askep tetralogi of fallot (2)
Post on 22-Jul-2015
1.240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Penyakit jantung bawaan terdiri dari berbagai jenis dan salah satunya
adalah Tetralogi of Fallot.Yang mana Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan
kelainan bawaan yang merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak
dijumpai.Kelainan ini mula mula dilaporkan pada tahun 1671, tetapi baru diformulasikan
oleh Fallot pada tahun 1888.Tetralogi fallot menempati urutan keempat dari angka
kejadian penyakit jantung bawaan pada anak, setelah defek septum ventrikel, defek
septum atrium dan duktus arteriosus persisten atau lebih kurang 10-15% dari seluruh
penyakit jantung bawaan.Di antara penyakit jantung bawaan sianotik, tetralogi fallot
merupakan 2/3 nya.
Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat diatas
5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus
kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini,
maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memenuhi tugas Keperawatan Anak dari dosen mata kuliah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Konsep penyakit Tetralogi Of Pallot
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit Tetalogi Of Pallot
C. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang timbul dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Tetralogi Of Pallot tersebut ?
2. Bagaimana konsep penyakit Tetralogi Of Pallot menurut tinjauan teoritis ?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Tetralogi Of Pallot ?
2
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel,
stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya
penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal
bersifat progresif , makin lama makin berat.
B. Anatomi dan Fisiologi
Jantung merupakan organ dalam tubuh yang memiliki fungsi terbesarnya
adalah memompa darah keseluruh tubuh.Anatomi jantung secara garis besar dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu atrium kiri, serambi kiri, atrium kanan dan serambi
kanan.Dinding yang memisahkan antara jantung kiri dan kanan disebut septum.Katup
4
antara atrium kiri dan ventrikel kiri disebut katup trikuspidalis sedangkan katup yang
memisahkan antara atrium kanan dan ventrikel kanan disebut katup bikuspidalis.Dan
jantung juga dilapisi oleh pericardium.
Selain fungsional jantung menyebarkan hasil metabolism dan oksigen (O2)
keseluruh jarningan tubuh, jantung berfungsi menyebarkan atau memompa darah
keseluruh jaringan tubuh. Setiap memompa dalam 1 detik sebanyak 60 – 80 kali dengan
setiap kali memompa sebesar 70 ml dan selama 1 menit diperkirakan jantung mampu
memompa darah sebesar ±5000 ml.
Aliran darah dalam tubuh manusia dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Aliran darah kecil
Darah dari jantung tepatnya diatrium kanan akan dipompa ke ventrikel kanan melalui
katup bikuspidalis. Selanjutnya darah dipompa menuju ke paru – paru melalui atrium
pulmonalis dan kemudian dari paru – paru akan dialirkan kembali kejantung tepatnya
di atrium kiri melalui vena pulmonalis.
2. Aliran darah besar
Darah dari atrium kiri akan dipompa ke ventrikel kiri melalui katup trikuspidalis.
Kemudian darah dipompa keseluruh jaringan tubuh melalui aorta kapiler arteri
arteria arteriola jaringan tubuh. Lalu dari jaringan tubuh akan dikembalikan
ke jantung melalui vena kava. Darah dari otak atau kepala melaui vena kava superior
dan darah dari ekstremitas atas dan bawah melalui vena kava anterior.
C. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti.diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor
tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
o Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
o Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
o Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
5
o Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.
aminopterin, amethopterin, jamu)
o Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
o Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.Diperkirakan lebih dari 90%
kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
D. Manifestasi Klinis
1. Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia
merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut jantung
si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai suara
murmur jantung.
2. Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah
suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami
oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
3. Warna kulit pucat
4. Frekuensi pernafasan yang meninggi
5. Kulit terasa dingin
6. BB yang rendah
7. Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
8. Clubbing finger’s
6
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah.Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
7
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung .gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer.Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
G. Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan yang diberikan pada klien dengan Tetralogi of Fallot adalah
1. Mengurangi peradangan dan rasa tidak nyaman
2. Mencukupi kebutuhan Istiraharat
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi
4. Mencukupi kebutuhan oksigen
H. Komplikasi
1. Trombosis pulmonal
2. CVA thrombosis
3. Abses otak
4. Anemia
5. Perdarahan relative
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Biodata
Meliputi identitas klien dan penanggung jawab yang terdiri dari nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan
penderita, suku, alamat.
2. Keluhan Utama
Klien atau keluarga klien biasanya mengeluh klien mengalami serangan
sianotik mendadak ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam,
lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien tampak biru (sianosis) setelah tumbuh, sianosis ini menyeluruh
atau pada membran mukosa bibir, lidah, konjungtiva. Sianosis juga
timbul pada saat menangis, makan dan pada saat klien tegang. Dyspnea
biasanya menyertai aktifitas makan, menangis atau tegang/stress.
Klien akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali. Pertumbuhan dan perkembangan tidak
sesuai dengan usia. Digital clubbing.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita yang dapat menyebabkan
terjadinya TOF, seperti anak yang lahir sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
9
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti penyakit SLE,
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung kongenital pada
keluarga baik dengan abnormalitas kromosom misalnya sindrom down
maupun tidak, atau kelainan bawaan. Riwayat selama periode antenatal
(kehamilan) ibu, seperti sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, jamu tradisional yang
diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol selama hamil.
Adanya kemungkinan menderita penyakit infeksi seperti penyakit
rubella (campak jerman) pada ibu.
6. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Virginia Handerson)
a. Pola respirasi
Kaji adanya dyspnea, napas cepat dan dalam, klien sering
berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
b. Pola nutrisi
Kaji adanya anoreksia, gangguan pada pertambahan tinggi badan pada
anak dikarenakan keadaan gizi kurang dari kebutuhan normal, berat
badan menurun, pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan
usia klien.
c. Pola eliminasi
Kaji adanya perubahan dalam eliminasi urin dan defekasi.
d. Pola aktivitas
Kaji adanya kelelahan dan dyspnea karena hal ini sering terjadi
bila klien melakukan aktivitas fisik.
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Kaji adanya gangguan istirahat tidur seperti keluhan insomnia, hal
ini dikarenakan adanya dyspnea paroxysmal.
f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kaji adanya keluhan nyeri dada.
10
7. Kebutuhan personal hygiene
Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene
berkaitan dengan kelemahan yang dialami.
8. Mempertahankan temperatur tubuh
Kaji pengetahuan klien dan keluarga mengenai teknik mempertahankan
temperatur tubuh dan mengatasi masalah demam yang mungkin terjadi.
9. Pola komunikasi dan sosial
Kaji kemampuan klien dalam bersosialisasi dan kaji perubahan yang
terjadi akibat perasaan rendah diri akibat diasingkan oleh lingkungan
sekitar.
10. Kebutuhan bekerja
Kaji perubahan yang dialami klien dalam hal bekerja berupa
keterbatasan dalam beraktivitas akibat kelemahan dan dyspnea
11. Kebutuhan bermain/rekreasi
Kaji adanya perubahan dalam bermain/berekreasi dan bagaimana cara
klien dan keluarga memodifikasi lingkungan menjadi nyaman.
12. Kebutuhan berpakaian
Kaji adanya perubahan cara berpakaian klien dan bagaimana cara klien
berpakaian untuk mengatasi sianosis dan dyspnea yang terjadi.
13. Kebutuhan belajar
Kaji pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita
oleh klien.
14. Kebutuhan spiritual
Kaji adanya perubahan dalam beribadah dan bagaimana pandangan klien
terthadap penyakit yang dialami dan bagaimana cara klien
menyikapinya.
11
15. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi:
1) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianosis,
bayi tampak biru setelah tumbuh. Sianosis ini menyeluruh
atau pada membran mukosa bibir, lidah dan konjungtiva.
2) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
3) Serangan sianotik mendadak (blue spells/cyanotic
spells/paroxysmal hiperpnea, hypoxic spells) ditandai dengan
dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan
sampai koma dan kematian.
4) Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat
berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan
berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali
5) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih
besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
6) Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik.
7) Pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur
dan lunak.
b. Palpasi :
pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan
lunak, hypertropi otot.
c. Perkusi:
Jantung biasanya dalam ukuran normal, apeks jantung jelas
terlihat, suatu getaran sistolis dapat dirasakan di sepanjang tepi
kiri tulang dada, pada celah parasternal 3 dan 4.
d. Auskultasi:
12
1) Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di
daerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi.
2) Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan
keras.
b. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1.
Ds:
klien/keluarga
klien mengeluh
klien sesak,
lemas, kejang.
Do: klien
tampak sesak,
napas cepat
dan dalam,
lemas, kejang,
koma.
Stenosis pulmonal
↓aliran darah paru
O2 dalam
darah ↓
Aliran darah rendah, O2
aorta meningkat
hipoksemia
Asidosis metabolik
↓ O2 ke otak
Pe ↓ kesadaran/kejang
Penurunan perfusi
jaringan serebral.
2. Ds: klien
mengeluh
sesak.
Do: klien
Stenosis pulmonal
↓aliran
darah paru
Gangguan pertukaran gas.
13
tampak sesak,
sering
berjongkok
dalam beberapa
waktu sebelum
klien berjalan
kembali.
O2 dalam darah menurun
Aliran darah rendah,
O2 ke aorta
Dyspnea
3. Ds:
klien/keluarga
kien mengeluh
klien tampak
biru
(sianosis).
Do: klien
tampak biru,
sianosis ini
menyeluruh
atau pada
membran mukosa
bibir, lidah
dan
konjungtiva.
Obstruksi aliran darah
keluar ventrikel kanan
Hipertropi infundibulum
meningkat
Obstruksi meningkat
disertai pertumbuhan
yang semakin meningkat
Sianosis
Kurang pengetahuan orang
tua mengenai
diagnostik,
prognosis dan perawatan.
4. Ds:
klien/keluarga
klien mengeluh
pertumbuhan
dan
Hipoksemia
Sesak
Kelemahan tubuh
Gangguan tumbuh kembang.
14
perkembangan
klien tidak
normal.
Do: tampak
pertumbuhan
dan
perkembangan
klien tidak
sesuai dengan
usia klien.
Intake nutrisi tidak
adekuat
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
tubuh
Pertumbuhan dan
perkembangan abnormal
B. Diagnosa Keperawatan
Berikut diagnosa kepearawatan yang dapat ditemukan pada
klien dengan TOF:
1. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
oksigen ke otak, penurunan kesadaran, kejang.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia, dyspnea.
3. Kurang pengetahuan orang tua mengenai diagnostik, prognosis dan
perawatan berhubungan dengan obstruksi meningkat disertai pertumbuhan
yang semakin meningkat, sianosis.
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan kelemahan tubuh, intake
nutrisi tidak adekuat, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah yang dialami klien
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan.
15
1. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
oksigen ke otak, penurunan kesadaran, kejang.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat
mempertahankan tingkat kesadaran, kognisi, dan fungsi
motorik/sensori.
Kriteria hasil: Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK, tingkat kesadaran mambaik.
Intervensi Rasional
1. Pantau/catat status
neurologis secara
teratur dan bandingkan
dengan nilai standar
GCS.
2. Evaluasi keadaan
pupil, ukuran,
kesamaan antara kiri
dan kanan, respon
terhadap cahaya.
3. Pantau tanda-
tanda vital: TD, nadi,
frekuensi nafas, suhu.
1. Mengkaji tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan lokasi,
perluasan dan perkembangan kerusakan
SSP.
2. Reaksi pupil diatur oleh saraf
cranial okulomotor (III) berguna
untuk menentukan apakah batang otak
masih baik. Ukuran/kesamaan
ditentukan oleh keseimbangan antara
persarafan simpatis dan parasimpatis.
Respon terhadap cahaya mencerminkan
fungsi yang terkombinasi dari saraf
kranial optikus (II) dan okulomotor
(III).
3. Peningkatan TD sistemik yang
diikuti oleh penurunan TD diastolik
16
4. Pantau intake dan
output, turgor kulit
dan membran mukosa.
5. Bantu pasien
untuk
menghindari/membatasi
batuk, muntah,
mengejan.
6. Tinggikan kepala
pasien 15-45 derajat.
7. Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
(nadi yang membesar) merupakan tanda
terjadinya peningkatan TIK, jika
diikuti oleh penurunan kesadaran.
4. Bermanfaat sebagai indikator dari
cairan total tubuh yang terintegrasi
dengan perfusi jaringan.
Iskemia/trauma serebral dapat
mengakibatkan diabetes insipidus.
Gangguan ini dapat mengarahkan pada
masalah hipotermia atau pelebaran
pembuluh darah yang akhirnya akan
berpengaruh negatif terhadap tekanan
serebral.
5. Aktivitas ini akan meningkatkan
tekanan intrathorak dan intraabdomen
yang dapat meningkatkan TIK.
6. Meningkatkan aliran balik vena
dari kepala sehingga akan mengurangi
kongesti dan oedema atau resiko
terjadinya peningkatan TIK.
7. Menurunkan hipoksemia, yang mana
dapat meningkatkan vasodilatasi dan
volume darah serebral yang
meningkatkan TIK.
17
8. Kolaborasi dalam
pemberian obat.
8. Mempercepat proses penyembuhan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia, dyspnea.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
mempertahankan pola pernafasan efektif.
Kriteria hasil: Tidak terdapat dyspnea, tarikan dinding dada, tidak
terdapat nafas cuping hidung, blood gas dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Pantau frekuensi,
irama, kedalaman
pernapasan setiap 1
jam. Catat
ketidakteraturan
pernapasan.
2. Pantau/cek
pemasangan selang
oksigen.
3. Auskultasi suara
napas, perhatikan
daerah hipoventilasi
dan adanya suara
tambahan yang tidak
1. Perubahan dapat menandakan
awitan komplikasi pulmonal atau
menandakan lokasi/luasnya
keterlibatan otak.
2. Adanya obstruksi dapat
menimbulkan tidak adekuatnya
pengaliran volume dan menimbulkan
penyebaran udara yang tidak adekuat.
3. Untuk mengidentifikasi adanya
masalah paru seperti atelektasis,
kongesti, atau obstruksi jalan napas
yang membahayakan oksigenasi cerebral
dan/atau menandakan terjadinya
infeksi paru.
18
normal misal: ronkhi,
wheezing, krekel.
4. Lakukan rontgen
thoraks.
Melihat kembali keadaan ventilasi dan
tanda-tanda komplikasi yang
berkembang misal: atelektasi atau
bronkopneumoni.
3. Kurang pengetahuan orang tua mengenai diagnostik, prognosis
dan perawatan berhubungan dengan obstruksi meningkat disertai
pertumbuhan yang semakin meningkat, sianosis.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
tidak cemas lagi.
Kriteria hasil: Pasien mengerti dengan penyakit yang di alaminya,
pasien mengerti cara mencegah terjadinya sianosis, pasien tidak cemas
lagi.
Intervensi Rasional
1. Kaji pengetahuan
pasien tentang
penyakit TOF.
2. Kaji tingkat
kecemasan.
Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya.
1. Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien tentang
penyakitnya.
Untuk mengetahui berat ringannya
kecemasan klien.
3. Agar klien mempunyai semangat
dan mau empati terhadap perawatan dan
pengobatan.
19
4. Beri dorongan
spiritual.
5. Beri penjelasan
tentang penyakitnya.
Agar klien kembali menyerahkan
sepenuhnya kepada Tuhan YME.
5. Agar klien mengerti sepenuhnya
tentang penyakit yang dialaminya.
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan kelemahan tubuh, intake
nutrisi tidak adekuat, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan anak dapat
mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kurva
pertumbuhan atau perkembangan dan mampu melakukan aktivitas yang
sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil: Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia anak.
Intervensi Rasional
1. Berikan
diet/nutrisi yang
cukup.
2. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan.
3. Berikan suplemen
besi.
1. Memperbaiki status gizi.
2. Untuk mengetahui/mengontrol
tingkat pertumbuhan dan perkembangan.
3. Untuk mencegah terjadinya
anemia.
4. Untuk menghindari stress dan
membantu anak dalam perkembangannya.
20
4. Berikan kebebasan
anak mengekspresikan
aktivitasnya dan
membantu anak untuk
melakukan tugas
perkembangan sesuai
usianya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel,
stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh pembaca sesuai dengan
keperluannya dan kami selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritik dari semua
21
pihak atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini demi
perbaikan makalah kami kedepannya.
top related