de putra pemicu saraf

Post on 11-Feb-2016

246 Views

Category:

Documents

6 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

saraf jiwa

TRANSCRIPT

SISTEM SARAF TEPI

No Nama saraf Jenis saraf Menuju Fungsi

I OLFAKTORI Sensorik Pusat pembau Berkaitan dengan penciuman

II OPTIK Sensorik Retina mata Berkaitan dengan penglihatan

III OKULOMOTOR Motorik Otot bola mata dan otot kelopak mata

Menggerakan bola mata (kiri dan kanan)Untuk akomodasi dan kontraksi iris

IV TROKLEAR Motorik Oto bola mata Untuk memutar bola mata

V TRIGEMINUSa.OFTALMIKb.MAKSILARc.MANDIBULAR

Campuran Kelopak mata atsa, bola mata, kelenjar lakrimalMukosa hidung, langit-langit rongga mulut, taring, gigi atas, pipi dan kelopak mata bawah.Lidah bagian atas (bukan pengecap), gigi bawah dan rahang bawah.

Membawa impuls yang berkaitan dengan sensai rasa, nyeri, raba dan suhu.

SISTEM SARAF KRANIALIS

No Nama saraf Jenis saraf Menuju Fungsi

VI Abdusen Motorik Otot penggerak bolamata Pergerakan rektus lateral

VII Facial Campuran Lidah bagian oengecap anterior Mempengaruhi pergerakan otot-otot rahang, wajah, kepala serta ekskresi kelenjar ludah dan air mata.

VIII Vestibulo koklear Sensorik Koklea telinga, vestibula dan kanal semisirkularis

Berkaitan dengan pendengaran dan keseimbangan.

IX Glosofaring Campuran Lidah pengecap, tonsil langit-langit mulut, kulit telinga

Mempengaruhi pergerakan otot faring dan lidah.

X Vagus Campuran Faring, laring, trakea, bronkus, pulmo, lengkung aorta

Mempengaruhi pergerakan menelan, stimulasi kelenjar lambung, usus, hati dan pankreas.

XI Asesori spinal Motorik Otot sternokleidomastoid dan otot trapezius

Mengkoordinasi gerakan bahu dan leher.

XII Hipoglosus Motorik Otot lidah Berkaitan dengan kegiatan menelan dan berbicara.

• Terletak di dalam canalis vertebralis• Seperti tabung silindris dengan sedikit mendatar di

saerah dorso ventral• Panjang 40-45 cm• Diameter 1 cm• Berat sekitar 30gr

MEDULLA SPINALIS

• Ventralis (anterior)– Terbentuk dari akson

sel cornu anterior yang terletak di substantia grisea medula spinalis

• Dorsalis (posterior)– terjadi hubungan

erat dengan radix ventralis ganglion spinalis (ganglion radix dorsalis)

RADIX

Jumlah Medula spinalis daerah Menuju8 pasang Servix Kulit kepala, leher dan otot

tangan12 pasang Punggung Organ-organ dalam5 pasang Lumbal/pinggang Paha5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki1 pasang koksigeal Sekitar tulang ekor

SISTEM SARAF SPINALIS

TRAKTUS CORDA SPINALIS

1. Pleksus cervicalis → mempengaruhi leher, bahu, diafragma.

2. Pleksus brachialis → mempengaruhi bagian tangan.

3. Pleksus lumbo sakralis →mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

PLEKSUS

BRACHIALIS PLEXUS

BRACHIALIS PLEXUS

BRACHIALIS PLEXUS

BRACHIALIS PLEXUS

LUMBAR PLEXUS

LUMBAR PLEXUS

• Ganglia adalah kumpulan neuron yang letaknya diluar SSP.

• Ada 2 macam ganglia yaitu:1. Ganglia Kranio-spinal (sensorik) yang terdiri atas saraf

kranial dan saraf spinal. 2. Ganglia Autonom yang berfungsi motorik dan

berhubungan dengan sistim saraf otonom. • Ganglion ini terbagi menjadi 2 yaitu ganglion

simpatis dan parasimpatis

GANGLIA

• Suatu lapisan yang melingkari akson secara konsentris & terdiri atas lipid & neurokeratin.

• Dalam keadaan segar berwarna putih.• Dengan Mikroskop cahaya terlihat sebagai silinder

yang terputus-putus, karena pada jarak 0,1 – 1,5 mm terdapat celah pada selubung yang dikenal sebagai nodus Ranvier atau pinggetan Ranvier.

• Pada pulasan perak nodus Ranvier terisi endapan perak yang dikenal sebagai palang Ranvier.

SELUBUNG MIELIN

• Hipotesa pembentukan lamel-lamel mielin teori “Jelly Roll”.

PEMBENTUKAN SELUBUNG MIELIN

• Sama seperti pada insulator pada kawat listrik. Arus listrik meloncat dari nodus Ranvier yang satu ke nodus Ranvier berikutnya dengan sangat cepat (saltatory conduction).

• Kecepatan rambat saraf listrik pada saraf yang bermielin jauh lebih cepat dibandingkan dengan saraf tanpa mielin.

FUNGSI SELUBUNG MIELIN

Berdasarkan ada atau tidak adanya selubung mielin, serat saraf (akson) di SSP dan SST dibagi menjadi:1. Serat saraf bermielin

Pada SSP mielin dibentuk oleh sel oligodendroglia. Pada SST mielin dibentuk oleh sel schwann.

2. Serat saraf tak bermielinPada SSP serat saraf ini hanya dilingkupi oleh Jaringan ikat (prosesus sitoplasma dari oligodendroglia).Pada SST hanya diselubungi oleh selubung sel schwann.

KLASIFIKASI SELUBUNG MIELIN

Schwann cell (small arrow points to nucleus) myelinating a single axon (large arrow points to myelin sheath around axon).Smaller unmyelinated axons(small arrowhead)this image show of myelinated axons(small arrows) many probably myelinated by a single oligodendrocyte. The large arrow points to an adjucent astrcyte nucleus

Jaringan ikat yang membungkus saraf tepi adalah:1.Epineurium (jaringan ikat fibrosa)2.Perineurium (Jaringan ikat padat kolagen)3.Endoneurium (Jaringan ikat longgar)

SELUBUNG SARAF TEPI

• Bila sel saraf rusak, tidak dapat digantikan kerusakan pada SSP bersifat permanen.

• Bila serat saraf tepi rusak / terpotong regenerasi, disebut reaksi akson.

RESPON NEURON TERHADAP INJURY

UMN LMNKEKUATAN Perese - Paralisis Perese - Paralisis

TONUS Meningkat/Spastik Clonus (+)

Menurun -Flaccid

REFLEK PATOLOGI + -REFLEK FISIOLOGI Meningkat Menurun / hilangATROPI - / disuse atropi +

PERBEDAAN UMN DAN LMN

UMN : Mulai dari korteks serebri – subkorteks – mesencephalon – pons - medula oblongata – funikulus lateralis medula spinalis―→ traktus kortikospinalis

LMN : Mulai dari kornu anterior – radiks – saraf tepi – neuromuscular junction – otot

LMN DAN KELAINANNYA

NEUROPATI

• Keadaan dengan gangguan fungsi dan Struktur pada saraf tepi.• Neuropati saraf tepi adalah proses degenerasi saraf tepi

yang mempersarafi terutama otot bagian distal ekstremitas.

DEFINISI

ETIOLOGI• Kongenital• Inflamasi• Infeksi• Gangguan metabolik• Neoplasma• degenerasi

• Intoksinasi• Alergi• Trauma• Pengaruh suhu• idiopatik• Gangguan vaskuler

• Mononeuropati- Gangguan saraf perifer tunggal - Akibat trauma, khususnya akibat tekanan, atau

gangguan suplai darah (vasa nervorum).• Polineuropati

- Gangguan beberapa saraf - Akibatk proses peradangan, metabolik, atau toksik yang

menyebabkan kerusakan dengan pola difus, distal, dan simetris yang biasanya mengenai ekstremitas bawah, sebelum ekstremitas atas.

KLASIFIKASI

• Paresis simetris– Biasa dimulai dari kedua tungkai lalu menjalar progesif ke atas

• Kesemutan– Dimulai pada ujung jari kaki dan tangan

• Hiperpatia• Hipotensi• Perubahan trofi kulit• Atonia kandung kemih• Diare malam hari• Hiporefleksia atau arefleksia

GAMBARAN KLINIK

• EMG– Menentukan tempat lesi ( otot, saraf tepi, kornu

anterior )• Biopsi saraf– Secara histologis, neuropati dibagi menjadi• Gangguan primer di akson• Gangguan di sel schwann (demielinisasi segmental)• Gangguan di jaringan interstitial

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Kecepatan Hantar Saraf– Menentukan derajat gangguan dan

perkembangan penyakit• Pemeriksaan CSS– Kadar protein meningkat pada Guillain Barre

sindrom– Penentuan jumlah sel, kadar gula dan klorida

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pengobatan aktif– Pencegahan terhadap kerusakan lanjut saraf tepi

• Pengobatan selanjutnya– Rehabilitasi pada penderita

• Kortikosteroid– Periarteritis– Sindrom Guillain Barre

• Vitamin– Gangguan metabolik– Defisiensi vitamin

PENATALAKSANAAN

• Persenyawaan chelate– Keracunan logam berat

• Non farmakologi– Konseling penting pada penderita neuropati

heriditer– Fisioterapi– Rehabilitasi

PENATALAKSANAAN

• Tergantung dari tingkat kerusakan sel saraf– Tingakt neurapraksia• Hambatan dalam hantaran tanpa kehilangan

kontinuitas• Pemulihan terjadi beberapa menit sampai minggu

– Aksonotmesis• Kerusakan pada akson tanpa kerusakan pada pola

andoneurial• Prognosis baik

PROGNOSIS

– Neurotmesis• Saraf terputus sebagian atau seluruhnya• Penyambungan saraf menghasilkan perbaikan

sebanyak 50%• Regenerasi dapat dideteksi dengan perkusi

langsung pada saraf yang bersangkutan

PROGNOSIS

GUILLAIN BARRE SYNDROME

• Kelemahan motorik yang progresif dan arefleksi. Sering disertai gangguan sensorik, otonomik dan abnormalitas batang otak

DEFINISI

• 1-1,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun.• Penyakit ini menyerang semua umur, tersering dikenai

umur dewasa muda. • Perempuan > laki-laki = 2 : 1, dan lebih banyak terjadi

pada usia muda (umur 4-10 tahun). • Umur termuda yang dilaporkan adalah 3 bulan dan

tertua adalah 95 tahun, dan tidak ada hubungan antara frekuensi penyakit ini dengan suatu musim tertentu.

EPIDEMIOLOGI

Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain:

- Infeksi- Vaksinasi- Pembedahan- Penyakit sistematik: * keganasan * systemic lupus erythematosus * tiroiditis * penyakit Addison- Kehamilan atau dalam masa nifas

ETIOLOGI

ETIOLOGI

• Adanya infeksi virus ↓ kadar supresor sel-T kadar sel-T, sel-B dan limfosit ↑sel limfosit dan makrofag melakukan infiltrasi ke dalam membran basalis serabut saraf kerusakan mielin dan degenerasi Wallerian inflamasi saraf tepi terutama di daerah radiks saraf.

• Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah:1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan

seluler terhadap agen infeksious pada saraf tepi.2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi

dari peredaran pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.

PATOFISIOLOGI

1. Radang polineuropati demyelinasi akut (AIDP)2. Sindroma Miller Fisher (MFS)3. Neuropati aksonal motorik akut (AMAN)4. Neuropati aksonal sensorimotor akut (AMSAN)5. Neuropati panautonomik akut6. Ensefalitis batang otak Bickerstaff’s (BBE)

SUPTIPE SGB

• Simetris • Sebelum kelumpuhan timbul, terjadi infeksi ISPA• Diantara masa itu, mulai terjadi kelumpuhan

yang dapat terjadi antara beberapa hari sampai (3-4) minggu

• Paralisis asendens– Distal tungkai proksimal tungkai kedua lengan

leher, wajah dan otot penelan

MANIFESTASI KLINIS

• Kelumpuhan simetris tungkai menjalar ke tangan

• Nyeri otot bagian distal• Parestesia bagian distal• Berkurangnya rasa permukaan kulit bagian

distal• Sering didahului dengan demam

TANDA DAN GEJALA

Pemeriksaan elektrofisiologi:EMG dan Nerve Conduction Velocity (NCV): Minggu I: terjadi pemanjangan atau hilangnya F-

response (88%), prolong distal latencies (75%), blok pada konduksi (58%) dan penurunan kecepatan konduksi (50%).

Minggu II: terjadi penurunan potensial aksi otot (100%), prolong distal latencies (92%) dan penurunan kecepatan konduksi (84%).

Pemeriksaan radiologi: MRI: Sebaiknya MRI dilakukan pada hari ke 13 setelah timbulnya gejala SGB. Pemeriksaan MRI dengan menggunakan kontras gadolinium memberikan gambaran peningkatan penyerapan kontras di daerah lumbosakral terutama di kauda equina. Sensitivitas pemeriksaan ini pada SGB adalah 83%.

Kriteria diagnosa dari National Institute ofNeurological and Communicative Disorder and Stroke

(NINCDS)

• Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa:

– Protein CSS. Meningkat setekah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan pada LP serial

– Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3– Varian:

o Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala

o Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3

Kriteria diagnosa dari National Institute ofNeurological and Communicative Disorder and Stroke

(NINCDS)

• Medications• Plasma Exchanges• Rehabilitation• Speech Therapy• Physical Therapy• Occupational Therapy• Respiratory Therapy

TERAPI

• Dapat menjalar ke N. fasial, bilateral maupun unilateral

• Dapat mengenai otot faring, sehingga sukar menelan

• Dapat mengenai otot pernapasan

KOMPLIKASI

• Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi pada sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan keadaan antara lain:

– pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal– mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu

mulai saat onset– progresifitas penyakit lambat dan pendek– pada penderita berusia 30-60 tahun

PROGNOSIS

MIASTENIA GRAVIS

1. Suatu penyakit neuromuskuler otoimun yang ditandai kelemahan otot skeletal.

2. Suatu bentuk neuromuscular junction disorder yang paling umum, dan merupakan acquired (diperoleh), predominantly antibody-mediated autoimmune disease.

3. Kelemahan umum dan disfungsi otot-otot, yang disebabkan oleh defective conduction pada the motor end plates.

DEFINISI

• Angka kematian 90%• Prevalensi : 14/100.000 populasi dengan

36.000 kasus di AS• P:L = < 40thn : >60thn• P:L = 3:1• Kematian biasanya akibat insufisiensi

pernafasan

EPIDEMIOLOGI

• Infeksi• Operasi• Penggunaan obat-obatan tertentu (nifedipine,

verapamil, quinine, procainamide).

ETIOLOGI

• Kelemahan pada otot ekstraokular atau ptosis• Sewaktu-waktu dapat pula timbul kelemahan dari otot masseter sehingga

mulut penderita sukar untuk ditutup• Dapat pula timbul kelemahan dari otot faring, lidah, pallatum molle, dan

laring sehingga timbullah kesukaran menelan dan berbicara• Paresis dari pallatum molle akan menimbulkan suara sengau• Bila penderita minum air, mungkin air itu dapat keluar dari hidungnya

GEJALA KLINIS

• Ditegakkan dari :– Riwayat pasien dan pemeriksaan fisik– EMG : penurunan amplitudo unit motorik potensial– Test darah : ditemukan reseptor antibodi asetilkolin– CT atau MRI : untuk mengetahui tumor pada

thymus– edrophonium test edrophonium chloride atau

Tensilon

DIAGNOSIS

• Test wartenberg–Pendertia diminta melihat benda yang

letaknya lebih tinggi dari mata. Lambat laun tampak kelopak mata menutup

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Prostigmin dan tensilon– Untuk mengurangi ptosis

• Neostigmin metilsulfat• Mestinon• Sulfas atropin atau HCL papaverin– Untuk mencegah terjadinya mulas– Diberikan sebelum

TERAPI

• Bila sudah mengenai otot pernapasan dapat berarti kematian, ditandai dengan sesak napas, dinamakan krisis miastenia gravis

PROGNOSIS

RADIKULOPATI

• Adalah prolaps diskus intravertebrae.• Radikulopati servikal: prolaps diskus

intervertebralis servikal yang berdegenerasi ke arah belakang dari posisi normalnya dapat menyebabkan penjepitan saraf servikal pada foramen tempat keluarnya saraf

• Etiologi: kompresi radiks, spondilosis, tumor.

DEFINISI

RADIKULOPATI

• Pada orang muda, diskus tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lanjut usia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tidak teratur.

• Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf.

PATOFISIOLOGI

• Nyeri leher yang menjalar ke lengan• Kelemahan otot segmental• Hilangnya refleks tendonyang relevan• Gangguan sensorik sermatom

GAMBARAN KLINIS

• Obat AINS• Relaksan otot• Penggunaan collar neck• Latihan dari ahli fisioterapi• Pembedahan untuk memperlebar foramen

intervertebralis dan atau menghilangkan materi diskus. (pada sebagian kasus)

TERAPI

• Protruksi diskus servikalis atau akibat dari spondilitis, dpaat secara simultan menjepit saraf spinalis dan medula spinalis juga mieloradikulopati

• Jika hal ini terjadi pada satu tingkat refleks tendo ekstremitas bawah, tanda lokalisasi yang penting adalah refleks inversi

KOMPLIKASI

Poliomielitis

• Poliomielitis adalah penyakit infeksi akut yang menyerang SSP. Kerusakan pada motoneuron di medulla spinalis memperlihatkan paralisis. Penyakit ini disebabkan oleh poliovirus.

DEFINISI

• Penyakit terjadi pada semua usia, lebih sering pada anak-anak dibanding dewasa.

• Pada populasi yang terisolasi (mis. Eskimo), poliomielitis sama rata pada semua usia.

• Pada kondisi yang padat, higienis dan sanitasi yang buruk, poliovirus mengembangkan dirinya pada populasi tersebut.

EPIDEMIOLOGI

• Kuman masuk melalui mulut dan bermultiplikasi di orofaring dan usus• Poliovirus menyebar melalui akson-akson dari saraf

perifer menuju SSP, kemudian melanjutkan ke serat-serat LMN sehingga berkembang di medulla spinalis atau otak. • Sel-sel kornu anterius dari medulla spinalis adalah

yang paling sering terserang.• Beberapa sel yang kehilangan fungsinya mungkin bisa

pulih secara komplit. Inflamasi merupakan kejadian sekunder.

PATOGENESIS

Poliomielitis Abortif: tipe yang paling sering timbul. Pasien tampak sakit minor, dengan gejala demam, malaise, sakit kepala, nausea, muntah, konstipasi. Pasien sembuh sendiri dalam beberapa hari.

Poliomielitis Nonparalitik (meningitis aseptik): tambahan seperti gejala diatas, terdapat kaku dan nyeri pada leher serta punggung. Penyakit menetap 2-10 hari, sembuh komplit.

Poliomielitis Paralisik: komplain predominan berupa paralisis karena kerusakan LMN. Bisa juga karena invasi batang otak. Perbaikan maksimal hingga 6 bulan.

Progressive Postpoliomyelitis Muscle Atrophy: kelanjutan dari paralisis dan kerusakan otot setelah pasien mengalami poliomielitis paralitik.

MANIFESTASI KLINIS

• Tersedia vaksin hidup (Sabin) dan vaksin yang sudah dilemahkan (Salk).

• Vaksin Sabin:• Keuntungan• Efektif• Imunitas jangka panjang• Melalui oral• Booster berulang tidak dibutuhkan

TERAPI

POLIOMIOSITIS

• Penyakit otot yang meliputi peradangan dari serat-serat otot

• Dengan ruam kulit (skin rash) "dermatomyositis”

• Sering berkaitan dengan penyakit jaringan penghubung (“connective tissue disorder”) & autoimun

• ♀ > ♂• Usia 30 – 60 tahun

POLIMIOSITIS

• Subakut atau kronik• Kelemahan otot bersifat simetris• Didahului nyeri pada otot ekstremitas

proksimal terutama paha & pinggul menyebar keotot bahu dan leher

• Progresif dalam beberapa minggu sampai bulan

POLIMIOSITIS

A. Keluhan pokok- Mengenai wanita umur

pertengahan- Sulit berdiri setelah duduk

sulit bersisir- Demam- Lemah badan- Berat badan menurun

- Kelemahan otot-otot proksimal (bahu dan panggul) bilateral

- Kelemahan ekstremitas- Dapat mengenai otot faring,

laring, pernafasan sehingga mengakibatkan disfagi, disfoni, gagal nafas

- Atralgi, mialgi- Jari-jari bengkak

DIAGNOSIS

Tanda penting

• Enzim otot (CPK / kreatin fosfokinase / LDH) meningkat

• ANA +• LED meningkat• SGOT/ SGPT meningkat

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Biopsi otot• EMG• Radiologi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Hipokalemi• Kardiomiopati• Gagal nafas• Sepsis

KOMPLIKASI

• Kurang baik• Umur muda baik• Kematian komplikasi pada paru, ginjal dan

jantung

PROGNOSIS

BELL’S PALSY

• Adalah suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu sisi wajah.

DEFINISI

• Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak di bawah umur 2 tahun.

• Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin

EPIDEMIOLOGI

I) Kongenital 1. Anomali kongenital (sindroma Moebius) 2. Trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial )

II) Didapat 1. Trauma 2. Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis) 3. Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll.) 4. Proses di leher yang menekan daerah prosesus

stilomastoideus) 5. Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll.) 6. Sindroma paralisis n. fasialis familial

ETIOLOGI

• Pada BP terjadi iskemi primer n. fasialis yang disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh darah yang terletak antara n. fasialis dan dinding kanalis fasialis.

• Iskemi primer yang terjadi menyebabkan gangguan mikrosirkulasi intraneural yang menimbulkan iskemi sekunder dengan akibat gangguan fungsi n. fasialis

PATOGENESIS

• Beberapa jam sebelum terjadinya kelemahan pada otot wajah, penderita bisa merasakan nyeri di belakang telinga.

• Kelemahan otot yang terjadi bisa ringan sampai berat, tetapi selalu pada satu sisi wajah.

• Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi, tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir.

• Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan dalam menutup matanya di sisi yang terkena.

GEJALA

GEJALA

• Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)• Uji konduksi saraf (nerve conduction test) • Elektromiografi

DIAGNOSA

- Tumor otak yang menekan saraf - Kerusakan saraf wajah karena infeksi virus

(misalnya sindroma Ramsay Hunt) - Infeksi telinga tengah atau sinus mastoideus- Penyakit Lyme - Patah tulang di dasar tengkorak.

DD

• Bed rest• Medikamentosa

– Prednison, tujuannya untuke mengurangi edema dan mempercepat reinervasi

• Fisioterapi

– Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut.

– Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/massage otot wajah selama 5 menit pagi-sore atau dengan faradisasi

PENATALAKSANAAN

• Operasi

– Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak- anak karena dapat menimbulkan komplikasi lokal maupun intrakranial

– Tindakan operatif dilakukan apabila : • tidak terdapat penyembuhan spontan • tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan

prednison

PENATALAKSANAAN

CARPAL TUNNEL SYNDROME

• Sindrom ini terjadi akibat kompresi nervus medianus pada pergelangan tangan saat saraf ini melalui terowongan karpal.

• Jenis Kelamin P:L = 3:1

CARPAL TUNNEL SYNDROME

• Herediter• Trauma langsung pada pergelangan tangan• Infeksi• Metabolik• Endokrin• Neoplasma• Penyakit kolagen vaskular• Degeneratif • Iatrogenik

ETIOLOGI

– Kehamilan– Diabetes melitus– Deformitas lokal, misalnya akibat osteoartritis, fraktur– Arthritis reumatoid– Miksedema– Akromegali– Amiloidosis– Genetik

FAKTOR RISIKO

– Nyeri pada tangan atau lengan, terutama pada malam hari, atau saat bekerja

– Pengecilan dan kelemahan otot2 eminensia tenar– Hilangnya sensasi pada tangan, pada distribusi n.

medianus– Parastesia seperti kesemutan pada distribusi

nervus medianus saat dilakukan perkusi pada telapak tangan daerah terowongan (tanda Tinel)

– Kondisi ini sering bilateral.

GAMBARAN KLINIS

• Electromyogram• Wrist x-rays• Nerve Conduction Velocity

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Balut tangan terutama pada malam hari, pada posisi ekstensi parsial pergelangan tangan

• Pemberian diuretik• Injeksi lokal kortikosteroid pada terowongan karpal• Dekompresi nervus medianus pada pergelangan

tangan dengan pembedahan, pada divisi fleksor retinakulum

TERAPI

• Gejala sering membaik dengan pengobatan• 50% kasus membutuhkan pembedahan.

PROGNOSIS

TARSAL TUNNEL SYNDROME

• Neuropati kompresi multifaset dengan rasa sakit dan parestesi yang memancar dari kaki medial dan distal, kadang-kadang, proksimal.

TARSAL TUNNEL SYNDROME

• Gangguan sensoris yang bervariasi dari nyeri tajam untuk hilangnya sensasi

• Gangguan motorik dengan atrofi dari otot intrinsik, dan abnormalitas gaya berjalan (misalnya, overpronation dan lemas)

• Nyeri tajam, dekat dengan daerah dimana saraf terjepit , cenderung lebih buruk di malam hari.

• Mati rasa

GEJALA

top related