laporan akhir cii2
Post on 15-Mar-2016
243 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
1
STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR ORANGUTAN SUMATRA
“wild crime” u
Oleh: Efrizal Adil Lubis Yayasan Pemberdayaan Ekonomi Lingkungan Rakyat Indonesia
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
2
2006
“Kita akan terus menghadapi perubahan. Lagi pula perubahan inilah akan menuntut pula
perubahan pada diri kita. Sudah menjadi kenyataan bahwa perubahan masa kini dan masa
mendatang akan menjadikan kita peserta latihan seumur hidup. Kita harus mengubah untuk
mengatasi perubahan. maka dengan demikian perubahan (change) merupakan alasan sekaligus
tujuan kegiatan pendidikan”. Dr. Russ Dilts
Kenangan ku; sebagai guru, sahabat dan pendorong perubahan pendidikan Indonesia...., selamat
jalan saudaraku... (diambil dari buku; Mansour Fakih, Roem Topatimasang, Toto Rahardjo, “Pendidikan
Popular”, ReaD Books, Yogyakarta, 2000, hal. 124)
Buku ini disampaikan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran terbaik dalam
mempertahankan keankeragaman hayati Indonesia, Khususnya di Sumatera bagian utara,
dan buku ini juga merupakan catatan perjalanan staff Yayasan Pemberdayaan Ekonomi
Lingkungan Rakyat (Yapekat) dalam memperjuangkan kesetaraan pembangunan dan
keanekaragaman hayati beserta habitatnya.
Efrizal Adil Lubis, lulusan program Master of Arts dari
University of Texas at El Paso (UTEP) pada Departemen
Komunikasi “Social Marketing”, USA, hampir selama 19 tahun
menekuni perannya sebagai fasilitator program pendidikan
kerakyatan di berbagai ORNOP di Sumatera Utara. resminya
sekarang sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Panca Budi (UNPAB) Medan, dan tetap aktif
sebagai fasilitator pada program-program pelatihan, serta
penggiat konservasi di Sumatera Utara.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
3
STUDI INVESTIGASI “Wild Crime”
Yayasan Pemberdayaan Ekonomi Lingkungan Rakyat (Yapekat) Indonesia
Oleh : Efrizal Adil Lubis
2006
Oleh: Efrizal Adil Lubis, SE., MA.
Untuk Julia Sari (Istriku), dan anakku
Fathimah Salsabil Adil, Nurul Syifa Adilah, Nada
Luthfiyah Adilah dan Mama, Papa, Ayah, Emak,
Mas, Kakak, Abang, dan Adik-adik ku
Januari 2006
Foto-Foto: @ Efrizal Adil Lubis, Muslim, Syofyan Moechtar.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
4
DAFTAR ISI
Kata-kata singkatan yang dipergunakan dalam laporan ini
Kata Pengantar
Bab I : Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Perumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Kerangka Berfikir
5. Hipotesis
6. Manfaat Penelitian
Bab II : Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Keanekaragaman Hayati dan Konsep Konservasi
2. Status dan Perlindungan Satwa Liar dan Orangutan Sumatra
3. Kerugian akibat Hilangnya Satwa Langka
Bab III : Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
2. Bahan dan Alat
3. Metode
Bab IV : Hasil Studi Investigasi
1. Penelitian Pasar
2. Peran Masyarakat dalam Teknis Operasional Perdagangan Satwa Liar
Bab V : Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
5
Kata-kata singkatan yang dipergunakan dalam buku ini :
BKSDA Badan Konservasi Sumber Daya Alam
CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora (Peraturan Perdagangan Internasional untuk Spesies Flora dan Fauna
Liar yang Terancam Punah)
CII Conservation International Indonesia
KSDA Konservasi Sumber Daya Alam (dibawah PHKA)
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
PHKA Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
TNGL Taman Nasional Gunung Leuser
TNBG Taman Nasional Batang Gadis
TNKS Taman Nasional Kerinci Seblat
TNBD Taman Nasional Bukit Duabelas
TPI Tempat Pelelangan Ikan
YPI Yayasan Pekat Indonesia
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
6
KATA PENGANTAR
Salah satu permasalahan yang dihadapi Sumatera Utara di masa sekarang ini ialah pelestarian
satwa liar dan orangutan Sumatera, yaitu baimana masyarakat dapat mengelola kekayaan
keanekaragaman hayati yang ada disekitarnya sebagai bagian dari kehidupannya.
Untuk membangkitkan kesadaran dan perhatian masyarakat luas agar siap dan tanggap dalam
menghadapi berbagai permasalahan yang berkenaan dengan usaha pelestarian satwa liar dan
orangutan Sumatera, perlu suatu upaya yang menumbuhkan kepedulian terhadap usaha
pelestarian keanekaragaman hayati demi terpeliharanya mutu kehidupan keanekaragaman hayati
harus dipahami sebagai milik bersama generasi masa kini maupun masa depan.
Kepedulian kita terhadap pelestarian kenakeragaman hayati dengan segala perwujudan
keanekaragaman hayati sekaligus menunjukkan kepedulian kita terhadap anak-anak kita yang
akan menghuni planet bumi sebagaimana kita wariskan. Baik buruknya keanekaragaman hayati
yang kita wariskan itu tergantung dari apa yang kita lakukan sekarang.
Terima kasih kami kepada Conservation International Indonesia (CII) di Sumatera Utara,
khususnya Program CII di Sibolga yang memberi kesempatan kepada kami untuk berikhtiar
melindungi keanekaragaman hayati di lingkungan Sumatera Utara, yang semakin hari penuh
kerusakan sehingga makin tidak layak lagi sebagai hunian yang menjamin mutu kehidupan yang
baik. Mudah-mudahan dengan program studi investigasi ini mampu membuahkan berbagai
pemikiran kreatif dan inovatif dalam melestarikan keanekaragaman hayati di Sumatera Utara yang
lebih baik dan mampu menjadi sebuah hunian yang baik.
Medan, 11 Oktober 2006
YAPEKAT INDONESIA
Efrizal Adil Lubis Executive Chairman
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
7
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sumatera Utara merupakan daerah dengan tingkat keanekaragaman hayati serta tingkat
endemisme (keunikan) yang sangat tinggi. Namun demikian Sumatera Utara juga merupakan
daerah dengan tingkat keterancaman terhadap kepunahan spesies yang tinggi.
Penyebab utama keterancaman terhadap bahaya kepunahan spesies adalah :
a. Kerusakan habitat;
b. Pemanfaatan (termasuk perdagangan) yang tidak terkendali.
Kerusakan habitat disebabkan oleh pembukaan hutan untuk kepentingan konversi bagi
pemanfaatan lahan (land use) selain hutan dengan tidak memperhitungkan keanekaragaman
hayati ke dalam variable perencanaannya, sehingga kondisi habitat tinggal dalam keadaan yang
miskin dan atau sangat terfragmentasi.
Kondisi kerusakan habitat saat ini telah diperparah dengan maraknya illegal logging yang telah
merambah ke dalam kawasan-kawasan konservasi, serta kejadian kebakaran hutan yang
berlangsung setiap tahun dengan luasan yang sangat besar sehingga keanekaragaman hayati
Sumatera Utara sangat terancam. Selain itu, konversi hutan yang merupakan habitat utama jenis-
jenis tumbuhan dan satwa, terutama terjadi di dataran-dataran rendah yang pada kenyataannya
merupakan daerah yang paling kaya terhadap jenis dan dengan keanekaragaman yang paling
tinggi dibanding tipe ekosistem lain.
Sebagian dari masyarakat belum memahami apa, mengapa dan bagaimana konservasi Satwa liar
yang dilindungi di Sumatera Utara secara baik dan benar, khususnya dalam hal konservasi
kawasan ekosistem sekitarnya. Tutupan hijau semakin hari semakin menipis, dan bencana bagi
kehidupan manusia dan satwa liar khususnya. Mulai dari pesisir, dataran rendah hingga dataran
tinggi bukan lagi tempat aman dan nyaman bagi satwa liar dan orangutan untuk hidup,
keterbatasan ruang untuk berkembang dan mencari makan menyebabkan populasi orangutan
menurun, ditambah lagi dengan kelangkaan dan spesifiknya satwa orangutan maupun satwa liar
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
8
lainnya, sehingga memberikan nilai ekonomi yang menggiurkan untuk diperoleh, dan diperjual
belikan oleh sekelompok manusia. Aktivitas dari komunitas perdagangan satwa liar dan orangutan
khususnya ini sangatlah unik dan tertutup sehingga sulit untuk diberantas dan ditangkap. Berbagai
upaya dilakukan untuk mencegah terjadinya transaksi dagang satwa liar dan orangutan, namun
usaha itu belum mampu memberikan dampak yang positif bagi perkembangan populasi satwa liar
dan orangutan yang semakin langka tersebut.
Atas dasar keprihatinan dan kepedulian terhadap tumbuh kembangnya populasi langka orangutan
dan satwa liar yang dilindungi di Sumatera Utara, Yayasan PEKAT Indonesia (YPI) dan
Conservation International Indonesia (CII) mengadakan studi investigasi perdagangan satwa
liar dan orang utan yang dilindungi ; bersama melawan perdagangan satwa liar yang dilindungi di
Sumatera Utara
Semangat akan upaya perlindungan terhadap satwa liar dan orangutan di Sumatera Utara dan
habitatnya perlu dipupuk dan ditingkatkan serta diarahkan untuk percepatan pencapaian tujuan
dari semangat dan tanggung jawab masyarakat sipil. Kemudian meningkatkan peran serta
masyarakat dalam ikut bertanggung jawab atas penyelamatan satwa liar dan orangutan endemic
Sumatera dan habitatnya.
2. Perumusan Masalah
Pada saat ini banyak satwa/spesies langka yang terancam punah, dan selama beberapa decade
terakhir ini para pemerhati lingkungan menganggap bahwa perdagangan Internasional dari satwa /
spesies langka ini illegal, yang sebagian tubuh satwa ini digunakan untuk obat-obatan tradisional
Asia, dan sebagai koleksi pribadi. Dan itu semua sebagai kekuatan utama yang menggiring
satwa-satwa tersebut pada kepunahan. Indonesia di garisbawahi sebagai pemasok utama untuk
pasar bagian tubuh dan produk satwa tersebut, dimana perdagangan illegal ini masih diterapkan
secara relative terbuka.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
9
Sebagai langkah selanjutnya, Yayasan PEKAT Indonesia (YPI) dan Conservation International
Indonesia (CII) mengadakan penelitian secara luas terhadap pasar di Sumatera, untuk
menggambarkan dan mendokumentasikan perdagangan satwa liar illegal saat ini. Laporan ini
merinci usaha-usaha perlindungan satwa liar yang dilindungi, menyediakan latar belakang dari
perdagangan satwa liar yang dilindugi, dan secara bersama-sama menyatukan data dari sumber-
sumber lain untuk menganalisa perburuan liar, peranan konflik manusia-satwa liar dan pasar
bagian tubuh serta produk satwa yang illegal di Sumatera saat ini. Populasi satwa liar yang saat ini
memasuki memasuki tingkat mendekati kepunahan.
Dengan menyediakan penelitian mendalam yang pertama dari perdagangan liar satwa liar di
Sumatera. Laporan ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia dan
komunitas pemerhati lingkungan untuk dapat lebih mengupayakan pelarangan pemburuan dan
perdagangan serta untuk memastikan bahwa satwa liar tidak mengalami nasib yang sama seperti
Harimau Bali dan Harimau Jawa yang saat ini sudah punah, yang penyebab utama dari
menurunnya jumlah satwa liar adalah perburuan dan hilangnya tempat tinggal mereka serta terkait
dengan hilangnya ketersedian sumber makanan dihutan tersebut.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi kegiatan dari praktik perdagangan satwa liar dan orangutan Sumatera
b. Mengidentifikasi komponen-komponen yang akan terkena dampak penting dari kegiatan
perdagangan satwa liar dan orangutan Sumatera
c. Memperkirakan dan mengevaluasi praktik perdagangan satwa liar dan orangutan dalam
dunia konservasi, ekologi dan ekonomi di Sumatera Utara
d. Memberikan saran dan tindak dan arahan atau solusi dan alternativ melawan praktik
perdagangan satwa liar dan orangutan Sumatera di Sumatera Utara
e. Mendokumentasikan pola, metode, jaringan dan melakukan Focus Group Discussion (FGD)
bersama masyarakat disekitar habitat, pasar perdagangan satwa liar dan orangutan selama
studi.
f. Mengapilikasikan hasil laporan dalam bentuk sebuah buku.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
10
4. Kerangka Berfikir
Pada kondisi alamiah, maka keberadaan keanekaragaman hayati akan berkembang bersamaan
dengan tegakan hutan dengan kondisi ekosistem hutan yang demikian, sehingga satu sama lain
saling bergantungan. Sebaliknya, apabila salah satu hilang atau punah maka akan terjadi
ketidakseimbangan dalam kehidupan dan alam ini.
Adapun perilaku masyarakat, petani, pemburu di Hulu atau di dataran tinggi, kemudian nelayan
di hilir atau dataran rendah dan pesisir pantai dan para pengusaha yang melakukan eksploitasi
satwa liar dan orangutan sumatera, dikhawatirkan dapat mengakibatkan hutan dan satwa liar
tidak mampu lagi berfungsi maksimal sebagai kawasan perlindungan tanah, tata air, matarantai
hidup, dan manfaat ekonomi, sosial, ekologis yang optimal. Lebih lanjut, kerangka berfikir untuk
penelitian ini dapat dilihat seperti pada gambar 1 berikut :
5. Hipotesis
Hipotesisi dalam penelitian ini adalah :
a. Karakteristik masyarakat mempunyai korelasi terhadap perilaku pemburu dalam melakukan
kegiatan eksploitasi satwa liar dan orangutan sumatera atas pada hutan dan perubahan
peruntukan (konversi) hutan menjadi fungsi lain
b. Kegiatan eksploitasi satwa liar atas pada hutan dan perubahan peruntukan lahan tegakan
hutan menjadi perladangan, perkebunan dan pemukiman, yang dilakukan oleh masyarakat
atau pengusaha dapat menimbulkan kerugian fisik.
6. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk :
a. Mendapatkan data dan informasi tentang factor-faktor yang menyebabkan perilaku
masayarakat atau pemburu/kolektor dalam melakukan kegiatan eksploitasi satwa liar dan
orangutan Sumatra.
b. Mendapatkan data tentang kerugian ekonomi yang terjadi sebagai akibat perdagangan
satwa liar dan orangutan Sumatra yang dilindungi.
c. Memberikan masukan dalam upaya pengelolaan keanekaragaman hayati atau satwa liar
dan pengelolaan sumberdaya alam bagi pemerintah kabupaten/kota, pemerintah propinsi,
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
11
dan pihak-pihak terkait lainnya dan juga sebagai bahan sosialisasi bagi masyarakat
khsusnya di Sumatera Utara.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Keanekaragaman Hayati dan Konsep Konservasi
Indonesia meratifikasi konvensi CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora) pada tahun 1978 melalui Keputusan Presiden No. 43/1978
sebagai anggota ke %1. selanjutnya di Indonesia sebagai otorita pengelolaan (management
Autority) ditunjuk Departemen Kehutanan c.q. Directorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam (PHKA), sedangkan otorita ilmiah (scientific Authority) adalah Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sejak itu PHKA terlibat dalam pengendalian perdagangan semua
jenis flora dan fauna yang terdaftar dalam APPENDIX CITES didasarkan pada derajat
kelangkannya.
Indonesia sebagai Negara anggota CITES mempunyai kewajiban untuk menerapkan ketentuan-
ketentuan CITES di bidang pengawasan peredaran jenis baik keluar maupun masuk Negara
yang bersangkutan. Dengan demikian diterapkan system dua pintu pengendalian lalulintas
peredaran atau perdagangan flora dan satwa liar langka yaitu pertama di Negara pengekspor
dan yang kedua di Negara pengimpor. Kenyataan bahwa garis kawasan Nusantara yang
asangat panjang, sehingga dengan keterbatasan perangkat pengamanan yang ada saat ini
menjadikan pengamanan lalulitas peredaran jenis dari kepunahan di Indonesia ke luar negeri
sangat rawan.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
13
BENGKALIS ISL.
PADANG ISL.
BENGKALIS
Gunungsitoli
Tapaktuan
Langsa
Kutacane
RantauprapatBagasiapiapi
Dumai
DoloksanggulBalige
Tarutung
Sabulus Salam
Kabanjahe
Tanjung Balai
Medan
Sibolga
Sipirok
Padangsidempuan
Peta 1 : Lokasi Penelitian; kabupaten dan kota
2. Status dan Perlindungan Satwa Liar dan Orangutan Sumatra
Indonesia mengeluarkan Undang-undang Republik Indonesia untuk Perlindungan Sumber Daya
Alam (1990), yang juga dikenal sebagai Undang-undang Konservasi (No. 5) tahun 1990.
Undang-undang ini digunakan sebagai landasan hukum untuk perlindungan spesies liar,
termasuk spesies yang sepenuhnya dilindungi seperti orangutan, harimau, gajah, dan lainnya.
Dalam undang-undang ini, setiap pelanggaran yang disengaja dapat dijatuhi hukuman penjara
maksimum lima tahun dan/atau denda sampai dengan Rp 100.000.000,-. Pelanggaran yang
terjadi karena kelalaian mendapat hukuman penjara sampai dengan satu tahun dan/atau denda
sampai dengan Rp 50.000.000,-. Peraturan ini dapat berlaku sebagai pencegah terjadinya
perburuan liar dan perdagangan terhadap Harimau Sumatera, jika diterapkan secara
proporsional. Dan untuk memperkuat peraturan nasional yang sudah ada, pemerintah Indonesia
meminta semua orang yang memiliki satwa langka liar, baik hidup maupun produknya, untuk
mendaftarkan kepemilikannya dan mengeluarkan ijin yang hanya berlaku untuk satu kali. Badan
yang bertanggung-jawab untuk mengawasi pelaksanaan Undang-undang Koservasi tersebut
Malaysia
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
14
adalah Departemen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan
Republik Indonesia.
Dengan peraturan tersebut, pemerintah berhak untuk menangkap dan menyita spesimen dari
satwa dilindungi, untuk setiap pelanggaran yang terjadi. Setiap barang penyitaan akan disimpan
dalam gudang, atau digunakan untuk penelitian dan aktifitas pendidikan, atau dimusnahkan.
Setiap penyimpanan, baik pemerintah maupun kepemilikan pribadi, ditandai dan didaftarkan.
Namun, pada akhir tahun 2003, keputusan baru dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan (No.:
447/Kpts-II/2003). Pada Bab VII dari keputusan tersebut menyebutkan: Penghapusan dari
Penyitaan Spesimen, bagian pertama, pasal 113 menyebutkan bahwa seluruh penyitaan
terhadap spesimen dari spesies dilindungi, yang terdaftar dalam CITES Appendix I, akan
digunakan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Jika barang-barang tersebut tidak
berharga bagi penelitian dan pendidikan, barang-barang tersebut akan dimusnahkan. Tidak ada
kalimat yang menyebutkan spesimen tersebut akan disimpan dalam gudang
Indonesia memiliki banyak polisi hutan (jagawana) yang tersebar disetiap propinsi, mereka
bekerja di bawah pengawasan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dari PHKA. Dan
ini termasuk satuan khusus bersama Polisi Kehutanan dan Penyidik, menangani perburuan liar
dan bentuk kejahatan sumber daya alam lainnya. Unit lapangan dilengkapi sarana perahu motor
cepat, truk terbuka, sepeda motor, senjata laras panjang dan laras pendek. Operasi penyamaran
juga diperbolehkan. Karyawan KSDA terlihat menikmati hubungan kerja yang baik dengan
aparat kepolisian, bea dan cukai serta tentara. Karyawan KSDA yang berhasil menangkap para
pelanggar, diwajibkan untuk menyerahkan para pelanggar tersebut kepada pihak kepolisian,
kemudian oleh pihak kepolisian akan di proses untuk peradilan
PHKA adalah badan di Indonesia yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan CITES yang
berhubungan dengan satwa liar. Dalam kerjasamanya dengan bea dan cukai Indonesia, seluruh
pelaksanaan ekspor CITES harus diperiksa terlebih dahulu.
Meski demikian, penegakan hukum dan eksekusi masih sangat lemah atau bahkan di beberapa
wilayah hal itu tidak terlaksana. Ada sejumlah faktor yang membatasi proses penegakan hukum.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
15
Keterbatasan sumberdaya, terutama untuk mengeksekusi kasus satwa liar. Kurangnya kapasitas
kemampuan aparat penegak hukum yang terlatih, merupakan satu persoalan yang terus
dikeluhkan oleh pemerintah dan kelompok pemerhati lingkungan, dimana diperlukan investasi
besar untuk proses pelatihan dan dukungan terhadap petugas kehutanan serta polisi. Namun
tetap saja, karena korupsi yang merajalela dan kurangnya kemauan politis dan komitmen,
membuat tertahannya usaha pengawasan perburuan liar dan perdagangan.
3. Kerugian akibat Hilangnya Satwa Langka
Masih marak terus perdagangan satwa liar ditingkat internasional terbukti dengan diperolehnya
informasi dilapangan dan pemberitaan media cetak tentang perdagangan satwa liar yang
dilindungi, baru-baru ini tanggal 30 september 2006, petugas gabungan Polisi Kota Besar Medan
Sekitarnya (Poltabes MS) dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumatera Utara
mendapatkan ratusan kulit hewan trenggiling yang akan di kirim ke luar negeri. Seiring itu pula,
masih ditemukan pengiriman sirip ikan hiu secara sembunyi-sumbunyi melalui pantai timur
sumatera. Diperoleh keterangan harga sirip hiu kering berkisar Rp. 1-3 juta rupiah perkilogram-
nya. Dan pengiriman ikan-ikan hias juga terus berlanjut seperti ikan jenis Napoleon, Arwana dan
anakan ikan hiu ke Malaysia dan Singapore melalui cargo udara dan laut. Hasil pemantauan
dilapangan, diketahui juga bahwa para pedagang satwa liar tersebut bukan hanya mengirim
satwa liar keluar negeri tetapi juga menerima kiriman satwa liar (dilindungi CITES) dari luar
negeri seperti Kura-kura dari India, Ikan hias, dan lainnya.
Umumnya pengekspor dan pengimpor sangat mahir dan berpengalaman dalam hal ini, pantauan
dilapangan bahwa para kolektor/pedagang tersebut memiliki badan usaha yang legal dan
memiliki jaringan bisnis dengan pihak-pihak terkait yang sangat ketat dan tertutup rapi. Semua
persyaratan administrasi untuk eksport dan import mereka penuhi dengan baik.
Kelemahan yang sangat jelas adalah lemahnya pengawasan dan penindakan dari pihak-pihak
terkait, masih dapat dilihat dilapangan bahwa petugas kerap memberi tanda cap atau
pengesahan dokumen eksport atau import tanpa melakukan pengecekan langsung ke komoditi
yang akan dikirim, seakan-akan semua sudah dilakukan pemeriksaan dan pengecakan.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
16
PHKA telah mengeluarkan kebijakan tentang tata niaga penangkaran, perburuan dan
perdagangan Tanaman dan Satwa Liar. Izin usaha ini dapat diberikan kepada badan usaha,
lembaga konservasi, koperasi, ataupun perorangan. Izin usaha penangkaran diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal perlindungan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA), Departemen Kehutanan.
Untuk memperoleh izin usaha penangkaran permohonan ditujukan kepada Dirjen PHKA dengan
tembusan kepada instansi kehutanan di daerah (Dinas Kehutanan dan Balai KSDA), yang
dilengkapi dengan : Berita acara pemeriksaan persiapan teknis tempat penangkaran dari
Balai/Unit KSDA, rekomendasi dari Kanwil Dept. Kehutanan, proposal usaha penangkaran,
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU)/HO, tanda daftar
perusahaan (TOP), NPWP, Akte Notaris Pendirian Usaha, Biodata tenaga ahli yang
diperkerjakan.
Usaha penangkaran yang telah memiliki izin usaha, diwajibkan menyampaikan laporan berkala
tentang perkembangan usaha penangkarannya. Laporan berkala terdiri atas laporan bulanan,
laporan triwulan dan laporan tahunan.
Namun sebaik apapun sebuah peraturan belum bisa menjamin terlaksananya sebuah proses
pengawasan yang baik, dilapangan masih diketemukan beberapa tempat-tempat usaha yang
tidak sama sekali memiliki izin usaha, bahkan ada yang mengatakan untuk apa repat-repot urus
izin usaha, toh petugas datang setiap minggu ambil uang pada kami! hal ini dapat dipastikan
masih berlangsung di pasar-pasar satwa di kota Medan dan sekitarnya.
Keinginan untuk mendapat untung yang sebasr-besarnya seperti tidak terbendung lagi bagi
sejumlah pedagang satwa di Sumatera Utara dan Indonesia umumnya. Masih banyak kami
peroleh iklan-iklan pedagang di internet mencari ofsetan satwa liar yang dilindungi seperti halnya
contoh dibawah ini :
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
17
Permintaan lokal tentang satwa liar yang dilindungi, baik dalam bentuk ofsetan, tulang/kerangka,
bagian tubuh tertentu sangat tinggi, dan pasar khusus ini juga menjanjikan harga yang istimewa
bagi para sekelompok pedagang.
Bagi sebagian komoditas masyarakat di Sumatera Utara ada yang secara turun temurun (budaya)
untuk mengkonsumsi bagian dari tubuh satwa liar untuk pengobatan, atau meningkatkan kualitas
GADING GAJAH Harga : Nego Keterangan :Saya memiliki 2 buah gading gajah lokal Panjang -/+ 100 cm dan 80 Cm untuk anda yang berminat serius hubungi saya di 0812 191 1159 trimakasih atau Permintaan Anda akan disimpan di "Surat Bisnis". Korespondensi Perusahaan Nama : Bpk. Ridzki [Pemasaran] E-mail : Nomer Telpon : 08121911159 Nomer Faks : --- Alamat : Tebet Barat Dalam Raya 39 Jakarta 16514, DKI. Jakarta Indonesia HARIMAU SUMATRA OFFSET+MACAN TUTUL Negara Asal: Indonesia Harga: anda membeli = menyumbang untuk pembangunan masjid Jumlah: 2 Kemas & Pengiriman: nego Keterangan: merupakan kulit harimau asli sumatra dan koleksi pribadi spec dapat dilihat pada gambar surat komplit..untuk peminat serius dapat menghubungi melalui tlp atau Permintaan Anda akan disimpan di "Surat Bisnis". Korespondensi Perusahaan Nama : Bpk. yosi ruslan [Pemilik/Pengusaha] E-mail : Nomer HP : 081382608100 Nomer Telpon : 081382608100 Nomer Faks : --- Alamat : Bekasi 17145 - Indonesia bekasi 17145, DKI. Jakarta Indonesia GUCI GADING GAJAH KUNO Negara Asal: China Cara Pembayaran: Tunai Jumlah: 1 Keterangan: G - 015 tinggi : 34 cm lebar : 35 cm Terbuat dari gading gajah dengan full relief naga,budha dll atau Permintaan Anda akan disimpan di "Surat Bisnis". Korespondensi Perusahaan Nama :Bpk. Adhikara Purnama [Pemilik/Pengusaha] E-mail : Nomer HP :+6281322617010 Nomer Telpon :+6281322617010 Nomer Faks :--- Alamat :Bandung bandung 40971, Jawa Barat Indonesia
Sumber : Teks dan Foto dari Internet
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
18
tubuh sipenggunanya. Bahkan sebagian masyarakat juga masih mempercayai bahwa bagian-
bagian khusus tubuh satwa liar seperti harimau, gajah, dan lainnya memberikan khasiat magic
bagi pemakainya.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
19
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Studi Pustaka
Studi pustaka yang dilaksanakan bersumber dari:
Informasi yang diperoleh dari pemberitaan media cetak lokal, seperti : Harian Waspada,
Harian Analisa, Harian Pos Metro, dan Harian Medan Bisnis. Berita tentang perdagangan
satwa sejak tahun 2005-2006 terkini.
Informasi yang diperoleh dari BKSDA I, dan BKSDA II Sumatera Utara, Kantor Bea dan
Cukai, Karantina Hewan Polonia dan Belawan, Polisi Daerah (Polda) Sumatera Utara, dan
Karantina Ikan Polonia.
Informasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang
Konservasi, seperti : Flora Fauna International (FFI), Sumatran Orangutan Conservation
Programme (SOCP), Yayasan Gajah Sumatra, dan lainnya.
Informasi baik yang dipublikasikan maupun tidak, seperti: wawancara, penelitian dan
laporan perkembangan. Informasi ini disediakan oleh para ahli konservasi dan
perdagangan satwa liar dari LSM/NGO dan Perguruan Tinggi dan sejumlah sumber
perorangan yang bekerja di daerah Sumatera Utara..
Data yang berhubungan, yang dikumpulkan oleh Yayasan Pekat Indonesia selama
penelitian lain terhadap perdagangan satwa liar.
2. Studi Investigasi
Studi Investigasi Perdagangan Liar Satwa dan Orangutan yang dilindungi di Sumatera Utara
dilakukan dengan melalui pendekatan :
a. Mengidentifikasi kegiatan dan praktik perdagangan satwa liar dan orangutan yang
berkembang di tengah masyarakat.
b. Melihat persepsi pedagang satwa, konsumen, dan pemanfaat satwa liar dan orangutan
yang dilindungi terhadap penanganan dan perlindungan yang dilakukan pemerintah
propinsi dan kabupaten/kota
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
20
c. Mengkaji efektifitas dan kinerja departemen/institusi yang diberi kewenangan untuk
perlindungan, dan pengawasan perdagangan serta pemanfaatan satwa liar dan orangutan
yang dilindungi.
d. Mengkaji mekanisme perlindungan, pemanfaatan dan pengawasan perdagangan serta
pemanfaatan satwa liar dan orangutan yang dilindungi yang diterapkan. Khususnya dalam
penglibatan masyarakat.
e. Mendokumentasi pola, metode, jan jaringan perdagangan satwa liar dan orangutan
selama penelitian
3. Lokasi Studi
Lokasi studi Investigasi Perdagangan Liar Satwa dan Orangutan yang dilindungi di Sumatera
Utara dilakukan pada Kota Medan, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Tapanuli
Tengah (termasuk kota Sibolga). Dan tidak tertutup meluasnya cakupan pantau studi ke
Tarutung, Balige, Tanjung Balai, Kotanopan, Rantau Prapat, dan Dolok Sanggul. Hal ini
merupakan bias dari lokasi pemantauan.
4. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
a. Data Primer
Data primer, khususnya mengenai persepsi dilakukan melalui wawancara terstruktur dan
atau terbuka (Focus Group Discussion/FGD) dengan masyarakat sekitar habitat, tokoh
masyarakat, pelaku bisnis, aparat pemerintah, aktifis LSM/NGO Konservasi dan anggota
masyarakat.
b. Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan melalui media formal yang diterbitkan oleh institusi
pemerintah seperti dari BKSDA, Kehutanan, Kantor Imigrasi, Karantina Hewan, Karantina
Ikan, Kepolisian, Media Cetak, LSM/NGO, dan lain-lain. Sebagai perbandingan juga
dilakukan studi literatur untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
Analisis data dilakukan atas data yang terkumpul mencakup parameter yang telah
ditetapkan diatas untuk ketiga kabupaten/kota yang ditetapkan sebagai lokasi studi. Dari
hasil analisis akan ditarik kesimpulan, khususnya untuk peningkatan efektifitas kinerja
pengelola, pengawas, pelindung, dan penindak perdagangan satwa liar dan orangutan
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
21
dilindungi oleh pihak pemerintah propinsi dan kabupaten/kota serta perancangan program
sosilaisasi dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam melindungi, mengawasi dan
melsetarikan satwa liar dan orangutan di Sumatera Utara.
5. Pelaksana Studi
Tim Pelaksanaan studi adalah Yayasan Pekat Indonesia (YPI) dengan susunan sebagai
berikut :
Penanggungjawab : Efrizal Adil Lubis
Ketua Tim : Muslim Sipayung
Sekretaris Tim : Fifi D.S Lubis
Staff Peneliti : Muhammad Toni Aprilandi
: Yan Marsela Batubara
: Dodi Anwar
: Irna Fahrini
Teknisi : O.K. Zulkarnain
Sekretaris : Lastri Feronika Pasaribu
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
22
BAB IV
HASIL STUDI INVESTIGASI
1. Penelitian Pasar
Studi dilakukan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap kondisi kegiatan praktik
perdagangan satwa liar dan orangutan yang dilindungi yang dijalankan oleh Pemerintah Propinsi
dan Kabupaten/Kota serta tingakat partisipasi masyarakat mencakup :
a. Pengelompokan Potensi Pemanfaatan Satwa Liar dan Orangutan
1) Pasar Burung : Pasar Burung Jalan Bintang, Jalan Setia Budi, Pinang Baris,
Pasar Kampung Lalang, Jalan Beruang, Pasar Sukaramai,
Pasar Kapten Muslim, Merak Jingga, Jalan Veteran/Bawean,
Pasar Pringgan, Simpang Limun/Seksama, Pasar Burung
Marelan, Jalan Talaud, Jalan Thamrin.
Table 1 : Investigasi di Pasar Burung
NO PASAR BURUNG KETERANGAN
1 Jalan Bintang Medan
Pedagang terbagi atas tiga bagian, antara lain :
1. Pedagang di Ruko (Rumah Toko); umumnya ini pedagang
kelas ekonomi makro, dan mereka umumnya sebagai agen
besar untuk di Sumatera Utara. 75% pasokan satwa di kota
Medan berasal dari para pedagang ini. Dan umumnya mereka
memiliki lokasi/gedung untuk penyimpanan satwa langka yang
keberadaannya di luar lokasi jalan Bintang ini, bahkan diantara
mereka ada yang memiliki Pet Shop. Selain satwa yang dijual
juga mereka menjual pakan-pakan satwa tersebut.
2. Pedagang di kios (rumah darurat dari kayu); umumnya ini
pedagang lama di Kota Medan, mereka inilah pedagang-
pedagang yang sudah puluhan tahun begelut dalam dunia
bisnis perdagangan satwa di Sumatera Utara, dan diantara
mereka banyak mantan pemburu. Mereka juga menjual satwa
yang diperoleh ke pedagang di Ruko, seperti disaat investigasi
dilakukan telah disaksikan transaksi penjualan 3 ekor anak
macan, selebihnya mereka perdagang sendiri.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
23
3. Pedagang Kaki Lima; lokasi dagang mereka tepatnya di
emperan toko-toko sekitar jalan Bintang, mereka sepertinya
lebih berani dari kedua type padagang lainnya dalam hal
memajangkan dagangan berupa satwa liar yang dilindungi.
Mereka tidak memiliki gedung/gudang tersendiri untuk
menyimpan satwa liar yang dilindungi, oleh karena itu mereka
secara terang-terangan memjang satwa tersebut. Pedagang
kaki lima ini juga menjual satwa mereka kepada pedagang di
Ruko.
2 Jalan Setia Budi
Pedagang satwa disini memiliki bangunan berupa kios permanent
dan umumnya dibelakang kios merupakan rumah mereka sendiri.
Mereka memajangkan jenis-jenis satwa berupa burung, reptil, dan
primata. Meraka juga membeli satwa dari pemburu, agen di jalan
Bintang, atau pihak lain yang datang menjual satwa ke mereka.
3 Pinang Baris
Umumnya pedagang disini memiliki gedung/tempat berupa Ruko,
dan dagangan mereka dimulai dari jenis aves, reptil, primata, dan
pakan ternak. Umumnya pedagang merupakan dari etnis Aceh.
Pengakuan mereka kebanyakan satwa asalanya dari Nanggroe
Aceh Darussalam.
4 Kampung Lalang
Pedagang ini umumnya tidak memiliki kios atau gedung untuk
memajangkan dagangannya. Namun mereka mengelar dagangan di
emperan toko. Dan mereka pedagang berpindah (dengan sepeda
motor, atau mobil jenis pickup). Mereka menggelar dagangannya di
tengah-tengah keramaian pasar Kampung Lalang. Jenis-jenis yang
didagangkannya mulai dari burung, ular, biawak, tupai, trenggiling,
monyet ekor panjang, marmut, kelinci dan lainnya.
5 Beruang
Pedagang di sini mengkhususkan diri menjual dagangan berupa
labi-labi, kura-kura, penyu dan ikan hiu. Dalam seminggu mereka
umumnya mendapatkan satwa hanya sekali. Mereka mendapatkan
satwa dari pesisir pantai timur dan barat Sumatera Utara. Pedagang
disini bercampur dengan pedagang ikan, daging dan ayam.
6 Sukaramai
Pedagang di sini juga pedagang yang sifatnya berpindah (dengan
motor atau sepeda). Umunya mereka mendagangkan jenis satwa
burung, kelinci, marmut dan monyet ekor panjang. Dalam sepekan
mungkin mereka akan mengunjungi pasar Sukaramai ini 2 kali
(waktu tidak tentu).
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
24
7 Kapten Muslim Disini ada dua pedagang tetap (Ruko) dan selebihnya pedagang
musiman yang mempergunakan sepeda motor. Umumnya mereka
mendagangkan jenis satwa burung, ular, primata, kelinci, ayam
hutan, bebek, biayak, tupai, dan lainnya.
8 Merak Jingga
Pedagang disini juga seperti lebih bermodal, mereka umumnya
memiliki kios permanen. Dan memeliki gudang/tempat khusus
menyimpan satwa (diluar lokasi Merak Jingga). Umunya mereka
menjual burung beo, burung kakak tua, primate, trenggiling, biawak,
tupai, kelinci, ayam hutan, bebek, dan pakan ternak. Dan tidak jauh
dari kios-kios mereka ada sebuah praktek dokter hewan.
9 Veteran/Bawean
Umumnya pedagang disini tertutup dan spesialis menjual daging
ular, biawak, trenggiling, dan jenis reptil lainnya. Masih dapat dilihat
di dinding ruko mereka terpampang kulit ular, biawak, trenggiling dan
lainnya. Pengusaha ini sangat tertutup dan sangat berhati-hati.
Ruko-ruko tempat mereka berdagang tertutup dan orang-orang
tertentu saja yang tahu dan bisa masuk.
10 Pringgan
Pedagang satwa disini pedganmg keliling, mereka akan singgah di
pasar ini dalam sepekan satu kali, umumnya di hari kamis.
Dagangan yang mereka bawa berupa burung, kelinci, marmut,
anjing, dan terkadang monyet ekor panjang.
11 Simpang Limun/Seksama
Dua jenis pedagang di sini, satu mereka menempati lapak-lapak
yang ada di pasar ini, dan kedua kios darurat dari bahan kayu
seadanya. Dagangan mereka mulai dari sirip ikan hiu, daging ikan
hiu, sampai labi-labi. Untuk yang menetap mereka memajangkan
burung-burung, ayam hutan, biawak, tupai, dan lainnya.
12 Marelan
Pedagang disini pedagang keliling, mereka membawa beberapa
jenis binatang seperti monyet, burung, ayam hutan, kelinci dan
hamster. Mereka juga menjual sangkar burung, sangkar hamser,
dan pakan ternak.
13 Talaud
Disini pedagang menempati kios-kios darurat dari bahan kayu,
mereka mengkhususkan diri menjual ikan-ikan laga dan ikan hias.
Masih di temukan mereka menjual ikan hias jenis langka, seperti
ikan napoleon, anakan arwana dan lainnya. Untuk mendapatkan
jenis tersebut memang sedikit sukar, dan tertutup.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
25
14
Thamrin
Pedagang kelas kakap, sebab mereka mengkhususkan diri untuk
berdagang ikan-ikan hias, pakan ikan, perlengkapan aquarium, dan
berbagai asesories lainnya. Ikan arwana, ikan hias napoleon, ikan
hiu anakan bisa kita lihat disana, dengan harga yang sangat mahal
dan tinggi. Pedagang disini termasuk pedagang kelas distributor,
mulai dari pakan sampai satwa juga.
2) Petshop : Pet House (jl. Kapt. Pattimura 360 Medan), Bobo Pet Shop (Jl.
HOS Cokroaminoto 89-A Medan), Petio Pet Shop (Jl. Yose Rizal
176 Medan), Gufi Pet Shop (jl. Merak Jingga 58 Medan), Sinar
Harapan (jl. Tomat 106-G Medan).
Table 2 : Investigasi di Petshop
NO LOKASI/TEMPAT KETERANGAN
1 Pet Shop (Kapten Pattimura 360
Medan)
Menjual Pakan ternak, Obat-obatan ternak, Sangkar, Asesories, dan
beberapa jenis Anjing, Reptil, dan Hamster.
2 Bobo Pet Shop (Jl. HOS
Cokroaminoto 89-A Medan)
Menjual Pakan ternak, Obat-obatan ternak, Sangkar, Asesories, dan
beberapa jenis Anjing, Reptil, dan Hamster. Dan memiliki fasilitas
perawatan Ajing (saloon)
3 Petio Pet Shop (Jl. Yose Rizal 176
Medan)
Mereka lebih mengutamakan untuk perawatan satwa piaran (salon) dan
konsultasi kesehatan satwa. Juga mereka menjual pakan, obat-obatan,
asesories, dan beberap jenis satwa seperti kura-kura brazil, kura-kura
India, hamster, anjing import, dan reptile.
4 Gufi Pet Shop (jl. Merak Jingga 58
Medan)
Umumnya mereka berdagang reptile lokal maupun import, menjual
assesiries, pakan, obat-obatan dan konsultan kesehatan satwa.
5 Sinar Harapan (jl. Tomat 106-G
Medan)
Jasa yang mereka jual adalah merawat dan mempercantik satwa piaran,
menjual pakan, obat-obatan, sangkar, assesories, dan konsultan
kesehatan satwa piaran konsumen.
3) Pasar Pusat/umum :
: Pasar Sentral Medan, Pasar Sei Sikambing Medan, Pasar
Beruang Medan, Jalan Pandan Pasar Balige, Pasar Tarutung.
Pasar Padang Sidempuan, Pasar Sibolga,
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
26
Table 3 : Investigasi di Pasar/Umum
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Pusat Pasar Pedagang terang-terangan menjual daging ikan hiu, sirip ikan
hiu (kering), pari, dan lainnya.
2 Sei Sikambing Ikan pari, ikan hiu basah, dan lainnya.
3 Beruang Labi-labi, kura-kura, baik dalam bentuk hidup maupun dalam
bentuk sudah dibrsihkan (tanpa cangkangnya).
4 Pandan Ditemukan sebuah pengusaha pengumpul biawak, trenggiling
dan ular
5 Balige Ditemukan sirip ikan hiu keringa yang berasal dari Sibolga.
6 Tarutung Ditemukan sirip ikan hiu keringa yang berasal dari Sibolga.
7 Padang Sidempuan Ditemukan sirip ikan hiu keringa yang berasal dari Sibolga.
8 Sibolga Sirip ikan hiu kering, Kakapar, Karandang,
4) Pasar Tradisional/Pekan :
: Pekan Kotanopan, Pekan Balige, Pekan Sipirok.
Table 4 : Investigasi di Pasar Tradisional/Pekan
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Kotanopan Diketemukan pedagang keliling yang special menjual kulit harimau, kuku dan taring harimau, hati harimau, minyak beruang, kepala rusa.
2 Balige Diketemukan pedagang obat-obatan tradisional yeng menjual minyak gosok dari Tapir, dan beruang.
3 Sipirok Diketemukan pedagang yang menjajakan empedu ular, hati harimau, minyak gosok dari lemak tapir atau beruang.
5) Rumah Makan/Restauran/Pedagang kaki Lima :
: Medan : Jalan Surabaya, Cirebon, Mangkubumi,
Kompleks Multatuli Indah, A. Yani, Glugur By Pass,
Belawan, Kapten Muslim, Brigjend Katamso, Asia Mega Mas,
S. Parman dan Madong Lubis sekitarnya.
: Sibolga : Jalan Diponegoro, Horas, SM. Raja dan Brigjend
Katamso.
: Tanjung Balai : Tengku Umar, Pelabuhan, W.R. Supratman
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
27
Table 5 : Investigasi pada Rumah Makan, Restaurant, Warung Kaki Lima
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Medan
1.1 Surabaya Pedagang disini umumnya dibuka pada malam hari (khusus)
dan disini konsumennya berasal dari etnis chaines, dan menu
yang disajikan adalah menu khas chaines. Termasuk salah
satunya adalah mie sirip ikan hiu, daging ular, telur penyu, telur
buaya, ikan pari, kuda laut, dan lainnya.
1.2 Cirebon Umumnya usaha tetap dismaping menjual makanan khas
chaines juga menyajikan minuman khas untuk kesehatan yang
berasal dari lemak (minyak) satwa.
1.3 Mangkubumi Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang
hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)
dengan khas asia.
1.4 Kompleks Multatuli Indah Beberapa restaurant yang bercorak negera asing (jepang,
korea, Taiwan, dan Thailand) umumnya menyajikan makan-
mamakan yang berasal dari ikan hiu, pari, labi-labi, kura-kura,
lobster, dan lainnya.
1.5 A. Yani Beberapa restaurant yang bercorak negera asing (jepang,
korea, Taiwan, dan Thailand) umumnya menyajikan makan-
mamakan yang berasal dari ikan hiu, pari, ular, lobster, dan
lainnya.
1.6 Belawan Beberapa restaurant yang bercorak negera asing (jepang,
korea, Taiwan, dan Thailand) umumnya menyajikan makan-
mamakan yang berasal dari ikan hiu, pari, lobster, dan lainnya.
1.7 Kapten Muslim Warung kaki lima yang khususnya berjualan sejak jam 18.00
s/d 23.00 Wib menjual ikan hiu baker.
1.8 Brigjend Katamso Warung kaki lima yang khususnya berjualan sejak jam 18.00
s/d 23.00 Wib menjual ikan hiu baker.
1.9 Madong Lubis Umumnya usaha tetap disamping menjual makanan khas
chaines juga menyajikan minuman khas untuk kesehatan yang
berasal dari ular, .
1.10 S. Parman Beberapa restaurant yang bercorak negera asing (jepang,
korea, Taiwan, dan Thailand) umumnya menyajikan makan-
mamakan yang berasal dari ikan hiu, pari, lobster, dan lainnya.
2 Sibolga
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
28
2.1 Horas Dagang makanan khas sea food, dan masih diketemukan juga
konsumen yang menyantak daging penyu, telur penyu, dan
mie sirip ikan hiu.
2.2 Sisingamangaraja (SM. Raja) Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang
hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)
dengan khas asia.
2.3 Brigjend Katamso Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang
hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)
dengan khas asia.
3 Tanjung Balai
3.1 Tengku Umar Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang
hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)
dengan khas asia.
3.2 Pelabuhan Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang
hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)
dengan khas asia.
3.3 W.R. Supratman Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang
hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)
dengan khas asia.
6) Toko Mas : Kampung Baru, Petisah, Sukaramai, Pancur Batu, Pusat Pasar,
Kampung keeling, Padang Bulan
Table 6 : Investigasi di Toko Mas/Souvenir
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Kampung Baru Taring Harimau
2 Petisah Taring dan Kuku Harimau
3 Sukaramai Gading Gajah yang telah dibentuk kecil sebagai leontin
4 Pancur Batu Kuku harimau
5 Pusat Pasar Taring harimau, gading gajah.
6 Kampung Keling Kuku beruang, taring harimau
7 Padang Bulan Taring harimau
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
29
7) Toko Obat Tradisional (China) :
: Petisah, Kampung Baru, Glugur By Pass,
Table 7 : Investigasi di Toko Obat China/Tradisionil
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Petisah Telur buaya, telur penyu, hati beruang, lemak harimau
2 Kampung Baru Hati harimau, kuda laut, bintang laut,
3 Glugur By Pass Lemak beruang
8) Hotel/Convention Hall/Plaza
: Uniland Medan, Novotel Hotel
Table 8 : Investigasi di Restaurant Hotel-Hotel/perkantoran Berbintang
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Uniland Dihari-hari tertentu menyajikan makanan seafood yang eksotik,
seperti sirip ikan hiu, lobster,
2 Novotel Dari investigasi dilapangan diperoleh informasi sesekali pihak
restaurant menyajikan makanan yang berasal dari ikan pari,
lobster, ikan hiu, penyu sesuai dengan pesanan konsumen.
9) Pedagang Batu Akik Kaki Lima :
: Kantor Pos Besar Medan, Pusat Pasar, Petisah, Kampung
Lalang.
Table 9 : Investigasi kepada Pedagang Batu Akik Kaki Lima
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Kantor Pos Besar Salah satu pedagang ada yang menyimpan kuku harimau,
kuku beruang dan taring beruang.
2 Pusat Pasar Masih diperoleh informasi diantara pedagang yang menyimpan
taring harimau dan gading gajah
3 Petisah Kuku dan taring Harimau, taring beruang.
4 Kampung Lalang Kuku harimau
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
30
10) Pedagang Obat Keliling
: Umumnya mereka berpindah-pindah, dan kerap di buka pada
saat pasar pekan di daerah atau sekali-sekali di pasar umum.
Table 10 : Investigasi pada Pedagang Obat keliling
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Medan
Dalam setiap atraksinya pedagang akan memamerkan hati
harimau, hati berunag dalam sebuah toples, kemudian kulit
harimau lengkap, dan masih juga ditemukan mereka
memamerkan tengkorak kepala primate.
2 Padang Sidempuan Mereka memajang kuda laut, bintang laut, bulu ekor burung
cenderawasih, dan minyak gosok beruang.
11) Pelaku Bisnis Pariwisata :
: Bahorok, Tangkahan, Pulau Poncan
Table 11 : Investigasi di Pengusaha Bisnis Pariwisata
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Bahorok
Umumnya para pengusaha penginapan, guide, rumah makan
merasa keberatan dan tidak menyetujui aksi segelintir orang
yang mengeksploitasi satwa liar disekitar mereka. Dan masih
juga diperoleh informasi bahwa ada beberapa guide yang
berprofesi ganda (sebagai pemburu).
2 Tangkahan
Umumnya masyarakat disekitar sini tadinya berprofesi sebagai
illegal loging dan pemburu. Tetapi kesadaran akan
kelebihan/potensi desa mereka yang kaya dengan
keanekaragaman hayati dan kerimbunan hutan mereka kini
sangat menjaga dan memperhatikan kondisi hutan dan
satwanya sebagai aset ekonomi pariwisata. Dan masih juga
sesekali para pengusaha tertentu mendatangi mereka dengan
menawarkan rupiah yang besar untuk melakukan pemburuan
satwa atau kayu yang di inginkan.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
31
12) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) :
: Belawan, Percut Sei Tuan, Tanjung Balai, Jl. Jend. Gatot Subroto Pondok Batu Sarudik Sibolga
Table 12 : Investigasi pada Tempat Pelelangan Ikan
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Belawan Dijumpai sirip ikan hiu
2 Percut Sei Tuan Dijumpai sirip ikan hiu
3 Pondok Batu Sarudik Sibolga Dijumpai sirip ikan hiu, penyu, labi-labi dan ikan-ikan hias
13) Usaha Entertainment/Hiburan (Kebun Binatang Mini)
: Kolam Pancing Tamora, Pantai Cermin, Kebun Binatang Mini
Tanjung Balai, Kebun Binatang Medan (KBM) dan Rahmat
Gallery
Table 13 : Investigasi di tempat-tempat Entertainment/Hiburan atau Kebun Binatang Mini
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Tamora Beruang, burung kakak tua, elang, siamang, bekantan, owa,
beruk, buaya, rangkong, cenderawasih, bangau tong-tong,
ular, landak, biawak, itik liar, dan lainnya.
2 Pantai Cermin Buaya, burung kaka tua, burung beo, rangkong, kijang, kura-
kura, landak, dan lainnya
3 Tanjung Balai Beruang, burung kakak tua, elang, siamang, bekantan, owa,
beruk, buaya, rangkong, cenderawasih, bangau tong-tong,
ular, landak, biawak, itik liar, dan lainnya.
4 KBM Harimau, Orangutan, Siamang, Owa, bekantan, Kedih, Beruk,
Monyet Ekor panjang, burung kakak tua, burung beo, Gajah,
kijang, rusa, tapir, bangau, buaya, kura-kura, dan lainnya.
5 Rahmat Gallery Offsetan satwa impor dan lokal.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
32
14) Hobies/Penggemar :
: Perkumpulan-perkumpulan penggemar burung yang kerap
dilakukan lomba di taman A. Yani Medan, Kompleks Perumahan
Setia Budi, dan lainnya.
Table 14 : Investigasi pada penggemar/perkumpulan/hobies satwa di Medan
NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN
1 Taman A. Yani Dalam sekali satu tahun selalu mengadakan lomba kontes
burung; bahkan diantara anggota telah berhasil menangkarkan
beberapa jenis burung lokal dan import.
2 Kompleks Setia Budi Dalam sekali satu tahun selalu mengadakan lomba kontes
burung
3 Hotel Tiara Convention Hall Lomba Kontes Ikan Arwana, Louhan, Cupang, dan lainnya.
b. Sistem Pengawasan, Perizinan, dan Penindakan Pelaku Perdagangan Ilegal Satwa
Liar dan Orangutan dilindungi
Diagram 1 : Bagan Struktur Organisasi
Setiap usaha peangkaran harus memiliki izin usaha penangkaran. Izin usaha dapat diberikan
kepada Badan usaha, lembaga Konservasi, Koperasi, ataupun perorangan. Izin usaha
penangkaran diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam (Dirjen
PHKA), Departemen Kehutanan. Untuk memperoleh izin permohonan ditujukan kepada Dirjen
DITJEN PHKA C.Q
DIT. KKH LIPI
PUSAT DATABASE OPERASIONAL PENANDAAN
UPT PUSAT PHKA
(BALAI KSDA)
Lembaga Peneliti Penangkar/Pengusaha Lembaga Konservasi
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
33
PJKA dengan tembusan kepada Instansi Kehutanan di Daerah (Dinas Kehutanan dan Balai
KSDA), yang dilengkapi dengan :
- Berita acara pemeriksaan Persiapan Teknis Tempat Penangkaran dari balai KSDA
- Rekomendasi dari Kanwil Dept. Kehutanan
- Proposal Usaha Penangkaran
- Surat Izin Usaha Perdagangan (SIU))
- Surat Izin Tempat Usaha (SITU)/HO
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
- NPWP
- Akte Notaris Pendirian Usaha
- Biodata Tenaga Ahli yang dipekerjakan
Dan setiap penangkar diwajibkan menyampaikan laporan berkala tentang perkembangan
usaha. Laporan berkala terdiri atas Laporan bulanan, Laporan triwulan, dan Laporan Tahunan.
Dan untuk alat kontrol keadaan dan perkembangan stock setiap usaha penangkaran perlu
membuat pembukuan tentang kegiatan penangkaran, yang terdiri dari atas :
- Buku induk; yang memuat data-data informasi tentang seluruh kegiatan
penangkaran
- Buku silsilah (studbook); yang memuat data dan informasi tentang asal usul induk
dan hasil penangkaran
- Buku mutasi; yang memuat data dan informasi tentang penambahan dan
pengurangan induk dan hasil penangkaran.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
34
c. Sistem Perdagangan Ilegal Satwa Liar dan Orangutan dilindungi
Diagram 2 : Kerangka Kerja Perdagangan Satwa Dilindungi di Pantai barat Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
Pemburu Lokal
Restaurant/ Sea Food
Penampung/ Penadah
Toko Obat Chines/
Tradisional Lainnya
Warga Negara Asing
Karyawan HPH/
Lainnya
Driver Bis/ Truck
Umum
Pengusaha Satwa
Langka
Toko Perhiasan
Penduduk Lokal
(Hiasan Dinding)
Toko Souvenir
Buruh HPH/
Perambah Hutan
Pasar Burung/Ikan
Agen Pasar Satwa
Hobies
Pedagang Pasar
Umum
Untuk di KonsumsiUntuk Pengobatan
Pribadi
Sebagai Hiasan di
dalam
Rumah/perihiasan
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
35
d. Kondisi dan Peran Masyarakat
1) Kondisi Geografis dan Demografi
Umumnya sumber satwa berasal dari kawasan konservasi seperti Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Hutan
Lindung Pasaman (Sumatera Barat), Pulau Nias, Taman Nasional Kerinci Seblat
(TNKS), Hutan Lindung sekitar tapanuli Selatan, tapanuli Utara, Tapanuli tengah
d
a
n
D
a
i
r
i
.
Dan umumnya masyarakat sekitar hutan tersebut matapencaharian mereka adalah
berkebun dan bertani dengan income dibawah rata-rata.
Taman Nasional
Gunung Leuser
(TNGL)
Taman Nasional
Batang Gadis
(TNBG)
Hutan Lindung
Pasaman
(Sumut-Sumbar)
Taman Nasional
Kerinci Seblat
(TNKS)
Hutan Lindung
Nias Kepulauan
Hutan Lindung
Sipirok
Kawasan Pesisir
Pantai Barat
Sumatera Utara &
NAD
Market (Traffiking)
Diagram 3 : Sumber Satwa Liar dan Orangutan Sumatera
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
36
2) Peran Masyarakat dalam Teknis Operasional Perdagangan Satwa Liar
Sebagian dari masyarakat belum memahami apa, mengapa dan bagaimana konservasi
Orangutan dan Satwa liar yang dilindungi di Sumatera Utara secara baik dan benar,
khususnya dalam hal konservasi kawasan ekosistem dan sekitarnya. Tutupan hijau
semakin hari semakin menipis, dan bencana bagi kehidupan manusia dan satwa
orangutan khususnya. Mulai dari pesisir, dataran rendah hingga dataran tinggi bukan lagi
tempat aman dan nyaman bagi orangutan untuk hidup, keterbatasan ruang untuk
berkembang dan mencari makan menyebabkan populasi orangutan menurun, ditambah
lagi dengan kelangkaan dan spesifiknya satwa orangutan, harimau, gajah, beruang, tapir,
dan lainnya ini sehingga memberikan nilai ekonomi yang menggiurkan untuk diperoleh,
dan diperjual belikan oleh sekelompok manusia.
Aktivitas dari komunitas perdagangan satwa liar ini sangatlah unik dan tertutup sehingga
sulit untuk diberantas dan ditangkap. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah
terjadinya transaksi dagang satwa liar dan orangutan, namun usaha itu belum mampu
memberikan dampak yang positif bagi perkembangan populasi satwa liar dan orangutan
yang semakin langka tersebut.
Masyarakat pinggiran hutan, lokasi potensial keberadaan satwa liar dan orangutan
merupakan pelaku pemburu. Sedangkan pedagang/pengusaha dari kota, umumnya
sebagai pemodal. Umumnya pemburuan dilakukan apabila ada pesanan terlebih dahulu.
Baik itu pengusaha/pedagang ataupun masyarakat sekitar hutan. Permintaan biasanya
datang dari para penggemar/hobies, rumah makan/restaurant, kolektor, dan lainnya. Pada
dasarnya masyarakat termotivasi untuk melakukan pemburuan disebabkan tawaran
rupiah yang besar. Pola hidup yang semakin konsumtif dan meterialistis di sekitar
masyarakat saat ini merupakan salah satu kunci dilakukannya pemburuan illegal.
Tuntutan ingin memiliki pesawat televisi yang bagus, pakian dan memiliki sepeda motor
membuat masyarakat melakukan pemburuan.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
37
Modal dasar untuk melakukan pemburuan tradisional adalah bekal diperjalanan (beras,
lauk pauk, minyak tanah, dan uang saku dirumah selama ditinggal pergi). Semua ini akan
ditanggung oleh pedagang/pengusaha yang memesan kepada pemburu. Biasanya
pemburu terdiri dari 3-5 orang. Dan untuk melakukan pemburuan menghabiskan waktu 5-
7 hari di hutan, mereka tidak berani berlama-lama karena hal ini memungkinkan akan
tertangkap oleh petugas.
Apabila buruan telah berhasil diperoleh, maka hasil buruan akan diserahkan kepada
pedagang yang memesan. Hasil buruan yang diserahkan ada dua type, pertama
sipedagang menunggu di pinggiran hutan atau pemburu akan membawa hasil buruan ke
kota asal pedagang yang memesan.
Perdagangan satwa liar, umumnya sudah menjadi rahasia bersama masyarakat disekitar
lokasi hutan, mulai dari petugas, aparat, supir angkutan, dan sebagainya memahami dan
saling keterkaitan. Contoh, hasil buruan akan dibawa melalui jasa angkutan penumpang
umum, bersamaan penumpang dan barang-barang lainnya ke kota tujuan. Apabila hasil
buruan hidup dan berbadan besar, umumnya mempergunakan jasa angkutan barang
(pickup atau truk) yang dikombinasi dengan produk-produk pertanian atau lainnya,
sebagaimana diupayakan agar tidak terlihat dan terpantau. Apabila diperjalanan ada pos
pengawasan, biasanya tidak sebegitu ketat pemeriksaan, cukup dengan menyodorkan
rupiah kepada petugas maka perjalanan bisa berlangsung terus.
3. Analisis Permasalahan dan Alternatif Pemecahan Masalah
Analisis permasalahan dan alternatif pemecahan dilakukan dengan mengambil
kesimpulan dari persepsi, pola dan jaringan perdagangan satwa liar dan orangutan
dilindungi
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
38
3) Kelembagaan
Masih lemahnya lembaga pengawasan ditingkat kabupaten dan kota terhadap
perdagangan satwa liar. Dan begitu juga halnya di tingkat nasional (pelabuhan
udara dan laut) sebagai jalur keluar masuk ke luar negeri. Umumnya perlakukan
pengawasan yang ketat dilakukan apabila ada laporan atau bocoran dari
masyarakat ke petugas, atau ada program razia gabungan yang telah terprogram
anggarannya di APBD dan APBN maka pengawasanpun dilakukan seketat-
ketatnya. Dan dijumpai ketidak kompak dan sinkronnya antara beberapa lembaga
dan instansi terkait pengawasan perdagangan satwa liar dilapangan. Saling
lempar masalah dan mengelak akan tanggungjawab. Contoh, pihak karantina
telah menangkap beberapa jenis satwa, kemudian dititipkan kepada pihak terkait
yang berkompoten sesuai Undang-undang Negara. Kemudian bagi pihak yang
berkompoten dipertanyakan kembali oleh pihak karatina dimana satwa yang
diserahkan, namun jawabnya panjang dan tidak menunjukkan kepastian dan
tanggungjawab penuh.
4) Teknis.
Masih dijumpai dilapangan ketidak mengertian dan ketidaktahuan petugas akan
jenis-jenis satwa yang dilindungi atau tidak dilindungi. Dan minimalnya
perlengkapan pendekteksian yang moderat, petugas hanya mengandalkan
informasi masyarakat, visual dan naluri perorangan akan pendekteksian
keberadaan satwa liar. Form-form yang disyaratkan untuk di isi oleh pengimport
atau pengeksport hanya di isi syarat saja tanpa ada pemeriksaan yang akurat
kelapangan. Kesannya, seakan-akan semua sudah beres dan tidak perlu ada
recheck lapangan/ulang petugas. Walau ada kecurigaan terhadap dokumen
maupun komoditi yang akan dikirim tidak diteruskan pemeriksaan oleh petugas
disebabkan hampir seluruh importir maupun eksportir memakai jasa
ekspedisi/cargo yang petugasnya kerap berada disana dan siap melayani
petugas dalam upaya meluruskan dan mempercepat proses pengiriman atau
pengeluaran barang-barang dari pelabuhan udara/laut. Perlu dibentuk sebuah
pengawasan satu atap, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan lempar
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
39
masalah. Bagi negara akan lebih menguntungkan dalam mengontrol dan
mengawasi dan bagi pengusaha lebih gampang murah dan cepat.
5) Hukum dan Peraturan yang diberlakukan
Dilapangan dilakukan wawancara informal dengan praktik hukum di Kabupaten,
dan diperoleh informasi bahwa kasus perdagangan satwa belum dianggap
sebuah kasus penting dan membahayakan bagi kelangsungan dan kehidupan di
ditingkat kabupaten. Dalam arti tidak seksi dan bukan menghasilkan rupiah yang
besar. Dan cukup ditanggapi dan diaminkan saja. Walau undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan daerah dan lainnya sudah banyak yang
dikeluarkan berkaitan dengan perlindungan dan perdagangan satwa liar, itu
belum menjadi perhatian bagi penegak hukum, praktisi hukum dan masyarakat.
Di tiga lokasi penelitian, tidak ditemukan peraturan daerah yang memihak kepada
perlindungan dan pengawasan atau tentang perdagangan satwa liar. Dan hanya
di dapat pada peraturan pemerintah, undang-undang, dan keputusan menteri.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1.1. Umumnya satwa liar yang masuk ke Kota Medan berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD) seperti Aceh Singkil, Sinabang, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh
Timur, sedangkan Sumatera Utara berasal dari Kabupaten Phak-Phak Barat, Dairi, Tapanuli
Tengah, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Mandailing Natal, Asahan dan Langkat, untuk
Sumatera Barat dari kabupaten Pasaman. Sedangkan kawasan konservasi berasal dari
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional bukit Duabelas, Taman Nasional
Batang Gadis, Taman Nasional Kerinci Seblat, Hutan Lindung sekitar Sipirok, dan lainnya.
1.2. Masih lemahnya pengawasan dari petugas yang terkait, disebabkan manajemen pemerintah
terkait tersebut tidak memiliki program penyegaran bagi staff dan petugasnya dilapangan.
Sehingga sering seorang petugas menempati dalam satu pos bertahun-tahun tanpa ada
peningkatan karir dan minimalnya pendapatan (income). Sehingg sering menjerumuskan
petugas kehal-hal yang illegal, dengan alasan upaya penambahan income ekonomi ke rumah
tangga mereka. Begitu juga kebalikan masih didapat petugas yang memang sedikit liar dan
tidak memiliki etika dan etos kerja secara profesional.
1.3. Perlu dilakukan pengawasan dan pengurusan ekspor dan import, khususnya komoditi satwa
yang satu atap (bersama-sama), sehingga tidak terkesan lagi lempar masalah, tidak
bertanggungjawab dan profesional. Kemudian tidak jelasnya perangkat pengamanan yang
menjadi pengamanan lalulintas peredaran satwa liar di tingkat kabupaten/kota sehingga
sangat rawan dan terkesan tidak perduli.
1.4. Masih sangat lemah dan kurang tegasnya hukum, sehingga pelaku perdagangan satwa liar
kurang mengalami efek jera dan bersalah. Image semua urusan bisa diselesaikan dibawah
meja masih tercetus dari pelaku-pelaku pemburu, pedagang dan hobies satwa liar.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
41
1.5. Meningkatnya teknologi informasi di Televisi yang memacu masyarakat menjadi masyarakat
komsumtif yang tidak di iringi dengan pendidikan. Sehingga merubah pola dan prilaku
masyarakat tradisionil, ditambah lagi dengan prilaku publik figur yang senantiasa
memamerkan dan mempraktikkan penghalalan memakan, meminum dan membunuh satwa-
satwa liar yang dilindungi. Contoh pada sebuah stasiun televisi swasta sebuah acara yang
dipandu oleh seorang artis yang bernama Indie Barens, yang menampilkan beberapa artis
papan atas yang mengkonsumsi otak monyet, daging ular, dan lainnya. Hal ini akan memacu
masyarakat untuk lebih mengekploitasi satwa liar.
2. Saran
Perlu seluruh pihak, komponen dan stakeholder yang berkaitan dengan perlindungan dan
perdagangan satwa liar untuk kembali mensimulasi sebuah formula kantor satu atap dalam
pengamanan dan pengawasan perdagangan satwa liar lokal dan internasional
Perlu dilakukan kegiatan penyadaran dan pengembangan potensi ekonomi masyarakat sekitar
hutan untuk menjadi pengaman, pelindung dan perawat satwa liar disekitarnya.
Perlu dimotivasi pemerintahan daerah untuk membuat sebuah peraturan daerah yang
berkaitan kepada pengamanan, pengawetan dan pengawasan perdagangan satwa liar,
sehingga tidak seperti saat ini yang tidak memiliki kepastian dan ketegasan hukum di setiap
Kabupaten disekitar hutan yang berpotensi memiliki satwa liar.
Perlu dilakukan pendidikan transparansi dan akutanbilitas kepada masyarakat dan petugas
lapangan, sehingga mampu menurunkan budaya suap, pungli dan korupsi di berbagai pihak.
Karena dari keseluruhan masalah yang ditemukan di lapangan bermuara kepada praktik
korupsi.
Perlu dilakukan investigasi lebih mendalam kepada pengusaha-pengusaha restaurant khas,
toko mas, toko souvenir, dan taman satwa mini diberbagai daerah (kabupate/kota) di
Sumatera Utara. Dan melakukan
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
42
Foto Investigasi di Pasar Burung:
Foto 1 : diambil suasana di Kios, ruko dan Pedagang Kaki Lima disekitar lokasi Pasar Burung.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
43
Foto Investigasi di Toko Mas dan Souvenir:
Foto 2 : investigasi menemukan kuku harimau, kuku beruang, taring harimau, taring beruang, kulit buaya, kulit ular, penyu, bintang laut, dan lainnya.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
44
Foto Investigasi Kebun Binatang Mini
Figure 1
Foto 3 : diambil dari beragam lokasi Kebun Binatang di Sumatera Utara.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
45
Investigasi di Pasar umum/Tradisional
Foto 4 : diambil beragam pasar yang menjual daging ikan jiu, sirip ikan hiu, lagi-labi, kura-kura, biawak, dan lainnya
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
46
Investigasi di Tempat pelelangan Ikan (TPI)
Figure 2
Figure 3
Foto 5: diambil beberapa tempat di sibolga, percut Sei Tuan, dan belawan
Aktivitas Tim Investigasi di lapangan, Kantor-kantor, Masyarakat dan lainnya
Figure 4
Figure 5
Figure 6
Figure 7
Foto 6: Aktivitas anggota tim di kantor-kantor, toko mas, pasar dan masyarakat desa.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
47
Aktivitas di Toko Aquarium dan Petshop
Foto 6: dominasi di aquarium toko ikan arwana, ikan hiu martil, hiu harimau, pari, ikan hias dari laut lainnya, serta karang yang dipajang juga.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
48
Lampiran 1 : Surat-Surat Masuk ke Tim Investigasi YPI-CII.
Figure 8
Surat Dari Harian Analisa Medan
Surat Dari Harian Pos Metro
Medan
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
49
Figure 9
Surat Dari Badan Karantina
Pertanian
Surat Dari Dinas Perisndustrian
dan Perdagangan Sumut
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
50
Surat Dari BKSDA II Sumut
Surat Dari Bea Cukai Medan
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
51
Figure 10
Surat Dari CII Sumut
Surat Berita Acara Dari Karantina
Ikan Polonia
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
52
Figure 11
Surat Berita Acara Dari Karantina
Ikan Polonia
Surat Data Orangutan dari BKSDA
I Sumut
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
53
Lampiran 2 : Penelitian Pasar Untuk Medan
Kota Toko atau Pedagang Produk Jumlah Harga Asal Tanggal Sumber Informasi Penelitian Medan Toko emas taring & kuku - 300 ribu Aceh 7 Agustus ’06 Pekat Harimau berlapis Emas Medan Toko batu cincin kuku Harimau 1 buah 150 ribu - 7 Agustus ’06 Pekat Medan Toko emas kuku harimau 2 buah 850 ribu - 7 Agustus ’06 Pekat Berlapis emas Medan Toko emas taring gajah 1 buah 300 ribu - 9 Agustus ’06 Pekat Berlapis emas Medan Pasar ikan daging ikan 20 ribu tg. Balai 9 Agustus ‘06 Pekat Hiu dalam kemasan - perbungkus ( 1/ 2 kg ) Medan Pasar Satwa kakak tua putih 1 ekor 1,5 juta 28 Juli ’06 Pekat Anak kera 3 ekor 150 ribu Per ekor Medan Toko Satwa Monyet Lampung 4 ekor - - 31 Juli ’06 Pekat Kura-kura 3 ekor - - Kalkun 3 ekor - - Medan Toko Aquarium Arwana Gold 1 ekor 35 juta Kalimantan 2 Agustus ’06 Pekat Ikan hias Arwana Silver - 45 ribu Per ekor Kura-kura India 4 ekor 350 s/d 450 Ribu per ekor
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
54
Lampiran 3 : Insiden konflik manusia dan satwa liar yang dilindungi di Sumatera Utara
Tanggal Lokasi Konflik Hasil Sumber
Januari 2005 Kecamatan Blang Kawanan Harimau Warga berhasil menangkap seekor WASPADA Mangat & Muara memangsa sapi yang harimau Sumatera seberat 80 kg tanggal 24 Januari 2006 Dua Lhokseumawe berkeliaran di wilayah karena mereka panik dan sudah Pemukiman warga melaporkannya pada dinas per- kebunan & kehutanan setempat tapi belum ada tindak lanjut. Desember 2005 Riau Puluhan ekor gajah Gajah-gajah tersebut sebagian WASPADA mengganggu masyarakat ditangakap dan dibawa ke Taman tanggal 25 Desember 2006 & tanaman mereka Nasional Januari 2006 Lhokseumawe Seekor gajah kehilangan Tim KSDA berhasil menangkap gajah WASPADA habitat merusak tanaman tersebut setelah 15 hari bekerja keras tanggal 22 Januari 2006 perkebunan disejumlah kec- untuk menangkapnya amatan di kabupaten Aceh Utara Januari 2006 Pekan Baru Puluhan ekor gajah memakan bangkai seekor gajah mati dan tergeletak WASPADA tanaman kebun masyarakat begitu saja dan gadingnya telah hilang tanggal 3 Januari 2006 (karet, kelapa sawit, maupun padi) Maret 2006 Perbatasan Riau & kawanan gajah merusak daerah Enam ekor gajah ditemukan mati, kelihat- WASPADA Sumatera pertanian warga annya akibat pembalasan karena telah tanggal 25 Maret 2006 Merusak daerah pertanian tersebut. Maret 2006 Pekan Baru warga berusaha meracun Harimau Sumatera ikut mati akibat WASAPADA kawanan gajah yang kerap memakan bangkai satu dari gajah yang tanggal 5 Maret 2006 merusak tanaman warga mati diracun.
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
55
Maret 2006 Pekan Baru, Riau warga merambah hutan di 6 gajah ditemukan mati di dekat hutan WASPADA mana habitat para kawanan MAHATO tanggal 3 Maret 2006 gajah tersebut berlindung karena warga menganggap gajah sebagai hama yang dapat mengancam rumah dan kebunnya sehingga harus dibasmi, tidak peduli gajah tersebut terpaksa keluar hutan karena tempat tinggalnya rusak
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
56
Lampiran 4 : Kliping-Kliping Koran
Keterangan : setealh ada program Investigasi YPI-CII di Sumatera Utara, ada kesan pihak terkait mulai berperan
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
57
Figure 12
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
58
BENGKALIS ISL.
PADANG ISL.
BENGKALIS
Langsa
Pangkalan Susu
GunungsitoliPadangsidempuan
Sipirok
Sibolga
Medan
Pekanbaru
Sinabang
Darat
Pandau Hulu I
Sekip
Petisah Hulu
Kesawan
Glugur Kota
Timbang Deli
Tanjung Sari
Asam Kumbang
Sei Sikambing B
Kampung Baru
KP Lalang
Polonia
Pusat Pasar
Medan
Lubuk Tukko
Tapian Nauli I
Kualabatangtoro
Pasar Sorkam
Pinangsori
Sibolga
Sipirok
Padangsidempuan
Arse Julu
Tolang
Lubuk Tukko
Tapian Nauli I
Sipirok
Sipagimbar
Batangtoru
Padangsidempuan
Kualabatangtoro
Pinangsori
Sibolga
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
59
BENGKALIS ISL.
PADANG ISL.
BENGKALIS
Bohorok
Medan
Belawan
Gunungsitoli
Sinabang
Sinikalang
Barus
Singkilbaru
KualabatangtoroPadangsidempuan
Sipirok
Tarutung
Sibolga
75% satwa yang diperdagangkan dari sekitar TNGL, TNBG, TNKS berada di Medan. Kota ini juga salah satu konsumen satwa eksotik yang liar dan langka.
Salah satu Daerah tujuan Wisata (DTW) yang mengandalkan salah satu jenis satwa liar langka yang ada di Sumatera, khususnya orangutan. Kawasan ini juga salah satu keluarnya satwa langka yang dilindungi ke medan, dan luar negeri.
Din indikasi disekitar kawasan ini ditemukan satwa liar orangutan. Dan daerah ini juga merupakan salah satu wilayah keluarnya satwa liar dilindungi, umumnya seperi tapir, harimau, burung, dan lainnya
Kawasan ini tempat transit beberapa satwa liar yang dilindungi dari sekitar TNBG dan hutan lindung dibatas Sumut dan Sumbar. Satwa yang keluar umumnya burung, siamang, harimau, gajah, beruang.
Walau termasuk dalam kawasan Aceh dan TNGL, daerah ini banyak berkontribusi satwa liar dilindungi ke beberapa daerah terutama kota Medan.
Sibolga salah satu wilayah yang banyak mengeluarkan ikan hias, ikan hiu, penyu dan terumbu karang
ke berbagai wilayah dan luar negeri.
Pulau Nias ini memiliki satwa burung endemic, yaitu Burung Beo Nias, yang sangat digemari banyak
orang di dalam dan luar negeri
Salah satu tempat keluarnya satwa
liar melalui laut.
Satwa liar dilindungi akan di kirim ke beberapa Negara, umumnya melalui Penang, Malaysia. Melalui jalur laut
(kapal tongkang/kayu)
Pengirim satwa juga melalui cargo (pesawat udara) langsung ke beberapa Negara konsum seperti
Singapore, Thailand, Malaysia, dll
BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA
60
top related