akhlak kepada orang tua

25
Salah satu ajaran paling penting setelah ajaran Tauhid adalah berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan, menurut pendapat banyak ulama, ajaran berbakti kepada kedua orang tua ini menempati urutan kedua setelah ajaran menyembah kepada Allah S.w.t. Dalam Al-Qur’an disebutkan: آ َ مُ هَ ل ل ُ قَ تَ لاَ ف آ َ مُ هَ لاِ كْ وَ آَ مُ هُ د َ حَ َ ر َ بِ كْ ل َ " كَ د نِ عَ نَ غُ لْ نَ + ي اَ مِ / ً ا آنَ سْ حِ / ِ نْ 4 يَ د ِ ل َ وْ ل اِ نَ وُ اهَ 4 نِ / َ لاِ / ْ وُ د ُ نْ غَ تَ لاَ َ " كُ بَ ى رَ ضَ قَ وً مآ4 يِ رَ كً لاْ وَ ق آَ مُ هَ ل لُ فَ آ وَ مُ هْ رَ هْ نَ N يَ لاَ وO فُ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (Q, s. al-Isra’ / 17:23) Ada tiga kelompok yang disebut orang tua dalam ajaran Islam. Pertama, " دك ول4 ي د ل ب لا: bapak-ibu yang melahirkan, yaitu bapak- ibu kandung. Kedua, " ك وح ر4 ي د ل ب لا: bapak-ibu yang mengawinkan, yaitu bapak-ibu mertua. Ketiga, “" ك م ل ع4 ي د ل ب لا: bapak-ibu yang mengajarkan, yaitu bapak-ibu guru. Ketiga kelompok inilah yang diwajibkan atas kita untuk menghormati dan berbuat baik kepadanya. Menghormati mertua dan guru harus sama seperti menghormati kedua orang tua sendiri. Sebab mertua adalah bapak-ibu kandung dari istri atau suami kita. Ketika seseorang menikah, maka ia telah menikah dengan anak dari seorang ayah dan ibu, dan bukan –maaf-- anak hewan. Bagi seorang suami, misalnya, keduanya bersifat mertua, tetapi bagi istrinya keduanya adalah orang tua kandung. Demikian pula sebaliknya. Ketika seseorang menginjak dewasa, bapak-ibu gurulah yang mengajarkannya tentang banyak hal hingga ia menjadi mengerti tentang banyak hal dalam kehidupan ini.

Upload: derryaryapratama

Post on 14-Jul-2016

31 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Akhlak kepada orang tua kita

TRANSCRIPT

Page 1: Akhlak Kepada Orang Tua

Salah satu ajaran paling penting setelah ajaran Tauhid adalah berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan, menurut pendapat banyak ulama, ajaran berbakti kepada kedua orang tua ini menempati urutan kedua setelah ajaran menyembah kepada Allah S.w.t. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

#و أ #ح#دهم#ا أ #ر# الكب عند#ك# #بلغ#ن ي إما انا إحس# و#بالو#الد#ين اه إي إال #عبدوا ت #ال أ ك# ب ر# و#ق#ض#ى #ريما ك ق#وال هم#ا ل و#قل #نه#رهم#ا ت # و#ال أف هم#آ ل #قل ت # ف#ال #هم#ا كال

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (Q, s. al-Isra’ / 17:23)

Ada tiga kelompok yang disebut orang tua dalam ajaran Islam. Pertama, “ ولدك الذي bapak-ibu : “األب yang melahirkan, yaitu bapak-ibu kandung. Kedua, “ زوجك الذي : “األب bapak-ibu yang mengawinkan, yaitu bapak-ibu mertua. Ketiga, “ علمك الذي ,bapak-ibu yang mengajarkan : “األبyaitu bapak-ibu guru. Ketiga kelompok inilah yang diwajibkan atas kita untuk menghormati dan berbuat baik kepadanya.

Menghormati mertua dan guru harus sama seperti menghormati kedua orang tua sendiri. Sebab mertua adalah bapak-ibu kandung dari istri atau suami kita. Ketika seseorang menikah, maka ia telah menikah dengan anak dari seorang ayah dan ibu, dan bukan –maaf-- anak hewan. Bagi seorang suami, misalnya, keduanya bersifat mertua, tetapi bagi istrinya keduanya adalah orang tua kandung. Demikian pula sebaliknya. Ketika seseorang menginjak dewasa, bapak-ibu gurulah yang mengajarkannya tentang banyak hal hingga ia menjadi mengerti tentang banyak hal dalam kehidupan ini.

Maka, kewajiban menghormati orang tua dalam Islam merupakan salah satu ajaran yang sangat penting dan prinsip. Ketika Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua, maka perintah ini sebetulnya sangat bisa dipahami. Cobalah bayangkan, bagaimana repotnya ibu ketika mengandung selama kurang lebih 9 bulan. Kerepotan ibu, juga bapak, semakin bertambah ketika kita terlahir ke dunia, mulai dari merawat, memelihara, dan memberinya makan dan minum dengan penuh kasih sayang. Bagi orang tua tidak ada yang lebih berarti daripada sang jabang bayi yang baru saja dilahirkannya. Mereka sangat bahagia dengan tangisan dan kotorannya, akan tetapi mereka akan sedih ketika harus melihatnya sakit.

Dalam konteks berbuat baik kepada kedua orang tua, Al-Qur’an menganjurkan agar kita melakukannya dengan cara “ihsān”. Ihsan artinya kita melakukan sesuatu lebih dari sekedar kewajiban. Shalat lima waktu

Page 2: Akhlak Kepada Orang Tua

merupakan kewajiban, tetapi jika kita menambahnya dengan shalat-shalat sunnah lainnya, maka itulah ihsan. Puasa Ramadhan adalah kewajiban, dan jika kita mampu menambahnya dengan puasa-puasa sunnah, puasa Senin-Kamis misalnya, maka itulah ihsan.

Berbuat baik kepada kedua orang tua harus diupayakan secara maksimal, secara ihsan, lebih dari sekedar kewajiban kita terhadapnya. Jika sang anak ingin memberikan sesuatu kepada orang tua, berikanlah yang maksimal. Karena yang maksimal saja belum tentu dapat sebanding dengan jerih payah dan pengorbanan keduanya selama ini dalam mengasuh dan membesarkannya. Seseorang bisa menjadi dokter, tentu berkat orang tua. Menjadi insinyur, juga berkat orang tua. Menjadi ulama juga berkat orang tua. Bahkan menjadi presiden juga berkat orang tua. Setidaknya, karena do’a orang tua itulah seseorang berhasil menggapai apa yang diusahakannya. 

Itulah pengorbanan orang tua dalam memelihara, mengasuh dan membesarkan kita hingga seperti ini. Oleh karenanya, Al-Qur’an lagi-lagi menegaskan:

#يك# و#لو#الد لي اشكر #ن أ ع#ام#ين في و#فص#اله و#هن ع#ل#ى و#هنا أمه #ته ح#م#ل بو#الد#يه ان# اإلنس# #ا و#و#صينالم#صير #ي إل

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (Q, s. Luqman / 31:14)

Jadi menurut Al-Qur’an ibu mengandung, melahirkan dan menyusui adalah suatu pengorbanan yang luhur, yang menuntut adanya balasan terimakasih dari anaknya. Ini berbeda dengan Genesis dalam Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa wanita mengandung, melahirkan dan menyusui adalah akibat dosanya (melalui Hawa, istri Adam) yang telah melanggar larangan Tuhan di Surga.

Berbuat baik kepada orang tua dalam Islam bersifat mutlak. Artinya andaikata ada diantara kita yang kedua orang tuanya kebetulan berbeda agama, Al-Qur’an tetap mengajarkan untuk berbuat baik kepada keduanya. Artinya, berbuat baik kepada kedua orang tua itu tidak didasarkan atas kesamaan agama, tetapi lebih karena jasa-jasa baik keduanya terhadap perkembangan dan jati diri kita.

في و#ص#احبهم#ا تطعهم#ا # ف#ال علم به #ك# ل #يس# ل م#ا بي تشرك# #ن أ ع#ل#ى ج#اه#د#اك# و#إن#عم#لون# ت كنتم بم#ا ئكم #ب ف#أن م#رجعكم #ي إل ثم #ي إل #اب# #ن أ م#ن بيل# س# بع و#ات م#عروفا #ا الدني

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah

Page 3: Akhlak Kepada Orang Tua

kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q, s. Luqman / 31:15)

Dalam rangka berbuat baik kepada kedua orang tua tersebut, Al-Qur’an mengajarkan agar kita berdo’a:

ص#غيرا #اني ي ب ر# #م#ا ك ارح#مهم#ا ب ر و#قل حم#ة الر من# الذل #اح# ن ج# #هم#ا ل و#اخفض

Ya Tuhanku, berilah rahmat kepada kedua orang tuaku, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku di waktu kecil. (Q, s. al-Isra’/17:24)

Maka, barangsiapa yang durhaka kepada kedua orang tua, Allah akan melaknatnya, dan mengharamkan surga baginya.

ر #ىضر في (ني#دال#الو طخس في الله طخس#و ني#دال#الو #ىضالله عليه ) متفق

Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pula pada kemurkaan kedua orang tua (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Sumber : http://www.tongkronganislami.net/2012/07/akhlak-terhadap-orang-tua.html#ixzz3sk4UZNLM

KEWAJIBAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

OlehSyaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn

Marilah kita bertakwa kepada Allah. Kita laksanakan kewajiban yang telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala, yaitu berupa hak-hak-Nya dan hak para hamba-Nya. Dan ketahuilah, hak manusia yang paling besar atas diri kalian ialah hak kedua orang tua dan karib kerabat. Allah menyebutkan hak tersebut berada pada tingkatan setelah hak-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ه# و#اعبدوا يئا به تشركوا و#ال# الل انا و#بالو#الد#ين ش# إحس#

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa ... " [an-Nisâ`/4:36].

Begitu pula Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam surat Luqmân/31 ayat 14:

#ا ان# و#و#صين بو#الد#يه اإلنس#

"(Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya, ...)"

Selanjutnya Allah menyebutkan alasan perintah ini, yaitu:

Page 4: Akhlak Kepada Orang Tua

#ته #ى و#هنا أمه ح#م#ل و#هن ع#ل

"(ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah)".

Yakni keadaan lemah dan berat ketika mengandung, melahirkan, mengasuh dan menyusuinya sebelum kemudian menyapihnya.

Kemudian Allah berfirman:

#ن ع#ام#ين في و#فص#اله #ي و#لو#الد#يك# لي اشكر أ الم#صير إل

"(dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu)".

Nabi telah menjadikan bakti kepada orang tua lebih diutamakan daripada berjihad di jalan Allah. Disebutkan dalam shahîhaian dari 'Abdullâh bin Mas'ûd, ia berkata:

#لت أ بي س# ه ص#لى الن #يه الل م# ع#ل ل #ي و#س# #ح#ب الع#م#ل أ #ى أ ه إل ة ق#ال# الل #ي ثم ق#ال# و#قته#ا ع#ل#ى الصال# بر ق#ال# أ#ي ثم ق#ال# الو#الد#ين بيل في الجه#اد ق#ال# أ ه س# الل

"Aku bertanya kepada Nabi; "Amalan apakah yang paling utama?" Beliau menjawab,"Shalat pada waktunya." Aku bertanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab,”Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi: ”Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab,”Berjihad di jalan Allah.”

Dikisahkan dalam kitab Shahîh Muslim, bahwa ada seseorang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Aku berbaiat kepadamu untuk berhijrah dan berjihad di jalan Allah. Aku mengharap pahala dari Allah.” Beliau bertanya,”Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab,"Ya, bahkan keduanya masih hidup,” beliau bersabda,”Engkau mencari pahala dari Allah?” Ia menjawab,”Ya." beliau bersabda,"Pulanglah kepada kedua orang tuamu, kemudian perbaikilah pergaulanmu dengan mereka."

Disebutkan dalam sebuah hadits dengan sanad jayyid (bagus), ada seseorang berkata kepada Nabi : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ingin berjihad namun aku tidak mampu melakukannya". Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih ada?" Ia menjawab,"Ya, ibuku," beliau bersabda: "Temuilah Allah dalam keadaan berbakti kepada kedua orang tuamu. Apabila engkau melakukannya, maka berarti engkau telah berhaji, berumrah dan berjihad".

Allah Subhanhu wa Ta'ala juga telah berwasiat supaya berbuat baik kepada kedua orang tua di dunia walaupun keduanya kafir. Akan tetapi, apabila keduanya menyuruh untuk berbuat kufur maka sang anak tidak boleh menaati perintah kufur ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اه#د#اك# و#إن #ى ج# #ن ع#ل #يس# م#ا بي تشرك# أ #ا في و#ص#احبهم#ا تطعهم#ا ف#ال# علم به ل#ك# ل بع م#عروفا الدني و#اتبيل# #اب# م#ن س# #ن #ي أ #ي ثم إل ئكم م#رجعكم إل #ب #عم#لون# كنتم بم#ا ف#أن ت

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".[Luqmân/31:15].

Disebutkan dalam kitab shahîhain, dari Asmâ' binti Abu Bakar Radhiyallahu 'anha, ia menceritakan ketika ibunya datang menyambung silaturrahmi dengannya padahal si ibu masih dalam keadaan

Page 5: Akhlak Kepada Orang Tua

musyrik.

Asmâ' Radhiyallahu 'anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

#ا سول# ي ه ر# #ي ق#دم#ت الل #ة و#هي# أمي ع#ل اغب #صل ر# #ف#أ #ع#م ق#ال# أمي أ أمك صلي ن

"Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku ingin (menyambung hubungan dengan putrinya, Asmâ'), apakah aku boleh menyambung hubungan kembali dengan ibuku". Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Ya, sambunglah."

Cara berbakti kepada kedua orang tua, ialah dengan mencurahkan kebaikan, baik dengan perkataan, perbuatan, ataupun harta.

Berbuat baik dengan perkataan, yaitu kita bertutur kata kepada keduanya dengan lemah lembut, menggunakan kata-kata yang baik dan menunjukan kelembutan serta penghormatan.

Berbuat baik dengan perbuatan, yaitu melayani keduanya dengan tenaga yang mampu kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, membantu dan mempermudah urusan-urusan keduanya. Tentu, tanpa membahayakan agama ataupun dunia kita. Allah Mahamengetahui segala hal yang sekiranya membahayakan. Sehingga kita jangan berpura-pura mengatakan sesuatu itu berbahaya bagi diri kita padahal tidak, sehingga kitapun berbuat durhaka kepada keduanya dalam hal itu.

Berbuat baik dengan harta, yaitu dengan memberikan setiap yang kita miliki untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh keduanya, berbuat baik, berlapang dada dan tidak mengungkit-ungkit pemberian sehingga menyakiti perasaan ibu bapak.

Berbakti kepada kedua orang tua tidak hanya dilakukan tatkala keduanya masih hidup. Namun tetap dilakukan manakala keduanya telah meninggal dunia. Ada sebuah kisah, yaitu seseorang dari Bani Salamah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia bertanya:

#ا سول# ي ه ر# #قي# ه#ل الل #و#ي بر من ب #ب يء أ هم#ا ش# #ر #ب #عد# به أ #ع#م ق#ال# م#وتهم#ا ب ة ن #يهم#ا الصال# #هم#ا و#االستغف#ار ع#ل ل#عدهم#ا من ع#هدهم#ا و#إنف#اذ #ة ب و#صل حم تي الر ام بهم#ا إال توص#ل ال# ال ص#ديقهم#ا و#إكر#

"Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal?" Beliau menjawab,"Ya, dengan mendoakannya, memintakan ampun untuknya, melaksanakan janjinya (wasiat), menyambung silaturahmi yang tidak bisa disambung kecuali melalui jalan mereka berdua, dan memuliakan teman-temannya". [HR Abu Dawud].

Allâhu Akbar! betapa luas cakupan berbakti kepada kedua orang tua, bahkan termasuk di dalamnya keharusan memuliakan dan menyambung silaturahmi kepada teman kerabat.

Disebutkan dalam kitab Shahîh Muslim, dari 'Abdullâh bin 'Umar bin Khatthâb Radhiyallahu 'anhu : "Suatu hari beliau Radhiyallahu 'anhu berjalan di kota Makkah dengan mengendarai keledai yang biasa beliau Radhiyallahu 'anhu gunakan bersantai jika bosan mengendarai unta. Lalu di dekat beliau lewatlah seorang Arab Badui. Lantas 'Abdullah bin 'Umar pun bertanya kepadanya:”Benarkah engkau Fulan bin Fulan?” Ia menjawab,”Ya,” kemudian 'Abdullah bin 'Umar memberikan keledainya kepada orang itu sambil berkata,”Naikilah keledai ini.” Beliau juga memberikan sorban yang mengikat di kepalanya seraya berkata,”Ikatlah kepalamu dengan sorban ini,” maka sebagian sahabatnya berkata,”Semoga Allah mengampunimu. Mengapa engkau memberikan keledai kendaraan santaimu dan sorban ikat kepalamu kepada orang itu?” Maka 'Ibnu 'Umar menjawab: ”Orang ini, dahulu adalah teman 'Umar (bapakku), dan aku pernah mendengar Rasulullah

Page 6: Akhlak Kepada Orang Tua

berkata,'Sesungguhnya bakti yang terbaik, ialah tetap menyambung hubungan keluarga ayahnya".

Adapun balasan berbakti ini ialah pahala yang besar saat di dunia maupun akhirat. Barang siapa yang berbakti kepada orangtuanya, maka kelak anak-anaknya juga akan berbakti kepadanya, serta memberikan jalan keluar dari kesusahannya.

Dalam kitab Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari hadits Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'anhu disebutkan tentang kisah tiga orang yang ingin bermalam di gua, lalu merekapun masuk ke dalamnya. Begitu sampai di dalam gua, tiba-tiba sebongkah batu besar jatuh dan menutup mulut gua tersebut.

Merekapun kemudian bertawasul kepada Allah dengan amal-amal shalih yang pernah dikerjakan supaya mereka bisa keluar. Salah seorang dari mereka berkata:

Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai bapak dan ibu yang sudah sangat tua. Aku tidak pernah memberikan susu kepada keluarga maupun budakku sebelum mereka berdua.

Suatu hari, aku pergi jauh untuk mencari pohon dan belum kembali kepada mereka hingga mereka pun tertidur. Akupun memerah susu untuk mereka. Setelah selesai, ternyata aku mendapatkan mereka berdua telah tertidur. Aku tidak ingin membangunkannya dan tidak memberikan susu kepada keluarga maupun untukku sendiri. Aku terus menunggu mereka sambil membawa mangkuk susu di tanganku hingga terbit fajar. Mereka pun bangun dan meminum susu perahanku.

Ya Allah, sekiranya aku melakukan itu semua karena-Mu, maka bukakanlah batu yang telah menutupi kami ini.

Maka batu itupun bergeser sedikit. Kemudian demikian pula yang lainnya berdoa, bertawasul dengan amalan shalih yang pernah mereka kerjakan. Akhirnya, batu itupun bergeser sehingga gua terbuka dan mereka dapat keluar, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

Ketahuilah, berbakti kepada orang tua juga akan mendatangkan keluasan rizki, panjang umur dan khusnul khatimah.

Diriwayatkan dari Sahabat 'Ali bin Abi Thâlib bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang senang apabila dipanjangkan umurnya, diluaskan rizkinya dan dihindarkan dari sû`ul khatimah, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi." Dan sesungguhnya, berbakti kepada orang tua merupakan wujud silaturahmi yang paling mulia, karena orang tua memiliki hubungan kekerabatan yang paling dekat dengan kita.

Seorang mukmin yang berakal, sungguh sangat tidak pantas berbuat durhaka dan memutuskan hubungan dengan kedua orang tua, padahal ia mengetahui keutamaan berbakti kepadanya, dan balasannya yang mulia di dunia maupun di akhirat. Larangan ini sangat besar.

Apabila telah mencapai usia lanjut, kedua orang tua akan mengalami kelemahan badan maupun pikiran. Bahkan keduanya bisa mengalami kondisi yang serba menyusahkan, sehingga menyebabkan seseorang mudah menggertak atau bersikap malas untuk melayaninya. Dalam keadaan demikian, Allah melarang setiap anak membentak, meskipun dengan ungkapan yang paling ringan. Tetapi Allah memerintahkan si anak supaya bertutur kata yang baik, merendahkan diri dalam perkataan maupun perbuatan di hadapan keduanya. Sebagaimana sikap seorang pembantu di hadapan majikannya. Demikian pula, Allah memerintahkan si anak supaya mendoakan keduanya, semoga Allah mengasihi keduanya sebagaimana keduanya telah mengasihi dan merawat si anak tatkala masih kecil.

Page 7: Akhlak Kepada Orang Tua

Sang ibu rela berjaga saat malam hari demi menidurkan anaknya. Iapun rela menahan rasa letih supaya si anak bisa beristirahat dengan cukup. Adapun bapaknya, ia berusaha sekuat tenaga mencari nafkah. Letih pikirannya, letih pula badannya. Semua itu, tidak lain ialah untuk memberi makan dan mencukupi kebutuhan si anak. Sehingga sepantasnya bagi si anak untuk berbakti kepada keduanya sebagai balasan atas kebaikannya.

Dalam kitab shahîhain disebutkan dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi: "Wahai Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik?" Rasulullah menjawab,"Ibumu." Orang itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ibumu." Orang itu mengulangi pertanyaannya: "Kemudian siapa lagi?" Nabi pun kembali mengulangi jawabanya: "Ibumu." Iapun kemudian mengulangi pertanyaanya untuk yang ke empat kalinya: "Kemudian siapa?" Rasulullah menjawab: "Bapakmu."

Semoga Allah memberikan taufik-Nya, sehingga memudahkan kita untuk berbakti kepada ibu bapak. Dan semoga Allah memberi karunia kepada kita keikhlasan dalam melaksanakannya. Sesunggunya Dia-lah Dzat yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.

(Diringkas oleh Ustadz Abu Sauda` Eko Mas`uri, dari ad-Dhiyâ-ul Lâmi', Syaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn, hlm. 501-504)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 109/Tahun XI/1428H/2008 (Rubrik Khutbah Jum'at). Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

http://almanhaj.or.id/content/2647/slash/0/kewajiban-berbakti-kepada-orang-tua/

PENGARUH BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

OlehUmmu Salamah As-Salafiyyah

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Aku pernah tidur, lalu aku bermimpi diriku berada di Surga, lalu aku mendengar suara seorang yang sedang membaca (al-Qur’an), lalu kutanyakan, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah Haritsah bin an-Nu’man”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Demikianlah ganjaran dari berbakti, demikianlah ganjaran dari berbakti”

Beliau adalah orang yang paling berbakti terhadap ibunya. [HR. Ahmad dengan sanad yang shahih]

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Page 8: Akhlak Kepada Orang Tua

“Ketika ada tiga orang berjalan-jalan tiba-tiba mereka kehujanan, lalu mereka berteduh di dalam gua pada sebuah gunung. Ketika mereka tengah berada di dalam gua itu, tiba-tiba ada batu besar yang jatuh sehingga menutupi mulut gua tersebut. Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya, ‘Lihatlah pada amalan yang paling baik yang pernah kalian kerjakan, lalu mohonlah kepada Allah dengan amalan tersebut, siapa tahu akan dibukakan celah pada batu tersebut bagi kalian.’ Lalu salah seorang di antara mereka berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut usia sementara aku memiliki isteri dan juga anak-anak yang masih kecil. Dan aku memelihara mereka. Karenanya, jika aku telah mengandangkan kambingku, aku mulai mengurus kedua orang tuaku, dimana aku memberi minum susu keduanya. Kemudian aku tidak mendatanginya sehingga kedua orang tuaku tidur. Kemudian aku membersihkan bejana, lalu memerah susu. Selanjutnya aku membawa susu itu dekat kepala kedua orang tuaku sementara anak-anak bergelantungan di kedua kakiku, karena aku tidak ingin memulai mengurus mereka sebelum mengurus kedua orang tuaku dan aku tidak ingin membangunkan keduanya. Dan aku masih terus berdiri sampai fajar bersinar terang. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan hal itu dalam rangka mencari keridhaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sebuah celah dimana kami dapat melihat langit darinya. Maka Allah pun membukakan celah bagi mereka sehingga mereka dapat melihat langit darinya… [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Dari Usair bin Jabir, dia berkata, ‘Umar bin al-Khaththab jika didatangi oleh rombongan penduduk Yaman, maka dia akan bertanya kepada mereka, “Apakah di antara kalian terdapat Uwais bin ‘Amir?” Sehingga dia mendatangi Uwais seraya berkata, “Engkau Uwais bin ‘Amir?” “Ya,” jawabnya.‘Umar berkata, ‘Dari Murad dan kemudian Qaran?’ ‘Ya,’ jawabnya. ‘Umar berkata, “Dan padamu terdapat penyakit kusta, lalu engkau sudah sembuh darinya, kecuali tersisa sebesar dirham?” “Ya,” jawabnya.‘Umar bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu?’ ‘Ya, masih,’ jawabnya.‘Umar berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir dari rombongan penduduk Yaman dari Murad, kemudian dari Qaran. Dimana padanya terdapat penyakit kusta dan kemudian sembuh darinya kecuali satu tempat dari tubuhnya sebesar uang dirham. Dia memiliki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya. Jika dia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan menerimanya. Oleh karena itu, jika engkau bisa meminta kepadanya supaya memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.’ Oleh karena itu, mohonkanlah ampunan untukku.”

Kemudian dia pun memohonkan ampunan untuknya. Lalu ‘Umar berkata kepadanya, “Ke mana engkau hendak pergi?” “Ke Kufah,” jawabnya.

‘Umar berkata, “Maukah engkau aku tuliskan surat untukmu kepada pemimpinnya?” Dia berkata, “Aku tinggal bersama orang-orang miskin lebih aku sukai.”

Usair berkata, “Dan pada tahun berikutnya, ada seseorang, yang termasuk pemuka di antara mereka, lalu berpapasan dengan ‘Umar, kemudian ‘Umar menanyakan Uwais. Orang itu berkata, ‘Aku meninggalkannya dengan rumah yang mengenaskan dan sedikit harta.’

‘Umar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir dari rombongan penduduk Yaman dari Murad dan kemudian dari Qaran. Di mana padanya terdapat penyakit kusta, kemudian sembuh darinya kecuali satu tempat pada tubuhnya sebesar uang dirham. Dia memiliki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya. Jika dia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya. Oleh karena itu, jika engkau bisa meminta kepadanya supaya memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah”

Page 9: Akhlak Kepada Orang Tua

Lalu Usair mendatangi ‘Uwais seraya berkata, “Mohonkanlah ampunan untukku.”Usair berkata, ‘Engkau baru saja melakukan perjalanan yang baik, maka mohonkanlah ampunan untukku. Apakah engkau pernah bertemu ‘Umar?’ ‘Ya,’ jawabnya.

Lalu dia pun memohonkan ampunan untuknya. Maka orang-orang pun memahaminya sehingga mereka pun pergi mendatanginya.

Usair berkata, “Aku memakaikan baju burdah kepadanya. Di mana setiap kali dia dilihat oleh orang, maka orang itu berkata, ‘Dari mana Uwais mendapatkan baju burdah itu?’” [HR. Muslim]

PERBUATAN BAIK YANG PALING BAIKDari ‘Abdullah bin Dinar dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya ada seseorang dari Arab badui menemuinya pada satu jalan di Makkah, lalu ‘Abdullah bin ‘Umar memberinya salam dan membawanya di atas keledai yang ia tumpangi dan dia berikan penutup kepala yang ada di atas kepalanya. Ibnu Dinar berkata, “Lalu kami katakan kepadanya, ‘Semoga Allah memperbaiki keadaanmu, sesungguhnya dia itu termasuk orang-orang badui dan orang-orang badui ridha dengan pemberian yang sedikit”

Lalu ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Sesungguhnya bapak orang ini adalah sahabat baik ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dan sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

“Sesungguhnya kebaikan yang paling baik adalah menyambung tali silaturahmi yang dilakukan oleh seseorang terhadap keluarga orang kecintaan ayahnya” [HR. Muslim]

[Disalin dari buku Al-Intishaar li Huquuqil Mu’minaat, Edisi Indonesia Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah, Penulis Ummu Salamah As-Salafiyyah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Penerjemah Abdul Ghoffar EM]http://almanhaj.or.id/content/2423/slash/0/pengaruh-berbakti-kepada-kedua-orang-tua/

MENTAATI ORANG TUA DALAM KEBAIKAN ADALAH KEWAJIBAN TERPENTING

OlehSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan.Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Saya menolak permintaan ibu saya saat saya sedang memiliki pekerjaan-pekerjaan penting. Hukumnya bagaimana ?

JawabanBerbakti kepada kedua orang tua, selalu mendengar kan dan mentaati mereka dalam kebajikan adalah kewajiban terpenting. Anda wajib memperhatikan hak ibu anda dan berusaha untuk membuatnya senang tanpa mendurhakainya dalam kebajikan. Kalau perkerjaan yang sedang anda hadapi hukumnya wajib sehingga berlawanan dengan permintaan ibu anda, segera beritahukan kepadanya dan minta ma'af, lalu tunaikan apa yang menjadi kewajiban anda. Kalau masih memungkinkan untuk mendahulukan apa yang menjadi permintaan ibu anda tanpa membahayakan diri anda dengan tertundanya kewajiban anda, dahulukan keperluan orang tua anda tersebut,

Page 10: Akhlak Kepada Orang Tua

karena berbakti kepada ibu itu jauh lebih penting.

Namun kalau itu tidak mungkin, dahulukan yang lebih penting yang apabila tertunda akan menyebabkan hilang kesempatan mengamalkannya, berdasarkan firman Allah.

"Artinya : Dan bertakwalah kepda Allah semampumu". [At-Taghaabun : 16]

BERBUAT BAIK KEPADA NENEKNYA SETELAH NENEKNYA MENINGGAL

Pertanyaan.Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Saya mempunyau seorang nenek yang sudah meninggal, dan dia sangat berjasa terhadap diri saya, sehingga rasanya tidak mungkin saya melupakan (jasa-jasanya). Apa yang harus saya lakukan sebagai balas budi, agar saya masih bisa berbuat baik kepada nenek saya yang sudah meninggal tersebut ?

JawabanDisayariatkan bagi anda untuk mendo'akan dan meminta ampun untuknya, serta bershadaqah, haji, dan umrah untuk dia. Insya Allah hal ini akan bermanfaat baginya, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menerima amal baik anda dan memberikan pahala kepada anda.

Diantara kewajban anda kepadanya adalah anda menunaikan wasiat apabila dia berwasiat yang sesuai dengan syari'at, memuliakan teman-temannya, dan menyambung tali silaturahmi kepada kerabat-kerabatnya, seperti anak-anaknya (paman dan bibi anda) dan cucu-cucunya (sepupu anda). Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Masih bisakah saya berbuat baik kepada kedua orang tua saya yang sudah meninggal ?". Beliau menjawab : 'Ya, engkau bisa bershalawat/berdoa untuk kedua orang tuamu, memintakan ampun untuk mereka, menunaikan janji/amanah mereka, memuliakan teman-teman mereka, dan menyambung silaturahmi (kepada kerabat-kerabatnya), dimana silaturahmi tersebut hanya engkau lakukan karena kedua orang tuamu". [Hadits Riwayat Abu Dawud]

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Penolong

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Awwal & Tsani, edisi Indonesia Fatawa bin Baaz, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Penerjemah Abu Umar Abdillah Penerbit At-Tibyan - Solo]http://almanhaj.or.id/content/1660/slash/0/mentaati-orang-tua-dalam-kebaikan-adalah-kewajiban-terpenting/

BAKTIMU, KEPADA ORANG TUA !

TAUHID DAN BAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA, DUA SAYAP YANG HARUS SALING BERSANDINGHak kedua orang tua atas anak-anak mereka sangat agung. Karena itu, Allah menyandingkan perintah untuk beribadah kepadaNya dengan keharusan berbakti kepada mereka berdua. Allah berfirman:

ك# و#ق#ض#ى ب ر# #ال #عبدوا أ اه إآل ت انا و#بالو#الد#ين إي إحس#

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu. [Al Isra/17`: 23].

Page 11: Akhlak Kepada Orang Tua

Lantaran begitu tingginya hak mereka, Allah memerintahkan kita untuk selalu menyuguhkan kebaikan kepada mereka dan berinteraksi dengan mereka dengan sikap yang ma'ruf (pantas). Kendatipun mereka dalam kungkungan kekafiran. Sekalipun mereka memaksamu, wahai sang anak, untuk menyekutukan Allah dengan obyek yang tidak jelas kedudukannya. Allah berfirman:

اه#د#اك# و#إن #ن ع#ل#ى ج# #يس# بي تشرك# أ # علم به ل#ك# م#ال #ا في و#ص#احبهم#ا تطعهم#ا ف#ال م#عروفا الدني

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergauilah kedunya dengan baik". [Luqman/31: 15].

Saking besarnya martabat mereka dipandang dari kacamata syari'at, Nabi mengutamakan bakti kepada mereka atas jihad fi sabilillah. Ibnu Mas'ud berkata:

#لت أ بي س# ه ص#لى الن #يه الل م# ع#ل ل #ي و#س# #ح#ب الع#م#ل أ #ى أ ه إل ة ق#ال# الل #ي ثم ق#ال# و#قته#ا ع#ل#ى الصال# بر ق#ال# أ#ي ثم ق#ال# الو#الد#ين بيل في الجه#اد ق#ال# أ ه س# الل

Aku pernah bertanya kepada Rasulullah,"Amalan apakah yang paling dicintai Allah?" Beliau menjawab,"Mendirikan shalat pada waktunya." Aku bertanya kembali,"Kemudian apa?" Jawab Beliau,"Berbakti kepada ke orang tua," lanjut Beliau. Aku bertanya lagi,"Kemudian?" Beliau menjawab,"Jihad di jalan Allah." [HR Bukhari no. 5.970].

Perlu dipahami, perintah berbakti kepada Allah merupakan titah ilahi yang sudah berlaku pada umat sebelumnya. Allah berfirman:

#ا و#إذ #خ#ذن #اق# أ #نى ميث اءيل# ب # إسر# #عبدون# ال ت ه# إال انا و#بالو#الد#ين الل #ى و#ذي إحس# #ام#ى القرب #ت اكين و#الي و#الم#س#

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): "Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang miskin… [Al Baqarah/2:83].

Demikian juga Allah menyanjung para nabi karena telah berbuat baik dengan baktinya kepada orang tua. Secara khusus, Allah menyebut nama Nabi Yahya atas baktinya kepada kedua orang tuanya yang telah tua renta. Dan bakti akan bernilai lebih tinggi, tatkala dilaksanakan dalam waktu yang dibutuhkan. Masa tua dengan segala problematikanya adalah masa yang sangat membutuhkan perhatian ekstra, terutama dari orang terdekat, anak-anaknya. Allah berfirman:

ا #ر #م بو#الد#يه و#ب #كن و#ل ارا ي ب ا ج# ع#صي

Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. [Maryam/19:14].

Begitu pula Allah memuji Nabi Isa, lantaran beliau telah melayani sang ibu dengan sepenuh hati, dan bahkan merasa mendapat kehormatan dengan sikapnya itu. Allah berfirman:

ا #ر #م بو#الد#تي و#ب #جع#لني و#ل ارا ي ب ا ج# قي ش#

Dan berbakti kepada ibuku dan Dia (Allah) tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. [Maryam/19:32].

NILAI POSITIF BAKTI KEPADA ORANG TUA

Page 12: Akhlak Kepada Orang Tua

Berbakti kepada orang tua, akan melahirkan banyak kebaikan; terangkatnya musibah, lenyapnya masalah dan kesedihan. Sebagai bukti konkretnya, yaitu kisah tiga orang yang terperangkap di sebuah goa sempit karena sebongkah batu besar menutupi mulut goa. Mereka berdo'a dan bertawasul dengan amal shalih yang pernah mereka kerjakan. Salah seorang di antara tiga orang itu, bertawassul dengan baktinya kepada kedua orang tua. Dia memanjatkan do'a kepada Allah, dengan lantaran baktinya tersebut, hingga akhirnya menjadi sebab sirnanya kesengsaraan yang menghimpit. Dalam kisah nyata ini, seorang mukmin meyakini bahwa bakti kepada orang tua, menjadi salah satu faktor hilangnya musibah.

Berbakti kepada orang tua juga akan menggoreskan kenangan kebaikan di benak anak-anaknya. Sehingga anak-anak juga akan menjadi insan-insan yang berbakti kepadanya, sebagai balasan baik dari budinya kepada ayah bundanya dahulu. Sebab, al jaza` min jinsil 'amal, balasan yang diterima oleh seseorang sejenis dengan apa yang dahulu pernah ia kerjakan.

Sedangkan balasan akhiratnya, ialah syurga, yang luasnya seluas langit dan bumi. Dikisahkan dari Mua'wiyah bin Jahimah, ia bercerita: Aku bersama Nabi untuk meminta pertimbangan dalam berjihad. Maka Beliau bertanya,"Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Aku jawab,"Ya (masih hidup)!" Beliau berkata,"Temanilah mereka berdua. Sesungguhnya syurga berada di bawah telapak kaki keduanya." [Shahih At Targhib Wat Tarhib].

KEHARUSAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA SEPANJANG MASABagaimana saya harus berbakti kepada orang tua? Mungkin pertanyaan ini pernah mengganggu dan membingungkan kita. Dalam masalah ini, sebenarnya Al Quran telah memaparkannya secara gamblang melalui ayat (artinya): "Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua". [Al Isra`: 23].

Saat menafsirkan ayat di atas, Syaikh As Sa'di menyatakan: "Berbuat baiklah kepada mereka berdua dengan seluruh jenis kebaikan, baik dengan ucapan maupun tindakan". Pasalnya, perintah dalam ayat itu dengan kalimat yang menunjukkan keumuman, sehingga mencakup seluruh jenis kebaikan, disenangi anak ataupun tidak, tanpa perdebatan, membantah atau berat hati. Perkara ini harus benar-benar diperhatikan. Sebab, sebagian orang melalaikannya. Mereka mengira, berbakti kepada orang tua hanya terbatas dengan melakukan apa yang disenangi anak saja. Padahal, hakikat berbakti tidak sekadar seperti itu. Bakti yang sejati tercermin dengan ketaatan anak kepada perintah orang tua meskipun tidak sejalan dengan keinginan sang anak.

Ada beberapa syarat yang menjadikan perbuatan baik seorang anak terhitung sebagai bakti kepada kedua orang tuanya. Pertama, mengutamakan ridho kedua orang tua di atas kepentingan pribadi, ridha istri, anak dan orang lainnya. Kedua, mentaati kedua orang tua dalam masalah perintah dan larangan mereka, baik sesuai dengan keinginan anak ataupun berlawanan dengan keinginannya, selama tidak ada aturan syar'i yang dilanggar. Ketiga, dengan perasaan senang sepenuh hati memiliki inisiatif untuk memberi kepada kedua orang tua, sesuatu yang sekiranya mereka inginkan, meskipun tidak diminta. Juga, tetap memiliki anggapan bahwa apa yang diberikannya kepada orang tua, masih tidak ada artinya dibadingkan dengan jasa besar mereka.

Termasuk amalan yang baik buat orang tua, yaitu mendakwahi mereka agar masuk Islam atau mendakwahi mereka kepada ketaatan dan meninggalkan maksiat. Inilah kebaikan yang tertinggi nilainya. Sebab, ajakan ini akan menyelamatkan mereka dari siksa Allah. Meski demikian, semestinya harus dengan cara lembut dan santun, sebagaimana diceritakan Allah tentang Nabi Ibrahim ketika mendakwahi ayahnya.

Bakti Nabi Ibrahim kepada ayahnya telah sampai titik klimaks. Ayahnya diseru menuju syurga, namun sang ayah justru menyerunya menuju neraka. Nabi Ibrahim mendakwahi ayahnya agar

Page 13: Akhlak Kepada Orang Tua

beribadah kepada Allah semata, justru ia mendakwahi supaya Nabi Ibrahim menyembah berhala-berhala. Sang bapak marah dan mengancam seperti dikisahkan Allah Ta'ala, (artinya): Apakah engkau benci kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim. Jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu akan kurajam. Dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama. (Maryam:46). Nabi Ibrahim meresponnya secara lemah-lembut dengan berkata sebagaimana dalam ayat, (artinya): Ibrahim berkata: "Semoga keselamatan bersamamu. Aku akan memohonkan ampun kepada Rabb-ku untukmu". [Maryam: 47].

Allah membalas sikap luhurnya kepada ayah dengan karunia anak, Isma'il yang sangat taat kepada orang tuanya, meskipun harus mempertaruhkan nyawanya dalam kisah penyembelihan yang sudah kita ketahui bersama.

Berbakti kepada orang tua tidak berhenti, meskipun kematian telah menjemput mereka. Masih ada sekian banyak cara yang harus ditempuh untuk meneruskan bakti kepada orang tua yang sudah tiada. Dasarnya, yaitu hadits Anas bin Malik As Sa'idi, ia berkata:

#م#ا #ين #ا ب #ن الس أ سول عند# ج# ه ر# ه ص#لى الل #يه الل م# ع#ل ل اء#ه إذ و#س# جل ج# #نص#ار من# ر# #ا ف#ق#ال# األ سول# ي ه ر# ه#ل الل#قي# #ي ب #و#ي بر من ع#ل #ب يء أ هم#ا ش# #ر #ب #عد# به أ #ع#م ق#ال# م#وتهم#ا ب ة ن #يهم#ا الصال# #هم#ا و#االستغف#ار ع#ل و#إنف#اذ ل#عدهم#ا من ع#هدهم#ا ام ب #ة ص#ديقهم#ا و#إكر# و#صل حم تي الر #ة# ال# ال #لهم#ا من إال ل#ك# #صل #قي# الذي فهو قب #يك# ب ع#ل

هم#ا من #عد# بر م#وتهم#ا ب

Saat aku duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba ada seorang lelaki dari kaum Anshar yang datang dan bertanya: "Wahai, Rasulullah! Apakah masih ada (perkara) yang tersisa yang menjadi tanggung jawabku berkaitan dengan bakti kepada orang tuaku setelah mereka berdua meninggal yang masih bisa aku lakukan?” Nabi menjawab: "Betul. (Yaitu) ada empat hal: engkau do’akan dan mintakan ampunan bagi mereka, melaksanakan janji mereka, serta memuliakan sahabat-sahabat mereka, juga menyambung tali silaturahmi dengan orang yang ada hubungannya dengan ayah ibu. Inilah (kewajiban) yang masih tersisa dalam berbakti kepada orang tuamu setelah mereka meninggal". [HR Abu Dawud dan Ahmad].

Karena itu, Allah meninggikan kedudukan orang tua lantaran istighfar anak buat mereka. Terlah diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

جل# إن #ترف#ع الر ته ل ج# ة في د#ر# ن #قول الج# ى ف#ي #ن ل#ك# و#ل#دك# باستغف#ار ف#يق#ال ه#ذ#ا لي أ

Ada seorang lelaki yang kedudukannya terangkat di syurga kelak.” Ia pun bertanya,”Bagaimana ini?” Maka dijawab: "Lantaran istighfar anakmu.

IBUMU, BERILAH PERHATIAN LEBIH! Seorang ibu menempati kedudukan yang tinggi dalam Islam, bahkan berbanding tiga dari kedudukan sang ayah. Dalam suatu riwayat disebutkan ada sahabat yang bertanya kepada Nabi:

#ا سول# ي ه ر# #ح#ق م#ن الل اس أ #تي بحسن الن اب ثم ق#ال# م#ن ثم ق#ال# أمك# ثم ق#ال# م#ن ثم ق#ال# أمك# ق#ال# ص#ح##بوك# ثم ق#ال# م#ن ثم ق#ال# أمك# أ

Wahai Rasulullah, Siapa orang yang harus aku berbakti kepadanya?" Beliau menjawab,"Ibumu." Aku bertanya lagi,"Kemudian siapa?" Beliau menjawab,"Ibumu." Aku bertanya,"Kemudian siapa?" Beliau menjawab,"Ibumu." Aku bertanya,"Kemudian siapa?" Beliau menjawab,"Ayahmu." [HR Bukhari no. 5.971].

'Atha bin Yasar meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, bahwa ada lelaki yang mengadukan: "Aku meminang wanita, tetapi ia menolakku. Dan ada lelaki lain meminangnya, dan wanita itu menginginkannya. Aku pun cemburu, dan aku bunuh dia. Apakah aku masih punya kesempatan bertaubat?" Ibnu 'Abbas

Page 14: Akhlak Kepada Orang Tua

bertanya: "Apakah ibumu masih hidup?" Jawabnya,"Tidak." (Ibnu Abbas pun berkata): "Kalau begitu, bertaubatlah kepada Allah dan berbuat baiklah sebisamu." Aku bertanya kepada 'Ibnu 'Abbas : "Mengapa engkau bertanya tentang ibunya?" Ia menjawab,"Aku tidak mengetahui ada amalan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah melebihi bakti kepada ibu." [Shahihah, 2.799].

Seorang wanita atau ibu, lantaran beratnya kehidupan yang ia jalani bersama anaknya, sejak berada di rahimnya sampai sang anak tumbuh menjadi manusia remaja. Ditambah lagi, wanita mempunyai perasaan yang sangat sensitif dibandingkan sang ayah, maka kondisi ini menuntut komunikasi dengan tutur kata yang baik demi terjaganya perasaan sang ibu. Oleh karenanya, perhatian secara khusus sudah sepantasnya diberikan kepada seorang sang ibu.

ANCAMAN DURHAKA KEPADA ORANG TUAWahai saudaraku, Rasulullah menghubungkan kedurhakaan kepada kedua orang tua dengan berbuat syirik kepada Allah. Dalam hadits Abi Bakrah, Beliau bersabda:

#ال# ئكم أ #ب #ر أن #كب #ائر بأ #ب ثا الك #ال# #ل#ى ق#الوا ث #ا ب سول# ي ه ر# اك ق#ال# الل ه اإلشر# الو#الد#ين و#عقوق بالل

Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar?" Para sahabat menjawab,"Tentu." Nabi bersabda,"(Yaitu) berbuat syirik, durhaka kepada orang tua." [HR Bukhari no. 5.975].

Dalam sebuah hadits, Rasulullah memberikan peringatan: "Setiap dosa, Allah akan menunda (hukumannya) sesuai dengan kehendakNya pada hari Kiamat, kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya orangnya akan dipercepat (hukumannya sebelum hari Kiamat)." [HR Bukhari]

Membuat menangis orang tua juga terhitung sebagai perbuatan durhaka. Tangisan mereka berarti terkoyaknya hati, oleh polah sang anak.Ibnu 'Umar pernah menegaskan: "Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan dan dosa besar". [HR Bukhari, Adabul Mufrad hlm. 31. Lihat Ash Shahihah, 2.898].

Bagaimana tidak disebut sebagai kedurhakaan? Bukankah ucapan "uh" atau "ah" dilarang dilontarkan kepada mereka berdua? Allah berfirman, (artinya): Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ahh" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al Isra`: 23). Maksudnya, seperti dipaparkan Ibnu Katsir, jika mereka telah memasuki usia saat kekuataan melemah dan memerlukan perlakuan yang baik, maka janganlah kamu mengatakan kepada mereka "ah". Ini adalah sikap menyakitkan yang paling ringan, sebagai petunjuk atas sikap menyakiti lainnya yang lebih besar. Maknanya, janganlah kalian menyakiti mereka dengan sesuatu apapun, meskipun kecil.

Dalam hadits lain, Nabi bersabda: Kalau Allah mengetahui sikap menyakitkan orang tua yang lebih rendah dari kata "ah", niscaya akan melarangnya. Orang yang durhaka hendaknya berbuat apa saja, namun ia tidak akan masuk syurga. Dan anak yang berbakti hendaknya berbuat apa saja, tidak akan masuk neraka".

Menurut Syaikh As Sa'di kedurhakaan terbagi dua. Pertama, sengaja bersikap buruk kepada orang tua, dan ini dosanya lebih besar. Kedua, sikap tidak mau berbuat baik kepada keduanya tanpa ada unsur menyakiti. Ini tetap haram, tetapi tidak seperti yang pertama.

SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATINYAAnakku, ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau

Page 15: Akhlak Kepada Orang Tua

boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik.

Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagianku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat di depan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat. Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang ingin mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hakku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.

Anakku, seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada ibu? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada ibu?

Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi ibu? Baiklah, anggap ibu sebagai pembantu, mana upah ibu selama ini? Anakku, ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya. Anakku, bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya duniaku.

Anakku, perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat. Anakku, takutlah kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada ibu. Sekalah airmataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri.

Anakku, ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayang dan kelelahan ibu saat engkau sakit. Ingatlah… ingatlah…. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan dengan wasiat:

Page 16: Akhlak Kepada Orang Tua

ب مهم#ا ر# #م#ا ارح# #اني ك ي ب ص#غيرا ر#

"Wahai, Rabb-ku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil".[Al-Isra/17: 24]

Anakku, Allah Subahanhu wa Ta'ala berfirman

#ق#د #ان# ل ة ق#ص#صهم في ك #اب ألولي عبر# #لب األ

Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal. [Yusuf/12: 111].

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.

Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan kekufuran. Dalam Shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia bercerita:

#دعو كنت #ى أمي أ إل م #ة و#هي# اإلسال# #وما ف#د#ع#وته#ا مشرك #سم#ع#تني ي سول في ف#أ ه ر# ه ص#لى الل #يه الل ع#لم# ل ه م#ا و#س# #كر# #يت أ #ت سول# ف#أ ه ر# ه ص#لى الل #يه الل م# ع#ل ل #ا و#س# #ن #بكي و#أ #ا قلت أ سول# ي ه ر# ي الل #دعو كنت إن أ

#ى أمي إل م #ى اإلسال# #أب #ي ف#ت #وم# ف#د#ع#وته#ا ع#ل #سم#ع#تني الي ه م#ا فيك# ف#أ #كر# ه# ف#ادع أ #ن الل #هدي# أ #بي أم ي ة# أ ير# هر#سول ف#ق#ال# ه ر# ه ص#لى الل #يه الل م# ع#ل ل هم و#س# #بي أم اهد الل ة# أ ير# جت هر# #بشرا ف#خ#ر# #بي بد#عو#ة مست ه ن الل

ه ص#لى #يه الل م# ع#ل ل #ما و#س# #ى ف#صرت جئت ف#ل #اب إل #ا الب مع#ت مج#اف هو# ف#إذ ف#ق#ال#ت ق#د#م#ي خ#شف# أمي ف#س##ك# #ان #ا م#ك #ا ي #ب ة# أ ير# معت هر# #ت ق#ال# الم#اء خ#ضخ#ض#ة# و#س# ل #س# ت ف#اغت #بس# #ت درع#ه#ا و#ل #ح#ت خم#اره#ا ع#ن و#ع#جل ف#ف#ت

#اب# #ا ق#ال#ت ثم الب #ا ي #ب ة# أ ير# #شه#د هر# #ن أ #ه# ال# أ ه إال إل #شه#د الل #ن و#أ سوله ع#بده مح#مدا أ ج#عت ق#ال# و#ر# #ى ف#ر# إلسول ه ر# ه ص#لى الل #يه الل م# ع#ل ل #يته و#س# #ت #ا ف#أ #ن #بكي و#أ ح من أ #ا قلت ق#ال# الف#ر# سول# ي ه ر# #بشر الل #ج#اب# ق#د أ است

ه #ك# الل #بي أم و#ه#د#ى د#عو#ت ة# أ ير# مد# هر# ه# ف#ح# #ى الل #ثن #يه و#أ يرا و#ق#ال# ع#ل خ#

Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu: "Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah." Rasulullah bersabda: "Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah." Aku keluar dengan hati riang karena do'a Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan berkata: "Tetap di situ Abu Hurairah." Aku mendengar kucuran air. Ibu ku sedang mandi dan kemudian mengenakan pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia berkata: "Wahai, Abu Hurairah! Asyhadu an Laa ilaaha Illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu warasuluhu." Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan menangis gembira. Aku berkata,"Wahai, Rasulullah. Bergembiralah. Allah telah mengabulkan do'amu dan menunjuki ibuku." Maka Beliau memuji Allah dan menyanjungNya serta berkomentar baik. [HR Muslim].

Ibnu 'Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya: "Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku), wahai Ibnu 'Umar?" Beliau menjawab: "Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitannya (saat bersalin)."

Zainal 'Abidin, adalah seseorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepada, (dan berkata): "Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam?" Ia menjawab,"Aku khawatir, tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya."

Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al Qarni, orang yang sudah

Page 17: Akhlak Kepada Orang Tua

beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih syurga dan berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia.

Dalam Shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata: Bila rombongan dari Yaman datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka: "Apakah Uwais bin 'Amir bersama kalian?" Sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya,"Engkau Uwais bin 'Amir?" Ia menjawab,"Benar." 'Umar bertanya,"Engkau dari Murad kemudian beralih ke Qarn?" Ia menjawab,"Benar". Umar bertanya,"Apakah engkau dulu pernah sakit lepra dan sembuh, kecuali kulit yang sebesar uang dirham?" Ia menjawab,"Benar." 'Umar bertanya,"Engkau punya ibu?" Ia menjawab,"Benar." Umar (pun) mulai bercerita,"Aku mendengar Rasulullah bersabda,'Akan datang pada kalian Uwais bin 'Amir bersama rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu'." (Umar berkata),"Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku," maka ia memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya,"Kemana engkau akan pergi?" Ia menjawab,"Kufah." Umar berkata,"Maukah engkau jika aku menulis (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)?" Ia menjawab,"Aku lebih suka bersama orang yang tidak dikenal."

Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin 'Aun pernah memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai tanda penyesalannya.

KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUADiceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega menyeret ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya sampai ke jalanan untuk mengusirnya dari rumahnya. Maka sang bapak berkata: "Cukup. Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan." Sang anak menimpali: "Itulah balasanmu. Adapun tambahan ini sebagai sedekah dariku!"

Kisah perih lainnya, seorang ibu yang mengisahkan kepedihannya: "Suatu hari istri anakku meminta suaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan yang terpisah, berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya. Saat musim dingin yang sangat menusuk, aku berusaha masuk ke dalam rumah, tapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Anakku ingin membawaku ke suatu tempat. Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah itu tidak pernah lagi menemuiku."

Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju syurga Allah. Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak menuju lembah kehinaan, neraka.

Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya menyakitkan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

غم# #نفه ر# غم# ثم أ #نفه ر# غم# ثم أ #نفه ر# #ا م#ن قيل# أ سول# ي ه ر# ك# م#ن ق#ال# الل #در# #ر عند# و#الد#يه أ #ح#د#هم#ا الكب #و أ أ#يهم#ا #م ثم كل #دخل ل ة# ي ن الج#

"Akan terhina, akan terhina dan akan terhina!" Para sahabat bertanya,"Wahai, Rasulullah, siapakah gerangan?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Orang yang mendapati orang tuanya masih hidup, atau salah satunya pada hari tuanya, namun justru ia tidak masuk surga." [HR Muslim].

Page 18: Akhlak Kepada Orang Tua

(Diadaptasi dari ‘Idatush Shabirin karya Abdullah bin Ibrahim Al Qar’awi, Cetakan III, Penerbit Dar Tharafain, Tahun 1421H dan Ilzam Rijlaha Fatsamma Al Jannah, karya Shalih bin Rasyid Al Huwaimil, Penerbit Dar Ibnu Atsir, Cetakan I, Tahun 1422H)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1426H/2005. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]http://almanhaj.or.id/content/3073/slash/0/baktimu-kepada-orang-tua/