4- pedoman tatalaksana klinis ispa berat suspek mers cov
Post on 02-Jun-2018
245 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 1/24
i
PEDOMAN TATALAKSANA KLINIS
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT BERATSUSPEK
MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS
(MERS-CoV)
ltnWorld Hea hOrganization
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
2013
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 2/24
ii
DAFTAR PENYUSUN DAN EDITOR
dr. Slamet, MHP, Dr. dr. Erlina Burhan Sp.P (K), dr. Pompini Agusna, Sp.P,
dr. Erlang Samoedro, Sp.P, dr. Diah Handayani, Sp.P, 5. dr. Heidi Agusn, Sp.P,
dr. Sardikin Giriputro, Sp.P(K), dr. Fauzi Mahfud, Sp.A, dr. M. Nadhirin
dr. Nani Rizkiya, MKes.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 3/24
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan petunjukNya, Pedoman Kesiapsiagaan menghadapi Middle EastRespiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) selesai disusun.
MERS-CoV adalah suatu strain baru virus Corona yang belum pernah
ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Berdasarkan laporan
WHO, sejak September 2012 sampai September 2013, ditemukan 130
kasus konrmasi MERS-CoV dengan 58 kemaan (CFR : 44,6%). MERS-
CoV mulai berjangkit di Arab Saudi dan menyebar ke Eropa serta dapat
pula menyebar ke negara lain.
Walaupun belum ditemukan kasus MERS-CoV di Indonesia, namun
ancaman MERS-CoV perlu diwaspadai. Indonesia merupakan salah satu
negara di dunia dengan jumlah populasi umat muslim yang besar. Pada
musim Haji di bulan September 2013, sekitar 200.000 orang melakukan
ibadah haji di Mekah. Pada tahun 2013, sekitar 750.000 orang melakukan
ibadah Umrah di Arab Saudi. Disamping itu lebih dari satu juta Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) berangkat ke Arab Saudi seap tahunnya. Kega
kelompok tersebut (jamaah Haji, jamaah Umrah serta TKI) dapatterinfeksi MERS-CoV dan dapat menyebarkannya di Indonesia.
Menyikapi kondisi diatas, sebagai upaya kesiapsiagaan perlu disusun
buku penanggulangan MERS-CoV yang melipu Kebijakan, Surveilans,
Tatalaksana, Pengendalian Infeksi maupun Laboratorium sebagai upaya
untuk memberikan arahan kesiapsiagaan dan respon menghadapi
MERS-CoV yang menjadi ancaman kesehatan masyarakat di dunia pada
umumnya dan di Indonesia pada khususnya.
Buku Pedoman Tatalaksana Klinis Kesiapsiagaan Menghadapi MERS-CoV
ini merupakan salah satu dari 5 (lima) buku kesiapsagaan menghadapi
MERS-CoV dan bersumber dari adaptasi referensi WHO. Buku ini
membahas tentang Tatalaksana Klinis. Selain itu tersedia 4 (empat) buku
pedoman yang lain yaitu :
1. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapi MERS-CoV
2. Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi MERS-CoV
3. Pedoman pengambilan spesimen dan diagnosk KesiapsiagaanMenghadapi MERS-CoV
4. Pedoman kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 4/24
iv
Buku pedoman ini akan terus disempurnakan seiring dengan
perkembangan situasi dan ilmu pengetahuan.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku
ini, saya sampaikan terimakasih. Semoga buku pedoman ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan sebagai acuan
kesiapsiagaan dan respon menghadapi MERS-CoV.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 5/24
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Dirjen PP dan PL .......................................................... iii
BAB I. Deteksi dan Tatalaksana Dini ..................................................... 1
BAB II. Tatalaksana Depresi Napas Berat, Hipoksemia dan ARDS ........ 9
BAB III. Tatalaksana Syok Sepsis ........................................................... 13
BAB IV. Pencegahan Komplikasi ........................................................... 15
Referensi .............................................................................................. 16
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 6/24
vi
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 7/24
1
DETEKSI DAN TATALAKSANA DINI
Virus corona diketahui dapat menimbulkan kesakitan pada manusia mulai
dari yang ringan sampai berat untuk itu kenali manifestasi Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Berat/ SARI. Sebelum menentukan pasien suspek MERS-
CoV harus dilakukan penilaian melalui :
• Anamnesis: demam suhu > 38 C, batuk dan sesak, ditanyakan pula
riwayat bepergian dari negara mur tengah 14 hari sebelum onset• Pemeriksaan sis: sesuai dengan gambaran pneumonia
• Radiologi: Foto toraks dapat ditemukan inltrat, konsolidasi sampai
gambaran ARDS
• Laboratorium: ditentukan dari pemeriksaan PCR dari swab tenggorok
dan sputum
BAB I
1.Tabel 1. Denisi kasus MERS-CoV
"Kasus dalam
penyelidikan"/Suspek
infeksi MERS-CoV
a. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
dengan tiga gejala di bawah ini:
•Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,
•Batuk,
•Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran
radiologis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan system
kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala
dan tanda tidak jelas.
DAN
salah satu dari kriteria berikut :
1) Adanya klaster penyakit yang sama dalam periode 14
hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat
bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab
penyakit lain.
2) Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala
sama setelah merawat pasien ISPA berat (SARI / Severe
Acute Respiratory Infection), terutama pasien yang
memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan
tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali
ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 8/24
2
* Kontak erat melipu:
• Seseorang yang memberikan perawatan pada pasien mencakup
petugas kesehatan atau keluarga, atau seseorang yang memiliki
kontak sik erat serupa;
• Seseorang yang nggal di tempat yang sama (mis: nggal bersama,
berkunjung) dengan kasus probabel atau terkonrmasi keka kasus
sedang sakit.
3) Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur
Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum
sakit kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
4)Adanya perburukan perjalanan klinis yang mendadak
meskipun dengan pengobatan yang tepat, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian,kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
b. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
ringan sampai berat yang memiliki riwayat kontak erat
dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi
MERS-CoV dalam waktu 14 hari sebelum sakit
Tidak perlu menunggu hasil tes untuk patogen lain
sebelum pengujian untuk MERS-CoV.
Kasus Probabel a. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti
klinis, radiologis atau histopatologis
DAN
Tidak tersedia pemeriksaan untuk MERS-CoV atau hasil
laboratoriumnya negative pada satu kali pemeriksaan
spesimen yang tidak adekuat.
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus
konfirmasi MERS Co-V.
b. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan buktiklinis, radiologis atau histopatologis
DAN
Hasil pemeriksaan laboratorium inkonklusif (pemeriksaan
skrining hasilnya positif tanpa konfirmasi biomolekular).
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus
konfirmasi MERS Co-V.
Kasus Konfirmasi Seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi
laboratorium.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 9/24
3
2. Perjalanan Penyakit MERS-CoV
Infeksi Pernapasan akut
(ISPA)
Demam > 38 C sakit tenggorokan, batuk, sesak/napas
cepat
Kriteria napas cepat pada anak :
Usia < 2 bulan : 60 x/menit atau lebih
Usia 2-<12 bulan : 50x/menit atau lebih
Usia 1 - <5 tahun : 40 x/menit atau lebih
Pneumonia berat Pasien remaja atau dewasa dengan demam, batuk,
frekuensi pernapasan > 30 kali/ menit, gangguan
pernapasan berat, saturasi oksigen (SpO2) <90%
Acute Respiratory
Distress Syndrome
(ARDS)
Onset: akut dalam waktu 1 minggu dari timbulnya gejala
klinis atau perburukan gejala respirasi, atau timbul gejala
baru
Gambaran radiologis (misalnya foto toraks atau CT scan):
opasitas bilateral, yang belum dapat dibedakan apakah
karena efusi, kolaps paru / kolaps lobar atau nodul.
Edema paru: kegagalan pernafasan yang belum
diketahui penyebabnya, apakah karena gagal jantung
atau overload cairan
Tingkat hipoksemia:
ARDS ringan yaitu 200 mm Hg <PaO2/FiO2 ≤ 300 mm Hg
dengan PEEP atau CPAP≥ 5 cm H2O;
ARDS sedang yaitu 100 mm Hg <PaO2/FiO2 ≤ 200 mm Hgdengan PEEP ≥ 5 cm H2O
ARDS berat yaitu PaO2/FiO2 ≤ 100 mm Hg dengan PEEP ≥
5 cm H2O
Ketika PaO2 tidak tersedia, rasio SpO2/FiO2 ≤ 315
menunjukkan ARDS.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 10/24
4
3. Spesimen saluran napas dan spesimen lainnya untuk pemeriksaan
laboratorium
- Spesimen klinis run (kultur mikroorganisme sputum dan darah) pada
pasien dengan pneumonia, idealnya sebelum penggunaan anbiok.
- Spesimen dari saluran napas atas (hidung, nasofaring dan/ atau swab
tenggorokan) dan saluran napas bagian bawah (sputum, aspirat
endotrakeal, bilasan bronkoalveolar) dan dilakukan pemeriksaan virus
inuenza A dan B,virus inuenza A subpe H1, H3, dan H5 di negara-
negara dengan virus H5N1 ditemukan pada unggas (peternakan); RSV,virus parainuenza, rhinoviruses, adenonviruses, metapneumoviruses
manusia, dan corona virus baru.
Sepsis Terbukti Infeksi atau diduga infeksi, dengan dua atau
lebih kondisi berikut:
suhu> 38 ° C atau <36 ° C,
HR> 90/min, RR> 20/min atau
PaCO2 <32 mm Hg,sel darah putih> 12 000 atau <4000/mm3 atau >
10% bentuk imatur
.
Sepsis berat Sepsis dengan disfungsi organ, hipoperfusi (asidosis
laktat) atau hipotensi. Disfungsi organ meliputi: oliguria,
cedera ginjal akut, hipoksemia, transaminitis,
koagulopati, trombositopenia, perubahan kesadaran,
ileus atau hiperbilirubinemia.
Syok septik Sepsis yang disertai hipotensi (Sistole <90 mm Hg)
meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan adekuat dan
terdapat tanda hipoperfusi.
SpO2 : saturasi oksigen, PaO
2: tekanan parsial oksigen, FiO
2 : fraksi oksigen
inspirasi,CPAP :connuous posive airway pressure, PEEP : tekanan akhir ekspirasi
posif,
HR : denyut jantung, RR: ngkat pernapasan, PaCO2 : tekanan parsial
karbon dioksida,
SBP : tekanan darah sistolik.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 11/24
5
Pemeriksaan spesimen coronavirus baru dilakukan dengan menggunakan
reverse transcriptase polymerase chain reacon (RT-PCR) spesimen
dikirim ke Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta.Ambil spesimen
serial dari beberapa tempat dalam waktu beberapa hari (seap 2-3 hari)
untuk melihat Viral shedding.Dilakukan juga:
- pemeriksaan darah untuk menilai viremia,- swab konjungva jika terdapat konjungvis,- urin,- nja,
- cairan serebrospinal jika dapat dikerjakan
Data selama ini menunjukkan bahwa spesimen saluran napas bawah
cenderung lebih posif daripada spesimen saluran napas atas.
4. Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI
- Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas
berat, hipoksemia (SpO2<90%) atau syok.
- Mulai terapi oksigen dengan 5 L/ menit lalu trasi sampai SpO2 ≥
90% pada orang dewasa yang dak hamil dan SpO2 ≥ 92-95% pada
pasien hamil.- Pulse oximetry , oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia
di semua tempat yang merawat pasien ISPA berat/ SARI.
JANGAN membatasi oksigen dengan alasan venlatory drive
terganggu.
5. Berikan anbiok empirik untuk mengoba Pneumonia
Pada pasien pneumonia komunitas (CAP) dan diduga terinfeksi MERS-
CoV, dapat diberikan anbiok secara empirik (berdasarkan epidemiologidan pola kuman setempat) secepat mungkin sampai tegak diagnosis.
Terapi empirik kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan.
6. Gunakan manajemen cairan konservaf pada pasien ISPA berat/ SARI
tanpa syok
Pada pasien ISPA berat/SARI harus ha-ha dalam pemberian cairan
intravena, karena resusitasi cairan secara agresif dapat memperburuk
oksigenasi, terutama dalam situasi terdapat keterbatasan venlasimekanis.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 12/24
6
7. Jangan memberikan korkosteroid sistemik dosis nggi atau terapi
tambahan lainnya untuk pneumonis virus diluar konteks uji klinis
Penggunaan jangka panjang sistemik korkosteroid dosis nggi dapat
menyebabkan efek samping yang serius pada pasien dengan ISPA berat/
SARI, termasuk infeksi oportunisk, nekrosis avascular, infeksi barubakteri dan kemungkinan terjadi replikasi virus yang berkepanjangan.
Oleh karena itu, korkosteroid harus dihindari kecuali diindikasikan
untuk alasan lain.
8. Pemantauan secara ketat pasien dengan ISPA berat/ SARI bila terdapat
tanda-tanda perburukan klinis, seper gagal nafas, hipoperfusi
jaringan, syok dan memerlukan perawatan intensif (ICU)
9. Langkah pencegahan dan pengendalian infeksi
Langkah pencegahan infeksi MERS-CoV sama dengan pencegahan
infeksi pada penyakit u burung dan Emerging Infecous Disease
lainnya yang mengenai saluran napas. Buku pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
telah disusun oleh Kementerian kesehatan RI. Pedoman ini hanya
menggaris bawahi hal yang penng pengendalian infeksi MERS-CoV.Hal yang harus dilakukan dalam pengendalian infeksi MERS-CoV :
- Tindakan pencegahan transmisi droplet.
- Tindakan pencegahan standar diterapkan pada seap pasien yang
diketahui atau dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk
pasien dengan dicurigai, probable atau terkonrmasi MERS-CoV
- Pencegahan infeksi dan ndakan pengendalian harus dimulai
keka pasien masuk triase dengan gejala infeksi pernapasan akutyang disertai demam.
- Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat dur minimal 1
meter antara seap pasien ISPA dan pasien lainnya yang dak
menggunakan APD.
- Paskan triase dan ruang tunggu bervenlasi cukup.
- Terapkan eka batuk.
- Tindakan pencegahan airborne digunakan untuk prosedur yang
menimbulkan penularan aerosol. Risiko penularan pada petugas
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 13/24
7
Tabel 2. Langkah – langkah Pengendalian Infeksi
kesehatan (berdasarkan penelian yang dilakukan selama wabah
SARS dari 2002-2003) meningkat keka dilakukan ndakan intubasi
trakea. Peningkatan risiko penularan SARS juga dilaporkan saat
melakukan venlasi non-invasif, trakeostomi dan bantuan venlasi
dengan ambu bag sebelum intubasi;
Kewaspadaan
standarTerapkan secara rutin di semua fasilitas pelayanan
kesehatan untuk semua pasien.
Tindakan pencegahan standar meliputi:
- Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung
diri (APD) untuk menghindari kontak langsung dengan
darah pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk sekretpernapasan) dan kulit lecet atau luka.
- Kontak dekat dengan pasien yang mengalami gejala
pernapasan (misalnya batuk atau bersin) pada saat
memberikan pelayanan, gunakan pelindung mata
karena semprotan sekresi dapat mengenai mata.
- pencegahan jarum suntik atau cedera benda tajam,
- pengelolaan limbah yang aman; pembersihan dan
disinfeksi peralatan serta pembersihan lingkungan.
Tindakanpencegahan
Droplet
- Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1
meter dari pasien.
- Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau
berkelompok dengan diagnosis penyebab penyakit
yang sama.
- Jika diagnosis penyebab penyakit tidak mungkin
diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis
klinis yang sama dan berbasis faktor risiko
epidemiologi yang sama dengan pemisahan minimal 1
meter.
- Batasi gerakan pasien dan pastikan bahwa pasien
memakai masker medis saat berada di luar kamar.
Tindakan
pencegahan
Airborne
- Pastikan bahwa petugas kesehatan menggunakan
APD (sarung tangan, baju lengan panjang, pelindung
mata, dan respirator partikulat (N95 atau yang
setara)) ketika melakukan prosedur tindakan yang
dapat menimbulkan aerosol.
- Bila mungkin, gunakan satu kamar berventilasi
adekuat ketika melakukan prosedur yang
menimbulkan aerosol.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 14/24
8
Dari data kasus konrmasi yang dilaporkan ke WHO terdapat penularan
pada petugas kesehatan yang merawat kasus MERS-CoV, petugas
kesehatan merupakan salah satu orang yang rentan terhadap penularan
MERS-CoV. Diperlukan pengawasan petugas kesehatan yang merawat
pasien suspek MERS-CoV apabila mengalami gejala dalam kurun waktu
14 hari setelah merawat pasien MERS-CoV agar diperlakukan seper
suspek MERS-CoV.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 15/24
9
TATALAKSANA DEPRESI NAPAS BERAT,
HIPOKSEMIA DAN ARDS
Kenali kasus yang berat, pada kasus dengan gangguan pernapasan
berat mungkin dak cukup hanya diberikan oksigen saja, walaupun
sudah diberikan oksigen nggi
Meskipun oksigen yang diberikan sudah nggi (10 sampai 15 L / menit)
dengan reservoir mask , dan konsentrasi oksigen (FiO2) yang nggi (antara
0,60 dan 0,95), pasien dapat terus mengalami work of breathing atau
hipoksemia yang disebabkan oleh ngginya fraksi shunt intrapulmonary
sehingga membutuhkan venlasi mekanis.
Apabila tersedia alat dan petugas medis yang terlah, venlasi mekanis
harus diberikan secara dini pada pasien dengan work of breathing atau
hipoksemia yang berkelanjutan meskipun telah diberikan oksigen
aliran nggi
Pada kondisi sumber daya yang terbatas, jenis venlasi mekanis yang
diberikan akan ditentukan oleh ketersediaan alat dan pengalaman klinisi.
Pemberian venlasi mekanik dapat berupa venlasi non-invasif (NIV)
yaitu pemberian venlasi melalui masker dengan suport atau venlasi
mekanik invasif melalui endotracheal tube atau trakeostomi.
Permbangkan NIV jika terdapat petugas medis yang terlah pada
pasien imunosupresi, dan kasus ARDS ringan tanpa gangguan kesadaranatau gagal jantung
NIV adalah venlasi bi-level posive airway pressure melalui masker
ketat. Hal ini mengurangi kebutuhan untuk intubasi endotrakeal pada
pasien dengan eksaserbasi penyakit paru obstrukf kronik yang berat dan
edema paru kardiogenik. Terdapat buk yang cukup untuk penggunaan
NIV pada pasien pneumonia berat atau ARDS, kecuali imunosupresi.
Pasien dengan ARDS ringan dapat dipermbangkan untuk diberikan NIV.
Jika diberikan NIV, pantau pasien secara ketat di ICU, jika NIV dak
berhasil, jangan menunda intubasi endotrakeal.
BAB II
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 16/24
10
Jika tersedia peralatan dan petugas medis terlah, lanjutkan dengan
intubasi endotrakeal untuk memberikan venlasi mekanik invasif.
Pasien dengan ARDS, terutama pada pasien obesitas atau hamil, dapat
terjadi desaturasi cepat selama intubasi. Pasien dilakukan oksigenasi pra
intubasi dengan 100% FiO2 selama 5 menit, melalui bag-valve masker/ambu bag atau NIV dan kemudian dilanjutkan dengan intubasi.
Gunakan lung protecve strategy venlaon (LPV) untuk pasien
dengan ARDS
Menerapkan strategi venlasi menggunakan volume rendah dan tekanan
rendah, target volume dal 6 ml / kgbb, tekanan plateau (Pplat) dari ≤
30 cm H2O dan SpO
2 88-93 % atau PaO
2 55-80 mmHg (7,3-10,6 kPa) telah
terbuk mengurangi angka kemaan pada populasi pasien ARDS.Untuk mencapai target LPV, dimungkinkan permissive hypercapnia.
Untuk mencapai target SpO2, gunakan PEEP adekuat untuk mengatasi
hipoksemia.
- Double triggering, bentuk umum dari asynchrony , dapat diatasi
dengan meningkatkan aliran inspirasi, memperpanjang waktu
inspirasi, sucon trachea, membuang air dari tabung venlator, dan
mengatasi kebocoran sirkuit.- Tingkat kedalaman sedasi harus dipermbangkan jika dak dapat
mengendalikan volume dal.
- Pasien dak boleh terlepas dari venlator. Bila terjadi terlepasnya
venlator dapat mengakibatkan hilangnya PEEP dan kolaps paru.
- Gunakan kateter in-line untuk sucon
- Minimalkan transportasi.
Pada pasien dengan ARDS berat, permbangkan terapi ajuvan awal,terutama jika gagal mencapai target LPV
- Pemberian blokade neuromuskular 48 jam pertama berhubungan
dengan peningkatan kelangsungan hidup dan peningkatan waktu
bebas venlator tanpa menyebabkan kelemahan otot yang signikan.
- Posisi prone pada pasien dapat meningkatkan oksigenasi dan
kelangsungan hidup tetapi perlu perawatan khusus saat mengubah
posisi pasien dengan aman
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 17/24
11
- Lung Recruitment Manuver dan PEEP yang nggi dapat meningkatkan
oksigenasi dan mengurangi kebutuhan terapi lainnya
- Gunakan strategi tatalaksana cairan konservaf untuk pasien ARDS
yang dak shock untuk mempersingkat durasi venlasi mekanik
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 18/24
12
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 19/24
13
Kenali syok sepsis yaitu keka pasien mengalami hipotensi (SBP <90 mm
Hg) yang menetap setelah challenge pemberian cairan atau tanda-tanda
hipoperfusi jaringan (konsentrasi laktat darah> 4 mmol / L) dan mulai
resusitasi
Prosedur resusitasi tersedia di situs Surviving Sepsis Campaign. Dalam
kondisi terbatasnya sumber daya, ndakan intervensi dapat dimodikasiberdasarkan ketersediaan dan pengalaman dengan alat pemantauan
hemodinamik invasif (yaitu kateter vena sentral, kateter arteri) dan obat-
obatan.
Berikan cairan infus kristaloid secara dini dan cepat untuk syok sepsis
- Berikan cairan kristaloid, yaitu normal saline atau larutan RL untuk
loading cairan / bolus (yaitu 1 L lebih dalam 30 menit atau lebih cepat)
dan
- Tentukan butuh atau daknya bolus cairan selanjutnya berdasarkan
respon (misalnya apakah target perfusi membaik atau dak).
- Resusitasi cairan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
pernapasan.
- Jika dak ada respon terhadap beban cairan dan ditemukan tanda-
tanda volume overload (yaitu crackles pada auskultasi, edema parupada foto toraks), pemberian cairan harus dikurangi atau dihenkan.
Hal ini sangat penng khususnya pada sumber daya yang terbatas di
mana venlasi mekanik dak tersedia.
- Jangan memberikan cairan hipotonik atau solusi berbasis starch untuk
resusitasi. Starch berhubungan dengan peningkatan insiden disfungsi
dan gagal ginjal
- Jangan gunakan balans cairan sebagai panduan untuk mengelola atau
mengurangi volume pemberian loading cairan.
TATALAKSANA SYOK SEPSIS
BAB III
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 20/24
14
Gunakan vasopresor keka syok tetap berlanjut meskipun resusitasi
cairan telah diberikan secara adekuat
- Vasopresor (norepinefrin, epinefrin dan dopamin) paling aman
diberikan melalui kateter vena sentral, dengan pengawasan ketat.
Pemantauan tekanan darah dilakukan lebih sering. Pemberian
vasopresor diberikan pada dosis minimum yang diperlukan untuk
mempertahankan perfusi (SBP> 90 mm Hg) guna mencegah efek
samping.
- Dalam kondisi keterbatasan sumber daya, jika kateter vena sentral
dak tersedia, vasopressor dapat diberikan dengan ha-ha melalui
IV perifer dan dipantau dengan seksama tanda-tanda ekstravasasi
dan nekrosis. Jika hal ini terjadi, henkan infus.
- Permbangkan pemberian hidrokorson intravena (sampai 200 mg /
hari) atau prednisolon (sampai 75 mg / hari) pada pasien dengan syok
persisten yang membutuhkan peningkatan dosis vasopresor
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 21/24
15
Laksanakan ndakan berikut untuk mencegah komplikasi pada pasien
kris/berat
PENCEGAHAN KOMPLIKASI
BAB IV
Antisipasi Dampak Tindakan
Mengurangi hari
penggunaan ventilasimekanis invasif (IMV)
- Protokol penyapihan meliputi penilaian harian kesiapan
bernapas spontan - Protokol Sedasi untuk titrasi pemberian obat penenang
pada target tertentu, dengan atau tanpa interupsi harian
infus obat penenang
Mengurangi kejadian
ventilator-associated
pneumonia
- Intubasi oral adalah lebih baik daripada intubasi nasal
- Lakukan perawatan antiseptik oral secara teratur
- Jaga pasien dalam posisi semi-telentang
- Gunakan sistem penyedotan tertutup, kuras dan buang
kondensat dalam pipa secara periodik
- Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap pasien, ganti
sirkuit jika kotor atau rusak
- Ganti alat heat moisture exchanger jika tidak berfungsi,
ketika kotor atau setiap 5-7 hari
- kurangi hari IMV
Mengurangi kejadian
tromboemboli vena
- Gunakan obat profilaksis (heparin 5000 unit subkutan dua
kali sehari) pada pasien tanpa kontraindikasi.
- Pasien dengan kontraindikasi, gunakan perangkat
profilaksis mekanik seperti intermiten pneumatic
compression device.
Mengurangi kejadianinfeksi terkait kateter
aliran darah
Gunakan checklist sederhana selama pemasangan kateter IVsebagai pengingat dari setiap langkah yang diperlukan untuk
pemasangan yang steril dan pengingat harian untuk melepas
kateter jika tidak diperlukan
Mengurangi kejadian
ulkus karena tekanan
Rubah posisi pasien setiap dua jam
Mengurangi kejadian
stres ulcer dan
pendarahan lambung
Berikan nutrisi enteral dini (dalam waktu 24-48 jam pertama),
berikan histamin-2 receptor blocker atau proton-pump
inhibitors
Mengurangi kejadian
kelemahan terkait ICU
Mobilisasi dini
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 22/24
16
REFERENSI
Surviving Sepsis Campaign. Internaonal Guidelines for Management
of Severe Sepsis and Sepc Shock: 2012. 2013. Available online: hp://www.sccm.org/Documents/SSC-Guidelines.pdf
WHO. Clinical management of severe acute respiratory infecons
when novel coronavirus is suspected: What to do and what not to
do. 2013. Available online: hp://www.who.int/enty/csr/disease/
coronavirus_infecons/InterimGuidance_ClinicalManagement_
NovelCoronavirus_11Feb13u.pdf.
WHO. Interim surveillance recommendaons for human infecon with
Middle East respiratory syndrome coronavirus. 2013. Available online:
hp://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infecons/InterimRevised
SurveillanceRecommendaons_nCoVinfecon_27Jun13.pdf
WHO. Revised interim case denion for reporng to WHO - Middle
East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). 2013. Available
online: hp://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infecons/case_
denion/en/index.html.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 23/24
17
4 Oktober 2013
Nomor : IR.02.02/D/III.6/1981/2013
Lampiran : -
Perihal : Peningkatan Kewaspadaan dan Penanganan
Jamaah Haji Indonesia denganSuspek MERS-CoV saat kepulangan ke tanah air.
Yang terhormat,
1. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji Seluruh
Indonesia
2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh Indonesia.
Sehubungan dengan rencana kepulangan para Jamaah Haji Indonesia ke tanah
air mulai tanggal 20 Oktober 2013, maka diharapkan untuk meningkatkankewaspadaan dan penanganan Jamaah Haji terhadap kemungkinan suspek
MERS-CoV dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan TKHI (Kloter) melalui komunikasi cepat untuk
mengidenkasi dan menginformasikan bagi Jamaah Haji dari kloter yang
akan masuk ke Indonesia dengan gejala Pneumonia yang memerlukan
perawatan di RS antara lain :
• Demam (≥ 38oC),
• Batuk,• Sesak napas.
2. Pemasangan Thermal Scanner pada saat pemulangan Jamaah Haji di semua
Debarkasi Haji
3. Bagi Jamaah Haji yang sehat dipersilahkan untuk melanjutkan perjalanannya.
4. Bagi Jamaah Haji yang menderita demam dan batuk tetapi dak ada gejala
pneumonia, maka diberikan masker dan brosur, dicatat datanya untuk
diinformasikan ke Dinkes setempat dan dipersilakan melanjutkan perjalanannya.
5. Bagi Jamaah Haji yang menderita pneumonia dan atau ARDS (AcuteRespiratory Distress Syndrome) yang membutuhkan perawatan RS, maka
segera dirujuk ke RS.
6. Penatalaksanaan kasus MERS-CoV mengacu pada 5 (lima) dokumen
“Pedoman Penanganan MERS-CoV” yang terdiri dari : 1).Pedoman Umum,
2) Surveilans, 3) Tatalaksana klinis, 4) Pengendalian infeksi, 5) Pengambilan
spesimen dan diagnosk kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV.
7. Meningkatkan koordinasi Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
terhadap pelaksanaan K3JH dalam memberikan pelayanan kesehatan hajidebarkasi; dan dalam pelaksanaan kegiatan surveilans baik menggunakan
“Health Alert Card” maupun K3JH.
8/11/2019 4- Pedoman Tatalaksana Klinis ISPA Berat Suspek MERS CoV
http://slidepdf.com/reader/full/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov 24/24
8. Koordinasi kembali dengan Lintas Sektor terkait melalui surat yang berisi
himbauan atau anjuran agar petugas di Lapangan (Imigrasi, Bea Cukai, Cargo,
Gapura Angkasa, dll) untuk :
- Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
- Selalu mencuci tangan setelah kontak dengan Jamaah/barang bawaan
Jamaah- Tidak menyentuh hidung dan mulut setelah kontak dengan Jamaah/
barang bawaan Jamaah
- Menghindari kontak dengan penumpang yang diduga sakit (menutuphidung & mulut bila perlu)
- Segera berobat apabila sakit
9. Melaporkan secara berkala kepada Posko KLB Ditjen PP dan PL jika ditemukan
kasus dengan gejala batuk, demam serta gejala sesak napas.
Demikian, untuk dapat menjadi acuan. Atas perhaan dan kerjasama Saudaradisampaikan banyak terima kasih.
Tembusan :
1. Menteri Kesehatan
2. Sekretaris Jenderal Kemenkes
3. Dirjen BUK Kemenkes
4. Kepala Badan Litbangkes
top related