)+1(10 )+1(11)

=100(5 )5+7+9+10+11 = 11,90

U2=

100(1+1)1(4 )+1(8 )

=100 (2)

4+8 = 16,67

h. Skarifikasi kalopo secara kimia

Koefisien Vigor

U1 =

100(2+1+2+1+1+1)2(5)+1(7 )+2(8)+1(10 )+1(11)+1(12 )

=100 (8)10+7+16+10+11+12

= 12,12

U2=

100(1+1+1+1+1+1)1(3)+1(5 )+1 (7 )+1(9 )+1(10)+1(11)

=100(6 )3+5+7+9+10+11

= 13,33

99

i. Skarifikasi sentro secara mekanik

Koefisien Vigor

U1 =

100(1+1+1+1)1(4 )+1(6 )+1(8)+1(11)

=100(4 )4+6+8+11 = 13,79

U2 =

100(1+1+1)1(4 )+1(9 )+1(13 )

=100(3 )4+9+13 = 11,53

100

Lampiran 5. Perhitungan Indeks Vigor Uji Muncul Tanah

a. Skarifikasi puero secara fisik

Indeks Vigor

VI=

C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1= 0

1+ 0

2+ 1

3+0

4+ 0

5+ 0

6+1

7+0

8+ 0

9+ 0

10+1

11+0

12+ 0

13+0

14

= 0 + 0 + 0,33+ 0 + 0 + 0 + 0,14 + 0 + 0 + 0 + 0,1+ 0 + 0 + 0

=0,57

U2= 0

1+0

2+ 1

3+0

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+0

8+1

9+0

10+ 0

11+0

12+ 0

13+0

14

= 0 + 0 + 0,33 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,11 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=0,44

b. Skarifikasi puero secara kimia

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1= 0

1+ 0

2+ 2

3+1

4+ 1

5+3

6+1

7+ 0

8+ 0

9+ 1

10+0

12+ 0

13+0

14

= 0 + 0 + 0,67 + 0,25 + 0,2 + 0,5 + 0,14 + 0 + 0 + 0,1+ 0+ 0 + 0+0

=1,86

U2= 0

1+ 0

2+ 1

3+1

4+ 0

5+ 1

6+ 2

7+0

8+1

9+0

10+ 0

12+0

13+0

14

= 0 + 0 + 0,33 + 0,25 +0+ 0,17+ 0,29 + 0 + 0,11 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=1,15

c. Skarifikasi puero secara mekanik

Indeks Vigor

101

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1= 0

1+0

2+ 1

3+1

4+ 0

5+ 1

6+ 0

7+1

8+0

9+0

10+ 1

11+0

12+ 0

13+0

14

= 0 + 0 + 0,33 + 0,25 + 0 + 0,17 + 0 + 0,125 +0+0+ 0,09 + 0+0+ 0

=0,96

U2= 0

1+ 0

2+ 0

3+1

4+ 0

5+ 1

6+ 0

7+ 0

8+0

9+ 0

10+1

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + + 0,25 + 0 + 0,2 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0,08 + 0 + 0

=0,53

d. Skarifikasi sentro secara fisik

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1=

01+ 0

2+ 5

3+ 0

4+ 0

5+ 0

6+0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 1,67 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

= 1,67

U2=

01+ 0

2+ 1

3+ 1

4+ 1

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0,33 + 0,25 + 0,2 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=0,78

e. Skarifikasi sentro secara kimia

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

102

U1=

01+ 0

2+ 0

3+ 0

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=0

U2=

01+ 0

2+ 1

3+ 0

4+ 0

5+ 0

6+0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0,33 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

= 0,33

f. Skarifikasi sentro secara mekanik

Indeks vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1=

01+ 0

2+ 5

3+ 1

4+ 2

5+ 1

6+ 1

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 1,67 + 0,25 + 0,4 + 0,17 + 0,14 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 +0

= 2,63

U2=

01+ 4

2+2

3+ 0

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 2 + 0,66 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

= 2,66

g. Skarifikasi kalopo secara fisik

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

103

U1=

01+ 0

2+ 0

3+ 0

4+1

5+ 0

6+1

7+ 0

8+ 1

9+ 1

10+ 1

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0 + 0,2 + 0 + 0,14 + 0 + 0,11 + 0,1 + 0,09 + 0 + 0 + 0

=0,64

U2=

01+ 0

2+ 0

3+ 1

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 1

8+ 0

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0,2 + 0 + 0 + 0 + 0,12 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0

=0,32

h. Skarifikasi kalopo secara kimia

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

U1=

01+ 0

2+ 0

3+ 0

4+ 2

5+ 0

6+1

7+ 2

8+ 0

9+ 1

10+ 1

11+ 1

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0 + 0,4 + 0 + 0,14 + 0,24 + 0 + 0,1 + 0,08+0,07+0+ 0

= 1,03

U2=

01+ 0

2+ 1

3+ 0

4+ 1

5+ 0

6+ 1

7+ 0

8+ 1

9+ 1

10+ 1

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0,33 + 0 + 0,2 + 0 + 0,14 + 0 + 0,11 + 0,1 + 0,09+0+0+ 0

=0,97

i. Skarifikasi kalopo secara mekanik

Indeks Vigor

VI = C 1D1 +

C 2D2 + ……..+

C 14D14

104

U1=

01+ 0

2+ 0

3+ 1

4+ 0

5+ 1

6+ 0

7+ 1

8+ 0

9+ 0

10+ 1

11+ 0

12+ 0

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0,25 + 0 + 0,17 + 0 + 0,12 + 0 + 0 + 0,09 + 0 + 0 + 0

=0,63

U2=

01+ 0

2+ 0

3+ 1

4+ 0

5+ 0

6+ 0

7+ 0

8+ 1

9+ 0

10+ 0

11+ 0

12+ 1

13+ 0

14

= 0 + 0 + 0 + 0,25 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,11 + 0 + 0+ 0 + 0,07 + 0

=0,43

105

Lampiran 6. Perhitungan Koefisien Vigor Uji Muncul Tanah

a. Skarifikasi puero secara fisik

Koefisien Vigor

U1 = 100(1+1+1)(1.3 )+ (1.7 ) +(1.11)

= 100.33+7+11

=14,28

U2 =100(1+1)(1.3 )+(1.9)

= 100.23+9

=16,67

b. Skarifikasi puero secara kimia

Koefisien Vigor

U1 =100(2+1+1+3+1+1)(2.3 )+ (1.4 )+ (1.5 ) + (3.6 )+ (1.7 ) +(1.10)

=100.96+4+5+18+7+10

=18

U2 =100(1+1+1+2+1)(1.3 )+ (1.4 )+ (1.6 ) + (2.7 )+(1.9)

=100.63+4+6+14+9

=18,75

106

c. Skarifikasi puero secara mekanik

Koefisien Vigor

U1 =100(1+1+1+1+1)(1.3 )+ (1.4 )+ (1.6 ) + (1.8 )+(1.11)

=100.53+4+6+8+11

=15,625

U2 =100(1+1+1)(1.4 ) + (1.6 )+(1.12)

=100.34+6+12

=13,36

d. Skarifikasi sentro secara fisik

Koefisien Vigor

U1 =

100(5 )5(3) = 33,33

U2=

100(1+1+1)1(3)+1(4 )+1(5 )

=100(3 )3+4+5 = 25

e. Skarifikasi sentro secara kimia

Koefisien Vigor

U1 =100(0 )

0 = 0

107

U2=

100(1)1(3 ) = 33,33

f. Skarifikasi sentro secara mekanik

Koefisien Vigor

U1 =

100(5+1+2+1+1 )5(3)+1( 4 )+2(5)+1(6 )+1(7)

=100 (10 )15+4+10+6+7 = 23,81

U2=

100( 4+2 )4 (2)+2(3 )

=100 (6)

8+6 = 42,85

g. Skarifikasi kalopo secara fisik

Koefisien Vigor

U1 =

100(1+1+1+1+1)1(5 )+1(7 )+1(9)+1(10 )+1(11)

=100(5 )5+7+9+10+11 = 11,9

U2=

100(1+1)1(4 )+1(8 )

=100 (2)

4+8 = 16,67

h. Skarifikasi kalopo secara kimia

Koefisien Vigor

U1 =

100(2+1+2+1+1+1)2(5)+1(7 )+2(8)+1(10 )+1(11)+1(12 )

=100 (8)10+7+16+10+11+12

=12,12

108

U2=

100(1+1+1+1+1+1)1(3)+1(5 )+1 (7 )+1(9 )+1(10)+1(11)

=100(6 )3+5+7+9+10+11

= 13,33

i. Skarifikasi kalopo secara mekanik

Koefisien Vigor

U1 =

100(1+1+1+1)1(4 )+1(6 )+1(8)+1(11)

=100(4 )4+6+8+11 = 13,79

U2=

100(1+1+1)1(4 )+1(9 )+1(13 )

=100(3 )4+9+13 = 11,54

109

Lampiran 7. Pertumbuhan Tanaman Jagung

Tabel 17. Data Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung

Jagung Tinggi Jagung minggu ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9

123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536

----

8.55

5.53.55.59.4-5

1.57-

6.58.57844-5--3

8.82.57.83

5.51.47.54.885

----

24917131518-

17821-

201016221614-

16--

1015910916416151117

----

34-

28.216.52234-

18.1-

39.5-

3120.715.430

29.128-

22--

1215.315.7

-18.221

10.915

23.211

24.5

----

62-

56.532.523.560.5

-46-

68-

5857

35.536.536.550.5

-30.5

-10.5322022-

2745.513.523372345

----

95.5-

80565395-

81-

104-

86.569.567.5787678-

58-

24.540

42.535.5

-47.566

29.550.566.546.571

----

129-

1198682128

-112

-135

-1311059010299112

-89-

44456364-

76933973935094

----

150-

147115107157

-136

-156

-161

130.5104127129137

-108

-70788986-

104111699912366116

----

183-

164135130196

-166

-192

-197165137177185172

-129

-89103110107

-1301449312315488149

----

185-

183182178198

-176

-194

-198171159180192196

-146

-118116119147

-173168117162187107162

Jumlah

Rata-rata 5.6 14.14 22.3 39.7 66.6 93.9 119.8 150.

5171.

8

110

111

Lampiran 8. Jumlah Daun Tanaman Jagung

Tabel 18. Data Pertambahan Jumlah Daun Jagung

Jagung Tinggi Jagung minggu ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9

123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536

----313233-313-333333-3--33321313323

----444344-425-555444-4--33333424444

----5-6444-5-6-776345-5--443-4533555

----8-8645-7-7-877576-6-4434-6745766

----977688-8-9-976776-6-4555-6645646

----

10-97811-

11-

11-

1211991011-9-6566-8866979

----

12-

109711-9-

11-

119881010-8-6677-7867858

----

11-

119812-

10-

12-

12101091112-

10-7778-9107811710

----

10-

119912-

10-

11-

1191081011-9-

107810-

1110791079

JumlahRata-rata 2.6 3.8 4.7 6.1 6.6 8.9 8.7 9.9 9.9

112

Lampiran 9. Pertumbuhan Tanaman Sentro (Centrosema pubescens)

Tabel 19. Data Pertambahan Tinggi Tanaman Sentro (Centrosema pubescens)

Legum Tinggi Legum minggu ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 6 7 8 7.5 9.5 10 11 12 152 5 6 6.5 7 7.8 12 13 29 583 6 7 7.5 3 5 7.5 10 19 324 6 7 7 8 8 13 17 26 425 7 7 4.5 6 7.8 9 14 20 446 7 8 6 7.7 7.8 10 21 62 757 6 8 7 9.5 9.5 17 20 51 778 5 6.5 8 11 14 16 44 103 1239 6 6 6.5 10 13 17.5 49 92 10610 6 8 8.5 8 9 12 12 25 5511 6 8 6.5 5.5 7.8 10 13 33 6512 6 7 7 6.5 11.5 10 30 16 2913 6 7 7 8.5 12 14 39 70 11514 5 8 5.5 10 8.5 16 31 79 11315 5 5 5.5 8.8 10 14 33 61 8516 6 7 8 5 5.3 8.5 12 16 2017 4 6 6 9 11.6 15.5 51 59 9418 5 8.5 7.2 8 9.7 11 11 19 4919 5 8 7.8 10 10.1 12 10 20 4220 6 7 7.4 7.5 11.1 12 40 74 11021 6 7 8 8 10.3 13 18 55 8322 6 7 8 12.5 16 28 35 94 10123 6 7 8 8 10 14 34 74 8924 4 8 7 11.5 4 2 4 725 8 7 7 10 8.5 6.5 7 15 1726 6 7 7.5 7 9 12 13 43 5627 8 8 9 11.5 11.5 13 13 39 4028 7 8 8.5 10 10.8 13.5 31 17 7929 5 7 9 9 13 19 58 85 12430 5 6 8 10.5 7.5 15 15 44 94 31 5 7 5 9 8 14.5 22 47 9032 6 6 8 8.5 11.5 14.5 15 39 5833 6 7 7.5 10,5 11 13 20 42 7334 6 6 8.5 9.5 10.5 13 17 35 7135 7 8 9.5 12 11.6 17 23 71 12136 6 7 8 12 12.4 14 43 83 13537 6 7 7 10 12.9 13.5 17 24 5638 3 4 7 9 11.5 15 19 38 5839 6 7 7 11 14.5 16 32 74 9140 3 3 2.5 6 8 11 16 43 77

113

41 5 6 6.5 8.5 7.6 10 12 19 4242 6 7 8 8 9 7.5 9 10 1443 6 6 7 7 7.5 8 11 13 1644 6 6 7 5.5 6.3 17 15 21 4145 5 7 9 5 5.6 7.5 12 15 5946 6 7 7 10 11.3 15 16 47 9147 6 5 4.5 6.5 9.5 14 19 67 10548 4 9 7 10.5 13.5 22.5 63 109 14949 8 6.5 6 7 5 5.5 55 7 850 6 8 6 7 6 9.5 10 14 4151 2 6 7 1.5 4.5 6 9 12 1552 7 7 8 6.5 5.9 6 9 11 1853 4 9 8 10 14.2 16 17 39 8454 5 7 4.5 9.5 8.8 13.5 14 14 2155 7 7 8.5 9.5 15 17.5 27 66 7656 7 6 7 13.5 9.5 31 53 99 10557 4 7 8 3.5 14.5 7 8 11 1458 7 6 7 5 7.6 9 12 16 1959 7 5 7 3 6.7 8.5 11 17 4260 7 4 7 5 4.7 9 14 18 2261 6 6 6.5 3.5 5 5,5 6 10 8062 4 7 7 9 11.3 13.5 20 41 5363 5 4 7 7.5 8.1 11 15 20 2164 7 7 6.5 5.5 4.5 5.5 11 14 17

JumlahRata-rata

114

Lampiran 10. Jumlah Daun Tanaman Sentro (Centrosema pubescens)

Tabel 20. Data Pertambahan Jumlah Daun Sentro (Centrosema pubescens)

Legum Jumlah Daun tanaman Legum1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 3 6 3 4 5 7 9 11 122 2 4 3 3 5 7 8 16 173 4 4 4 3 4 10 8 21 284 4 6 3 3 5 8 12 19 205 4 4 3 1 3 5 4 10 136 5 8 2 3 4 5 8 12 137 4 7 3 4 4 8 13 24 278 8 5 3 4 6 9 25 41 579 2 2 4 5 7 12 21 35 3710 2 4 3 4 5 6 9 20 2211 3 4 3 1 4 7 11 14 2012 4 4 4 2 4 8 21 16 2213 3 6 4 5 6 11 15 25 4214 4 4 2 3 5 11 18 35 4015 4 5 3 4 5 8 13 23 2716 2 6 3 2 3 4 3 7 1017 2 2 3 4 5 12 15 25 2718 2 4 2 3 5 8 9 11 1519 4 4 3 4 5 7 13 14 1620 5 4 3 4 7 12 12 28 3021 4 4 3 3 5 8 18 23 2622 4 9 4 5 9 17 13 55 6023 4 6 3 4 5 11 15 38 4224 4 4 3 4 2 2 4 625 2 4 3 4 3 5 8 11 1326 2 4 3 4 4 10 10 12 1527 2 4 3 4 6 11 18 27 3028 4 4 3 4 7 12 19 33 3529 2 4 3 5 6 15 12 19 2230 4 9 3 5 7 8 12 15 1931 4 4 2 3 4 5 10 21 2532 4 6 3 4 6 10 17 20 2333 4 4 3 4 5 8 12 18 2134 2 4 3 4 6 10 14 23 2635 4 4 3 4 5 9 13 20 2436 2 4 3 4 7 8 21 27 3037 2 2 3 5 8 10 14 21 2438 2 2 3 4 7 10 11 25 28

115

39 2 2 3 5 11 12 19 30 3340 2 2 3 4 7 8 16 22 2641 4 2 4 4 5 6 8 14 2042 2 4 3 3 4 1 1 3 743 4 4 3 1 4 2 4 8 1044 4 2 3 2 5 5 7 11 `545 1 2 3 2 4 6 8 12 1646 2 2 3 4 8 11 7 28 2947 2 2 1 5 5 7 12 19 2348 2 4 3 5 10 11 21 31 3449 2 4 3 2 3 3 3 5 750 4 4 3 5 6 9 12 16 1851 1 2 3 2 5 5 5 8 1052 4 2 4 4 3 3 4 5 853 2 4 3 1 6 8 11 18 2054 2 2 2 3 5 5 6 10 1355 1 2 3 4 6 8 10 18 2056 2 4 4 5 12 15 19 36 4257 1 4 3 2 5 4 7 8 1558 4 4 3 3 7 8 19 11 2259 2 2 4 2 6 7 10 12 1560 4 2 3 2 3 4 6 10 1161 2 2 3 2 4 3 4 6 962 2 2 3 4 6 5 10 13 2463 2 2 2 2 4 5 7 12 1764 2 2 2 2 3 3 5 6 8

JumlahRata-rata

116

Lampiran 11. Perhitungan Pemberian Pupuk

A. Perhitungan Pupuk Legum (Sentro)

1. Urea

Urea= 100/46 x 50 kg/ha = 108,70 kg/ha

4/10000 x 108,70 = 0,04348 kg = 43,8 gr

1/3 x 43,38 gr = 14,49 gr/bungkus

2. Phosphor

Pupuk P (2 x 2 m)

Pupuk P = 100/36 x 100 kg/ha = 277,78 kg/ha

4/10000 x 277,78 kg/ha = 0,111112 kg = 111,12 gr/bungkus

3. KaliumPupuk K (2 x 2 m)

Pupuk K = 100/50 x 100 kg/ha = 200 kg/ha

4/10000 x 200 kg/ha = 0,08 kg = 80 gr/bungkus

B. Perhitungan Pupuk Jagung

1. Urea

Urea = 100/46 x 200 kg/ha =434,78 kg/ha

9/10000 x 434,78 =0,391302 kg= 391,3 gr

1/3 x 391,3 gr = 130,43 gr/ bungkus

117

2. Phosphor

Pupuk P (3 x 3 m)

Pupuk P = 100/36 x 100 kg/ha = 277,78 kg/ha

9/10000 x 277,78 kg/ha = 0,250002 kg = 250 gr/bungkus

3. Kalium

Pupuk K (3 x 3 m)

Pupuk K = 100/50 x 100 kg/ha = 200 kg/ha

9/10000 x 200 kg/ha = 0,18 kg =180 gr/bu

118

Lampiran 12. Perhitungan Bahan Kering Legum (Sentro)

A. Berat Segar Legume

Berat Segar Legum I = 0.1815

Berat Segar Legum II = 0.2480

B. Berat Kering Udara Legum

Berat KU I = 0.1105

Berat KU II = 0.2085

C. Berat Setelah Oven

Berat Setelah Oven I = Berat Keluar – Berat Amplop

= 0.1070 – 0.0300

= 0.077 kg

Berat Setelah Oven II = Berat Keluar – Berat Amplop

= 0.1005 – 0.0300

= 0.0705 kg

D.Berat Kering 1 = Berat Layu Berat Segar

x Berat Oven 1Berat Sampel

x 100%

= 0,11050,1815

x 0,0770,100

x 100%

= 0,6088 x 0,77 x 100%

= 0,46878 x 100%

= 46,88 %

Berat Kering 2 = Berat Layu Berat Segar

x Berat Oven 2Berat Sampel

x 100 %

= 0,20850,2480

x0,07050,100

x 100%

= 0,8407 x 0,705 100%

= 0,59269 x 100%

= 59,27 %

119

BK rata-rata = 46,88 % + 59,27 %2

= 53,07 %

E. Perhitungan Produksi Legum

Produksi /ha= Produksi /m2 x 10.000

= 0,2480 x 10.000

= 2480,18 kg/ha

Jarak Tanam = Produksi / ha

200 x 200 = 2480,18

40.000 cm2 = 2480,18

4 m2 = 2480,18

m2 = 2480,184

= 620,042 kg/ha

Produksi BSha

/th=(BB x 30)IPBB

x P+ (BK x 30)IPBK

x 12

P

¿8 x 3040

x 620,042+ 4 x 8060

x 12

620, 042

¿3720 ,252+1643,1113

¿5363,36 KgBKha

/th

= 5,3 ton BK/ha/th

Produksi BK/th/ha = BK x Y

= 0,5307 x 5,3 ton BK/ha/th

= 2,8 ton/BK/th/ha

120

Lampiran 13. Perhitungan Bahan Kering Jagung

A. Berat Segar

BS = 100 gr

B. Berat Jagung Setelah Oven

Berat Setelah Oven = Berat Keluar – Berat Amplop

= 0,0435 – 0,02

= 0,0235

C. Berat Kering

BK ¿Berat OvenBerat Sampel

x100 %

¿0,0235o,1

x 100 %

= 23,5 %

D. Perhitungan Produksi Jagung

P = BS x 10000

= 1 x 10000

= 10000

300 x 300 = 10000

90000 cm2 = 10000

9 m2 = 10000

m2 = 10000

9

= 1111.11

Produksi = (BB x 30)

IPBBx P+

(BK x 30)IPBK

x 12

P

= (8 x 30)

40x 1111,11+

(4 x30)60

x 12

x 1111,11

121

= (240)40

x1111,11+12060

x 12

x1111,11

= 6666,66 + 1111,11

= 7777,77 Kg/ha/th

= 7,78 ton/ha/th

Produksi Rata-rata = 0,0235 x 7,78

= 0,1827776 ton/ha/th

122

Lampiran 14. Dokumentasi Praktikum

Skarfikasi Kimiawi Pencucian dengan air mengalir

Penggemburan tanah Pemberian label

Rumput Benggala Rumput Bebe

123

Rumput Setaria Rumput Raja

Kalopo

Centro

Gamal Lahan yang telah diolah

124

Lampiran 15. Data Curah hujan

top related