h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/file...
Post on 08-Apr-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UJI NISBAH ALBUMIN/GLOBULIN DARI SERA DOMBA YANG TELAHDIINOKULASI LARVA TIGA IRADIASI
Suk~r~j i l*artodihardjo *, M •Ber1aJaya
ABSTRAK
. -. *Ar111n , 'h t'*Murn1 ar 1 , dan
un NISBAH AI.BmlIN/GLOBULIN DARI SKRA DOKBA YANG TKLAH DIINOKULASI LARVA TIGA
IRADIASI. Telah dilakukan suatu penelitian uji nisbah albumin-I!lobulin dari sera
domba den~an men~~unakan 12 ekor domba yan~ berumur diatas 7 bulan yan~ diba~i men
jadi ti~a kelompok. Setelah diinokulasi main~-masin~ domba diambil darahnya untuk
dianalisis nisbah albuminl I!lobulinnya. Vaksinasi dilakukan den~an men~inokulasikan
5000 L3 strain Balitvet Boqor yanq telah diradiasi denRan dosis 500 Gy kemudian
diberikan tantan~an 5000 L3 strain ~anas. Sera dianalisis menurut metode HAWK et al(11) dan JATKAR (12). Hasil analisis nisbah albumin/Rlobulin rata-rata dari Kelompok
I (vaksinasi kemudian ditantanl!) = 0.6874 masih menunjukan adanya tendensi kekebalan
yan~ l~bih baik daripada Kelompok III (kontrol) = 0.8569. Kandun~an nisbah rata-rata
aibumin-Rlobulin dalam sera yanR mempunyai nilai rendah. yaitu Kelompok II (mendapat
vaksinasi I!anda kemudian ditantan~) = 0.4312. Dibandin~ denl!an Kelompok III
0.8569. maka Kelompok II mendapatkan respons kekebalan yanq lebih tin~~i daripada
kontrol dan mempunyai perbedaan yanR sanqat nyata (P<O,OU.
ABSTRACT
SKRmI ALBmlIN/GLOBULIN RATIO TBST SHBEP VACCINATED WITH IRADIATBD THIRD LARVAE.
A study on albumin-~lobulin ratio test of sheep serum was carried out usinR 12
sheep. of 7 months old which divided into 3 ~roups. After inoculation. blood was
taken from to be the sheep to be analized. Vaccination was done by inoculatinl! of
5000 L3 irradiated Balitvet Bo~or strain. then 5000 L3 pathoRenic strain as ~ha11enRe was ~iven. Serum was analized by HAWK et al (11) and JATKAR method (12). The
resul ts of everaRe of albumin/~lobulin ratio were as the the followinR : Group I
(vacinated and challenqed) were 0.6874 tend to have better immunity than Group III
(control) which were 0.8569. The lowest value averal!e albumin-Rlobulin in sera was
found in Group II (double vaccinated and challen~ed) = 0.4312. There Group II have
hiRher immunity respon than control and diference is siRnificant (P<O.OI).
* Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi. BATAN
** Pusat Penelitian Veteriner. Boqor
763
PENDAHULUAN
Keberhasilan peningkatan populasi ternak domba di Indonesia
dipengaruhi beberapa faktor di antaranya makanan dan penyakit. Se
bagian besar ternak domba masih dipelihara seeara tradisionil,
sehingga kesehatannya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di
seki tarnya. Caeing lambung Haemonchus contortus merupakan penyaki t
yang bersifat endemik. Keganasan parasit ini karena dapat menghisap
darah induksemang (1).
Pada umumnya, meskipun parasit ini dikenal ganas, ternak domba
yang terkena infeksi ringan belum menun~iukkan gejala saki t yang
jelas. Kondisi ini disebut subklinis (2), yang menyebabkan kerugian
dari segi produksi. Infeksi cacing ini terutama terjadi pada ternak
di lapangan. Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi kasus
sebesar 67% (3), di Gowa sekitar 70,5% (4), di Aceh 45% (5). dan di
Bogor 88,7% (6).
H. contortus adalah jenis cacing penghisap darah, yang meng
habis~an darah hospesnya 0,049 ml tiap eacing tiap hari (7), maka
caeing ini cukup potensial untuk mengganggu kesehatan domba dan
Makin banyak cacing yang terkandung di dalam hewan Makin kuat daya
rusaknya (8). Gejala klinis dapat dikatakan berat bila infeksi
eaeing ini lebih dad 2000 telur tiap tinja. yang dihitung dengan
Me. Master Counting (9, 10).
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui kadar zat kebal,
yaitu nisbah albumin-globulin, sebagai indikator kekebalan dalam
tubuh domba yang telah mendapatkan vaksinasi.
BAHAN DAN METODE
Pada penelitian yang dilakukan di Balitvet Bogor ini telah
digunakan 12 ekor anak domba berumur 7 bulan. Penentuan umur dalam
pereobaan ini didasarkan pada hasil penelitian URQUHART (5, B) yang
mengemukakan bahwa sebaiknya dalam penelitian haemonehiachis diguna
kan anak domba umur sekitar 7 bulan ke atas. Sebelum ternak diguna
kan dalam penelitian, dibed obat cacing dan diamati sampai bebas
dari infeksi eacing.
Larva (L3) yang diperoleh dari Balitvet Bogor diiradiasi dengan
sumber radiasi Cobalt-60 Gamma Cell 220. buatan Atomic Energy of
764
Canada Ltd., dengan laju dosis
gunakan 500 Gy. Ternak domba
masing kelompok 4 ekor.
Kelompok I : diberi 5000 L3 yang telah diradiasi, kemudian diu,ji
tantang dengan 5000 L3 infektif.
diberi 5000 L3 yang telah diradiasi, inokulasi ganda,yaitu 1'8 hari lebih dahulu divaksinasi sebelum
vaksinasi Kelompok I dan Kelompok III. Satu bulan
kemudian baru diberikan tantangan 5000 L3'
Kelompok III : kontrol infektif, diberi 5000 L3 infektif.Parameter yang diamati oleh Balitvet Bogor meliputi diferensiasi
larva~ berat badan, hematologi, produksi cacing di abomasum. Parame
ter uji sera diamati oleh PAIR-BATAN.
Cara pengambilan sera dilakukan setiap minggu sekali selama
penelitian berlangsung. Darah domba diambil dari masing-masing ke
lompok, melalui vena jugolaris ada leher domba, sebanyak 10 101 per
ekor. pari darah tersebut diambil sera dengan jalan memusing, kemu
dian disimpan dalam "refrigerator" sebelum dianalisis secara elek
troforesis.
Penentuan respons kekebalan berdasarkan nisbah albumin-globulin
yang dipisahkan dengan elektroforesis dan nilai absorbsinya diten
tukan dengan spektrofotometer dari Backman pada panjang gelombang
525 nm. Penentuan respons kekebalan tersebut berdasarkan metode HAWK
et al (11), JATKAR et al (12). FARUQ (13) dan SUKARDJI et al (14).
Rancangan percobaan yang digunakan dalam peneli tian ini ialah
rancangan kelompok SNEDECOR et al (15), FEDERER (16) dan QUILFORD
(17). Uji antarperlakuan digunakan DUNCAN.
Kelompok II
1246 Gy/jam, dosis radiasi yang di
dibagi menjadi 3 kelompok, masing-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan di Balitvet Bogor ini telah
digunakan 12 ekor domba yang divaksinasi dengan L3 yang diradiasi
500 Gy. Setelah diinokulasi domba tersebut diambil darah untuk di
analis, nisbah albumin-globulin rata-rata. dari kelompok I = 0,6874;
kelompok II = 0,4312; dan kelompok III = 0,8569 (lihat Tabel 1).
Menurut HAWK et al (11) dan JATKAR et ~l (12), FARUQ (13) dan
SUKARDJI et al (14), pemberian vaksinasi pada individu berpengaruh
765
pada nisbah albumin-globulin dalam sera. Nilai nisbah albumin-globu
lin rendah menunjukkan respons kekebalan yang lebih tinggi, seperti
terlihat pada Tabel 1. Kelompok II yang diberikan vaksinasi ganda,
mempunyai nilai nisbah albumin-globulin terendah. Hal ini sesuai
dengan percobaan yang pernah dilakukan oleh JARRET et al (18).
Respons kekebalan berdasrkan nisbah albumin-globulin pada ke
lompok I (mendapatkan vaksinasi satu kali) = 0,6221, masih menunjuk
kan adanya tendensi kekebalan ynag lebih baik dari pada kelompok III
(kontrol) = 0,8134, seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut
CULBERTSON (19) apabila suatu individu diberikan suatu vaksinasi dan
di tantang, kemudian jumlah parasi t yang timbul kembali dari hasil
pengamatan jumlahnya jauh berkurang, maka individu tersebut dapat
dikatakan telah mempunyai tendensi kekebalkan. Karena kelompok II
mempunyai nisbah albumin-globulin, berarti respons kekebalan yang
di peroleh adalah terbaik bila dibandingkan dengan kelompok yang
lain. Uj i antarperlakuan menurut DUNCAN adalah sangat nyata
(P(O,Ql).
KESIMPULAN
Pada perlakuan kelompok II, yaitu yang diberikan vaksinasi
ganda kemudian ditantang diperoleh hasil nilai nisbah rata-rata
albumin-globulin lebih rendah daripada kontrol maupun kelompok I,
hal ini berarti kelompok II mempunyai respons kekebalan yang tinggi,
berarti telah mempunyai tendensi kekebalan yang baik dibandingkan
dengan kelompok yang lain.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan beserta Staf
di Balitvet Bogor yang telah berkenan mengizinkan percobaan labora
torium dilaksanakan bersama sampai selesai.
Kami ucapkan juga terima kasih kepada para teknisi dari Balit
vet Bogor, yaitu Sdr. Gatot clan Zaenal, juga kepada para teknisi
PAIR yaitu Sdr. Yusneti, Dinardi, clan Santoso yang telah membantupeneli tian ini.
7GG
DAFTAR PUSTAKA
1. ARIFIN, M. Z.• Pengaruh Infestasi H. contortus terhadap konsumsi
pakan, komponen darah dan tulang, serta karkas domba jantan,
Disertasi, IPB, Bogor (1990).
2. KUSUMAMIHARDJA, S., SALIZAR, L., dan RETNANI, E. B., Hubungan
antara jumlah telur cacing Haemonchus contortus tiap gram
tinja dengan derajat kesakitan pada domba jantan lokal.
3. KUSUMAMIHARDJA, S., dan PARTOURTOMO, S., Laporan survei inventa
risasi parasit ternak (sapi, kerbau, domba. kambing, dan habi)
di beberapa pembantaian di Jawa, Balai Penel itian Penyaki tHewan, Bogor (1971).
4. BERIJAYA, PARTOURTOMO, S., dan SOETEDJO, R., Penanggulangan Nematoda gastrointestinal pada domba, Warta Penelitian dan Pe
ngembangan Pertanian Z 6 (1979) 5.
5. LUBIS, A. H., dan NASUTION, A. H., "Infeksi H. contortus pada
.domba di Kabupaten Aceh Besar", Ruminansia Kecil (Proc. Seminar, 1984), Litbangnak, Deptan (1984).
6. NASUTION, dan RAMILAH, E., Kasus neptodiasis abomasum domba di
rumah potong hewan Bogor, Skripsi FKH-IPB, Bogor (1988).
7. CLARK, C. H., KIESEL, E., and GOBY, C. H. Measurement of bloodloss caused by H. contortus infectionin sheep, An. J. Vet.Res. 23 96 (1962) 977.
8. KUSUMAMIHARJDJA, S., Pengaruh musim, umur, dan waktu penggemba
laan pada derajat infestasi nematoda saluran pencernaan domba(Ovis tries Linn), Disertasi IPB, Bogor (1982).
9. WHITLOCK, H.V., The whitlock-universal-mc, Master Slide, Apara
tus and Techniques for Counting Helminth Eggs, Vniv. of Sydney(1978) 21.
10. HANDOKO, N. S., dan HENDERSON, A.K., Helminthiasis dan pengaruh
pada gambaran darah domba ekor gemuk di Kabupaten DT II Bogor,Buleetin LPPH VIII 21 (1981) 19.
11. HAWK, P. B., OSER. B. L., and SING, M., Practical Physiological
Chemistry, The Blackstown, London (1954).
767
12. JATKAR, M., CHOSAL, AK. K., dan SING, M., Pathogenesi of anaemia
in Trifanosoma evansir Indian Vet. J. 50 (1973) 634.
13. FARUQ, M., "Pengamatan hipuran 1131 dalam darah dan ereksi gin
jal pada hewan percobaan", Aplikasi Teknik Nuklir Di BidangPertanian dan Biologi (Ris. Pert. Ilmiah Jakarta, 1982) PAIRBATAN, Jakarta (1983) 329.
14. SUKARDJI, P., PARTOUTOMO, S., SUHARDONO, HUSEIN, A., MURNIHATI,I., dan ARIFIN, M., "Uji kekebalan Ratio-Vaksin koksidia (Eimeria tenella) pada anak ayam petelur", Aplikasi Teknik Nuklir
di Bidang Pertanian dan Peternakan (Ris. Pert. Ilmiah Jakarta,1985), PAIR-BATAN, Jakarta, (1985) 539.
15. SNEDECOR, G. W., and COCHRAN, G. W., Statistical Methods, TheIova State College Press., Ames. (1959).
16. FEDERER, W. T., Experiment Design, Theory and Aplication, Mc.Millan, New York (1955).
17. Q~ILFORD, J. F., and FRUCHTER, E., Fundamental Statistical in
Psychology and Education, Fith Ed., The Blackston Company Inc.London (1973).
18. JARRET, W. F. H., JENNINGS, F. H., INTURE, Mc. W. I. M., MULLI
GAN, W., and SHARP, N. C. C., studies on immunity to H. contort us infection, Double vaccination of sheep with irradiatedlarvae, Am. J. vet. Res. 22 (1961) 186.
19. CULBERTSON, J. T., Immunity Against Animal Parasitas, ColumbiaUniversity Press. New York (1961).
768
Tabel 1. Evaluasi rata-rata nisbah albumin-globulin darikelompok I, II, dan III.
---------------------------------------------------------------------
Pengambilan Nisbah albumin-~lobulin dari kelompoksera I II III
Keterangan
--------------------------------------------------------------------
123456789
101112
13
0,7210
0,52410,6231
0,8432
0,50420,7420
0,3260
0,9202
0,60120,6450
0,7411
0,'5050
0,4030
0,5202
0,34220,4600
0,4012
0,62020,24320,2432
0,4900
0,37240,6302
0,2322
0,5323
0,3301
0,7210
0,90300,9122
0,7156
0,5926
1,03420,8256
0,8012
0,80250,8243
0,8128
0,8140
1,0342
P<0,01
--------------------------------------------------------------------
Nisbah
db/glbrata-rata
0,6231 0,4312 0,8134
769
DISKUSI
NUNIEK
1. Untuk produksi perdana vaksin koksivet di Pusvetma, dari mana
ookista yang digunakan, dari caecum anak ayam atau media buatan ?2. Dari penelitian Anda media mana yang Andapilih untuk produksi
ookista ?
3. Mana yang lebih ekonomis dalam memperoleh ookista dengan medium
buatan atau dari caecum anak ayam ?
SUKARDJI
1. Dari caecum anak ayam yang dipelihara (disimpan) di dalam kalium
bikromat.
2. Sampai saat ini penelitian masih merupakan penelitian dasar, jadi
b~lum dapat direkomendasikan dulu.
3. Untuk saat ini media yang ekonomis adalah dari caecum anak ayam.
HARSOJO
Apakah yang dimaksud dengan medium ss agar cair ? SS agar yang dica
irkan kemudian dipakai untuk menanam atau ss cair yang digunakan.
Seandainya ss cair yang digunakan, sebaiknya istilah ss agar cair
diganti dengan ss cair.
SUKARDJI
Terima kasih atas sarannya, dalam percobaan ini agarnya dibuatencer.
IBRAHIM GOBEL
Apakah jumlah ookista E. Tenela dalam beberapa media agar buatan
lebih banyak dibandingkan dengan kalium bikromat ?
SUKARDJI
Ookista lebih banyak dalam media kalium bikromat meskipun kemungkin
an berkembang lebih jauh, adalah lebih baik pada medium Hank's atau
770
garam agar.
N. SUMARNA
Apakah dengan hasil penelitian Anda penggunaan media SSA maupun
larutan Hank's dapat direkomendasikan sebagai media untuk pertumbuh
an E. Tenella dan manakah diantara media tersebut yang lebih baik
untuk pertumbuhan E. Tenella ?
SUKARDJI
Belum.
BINTORO
Mengapa Anda menggunakan elektroforesis untuk uji seksologis dalam
penelitian vaksin haemoncus, padahal elektroforesis kurang spesifik
(mengukur protein secara umum). Apakah Anda ada pemikiran untuk
mengg~nakan metoda lain yang lebih spesifik khusus untuk haemonchustersebut ?
SUKARDJI
Metode ini untuk jenis parasi t juga digunakan BERIAJAYA di Bogor
untuk nmengukur fraksi total protein pada desertasinya untuk doktor,
dan penggunaan alat ini cukup mahal juga sebab, satu sampel jatuhnya
bisa Rp 1.500,- sebab filternya Rp 1.000,- belum zat kimianya. Kalau
menggunakan metode ELISA standartnya belum ada untuk penyakit ini.
SUHARNA
1. Apa latar belakang penentuan kelompok III sebagai kontrol ?
2. Dari penelitian Anda apa yang dapat diketahui dari adanya perbe
daan nisbah albumin globulin ?
SUKARDJI
1. Kelompok III kontrol karena hanya diinokulasi 5000 L3 injektif
(galur ganas saja).
2. Hasil kami masih akan kami bandingkan dengan hasil di Balitvet
Bogor. Ternyata pada kelompok inokulasi ganas memang bentuk fisik
cacing mengecil dan kelihatan steril.
771
RUSTAM B.
S~t~lAh inokulasi 5000 L3 strain ganas, apakah bisa menurunkan keturunan cacing lambung ganas lagi ?
SUKARDJI
Setelah diperiksa di Bogor pada kelompok II ini, bentuk cacingnya
banyak mengecil hanya sayang kami belum sempat menginokulasi lagi
dari cacing itu, sebab yang jantan banyak yang mengecil.
TITIN MARYATI
Seperti telah disebutkan, untuk pembuatan vaksin haemonchus diguna
kan L3 iradiasi. Apakah dalam tubuh domba yang diberi L3 (dengandosis yang Anda tentukan) terjadi siklus hidup haemonchus sehingga
dapat ditemukan telur dalam vasenya atau L3 iradiasi terhenti perkembangannya ?
SUKARDJI
Untuk ini kami ambil contoh parameter yang diamati. Balitvet setelah
penelitian selesai diperiksa bentuk fisik cacing dalam lambung ter
nyata pada kelompok II (inokulasi ganda) cacing itu setelah defe
rensiasi ternyata cacing jantannya bentuknya mengecil, kelihatan
steril, artinya tidak lagi mampu melakukan siklus hidup lagi sean
dainya diinjeksikan pada domba lagi.
KUSWANDI
1. Berapa nisbah normal albumin/globulin pada domba dan berapa batas
maksimal mulai hewan tersebut rentan (sensitif) ?
2. Dengan data nisbah albumin globulin dan data PCN mana yang lebih
relevan untuk mengevaluasi tingkat anemia domba.
3. faktor-faktor apa yang mempengaruhi nisbah tersebut dan nilai
PCN?
4. Kadar Hb kadang-kadang didapati rendah walaupun dengan jenis
pakan sama pada individu sama. Apakah handling terhadap hewan
selama melakukan penelitian mempengaruhi ?
772
SUKARDJI
1. Menurut HWK dan JATKAR, bahwa untuk peneli tian ini hanya untuk
membandingkan rendah dan tingginya ratio albumin globulin, tidak
punya batas imbangan tertentu. Tetapi seandainya tingkat kekebal
an itu kita analisis dengan fraksi total protein, dalam analisis
ini diperlukan standar, yaitu seronoum, barang kali ini batas
ambang.
2. Data elektrophoresis untuk mengetahui keadaan zat kebal. PCV
untuk mengetahui tingkat anemia
3. PVC tingkat be rat ringannya infeksi dapat diketahui nisbah albu
min globulin hewan untuk diketahui tingkat kekebalannya dalam
tubuh.
4. Tingkat injeksi suatu parasit atau deversi makanan atau mineral.
773
top related