abstrak - iain gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/buku-skripsi-illha… ·...

72
1

Upload: others

Post on 05-Aug-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

1

Page 2: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

2

ABSTRAK

Ilham Hamdata.Nim: 131 012 157, “pembelajaran pendidikan agama islam bagi peserta didik berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa Kota Gorontalo”. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo. Pembimbing(I)Dra.Satrian M.A. Koni, M.Pd.(II) Momy A. Hunowu, M.Si

Kata-Kata Kunci :Peran Guru DalamMeningkatkanPendidikan Agama Islam KepadaPesertaDidik di SLB

Dari rumusan masalah Bagaimana peran guru dalam mengembangkan pendidikan agama islam kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa di kotagorontalo?Bagaimana proses pengembangan pendidikan agama Islam di sekolah luar biasa ?dan Apa saja faktorpendukungdanpenghambatpengembanganpendidikan agama islam di sekolahluarbiasa?Untukmengetahuiperkembanganpendidikan agama islamuntukpesertadidik yang berkebutuhankhusus di sekolahluarbiasa.Untukmengetahuipenerapandan proses perkembanganpendidikan agama islamkepadapesertadidikberkebutuhankhusus di sekolahluarbiasa.untukmeningkatkankinerja guru pendidikan agama islam. Penelitian ini mengemukakakn metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: interview (wawancara); observasi (pengamatan); dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap guru, dankepala sekolah, penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik Redksi Data. Sedangkan keabsahan data menggunakan teknik trigulasi yang terdiri dari trigulasi sumber dan trigulasi teknik.

Peran guru SekolahLuarBiasa Kota Gorontalodalam mengembangkan pembelajaran PAI sudah baik. dilihat dari bahan ajar yang di pilih, metode pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Pemberian motivasi yang sering dilakukan oleh guru dan kepala sekolah. Pengelolaan perangkat pembelajan walau terkadang guru mengar tidak lagi mengacu pada perangkat tersebut. Proses pengemabangan PAI di SLB do Kota Gorontalo dimulai dari kesiapan guru untuk memulai pembelajaran. Guru harus mampu menguasai bahan ajar dam materi pembelajaran, guru kreatif dalam memilih startegi pembelajaran, dan guru harus membah wawasan keilmuan agar proses pembelajran berjalan lancar

faktor pendukung untuk menunjang pembelajaran PAI adalah siswa itu sendiri. Siswa yang memiliki semangat yang tinggi, mau mendengarkan guru dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru. Sedangkan dari guru sendiri ialah, guru harus memiliki kemampuan khusus untuk menerapakan setiap model, metode, dan media pembalajaran. Disamping itu guru harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan strategi pembelajarannya. Begitujugahalnyadenganpemenuhankebutuhanpendukungberupasaranadanprasaranasu

Page 3: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

3

dahsemestinyauntukdipenuhisebabtanpasaranadanprasaranamaka proses penyelenggaraanpendidikanakanterganggu.

Page 4: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

manusia yang unggul dan kompetitif dalam upaya menhadapi tantangan perubahan

dan perkembangan zaman yang semakin meningkat tajam. Maka pendidikan

agama Islam merupakan hal yang sangat di butuhkan dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam keluarga dan bermasyarakat. Adapun di era globalisasi masa kini,

begitu banyak lembaga-lembaga pendidikan yang maju dan berkembang akan tetapi

tidak menjamin baiknya akhlak peserta didik sesuai dengan yang di inginkan.

Pendidikan bukan hanya mencerdaskan intelektual dari sisi konigtifnya namun

harus sejalan dengan afektifnya untuk menghadapi perputaran zaman yang makin

bebas dan telah menular kepada peserta didik yaitu budaya barat sehingga telah

menjadi gaya hidup mereka.

Sebagaimana pendidikan telah disebutkan dalam UUD No 20 tahun 2003

menyebutkan bahwa: ”pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar perserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”1

1 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan

Nasional,(Semarang: Aneka Ilmu,2004).h.3.

Page 5: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

5

Pendidikan adalah sebuah proses di tempuh melalui sistem akademik,

adapun pendidikan di Indonesia sudah cukup perkembangannya yang banyak

mempermudah perserta didik untuk menuntut ilmu bukanhanya dari bangku

sekolah saja namun bisa dari kehidupan sosial. Bahkan pengertian pendidikan

pendidikan lebih diperluas kecakupannya sebagai aktivitas dan

fenomena.Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya secara sadar dirancang untuk

membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan

hidup, dan sikap hidup dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual maupaun

mental dan sosial.Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwan

perjumpaan antara dua orang atau lebih yangn dampaknya ialah berkembangnya

suatu pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada salah satu atau

beberapa pihak.2

Dalam konteks pendidikan Islam, berarti pandangan hidup, sikap hidup dan

keterampilan hidup tersebut harus bernafas atau dijiwai oleh ajaran nilai-nilai Islam

yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunah, adapun istilah pendidikan dalam islah

ialah al-tarbiyah dan al-ta’lim.Dalam membahas pendidikan Islam di jaman yang

modern ini adalah suatu yang sangat diperlukan untuk memperbaiki akhlak dan

moral perserta didik saat ini yang begitu makin pudar karena pengaruh perubahan

globalisasi, namun pernahkan kita tertarik dengan perkembangan pedidikan Islam

di kalangan perserta didik yang berkebutuhan khusus.

Walaupun mereka adalah anak-anak yang mempunyai kekurangan dalam

anggota tubuh atau yang mempunyai kelain itu bukan berarti mereka tidak butuh

2Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 36.

Page 6: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

6

pendidikan atau pendidikan agama selama jiwa dan akal mereka normal sudah pasti

anak-anak atau perserta didik yang berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan

terutama dalam bidang keagamaan. Adapun tentang pendidikan yang berkebutuhan

khusus ini telah tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 Undang-Undang

Nomor 2 tahun 1998 tentang sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan

bahwa setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh

pendidikan, termasuk warga Negara yang memilki kesulitan belajar, seperti

kesulitan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan menghitung (diskalkulia)

maupun penyandang ketunaan (tunanertra, tunarunngu, tunagrahita, tunadaksa dan

tunalaras). Hal ini menunjukan bahwa anak yang berkelainan berhak pula

memperoleh kesempatan yang sama seperti anak lainnya (anak normal) dalam

pendidikan terutama pendidikan Islam atau sesuai dengan keyakinan masing-

masing.

Maka saya akan membuka pemikiran para generasi mudah agar tidak hanya

terfokus kepada perserta didik yang normal saja, namun juga kepada anak yang

mempunyai kebutuhan khusus yang terutama dalam bidang Ilmu Pendidikan Islam,

mereka memang kurang dalam anggota tubuh tapi bukan berarti mereka tidak

membutuhkan pendidikan inklusif dan pendidikan agama. Karena pendidikan

inklusif ini adalah pendekatan pendidikan yang inovasi dan strategis untuk

memperluas akses pendidikan bagi semua kalangan termasuk anak berkebutuhab

khusus dan anak penyandang cacat.3

3Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif (Jogjakarta: 2016 ),h.53.

Page 7: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

7

Namun apakah sejauh ini pendidikan agama Islam sudah berkembang di

Sekolah Luar Biasa sama halnya dengan di sekolah-sekolah yang normal, karena

sebagai makhluk hidup seseorang wajib tahu siapa penciptannya dan untuk apa dia

di ciptakan dimuka bumi meski tak normal sepertinya yang lain kecuali manusia

yang gila karena tak ada kewajiban baginya untuk mengabdi kepada penciptanya di

sebabkan akal dan hatinya tidak normal. Maka apa upaya pemerintah dan guru

agama dalam mengembangkan pendidikan agama Islam kepada anak atau peserta

didik sudah terleasasikan sama seperti di sekolah yang lainnya.

Bagaimana cara guru dalam menstrasfer ilmu pendidikan agama Islam

kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus, misalnya mengajarkan baca tulis

al-Qur’an kepada anak yang tunanetra atau buta. Mengapa sejauh ini pemerintah

tidak mengharuskan kepada guru-guru harus mampu untuk mengajar anak-anak

yang berkebutuhan khusus walau itu bukan disiplin ilmunya. Karena sekolah yang

di kenal untuk pendidkan inklusif masih sangat kurang terutama di provinsi

Gorontalo, yang ada hanya di setiap kabupaten saja sedangkan disetiap desa ada

anak yang berkubutuhan khusus dan rata-rata sekolah yang normal tidak mau

menerima peserta didik yang berkebutuhan khusus karena dianggap akan

menganggu kelancaran proses belajar mengajar dan menyebabkan anak seperti itu

tidak bisa merasakan pendidikana sesuai yang telah Negara camtumkan wajib

belajar Sembilan tahun untuk mengubah sikap masyarakat terhadap anak dan

orang-orang yang berkebutuha khusus.

Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti peroleh dari guru yang megajar

di SLB yang bernama Ibu Yusnita S Kharu, dimana dia mengatakan bahwa dalam

Page 8: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

8

proses pengajaran terhadap anak yang ada di SLB, semuanya tergantung kepada

gaya belajar dan meteri yang diajarkan dikarenakan dalam suatu proses pengajaran

terhadap ABK (anak berkebutuhan khusus), tersebut tidak bisa kita memaksakan

mereka harus seperti ini ataupun seperti itu, karena mereka sangat berbeda dengan

anak-anak yang berada disekolah umum4.Berbicara mengenai pengajaran terhadap

anak-anak tunanetra hampir sama dengan pengajaran anak norma lainnya, yang

membedakanya hanyalah modifikasi tata cara pelaksanaanya.

Berbicara mengenai pengajaran terhadap anak-anak berkebutuhan khusus

hampir sama dengan pengajaran anak norma lainnya, yang membedakanya

hanyalah modifikasi tata cara pelaksanaanya. Hanya saja guru harus menyesuaikan

dengan karakterdan kebutuhan para siswanya. Salah satunya adalah pendidikan

agama yang mana pendidikan agama Islam disini juga diajarkan dan diikuti oleh

anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Pembelajaran agama Islam sangat penting diajarakan bagi anak normal

maupun berkebutuhan khusus. Untuk siswa normal saja dalam mengajarkan tentang

pendidikan Islam masih banyak memiliki hambatan maupun suatu masalah dan

sejatinya tidak selalu berjalan dengan mulus seperti yang telah direncanakan

apalagi dengan siswa yang mengalami kekurangan atau disabilitas pasti akan

mengalami hal yang tidak jauh berbeda.

Berdasarkan data yang di dapat oleh peneliti dimana sekolah luar biasa ini

memeliki berbagai macam anak berkebutuhan khusus, seperti, tuna netra, tuna

rungu, tuna grahita, tuana laras, tuna daksa, autis dan ganda.

4Yusnita S Kharu, Hasil wawancara pada tanggal 3 february 2018

Page 9: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

9

Berdasarkan kenyataan ini dengan demikian dalam penelitian ini penulis

mengambil judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Peserta Didik

yang Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Di SLB Kota Gorontalo)”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah

luar biasa Kota Gorontalo ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pembelajaran

pendidikan agama Islam di sekolah luar biasa Kota Gorontalo?

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mengacu pada fokus masalah yang di bahas

a. Untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan agama Islam kepada

peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa Kota Gorontalo.

b. Untuk faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan

agama Islam di sekolah luar biasa Kota Gorontalo?

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoretis

1. Bagi peneliti dapat memberikan informasi tentang Pembelajaran

pendidikan agama Islam khususnya di sekolah laur biasa atau

pada anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Page 10: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

10

2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi

pengetahuan dan digunakan untuk wadah juga referensi

penelitian untuk akademis yang berkaitan.

3. Dapat memicu perhatian guru-guru terhadap anak-anak

berkebutuhan khusus.

b. Keguanaan Praktis

1. Bagi Guru pendidikan agama Islam sebagai bahan informasi

untuk meningkat kinerja guru dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam di kalangan anak yang berpendidikan

khusus

2. Bagi sekolah luar biasa diharapakan dapat meningkatkan

kualitas pendidikan anak berkebutuhan khusus dalam bidang

keagamaan khususnya agama Islam.

3. Bagi anak didik berkebutuhan khusus dapat meningkatkan

ketakwaan terhadap penciptanya walau ada kekurang dalam

anggota tubuh maupun panca indra.

C. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

a. Pengertian Judul

1. Pendidikan agama Islam adalah salah satu bidang studi yang harus

di pelajari dalam rangka meneyeleseikan pendidikan pada tingkat

tertentu yang didiesain dan di berikan kepada peserta didik yang

beragama Islam agar mereka dapat mengembangkan dan

meningkatkan keberagamaannya. Pendidkan agama Islam

Page 11: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

11

merupakan salah satu pendidikan yang sejajar dengan pendidikan

lainnya yang berperan penting dalam membentuk akhlak mulia

peserta didik.5

Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani

menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam.6 Pendidikan Islam baik secara teoritis maupun konseptual

aplikasi instutisional senantiansa menjadi perhatian para pemikir,

pemerhati dan praktisi pendidikan Islam, baik dalam skala local,

nasional, maupn internasional. Pendidikan Islam memiliki peranan

paling strategis dalam mengawal kemajuan umat Islam serta

peradaban Islam sehingga pendidikan Islam merupakan komponen

yang dipertaruhkan bagi eksistensi suat bangsa dan Negara Islam

berikut keunggulannya.7

2. Peserta didik yang berkebutuhan khusus atau berkelainan yaitu anak

yang tmemiliki kekurang pada anggota tubuh atau lahir dalam

keadaan cacat.8 Menurut Karl Menninger kesehatan mental adalah

penyusaian manusia terhadap dan satu sama lain dengan keefektifan

dan kebahagiaan yang maksimum. Ia bukan hanya berupa efisiensi

atau hanya perasaan puas atau keluwesan dalam mematuhi berbagai

aturan permainan dengan riang hati, kesahatan mental mencakup itu

5padigma Pendidikan Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),h.29. 6 Azyumardi Azra, pendidikan islam (tradisi dan modernisasi ditengah tantangan melenium III),

Jakarta : Kencana,2012) hal 6 7 Mujamil Qomar,Menggagas pendidikan islam, (Bandung:Rosdakarya, 2014), hal 184 8 Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif, (Jogjakrta: 2016), h.23.

Page 12: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

12

semua. Kesehatan mental meliputi kemampuan menahan diri,

menunjukan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan

orang lain dan sikap hidup dan bahagia.9

D. Definisi Operasional

Berdasarkan istilah di atas, maka secara operasional penelitian ini

usaha guru PAI dalam meningkatkan dan mengembangkan pendidikan

Islam kepada anak berkebutuhan khusus agar merekapun akan sama seperti

orang yang normal lainnya dala hal beribadah untuk mengkokohkan akidah.

E. Tinjauan Pustaka

1. Dalam penelitian ini, penulis menemukan skripsi dengan judul yang

terkait “Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap

Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa SMP Negeri 1 Kota Gorontalo”

skripsi saudari Sumarni Labahu 2010, IAIN Sultan Amai Gorontalo

tetapi ada perbedaan dalam masalah yang di teliti yaitu dalam skripsinya

ia lebih menekankan kepada pembentukan akhlakul karimah siswa yang

normal melalui keefektivitas pembelajaran pendidikan agama Islam.

Tetapi dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada masalah

bagaimana peran guru mengembangkan pendidikan agama Islam

terhadap siswa berkebutuhan khusus.

2. Penelitian Ira Arif 2011. Peran Pendidikan Agama Informal dalam

Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam di Desa Karya Indah.

Penelitian ini tidak memberikan saran atau solusi dalam mengatasi atas

9Supratiknya, mengenal perilaku abnormal, (Yogyakarta:Kanisius, 1995) hal 9-10

Page 13: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

13

masalah yang dibahas, padahal penelitian ini cukup di kajia mengapa

penulis mengambil penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam dari

dalam keluargan dan masyarakatnya. Dalam keluarga atau masyarakat

normal saja pendidikan agama Islam sudah mulai terabaikan, bagaimana

nasib anak-anak atau masyarakat yang berkebutuhan khusus terutama

dalam hal keagamaan, disini perbedaan antar penelitian ini dan tujuan

penulis.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 32 tahun 2008

tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru pendidikan khusus,

Page 14: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

14

pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi

peserta didik berkebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional, mental,

intelektual, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk

belajar bersama-sama dengan peserta didik lain pada satuan pendidikan umum

maupun kejuruan, dengan cara menyediakan sarana, tenaga pendidik, tenaga

kependidikan dan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan individual peserta

didik. 10Anak berkebutuhan khusus merupakan sebutan pengganti dari anak luar

biasa. Sebutan anak berkebutuhan khusus (children with special needs) merupakan

sebutan yang lebih tepat dari sebutan anak luar biasa dan bahkan anak cacat11

Klasifikasi anak berkebutuhan khusus (ABK)6 adalah sebagai berikut: 1.

Tunanetra (gangguan penglihatan), yakni kurang awas (low visions) dan tunanetra

total (totally blind). 2. Tunarungu (gangguan pendengaran), yakni kurang dengar

(hard of hearing) dan tuli (deaf). 3. Tunagrahita (gangguan kecerdasan intelektual

di bawah rata-rata), yakni ringan (IQ 50-70), sedang (IQ 25-49), dan berat (IQ 25-

ke bawah). 4. Superior (berkemampuan di atas rata-rata), yakni genius, gifted, atau

talented. 5. Tunadaksa (gangguan anggota gerak), yakni layuh anggota gerak tubuh

(polio) dan gangguan fungsi syaraf otak (celebral palcy). 6. Tunalaras (gangguan

perilaku dan emosi), yakni ringan, sedang, dan berat. 7. Gangguan belajar spesifik,

yakni lamban belajar (slow learner), autis, dan ADHD (Attention Deficit

Hyperactivity Disorder) ialah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas12.

10http;//journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj (diakses tanggal 4 Desember 2017 pukul 22:30) 11Ekodjatmiko Sukarso, dkk., Assesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Jakarta: Dirjen PSLB, 2001),

h. 5 12 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (Jakarta: Dirjenmandikdasmen Depdiknas, 2007), 4-5.

Page 15: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

15

Anak berkebutuhan khusus merupakan bagian dari masyarakat yang harus

dibebaskan dan diberdayakan baik dari keterbatasan fisik maupun mentalnya.

Upaya tersebut dilakukan dengan cara memberikan hak yang sama dalam bidang

pendidikan secara berkesinambungan, terpadu dan penuh tanggung jawab agar

mereka tidak lagi dianggap sebagai warga kelas dua yang hanya dipandang sebelah

mata oleh sebagian orang. Penyandang cacat, mereka memiliki keterbatasan fisik,

sehingga mereka akan memiliki sedikit kesulitan dalam menyesuaikan13.

Pendidikan inklusi mulai dicanangkan pada Konferensi Internasional yang

diselenggarakan oleh UNESCO pada tanggal 7-10 Juni tahun 1994 di Salamanca

Spanyol. Konferensi yang diikuti oleh 92 negara dan 25 organisasi internasional ini

menghasilkan kesepakatan yang dikenal dengan Kesepakatan Salamanca

(Salamanca Statement) yang menyepakati pentingnya pelaksanaan pendidikan

inklusi oleh semua negara di dunia sehingga setiap sekolah dapat melayani semua

anak, termasuk anak berkebutuhan khusus. Menurut Depdiknas , anak

berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan mengalami

kelainan atau penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dalam

proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain

seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan

demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan tertentu,

tetapi kelainan atau penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga tidak

memerlukan pelayanan pendidikan khusus.14

13 Noor, Triana Rosalina, 2017. Analisis Desain Fasilitas Umum Bagi Penyandang Disabilitas (Sebuah Analisis Psikologi Lingkungan), Journal An-Nafs Kajian Penelitian Psikologi, Institut Agama Islam Tribakti Kediri, Vol 2 No 2. 14 ibid, h. 8.

Page 16: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

16

Para ilmu mengatakan anak yang yang berkeburuhan khusus tak harus di

sekolah Luar biasa, hanya saja kita di Indonesia masih kekurangan guru yang

mampu mendidik anak-anak seperti meraka. Sehingga banyak kejadian anak-anak

berkebutuhan khusus tidak sekolah di sekolah yang normal, kareana alasan bahwa

akan merekan akan menganggu anak-anak yang lainnya.Seberapa jauh para guru

siap menangani siswa berkebutuhan khusus di sekolah masih merupakan sebuah

pertanyaan yang harus diuji lebih lanjut. Terutama di Provinsi Gorontalo ini.

Pelaksanaan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus dapat dilakukan

dengan menggunakan dua model yaitu : 1)Secara tersendiri/khusus (segresi) artinya

anak berkebutuhan khusus dikelompokkan dengan anak berkebutuhan khusus saja

dalam satu tempat. 2) Secara terpadu (inklusi) artinya anak berkebutuhan khsusus

dikelompokkan dengan anak pada umumnya dalam satuan pendidikan, tentunya

dibantu oleh guru pembimbing/tenaga ahli pendidikan luar biasa.15 Dan Secara

umum penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus agar mandiri

mengacu pada dua prinsip pokok, yaitu: 1) Rehabilitasi, yaitu mengupayakan untuk

memperbaiki kekurangan dalam taraf tertentu. 2) Habilitasi, yaitu upaya

penyadaran bahwa dirinya masih memiliki kemampuan yang dapat diberdayakan16.

Dengan demikian yang pembelajaran pendidikan Islam pada anak yang

berkebutuhan khusus, merupakan proses belajar mengajar terhadap anak didik

tentang ajaran agama Islam agar peserta didik memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama Islam, yang di orientasikan kepada peserta didik yang

15 Ekodjatmiko Sukarso dkk., Acuan Penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa (Jakarta: Dirjen PLSB,

2001), h. 18 16 Ibid hal 25

Page 17: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

17

mengalami gangguan dari indra pendengaran baik itu hearing impairment atau

kerusakan pendengaran yang meliputi ketulian dan kesulitan mendengar, deaf

person atau orang yang kehilangan pendengaran sekitar 90 dB, dan hard or hearing

atau kesulitan dalam mendengar.

Salah satu bagian penting bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus

tersebut adalah pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam adalah upaya

sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan

antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum

PAI, 2002)17. Pendidikan luar biasa (PLB) memisahkan antara anak luar biasa

dengan anak lain pada umumnya, untuk keperluan pembelajaran. Hal ini berarti

bahwa pemisahan anak luar biasa dari anak lain pada umumnya hendaklah

dipandang untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan belajar

yang terprogram, terkontrol, dan terukur atau yang secara ringkas disebut tujuan

instruksional khusus18.

Sebuah kebutuhan yang mendesak merumuskan pola pembelajaran khusus

bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus, teori pembelajaran yang berbasis

pembelajaran aktif, innovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bisa dimodifikasi

17Hanum, L. (2017). Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 11(2), 217-236. 18Maftuhatin, L. (2014). Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kelas Inklusif

di SD Plus Darul'ulum Jombang. Religi: Jurnal Studi Islam, 5(2), 201-227.

Page 18: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

18

sesuai dengan kondisi peserta didik19. Oleh karena dilakukan secara terencana dan

bertujuan, maka seyogianya juga memberikan suatu indikasi secara jelas dan

terukur melalui suatu perumusan tujuan instruksional, penetapan proses dan

kegiatan belajar mengajar, penggunaan metode mengajar yang tepat, pelibatan

media (alat peraga) yang diperlukan dan menunjang pembelajaran dan sebagainya.

Itulah sebabnya maka pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu proses

instruksional yang terstruktur dalam artian prosesnya terkait dengan suatu

rangkaian komponen pembelajaran yang saling terkait satu dengan yang lain

menuju pencapaian tujuan instruksional yang telah digariskan sebelumnya. Jika

tidak demikian, maka pembelajaran dapat dianggap kurang efektif.

B. Hakikat Peran Guru

Menurut Dri Atmaka guru ialah seorang dewasa yang bertanggung jawab

memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani

maupun rohani.Agar terpacu tingkat kedewasaan maupun berdiri sendiri memenuhi

tugasnya sebagai makhluk tuhan, makhluk social, makhluk individu yang mandiri.

Ada pepatah mengatakan guru adalah seseorang yang akan ditiru dan diguguh yang

artinya segala perbuatan juga tingkah laku secara otomatis akan di ikut oleh anak

didik bahkan akan menjadi tolak ukur penilaian tersendiri. Menjadi seorang guru

bukan hanya sekedar mangajar saja namun juga akan menjadi suri tauladan yang

baik akhlaknya.

19Budiman, A. (2016). Efektivitas Pembelajaran Agama Islam Pada Peserta Didik Berkebutuhan

Khusus. At-Ta'dib, 11(1).

Page 19: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

19

Menurut pakar pendidikan guru memiliki peran yang beragam berdasarkan

penelitian yang dilakukan mengenai peran guru, dan telah dikaji oleh Pullias dan

Young pada tahun 1988.20 Adapun peran guru antara lain sebagai berikut ;

1. Guru sebagai Pengajar

Guru sebagai pengajar lebih ditekankan kepada tugas dan merencanakan

serta melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat

pengetahuan dan keterampilam teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau

bahan yang akan diajarkan. Sebagai pengajar ia pun harus mampu membantu

perkembangan perserta didik dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu

pengetahuan.21Setiap guru akan memberikan pengetahuan, dan keterampilan serta

pengalaman.Hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah

laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak

memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan

negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam

masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut22.

2. Guru sebagai Pendidik

Guru mampu mendidik apabila dia memepunyai kestabilan emosi, memiliki

rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan peserta didik, bersifat realistis,

jujur, terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama terhdapa inovasi

20 Muh. Arif, Profesi Kependidikan Pedoman dan Acuan Guru Mencintai Profesinya,

(Sultan Amai Press;2012), Cetakan 1, h.2. 21 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, ( Bandung; Remaja

Rosdakarya, 2008), h. 233. 22Hasibuan, R. P. (2014). Peran Guru dalam Pendidikan. In Prosiding Seminar Nasional

Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (Vol. 1).hal 402

Page 20: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

20

pendidikan. Guru sebagai pendidik harus mampu memotivasi peserta didik,

menumbuhkan dan menanam perilaku serta akhlak yang mulai.23

3. Guru Sebagai Pembimbing

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing yaitu memberikan

bantuan kepada perserta didik dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya.Tugas ini merupakan aspek mendidik bukan hanya menyampaikan

ilmu pengetahuan, melainkan juga menyangkut pembinaan kepribadian dan

pembentukan nilai-nilai yang positif.24

Seorang pembimbing harus memilki karakteristik sebagai berikut: 1)

memiliki empati, atau seorang guru harus bisa merasakan apa yang dirasakan siswa.

2) memiliki sifat ramah, dan bersahabat. 3) selalu memberikan motuvasi, 4) jujur,

5) cepat tanggap terhadap perlakukan setiap peserta didik. 6) cerdas dan kreatif. 7)

Berwawasan religius, psikologis, sosiologis, dan budaya25.

4. Sebagai Pembaharuan dan Pembanguna Masyarakat

Guru di harapakan mampu menjadi pengajar, pendidik serta pembimbing

bagi siswanya dalam berbagai situasi baik secara individual dan kelompok, di

dalam maupu di luar kelas, formal, non formal, dan informasi sesuai dengan

keragaman karakteristik dan kondisi objektif siswa dengan lingkungan. Sehingga

guru dapat menjadi pembaharuan dan perubahan masyarakat dimanapun ia berada,

dengan demikian seorang guru dapat menyandang tugas professional.26

23Udin Syaifuddin Saud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung; Alfabeta, 2010), h.36. 24Ibid, h.3. 25 Willis, S. S. (2003). Peran guru sebagai pembimbing. Mimbar Pendidikan: Jurnal

Pendidikan, (1). 26Ibid, h.4.

Page 21: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

21

5. Guru Sebagai Administrator kelas

Guru sebagai Administrator kelas hakikatnya merupakan jalinan antara

ketatalaksanaan bidang pengajaran jauh lebih menonjol dan lebih di utamakan pada

profesi guru.Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga

sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu

seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar perlu diadministrasikan dengan baik. Karena administrasi yang

dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, dalam mencatat hasil belajar dan

sebagainya merupakan dokumen yang berharga untuk mengetahui dia telah

melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru mempunyai peranan dan kedudukan

kunci didalam keseluruhan proses pendidikan, terutama dalam pendidikan formal

bahkan dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pada umumnya27.

6. Guru Sebagai Demonstrator

Guru harus mampu menguasai bahan ajar atau materi pelajaran yang akan

diajarkannya serta dikembangkan dalam meningkatkan kemampuannya dalam hal

bidang ilmu yang di miliki karena hal ini sangat menentukan hasil belajar siswa.

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya

senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta

senantiasa mengembagkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal

ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang

dicapai oleh siswa. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa dia sendiri

27Hasibuan, R. P. (2014). Peran Guru Dalam Pendidikan. In Prosiding Seminar Nasional

Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (Vol. 1).

Page 22: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

22

adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara

demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai

bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga

mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar apa

yang disampaikannya itu dimiliki betul-betul dimiliki oleh anak didik28.

7. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitas

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman

tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi

untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran. Guru tidak cukup hanya

memilikiilmu pengetahuan tentang media pendidikan, akantetapi harus memiliki

keterampilan memilih dan mengunakan serta mengusahakan media yang sesuai

dengan tujuan, materi, metode, evaluai, dan kemampuan guru serta minat belajar

siswa dan kemampuan mereka.

Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk

memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, dan sumber belajar yang berguna

dapat menunjang pencapaian tujuan dari proses pembelajaran, berupa nara sumber,

buku teks, modul dan sebagainya.

8. Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi sudah pasti bicara tentang penilaian, dengan penilaian agar guru

dapat mengetahui pencapaian, tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran,

ketepatan atau keefektifan metode mengajar.Tujuan penilain adalah untuk

28 Khairunnisa,(2017) Peranan Guru Dalam Pembelajaran. Prosiding Seminar Nasional

Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.Hal 414

Page 23: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

23

mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas.Dengan penilaian guru dapat

mengeklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk dalam kelompok siswa yang

pandai, sedang, kurang atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan

teman-temannya. Dengan menelaah pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat

mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakuakan cukup efektif

memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya.

9. Guru Sebagai Suri Teladan

Pada dasarnya perubahan perilaku ditunjukan oleh perserta didik harus

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilki oleh

seorang guru.Atau dengan guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan terhadap

perilaku perserta didik. Untuk itulah guru harus menjadi contoh teladan yang baik

bagi perserta didiknya, karena guru adalah representsi dari kelompok orang pada

suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan yang

dapat.

10. Guru Sebagai Psikologi

Guru sebagai psikologi, yaitu guru harus mampu mengenal setiap karakter

peserta didiknya untuk memudahkan dalam proses pembelajaran, agar tidak akan

ada kontrak disi antara guru dan perserta didiknya.29

Melihat beberapa peran guru di atas bisa di simpulakan guru dianggap

memilki peran yang sangat penting dan mulia di tengah masyarakat. Ungkapan

29 Ahmad Sabri, Quantum Teaching Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta;

Ciputat,2007), h.70.

Page 24: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

24

bahwa guru adalah “pahlawan tanpa tanda jasa” mengekspresikan pentingnya peran

tersebut. Guru dianggap seperti pahlawan yang menyelamatkan kehidupan banyak

orang. Peran guru yang dipandang mulai oleh masyarakat juga tercermin dari

akronim kata “digugu” dan “ditiru” berarti hal-hal yang dilakukannya layak

menjadi teladan. Dalam peribahasa Indonesia “guru kencing berdiri, murid kencing

berlari” mengandaikan pentingnya peran guru yang bukan hanya ditiru, melainkan

juga diimprovisasikan oleh perserta didiknya.Para perserta didik bukan hanya

mengimitasi perilaku melainkan juga mengembangkannya. 30 Penanaman dan

pengembangan pendidikan karakter di sekolah menjadi tanggung jawab bersama.

Pendidikan karakter dapat dintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata

pelajaran. Setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilainilai pada

setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan

konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran nilai-nilai karakter ini tidak berhenti

pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada tataran internalisasi, dan pengamalan

nyata dalam kehidupan anak didik sehari-hari di masyarakat31.

Selain guru dituntut menjadi teladan bagi perserta didik, guru juga harus

mampu membelajarkan anak, menciptakan suasana belajar yang bergairah dan

merangsang untuk menciptakan pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan

dengan tingkat perkembangan anak, dan menciptakan kegiatan belajar bermakna

bagi peserta didik sehingga hasilnya dapat bertahan lama.

C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

30Sigit Setyawan, Guruku Panutanku, (Yokyakarta; Kanisius, 2013), h.1. 31Wardani, K. (2010, November). Peran guru dalam pendidikan karakter menurut konsep

pendidikan Ki Hadjar Dewantara. In Proceeding of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI &UPSI (pp. 8-10).

Page 25: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

25

Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan

“pe” dan akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses,

perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar32.

Pengertian pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir ialah pendidikan Islam

merupakan bimbingan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik agar

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan pendidikan

adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap peserta didiknya

dengan tujuan membimbing kearah yang lebih sempurna yakni dengan

menggunakan sarana atau alat belajar dan berlangsung pada suatu tertentu.33Jadi

yang dimaksud pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses belajar

mengajar terhadap anak didik tentang ajaran agama Islam agar peserta didik

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.

Ilmu pendidikan Islam dapat juga diartikan sebagai studi tentang proses

kependidikan yang didasrkan kepada al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW.

Ilmu pendidikan Islam akan menerima pengaruh yang luas dari berbagai disiplin

ilmu yang sesuai dan terus berkembanag yaitu; ilmu psikologi, filsafat, sejarah,

sosiologi, kebudayaan, politik, hukum dan lainnya. Selain itu, Ilmu pendidikan

Islam tidak memiliki karakter yang sekuler sebagaimana yang terdapat dalam

budaya barat. Kata “Islam” yang berada di belakang kata “Ilmu Pendidikan “ selain

menjadi sumber motivasi, inspirasi, sublimasi, dan itergrasi bagi pengembangan

32Susanto. (2013). Teori Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. 33Muh. Arif, Pendidikan Agama Islam, (Gorontalo; Sultan Amai Press;2013), h.1.

Page 26: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

26

ilmu pendidikan, juga sekaligus menjadi karakter dari ilmu pendidikan Islam itu

sendiri.

1. Dasar Pendidikan Islam

a. Al-Quran dan Hadis

Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya

adalah al-Qur’an dan Hadis Rsulullah. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual

muslimkemudian menegmbangkannyadan mengklasifikasinya ke dalam dua bagian

yaitu; pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua,

adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena itu

pendidikantermasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang

syariah.Sehubungan dengan pendidikan terdapat beberapa ayat di dalam al-Qur’an.

Hal ini dapat di lihat dalam Q,S al-Alaq; 1-534

اقرأباسم ربك الذي خلق. خلق االنسان من علق. اقرأوربك االكرم. الذي

علم با لقلم.علم االنسان مالم یعلم.

Terjemahanya:

34 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya,( Jakarta; Proyek Pengadaan

Kitab Suci al- Qur’an, 2014),h. 597.

Page 27: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

27

Bacalah dengan (menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia.Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dan masih banyak lagi Ayat-ayat pendidikan dalam al-Qur’an ada pun hadis

pendidikan sebagai berikut; Dari Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah

Saw bersabda ; Barang siapa yang menempuh jalan menuntt ilmu akan dimudahkan

Allah jalan untuknya ke surge. (HR, Muslim, At-Trimidzi, Ahmad dan Al-Baihaqi)

b. Dasar sosiologis

Dasar sosiologis merupakan dasar yang memberikan kerangka sosial budaya

pendidikan agama Islam yang dilaksanakan.Dasar ini juga berfungsi sebagai tolok

ukur dalam prestasi belajar.Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak

kehilangan konteks atau tercerabut dari akar masyarakatnya. Prestasi pendidikan

hampir tidak berguna jika prestasi itu merusak tatanan masyarakat. Demikian juga

masyarakat yang baik akan menyelenggarakan format pendidikan yang baik pula.35

c. Dasar psikologis

Dasar ini berguna untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan

batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu meningkatkan prestasi dan

kompetensi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang memberikan

suasana batin yang damai, tenang dan indah di lingkungan pendidikan, meskipun

35Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2008),h.

45.

Page 28: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

28

dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat

untuk menjadi lebih maju bagi pengembangan pendidikan.36

Dalam pembelajaran agama Islam, dasar ini juga berfungsi sebagai cara

belajar untuk mendekatkan diri kepada Allah. Peserta didik juga akan merasa

tenang hatinya kalau mereka bisa mendekatkan diri pada Allah. Oleh karena itu

manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, hanya saja

cara mereka berbeda, sesuai dengan kepercayaan dan agama yang dianutnya. Itulah

sebabnya, bagi seorang muslim diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar

dapat mengarahkan fitrahnya dengan benar tanpa adanya agama sebagai pegangan

hidup selamanya manusia tidak akan tentram hatinya, tanpa adanya pendidikan

agama dari suatu generasi ke generasi berikutnya maka orang akan semakin jauh

dari agama yang dianutnya.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan

sikap.Tujuan pendidikan dapat dimaknakan sebagai suatu sistem nilai yang

disepakati kebenarannya dan kepentingannya yang ingin dicapai melalui kegiatan,

baik di jalur pendidikan sekolah maupun diluar sekolah.37Pendidikan sebagai usaha

normatif, maka tujuanyapun harus normatif.Baik pendidikan Islam maupun

pendidikan lainnya, para ahli membagi dengan pembagian yang berbeda.Menurut

36 Ibid, h. 46 37Ibid, h. 25

Page 29: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

29

Langevel misalnya yang dikutip oleh Mappanganro bahwa, tujuan pendidikan

diklasifikasikan ke dalam enam bagian.yaitu sebagai berikut;

a. Tujuan tidak lengkap

b. Tujuan Khusus

c. Tujuan Seketik

d. Tujuan Sementara

e. Tujuan tidak Lengkap

f. Tujuan Perantara

Dilihat dari Ilmu Pendidikan teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara

bertingkat. Adapun tujuan terakhir pendidikan Islam adalah pada hakikatnya

merupakan realisasi dari cita-cita ajaran agama Islam itu sendiri, yang membawa

misi kesejahteraan umat Islam sebagai hamba Allah SWT, lahir dan batin, dunia

dan akhirat. Tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli

pendidikan Islam dari semua golongan dan mazhab dalam Islam. Pendidikan Islam

berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup

didunia ini telah berakhir pula .Tujuan umumnya yakni berbentuk Insan Kamali

dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam

perjalanan hidup seseorang.

Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena

itulah pendidikan Islam berlaku seumur hidup untuk menumbuhkan, memupuk dan

mengembangkan, serta memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan Islam

yang dicapai

3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Page 30: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

30

Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas

didalamnya banyak aspek yang ikut terlibat, baik langsung maupun tidak langsung.

Adapun ruang lingkup pendidikan Islam sebagai berikut; perbuatan medidik,

peserta didik, dasar dan tujuan pendidikan Islam, pendidik, materi, metode, alat,

evaluasi dan lingkungan pendidikan.38 Sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan

media pembelajaran perlu saling bekerjasama agar menghasilkan suatu perubahan

yang bermakna pada diri peserta didik sebagaimana ditetapkan sebagai tujuan

pembelajaran yang nantinya berdayaguna dan berhasil guna. Untuk itu dapat

dianalisis berbagai faktor yang terkait dengan pembelajaran agar menghasilkan

suatu pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang yang berdayaguna.

Namun menurut Abuddin Nata ruang lingkup pendidikan Islam

yaitu;pertama,teori dan konsep yang diperlukan bagi perumusan desain pendidikan

Islam denagn berbagai aspeknya; visi misi, tujuan, kurikulum, proses pembelajaran,

dan sebagainya. Kedua, teori dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan

praktik pendidikan, yaitu memengaruhi perserta didik, agar mengalami perubahan,

peningkatan dan kemajuan, baik dri segi wawasan, keterampilan, mental spiritual,

sikap, pola pikir, dan kepribadiannya.Strategi pembelajaran Pendidikan Agama

Islam bagi penyandang disabilitas tentu akan dapat menambah khazanah keilmuan

dan menjadi rujukan bagi segenap praktisi pendidikan untuk dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran mereka. Penelitian ini disusun dengan maksud untuk

mengekplorasi strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi penyandang

38Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung ; Pustaka Setia, 1997),h. 16.

Page 31: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

31

disabilitas. Lokasi penelitian yang diambil yakni SMPLB Bintara Campurdarat

Tulungagung.

Pendidikan Islam adalah ilmu yang bersifat ilmiah dan sistemarik yang

membahas tentang ilmu pendidikan, baik yang berdasarkan konsep education

academic maupun pedagogie dengan berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai

karakteristiknya, yaitu bersifat ilmiah, ternuka, dinamis, berorientasi ke masa

depan, seimbang, mengutamakan, keunggulan, sesuai dengan perkembengan

zaman, menjunjung akhlak mulia, egaliter, demokratis, bertumpu pada visi

transcendental, humanistic, dan ekologis. Ilmu pendidikan Islam memudahkan

antara petunujuk dari Allah, dan Rasulnya, dan dari pemikiran manusia yang sesuai

dengan petunjuk Allha dan Rasulnya.Untuk peserta didik dengan kebutuhan

khusus, pembelajaran agama Islam memerlukan pendekatan dan metode khusus

agar pembelejaran bisa dinikmati oleh pesarta didik terutama kalau sudah

berhubungan dengan fiqih dan praktek ibadah. Disain pembelajaran yang tepat akan

memudahkan peserta didik mencerna bahan ajar meskipun dengan keterbatasan

fisik, akal ataupun mental.

4. Langka-langka Materi Pendidikan Agama Islam

Pembelajaranmateri Pendidikan Agama Islam secara procedural haruslah

berdasarkan karakteristik siswa.karena materi pembelajaran yang di kembangkan

,pada akhirnya di maksudkan untuk membantu siswa agar mudah dalam

belajar.untuk itu sebelum mengembangkan materi perlu di lihat kembali

karakteristik siswa.

Page 32: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

32

Secara garis besar langkah langkah pengembangan materi pembelajaran

Pendidikan Agama Islam meliputi;

a. Mengidentifikasi aspek aspek yang terdapat dalam standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang menjadi acuan dan rujukan pengembangan

materi Pendidikan Agama Islam

b. Memgidentifikasi jenis jenis materi pembelajaran Pendidikan Agama

Islam;

c. Memilih pertama pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang relevan

dengan standar kompetensi dan kompentensi dasar yang telah

teridentifikasi tadi ;dan

d. Memilih sumber materi pembelajaran Pendidikan Agama Islamdan

selanjutnya mengemas materi pembelajaran tersebut.

1. langkah pertama

Sebagai langka pertama dalam materi Pendidikan Agama Islam adalah

mengidentifikasi aspek aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan

kompetensi dasar.Guru yang dapat menanamkan rasa syukur pada diri peserta yang

mempunyai kebutuhan khusus tersebut akan menjadikan mereka bersemangat

menuntut ilmu dan mandiri. Kemandirian peserta didik termasuk juga kemandirian

dalam belajar, dengan latihan yang kontinyu dan telaten sedikit demi sedikit akan

menjadikan mereka memahami sendiri apa yang harus dilakukan dalam belajar

meskipun peran guru /pembimbing tidak akan bisa lepas paling tidak dalam

mengevaluasi perkembangan belajar anak tahap demi tahap.

2. langka kedua

Page 33: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

33

Materi pembelajaran merupakan subtansi isi yang harus di pelajari dan di

kuasai peserta didik dalam proses pembelajaran.Subtansi ini dapat berupa

fakta,konsep,prinsip,prosedur,keterampilan sikap.sejalan dengan berbagai jenis

aspek standar kompetensi. materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bisa juga

dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kongnitif,efektif,dan

psikomotorik.Dalam pembelajaran, guru Pendidikan Agama Islam harus

membimbing belajar siswa sehingga mau berpikir akan apa yang harus dilakukan

dalam kewajibanya sebagai pelajar. Guru di SMPLB Bintara Campurdarat

diharapkan benar-benar mampu mengkondisikan belajar siswa secara efektif.

3. Langkah ketiga

Sedangkan langkah ketiga dalam materi pembelajaran Pendidikan Agama

Islamadalah memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

Cara guru agama Islam yang paling mudah untuk menentukan jenis materi

pembelajaran Pendidikan Agama Islamyang akan diajarkan adalah dengan jalan

mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus di kuasai siswa.

Dengan mengacu pada kompetisi dasar kita akan mengatahui apakah materi

pembebelajara Pendidikan Agama Islam yang harus kita ajarkan berupa fakta,

konsep, prinsip, prosedur aspek sikap, atau pisikomotorik.

4. Langka Keempat

Memilihi sumber materi pembelajaran merupakan langka ke empat dari

keseluruhan langka pengembangan materi pembelajaran Pedidikan Agama Islam.

Untuklebih jelasnya urainan tentang langka ke empat adalah memilihi sumber

Page 34: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

34

materi pembelajaran yang akan diuraikan terlebih dahulu apa sumber materi

pembelajaran, bahan pertimbangan dalam memilih materi pembelajaran Pendidikan

Agama Islam jenis pengembangan materi Pendidikan Agama Islam, dan

pengemasan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.39

39 Najamuddin P Solong, Pengembangan Materi Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta:

Teras 2014), h. 99-111

Page 35: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

35

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research)

denganpendekatan kualitatif.Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif

sebagaisuatu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamentalbergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

maupun dalam peristilahannya.40Dalam penelitian ini ditunjang pula dengan library

research (kepustakaan)yaitu sumber data yang berupa buku-buku atau literatur

yang berkaitan denganpembahasan.Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan prosedur analisisyang tidak menggunakan prosedur analisis statistik

atau cara kuantifikasi lainnya.

Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif

denganpenelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa

usahakuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif. Adapun

pengumpulan data penelitian ini di lakukan di SLB (Sekolah Luar Biasa ) Kota

Gorontalo.

2. Lokasi Penelitian

40 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2006),4.h.

Page 36: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

36

Dalam menentukan lokasi penelitian ini, peneliti merujuk pada pendapat

James P. Spredlay tentang pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian yaitu

:Sederhana, mudah memasukinya,tidak begitu kentara dalam melakukan penelitian,

mudah memperoleh izin,kegiatannya terjadi berulang – ulang.

Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mengambil lokasi.Lokasi penelitian

yaitu berlokasi diberlokasi di SLB (Sekolah Luar Biasa) Kota Gorontalo SDLB

B. Pendekatan Penelitian

Sedangkan pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan psikologi pendidikan,artinya pendekatan yang meliputi aspek-aspek

kejiwaan yang ada pada diri peserta didik.Psikologi pendidikan pada dasarnya

merupakan sebuah disiplin ilmu psikologi yang khusus mempelajari,meneliti dan

membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu

yang meliputi tingkah laku peserta didik,tingkah laku belajar,tingkah laku

mengajar,dan tingkah lakubelajar mengajar.41

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek dalam penelitian ini adalah

Kepala Sekolah SLB Kota Gorontalo dan guru PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM.Dalam hal ini kepala sekolah dijadikan sumber untuk mengetahui

perjalanan dan keadaan SLB Kota Gorontalo. Selain itu untuk mengetahui bentuk

kurikulum, pengawasan, dan bentuk pembelajaran pendidikan agama Islam untuk

anak-anak yang berkebutuhan khusus di SLB Kota Gorontalo.

41 Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah;skripsi Program Studi Pendidikan Agama

Islam(Gorontalo ,2015),h. 128

Page 37: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

37

Guru Pendidikan Agama Islamdi SDLB Kota Gorontalo.Dalam hal ini guru

Agama adalah sumber utama untuk mengetahui tentang penerapan dan praktek

keagaman sampai pemebelajaran Pendidikan Islam untuk peserta didik yang

berkebutuhan khusus.

Peserta Didik SDLB Kota Gorontalo sebagai subjek yang akan di amati

dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Islam khususnya yang berkebutuhan

khusus.

Objek dalam penelitian ini adalah proses dan penerapan pendidikan Islam

untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus.

D. Sumber Data

Sumber data dalam hal ini adalah,”subyek dan objek dari mana data di

peroleh dari beberapa keluarga yang ada di dusun dekat lokasi tersebut.

a. Data primer: yaitu data yang di peroleh melalui observasi dan wawancara

langsung dengan subjek dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang

sudah disiapkan.

b. Data Sekunder: yaitu data yang berbentuk dokumen-dokumen atau arsip-

arsip penting yang di peroleh melalui dinas-dinas tertentu seperti, buku-

buku, majalah, koran, dan dokumen-dokumen lainnya yang relevan dengan

penelitian.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Page 38: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

38

Tehnik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana

carapenulis mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

beberapametode dalam pengumpulan data sebagai berikut:42

1. Metode Observasi (pengamatan)

Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian

manusiadengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca

inderalainnya.Melaluiobservasi, penulis belajar tentang perilaku, dan makna dari

perilaku tersebut.Adapun observasi yang dilakukan penulis termasuk dalam jenis

observasipartisipasi.

Yaitu penulis terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.Sambil

melakukan pengamatan, penulis ikut melakukan apa yang dikerjakanoleh sumber

data.Dalam metode observasi ini penulis tidak hanya mengamati obyek studitetapi

juga mencatat hal-hal yang terdapat pada obyek tersebut. Selain itumetode ini

penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi dankondisi secara

universal dari obyek penelitian, yakni letak geografis/lokasi.sekolah, kondisi sarana

dan prasarana, struktur organisasi yang ada di sekolah Luar Biasa kota Gorontalo.

2. Metode Wawancara (interview)

Metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keteranganuntuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antarapewancara

dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpamenggunakan

42 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya : Airlangga University

Press,2001)., h. 142

Page 39: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

39

pedoman (guide) wawancara. 43 Dalam menggunakan metode ini peneliti

mengadakan tanya jawabsecara langsung dengan membawa instrumen penelitian

sebagai pedomanpertanyaan tentang hal-hal yang akan ditanyakan dengan cara

menanyakanbeberapa pertanyaan untuk mencari data tentang implementasi

strategipembelajaran hasil pada pembelajaran pendidikan agama Islamdalam

meningkatkan berpikir logis siswa sekolah luar biasa yang kemudian satu per-satu

di perdalam danmengoreknya lebih lanjut.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakanuntuk menelusuri data historis. 44 Adapun metode dokumen yang

dimaksuddalam penelitian ini adalah buku-buku, catatan-catatan, majalah-

majalah,surat kabar, internet, koran, transkrip nilai yang berhubungan

langsungdengan penelitian dalam skripsi ini yaitu tentang strategi

pembelajarancrossword puzzle dalam pemebelajaran pendidikan agama Islam

dalammeningkatkan berpikir logis siswa di Sekolah Luar Biasa kota Gotontalo.

F. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong

dalambukunya mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan

denganjalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadisatuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

43 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2007),h .310. 44 Burhan Bungin,h.,.133.

Page 40: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

40

pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa

yangdapat diceritakan kepada orang lain.45

Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data dalam penelitian

iniadalah:

1. Reduksi Data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yangpokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu datayang berasal

dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapatmemberikan gambaran yang

lebih tajam tentang hasil pengamatan.46

Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-

pilihanterhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana

yangmerupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksidata

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan datadengan cara sedemikian

rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.47

2. Display Data

Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhanadalam

bentuk kata-kata, kalimat naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agardata

45 Lexy J. Moleong, Metode...,h. 248. 46Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:

UNESA University Press, 2007),h 32. 47 mam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001),h. 194.

Page 41: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

41

yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasaruntuk mengambil

kesimpulan yang tepat.48

3. Verifikasi dan Simpulan

Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat

simpulansimpulansementara.Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut

harusdicek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti

danselanjutnya kearah simpulan yang mantap.Penarikan simpulan bisa jadidiawali

dengan simpulan tentative yang masih perlu disempurnakan. Setelahdata masuk

terus menerus dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya,akhirnya didapat

simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas.Simpulan adalah intisari dari temuan

penelitian yang menggambarkanpendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada

uraian-uraian sebelumnya.49

Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian,

tujuanpenelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar dalam proses selanjutnya kita dapat mengetahui apa saja yang telah

ditemukan dan di interpretasi di dalam lapangan, maka kita perlu

mengetahuikredibilitasnya dengan menggunakan teknik perpanjangan kehadiran

peniliti dilapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (sumber, metode,

penelitian danteori) dan pelacakan kesesuaian hasil. Selanjutnya perlu dilakukan

pengecekandapat atau tidaknya ditransfer ke latar lain (transferability),

48 Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), h.194. 49Ibid., h. 34.

Page 42: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

42

ketergantungan padakonteksnya (dependability) dan dapat tidaknya

dikonfirmasikan kepadasumbernya (confirmability).Jadi, yang dimaksud dengan

keabsahan data adalah bahwa setiap keadaanharus memenuhi; (1)

mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasaragar hal itu dapat

diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapatdibuat tentang

konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-

keputusannya.50

1. Perpanjangan Keikutsertakan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data.Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, akan

tetapimemerlukanperpanjangan keikutsertaan pada penelitian

dilapangan.Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di

lapanganpenelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal

tersebutdilakukan maka akan membatasi:51

a. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.

b. Membatasi kekeliruan (biases) penelitian.

c. Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak

biasaatau pengaruh sesaat.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan yaitu secara konsisten mencari interpretasi dengan

berbagai caradalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atautentative.

50 Lexy J. Moleong, Metode..., 320. 51Ibid., h. 327.

Page 43: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

43

Mencari suatu usaha yang membatasi berbagai pengaruh danmencari apa yang

dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Hal iniberarti peneliti hendaknya

mengadakan pengamatan dengan teliti dan rincisecara berkesinambungan terhadap

faktor-faktor yang menonjol. Kemudian iamenelaahnya secara rinci sampai pada

suatu titik sehingga pada pemerikasaantahap awal tempak salah satu atau seluruh

faktor yang ditelaah sudahdipahami dengan cara yang biasa.52

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yangmemanfaatkan

sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekanatau sebagai

pembanding terhadap data itu.Teknik triangulasi yang palingbanyak digunakan

ialah pemeriksaan melalui sember lainnya. Hal itu dapat di capai dengan jalan; (1)

membandingkan data hasil pengamatan dengan datahasil wawancara, (2)

membandingkan apa yang dikatakan orang di depanumum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apayang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yangdikatakannya sepanjang waktu, (4)

membandingkan keadaan dan prespektifseseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang seperti rakyatbiasa, orang yang berpendidikan menengah atau

tinggi, orang berada, orangpemerintahan dan (5) membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.53

H. Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap Pra-lapangan

53 Ibid., h. 330.

Page 44: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

44

Dalam tahap pra-lapangan, ada beberapa tahap kegiatan yang telahpeneliti

siapkan demi lancarnya proses penelitian dilapangan.54 Tahapan-tahapan tersebut

yaitu: a) Menyusun Rancangan Penelitian, b) Memillih Lapangan Penelitian, c)

Mengurus Perizinan,d) Menjajaki dan Menilai Lapangan, e) Memilih dan

Memanfaatkan Informan. f) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian, g)Persoalan

Etika Penelitian

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Di dalam tahap pekerjaan lapangan atau proses di lapangan nantinya,maka

dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

1)Pembatasan Latar dan Peneliti

2) Penampilan

3) Pengenalan Hubungan Peneliti di Lapangan

4) Jumlah Waktu Studi

b. Memasuki Lapangan

1) Keakraban Hubungan

2) Mempelajari Bahasa

3) Peranan Peneliti

c. Peran Serta (Pengumpulan Data)

1) Pengarahan Batas Studi

2) Mencatat Data

3) Petunjuk tentang Cara Mengingat data

54Ibid., h. 127.

Page 45: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

45

4) Kejenuhan, Keletihan dan Istirahat

5) Meneliti Suatu Latar yang di dalamnya terdapat Pertentangan

6) Analisis di Lapangan

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data telah penulis kemukakan diatas yaitu: upayayang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,memilah-

milahnyamenjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yangdipelajari dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Page 46: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

46

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Sekolah

SLB Kota Gorontalo dibangun sejak tahun 1985 yang terletak di ibu kota

provinsi Gorontalo merupakan SLB pertama yang dibangun untuk melayani

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus(anak luar biasa) di provinsi Gorontalo

dan telah mengalami perubahan baik fisk maupun non fisik dan untuk selanjutnya

perlu dikembangkan sesuai perkembangan pendidikan luar biasa yang ada di ibu

kota provinsi lain yang sudah maju terutama untuk pengembangan jaringan Sistem

Informasi sangat penting sekali dan pengadaan Jaringan Internet (LAN dan

koneksitas Internet) dan Home page sekolah juga sangat mendesak.

Ditinjau dari letak geografis, gedung SLB Kota Gorontalo sangat strategis,

hal ini disebabkan letak SLB Kota Gorontalo mudah dijangkau dan merupakan

satu-satunya SLB yang ada di Kota Gorontalo yang membina dan membimbing

anak-anak yang berkebutuhan khusus (anak luar biasa) dan pendidikan Layanan

Khusus dalam rangka pengembangan IMTAQ dan IPTEK, SLB Kota Gorontalo

melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler.

Dalam rangka membina dan meningkatkan mutu pendidikan, tentunya tidak

lepas dari pening-katan professional guru dalam rangka proses belajar mengajar

yang bermuara pada terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas,

maka staf dewan guru SLB Kota Gorontalo selalu diikutkan dalam pelatihan atau

penataran yang dilaksanakan di tingkat Kota, provinsi maupun di tingkat nasional.

Page 47: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

47

2. Profil Sekolah

SLB Kota Gorontalo yang beralamatkan di Jl. Beringin Kelurahan

Taludenggi Kecamatan Kota Dungingi Kota Gorontalo didirikan pada tahun 1980

dan mulai beroperasi pada tahun 1985 yang dibangun dengan luas bangunan

1.181,47 M2 dan luas halaman 398,89 M2.

Visi sekolah “Terwujudnya Pendidikan khusus yang berahlak mulia,

mandiri, beriman, berilmu dan beramal” sedangkan misi sekolah Mendidik peserta

didik untuk memiliki sikap, keterampilan dan pengetahuan sehingga menjadi

lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasn emosional, kecerdasan

spritual, beriman dan berahlak mulia melalui proses pembelajaran yang aktif,

interaktif, bermakna dan mneyenangkan sesuai dengan kemampuan dan

karakteristik kebutuhan khususnya.Meningkatkan peran serta warga sekolah dalam

perilaku jujur, hidup bersih, hidup sehat, rukun dan peduli

lingkunganMengembangkan kreativitas, bakat dan minat peserta didik serta

memupuk rasa percaya diri.Memberi keterampilan untuk bekal hidup di masyarakat

dan mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja dan Membantu masyarakat

yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Menjalin kerja sama dengan dunia

usaha dan dunia indutri.

Tujuan daripada SLB adalah Memahami keberagaman agama, budaya,

suku, ras dan golongan sosial ekonomi.Menumbuhkan keyakinan beragama yang

kuat sehingga dapat menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangannya. Melakukan pembiasaan yang mencerminkan nilai luhur

karakter dan budaya bangsa, seperti jujur, disiplin, sopan dan santun. Memahami

Page 48: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

48

kekurangan dan kelebihna diri sehingga dapat mengembangkan potensinya sesuai

dengan karakteristik dan kekhususannya. Memiliki pengetahuna faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar berkenaan dengan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Menunjukkan kemampuan berpikir logis,

kritis, dan kreatif sehingga dapat memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan

sehari-hari. Memiliki kemampuan komunikasi yang memadai sehingga dapat

memecahkan mengaktualisasikan diri dan bekerja sama dalam kelompok maupun

dan lingkungannya. Melakukan aktifitas harin secara mandiri. Mematuhi aturan

sosial yang berlaku di lingkungan masyarakat. Memiliki keterampilan yang

memadai sebagai bekal hidup dan penghidupannya kelak. Memiliki kemampuan

interpersonal yang memadai untuk menjalin kerja sama dan pengembangan usaha.

Table 1.1 Data Siswa SDL

JENIS KETUNAAN

KELAS I II III IV V VI JUMLAH

L P L P L P L P L P L P A 1 1 B 2 1 5 2 7 3 3 2 1 4 1 31 C 5 10 3 6 9 2 4 11 9 6 13 3 81 C1 1 3 2 2 1 1 10 D 1 2 1 2 2 2 10

AUTIS 8 1 9

Untuk mengetahui siswa yang berkebutuhan khusus di sekolah tersebut

menggunakan kode. Misalnya A sebagai siswa tuna netra, B tuna rungu, C tuna

grahita, dan D tuna daksa55.

55 Sumber data SLB Kota Gorontalo

Page 49: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

49

Tabel 1.2 Keadaan Tenaga Pendidik

Jenis Kelainan

Guru Tetap Guru Tidak Tetap

PNS Yayasan PNS Guru Bantu Non PNS

L P L P L P L P L P

A 3

B 4 1 3

C 1 5 3 5

C1 1 1

D 2 3

D1

E

G

Autis 2 1 1

Gr. OR 1 1

Gr. Ag 1 1 2

Gr. Ket. 1 1 3

Gr. M.Pel 4 2

JUMLAH 3 22 8 20

Sumber data SLB Kota Gorontalo

Keadaan pendidik yang ada di SLB kota Gorontalo guru yang menangani

tuna netra tiga orang PNS, tuna rungu empat orang PNS dan non PNS empat orang,

tuna grita tujuh orang PNS dan non PNS delapan orang, tuna daksa dua orang PNS

Page 50: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

50

dan non PNS tiga orang dan autis dua orang, guru olah raga satu, guru agama satu

dan guru mata pelajaran empat.56

Tabel 1.2 Sarana Dan Prasarana

I Kontruksi Kondisi Kondisi R.Ringan R.Berat

Permanen - - Semi Permanen - - - Bertingkat - - - Tidak bertingkat - - Jumlah 6 - -

II Ruang/Bilik - - Ruang Belajar 21 - - Ruang Kepala Sekolah 1 - - Ruang Perpustakaan 2 - - Ruang UKS 1 - - Ruang Ketrampilan 5 - - Ruang Aula 1 - - Ruang Tamu 1 - - Tuang Dewan Guru 1 - -

Ruang Tata Usaha 1 - - Wc/Kamar Mandi 9

Jumlah 44 - - Sumber data SLB Kota Gorontalo

Sarana dan prasaran di SLB memiliki keadaan bangunan yang permanen

dan bertingkat serta kondisi yang baik belum terdapat kerusakan fisik.

B. ProsesPembelajaran Pendidikan Agama Islam

56Sumber data SLB Kota Gorontalo

Page 51: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

51

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari observasi,

wawancara dan dokumentasi selama jangka waktu penelitian terkaitproses

pembelajran Pendidikan Agama Islambagi Peserta Didik yang Berkebutuhan

Khusus di Sekolah Luar Biasa di Kota Gorontalo, dapat peneliti uraikan

sebagaimana berikut.

Proses pembelajaran yang baik sangat berpengaruh untuk perkembangan

peserta didik yang berkebutuhan khusus. Guru yang mendesain pembelajaran yang

menyenangkandan menyampaikan ilmu-yang dimilikinya untuk membentuk sikap

dan karaktersiswa. Di SLB sendiri proses pembelajaran yang baik dan

menyenangkan sangat berpengaruh untuk komunikasi dan motivasi siswa. Guru

harus mampu berkomunikasi dengan siswa yang berkebutuhan khusus, agar dapat

menjalankan proses pembelajaran dengan baik, dalam menjalankan proses

pembelajaran dengan efektif guru harus melakukan kesiapan yang baik sehingga

tidak mendapat kesulitan dalam melakasankan pembelajaran.

1. Perencanaan Pembelajaran

Dalam pembelajaran guru harus melakukan perencanaan untuk kelancaran

proses pembelajaran. Jadi perencanaan awal yang dilakukan seorang guru terhadap

peserta didik untuk semua tuna itu menyediakan bahan ajar. Bahan ajar disini dalam

bentuk buku yang bergambar,dan audio visual. Berikut hasil wawancara dengan

informan.

sebelum melakukan proses pembelajaran kami para guru tentunya harus membuat perangkat pembelajaran atau membuat RPP untuk anak berkebutuhan khusus seperti sekolah pada umumnya. RPP sebagai acuan

Page 52: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

52

guru untuk membuka pelajaran, memilih metode pembelajaran, dan menggunakan alat pembelajaran. Untuk mata pelajaran PAI biasanya saya mengeja perayat dari surah al-Quran, saya mengulang kalimat tersebut hingga beberapa kali. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat menangkap apa yang saya ucapkan57.

Jadi sama halnya dengan sekolah pada umumnya guru harus membuat RPP

sebaagai acuan dalam proses belajar mengajar. Namun sedikit berbeda dengan

sekolah normal pada umumnya. di SLB juga setiap guru membuka pelajaran itu

diawali dengan berdoa. Doa yang selalu di bacakan setiap harinya adalah surah Al-

fatihah. Selain itu juga guru melihat kesiapan dari peserta didik baik berupa

kerapian tempat duduk maupun alat tulis menulis. Kemudian saya menunjukan

buku bergambar yang nantinya akan menjadi balat untuk menunjang proses

pembelajaran.

Pendapat lain dikemukanan oleh guru mata pelajaran olah raga yaitu, untuk

melakukan proses pembelajaran terlebih dahulu kita membuat rencana

pembelajaran, hal ini bertujuan untuk agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik

serta kita mengetahui metode apa yang akan kita gunakan untuk mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar anak58.

Penyajian meteri sendiri dilakukan dengan menggunakan metode carama,

demonstrasi dan melakukan pratek untuk mempermudah siswa. Praktek yang

dimaksud misalnya sholat dan berwuduh. Hal ini tidak luput dengan pendekatan

yang dilakukan guru untuk dapat mengetahui karakter dari setiap peserta didik dan

57Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019 58Ferry B. Makarau, S.Pd selaku guru olah raga Wawancara 14 Mei 2019

Page 53: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

53

juga guru harus mengambangkan dan berlatih metode dan strategi pembelajaran

untuk mencapai tujuan.

Dari hasil observasi peneliti menemukan bahwa benar adanya guru

membuat RPP, hanya saja jarang digunakan. Karena keadaan siswa tidak

memungkinkan guru memlai secara rinci semua yang ada di RPP.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Seorang guru bertanggung jawab dalan mengajar, membimbing,

mengarahkan, dan mengevaluasi peserta didik dalam meningkatkan kualitas

pendidikan. Sebagai seorang pendidik guru harus memiliki sifat-sifat yang unggul

atau dapat dikatakan sebagai guru profesional. Siswa akan senang dengan guru

yang menggunakan metode belajar dan strategi pembelajaran yang menyenangkan.

Berikut penjelasan dari informan

saya sebagai seorang pendidik memang harus memiliki pengetahuan yang luas untuk mentransfernya kepada peserta didik. Tetapi pada peserta didik yang berkebutuhan khusus guru lebih bekerja keras dalam penyamapain materi. Tingkat kepahaman peserta didik yang berkebutuhan khusus itu berbeda-beda. Pada pelajaran Pendidikan Agama Islam sendiri menggunakan metode cerama dan praktek, misalnya dalam melakukan wudhu saya menjelaskan terlebih dahulu kemudain mempraktekannya demikian pula pada sholat59

Sejatinya seorang pendidik harus memahami karkateristik setiap peserta

didik, supaya guru dapat menyaipkan metode atau strategi yang akan digunakan

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Guru harus pandai membuat strategi

untuk menarik perhatian peserta didik agar dapat terfokus dalam materi yang

59Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Februari 2019

Page 54: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

54

diajarakan. Pada materi Pendidikan Agama Islam di SLB jenjang SD ini guru

melakukan praktek, misalnya dalam mengajak untuk melakukan wudhu dan solat.

Pernyataan serupa dikemukakan oleh informan mata pelajaran olah raga

yaitu, seorang pendidik itu harus mampu membimbing mendidik dan mengevaluasi

peserta didik. Saya pribadi sebagai guru olah raga di SLB selalu membing siswa

dalam melakukan beberapa gerakan, karena mereka berbeda dalam menangkap

setiap gerakan yang akan saya ajarakan pada saat roses pembelajaran.

Jadi sebagai seorang pendidik tentunya guru harus membimbing, mengajar,

mendidik, dan menilai semua yang dilakukan peserta didik. Seorang pendidik harus

memodifikasi strategi pembelajaranya agar terlihat menyenangkan. Juga seorang

guru harus melakukan pedekatan untuk semua peserta didik untuk membantu dalam

pemenuhan kebutuhan masing-masing. Sesuai dengan observasi dilapangan

peneliti melihat bahwa guru, selalu membimbing, dan mengajar peserta didik

walaupun banyak terdapat masalah dalam proses pembelajaran. Hal ini tidak

melunturkan semangat guru dalam mendidik peserta didik untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

3. Evaluasi proses pembelajaran

Seorang guru harus membimbing dalam meningkatkan pengetahuan siswa.

Bimbingan yang dilakukan seorang guru di SLB yaitu dengan menggunakan

pedekatan. Pendekatan tersebut dilakukan mulai dari pendekatan individu maupun

kelompok.

Page 55: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

55

Ketika sedang berada didalam kelas maupun diluar saya melakukan pendekatan, nah pendekatan ini bertujuan membantu anak dalam berorientasi untuk mencapai hasil belajar. Setiap tuna berbeda dalam melakukan hal tersebut. Misalnya pada tuna rungu saya harus ekstra kuat dan sabar dalam menghadpi mereka karena. Pendekatan yang saya lakukan adalah melatih anak dalam berkomunikasi dengan baik agar lingkungan sekitarnya dapat mendengar. Juga mengarjarkan mereka bekomunikasi dengan menggunakan isyarat jari dan ejaan60.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa untuk bentuk edukatif seorang

guru dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan secara intens

maupun berkelompok. pendekatan yang dilakukan guru bermacam-macam sesuai

dengan posisi tuna. Setiap tuna memiliki pendekatan yang berbeda. Pendekatan

tersebut dilakukan untuk meminimalisir hambatan yang terjadi ketika proses

pembelajran berlangsung. Pada materi PAI siswa di ajarkan membaca tulis Al-

Quran jadi setiap guru mengajar pada tuna rungu misalnya guru mengeja untuk

setiap kalimat misalnya surah alfatiha, guru cenderung bekerja labuh keras untuk

mengajarkan ini pada penderita tuna rungu. Sehingga untuk penyebutannya di

lakukan 7 sampai 8x dalam setiap pertemuan. Hal serupa dilakukan untuk penderita

tuna yang lain, akan tetapi pengulangannya tidak sebanya tuna rungu. Pada tuna

netra sendiri menurut informan mereka dapat dikatan pintar dalam mengelolah

bahasa atau ejaan, kekuatan hati merekalah yang membuat meraka cepat dalam

menangka pelajaran.

60Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Februari 2019

Page 56: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

56

Peran guru sendiri untuk menciptakan rasa percaya diri pada siswa dengan

guru menjadi seorang motivator yang handal buat peserta didik apalagi peserta

didik yang berkebutuhan khusus. Hal ini sejalan dengan pendapat informen.

Untuk meningkatkan rasa percaya diri dari setiap anak saya selalu memberikan motivator terhadap peserta didik tersebut. Hal ini dilakukan untuk menumbukan rasa percaya diri terhadap individu itu sendiri. Selain sebagai motivasi saya juga harus menjadi seorang psikolog agar dapat mengetahui setiap karakter dari peserta didiknya, sehingga hal ini akan lebih mempermudah dalam melakasanakan proses pembelajaran. Salah satunya adalah memberikan pujian pada anak, memberikan penghargaan, dan bantu anak untuk memfokuskan perhatiannya61.

Melihat pendapat diatas bahwa seorang guru memiliki peran yang sangat

penting untuk menumbuhkan sikap percaya diri dan merasa bahwa apa yang

dilakukannya adalah suatu yang dipandang masyarakat untuk menjadi teladan.

Selain itu guru harus melihat kemampuan dari setiap peserta didik. Hal ini di

sampaikan oleh informan bahwa ” jarang ditemukan peserta didik yang

menyelesaikan tugasnya dengan baik”. untuk membimbing ABK guru harus dilatih

kesabarannya agar dapat membimbing ABK secara maksimal. Namun

kenyataanya, masih ada guru yang kurang membimbing peserta didik dalam proses

pembelajaran sehingga sebagian peserta didik merasa kurang di perhatikan.

Selain sebagai pembimbing dan pelatih guru juga sebagai psikologi, hal ini

dikarenakan untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus harus memahami dan

menguasai setiap karakter yang dimiliki siswa. Psikolgo bagi seorang guru adalah

61Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Februari 2019

Page 57: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

57

kebutuhan. Selain memahami karakteristik siswa, guru juga harus memahami

karakteristik diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan informen.

sebagai guru PAI tentunya saya harus memahami setiap karakter dari siswa apalagi karakter saya sendiri. Sebelum saya menerapkan pada siswa, apakah sudah diterakan didiri saya, hal ini kadang menjadi polemik. Namun saya selalu berusaha keras untuk menjadi guru yang profesional sehingga pada saat saya mengajar materi PAI hal ini sudah saya terapkan terlebih dahulu, seperti halnya solat, karena solat merupak hal wajib dilakukan. Selain itu saya mengajak peserta didik untuk mengenal uruf ijaiyah menghafal ayat-ayat pendek62.

Untuk seorang guru SLB psikologi merupakan kebutuh dari guru tersebut,

terlebih untuk guru Pendidikan Agama Islam. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan

dari informan guru mata pelajaran olah raga. ”bagi saya sendiri psikologi guru

memang sangat peting untuk mengetahui karakter siswa, demikian pula jika saya

sedang dalam proses pembelajaran maka saya akan membantu saya dalam

merumuskan tujuan pembelajran dengan tepat63

Jadi melihat dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi guru

adalah hal yang sanagat penting dan menjadi kebutuhan dari guru utu sendiri.

Karena dapat membantu merumuskan tujuan pembejaran dengan tepat, merancang

strategi pembelajaran dan memilih metode dan media pembelajran yang sesuai

dengan bahan ajar. Sebagai seorang psikolgi guru mampu melakukan pedekatan

terhadap ABK. Namun fakta dilapangan peneliti melihat bahwa guru kurang

memahami beberapa karakter dari peserta didik. Hal ini juga menjadi hambatan

bagi guru untuk melakukan prioses pembelajaran.

62Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019 63Ferry B. Makarau, S.Pd selaku guru olah raga Wawancara 14 Mei 2019

Page 58: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

58

Proses pembelajaran dilakukan dengan pemilihan metode pembelajaran

yang sesaui bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus, dan juga penggunaan

media pembelajaran khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Media

pembelajaran ini sangat penting untuk meransang pikiran dan perhatian dari peserta

didik itu sendiri.

Kurikulum yang digunakan diSLB menggunakan K-13, media

pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi yang akan diajarakan. Materi

yang diajarkan dimodifikasi sedikit oleh guru untuk menarik perhatian siswa,

karena siswa yang berkebutuhan khusus memiliki sifat dan pengetahuan yang

berbeda-beda. Menurut informan.

Setiap anak memiliki kecerdasan dan minat masing-masing, pelajaran yang di ajarkan merupakan standar kompetensi yang dicapai untuk pelajaran PAI sendiri guru mengukur tingkat pencapainya sesuai yang ada di RPP, akan tetapi melihan kondisi yang ada guru hanya melihat sejauh mana tingkat pemehaman peserta didik, pelajaran tersebut merupakan kebutuhan dari pada peserta didik itu sendiri, sehingga nantinya akan di implemntasikan di kehidupan sehari-hari untuk anak yang memiliki potensi yang baik64.

Jadi setiap mata pelajaran merupakan kebutuhan bagi peserta didik

ukurannya dilihat dari seberapa pahamnya peserta didik terhadap materi yang

diajarkan mengingat setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

Adapun hal tersebut tergantung pada guru mata pelajaran, mampu menguasai

materi dan bahan ajar. Karena keberhasilan siswa beradadpa pada peranan guru.

Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari informen yaitu”setiap mata pelajaran

memiliki metode yang berbeda. Demikian pula pada Pendidikan Agama Islam

64Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019

Page 59: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

59

metode yang digunakan adalah metode cerama, praktik langsung dan

menghafal65.Di SLB kota Gorontalo belum memiliki guru Pendidikan Agama Islam

yang berasal dari PGLB, sehingga masih tergolong susah untuk menerapkan dan

mengembangakan pelajaran Pendidikan Agama Islam.

C. Faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajan Pendidikan

agama Islam

Setiap pekerjaan pasti memiliki hambatan begitu pula dengan seorang guru,

terlebih guru yang berada di SLB yang harus bekerja keras dalam mencapai hasil

belajar siswa yang baik, sehingga hal tersebut berdapak pada tumbuh kembang anak

berkebutuhan khusus. Hal ini dilihat dari informasi yand diberikan informan.

Salah satu hal yang dihadapi guru yaitu ketika guru memulai pembelajaran masih ada anak-anak yang berlarian kesana kemari didalam kelas dan saling kejar-kejaran. Jadi saya harus melakukan pendekatan secara maksima66.

Melihat dengan pernyataan diatas bahwa anak berkebutuhan khusus tidak

bisa mengikuti pelajaran secara maksimal. Karena anak yang berkebutuhan khusus

berbeda dengan anak yang reguler. Jadi pengajaran dan pembelajaran yang

dilakukan pula berbeda. Cara mengatasi anak yang berkebutuhaan khusus pun

berbeda. Sejalan dengan penyataan diatas kepala sekolah mengatakan ”kendala

yang dihadpi dalam melakukuan pengembangan adalah situasi dan kondisi baik dari

65Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019 66Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019

Page 60: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

60

siswanya yang masih seusah untuk di tertibkan, saran dan prasaran juga yang masih

kurang serta metode pembelajaran yang monoton67.

Hambatan yang berikutnya adalah ketika guru memberikan tugas rumah

peserta didik kurang memahami, akibatnya tugas yang dikerjakan kadang tidak

diselesaikan, jika tidak dibantu oleh orang tua. Hal ini di pertegas oleh informen.

jika ada tugas yang saya berikan maka peserta didik kurang memahami sehingga tidak di kerjakan. Tugas yang di berikan juga berbeda misalnya menulis huruf alif atau huruf A. Mereka kadang tidak tau klalau huruf alif atau A itu apa. Nanti di jelaskan berulang-ulang. Tetapi jikapun sudah dijelaskan pasti yang masuk hanya 1 atau 2 orang saja68.

Di SLB tersebut peneliti melihat guru Pendidikan Agama Islam hanya ada

satu orang saja. Jadi dalam proses pembelajaran keempat tuna dilakukan oleh satu

orang. Tetapi jika ada guru yang kosong maka akan membantu mengisi kelas yang

kosong untu materi Pendidikan Agama Islam. Karena setiap tuna beda masalah

yang ditemukan. Jika pada tuna rungu, tuna netra dan tuna daksa, tidak terlalu sulit

untuk mengatasinya tapi juga tidak terlalu mudah. Berbeda dengan tuna grahita,

tuna grahita memiliki kendala yang cukup sulit. Karena tuna grahita adalahsiswa

yang memiliki IQ yang rendah, dan sangat sulit untuk melakukan pedekatan

terhadap mereka. Menurut informen.

Tuna grahita merupakan tuna yang paling susah diajar dibanding dengan tuna yang lain. Hal ini dikarenakan tuna grahita memiliki kemampuan berfikir dibawah rata-rata atau IQ yang sangat rendah. Pada saat mengajar saya harus ekstra kerja keras dalam membentuk karekter mereka69.

67Yulidar Adam Selaku Kepala sekolah Di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 68Yulidar Adam Selaku Kepala sekolah Di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 69Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019

Page 61: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

61

Kurangnya perhatian dari orang tua juga merupakan kendala yang yang

dihadapi. Orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya pada guru atas perkembangan

anaknya. Padalah jika orang tua bekerja sama dengan guru maka hal yang tidak

mungkin akan melahirkan potensi anak yang lebih baik. adapun orang tua siswa

yang terlibat hanya yang masuk sebagai pembimbing saja. hal ini di perkuat dengan

informan dari kepala sekolah

yang terlibat dalam memberikan terapi pada siswa sendiri merupakan yang masuk anggota pembimbingan. Selain itu orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya pada guru. Padahal jika dilihat hal ini sangat disayangkan. Kalau dorongan yang timbul hanya ada didalam sekolah maka anak tersebut tidak akan berkembang, dan membentuk karakternya sendiri. Karena dorongan orang tua sangat dibutuhkan dalam proses pengemabngan diri dan menimbulkan rasa percaya diri terhadap siswa itu sendiri70.

Anak yang berkebutuhan khusus membutuhkan dorongan dari dalam

maupun luar sekolah. Jika orang tua menyerahkan sepenuhnya ada guru maka

perkembangan akan tidak akan maksimal. Adapun dorongan yang dilakukan oleh

pembimbing itu hanya membantu guru meringankan beban yang dihadapi guru.

Sedangkan dorongan yang paling kuat adalah dari orang tua siswa.

Anak berkebutuhan khusus atau dapat dikategorikan anak yang istimewa,

memiliki karakteristik keterbatasan komunikasi, kesulitan dalam berbicara,

kecatatan fisik, kesulitan dalam menulis dan membaca,dan tidak mengeti arah dan

tujuan. Karakteristik anak ini lah menjadi tantangan pada guru untuk mentrasfer

ilmunya kepada anak tersebut. Sudah dibahas diatas bahawa untuk menengani

masalah ini dibutuhkan pendekatan secara intensif, pendekatan ini berupa

70Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019

Page 62: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

62

pemberian motivasi terhadap ABK baik dari dalam maupun luar lingkungan

sekolah.

Kemudian keterbatasan saran dan prasarana juga menjadi hambatan bagi

guru PAI untuk mengembangkan pembelajaran. Adapun faktor pendukung untuk

menunjang pembelajaran PAI adalah siswa itu sendiri. Siswa yang memiliki

semangat yang tinggi, mau mendengarkan guru dan mengerjakan setiap tugas yang

diberikan guru. Sedangkan dari guru sendiri ialah, guru harus memiliki kemampuan

khusus untuk menerapakan setiap model, metode, dan media pembalajaran.

Disamping itu guru harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan strategi

pembelajarannya. Ulet dan sabar dalam melaksanakan tugasnya, dan mengajarkan

pada peserta didik untuk berkahlak mulia. Kemudian juga orang tua. Faktor yang

paling berpengaruh adalah orang tua. Dukungan orang tua dapat membantu dan

mendorong anak berbudipekerti yang baik, kemudian orang tua harus mendukung

anak dan mengajarkan dia tentang Agama.

D. Analisis data

1. Analisis proses pembelajran Pendidikan Agama Islam

Keterbatasan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus menjadi hambatan

utama dalam proses pembelajaran. Mereka berbeda dengan anak normal pada

umumnya kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, kurang

mampu berkompetisi dengan anak normal lainnya. Sehingga guru harus kerja keras

dalam melaksanakan metode dan media pembelajaran dan merancang strategi

Page 63: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

63

pembelajaran agar dapat menumbuhkan minat sehingga hal tersebut menjadi

kebutuhan bagi siswa itu sendiri.

Peran guru di SLB kota Gorontalo pada jenjang SD yaitu sebagai pengajar,

pendidik, pembimbing dan psikologi. Hal ini Sudah diterapkan namun

belummaksimal melihat kondisi yang ada bahwa minimnya guru membuat proses

pembelajaran kurang efektif. Namun guru telah melakukan upaya untuk

memaksimalkan pembelajaran sehingga pencapai kompetensi dasar dan standar

kompetensi siswa dapat diarai dengan baik.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan memilih

dan memilah metode dan media yang akan digunakan pada proses pembelajaran.

Langkah awal seorang guru dalam memulai pembelajaran dilakukan sesuai

dengan perangkat yang telah dibuat, mulai dari berdoa menentukan materi

pembelajaran hingga peutup. Kadang guru mengajar sudah tidak sesuai dengan

perangkat yang telah dibuat. Hal ini dikarenakan siswa yang SLB pada jenjang SD

masih sangat sulit diajak kominikasih.

Beberapa strategi pula telah diterapkan mulai dari mendemontrasikan

pembelajaran yang menyenangkan, misalanya mengajak mereka bernyanyi,

bermain, dan bercerita. Tidak lupa juga selalu menggunakan kata hebat, pintar agar

dapat membnagunkan semangat belajar mereka. Kemudian ada juga praktek yaitu,

guru mengajak siswa untuk melakukan sholat, dan berwudhu, sehingga mereka tau

tata cara sholat dan berwudu. Juga diselingi dengan mengajak mereka mengeja

Page 64: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

64

rukun Islam dan rukun iman. Untuk mengeja rukun iman dan Islam, guru harus

membaca berulang-ulang kali sampai satu atau dua dari mereka bisa menghafalnya.

Pembelajaran menggunakan metode ini memudahkan anak untuk

memaham materi pembelajaran,walau peran guru harus bekerja keras dalam hal

kesiapan mental. Oleh karena itu, metode ini sering digunakan bukan hanya di

materi PAI melainkan dimata pelajaran yang lain. karena dapat menambah

konsentrasi dan mengurangi kejenuhan peserta didik.

2. Analisis Faktor pendukung dan penghambat

Hambatan merupakan sesuatu yang pasti terjadi baik dalam proses

pembelajran maupun yang lainnya. Hambatan yang dialami guru dalam

mengembangkan pembelajaran PAI cukup banyak. Mualai dari sarana dan

prasaran, kurangnya bahan ajar, media dan metode pembelajaran. Selanjutnya

hambatan terjadi karena minimnya guru PAI yang ada di SLB kota Gorontalo.

Kemudian guru sudah tidak mengacu pada rencana pembelajaran dan praktek yang

telah dibuatnya.

Di SLB tuna rungu dan tuna netra masih bisa diajak berkomunikasi dengan

baik. sehingga lebih mudah untuk mengimplemntasikan materi PAI karena lebih

mudah memberikan mereka pemahaman. Hambatan lainnya adalah kurang

perhatinnya orang tua terhadap anak berkebutuhan khusu tersebut. ABK harus

selalu diberika motivasi agar terdorong untuk melakukan aktivitas belajar.

Untuk faktor pendukung di SLB kota Gorontalo dari siswa, guru, dan orang

tua sangat berpengaruh dalam kelancaran dan kesuksesan dalam proses

Page 65: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

65

pembelajaran. Tidak hanya guru yang berperan tapi juga orang tua harus

mendukung dan membantu guru agar dapat menjalin komunikasi dengan baik

terhadap ABK. Jika guru sedang mengajarkan materi solat dan mempraktekan

disekolah, maka orang tua juga harus melakukannya diruah sehingga hal tersebut

menjadi kebiasaan siswa.baik solat wajib maupun solat sunnah. Hal sebalinya kan

terjadi jika tidak ada kerja sama guru dengan orang tua maka hal yang dilakukan

guru disekolah untuk menumbuhkan kebiasaan baik pada ABK akan menjadi sia-

sia, karena orang tua tidak menerapkan hal tersbut dirumah. Tuna rungu dan tuna

netre memiliki sikap yang berbeda dan kelebiahnya masing-masing, kedua tuna ini

merupak tuna yang mudah untuk diajak berkomunikasi.

Jadi faktor tersebut kurang mendukung proses pembelajaran dan

pengembangan materi PAI. Baik dari guru, orang tua dan siswa. Kurangnya eran

guru dalam memberikan motivasi dan minimnya guru yang ada di SLB tersebut.

Orang tua siswa yang kurang mendukng dalam tumbuh kembang anak. Dan siswa

yang kurang aktif dan cenderung diam. Tetapi tugas guru selalu memberitahukan

kepada orang tuan siswa agar memberi penjelasan dan pelajaran dirumah

sebagaimana yang telah guru ajarkan disekolah. Orang tua cenderung hanya

mengandalkan guru padal guru hanya beberapa jam saja disekolah dibanding

dengan orang tua.

3. Keterbatasan Peneliti

Pemelitian yang dilakukan ini dapat dibilang belum sempurna,jadi wajar

jika dalam penelitian ini terdapat keterbatasan, hal tersebut diantaranya.

Page 66: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

66

1. Keterbatasan kemampuan peneliti dalam melaksankan penelitian ini

masih sangat kurang, dan berakibat pada pembahasan yang dirasa

kurang luas dan kurang mendalam.

2. Keterbatasan informan yaitu guru dan kepala sekolah di SLB Kota

Gorontalo. Guru dan kepala sekolah mendukung dalam penelitian ini.

3. Keterbatasan temapat, peneliti lakukan hanya terbatas pada satu tempat

tetapi dapat mewakili SLB yang lain. walaupun hasil yang berbeda

namun tujuannya tetap sama.

Page 67: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pengamatan lapangan, dan dianalisa semua data dapat

disimpulkan bahwa.

1. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Kota Gorontalo

sudah baik. dilihat dari bahan ajar yang di pilih, metode pembelajaran

dan media pembelajaran yang digunakan. Pemberian motivasi yang

sering dilakukan oleh guru dan kepala sekolah. Pengelolaan perangkat

pembelajan walau terkadang guru mengar tidak lagi mengacu pada

perangkat tersebut. Cukup dengan menjadi pengajar, mendi otivator dan

fasilitator bagi pesertad didik yang berkebutuhan khusus, dan menjadi

seorang psikologi untuk melihat karakteristik dari masing-masing siswa.

Selain itu dapat memberikan warnah-warni kehiduoan bagi peserta didik

karena pengemabngan PAI dilakukan dengan strategi yang mermacam-

macam sehingga menambah kecerian dan semangat belajar siswa.

Kemudian juga proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB

Page 68: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

68

do Kota Gorontalo dimulai dari kesiapan guru untuk memulai

pembelajaran. Guru harus mampu menguasai bahan ajar dam materi

pembelajaran, guru kreatif dalam memilih startegi pembelajaran, dan

guru harus membah wawasan keilmuan agar proses pembelajran

berjalan lancar.

2. Faktor pendukung untuk menunjang pembelajaran PAI adalah siswa itu

sendiri. Siswa yang memiliki semangat yang tinggi, mau mendengarkan

guru dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru. Sedangkan dari

guru sendiri ialah, guru harus memiliki kemampuan khusus untuk

menerapakan setiap model, metode, dan media pembalajaran.

Disamping itu guru harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan

strategi pembelajarannya. Ulet dan sabar dalam melaksanakan tugasnya,

dan mengajarkan pada peserta didik untuk berkahlak mulia. Kemudian

juga orang tua. Faktor yang paling berpengaruh adalah orang tua.

Dukungan orang tua dapat membantu dan mendorong anak

berbudipekerti yang baik, kemudian orang tua harus mendukung anak

dan mengajarkan dia tentang Agama.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian di SLB Kota Gorontalo, dalam rangka

memberi masukan dan ide terhadap peran guru dalam mengembangkan

pembelajran PAI ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan.

1. Kepala sekolah

Page 69: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

69

Sebagai manajer disekolah, kepala sekolah harus mengawasi setiap

komponen yang ada disekolah, baik guru, siswa, maupun karyawanya

dengan memantau langsung secara berkala ketika kegiatan belajar mengajar

dilaksanakan.

2. Guru

Sebagai seorang pendidik, guru harus bisa memperhatikan dan memahami

karakteristik dari peserta didiknya. Misalnya selain menggunakan metode

cerama, guru harus menyelingi dengan metode gerak dan irama agar anak

lebih tertarik dan lebih mudah mengingat materi. Juga dalam penyampaian

materi guru menggunakan alat peraga dan media pembelajran yang sesuai

dengan materi pembelajran.

3. Peneliti yang lain

Diharpakan dapat melanjutkan dan mengembangkan hasil penelitian lebih

lanjut menggunkan referensi yang lebih lengkap sehingga mempunyai teori dan

jangkauan lebih luas dan mendalam.

Page 70: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

70

DAFTAR PUSTAKA

Adam Yulidar Selaku Kepalah sekolah di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 february 2019

Akib, Zainal, Menjdi guru professional berstandar nasional, bandung : yrama

Widya,2009. ArifMuh, Pendidikan Agama Islam, Gorontalo; Sultan Amai Press;2013.

ArifMuh. Profesi Kependidikan Pedomandan Acuan Guru Mencintai Profesinya, Sultan Amai Press;2012.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya :Air langga University

Press,2001. Departemen Agama RI, al-Qur’an danTerjemahannya, Jakarta; Proyek Pengadaan

Kitab Suci al- Qur’an, 2014. Diana Selaku guru Pendidikan Agama Islam di SLB Kota Gorontalo, wawancara

14 february 2019 Hamalik Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung; Remaja

Rosdakarya, 2008. http;//journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj, diakses tanggal 4 Desember 2017

pukul 22:30 Ilahi Takdir Mohammad, Pendidikan Inklusif, Jogjakarta: 2016

Ilahi Takdir Mohammad, Pendidikan Inklusif, Jogjakrta: 2016.

MoleongJ, Metodologi PenelitianKualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja, Rosdakarya, 2012.

Page 71: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

71

Mujib Abdul Muji, IlmuPendidikan Islam, Jakarta :Kencana Prenada Media Grup, 2008.

Pena Primma Tim,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gitamedia Press, adigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.

RiyantoYatim, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif

Surabaya: UNESA University Press, 2007),h 32. Sabri Ahmad, Quantum Teaching Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,

Jakarta; Ciputat,2007. Saud Syaifuddin Udin, Pengembangan Profesi guru, Bandung; Alfabeta, 2010.

Setyawan Sigit, Guruku Panutanku,Yokyakarta; Kanisius, 2013.

Soekarto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers,2009.

Solong P Najamudin, Pengembangan Materi Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Teras 2014)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.

Suprayogo Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama Bandung.

Remaja Rosdakarya, 2001. Suprayogo Imam, Metodologi Penelitian Sosial-Agama Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001. Uhbiyati Nur, IlmuPendidikan Islam, Bandung ; Pustaka Setia, 1997.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Semarang: Aneka Ilmu,2004

Willis, S. S. (2003). Peran guru sebagai pembimbing. Mimbar Pendidikan: Jurnal

Pendidikan, (1). Wardani, K. (2010, November). Peran guru dalam pendidikan karakter menurut

konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. In Proceeding of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI &UPSI (pp. 8-10).

Page 72: ABSTRAK - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Illha… · Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

72