kampung halaman dalam perspektif sosiobudaya · antropologi. kampung halaman sebagai daerah tinggal...

Post on 22-Mar-2019

225 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

#4* ,. . z . , " <.pi (/ -- i KAMPUNG HALAMAN DALAM PERSPEKTIF

SOSIOBUDAYA

Oleh :

M. NOOR AZASI AHSAN

A. 271060

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1995

H. NOOR AZASI AHSAN. Kampung Halaman dalam Perspektif

Sosiobudaya (dibawah bimbingan Dr. Ir. Ali M.A. Rachman).

Kampung halaman adalah daerah asal atau daerah tempat

kelahiran seseorang. Manusia terikat dengan kampung hala-

mannya secara fisik dan sosiobudaya. Keterikatan manusia

dengan kampung halaman ini mengakibatkan manusia tidak

mau berpisah dengan kampung halamannya sampai akhir hayat.

Pada sisi lain, kita pun melihat fenomena perpindahan pen-

duduk keluar kampung dan perpindahan penduduk pulang kam-

pung. Banyak permasalahan yang menyertai proses perpinda-

han ini, antara lain perubahan orientasi nilai budaya,

munculnya perantau hanyut dan ketegangan-ketegangan antar

berbagai kelompok masyarakat di suatu daerah yang menjadi

tujuan u-cama orang keluar kampung.

Manusia adalah insan sosial, baik pada saat masih

tinggal di kampung halamannya maupun setelah keluar kam-

pung. Redudukan ini mendorong manusia untuk hidup berke-

lompok. Pengelompokan manusia ini merupakan dasar pemben-

tukan sebuah masyarakac atau society. "Kampung halaman"

sebagai sebuah pengelompokan manusia mempunyai kaitan yang

erat dengan aspek daerah dan kekeluargaan yang menjadi

landasan pembentukan kelompok manusia menurut tinjauan

antropologi. Kampung halaman sebagai daerah tinggal bukan

hanya berupa hamparan tanah, namun dapat juga berupa ham-

paran laut. Kampung halaman sebagai daerah tempat tinggal

juga mempunyai perbedaan daya dukung sumberdaya alam dan

kinerja fisik serta geografi. Perbedaan karakteristik

alam ini mempengaruhi orientasi nilai budaya (ONB) manu-

sia. Adanya ONB khas yang dianut sebuah masyarakat kam-

pung halaman tertentu membangun perspektif sosiobudaya

kampung halaman. Kampung halaman adalah juga sebuah ke-

luarga yang memiliki pranata hukum adat turun-temurun.

Sosiobudaya masyarakat Indonesia berbeda-beda antara satu

etnik dengan etnik lain seperti yang ditemukan pada etnik

Jawa dan beberapa kelompok etnik Melayu. Mereka memiliki

konsep mengenai sosok manusia ideal, disamping kenyataan

perilaku sehari-hari. Sosiobudaya berbagai kelompok manu-

sia Indonesia itu menciptakan arus pengaruh balik terhadap

kebiasaan keluar kampung dan pulang kampung yang mereka

miliki.

Perpindahan keluar kampung mempunyai beberapa ciri

khas, antara lain bersifat sukarela dan dapat membentuk

batas sosial baru. Perpindahan ini telah ada hampir se-

panjang sejarah manusia. Bangsa Cina, Thai, Bugis, Ban-

jar, Dayak, MInang, Dayak bahkan suku Jawa dengan berbagai

cara dan dalam skala wilayah yang berbeda telah melaku-

kannya sejak zaman dahulu. Upaya memenuhi kebutuhan hidup

atau meningkatkan kualitas hidup mendorong motivasi manu-

sia keluar kampung. Penjajahan, perang dan pergolakan

politik, kesenjangan sosial dan ekonomi, pelapisan yang

diskriminatif merupakan prakondisi yang melahirkan masalah

kebebasan pemenuhan kebutuhan. Selanjutnya setelah keluar

kampung manusia akan mengalami perubahan ONB sebagai

bentuk penyesuaian dengan lingkungan sosial yang baru.

Misalnya saja lingkungan sosial kota dapat mengubah sosok

manusia desa yang lugu dan alim (religious trend) menjadi

sosok yang rasional dan hipokrit (secular trend).

Keterikatan pada kampung halaman direfleksikan dalam

kebiasaan pulang kampung. Adat istiadat yang perlu diiku-

ti, adanya aset ekonomi keluarga yang masih dimiliki,

kerinduan pada kerabat di kampung atau malah kegagalan

meningkatkan kualitas hidup di luar kampung merupakan

beberapa ha1 yang mendorong seseorang pulang kampung.

Namun ada kalanya seseorang yang sudah memperoleh kenikma-

tan hidup di luar kampung tidak mau atau mungkin tidak

mempunyai kesempatan pulang kampung. Penyakit rindu

kampung halaman (homesick) direfleksikan dengan membentuk

atau mengikuti paguyuban masyarakat yang berasal dari

daerah yang sama. Perantau hanyut pun sebenarnya mempu-

nyai keinginan untuk pulang kampung.

Keterikatan manusia pada kampung halamannya cermin

rasa syukur atas nikmat Allah memiliki kampung halaman.

KAMPUPIG HALAPIAN DALAIbI P E R S P E K T I F S O S I O B U D A Y A

O l e h :

M . Noor A z a s i A h s a n

A . 2 7 1 0 6 0

S T U D 1 PUSTAKA

S E B A G A I S Y A R 4 T KELULUSAN S E P 4 9 7

PADA

.JURUSAN ILDIU- ILNU S O S I A L EICONOI,?I P E R T A N I A N

F A K U L T A S P E R T A N I A N

I l J S T I T U T P E R T A N I A N BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN ILPIU-ILKU SOSIAL EKONONI PERTANIAN

- .-

Dengan i n 1 menyatakan bahwa S t u d i Pus taka yang d i t u -

l i s o l e h :

NAMA

NRP

: MUHAMMAD NOOR AZAGI AHSAN

: A. 271060

PROGRAM STUD1 : PENYULUHAN DAN KONONIKASI PER

TANIAN

JUDUL : KAMPUNG HALAMAN DALAM PERSPEK

TIF SOSIOBUDAYA

d a p a t d i t e r i m a s e b a g a i s y a r a t k e l u l u s a n SEP 497.

Menyetu ju i :

Dosen Pembimbing

D r . Ir. A l i M. A. Rachman

NIP : 130 345 013

Tanggal pengesahan : P e b r u a r i 1995

PERNYATAAN

DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH IN1 BE-

NAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN.

Bogor, Pebruari 1995

Penulis

M. Noor Azasi Ahsan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan

pada hari Senin tanggal 15 Nopember 1971. Putera pertama

dari pasangan Djarkasi Achmad dan Roos Aida. Memiliki dua

orang adik kandung.

Menyelesaikan pendidikan formal dari SD Negeri Telaga

Ilmu Banjarmasin tahun 1984 dan dari SMP Neqeri 2 Seroja

Banjarmasin tahun 1987 serta dari SMA Negeri 1 Bogor tahun

1990. Penulis sempat menqikuti pendidikan di SMA Negeri 2

Banjarmasin tahun 1987 sebelum pindah ke Bogor.

Tahun 1990 penulis diterima sebagai mahasiswa Tinq-

kat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Boqor

(IPB) melalui jalur Ujian Masuk Perquruan Tingqi Negeri

(UMPTN). Terdaftar sebaqai mahasiswa Program Studi Penyu-

luhan dan Komunikasi Pertanian Jurusan Ilmu-ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB sejak tahun

1991.

Penulis pernah menjadi asisten luar biasa pada be-

berapa mata kuliah, antara lain Pengantar Ilmu Kependudu-

kan (1993 dan 1994) dan Koperasi (1994). Selain itu

penulis pernah menjadi ketua umum BPM Faperta IPB (1993-

1994) dan saat ini penulis masih menjabat ketua umum DPK

Persatuan Mahasiswa Kalimantan Selatan Bogor.

KATA PENGANTAR

Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan

Allah. Puji syukur nan akbar dan segala permohonan yang

melewati batas-batas otoritas manusia kita berikan kepada-

Nya, termasuk dalam penyelesaian Studi Pustaka (SP) yang

membahas "Kampung Halaman dalam Perspektif Sosiobudayafl

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya penyelesaian studi pus-

taka sangat terlambat disebabkan kelalaian penulis menga-

tur waktu yang tersedia, namun berkat dorongan banyak pi-

hak akhirnya penulis dapat juga menyelesaikannya. Melalui

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas do-

rongan semangat, bimbingan maupun bantuan dan inspirasi

yang telah diberikan selama penyelesaian SP ini. Khusus-

nya kepada :

1. Dr.Ir. Ali. M. A. Rahman, MSc. selaku dosen pembimbing.

2. Mama, Abah dan ading-adingku Fajrul dan Nusan.

3. Dingsanak-dingsanak anggota dan alumni PMKS Bogor, khu

susnya yang berada di AMKS Lambung Mangkurat.

4. Rekan-rekan mahasiswa seperti Nia, Ririn, Sukri, Wawan

dan lain-lain.

5. Pihak-pihak lain yang memberikan masukan beru

bahan tulisan yang terkait.

Penulis merasakan tulisan ini masih memiliki banyak

kekurangan, namun penulis berharap hasil rangkuman ber-

bagai bahan pustaka ini dapat membawa manfaat untuk di-

kaji lebih lanjut. Kritik dan saran sangat penulis harap-

kan untuk perbaikan dan pengkajian lebih lanjut dalam ben-

tuk skripsi. Pada akhirnya penulis hanya dapat menyata-

kan, "Semoga hidup dalam keramaian di luar kampunq, tak

meabuat kita lupa bahwa kita masih memiliki kampung hala-

mann.

Bogor,

Penulis

top related