keperawatan dalam dimensi islam
Post on 21-Jul-2015
255 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
KEPERAWATAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Karya tulis ilmiah ini di susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
Nama : Sholikah
NIM : 2014.1295
PRODI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MAMBA’UL U’LUM SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah dengan judul “Keperawatan dalam Pandangan Islam”. Karya tulis ilmiah
ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Prodi DIII
Keperawatan di Akademi Keperawatan Mamba’ul U’lum Surakarta
Dalam menyusun karya tulis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
pengarahan yang penulis terima dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
sampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Sri Iswahyuni, S.Kep., Ns, M.Kes selaku direktur Akademi Keperawatan
Mamba’ul U’lum Surakarta.
2. Darmanto, S.S selaku dosen sekaligus pembimbing utama yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
3. Semua dosen dan karyawan Akademi Keperawatan Mamba’ul U’lum
Surakarta yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
iii
4. Ngatimin dan Supini selaku orang tua serta keluarga dan kakak tersayang
yang telah memberikan dukungan dan do’a sehingga karya tulis ini dapat
terselesaikan.
5. Teman-teman kelas 1B Akademi Keperawatan Mamba’ul U’lum Surakarta
yang telah memberikan motivasi untuk belajar.
Semoga amal baik dari berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini mendapat balasan yang sesuai dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca
untuk memberikan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga
karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita.
Surakarta, 12 November 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................iv
A. Latar Belakang ................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 8
A. Dimensi Keperawatan dalam Perspektif Islam .................................................. 8
B. Prinsip Keperawatan dalam Islam .................................................................... 11
C. Tujuan Penetapan Hukum Syariat .................................................................... 14
D. Tingkat Kebutuhan terhadap Keperawatan ...................................................... 15
E. Mulianya Profesi Perawat ................................................................................ 17
F. Peran Keperawatan Islam ................................................................................. 19
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 21
A. Kesimpulan....................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sudah ada sejak adanya manusia dimuka bumi ini. Bisa
dikatakan, keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Pendapat ini didukung oleh
kenyataan bahwa keperawatan adalah kegiatan yang awalnya dilakukan atas dasar
“mother instinct”. Setiap manusia pasti memiliki naluri. Jadi, bisa dikatakan
bahwa naluri keperawatan ada dalam setiap pribadi manusia. (Asmadi,2008:58)
Keperawatan telah berkembang baik sebagai ilmu maupun profesi sehingga
ia telah menjadi bidang studi yang mandiri. Hal ini ditandai dengan adanya
dorongan bagi seorang ibu untuk membagi dirinya kepada bayinya melalui proses
penyusuan.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pekerjaan keperawatan tidak hanya berkembang sebatas kegiatan alamiah namun
tumbuh dalam bentuk penalaran sehingga melahirkan berbagai kegiatan seperti
observasi, eksperimen, empiris yang digali akarnya dari pemikiran kefilsafatan
maupun budaya. Akan tetapi penggalian pengetahuan tentang keperawatan
mendorong untuk terus mencari akar yang lebih dalam lagi yaitu tidak sekedar
6
bersumber dari keberadaan manusia dengan alam semesta akan tetapi dari hakikat
keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT.
Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna
menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk
hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan dan kebersihan dipandang
sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya
sedemikian rupa risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang
diluar kemampuannya. Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka
profesi keperawatan tidak bisa dihindari dan sangat dibutuhkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dimensi keperawatan dalam perspektif islam?
2. Bagaimana prinsip etika dalam profesi keperawatan sudut pandangan Islam?
3. Bagaimana tingkat perkembangan kebutuhan terhadap keperawatan?
4. Apa kemuliaan dari profesi perawat?
5. Bagaimana peran keperawatan islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
7
Karya tulis ilmiah ini susun dengan tujuan umum untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia Prodi DIII Keperawatan di Akademi
Keperawatan Mamba’ul U’lum Surakarta.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana dimensi keperawatan
dalam perspektif islam.
b. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana prinsip etika dalam
profesi keperawatan sudut pandangan Islam.
c. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana tingkat perkembangan
kebutuhan terhadap keperawatan.
d. Untuk mengetahui apa kemuliaan dari profesi perawat.
e. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana peran keperawatan
islam.
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dimensi Keperawatan dalam Perspektif Islam
Penyakit dalam pandangan islam adalah suatu gangguan keseimbangan
sebagai mana yang dimaksud oleh Allah. Sebab-sebab dari gangguan ini dapat
dicari baik dari kekuatan yang menguasai alam maupun yang berasal dari kuasa-
kuasa manusia. (Stevens, 1999:284).
Keperawatan dalam Islam adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan
dengan merawat pasien, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai manifestasi
cinta kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Keperawatan sebagai
profesi bukan hal baru bagi Islam. Pada kenyataannya, itu adalah atributif untuk
simpati dan tanggung jawab terhadap yang bersangkutan membutuhkan. Usaha
ini telah dimulai selama pengembangan Islam sebagai agama, budaya, dan
peradaban. (Dahlia, 2013:1).
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan
aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang
9
memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap
kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya
seseorang (Inna, 2009:2).
172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi
juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya
maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak
sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan. Sebagian besar penyakit berasal dari
isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh
terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW
adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional,
yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara.
Islam adalah agama yang memiliki akar kata s-l-m yang berarti selamat,
damai, penyerahan dan tangga. Oleh karena itu, seluruh bangunan ajaran Islam
adalah membawa ajaran yang menyelamatkan kehidupan umat manusia di dunia
dan di akhirat. Secara terminologi, Islam adalah tunduk dan patuh secara
10
sempurna terhadap seluruh ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang
dapat diketahui secara darurat (al islam: al khudlu’ wa al inqiyad al tamm lima
ja-a bihi Nabiyu Muhammadin sallallahu ‘alaihi wa salam wa ‘ulima bi al
dlarurat). Setiap umat Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian
kehidupannya menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya
dengan cara seperti itulah hidup menjadi bermakna (Lubis, 2011:3).
Tugas seorang muslim untuk menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk
termasuk manusia tanpa membeda-bedakan seorang pasien berdasar pada
agamanya. Tugas penyebaran untuk berbuat baik adalah merupakan inti dari
ajaran dakwah yaitu mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk,
menyuruh perbuatan makruf dan mencegah perbuatan mungkar, agar mereka
memperoleh kehidupan yang beruntung di dunia dan di akhirat (Lubis, 2011:3).
Oleh karena itu profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki
berbagai aspek. Seorang perawat juga bisa berfusngsi sebagai muballig, da’i,
guru dan sebagainya. Terdapat empat prinsip etika dalam profesi keperawatan
sudut pandangan Islam:
1. Penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam teori
keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia
hendaklah memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang
yang mengharap pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al ‘ulya
11
khairun min yadu al sufla, artinya tangan di atas yaitu yang memberikan
pertolongan lebih baik dari tangan yang di bawah. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam pandangan Islam seseorang sebaiknya menjadi pribadi yang
mandiri yaitu yang dapat menolong orang lain karena perbuatan itu pada
hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri.
2. Tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori keperawatan
sekalipun pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah SWT.
Seluruh perangkat tenaga medis hanya berfungsi sebagai sebab yang
mengantarkan kesembuhan atau sebaliknya terhadap klien.
3. Seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman
yang kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya
karena Rasul bersabda yang artinya sebagian dari tanda keindahan Islam
seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak berguna kepadanya
(min husni islam al mar-I tarku ma la ya’nihi).
4. Seorang yang berprofesi perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil
baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga
memperhatikan kebutuhan fisik dan psikisnya.
B. Prinsip Keperawatan dalam Islam
1. Aspek Teologis yaitu setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu
kehendak (masyiah) dan kemampuan (istitha’ah). Atas dasar kehendak maka
12
seorang muslim memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan
inovasi dalam kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan adanya
kehendak dan kemampuan maka seorang manusia melakukan upaya yang
sungguh-sungguh tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu
menyerahkan hasilnya menanti ketentuan Allah. Dalam perspektif yang
seperti itulah bertemunya dua hal yang seing dipandang krusial dalam
pemahaman akidah yaitu antara usaha manusia dan takdir Allah. Keduanya
adalah merupakan perpaduan dalam perjalanan hidup manusia yang disebut
tawakkal. Hal ini tercermin dalam Al Quran sebagian diantaranya
menekankan manusia agar berbuat secara maksimal karena Allah tidak akan
merubah nasib seseorang sehingga merubah sendiri. Sementara pada ayat
yang lain menegaskan seakan manusia tidak berperan sedikitpun dalam
perbuatannya dengan mengatakan “Dan Allah yang menciptakan kamu dan
apa yang kamu kerjakan”.
2. Aspek fungsi kemanusiaan yaitu khilafah dan ibadah. Tugas khilafah adalah
mengelola seluruh alam semesta untuk kepentingan umat manusia. Dan
tentunya harus diingat bahwa tugas pengelolaan yang baik harus dilakukan
oleh hamba-hamba Allah yang memiliki kepatutan untuk itu. Selanjutnya
pelaksanaan tugas khilafah yang benar pastilah akan menghasilkan ibadah
yang benar pula dan demikian sebaliknya. Atas dasar itu, seorang muslim
hendaknya menggali seluruh informasi ilmu pengetahuan tentang alam
semesta termasuk tugas perawatan sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang
13
tidak muslim. Anjuran tentang hal ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al
Quran antara lain dengan penyebutan tipologi orang berilmu itu dengan ulul
albab. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi dan pergantian siang dan malam adalah menjadi tanda-tanda kebesaran
Allah bagi orang yang berpikir. Selanjutnya dalam ayat berikutnya Allah
menjelaskan tanda-tanda orang yang disebut ulul albab yaitu orang yang
selalu mengingat Allah; memikirkan penciptaan langit dan bumi; dan
kemudian yang mampu mengambil keputusan: ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau jadikan semua ayang ada di alam semesta ini sia-sia; dan terakhir
pernyataan Maha Suci Allah dari sifat kekurangan dan peliharalah kami dari
azab neraka.
3. Aspek akhlak yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman
hendaklah menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai
dengan Hadis Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau
melihatNya dan andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia
melihatmu (an ta’bud Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu
yaraka). Atas dasar itu, seorang muslim dalam segala tindakannya tidak
memerlukan kendali eksternal untuk menjadi orang baik karena di dalam
hatinya terdapat potensi fitrah yang selalu menuntunnya untuk menjadi orang
yang takut berbuat maksiat.
14
C. Tujuan Penetapan Hukum Syariat
Hukum islam disebut dengan syariat dengan pengertian dasarnya adalah
bermakna jalan yaitu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hukum syariat
diturunkan Allah adalah semata-mata untuk kemaslahatan hambaNya oleh karena
itu tidak ada dalam ajaran Islam yang dapat membuat hidup manusia menjadi
susah. Justru, syariat bertujuan untuk membuat kehidupan manusia lebih mudah
dan tenteram. Tujuan penetapan hukum syariat (maqashid al syari’at) itu disusun
oleh ulama fikh ke dalam lima prinsip pemeliharaan yaitu:
1. Hifz Al Din, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara agama agar hidup
manusia selamat dunia dan akhirat. Agama (din) adalah yang utama sebagai
dasar kehidupan manusia karena tanpa agama maka hidup manusia tidak
memiliki arah dan tujuan.
2. Hifz Al Nafs, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara kelangsungan hidup
manusia karena manusia adalah hamba Allah dalam format tubuh yang
sempurna. Oleh karena itu, tidak selayaknya kehidupan manusia menjadi
susah akibat pengamalan ajaran agama.
3. Hifz Al Nasl, yaitu syariat menegaskan bahwa perlunya kelangsungan
keturunan manusia sehingga semakin banyak orang yang menyembah Allah.
Oleh karena itu, tindakan keperawatan yang memutuskan kelangsungan
keturunan tanpa alasan yang sah maka tindakan itu terlarang dalam ajaran
Islam.
15
4. Hifz Al ‘aql, yaitu syariat bertujuan untuk menjaga keberadaan akal manusia
sehingga akal menjadi salah satu patokan seseorang dibebani hukum syari’at
(taklif).
5. Hifz Al Mal, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara aturan tentang
kepemilikan dan penyalurannya kepada yang berhak.
Dari uraian di atas, maka kedatangan syariat adalah untuk menegaskan
keberadaan manusia sebagai hamba Allah yang berkewajiban beribadah kepada-
Nya dan melaksanakan tugasnya mengelola segala sesuatu ciptaan Allah di alam
semesta. Tugas-tugas keperawatan hendaklah disusun sejalan dengan tujuan
hukum syariat. Bentuk perumusannya adalah peluang kepada manusia untuk
mengerahkan segala kemampuannya untuk melakukan berbagai eksperimen dan
empiris namun harus tetap harus meyakini bahwa penentu yang terakhir adalah
Allah. Peran manusia hanya sebatas usaha (al kasb) dan pilihan (Lubis, 2011:5).
D. Tingkat Kebutuhan terhadap Keperawatan
Setiap tindakan dalam tugas keperawatan dibagi dalam tiga klasifikasi sesuai
dengan tingkat kepentingannya, yakni:
1. Tingkatan dlaruriyat yaitu suatu kondisi darurat yang sedang dihadapi oleh
orang yang sakit. Apabila derajat kesakitan seorang klien telah mencapai
kondisi darurat sesuai dengan pertimbangan medis, maka dapat dilakukan
tindakan darurat yaitu diperkenankan untuk menyimpang dari hukum
16
konvensional syari’at, dengan ukuran sekedar mengatasi suasana yang
darurat. Demikian pula, petugas kesehatan dapat menunda untuk sementara
waktu kepentingan Allah untuk menyelamatkan situasi darurat yang sedang
dihadapi oleh hambaNya misalnya menunda sementara melaksanakan solat
karena membantu pasien yang sedang kritis.
2. Tingkatan hajiyat yaitu kondisi manusia yang sangat membutuhkan untuk
menopang terwujudnya hifz al nafs sebagaimana telah diterangkan di atas.
Sebagian ulama mempersamakan antara dlaruriyat dengan hajiyat namun
dengan derajat yang bisa berbeda. Oleh karena itu, apabila dalam dlaruriyat,
seorang petugas keperawatan dapat menunda pelaksanaan ibadah atau
melakukan tindakan pemotongan bagian tubuh manusia, maka dalam hajiyat
tidak sampai kepada derajat itu.
3. Tahsiniyat yang bersifat aksesori kehidupan. Dalam hal ini hukumnya tidak
wajib dan tidak haram yaitu berada pada posisi mubah. Bahkan terkadang,
derajat kepentingan tahsiniyat dapat berubah menjadi haram apabila motivasi
yang melandasintya justru bersifat cenderung mubazir atau bertentangan
dengan tujuan syariat.
Oleh karena itu, seorang petugas keperawatan dituntut kearifan guna
menentukan pilihan di antara tiga alternatif kondisi yang dihadapi oleh seorang
yang sakit. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penetapan alternatif justru
akan berakibat fatal yaitu pelanggaran terhadap syariat.
17
E. Mulianya Profesi Perawat
Perawat merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat
Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan
selalu menyebut nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya
dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah
sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia
apa yang tidak diketahuinya (Inna, 2009:4).
Allah berfirman:
“Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,(3) yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam(4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(5)”
Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap
organisme dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan
Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti
dengan semakin banyaknya studi di bidang kedokteran dan kesehatan, semakin
terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah
perintah agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili
18
oleh beberapa institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan
masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat
kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan
tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat
dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban
negara terhadap warganegaranya.
Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara,
pasien adalah tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan,
jadwal-jadwal, waktu dan pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk
menentukan keadaan pasien dan ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan
dan kesenangan yang pantas.
Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien,
tidak membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat
perlindungan karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya,
kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itulah dokter dan perawat
mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah
bersumpah dengan nama Tuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam
profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan,
melakukan semampu mungkin untuk menyelamatkannya dari kematian,
penyakit, rasa sakit dan kecemasan.
19
Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan,
siapa saja yang menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan
hak prerogatif Allah menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang
maksimal untuk mengatasi penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu
sebabnya terhadap penyakit yang parah sekalipun, dokter dan perawat tetap
melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup para pasien
bersangkutan.
F. Peran Keperawatan Islam
1. Mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam ilmu keperawatan.
Islam mengajarkan kita beberapa aspek nilai-nilai yang dapat menjadikan
manusia itu terlihat baik disisi Allah SWT. Oleh karena itu nilai-nilai
keislaman perlu di integrasikan terhadap ilmu keperawatan yang berkembang
pada saat ini. Adanya pengintegrasian ini dimaksudkan akan terciptanya
seorang perawat yang bercirikan agama Islam.
2. Mengaplikasikan nilai-nilai keislaman dalam ilmu keperawatan.
Setelah adanya pengintegrasian maka perlu adanya realisasi dari pada nilai-
nilai tersebut untuk diaplikasikan terhadap praktik keperawatan. Misalnya
ketika seorang perawat mendapati pasien yang beragama islam, dan pasien
tersebut memiliki penyakit yang apabila terkena air maka penyakit tersebut
bertambah. Maka seorang perawat tersebut perlu untuk mengajarkan
20
bertayamum kepada pasien/klien agar klien tidak bertambah sakitnya, namun
tidak pula meninggalkan ibadahnya.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan dalam islam tidak hanya menjalankan pekerjaannya sebagai
profesi tetapi sebagai bentuk syiar islam, yang mengintegrasikan nilai-nilai
keislaman serta mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan. Dalam
padangan agama islam merawat pasien merupakan tugas mulia, baik secara
tersurat maupun tersirat.
B. Saran
Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, tapi
apabila manusia sudah menjadi pemimpin mereka lupa dengan masyarakat yang
dia pimpin. Sebagai calon pemimpin dalam bidang keperawatan atau kesehatan
jangan membeda-bedakan masyarakat antara si kaya dan si miskin apabila dalam
merawat pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG
Dahlia, Lia.2013. “Peran Perawat Islam dalam Membimbing Ibadah bagi Pasien”, (online), (http://keperawatanreligionlia.wordpress.com/2013/06/02/peran-perawat-islam-dalam-membimbing- ibadah-bagi-pasien-2/ diakses 1 Januari
2015).
Departemen Agama RI. 2005. AL-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT Syamil Media Cipta
Inna.2009.”Dimensi Keperawatan dalam Perspektif Islam”, (online),
(http://www.inna-k.org/2009/09/dimensi-keperawatan-dalam-perspektif.html, diakses 13 November 2014).
Lubis, Ridwan.2011. “Keperawatan Sebagai Ilmu dan Profesi dalam Pandangan
Islam”, (online), (http://perawatmuslimindonesia.blogspot.com/2011/11/keperawatan-sebagai-ilmu-dan-profesi.html, diakses 29 Desember 2014).
Stevens, P.J.M. dkk,.1997. Ilmu Keperawatan. E/2. Jilid 2. Terjemahan oleh J.A.
Tomasowa. 1999. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
top related