laporan konservasi retno
Post on 26-Dec-2015
231 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Nama : Retno Trisnawati
NIM : 121610101023
Diagnosa
Diagnosa terdiri dari diagnose klinik dan diagnose periapikal.
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan pemeriksaan subyektif, pemeriksaan
obyektif, dan pemeriksaan penunjang. Dari pemeriksaan subyektif diketahui
bahwa pasien mengalami sakit pada gigi 46 karena lubang, dan ketika
minum es terasa cekot- cekot pada daerah gigi yang berlubang tersebut.
Pada pemeriksaan obyektif terlihat gigi 46 pasien sudah mengalami
karies profunda perforasi dan terjadi perubahan warna pada gigi tersebut.
Saat dilakukan tes perkusi dan palpasi pasien tidak merasakan sakit. Terjadi
kegoyangan gigi pada gigi 46 tersebut kearah bukolingual sehingga dapat
dikategorikan gigi goyang derajat 2. Keadaan gingival di sekitar gigi 46
terjadi hiperemi. Karena karies pada gigi 46 tersebut sudah perforasi maka
tidak dilakukan tes panas ataupun tes dingin melainkan dengan tes jarum
miller dimana pada tes ini jarum miller sudah masuk sedalam 22 mm.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan foto rontgen. Dari
gambaran foto rontgen diketahui bahwa ruang pulpa dan saluran akar gigi
46 normal, dan keadaan akarnya juga normal. Tidak terjadi resorpsi
eksternal maupun internal. Lamina dura terputus dan membrane periodontal
menebal. Pada daerah periodontal terdapat radiolusensi yang berbatas.
Berdasarkan keterangan diatas diperoleh diagnose klinik yaitu
suspect nekrosis pulpa totalis. Dikatakan demikian karena tes jarum miller
hanya dilakukan pada sisi distal gigi 46 sehingga untuk memastikan
diagnose perlu dilakukan tes jarum miller pada sisi mesial gigi 46.
Sedangkan diagnose kelainan periapikal yaitu abses periapikal. Diagnosa ini
didasarkan pada adanya daerah radiolusensi yang berbatas pada daerah
periapikal pada gigi 46. Tidak terjadi resorpsi tulang alveolar tetapi terjadi
kegoyangan gigi derajat 2 pada gigi 46. Hal ini dikarenakan adanya abses
tersebut mendorong gigi sehingga ligament periodontal melebar. Selain itu
juga terlihat bahwa lamina dura telah terputus sehingga menunjukkan
adanya kelainan di daerah periodontal gigi 46.
Dasar Penegakan Diagnosa
1. Gigi yang nekrosis tidak menunjukkan rasa sakit. Petunjuk
pertama adanya nekrosis ialah perubahan warna gigi menjadi keabu-
abuan/kecoklatan. Hal ini sesuai dengan keadaan pasien.
2. Pemeriksaan palpasi, perkusi, mobility dan pembengkakan
adalah negative, kecuali disertai dengan inflamasi periapikal. Pada
pemeriksaan mibilitas gigi 46 pasien hasilnya positif yaitu derajat 2
dikarenakan adanya abses periapikal. Sehingga pernyataan tersebut sesuai
dengan keadaan pasien.
3. Gambaran radiografi menunjukkan adanya kavitas besar,
saluran akar terbuka, dan penebalan ligament periodontal. Hal ini
sesuai dengan keadaan pasien.
1. Dasar Pertimbangan dalam Menentukan Rencana Perawatan
a. Keadaan Mulut Penderita
Pasien dengan keadaan kebersihan mulut yang jelek sehingga dapat
mempengaruhi penyembuhan periapikal dengan adanya hubungan yang
terbuka dengan rongga mulut.
b. Keadaan Mahkota Gigi
Pasien dengan kerusakan mahkota gigi yang luas sehingga dapat
menimbulkan problem dalam perawatan untuk menjamin asepsi/tidaknya
pekerjaan yang kita lakukan. Mungkin pasien memerlukan pembuatan
mahkota buatan.
c. Keadaan Saluran Akar
Gigi 46 pasien memiliki saluran akar yang lurus sehingga
memungkinkan untuk dilakukan perawatan endodontic. Selain itu juga
foramen apical yang sudah tertutup sempurna.
d. Keadaan Akar
Tidak terjadi resorpsi internal maupun eksternal pada akar gigi 46
pasien sehingga memungkinkan dilakukan perawatan endodontic.
e. Keadaan Jaringan Periapikal
Daerah peripaikal gigi 46 terdapat abses periapikal namun masih
kecil dan belum terjadi penyebaran sehingga dapat diatasi dengan
debridement atau dilakukan drainase sebelum dilakukan perawatan
endodontic.
f. Keadaan Jaringan Periodontal
Gigi 46 terdapat kegoyangan derajat 2 dan tidak terjadi resorpsi
tulang alveolar sehingga memungkinkan dilakukan perawatan endodontic
walaupun terjadi penebalan ligament akibat abses.
g. Sosial-Ekonomi Penderita
Keadaan ekonomi penderita untuk dilakukan perwatan endodontic
masih diragukan mengingat penderita hanya bekerja sebagai pembantu
rumah tangga.
h. Kooperatif Penderita
Perawatan saluran akar tidak dapat dilakukan dengan satu kali
kunjungan saja jika dilihat dari kondisi gigi 46 dari penderita. Sedangkan
jika penderita dilakukan perawatan maka akan menyita waktu dari si
penderita itu sendiri karena ia harus mengurus pekerjaannya. Hal inilah
yang akan menyulitkan dalam perawatan nantinya.
i. Usia Penderita
Jika dilihat dari usia penderita yang tergolong masih muda yaitu 14
tahun, lebih baik jika dilakukan perawatan saluran akar kemudian
dilanjutkan dengan restorasi tetap. Jika dilakukan ekstraksi akan
menimbulkan dampak M2 yang tipping, dan M1 atas sebagai gigi
antagonisnya akan mengalami ekstruksi.
2. Prognosis
Jika dilihat dari keadaan rongga mulut pasien maka prognosis dapat
ditentukan yaitu buruk karena kondisi full calculus sehingga menandakan
bahwa pasien memiliki oral hygene yang rendah sehingga mempersulit
perawatan selanjutnya.
3. Pilihan Perawatan
a. Perawatan Perio terlebih dahulu
Mengingat kondisi rongga mulut pasien yang full calculus maka
diperlukan pembuangan kalkulus. Oleh karena itu tindakan scalling
diperlukan sebelum dilakukan perawatan lanjutan untuk menghindari
terjadinya bakterimia.
b. Perawatan Saluran Akar
c. Pembuatan Restorasi Tetap
1. Pasak Molar
Penentuan akar yang akan dipasang pasak diprioritaskan pada
akar yang berdekatan dengan daerah yang paling banyak kehilangan sruktur
mahkota. Kompleksnya bentuk anatomi akar akan menimbulkan masalah
dalam mempersiapkan ruang untuk tempat pasak, sehingga diambil
kesepakatan bahwa akar distal dari gigi molar rahang bawah adalah tempat
yang paling tepat sebagai letak pasak mengingat kedua daerah saluran akar
tersebut lebih lebar dan lurus.
2. Pasak Fabricated
Pemasangan pasak pada saluran akar dilanjutkan dengan preparasi
saluaran, dan pembentukan inti. Fungsi pembuatan inti untuk menggantikan
struktur gigi yang hilang. Bahan yang digunakan harus memenuhi syarat
fisis disamping harus memiliki compressive strength dan stabilitas dimensi
yang baik. Juga inti tersebut harus mudah untuk dimanupulasi. Bahan inti
yang dapat digunakan yaitu Glass Ionomer kekuatan tinggi. Tahap akhir dari
pembuatan pasak dan inti ini yaitu membangun kembali mahkota gigi yang
sesuai dengan pilihan. Bahan yang digunakan untuk mahkota tuang dapat
menggunakan porselen fused to metal karena bahan ini memiliki kekuatan
yang tinggi walaupun estetiknya kurang baik akibat kandungan metal
namun masih bagus jika digunakan untuk gigi posterior. Penggunaan full
porselen tidak dianjurkan karena memiliki kekuatan yang kurang walaupun
estetiknya tinggi.
d. Ekstraksi
Jika dilakukan ekstraksi maka harus dibuatkan gigi tiruan sebagian
lepasan.
top related