h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/file...

11
UJI NISBAH ALBUMIN/GLOBULIN DARI SERA DOMBA YANG TELAH DIINOKULASI LARVA TIGA IRADIASI Suk~r~j i l*artodihardjo *, M • Ber1aJaya ABSTRAK .-. * Ar111n , 'h t'* Murn1 ar 1 , dan un NISBAH AI.BmlIN/GLOBULIN DARI SKRA DOKBA YANG TKLAH DIINOKULASI LARVA TIGA IRADIASI. Telah dilakukan suatu penelitian uji nisbah albumin-I!lobulin dari sera domba den~an men~~unakan 12 ekor domba yan~ berumur diatas 7 bulan yan~ diba~i men- jadi ti~a kelompok. Setelah diinokulasi main~-masin~ domba diambil darahnya untuk dianalisis nisbah albuminl I!lobulinnya. Vaksinasi dilakukan den~an men~inokulasikan 5000 L3 strain Balitvet Boqor yanq telah diradiasi denRan dosis 500 Gy kemudian diberikan tantan~an 5000 L3 strain ~anas. Sera dianalisis menurut metode HAWK et al (11) dan JATKAR (12). Hasil analisis nisbah albumin/Rlobulin rata-rata dari Kelompok I (vaksinasi kemudian ditantanl!) = 0.6874 masih menunjukan adanya tendensi kekebalan yan~ l~bih baik daripada Kelompok III (kontrol) = 0.8569. Kandun~an nisbah rata-rata aibumin-Rlobulin dalam sera yanR mempunyai nilai rendah. yaitu Kelompok II (mendapat vaksinasi I!anda kemudian ditantan~) = 0.4312. Dibandin~ denl!an Kelompok III 0.8569. maka Kelompok II mendapatkan respons kekebalan yanq lebih tin~~i daripada kontrol dan mempunyai perbedaan yanR sanqat nyata (P<O,OU. ABSTRACT SKRmI ALBmlIN/GLOBULIN RATIO TBST SHBEP VACCINATED WITH IRADIATBD THIRD LARVAE. A study on albumin-~lobulin ratio test of sheep serum was carried out usinR 12 sheep. of 7 months old which divided into 3 ~roups. After inoculation. blood was taken from to be the sheep to be analized. Vaccination was done by inoculatinl! of 5000 L3 irradiated Balitvet Bo~or strain. then 5000 L3 pathoRenic strain as ~ha- 11enRe was ~iven. Serum was analized by HAWK et al (11) and JATKAR method (12). The resul ts of everaRe of albumin/~lobulin ratio were as the the followinR : Group I (vacinated and challenqed) were 0.6874 tend to have better immunity than Group III (control) which were 0.8569. The lowest value averal!e albumin-Rlobulin in sera was found in Group II (double vaccinated and challen~ed) = 0.4312. There Group II have hiRher immunity respon than control and diference is siRnificant (P<O.OI). * Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi. BATAN ** Pusat Penelitian Veteriner. Boqor 763

Upload: truongthien

Post on 08-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

UJI NISBAH ALBUMIN/GLOBULIN DARI SERA DOMBA YANG TELAHDIINOKULASI LARVA TIGA IRADIASI

Suk~r~j i l*artodihardjo *, M •Ber1aJaya

ABSTRAK

. -. *Ar111n , 'h t'*Murn1 ar 1 , dan

un NISBAH AI.BmlIN/GLOBULIN DARI SKRA DOKBA YANG TKLAH DIINOKULASI LARVA TIGA

IRADIASI. Telah dilakukan suatu penelitian uji nisbah albumin-I!lobulin dari sera

domba den~an men~~unakan 12 ekor domba yan~ berumur diatas 7 bulan yan~ diba~i men­

jadi ti~a kelompok. Setelah diinokulasi main~-masin~ domba diambil darahnya untuk

dianalisis nisbah albuminl I!lobulinnya. Vaksinasi dilakukan den~an men~inokulasikan

5000 L3 strain Balitvet Boqor yanq telah diradiasi denRan dosis 500 Gy kemudian

diberikan tantan~an 5000 L3 strain ~anas. Sera dianalisis menurut metode HAWK et al(11) dan JATKAR (12). Hasil analisis nisbah albumin/Rlobulin rata-rata dari Kelompok

I (vaksinasi kemudian ditantanl!) = 0.6874 masih menunjukan adanya tendensi kekebalan

yan~ l~bih baik daripada Kelompok III (kontrol) = 0.8569. Kandun~an nisbah rata-rata

aibumin-Rlobulin dalam sera yanR mempunyai nilai rendah. yaitu Kelompok II (mendapat

vaksinasi I!anda kemudian ditantan~) = 0.4312. Dibandin~ denl!an Kelompok III

0.8569. maka Kelompok II mendapatkan respons kekebalan yanq lebih tin~~i daripada

kontrol dan mempunyai perbedaan yanR sanqat nyata (P<O,OU.

ABSTRACT

SKRmI ALBmlIN/GLOBULIN RATIO TBST SHBEP VACCINATED WITH IRADIATBD THIRD LARVAE.

A study on albumin-~lobulin ratio test of sheep serum was carried out usinR 12

sheep. of 7 months old which divided into 3 ~roups. After inoculation. blood was

taken from to be the sheep to be analized. Vaccination was done by inoculatinl! of

5000 L3 irradiated Balitvet Bo~or strain. then 5000 L3 pathoRenic strain as ~ha­11enRe was ~iven. Serum was analized by HAWK et al (11) and JATKAR method (12). The

resul ts of everaRe of albumin/~lobulin ratio were as the the followinR : Group I

(vacinated and challenqed) were 0.6874 tend to have better immunity than Group III

(control) which were 0.8569. The lowest value averal!e albumin-Rlobulin in sera was

found in Group II (double vaccinated and challen~ed) = 0.4312. There Group II have

hiRher immunity respon than control and diference is siRnificant (P<O.OI).

* Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi. BATAN

** Pusat Penelitian Veteriner. Boqor

763

Page 2: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

PENDAHULUAN

Keberhasilan peningkatan populasi ternak domba di Indonesia

dipengaruhi beberapa faktor di antaranya makanan dan penyakit. Se­

bagian besar ternak domba masih dipelihara seeara tradisionil,

sehingga kesehatannya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di

seki tarnya. Caeing lambung Haemonchus contortus merupakan penyaki t

yang bersifat endemik. Keganasan parasit ini karena dapat menghisap

darah induksemang (1).

Pada umumnya, meskipun parasit ini dikenal ganas, ternak domba

yang terkena infeksi ringan belum menun~iukkan gejala saki t yang

jelas. Kondisi ini disebut subklinis (2), yang menyebabkan kerugian

dari segi produksi. Infeksi cacing ini terutama terjadi pada ternak

di lapangan. Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi kasus

sebesar 67% (3), di Gowa sekitar 70,5% (4), di Aceh 45% (5). dan di

Bogor 88,7% (6).

H. contortus adalah jenis cacing penghisap darah, yang meng­

habis~an darah hospesnya 0,049 ml tiap eacing tiap hari (7), maka

caeing ini cukup potensial untuk mengganggu kesehatan domba dan

Makin banyak cacing yang terkandung di dalam hewan Makin kuat daya

rusaknya (8). Gejala klinis dapat dikatakan berat bila infeksi

eaeing ini lebih dad 2000 telur tiap tinja. yang dihitung dengan

Me. Master Counting (9, 10).

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui kadar zat kebal,

yaitu nisbah albumin-globulin, sebagai indikator kekebalan dalam

tubuh domba yang telah mendapatkan vaksinasi.

BAHAN DAN METODE

Pada penelitian yang dilakukan di Balitvet Bogor ini telah

digunakan 12 ekor anak domba berumur 7 bulan. Penentuan umur dalam

pereobaan ini didasarkan pada hasil penelitian URQUHART (5, B) yang

mengemukakan bahwa sebaiknya dalam penelitian haemonehiachis diguna­

kan anak domba umur sekitar 7 bulan ke atas. Sebelum ternak diguna­

kan dalam penelitian, dibed obat cacing dan diamati sampai bebas

dari infeksi eacing.

Larva (L3) yang diperoleh dari Balitvet Bogor diiradiasi dengan

sumber radiasi Cobalt-60 Gamma Cell 220. buatan Atomic Energy of

764

Page 3: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

Canada Ltd., dengan laju dosis

gunakan 500 Gy. Ternak domba

masing kelompok 4 ekor.

Kelompok I : diberi 5000 L3 yang telah diradiasi, kemudian diu,ji

tantang dengan 5000 L3 infektif.

diberi 5000 L3 yang telah diradiasi, inokulasi ganda,yaitu 1'8 hari lebih dahulu divaksinasi sebelum

vaksinasi Kelompok I dan Kelompok III. Satu bulan

kemudian baru diberikan tantangan 5000 L3'

Kelompok III : kontrol infektif, diberi 5000 L3 infektif.Parameter yang diamati oleh Balitvet Bogor meliputi diferensiasi

larva~ berat badan, hematologi, produksi cacing di abomasum. Parame­

ter uji sera diamati oleh PAIR-BATAN.

Cara pengambilan sera dilakukan setiap minggu sekali selama

penelitian berlangsung. Darah domba diambil dari masing-masing ke­

lompok, melalui vena jugolaris ada leher domba, sebanyak 10 101 per

ekor. pari darah tersebut diambil sera dengan jalan memusing, kemu­

dian disimpan dalam "refrigerator" sebelum dianalisis secara elek­

troforesis.

Penentuan respons kekebalan berdasarkan nisbah albumin-globulin

yang dipisahkan dengan elektroforesis dan nilai absorbsinya diten­

tukan dengan spektrofotometer dari Backman pada panjang gelombang

525 nm. Penentuan respons kekebalan tersebut berdasarkan metode HAWK

et al (11), JATKAR et al (12). FARUQ (13) dan SUKARDJI et al (14).

Rancangan percobaan yang digunakan dalam peneli tian ini ialah

rancangan kelompok SNEDECOR et al (15), FEDERER (16) dan QUILFORD

(17). Uji antarperlakuan digunakan DUNCAN.

Kelompok II

1246 Gy/jam, dosis radiasi yang di­

dibagi menjadi 3 kelompok, masing-

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan di Balitvet Bogor ini telah

digunakan 12 ekor domba yang divaksinasi dengan L3 yang diradiasi

500 Gy. Setelah diinokulasi domba tersebut diambil darah untuk di­

analis, nisbah albumin-globulin rata-rata. dari kelompok I = 0,6874;

kelompok II = 0,4312; dan kelompok III = 0,8569 (lihat Tabel 1).

Menurut HAWK et al (11) dan JATKAR et ~l (12), FARUQ (13) dan

SUKARDJI et al (14), pemberian vaksinasi pada individu berpengaruh

765

Page 4: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

pada nisbah albumin-globulin dalam sera. Nilai nisbah albumin-globu­

lin rendah menunjukkan respons kekebalan yang lebih tinggi, seperti

terlihat pada Tabel 1. Kelompok II yang diberikan vaksinasi ganda,

mempunyai nilai nisbah albumin-globulin terendah. Hal ini sesuai

dengan percobaan yang pernah dilakukan oleh JARRET et al (18).

Respons kekebalan berdasrkan nisbah albumin-globulin pada ke­

lompok I (mendapatkan vaksinasi satu kali) = 0,6221, masih menunjuk­

kan adanya tendensi kekebalan ynag lebih baik dari pada kelompok III

(kontrol) = 0,8134, seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut

CULBERTSON (19) apabila suatu individu diberikan suatu vaksinasi dan

di tantang, kemudian jumlah parasi t yang timbul kembali dari hasil

pengamatan jumlahnya jauh berkurang, maka individu tersebut dapat

dikatakan telah mempunyai tendensi kekebalkan. Karena kelompok II

mempunyai nisbah albumin-globulin, berarti respons kekebalan yang

di peroleh adalah terbaik bila dibandingkan dengan kelompok yang

lain. Uj i antarperlakuan menurut DUNCAN adalah sangat nyata

(P(O,Ql).

KESIMPULAN

Pada perlakuan kelompok II, yaitu yang diberikan vaksinasi

ganda kemudian ditantang diperoleh hasil nilai nisbah rata-rata

albumin-globulin lebih rendah daripada kontrol maupun kelompok I,

hal ini berarti kelompok II mempunyai respons kekebalan yang tinggi,

berarti telah mempunyai tendensi kekebalan yang baik dibandingkan

dengan kelompok yang lain.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan beserta Staf

di Balitvet Bogor yang telah berkenan mengizinkan percobaan labora­

torium dilaksanakan bersama sampai selesai.

Kami ucapkan juga terima kasih kepada para teknisi dari Balit­

vet Bogor, yaitu Sdr. Gatot clan Zaenal, juga kepada para teknisi

PAIR yaitu Sdr. Yusneti, Dinardi, clan Santoso yang telah membantupeneli tian ini.

7GG

Page 5: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

DAFTAR PUSTAKA

1. ARIFIN, M. Z.• Pengaruh Infestasi H. contortus terhadap konsumsi

pakan, komponen darah dan tulang, serta karkas domba jantan,

Disertasi, IPB, Bogor (1990).

2. KUSUMAMIHARDJA, S., SALIZAR, L., dan RETNANI, E. B., Hubungan

antara jumlah telur cacing Haemonchus contortus tiap gram

tinja dengan derajat kesakitan pada domba jantan lokal.

3. KUSUMAMIHARDJA, S., dan PARTOURTOMO, S., Laporan survei inventa­

risasi parasit ternak (sapi, kerbau, domba. kambing, dan habi)

di beberapa pembantaian di Jawa, Balai Penel itian Penyaki tHewan, Bogor (1971).

4. BERIJAYA, PARTOURTOMO, S., dan SOETEDJO, R., Penanggulangan Ne­matoda gastrointestinal pada domba, Warta Penelitian dan Pe­

ngembangan Pertanian Z 6 (1979) 5.

5. LUBIS, A. H., dan NASUTION, A. H., "Infeksi H. contortus pada

.domba di Kabupaten Aceh Besar", Ruminansia Kecil (Proc. Semi­nar, 1984), Litbangnak, Deptan (1984).

6. NASUTION, dan RAMILAH, E., Kasus neptodiasis abomasum domba di

rumah potong hewan Bogor, Skripsi FKH-IPB, Bogor (1988).

7. CLARK, C. H., KIESEL, E., and GOBY, C. H. Measurement of bloodloss caused by H. contortus infectionin sheep, An. J. Vet.Res. 23 96 (1962) 977.

8. KUSUMAMIHARJDJA, S., Pengaruh musim, umur, dan waktu penggemba­

laan pada derajat infestasi nematoda saluran pencernaan domba(Ovis tries Linn), Disertasi IPB, Bogor (1982).

9. WHITLOCK, H.V., The whitlock-universal-mc, Master Slide, Apara­

tus and Techniques for Counting Helminth Eggs, Vniv. of Sydney(1978) 21.

10. HANDOKO, N. S., dan HENDERSON, A.K., Helminthiasis dan pengaruh

pada gambaran darah domba ekor gemuk di Kabupaten DT II Bogor,Buleetin LPPH VIII 21 (1981) 19.

11. HAWK, P. B., OSER. B. L., and SING, M., Practical Physiological

Chemistry, The Blackstown, London (1954).

767

Page 6: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

12. JATKAR, M., CHOSAL, AK. K., dan SING, M., Pathogenesi of anaemia

in Trifanosoma evansir Indian Vet. J. 50 (1973) 634.

13. FARUQ, M., "Pengamatan hipuran 1131 dalam darah dan ereksi gin­

jal pada hewan percobaan", Aplikasi Teknik Nuklir Di BidangPertanian dan Biologi (Ris. Pert. Ilmiah Jakarta, 1982) PAIR­BATAN, Jakarta (1983) 329.

14. SUKARDJI, P., PARTOUTOMO, S., SUHARDONO, HUSEIN, A., MURNIHATI,I., dan ARIFIN, M., "Uji kekebalan Ratio-Vaksin koksidia (Ei­meria tenella) pada anak ayam petelur", Aplikasi Teknik Nuklir

di Bidang Pertanian dan Peternakan (Ris. Pert. Ilmiah Jakarta,1985), PAIR-BATAN, Jakarta, (1985) 539.

15. SNEDECOR, G. W., and COCHRAN, G. W., Statistical Methods, TheIova State College Press., Ames. (1959).

16. FEDERER, W. T., Experiment Design, Theory and Aplication, Mc.Millan, New York (1955).

17. Q~ILFORD, J. F., and FRUCHTER, E., Fundamental Statistical in

Psychology and Education, Fith Ed., The Blackston Company Inc.London (1973).

18. JARRET, W. F. H., JENNINGS, F. H., INTURE, Mc. W. I. M., MULLI­

GAN, W., and SHARP, N. C. C., studies on immunity to H. con­tort us infection, Double vaccination of sheep with irradiatedlarvae, Am. J. vet. Res. 22 (1961) 186.

19. CULBERTSON, J. T., Immunity Against Animal Parasitas, ColumbiaUniversity Press. New York (1961).

768

Page 7: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

Tabel 1. Evaluasi rata-rata nisbah albumin-globulin darikelompok I, II, dan III.

---------------------------------------------------------------------

Pengambilan Nisbah albumin-~lobulin dari kelompoksera I II III

Keterangan

--------------------------------------------------------------------

123456789

101112

13

0,7210

0,52410,6231

0,8432

0,50420,7420

0,3260

0,9202

0,60120,6450

0,7411

0,'5050

0,4030

0,5202

0,34220,4600

0,4012

0,62020,24320,2432

0,4900

0,37240,6302

0,2322

0,5323

0,3301

0,7210

0,90300,9122

0,7156

0,5926

1,03420,8256

0,8012

0,80250,8243

0,8128

0,8140

1,0342

P<0,01

--------------------------------------------------------------------

Nisbah

db/glbrata-rata

0,6231 0,4312 0,8134

769

Page 8: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

DISKUSI

NUNIEK

1. Untuk produksi perdana vaksin koksivet di Pusvetma, dari mana

ookista yang digunakan, dari caecum anak ayam atau media buatan ?2. Dari penelitian Anda media mana yang Andapilih untuk produksi

ookista ?

3. Mana yang lebih ekonomis dalam memperoleh ookista dengan medium

buatan atau dari caecum anak ayam ?

SUKARDJI

1. Dari caecum anak ayam yang dipelihara (disimpan) di dalam kalium

bikromat.

2. Sampai saat ini penelitian masih merupakan penelitian dasar, jadi

b~lum dapat direkomendasikan dulu.

3. Untuk saat ini media yang ekonomis adalah dari caecum anak ayam.

HARSOJO

Apakah yang dimaksud dengan medium ss agar cair ? SS agar yang dica­

irkan kemudian dipakai untuk menanam atau ss cair yang digunakan.

Seandainya ss cair yang digunakan, sebaiknya istilah ss agar cair

diganti dengan ss cair.

SUKARDJI

Terima kasih atas sarannya, dalam percobaan ini agarnya dibuatencer.

IBRAHIM GOBEL

Apakah jumlah ookista E. Tenela dalam beberapa media agar buatan

lebih banyak dibandingkan dengan kalium bikromat ?

SUKARDJI

Ookista lebih banyak dalam media kalium bikromat meskipun kemungkin­

an berkembang lebih jauh, adalah lebih baik pada medium Hank's atau

770

Page 9: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

garam agar.

N. SUMARNA

Apakah dengan hasil penelitian Anda penggunaan media SSA maupun

larutan Hank's dapat direkomendasikan sebagai media untuk pertumbuh­

an E. Tenella dan manakah diantara media tersebut yang lebih baik

untuk pertumbuhan E. Tenella ?

SUKARDJI

Belum.

BINTORO

Mengapa Anda menggunakan elektroforesis untuk uji seksologis dalam

penelitian vaksin haemoncus, padahal elektroforesis kurang spesifik

(mengukur protein secara umum). Apakah Anda ada pemikiran untuk

mengg~nakan metoda lain yang lebih spesifik khusus untuk haemonchustersebut ?

SUKARDJI

Metode ini untuk jenis parasi t juga digunakan BERIAJAYA di Bogor

untuk nmengukur fraksi total protein pada desertasinya untuk doktor,

dan penggunaan alat ini cukup mahal juga sebab, satu sampel jatuhnya

bisa Rp 1.500,- sebab filternya Rp 1.000,- belum zat kimianya. Kalau

menggunakan metode ELISA standartnya belum ada untuk penyakit ini.

SUHARNA

1. Apa latar belakang penentuan kelompok III sebagai kontrol ?

2. Dari penelitian Anda apa yang dapat diketahui dari adanya perbe­

daan nisbah albumin globulin ?

SUKARDJI

1. Kelompok III kontrol karena hanya diinokulasi 5000 L3 injektif

(galur ganas saja).

2. Hasil kami masih akan kami bandingkan dengan hasil di Balitvet

Bogor. Ternyata pada kelompok inokulasi ganas memang bentuk fisik

cacing mengecil dan kelihatan steril.

771

Page 10: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

RUSTAM B.

S~t~lAh inokulasi 5000 L3 strain ganas, apakah bisa menurunkan ketu­runan cacing lambung ganas lagi ?

SUKARDJI

Setelah diperiksa di Bogor pada kelompok II ini, bentuk cacingnya

banyak mengecil hanya sayang kami belum sempat menginokulasi lagi

dari cacing itu, sebab yang jantan banyak yang mengecil.

TITIN MARYATI

Seperti telah disebutkan, untuk pembuatan vaksin haemonchus diguna­

kan L3 iradiasi. Apakah dalam tubuh domba yang diberi L3 (dengandosis yang Anda tentukan) terjadi siklus hidup haemonchus sehingga

dapat ditemukan telur dalam vasenya atau L3 iradiasi terhenti per­kembangannya ?

SUKARDJI

Untuk ini kami ambil contoh parameter yang diamati. Balitvet setelah

penelitian selesai diperiksa bentuk fisik cacing dalam lambung ter­

nyata pada kelompok II (inokulasi ganda) cacing itu setelah defe­

rensiasi ternyata cacing jantannya bentuknya mengecil, kelihatan

steril, artinya tidak lagi mampu melakukan siklus hidup lagi sean­

dainya diinjeksikan pada domba lagi.

KUSWANDI

1. Berapa nisbah normal albumin/globulin pada domba dan berapa batas

maksimal mulai hewan tersebut rentan (sensitif) ?

2. Dengan data nisbah albumin globulin dan data PCN mana yang lebih

relevan untuk mengevaluasi tingkat anemia domba.

3. faktor-faktor apa yang mempengaruhi nisbah tersebut dan nilai

PCN?

4. Kadar Hb kadang-kadang didapati rendah walaupun dengan jenis

pakan sama pada individu sama. Apakah handling terhadap hewan

selama melakukan penelitian mempengaruhi ?

772

Page 11: h ar t'*1 , dan - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan...Dari data yang ada menunjukkan telah terjadi ... pereobaan ini didasarkan

SUKARDJI

1. Menurut HWK dan JATKAR, bahwa untuk peneli tian ini hanya untuk

membandingkan rendah dan tingginya ratio albumin globulin, tidak

punya batas imbangan tertentu. Tetapi seandainya tingkat kekebal­

an itu kita analisis dengan fraksi total protein, dalam analisis

ini diperlukan standar, yaitu seronoum, barang kali ini batas

ambang.

2. Data elektrophoresis untuk mengetahui keadaan zat kebal. PCV

untuk mengetahui tingkat anemia

3. PVC tingkat be rat ringannya infeksi dapat diketahui nisbah albu­

min globulin hewan untuk diketahui tingkat kekebalannya dalam

tubuh.

4. Tingkat injeksi suatu parasit atau deversi makanan atau mineral.

773