1
2
ABSTRAK
Ilham Hamdata.Nim: 131 012 157, “pembelajaran pendidikan agama islam bagi peserta didik berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa Kota Gorontalo”. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo. Pembimbing(I)Dra.Satrian M.A. Koni, M.Pd.(II) Momy A. Hunowu, M.Si
Kata-Kata Kunci :Peran Guru DalamMeningkatkanPendidikan Agama Islam KepadaPesertaDidik di SLB
Dari rumusan masalah Bagaimana peran guru dalam mengembangkan pendidikan agama islam kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa di kotagorontalo?Bagaimana proses pengembangan pendidikan agama Islam di sekolah luar biasa ?dan Apa saja faktorpendukungdanpenghambatpengembanganpendidikan agama islam di sekolahluarbiasa?Untukmengetahuiperkembanganpendidikan agama islamuntukpesertadidik yang berkebutuhankhusus di sekolahluarbiasa.Untukmengetahuipenerapandan proses perkembanganpendidikan agama islamkepadapesertadidikberkebutuhankhusus di sekolahluarbiasa.untukmeningkatkankinerja guru pendidikan agama islam. Penelitian ini mengemukakakn metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: interview (wawancara); observasi (pengamatan); dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap guru, dankepala sekolah, penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik Redksi Data. Sedangkan keabsahan data menggunakan teknik trigulasi yang terdiri dari trigulasi sumber dan trigulasi teknik.
Peran guru SekolahLuarBiasa Kota Gorontalodalam mengembangkan pembelajaran PAI sudah baik. dilihat dari bahan ajar yang di pilih, metode pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Pemberian motivasi yang sering dilakukan oleh guru dan kepala sekolah. Pengelolaan perangkat pembelajan walau terkadang guru mengar tidak lagi mengacu pada perangkat tersebut. Proses pengemabangan PAI di SLB do Kota Gorontalo dimulai dari kesiapan guru untuk memulai pembelajaran. Guru harus mampu menguasai bahan ajar dam materi pembelajaran, guru kreatif dalam memilih startegi pembelajaran, dan guru harus membah wawasan keilmuan agar proses pembelajran berjalan lancar
faktor pendukung untuk menunjang pembelajaran PAI adalah siswa itu sendiri. Siswa yang memiliki semangat yang tinggi, mau mendengarkan guru dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru. Sedangkan dari guru sendiri ialah, guru harus memiliki kemampuan khusus untuk menerapakan setiap model, metode, dan media pembalajaran. Disamping itu guru harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan strategi pembelajarannya. Begitujugahalnyadenganpemenuhankebutuhanpendukungberupasaranadanprasaranasu
3
dahsemestinyauntukdipenuhisebabtanpasaranadanprasaranamaka proses penyelenggaraanpendidikanakanterganggu.
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya
manusia yang unggul dan kompetitif dalam upaya menhadapi tantangan perubahan
dan perkembangan zaman yang semakin meningkat tajam. Maka pendidikan
agama Islam merupakan hal yang sangat di butuhkan dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam keluarga dan bermasyarakat. Adapun di era globalisasi masa kini,
begitu banyak lembaga-lembaga pendidikan yang maju dan berkembang akan tetapi
tidak menjamin baiknya akhlak peserta didik sesuai dengan yang di inginkan.
Pendidikan bukan hanya mencerdaskan intelektual dari sisi konigtifnya namun
harus sejalan dengan afektifnya untuk menghadapi perputaran zaman yang makin
bebas dan telah menular kepada peserta didik yaitu budaya barat sehingga telah
menjadi gaya hidup mereka.
Sebagaimana pendidikan telah disebutkan dalam UUD No 20 tahun 2003
menyebutkan bahwa: ”pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar perserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”1
1 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan
Nasional,(Semarang: Aneka Ilmu,2004).h.3.
5
Pendidikan adalah sebuah proses di tempuh melalui sistem akademik,
adapun pendidikan di Indonesia sudah cukup perkembangannya yang banyak
mempermudah perserta didik untuk menuntut ilmu bukanhanya dari bangku
sekolah saja namun bisa dari kehidupan sosial. Bahkan pengertian pendidikan
pendidikan lebih diperluas kecakupannya sebagai aktivitas dan
fenomena.Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya secara sadar dirancang untuk
membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan
hidup, dan sikap hidup dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual maupaun
mental dan sosial.Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwan
perjumpaan antara dua orang atau lebih yangn dampaknya ialah berkembangnya
suatu pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada salah satu atau
beberapa pihak.2
Dalam konteks pendidikan Islam, berarti pandangan hidup, sikap hidup dan
keterampilan hidup tersebut harus bernafas atau dijiwai oleh ajaran nilai-nilai Islam
yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunah, adapun istilah pendidikan dalam islah
ialah al-tarbiyah dan al-ta’lim.Dalam membahas pendidikan Islam di jaman yang
modern ini adalah suatu yang sangat diperlukan untuk memperbaiki akhlak dan
moral perserta didik saat ini yang begitu makin pudar karena pengaruh perubahan
globalisasi, namun pernahkan kita tertarik dengan perkembangan pedidikan Islam
di kalangan perserta didik yang berkebutuhan khusus.
Walaupun mereka adalah anak-anak yang mempunyai kekurangan dalam
anggota tubuh atau yang mempunyai kelain itu bukan berarti mereka tidak butuh
2Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 36.
6
pendidikan atau pendidikan agama selama jiwa dan akal mereka normal sudah pasti
anak-anak atau perserta didik yang berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan
terutama dalam bidang keagamaan. Adapun tentang pendidikan yang berkebutuhan
khusus ini telah tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1998 tentang sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan
bahwa setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh
pendidikan, termasuk warga Negara yang memilki kesulitan belajar, seperti
kesulitan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan menghitung (diskalkulia)
maupun penyandang ketunaan (tunanertra, tunarunngu, tunagrahita, tunadaksa dan
tunalaras). Hal ini menunjukan bahwa anak yang berkelainan berhak pula
memperoleh kesempatan yang sama seperti anak lainnya (anak normal) dalam
pendidikan terutama pendidikan Islam atau sesuai dengan keyakinan masing-
masing.
Maka saya akan membuka pemikiran para generasi mudah agar tidak hanya
terfokus kepada perserta didik yang normal saja, namun juga kepada anak yang
mempunyai kebutuhan khusus yang terutama dalam bidang Ilmu Pendidikan Islam,
mereka memang kurang dalam anggota tubuh tapi bukan berarti mereka tidak
membutuhkan pendidikan inklusif dan pendidikan agama. Karena pendidikan
inklusif ini adalah pendekatan pendidikan yang inovasi dan strategis untuk
memperluas akses pendidikan bagi semua kalangan termasuk anak berkebutuhab
khusus dan anak penyandang cacat.3
3Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif (Jogjakarta: 2016 ),h.53.
7
Namun apakah sejauh ini pendidikan agama Islam sudah berkembang di
Sekolah Luar Biasa sama halnya dengan di sekolah-sekolah yang normal, karena
sebagai makhluk hidup seseorang wajib tahu siapa penciptannya dan untuk apa dia
di ciptakan dimuka bumi meski tak normal sepertinya yang lain kecuali manusia
yang gila karena tak ada kewajiban baginya untuk mengabdi kepada penciptanya di
sebabkan akal dan hatinya tidak normal. Maka apa upaya pemerintah dan guru
agama dalam mengembangkan pendidikan agama Islam kepada anak atau peserta
didik sudah terleasasikan sama seperti di sekolah yang lainnya.
Bagaimana cara guru dalam menstrasfer ilmu pendidikan agama Islam
kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus, misalnya mengajarkan baca tulis
al-Qur’an kepada anak yang tunanetra atau buta. Mengapa sejauh ini pemerintah
tidak mengharuskan kepada guru-guru harus mampu untuk mengajar anak-anak
yang berkebutuhan khusus walau itu bukan disiplin ilmunya. Karena sekolah yang
di kenal untuk pendidkan inklusif masih sangat kurang terutama di provinsi
Gorontalo, yang ada hanya di setiap kabupaten saja sedangkan disetiap desa ada
anak yang berkubutuhan khusus dan rata-rata sekolah yang normal tidak mau
menerima peserta didik yang berkebutuhan khusus karena dianggap akan
menganggu kelancaran proses belajar mengajar dan menyebabkan anak seperti itu
tidak bisa merasakan pendidikana sesuai yang telah Negara camtumkan wajib
belajar Sembilan tahun untuk mengubah sikap masyarakat terhadap anak dan
orang-orang yang berkebutuha khusus.
Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti peroleh dari guru yang megajar
di SLB yang bernama Ibu Yusnita S Kharu, dimana dia mengatakan bahwa dalam
8
proses pengajaran terhadap anak yang ada di SLB, semuanya tergantung kepada
gaya belajar dan meteri yang diajarkan dikarenakan dalam suatu proses pengajaran
terhadap ABK (anak berkebutuhan khusus), tersebut tidak bisa kita memaksakan
mereka harus seperti ini ataupun seperti itu, karena mereka sangat berbeda dengan
anak-anak yang berada disekolah umum4.Berbicara mengenai pengajaran terhadap
anak-anak tunanetra hampir sama dengan pengajaran anak norma lainnya, yang
membedakanya hanyalah modifikasi tata cara pelaksanaanya.
Berbicara mengenai pengajaran terhadap anak-anak berkebutuhan khusus
hampir sama dengan pengajaran anak norma lainnya, yang membedakanya
hanyalah modifikasi tata cara pelaksanaanya. Hanya saja guru harus menyesuaikan
dengan karakterdan kebutuhan para siswanya. Salah satunya adalah pendidikan
agama yang mana pendidikan agama Islam disini juga diajarkan dan diikuti oleh
anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Pembelajaran agama Islam sangat penting diajarakan bagi anak normal
maupun berkebutuhan khusus. Untuk siswa normal saja dalam mengajarkan tentang
pendidikan Islam masih banyak memiliki hambatan maupun suatu masalah dan
sejatinya tidak selalu berjalan dengan mulus seperti yang telah direncanakan
apalagi dengan siswa yang mengalami kekurangan atau disabilitas pasti akan
mengalami hal yang tidak jauh berbeda.
Berdasarkan data yang di dapat oleh peneliti dimana sekolah luar biasa ini
memeliki berbagai macam anak berkebutuhan khusus, seperti, tuna netra, tuna
rungu, tuna grahita, tuana laras, tuna daksa, autis dan ganda.
4Yusnita S Kharu, Hasil wawancara pada tanggal 3 february 2018
9
Berdasarkan kenyataan ini dengan demikian dalam penelitian ini penulis
mengambil judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Peserta Didik
yang Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Di SLB Kota Gorontalo)”.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah
luar biasa Kota Gorontalo ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pembelajaran
pendidikan agama Islam di sekolah luar biasa Kota Gorontalo?
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengacu pada fokus masalah yang di bahas
a. Untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan agama Islam kepada
peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa Kota Gorontalo.
b. Untuk faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan
agama Islam di sekolah luar biasa Kota Gorontalo?
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoretis
1. Bagi peneliti dapat memberikan informasi tentang Pembelajaran
pendidikan agama Islam khususnya di sekolah laur biasa atau
pada anak-anak yang berkebutuhan khusus.
10
2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
pengetahuan dan digunakan untuk wadah juga referensi
penelitian untuk akademis yang berkaitan.
3. Dapat memicu perhatian guru-guru terhadap anak-anak
berkebutuhan khusus.
b. Keguanaan Praktis
1. Bagi Guru pendidikan agama Islam sebagai bahan informasi
untuk meningkat kinerja guru dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam di kalangan anak yang berpendidikan
khusus
2. Bagi sekolah luar biasa diharapakan dapat meningkatkan
kualitas pendidikan anak berkebutuhan khusus dalam bidang
keagamaan khususnya agama Islam.
3. Bagi anak didik berkebutuhan khusus dapat meningkatkan
ketakwaan terhadap penciptanya walau ada kekurang dalam
anggota tubuh maupun panca indra.
C. Pengertian Judul dan Definisi Operasional
a. Pengertian Judul
1. Pendidikan agama Islam adalah salah satu bidang studi yang harus
di pelajari dalam rangka meneyeleseikan pendidikan pada tingkat
tertentu yang didiesain dan di berikan kepada peserta didik yang
beragama Islam agar mereka dapat mengembangkan dan
meningkatkan keberagamaannya. Pendidkan agama Islam
11
merupakan salah satu pendidikan yang sejajar dengan pendidikan
lainnya yang berperan penting dalam membentuk akhlak mulia
peserta didik.5
Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani
menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam.6 Pendidikan Islam baik secara teoritis maupun konseptual
aplikasi instutisional senantiansa menjadi perhatian para pemikir,
pemerhati dan praktisi pendidikan Islam, baik dalam skala local,
nasional, maupn internasional. Pendidikan Islam memiliki peranan
paling strategis dalam mengawal kemajuan umat Islam serta
peradaban Islam sehingga pendidikan Islam merupakan komponen
yang dipertaruhkan bagi eksistensi suat bangsa dan Negara Islam
berikut keunggulannya.7
2. Peserta didik yang berkebutuhan khusus atau berkelainan yaitu anak
yang tmemiliki kekurang pada anggota tubuh atau lahir dalam
keadaan cacat.8 Menurut Karl Menninger kesehatan mental adalah
penyusaian manusia terhadap dan satu sama lain dengan keefektifan
dan kebahagiaan yang maksimum. Ia bukan hanya berupa efisiensi
atau hanya perasaan puas atau keluwesan dalam mematuhi berbagai
aturan permainan dengan riang hati, kesahatan mental mencakup itu
5padigma Pendidikan Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),h.29. 6 Azyumardi Azra, pendidikan islam (tradisi dan modernisasi ditengah tantangan melenium III),
Jakarta : Kencana,2012) hal 6 7 Mujamil Qomar,Menggagas pendidikan islam, (Bandung:Rosdakarya, 2014), hal 184 8 Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif, (Jogjakrta: 2016), h.23.
12
semua. Kesehatan mental meliputi kemampuan menahan diri,
menunjukan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan
orang lain dan sikap hidup dan bahagia.9
D. Definisi Operasional
Berdasarkan istilah di atas, maka secara operasional penelitian ini
usaha guru PAI dalam meningkatkan dan mengembangkan pendidikan
Islam kepada anak berkebutuhan khusus agar merekapun akan sama seperti
orang yang normal lainnya dala hal beribadah untuk mengkokohkan akidah.
E. Tinjauan Pustaka
1. Dalam penelitian ini, penulis menemukan skripsi dengan judul yang
terkait “Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap
Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa SMP Negeri 1 Kota Gorontalo”
skripsi saudari Sumarni Labahu 2010, IAIN Sultan Amai Gorontalo
tetapi ada perbedaan dalam masalah yang di teliti yaitu dalam skripsinya
ia lebih menekankan kepada pembentukan akhlakul karimah siswa yang
normal melalui keefektivitas pembelajaran pendidikan agama Islam.
Tetapi dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada masalah
bagaimana peran guru mengembangkan pendidikan agama Islam
terhadap siswa berkebutuhan khusus.
2. Penelitian Ira Arif 2011. Peran Pendidikan Agama Informal dalam
Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam di Desa Karya Indah.
Penelitian ini tidak memberikan saran atau solusi dalam mengatasi atas
9Supratiknya, mengenal perilaku abnormal, (Yogyakarta:Kanisius, 1995) hal 9-10
13
masalah yang dibahas, padahal penelitian ini cukup di kajia mengapa
penulis mengambil penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam dari
dalam keluargan dan masyarakatnya. Dalam keluarga atau masyarakat
normal saja pendidikan agama Islam sudah mulai terabaikan, bagaimana
nasib anak-anak atau masyarakat yang berkebutuhan khusus terutama
dalam hal keagamaan, disini perbedaan antar penelitian ini dan tujuan
penulis.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 32 tahun 2008
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru pendidikan khusus,
14
pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk
belajar bersama-sama dengan peserta didik lain pada satuan pendidikan umum
maupun kejuruan, dengan cara menyediakan sarana, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan dan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan individual peserta
didik. 10Anak berkebutuhan khusus merupakan sebutan pengganti dari anak luar
biasa. Sebutan anak berkebutuhan khusus (children with special needs) merupakan
sebutan yang lebih tepat dari sebutan anak luar biasa dan bahkan anak cacat11
Klasifikasi anak berkebutuhan khusus (ABK)6 adalah sebagai berikut: 1.
Tunanetra (gangguan penglihatan), yakni kurang awas (low visions) dan tunanetra
total (totally blind). 2. Tunarungu (gangguan pendengaran), yakni kurang dengar
(hard of hearing) dan tuli (deaf). 3. Tunagrahita (gangguan kecerdasan intelektual
di bawah rata-rata), yakni ringan (IQ 50-70), sedang (IQ 25-49), dan berat (IQ 25-
ke bawah). 4. Superior (berkemampuan di atas rata-rata), yakni genius, gifted, atau
talented. 5. Tunadaksa (gangguan anggota gerak), yakni layuh anggota gerak tubuh
(polio) dan gangguan fungsi syaraf otak (celebral palcy). 6. Tunalaras (gangguan
perilaku dan emosi), yakni ringan, sedang, dan berat. 7. Gangguan belajar spesifik,
yakni lamban belajar (slow learner), autis, dan ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) ialah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas12.
10http;//journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj (diakses tanggal 4 Desember 2017 pukul 22:30) 11Ekodjatmiko Sukarso, dkk., Assesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Jakarta: Dirjen PSLB, 2001),
h. 5 12 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (Jakarta: Dirjenmandikdasmen Depdiknas, 2007), 4-5.
15
Anak berkebutuhan khusus merupakan bagian dari masyarakat yang harus
dibebaskan dan diberdayakan baik dari keterbatasan fisik maupun mentalnya.
Upaya tersebut dilakukan dengan cara memberikan hak yang sama dalam bidang
pendidikan secara berkesinambungan, terpadu dan penuh tanggung jawab agar
mereka tidak lagi dianggap sebagai warga kelas dua yang hanya dipandang sebelah
mata oleh sebagian orang. Penyandang cacat, mereka memiliki keterbatasan fisik,
sehingga mereka akan memiliki sedikit kesulitan dalam menyesuaikan13.
Pendidikan inklusi mulai dicanangkan pada Konferensi Internasional yang
diselenggarakan oleh UNESCO pada tanggal 7-10 Juni tahun 1994 di Salamanca
Spanyol. Konferensi yang diikuti oleh 92 negara dan 25 organisasi internasional ini
menghasilkan kesepakatan yang dikenal dengan Kesepakatan Salamanca
(Salamanca Statement) yang menyepakati pentingnya pelaksanaan pendidikan
inklusi oleh semua negara di dunia sehingga setiap sekolah dapat melayani semua
anak, termasuk anak berkebutuhan khusus. Menurut Depdiknas , anak
berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan mengalami
kelainan atau penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dalam
proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan
demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan tertentu,
tetapi kelainan atau penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga tidak
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.14
13 Noor, Triana Rosalina, 2017. Analisis Desain Fasilitas Umum Bagi Penyandang Disabilitas (Sebuah Analisis Psikologi Lingkungan), Journal An-Nafs Kajian Penelitian Psikologi, Institut Agama Islam Tribakti Kediri, Vol 2 No 2. 14 ibid, h. 8.
16
Para ilmu mengatakan anak yang yang berkeburuhan khusus tak harus di
sekolah Luar biasa, hanya saja kita di Indonesia masih kekurangan guru yang
mampu mendidik anak-anak seperti meraka. Sehingga banyak kejadian anak-anak
berkebutuhan khusus tidak sekolah di sekolah yang normal, kareana alasan bahwa
akan merekan akan menganggu anak-anak yang lainnya.Seberapa jauh para guru
siap menangani siswa berkebutuhan khusus di sekolah masih merupakan sebuah
pertanyaan yang harus diuji lebih lanjut. Terutama di Provinsi Gorontalo ini.
Pelaksanaan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus dapat dilakukan
dengan menggunakan dua model yaitu : 1)Secara tersendiri/khusus (segresi) artinya
anak berkebutuhan khusus dikelompokkan dengan anak berkebutuhan khusus saja
dalam satu tempat. 2) Secara terpadu (inklusi) artinya anak berkebutuhan khsusus
dikelompokkan dengan anak pada umumnya dalam satuan pendidikan, tentunya
dibantu oleh guru pembimbing/tenaga ahli pendidikan luar biasa.15 Dan Secara
umum penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus agar mandiri
mengacu pada dua prinsip pokok, yaitu: 1) Rehabilitasi, yaitu mengupayakan untuk
memperbaiki kekurangan dalam taraf tertentu. 2) Habilitasi, yaitu upaya
penyadaran bahwa dirinya masih memiliki kemampuan yang dapat diberdayakan16.
Dengan demikian yang pembelajaran pendidikan Islam pada anak yang
berkebutuhan khusus, merupakan proses belajar mengajar terhadap anak didik
tentang ajaran agama Islam agar peserta didik memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran agama Islam, yang di orientasikan kepada peserta didik yang
15 Ekodjatmiko Sukarso dkk., Acuan Penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa (Jakarta: Dirjen PLSB,
2001), h. 18 16 Ibid hal 25
17
mengalami gangguan dari indra pendengaran baik itu hearing impairment atau
kerusakan pendengaran yang meliputi ketulian dan kesulitan mendengar, deaf
person atau orang yang kehilangan pendengaran sekitar 90 dB, dan hard or hearing
atau kesulitan dalam mendengar.
Salah satu bagian penting bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus
tersebut adalah pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum
PAI, 2002)17. Pendidikan luar biasa (PLB) memisahkan antara anak luar biasa
dengan anak lain pada umumnya, untuk keperluan pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa pemisahan anak luar biasa dari anak lain pada umumnya hendaklah
dipandang untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan belajar
yang terprogram, terkontrol, dan terukur atau yang secara ringkas disebut tujuan
instruksional khusus18.
Sebuah kebutuhan yang mendesak merumuskan pola pembelajaran khusus
bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus, teori pembelajaran yang berbasis
pembelajaran aktif, innovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bisa dimodifikasi
17Hanum, L. (2017). Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 11(2), 217-236. 18Maftuhatin, L. (2014). Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kelas Inklusif
di SD Plus Darul'ulum Jombang. Religi: Jurnal Studi Islam, 5(2), 201-227.
18
sesuai dengan kondisi peserta didik19. Oleh karena dilakukan secara terencana dan
bertujuan, maka seyogianya juga memberikan suatu indikasi secara jelas dan
terukur melalui suatu perumusan tujuan instruksional, penetapan proses dan
kegiatan belajar mengajar, penggunaan metode mengajar yang tepat, pelibatan
media (alat peraga) yang diperlukan dan menunjang pembelajaran dan sebagainya.
Itulah sebabnya maka pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu proses
instruksional yang terstruktur dalam artian prosesnya terkait dengan suatu
rangkaian komponen pembelajaran yang saling terkait satu dengan yang lain
menuju pencapaian tujuan instruksional yang telah digariskan sebelumnya. Jika
tidak demikian, maka pembelajaran dapat dianggap kurang efektif.
B. Hakikat Peran Guru
Menurut Dri Atmaka guru ialah seorang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani
maupun rohani.Agar terpacu tingkat kedewasaan maupun berdiri sendiri memenuhi
tugasnya sebagai makhluk tuhan, makhluk social, makhluk individu yang mandiri.
Ada pepatah mengatakan guru adalah seseorang yang akan ditiru dan diguguh yang
artinya segala perbuatan juga tingkah laku secara otomatis akan di ikut oleh anak
didik bahkan akan menjadi tolak ukur penilaian tersendiri. Menjadi seorang guru
bukan hanya sekedar mangajar saja namun juga akan menjadi suri tauladan yang
baik akhlaknya.
19Budiman, A. (2016). Efektivitas Pembelajaran Agama Islam Pada Peserta Didik Berkebutuhan
Khusus. At-Ta'dib, 11(1).
19
Menurut pakar pendidikan guru memiliki peran yang beragam berdasarkan
penelitian yang dilakukan mengenai peran guru, dan telah dikaji oleh Pullias dan
Young pada tahun 1988.20 Adapun peran guru antara lain sebagai berikut ;
1. Guru sebagai Pengajar
Guru sebagai pengajar lebih ditekankan kepada tugas dan merencanakan
serta melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat
pengetahuan dan keterampilam teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau
bahan yang akan diajarkan. Sebagai pengajar ia pun harus mampu membantu
perkembangan perserta didik dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu
pengetahuan.21Setiap guru akan memberikan pengetahuan, dan keterampilan serta
pengalaman.Hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah
laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak
memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan
negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam
masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut22.
2. Guru sebagai Pendidik
Guru mampu mendidik apabila dia memepunyai kestabilan emosi, memiliki
rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan peserta didik, bersifat realistis,
jujur, terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama terhdapa inovasi
20 Muh. Arif, Profesi Kependidikan Pedoman dan Acuan Guru Mencintai Profesinya,
(Sultan Amai Press;2012), Cetakan 1, h.2. 21 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, ( Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 233. 22Hasibuan, R. P. (2014). Peran Guru dalam Pendidikan. In Prosiding Seminar Nasional
Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (Vol. 1).hal 402
20
pendidikan. Guru sebagai pendidik harus mampu memotivasi peserta didik,
menumbuhkan dan menanam perilaku serta akhlak yang mulai.23
3. Guru Sebagai Pembimbing
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing yaitu memberikan
bantuan kepada perserta didik dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.Tugas ini merupakan aspek mendidik bukan hanya menyampaikan
ilmu pengetahuan, melainkan juga menyangkut pembinaan kepribadian dan
pembentukan nilai-nilai yang positif.24
Seorang pembimbing harus memilki karakteristik sebagai berikut: 1)
memiliki empati, atau seorang guru harus bisa merasakan apa yang dirasakan siswa.
2) memiliki sifat ramah, dan bersahabat. 3) selalu memberikan motuvasi, 4) jujur,
5) cepat tanggap terhadap perlakukan setiap peserta didik. 6) cerdas dan kreatif. 7)
Berwawasan religius, psikologis, sosiologis, dan budaya25.
4. Sebagai Pembaharuan dan Pembanguna Masyarakat
Guru di harapakan mampu menjadi pengajar, pendidik serta pembimbing
bagi siswanya dalam berbagai situasi baik secara individual dan kelompok, di
dalam maupu di luar kelas, formal, non formal, dan informasi sesuai dengan
keragaman karakteristik dan kondisi objektif siswa dengan lingkungan. Sehingga
guru dapat menjadi pembaharuan dan perubahan masyarakat dimanapun ia berada,
dengan demikian seorang guru dapat menyandang tugas professional.26
23Udin Syaifuddin Saud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung; Alfabeta, 2010), h.36. 24Ibid, h.3. 25 Willis, S. S. (2003). Peran guru sebagai pembimbing. Mimbar Pendidikan: Jurnal
Pendidikan, (1). 26Ibid, h.4.
21
5. Guru Sebagai Administrator kelas
Guru sebagai Administrator kelas hakikatnya merupakan jalinan antara
ketatalaksanaan bidang pengajaran jauh lebih menonjol dan lebih di utamakan pada
profesi guru.Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga
sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu
seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar perlu diadministrasikan dengan baik. Karena administrasi yang
dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, dalam mencatat hasil belajar dan
sebagainya merupakan dokumen yang berharga untuk mengetahui dia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru mempunyai peranan dan kedudukan
kunci didalam keseluruhan proses pendidikan, terutama dalam pendidikan formal
bahkan dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pada umumnya27.
6. Guru Sebagai Demonstrator
Guru harus mampu menguasai bahan ajar atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta dikembangkan dalam meningkatkan kemampuannya dalam hal
bidang ilmu yang di miliki karena hal ini sangat menentukan hasil belajar siswa.
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa mengembagkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal
ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa dia sendiri
27Hasibuan, R. P. (2014). Peran Guru Dalam Pendidikan. In Prosiding Seminar Nasional
Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (Vol. 1).
22
adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara
demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai
bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga
mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar apa
yang disampaikannya itu dimiliki betul-betul dimiliki oleh anak didik28.
7. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitas
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi
untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran. Guru tidak cukup hanya
memilikiilmu pengetahuan tentang media pendidikan, akantetapi harus memiliki
keterampilan memilih dan mengunakan serta mengusahakan media yang sesuai
dengan tujuan, materi, metode, evaluai, dan kemampuan guru serta minat belajar
siswa dan kemampuan mereka.
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, dan sumber belajar yang berguna
dapat menunjang pencapaian tujuan dari proses pembelajaran, berupa nara sumber,
buku teks, modul dan sebagainya.
8. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi sudah pasti bicara tentang penilaian, dengan penilaian agar guru
dapat mengetahui pencapaian, tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran,
ketepatan atau keefektifan metode mengajar.Tujuan penilain adalah untuk
28 Khairunnisa,(2017) Peranan Guru Dalam Pembelajaran. Prosiding Seminar Nasional
Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.Hal 414
23
mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas.Dengan penilaian guru dapat
mengeklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk dalam kelompok siswa yang
pandai, sedang, kurang atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan
teman-temannya. Dengan menelaah pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat
mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakuakan cukup efektif
memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya.
9. Guru Sebagai Suri Teladan
Pada dasarnya perubahan perilaku ditunjukan oleh perserta didik harus
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilki oleh
seorang guru.Atau dengan guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan terhadap
perilaku perserta didik. Untuk itulah guru harus menjadi contoh teladan yang baik
bagi perserta didiknya, karena guru adalah representsi dari kelompok orang pada
suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan yang
dapat.
10. Guru Sebagai Psikologi
Guru sebagai psikologi, yaitu guru harus mampu mengenal setiap karakter
peserta didiknya untuk memudahkan dalam proses pembelajaran, agar tidak akan
ada kontrak disi antara guru dan perserta didiknya.29
Melihat beberapa peran guru di atas bisa di simpulakan guru dianggap
memilki peran yang sangat penting dan mulia di tengah masyarakat. Ungkapan
29 Ahmad Sabri, Quantum Teaching Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta;
Ciputat,2007), h.70.
24
bahwa guru adalah “pahlawan tanpa tanda jasa” mengekspresikan pentingnya peran
tersebut. Guru dianggap seperti pahlawan yang menyelamatkan kehidupan banyak
orang. Peran guru yang dipandang mulai oleh masyarakat juga tercermin dari
akronim kata “digugu” dan “ditiru” berarti hal-hal yang dilakukannya layak
menjadi teladan. Dalam peribahasa Indonesia “guru kencing berdiri, murid kencing
berlari” mengandaikan pentingnya peran guru yang bukan hanya ditiru, melainkan
juga diimprovisasikan oleh perserta didiknya.Para perserta didik bukan hanya
mengimitasi perilaku melainkan juga mengembangkannya. 30 Penanaman dan
pengembangan pendidikan karakter di sekolah menjadi tanggung jawab bersama.
Pendidikan karakter dapat dintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilainilai pada
setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran nilai-nilai karakter ini tidak berhenti
pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada tataran internalisasi, dan pengamalan
nyata dalam kehidupan anak didik sehari-hari di masyarakat31.
Selain guru dituntut menjadi teladan bagi perserta didik, guru juga harus
mampu membelajarkan anak, menciptakan suasana belajar yang bergairah dan
merangsang untuk menciptakan pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan
dengan tingkat perkembangan anak, dan menciptakan kegiatan belajar bermakna
bagi peserta didik sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
30Sigit Setyawan, Guruku Panutanku, (Yokyakarta; Kanisius, 2013), h.1. 31Wardani, K. (2010, November). Peran guru dalam pendidikan karakter menurut konsep
pendidikan Ki Hadjar Dewantara. In Proceeding of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI &UPSI (pp. 8-10).
25
Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan
“pe” dan akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses,
perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar32.
Pengertian pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir ialah pendidikan Islam
merupakan bimbingan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik agar
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan pendidikan
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap peserta didiknya
dengan tujuan membimbing kearah yang lebih sempurna yakni dengan
menggunakan sarana atau alat belajar dan berlangsung pada suatu tertentu.33Jadi
yang dimaksud pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses belajar
mengajar terhadap anak didik tentang ajaran agama Islam agar peserta didik
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
Ilmu pendidikan Islam dapat juga diartikan sebagai studi tentang proses
kependidikan yang didasrkan kepada al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW.
Ilmu pendidikan Islam akan menerima pengaruh yang luas dari berbagai disiplin
ilmu yang sesuai dan terus berkembanag yaitu; ilmu psikologi, filsafat, sejarah,
sosiologi, kebudayaan, politik, hukum dan lainnya. Selain itu, Ilmu pendidikan
Islam tidak memiliki karakter yang sekuler sebagaimana yang terdapat dalam
budaya barat. Kata “Islam” yang berada di belakang kata “Ilmu Pendidikan “ selain
menjadi sumber motivasi, inspirasi, sublimasi, dan itergrasi bagi pengembangan
32Susanto. (2013). Teori Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. 33Muh. Arif, Pendidikan Agama Islam, (Gorontalo; Sultan Amai Press;2013), h.1.
26
ilmu pendidikan, juga sekaligus menjadi karakter dari ilmu pendidikan Islam itu
sendiri.
1. Dasar Pendidikan Islam
a. Al-Quran dan Hadis
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya
adalah al-Qur’an dan Hadis Rsulullah. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual
muslimkemudian menegmbangkannyadan mengklasifikasinya ke dalam dua bagian
yaitu; pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua,
adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena itu
pendidikantermasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang
syariah.Sehubungan dengan pendidikan terdapat beberapa ayat di dalam al-Qur’an.
Hal ini dapat di lihat dalam Q,S al-Alaq; 1-534
اقرأباسم ربك الذي خلق. خلق االنسان من علق. اقرأوربك االكرم. الذي
علم با لقلم.علم االنسان مالم یعلم.
Terjemahanya:
34 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya,( Jakarta; Proyek Pengadaan
Kitab Suci al- Qur’an, 2014),h. 597.
27
Bacalah dengan (menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia.Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dan masih banyak lagi Ayat-ayat pendidikan dalam al-Qur’an ada pun hadis
pendidikan sebagai berikut; Dari Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah
Saw bersabda ; Barang siapa yang menempuh jalan menuntt ilmu akan dimudahkan
Allah jalan untuknya ke surge. (HR, Muslim, At-Trimidzi, Ahmad dan Al-Baihaqi)
b. Dasar sosiologis
Dasar sosiologis merupakan dasar yang memberikan kerangka sosial budaya
pendidikan agama Islam yang dilaksanakan.Dasar ini juga berfungsi sebagai tolok
ukur dalam prestasi belajar.Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak
kehilangan konteks atau tercerabut dari akar masyarakatnya. Prestasi pendidikan
hampir tidak berguna jika prestasi itu merusak tatanan masyarakat. Demikian juga
masyarakat yang baik akan menyelenggarakan format pendidikan yang baik pula.35
c. Dasar psikologis
Dasar ini berguna untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan
batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu meningkatkan prestasi dan
kompetensi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang memberikan
suasana batin yang damai, tenang dan indah di lingkungan pendidikan, meskipun
35Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2008),h.
45.
28
dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat
untuk menjadi lebih maju bagi pengembangan pendidikan.36
Dalam pembelajaran agama Islam, dasar ini juga berfungsi sebagai cara
belajar untuk mendekatkan diri kepada Allah. Peserta didik juga akan merasa
tenang hatinya kalau mereka bisa mendekatkan diri pada Allah. Oleh karena itu
manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, hanya saja
cara mereka berbeda, sesuai dengan kepercayaan dan agama yang dianutnya. Itulah
sebabnya, bagi seorang muslim diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar
dapat mengarahkan fitrahnya dengan benar tanpa adanya agama sebagai pegangan
hidup selamanya manusia tidak akan tentram hatinya, tanpa adanya pendidikan
agama dari suatu generasi ke generasi berikutnya maka orang akan semakin jauh
dari agama yang dianutnya.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap.Tujuan pendidikan dapat dimaknakan sebagai suatu sistem nilai yang
disepakati kebenarannya dan kepentingannya yang ingin dicapai melalui kegiatan,
baik di jalur pendidikan sekolah maupun diluar sekolah.37Pendidikan sebagai usaha
normatif, maka tujuanyapun harus normatif.Baik pendidikan Islam maupun
pendidikan lainnya, para ahli membagi dengan pembagian yang berbeda.Menurut
36 Ibid, h. 46 37Ibid, h. 25
29
Langevel misalnya yang dikutip oleh Mappanganro bahwa, tujuan pendidikan
diklasifikasikan ke dalam enam bagian.yaitu sebagai berikut;
a. Tujuan tidak lengkap
b. Tujuan Khusus
c. Tujuan Seketik
d. Tujuan Sementara
e. Tujuan tidak Lengkap
f. Tujuan Perantara
Dilihat dari Ilmu Pendidikan teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara
bertingkat. Adapun tujuan terakhir pendidikan Islam adalah pada hakikatnya
merupakan realisasi dari cita-cita ajaran agama Islam itu sendiri, yang membawa
misi kesejahteraan umat Islam sebagai hamba Allah SWT, lahir dan batin, dunia
dan akhirat. Tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli
pendidikan Islam dari semua golongan dan mazhab dalam Islam. Pendidikan Islam
berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup
didunia ini telah berakhir pula .Tujuan umumnya yakni berbentuk Insan Kamali
dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam
perjalanan hidup seseorang.
Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena
itulah pendidikan Islam berlaku seumur hidup untuk menumbuhkan, memupuk dan
mengembangkan, serta memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan Islam
yang dicapai
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
30
Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas
didalamnya banyak aspek yang ikut terlibat, baik langsung maupun tidak langsung.
Adapun ruang lingkup pendidikan Islam sebagai berikut; perbuatan medidik,
peserta didik, dasar dan tujuan pendidikan Islam, pendidik, materi, metode, alat,
evaluasi dan lingkungan pendidikan.38 Sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan
media pembelajaran perlu saling bekerjasama agar menghasilkan suatu perubahan
yang bermakna pada diri peserta didik sebagaimana ditetapkan sebagai tujuan
pembelajaran yang nantinya berdayaguna dan berhasil guna. Untuk itu dapat
dianalisis berbagai faktor yang terkait dengan pembelajaran agar menghasilkan
suatu pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang yang berdayaguna.
Namun menurut Abuddin Nata ruang lingkup pendidikan Islam
yaitu;pertama,teori dan konsep yang diperlukan bagi perumusan desain pendidikan
Islam denagn berbagai aspeknya; visi misi, tujuan, kurikulum, proses pembelajaran,
dan sebagainya. Kedua, teori dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan
praktik pendidikan, yaitu memengaruhi perserta didik, agar mengalami perubahan,
peningkatan dan kemajuan, baik dri segi wawasan, keterampilan, mental spiritual,
sikap, pola pikir, dan kepribadiannya.Strategi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam bagi penyandang disabilitas tentu akan dapat menambah khazanah keilmuan
dan menjadi rujukan bagi segenap praktisi pendidikan untuk dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran mereka. Penelitian ini disusun dengan maksud untuk
mengekplorasi strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi penyandang
38Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung ; Pustaka Setia, 1997),h. 16.
31
disabilitas. Lokasi penelitian yang diambil yakni SMPLB Bintara Campurdarat
Tulungagung.
Pendidikan Islam adalah ilmu yang bersifat ilmiah dan sistemarik yang
membahas tentang ilmu pendidikan, baik yang berdasarkan konsep education
academic maupun pedagogie dengan berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai
karakteristiknya, yaitu bersifat ilmiah, ternuka, dinamis, berorientasi ke masa
depan, seimbang, mengutamakan, keunggulan, sesuai dengan perkembengan
zaman, menjunjung akhlak mulia, egaliter, demokratis, bertumpu pada visi
transcendental, humanistic, dan ekologis. Ilmu pendidikan Islam memudahkan
antara petunujuk dari Allah, dan Rasulnya, dan dari pemikiran manusia yang sesuai
dengan petunjuk Allha dan Rasulnya.Untuk peserta didik dengan kebutuhan
khusus, pembelajaran agama Islam memerlukan pendekatan dan metode khusus
agar pembelejaran bisa dinikmati oleh pesarta didik terutama kalau sudah
berhubungan dengan fiqih dan praktek ibadah. Disain pembelajaran yang tepat akan
memudahkan peserta didik mencerna bahan ajar meskipun dengan keterbatasan
fisik, akal ataupun mental.
4. Langka-langka Materi Pendidikan Agama Islam
Pembelajaranmateri Pendidikan Agama Islam secara procedural haruslah
berdasarkan karakteristik siswa.karena materi pembelajaran yang di kembangkan
,pada akhirnya di maksudkan untuk membantu siswa agar mudah dalam
belajar.untuk itu sebelum mengembangkan materi perlu di lihat kembali
karakteristik siswa.
32
Secara garis besar langkah langkah pengembangan materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam meliputi;
a. Mengidentifikasi aspek aspek yang terdapat dalam standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang menjadi acuan dan rujukan pengembangan
materi Pendidikan Agama Islam
b. Memgidentifikasi jenis jenis materi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam;
c. Memilih pertama pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang relevan
dengan standar kompetensi dan kompentensi dasar yang telah
teridentifikasi tadi ;dan
d. Memilih sumber materi pembelajaran Pendidikan Agama Islamdan
selanjutnya mengemas materi pembelajaran tersebut.
1. langkah pertama
Sebagai langka pertama dalam materi Pendidikan Agama Islam adalah
mengidentifikasi aspek aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar.Guru yang dapat menanamkan rasa syukur pada diri peserta yang
mempunyai kebutuhan khusus tersebut akan menjadikan mereka bersemangat
menuntut ilmu dan mandiri. Kemandirian peserta didik termasuk juga kemandirian
dalam belajar, dengan latihan yang kontinyu dan telaten sedikit demi sedikit akan
menjadikan mereka memahami sendiri apa yang harus dilakukan dalam belajar
meskipun peran guru /pembimbing tidak akan bisa lepas paling tidak dalam
mengevaluasi perkembangan belajar anak tahap demi tahap.
2. langka kedua
33
Materi pembelajaran merupakan subtansi isi yang harus di pelajari dan di
kuasai peserta didik dalam proses pembelajaran.Subtansi ini dapat berupa
fakta,konsep,prinsip,prosedur,keterampilan sikap.sejalan dengan berbagai jenis
aspek standar kompetensi. materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bisa juga
dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kongnitif,efektif,dan
psikomotorik.Dalam pembelajaran, guru Pendidikan Agama Islam harus
membimbing belajar siswa sehingga mau berpikir akan apa yang harus dilakukan
dalam kewajibanya sebagai pelajar. Guru di SMPLB Bintara Campurdarat
diharapkan benar-benar mampu mengkondisikan belajar siswa secara efektif.
3. Langkah ketiga
Sedangkan langkah ketiga dalam materi pembelajaran Pendidikan Agama
Islamadalah memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Cara guru agama Islam yang paling mudah untuk menentukan jenis materi
pembelajaran Pendidikan Agama Islamyang akan diajarkan adalah dengan jalan
mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus di kuasai siswa.
Dengan mengacu pada kompetisi dasar kita akan mengatahui apakah materi
pembebelajara Pendidikan Agama Islam yang harus kita ajarkan berupa fakta,
konsep, prinsip, prosedur aspek sikap, atau pisikomotorik.
4. Langka Keempat
Memilihi sumber materi pembelajaran merupakan langka ke empat dari
keseluruhan langka pengembangan materi pembelajaran Pedidikan Agama Islam.
Untuklebih jelasnya urainan tentang langka ke empat adalah memilihi sumber
34
materi pembelajaran yang akan diuraikan terlebih dahulu apa sumber materi
pembelajaran, bahan pertimbangan dalam memilih materi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam jenis pengembangan materi Pendidikan Agama Islam, dan
pengemasan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.39
39 Najamuddin P Solong, Pengembangan Materi Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta:
Teras 2014), h. 99-111
35
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research)
denganpendekatan kualitatif.Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagaisuatu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamentalbergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
maupun dalam peristilahannya.40Dalam penelitian ini ditunjang pula dengan library
research (kepustakaan)yaitu sumber data yang berupa buku-buku atau literatur
yang berkaitan denganpembahasan.Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan prosedur analisisyang tidak menggunakan prosedur analisis statistik
atau cara kuantifikasi lainnya.
Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif
denganpenelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa
usahakuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif. Adapun
pengumpulan data penelitian ini di lakukan di SLB (Sekolah Luar Biasa ) Kota
Gorontalo.
2. Lokasi Penelitian
40 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2006),4.h.
36
Dalam menentukan lokasi penelitian ini, peneliti merujuk pada pendapat
James P. Spredlay tentang pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian yaitu
:Sederhana, mudah memasukinya,tidak begitu kentara dalam melakukan penelitian,
mudah memperoleh izin,kegiatannya terjadi berulang – ulang.
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mengambil lokasi.Lokasi penelitian
yaitu berlokasi diberlokasi di SLB (Sekolah Luar Biasa) Kota Gorontalo SDLB
B. Pendekatan Penelitian
Sedangkan pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan psikologi pendidikan,artinya pendekatan yang meliputi aspek-aspek
kejiwaan yang ada pada diri peserta didik.Psikologi pendidikan pada dasarnya
merupakan sebuah disiplin ilmu psikologi yang khusus mempelajari,meneliti dan
membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu
yang meliputi tingkah laku peserta didik,tingkah laku belajar,tingkah laku
mengajar,dan tingkah lakubelajar mengajar.41
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini adalah
Kepala Sekolah SLB Kota Gorontalo dan guru PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM.Dalam hal ini kepala sekolah dijadikan sumber untuk mengetahui
perjalanan dan keadaan SLB Kota Gorontalo. Selain itu untuk mengetahui bentuk
kurikulum, pengawasan, dan bentuk pembelajaran pendidikan agama Islam untuk
anak-anak yang berkebutuhan khusus di SLB Kota Gorontalo.
41 Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah;skripsi Program Studi Pendidikan Agama
Islam(Gorontalo ,2015),h. 128
37
Guru Pendidikan Agama Islamdi SDLB Kota Gorontalo.Dalam hal ini guru
Agama adalah sumber utama untuk mengetahui tentang penerapan dan praktek
keagaman sampai pemebelajaran Pendidikan Islam untuk peserta didik yang
berkebutuhan khusus.
Peserta Didik SDLB Kota Gorontalo sebagai subjek yang akan di amati
dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Islam khususnya yang berkebutuhan
khusus.
Objek dalam penelitian ini adalah proses dan penerapan pendidikan Islam
untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus.
D. Sumber Data
Sumber data dalam hal ini adalah,”subyek dan objek dari mana data di
peroleh dari beberapa keluarga yang ada di dusun dekat lokasi tersebut.
a. Data primer: yaitu data yang di peroleh melalui observasi dan wawancara
langsung dengan subjek dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang
sudah disiapkan.
b. Data Sekunder: yaitu data yang berbentuk dokumen-dokumen atau arsip-
arsip penting yang di peroleh melalui dinas-dinas tertentu seperti, buku-
buku, majalah, koran, dan dokumen-dokumen lainnya yang relevan dengan
penelitian.
E. Tehnik Pengumpulan Data
38
Tehnik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana
carapenulis mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
beberapametode dalam pengumpulan data sebagai berikut:42
1. Metode Observasi (pengamatan)
Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusiadengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca
inderalainnya.Melaluiobservasi, penulis belajar tentang perilaku, dan makna dari
perilaku tersebut.Adapun observasi yang dilakukan penulis termasuk dalam jenis
observasipartisipasi.
Yaitu penulis terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.Sambil
melakukan pengamatan, penulis ikut melakukan apa yang dikerjakanoleh sumber
data.Dalam metode observasi ini penulis tidak hanya mengamati obyek studitetapi
juga mencatat hal-hal yang terdapat pada obyek tersebut. Selain itumetode ini
penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi dankondisi secara
universal dari obyek penelitian, yakni letak geografis/lokasi.sekolah, kondisi sarana
dan prasarana, struktur organisasi yang ada di sekolah Luar Biasa kota Gorontalo.
2. Metode Wawancara (interview)
Metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keteranganuntuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antarapewancara
dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpamenggunakan
42 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya : Airlangga University
Press,2001)., h. 142
39
pedoman (guide) wawancara. 43 Dalam menggunakan metode ini peneliti
mengadakan tanya jawabsecara langsung dengan membawa instrumen penelitian
sebagai pedomanpertanyaan tentang hal-hal yang akan ditanyakan dengan cara
menanyakanbeberapa pertanyaan untuk mencari data tentang implementasi
strategipembelajaran hasil pada pembelajaran pendidikan agama Islamdalam
meningkatkan berpikir logis siswa sekolah luar biasa yang kemudian satu per-satu
di perdalam danmengoreknya lebih lanjut.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakanuntuk menelusuri data historis. 44 Adapun metode dokumen yang
dimaksuddalam penelitian ini adalah buku-buku, catatan-catatan, majalah-
majalah,surat kabar, internet, koran, transkrip nilai yang berhubungan
langsungdengan penelitian dalam skripsi ini yaitu tentang strategi
pembelajarancrossword puzzle dalam pemebelajaran pendidikan agama Islam
dalammeningkatkan berpikir logis siswa di Sekolah Luar Biasa kota Gotontalo.
F. Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong
dalambukunya mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan
denganjalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadisatuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
43 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007),h .310. 44 Burhan Bungin,h.,.133.
40
pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yangdapat diceritakan kepada orang lain.45
Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data dalam penelitian
iniadalah:
1. Reduksi Data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yangpokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu datayang berasal
dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapatmemberikan gambaran yang
lebih tajam tentang hasil pengamatan.46
Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-
pilihanterhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana
yangmerupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksidata
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan datadengan cara sedemikian
rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.47
2. Display Data
Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhanadalam
bentuk kata-kata, kalimat naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agardata
45 Lexy J. Moleong, Metode...,h. 248. 46Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
UNESA University Press, 2007),h 32. 47 mam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001),h. 194.
41
yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasaruntuk mengambil
kesimpulan yang tepat.48
3. Verifikasi dan Simpulan
Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat
simpulansimpulansementara.Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut
harusdicek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti
danselanjutnya kearah simpulan yang mantap.Penarikan simpulan bisa jadidiawali
dengan simpulan tentative yang masih perlu disempurnakan. Setelahdata masuk
terus menerus dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya,akhirnya didapat
simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas.Simpulan adalah intisari dari temuan
penelitian yang menggambarkanpendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada
uraian-uraian sebelumnya.49
Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian,
tujuanpenelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar dalam proses selanjutnya kita dapat mengetahui apa saja yang telah
ditemukan dan di interpretasi di dalam lapangan, maka kita perlu
mengetahuikredibilitasnya dengan menggunakan teknik perpanjangan kehadiran
peniliti dilapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (sumber, metode,
penelitian danteori) dan pelacakan kesesuaian hasil. Selanjutnya perlu dilakukan
pengecekandapat atau tidaknya ditransfer ke latar lain (transferability),
48 Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), h.194. 49Ibid., h. 34.
42
ketergantungan padakonteksnya (dependability) dan dapat tidaknya
dikonfirmasikan kepadasumbernya (confirmability).Jadi, yang dimaksud dengan
keabsahan data adalah bahwa setiap keadaanharus memenuhi; (1)
mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasaragar hal itu dapat
diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapatdibuat tentang
konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-
keputusannya.50
1. Perpanjangan Keikutsertakan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data.Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, akan
tetapimemerlukanperpanjangan keikutsertaan pada penelitian
dilapangan.Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di
lapanganpenelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal
tersebutdilakukan maka akan membatasi:51
a. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
b. Membatasi kekeliruan (biases) penelitian.
c. Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak
biasaatau pengaruh sesaat.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan yaitu secara konsisten mencari interpretasi dengan
berbagai caradalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atautentative.
50 Lexy J. Moleong, Metode..., 320. 51Ibid., h. 327.
43
Mencari suatu usaha yang membatasi berbagai pengaruh danmencari apa yang
dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Hal iniberarti peneliti hendaknya
mengadakan pengamatan dengan teliti dan rincisecara berkesinambungan terhadap
faktor-faktor yang menonjol. Kemudian iamenelaahnya secara rinci sampai pada
suatu titik sehingga pada pemerikasaantahap awal tempak salah satu atau seluruh
faktor yang ditelaah sudahdipahami dengan cara yang biasa.52
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yangmemanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekanatau sebagai
pembanding terhadap data itu.Teknik triangulasi yang palingbanyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sember lainnya. Hal itu dapat di capai dengan jalan; (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan datahasil wawancara, (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depanumum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apayang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yangdikatakannya sepanjang waktu, (4)
membandingkan keadaan dan prespektifseseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti rakyatbiasa, orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang berada, orangpemerintahan dan (5) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.53
H. Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Pra-lapangan
53 Ibid., h. 330.
44
Dalam tahap pra-lapangan, ada beberapa tahap kegiatan yang telahpeneliti
siapkan demi lancarnya proses penelitian dilapangan.54 Tahapan-tahapan tersebut
yaitu: a) Menyusun Rancangan Penelitian, b) Memillih Lapangan Penelitian, c)
Mengurus Perizinan,d) Menjajaki dan Menilai Lapangan, e) Memilih dan
Memanfaatkan Informan. f) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian, g)Persoalan
Etika Penelitian
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Di dalam tahap pekerjaan lapangan atau proses di lapangan nantinya,maka
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
1)Pembatasan Latar dan Peneliti
2) Penampilan
3) Pengenalan Hubungan Peneliti di Lapangan
4) Jumlah Waktu Studi
b. Memasuki Lapangan
1) Keakraban Hubungan
2) Mempelajari Bahasa
3) Peranan Peneliti
c. Peran Serta (Pengumpulan Data)
1) Pengarahan Batas Studi
2) Mencatat Data
3) Petunjuk tentang Cara Mengingat data
54Ibid., h. 127.
45
4) Kejenuhan, Keletihan dan Istirahat
5) Meneliti Suatu Latar yang di dalamnya terdapat Pertentangan
6) Analisis di Lapangan
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data telah penulis kemukakan diatas yaitu: upayayang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,memilah-
milahnyamenjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yangdipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
46
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Sekolah
SLB Kota Gorontalo dibangun sejak tahun 1985 yang terletak di ibu kota
provinsi Gorontalo merupakan SLB pertama yang dibangun untuk melayani
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus(anak luar biasa) di provinsi Gorontalo
dan telah mengalami perubahan baik fisk maupun non fisik dan untuk selanjutnya
perlu dikembangkan sesuai perkembangan pendidikan luar biasa yang ada di ibu
kota provinsi lain yang sudah maju terutama untuk pengembangan jaringan Sistem
Informasi sangat penting sekali dan pengadaan Jaringan Internet (LAN dan
koneksitas Internet) dan Home page sekolah juga sangat mendesak.
Ditinjau dari letak geografis, gedung SLB Kota Gorontalo sangat strategis,
hal ini disebabkan letak SLB Kota Gorontalo mudah dijangkau dan merupakan
satu-satunya SLB yang ada di Kota Gorontalo yang membina dan membimbing
anak-anak yang berkebutuhan khusus (anak luar biasa) dan pendidikan Layanan
Khusus dalam rangka pengembangan IMTAQ dan IPTEK, SLB Kota Gorontalo
melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler.
Dalam rangka membina dan meningkatkan mutu pendidikan, tentunya tidak
lepas dari pening-katan professional guru dalam rangka proses belajar mengajar
yang bermuara pada terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas,
maka staf dewan guru SLB Kota Gorontalo selalu diikutkan dalam pelatihan atau
penataran yang dilaksanakan di tingkat Kota, provinsi maupun di tingkat nasional.
47
2. Profil Sekolah
SLB Kota Gorontalo yang beralamatkan di Jl. Beringin Kelurahan
Taludenggi Kecamatan Kota Dungingi Kota Gorontalo didirikan pada tahun 1980
dan mulai beroperasi pada tahun 1985 yang dibangun dengan luas bangunan
1.181,47 M2 dan luas halaman 398,89 M2.
Visi sekolah “Terwujudnya Pendidikan khusus yang berahlak mulia,
mandiri, beriman, berilmu dan beramal” sedangkan misi sekolah Mendidik peserta
didik untuk memiliki sikap, keterampilan dan pengetahuan sehingga menjadi
lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasn emosional, kecerdasan
spritual, beriman dan berahlak mulia melalui proses pembelajaran yang aktif,
interaktif, bermakna dan mneyenangkan sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik kebutuhan khususnya.Meningkatkan peran serta warga sekolah dalam
perilaku jujur, hidup bersih, hidup sehat, rukun dan peduli
lingkunganMengembangkan kreativitas, bakat dan minat peserta didik serta
memupuk rasa percaya diri.Memberi keterampilan untuk bekal hidup di masyarakat
dan mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja dan Membantu masyarakat
yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Menjalin kerja sama dengan dunia
usaha dan dunia indutri.
Tujuan daripada SLB adalah Memahami keberagaman agama, budaya,
suku, ras dan golongan sosial ekonomi.Menumbuhkan keyakinan beragama yang
kuat sehingga dapat menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangannya. Melakukan pembiasaan yang mencerminkan nilai luhur
karakter dan budaya bangsa, seperti jujur, disiplin, sopan dan santun. Memahami
48
kekurangan dan kelebihna diri sehingga dapat mengembangkan potensinya sesuai
dengan karakteristik dan kekhususannya. Memiliki pengetahuna faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Menunjukkan kemampuan berpikir logis,
kritis, dan kreatif sehingga dapat memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan
sehari-hari. Memiliki kemampuan komunikasi yang memadai sehingga dapat
memecahkan mengaktualisasikan diri dan bekerja sama dalam kelompok maupun
dan lingkungannya. Melakukan aktifitas harin secara mandiri. Mematuhi aturan
sosial yang berlaku di lingkungan masyarakat. Memiliki keterampilan yang
memadai sebagai bekal hidup dan penghidupannya kelak. Memiliki kemampuan
interpersonal yang memadai untuk menjalin kerja sama dan pengembangan usaha.
Table 1.1 Data Siswa SDL
JENIS KETUNAAN
KELAS I II III IV V VI JUMLAH
L P L P L P L P L P L P A 1 1 B 2 1 5 2 7 3 3 2 1 4 1 31 C 5 10 3 6 9 2 4 11 9 6 13 3 81 C1 1 3 2 2 1 1 10 D 1 2 1 2 2 2 10
AUTIS 8 1 9
Untuk mengetahui siswa yang berkebutuhan khusus di sekolah tersebut
menggunakan kode. Misalnya A sebagai siswa tuna netra, B tuna rungu, C tuna
grahita, dan D tuna daksa55.
55 Sumber data SLB Kota Gorontalo
49
Tabel 1.2 Keadaan Tenaga Pendidik
Jenis Kelainan
Guru Tetap Guru Tidak Tetap
PNS Yayasan PNS Guru Bantu Non PNS
L P L P L P L P L P
A 3
B 4 1 3
C 1 5 3 5
C1 1 1
D 2 3
D1
E
G
Autis 2 1 1
Gr. OR 1 1
Gr. Ag 1 1 2
Gr. Ket. 1 1 3
Gr. M.Pel 4 2
JUMLAH 3 22 8 20
Sumber data SLB Kota Gorontalo
Keadaan pendidik yang ada di SLB kota Gorontalo guru yang menangani
tuna netra tiga orang PNS, tuna rungu empat orang PNS dan non PNS empat orang,
tuna grita tujuh orang PNS dan non PNS delapan orang, tuna daksa dua orang PNS
50
dan non PNS tiga orang dan autis dua orang, guru olah raga satu, guru agama satu
dan guru mata pelajaran empat.56
Tabel 1.2 Sarana Dan Prasarana
I Kontruksi Kondisi Kondisi R.Ringan R.Berat
Permanen - - Semi Permanen - - - Bertingkat - - - Tidak bertingkat - - Jumlah 6 - -
II Ruang/Bilik - - Ruang Belajar 21 - - Ruang Kepala Sekolah 1 - - Ruang Perpustakaan 2 - - Ruang UKS 1 - - Ruang Ketrampilan 5 - - Ruang Aula 1 - - Ruang Tamu 1 - - Tuang Dewan Guru 1 - -
Ruang Tata Usaha 1 - - Wc/Kamar Mandi 9
Jumlah 44 - - Sumber data SLB Kota Gorontalo
Sarana dan prasaran di SLB memiliki keadaan bangunan yang permanen
dan bertingkat serta kondisi yang baik belum terdapat kerusakan fisik.
B. ProsesPembelajaran Pendidikan Agama Islam
56Sumber data SLB Kota Gorontalo
51
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari observasi,
wawancara dan dokumentasi selama jangka waktu penelitian terkaitproses
pembelajran Pendidikan Agama Islambagi Peserta Didik yang Berkebutuhan
Khusus di Sekolah Luar Biasa di Kota Gorontalo, dapat peneliti uraikan
sebagaimana berikut.
Proses pembelajaran yang baik sangat berpengaruh untuk perkembangan
peserta didik yang berkebutuhan khusus. Guru yang mendesain pembelajaran yang
menyenangkandan menyampaikan ilmu-yang dimilikinya untuk membentuk sikap
dan karaktersiswa. Di SLB sendiri proses pembelajaran yang baik dan
menyenangkan sangat berpengaruh untuk komunikasi dan motivasi siswa. Guru
harus mampu berkomunikasi dengan siswa yang berkebutuhan khusus, agar dapat
menjalankan proses pembelajaran dengan baik, dalam menjalankan proses
pembelajaran dengan efektif guru harus melakukan kesiapan yang baik sehingga
tidak mendapat kesulitan dalam melakasankan pembelajaran.
1. Perencanaan Pembelajaran
Dalam pembelajaran guru harus melakukan perencanaan untuk kelancaran
proses pembelajaran. Jadi perencanaan awal yang dilakukan seorang guru terhadap
peserta didik untuk semua tuna itu menyediakan bahan ajar. Bahan ajar disini dalam
bentuk buku yang bergambar,dan audio visual. Berikut hasil wawancara dengan
informan.
sebelum melakukan proses pembelajaran kami para guru tentunya harus membuat perangkat pembelajaran atau membuat RPP untuk anak berkebutuhan khusus seperti sekolah pada umumnya. RPP sebagai acuan
52
guru untuk membuka pelajaran, memilih metode pembelajaran, dan menggunakan alat pembelajaran. Untuk mata pelajaran PAI biasanya saya mengeja perayat dari surah al-Quran, saya mengulang kalimat tersebut hingga beberapa kali. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat menangkap apa yang saya ucapkan57.
Jadi sama halnya dengan sekolah pada umumnya guru harus membuat RPP
sebaagai acuan dalam proses belajar mengajar. Namun sedikit berbeda dengan
sekolah normal pada umumnya. di SLB juga setiap guru membuka pelajaran itu
diawali dengan berdoa. Doa yang selalu di bacakan setiap harinya adalah surah Al-
fatihah. Selain itu juga guru melihat kesiapan dari peserta didik baik berupa
kerapian tempat duduk maupun alat tulis menulis. Kemudian saya menunjukan
buku bergambar yang nantinya akan menjadi balat untuk menunjang proses
pembelajaran.
Pendapat lain dikemukanan oleh guru mata pelajaran olah raga yaitu, untuk
melakukan proses pembelajaran terlebih dahulu kita membuat rencana
pembelajaran, hal ini bertujuan untuk agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik
serta kita mengetahui metode apa yang akan kita gunakan untuk mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar anak58.
Penyajian meteri sendiri dilakukan dengan menggunakan metode carama,
demonstrasi dan melakukan pratek untuk mempermudah siswa. Praktek yang
dimaksud misalnya sholat dan berwuduh. Hal ini tidak luput dengan pendekatan
yang dilakukan guru untuk dapat mengetahui karakter dari setiap peserta didik dan
57Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019 58Ferry B. Makarau, S.Pd selaku guru olah raga Wawancara 14 Mei 2019
53
juga guru harus mengambangkan dan berlatih metode dan strategi pembelajaran
untuk mencapai tujuan.
Dari hasil observasi peneliti menemukan bahwa benar adanya guru
membuat RPP, hanya saja jarang digunakan. Karena keadaan siswa tidak
memungkinkan guru memlai secara rinci semua yang ada di RPP.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Seorang guru bertanggung jawab dalan mengajar, membimbing,
mengarahkan, dan mengevaluasi peserta didik dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Sebagai seorang pendidik guru harus memiliki sifat-sifat yang unggul
atau dapat dikatakan sebagai guru profesional. Siswa akan senang dengan guru
yang menggunakan metode belajar dan strategi pembelajaran yang menyenangkan.
Berikut penjelasan dari informan
saya sebagai seorang pendidik memang harus memiliki pengetahuan yang luas untuk mentransfernya kepada peserta didik. Tetapi pada peserta didik yang berkebutuhan khusus guru lebih bekerja keras dalam penyamapain materi. Tingkat kepahaman peserta didik yang berkebutuhan khusus itu berbeda-beda. Pada pelajaran Pendidikan Agama Islam sendiri menggunakan metode cerama dan praktek, misalnya dalam melakukan wudhu saya menjelaskan terlebih dahulu kemudain mempraktekannya demikian pula pada sholat59
Sejatinya seorang pendidik harus memahami karkateristik setiap peserta
didik, supaya guru dapat menyaipkan metode atau strategi yang akan digunakan
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Guru harus pandai membuat strategi
untuk menarik perhatian peserta didik agar dapat terfokus dalam materi yang
59Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Februari 2019
54
diajarakan. Pada materi Pendidikan Agama Islam di SLB jenjang SD ini guru
melakukan praktek, misalnya dalam mengajak untuk melakukan wudhu dan solat.
Pernyataan serupa dikemukakan oleh informan mata pelajaran olah raga
yaitu, seorang pendidik itu harus mampu membimbing mendidik dan mengevaluasi
peserta didik. Saya pribadi sebagai guru olah raga di SLB selalu membing siswa
dalam melakukan beberapa gerakan, karena mereka berbeda dalam menangkap
setiap gerakan yang akan saya ajarakan pada saat roses pembelajaran.
Jadi sebagai seorang pendidik tentunya guru harus membimbing, mengajar,
mendidik, dan menilai semua yang dilakukan peserta didik. Seorang pendidik harus
memodifikasi strategi pembelajaranya agar terlihat menyenangkan. Juga seorang
guru harus melakukan pedekatan untuk semua peserta didik untuk membantu dalam
pemenuhan kebutuhan masing-masing. Sesuai dengan observasi dilapangan
peneliti melihat bahwa guru, selalu membimbing, dan mengajar peserta didik
walaupun banyak terdapat masalah dalam proses pembelajaran. Hal ini tidak
melunturkan semangat guru dalam mendidik peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Evaluasi proses pembelajaran
Seorang guru harus membimbing dalam meningkatkan pengetahuan siswa.
Bimbingan yang dilakukan seorang guru di SLB yaitu dengan menggunakan
pedekatan. Pendekatan tersebut dilakukan mulai dari pendekatan individu maupun
kelompok.
55
Ketika sedang berada didalam kelas maupun diluar saya melakukan pendekatan, nah pendekatan ini bertujuan membantu anak dalam berorientasi untuk mencapai hasil belajar. Setiap tuna berbeda dalam melakukan hal tersebut. Misalnya pada tuna rungu saya harus ekstra kuat dan sabar dalam menghadpi mereka karena. Pendekatan yang saya lakukan adalah melatih anak dalam berkomunikasi dengan baik agar lingkungan sekitarnya dapat mendengar. Juga mengarjarkan mereka bekomunikasi dengan menggunakan isyarat jari dan ejaan60.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa untuk bentuk edukatif seorang
guru dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan secara intens
maupun berkelompok. pendekatan yang dilakukan guru bermacam-macam sesuai
dengan posisi tuna. Setiap tuna memiliki pendekatan yang berbeda. Pendekatan
tersebut dilakukan untuk meminimalisir hambatan yang terjadi ketika proses
pembelajran berlangsung. Pada materi PAI siswa di ajarkan membaca tulis Al-
Quran jadi setiap guru mengajar pada tuna rungu misalnya guru mengeja untuk
setiap kalimat misalnya surah alfatiha, guru cenderung bekerja labuh keras untuk
mengajarkan ini pada penderita tuna rungu. Sehingga untuk penyebutannya di
lakukan 7 sampai 8x dalam setiap pertemuan. Hal serupa dilakukan untuk penderita
tuna yang lain, akan tetapi pengulangannya tidak sebanya tuna rungu. Pada tuna
netra sendiri menurut informan mereka dapat dikatan pintar dalam mengelolah
bahasa atau ejaan, kekuatan hati merekalah yang membuat meraka cepat dalam
menangka pelajaran.
60Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Februari 2019
56
Peran guru sendiri untuk menciptakan rasa percaya diri pada siswa dengan
guru menjadi seorang motivator yang handal buat peserta didik apalagi peserta
didik yang berkebutuhan khusus. Hal ini sejalan dengan pendapat informen.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri dari setiap anak saya selalu memberikan motivator terhadap peserta didik tersebut. Hal ini dilakukan untuk menumbukan rasa percaya diri terhadap individu itu sendiri. Selain sebagai motivasi saya juga harus menjadi seorang psikolog agar dapat mengetahui setiap karakter dari peserta didiknya, sehingga hal ini akan lebih mempermudah dalam melakasanakan proses pembelajaran. Salah satunya adalah memberikan pujian pada anak, memberikan penghargaan, dan bantu anak untuk memfokuskan perhatiannya61.
Melihat pendapat diatas bahwa seorang guru memiliki peran yang sangat
penting untuk menumbuhkan sikap percaya diri dan merasa bahwa apa yang
dilakukannya adalah suatu yang dipandang masyarakat untuk menjadi teladan.
Selain itu guru harus melihat kemampuan dari setiap peserta didik. Hal ini di
sampaikan oleh informan bahwa ” jarang ditemukan peserta didik yang
menyelesaikan tugasnya dengan baik”. untuk membimbing ABK guru harus dilatih
kesabarannya agar dapat membimbing ABK secara maksimal. Namun
kenyataanya, masih ada guru yang kurang membimbing peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga sebagian peserta didik merasa kurang di perhatikan.
Selain sebagai pembimbing dan pelatih guru juga sebagai psikologi, hal ini
dikarenakan untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus harus memahami dan
menguasai setiap karakter yang dimiliki siswa. Psikolgo bagi seorang guru adalah
61Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Februari 2019
57
kebutuhan. Selain memahami karakteristik siswa, guru juga harus memahami
karakteristik diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan informen.
sebagai guru PAI tentunya saya harus memahami setiap karakter dari siswa apalagi karakter saya sendiri. Sebelum saya menerapkan pada siswa, apakah sudah diterakan didiri saya, hal ini kadang menjadi polemik. Namun saya selalu berusaha keras untuk menjadi guru yang profesional sehingga pada saat saya mengajar materi PAI hal ini sudah saya terapkan terlebih dahulu, seperti halnya solat, karena solat merupak hal wajib dilakukan. Selain itu saya mengajak peserta didik untuk mengenal uruf ijaiyah menghafal ayat-ayat pendek62.
Untuk seorang guru SLB psikologi merupakan kebutuh dari guru tersebut,
terlebih untuk guru Pendidikan Agama Islam. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
dari informan guru mata pelajaran olah raga. ”bagi saya sendiri psikologi guru
memang sangat peting untuk mengetahui karakter siswa, demikian pula jika saya
sedang dalam proses pembelajaran maka saya akan membantu saya dalam
merumuskan tujuan pembelajran dengan tepat63
Jadi melihat dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi guru
adalah hal yang sanagat penting dan menjadi kebutuhan dari guru utu sendiri.
Karena dapat membantu merumuskan tujuan pembejaran dengan tepat, merancang
strategi pembelajaran dan memilih metode dan media pembelajran yang sesuai
dengan bahan ajar. Sebagai seorang psikolgi guru mampu melakukan pedekatan
terhadap ABK. Namun fakta dilapangan peneliti melihat bahwa guru kurang
memahami beberapa karakter dari peserta didik. Hal ini juga menjadi hambatan
bagi guru untuk melakukan prioses pembelajaran.
62Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019 63Ferry B. Makarau, S.Pd selaku guru olah raga Wawancara 14 Mei 2019
58
Proses pembelajaran dilakukan dengan pemilihan metode pembelajaran
yang sesaui bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus, dan juga penggunaan
media pembelajaran khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Media
pembelajaran ini sangat penting untuk meransang pikiran dan perhatian dari peserta
didik itu sendiri.
Kurikulum yang digunakan diSLB menggunakan K-13, media
pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi yang akan diajarakan. Materi
yang diajarkan dimodifikasi sedikit oleh guru untuk menarik perhatian siswa,
karena siswa yang berkebutuhan khusus memiliki sifat dan pengetahuan yang
berbeda-beda. Menurut informan.
Setiap anak memiliki kecerdasan dan minat masing-masing, pelajaran yang di ajarkan merupakan standar kompetensi yang dicapai untuk pelajaran PAI sendiri guru mengukur tingkat pencapainya sesuai yang ada di RPP, akan tetapi melihan kondisi yang ada guru hanya melihat sejauh mana tingkat pemehaman peserta didik, pelajaran tersebut merupakan kebutuhan dari pada peserta didik itu sendiri, sehingga nantinya akan di implemntasikan di kehidupan sehari-hari untuk anak yang memiliki potensi yang baik64.
Jadi setiap mata pelajaran merupakan kebutuhan bagi peserta didik
ukurannya dilihat dari seberapa pahamnya peserta didik terhadap materi yang
diajarkan mengingat setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Adapun hal tersebut tergantung pada guru mata pelajaran, mampu menguasai
materi dan bahan ajar. Karena keberhasilan siswa beradadpa pada peranan guru.
Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari informen yaitu”setiap mata pelajaran
memiliki metode yang berbeda. Demikian pula pada Pendidikan Agama Islam
64Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019
59
metode yang digunakan adalah metode cerama, praktik langsung dan
menghafal65.Di SLB kota Gorontalo belum memiliki guru Pendidikan Agama Islam
yang berasal dari PGLB, sehingga masih tergolong susah untuk menerapkan dan
mengembangakan pelajaran Pendidikan Agama Islam.
C. Faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajan Pendidikan
agama Islam
Setiap pekerjaan pasti memiliki hambatan begitu pula dengan seorang guru,
terlebih guru yang berada di SLB yang harus bekerja keras dalam mencapai hasil
belajar siswa yang baik, sehingga hal tersebut berdapak pada tumbuh kembang anak
berkebutuhan khusus. Hal ini dilihat dari informasi yand diberikan informan.
Salah satu hal yang dihadapi guru yaitu ketika guru memulai pembelajaran masih ada anak-anak yang berlarian kesana kemari didalam kelas dan saling kejar-kejaran. Jadi saya harus melakukan pendekatan secara maksima66.
Melihat dengan pernyataan diatas bahwa anak berkebutuhan khusus tidak
bisa mengikuti pelajaran secara maksimal. Karena anak yang berkebutuhan khusus
berbeda dengan anak yang reguler. Jadi pengajaran dan pembelajaran yang
dilakukan pula berbeda. Cara mengatasi anak yang berkebutuhaan khusus pun
berbeda. Sejalan dengan penyataan diatas kepala sekolah mengatakan ”kendala
yang dihadpi dalam melakukuan pengembangan adalah situasi dan kondisi baik dari
65Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019 66Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019
60
siswanya yang masih seusah untuk di tertibkan, saran dan prasaran juga yang masih
kurang serta metode pembelajaran yang monoton67.
Hambatan yang berikutnya adalah ketika guru memberikan tugas rumah
peserta didik kurang memahami, akibatnya tugas yang dikerjakan kadang tidak
diselesaikan, jika tidak dibantu oleh orang tua. Hal ini di pertegas oleh informen.
jika ada tugas yang saya berikan maka peserta didik kurang memahami sehingga tidak di kerjakan. Tugas yang di berikan juga berbeda misalnya menulis huruf alif atau huruf A. Mereka kadang tidak tau klalau huruf alif atau A itu apa. Nanti di jelaskan berulang-ulang. Tetapi jikapun sudah dijelaskan pasti yang masuk hanya 1 atau 2 orang saja68.
Di SLB tersebut peneliti melihat guru Pendidikan Agama Islam hanya ada
satu orang saja. Jadi dalam proses pembelajaran keempat tuna dilakukan oleh satu
orang. Tetapi jika ada guru yang kosong maka akan membantu mengisi kelas yang
kosong untu materi Pendidikan Agama Islam. Karena setiap tuna beda masalah
yang ditemukan. Jika pada tuna rungu, tuna netra dan tuna daksa, tidak terlalu sulit
untuk mengatasinya tapi juga tidak terlalu mudah. Berbeda dengan tuna grahita,
tuna grahita memiliki kendala yang cukup sulit. Karena tuna grahita adalahsiswa
yang memiliki IQ yang rendah, dan sangat sulit untuk melakukan pedekatan
terhadap mereka. Menurut informen.
Tuna grahita merupakan tuna yang paling susah diajar dibanding dengan tuna yang lain. Hal ini dikarenakan tuna grahita memiliki kemampuan berfikir dibawah rata-rata atau IQ yang sangat rendah. Pada saat mengajar saya harus ekstra kerja keras dalam membentuk karekter mereka69.
67Yulidar Adam Selaku Kepala sekolah Di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 68Yulidar Adam Selaku Kepala sekolah Di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 69Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019
61
Kurangnya perhatian dari orang tua juga merupakan kendala yang yang
dihadapi. Orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya pada guru atas perkembangan
anaknya. Padalah jika orang tua bekerja sama dengan guru maka hal yang tidak
mungkin akan melahirkan potensi anak yang lebih baik. adapun orang tua siswa
yang terlibat hanya yang masuk sebagai pembimbing saja. hal ini di perkuat dengan
informan dari kepala sekolah
yang terlibat dalam memberikan terapi pada siswa sendiri merupakan yang masuk anggota pembimbingan. Selain itu orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya pada guru. Padahal jika dilihat hal ini sangat disayangkan. Kalau dorongan yang timbul hanya ada didalam sekolah maka anak tersebut tidak akan berkembang, dan membentuk karakternya sendiri. Karena dorongan orang tua sangat dibutuhkan dalam proses pengemabngan diri dan menimbulkan rasa percaya diri terhadap siswa itu sendiri70.
Anak yang berkebutuhan khusus membutuhkan dorongan dari dalam
maupun luar sekolah. Jika orang tua menyerahkan sepenuhnya ada guru maka
perkembangan akan tidak akan maksimal. Adapun dorongan yang dilakukan oleh
pembimbing itu hanya membantu guru meringankan beban yang dihadapi guru.
Sedangkan dorongan yang paling kuat adalah dari orang tua siswa.
Anak berkebutuhan khusus atau dapat dikategorikan anak yang istimewa,
memiliki karakteristik keterbatasan komunikasi, kesulitan dalam berbicara,
kecatatan fisik, kesulitan dalam menulis dan membaca,dan tidak mengeti arah dan
tujuan. Karakteristik anak ini lah menjadi tantangan pada guru untuk mentrasfer
ilmunya kepada anak tersebut. Sudah dibahas diatas bahawa untuk menengani
masalah ini dibutuhkan pendekatan secara intensif, pendekatan ini berupa
70Diana Selaku Guru PAI di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 Mei 2019
62
pemberian motivasi terhadap ABK baik dari dalam maupun luar lingkungan
sekolah.
Kemudian keterbatasan saran dan prasarana juga menjadi hambatan bagi
guru PAI untuk mengembangkan pembelajaran. Adapun faktor pendukung untuk
menunjang pembelajaran PAI adalah siswa itu sendiri. Siswa yang memiliki
semangat yang tinggi, mau mendengarkan guru dan mengerjakan setiap tugas yang
diberikan guru. Sedangkan dari guru sendiri ialah, guru harus memiliki kemampuan
khusus untuk menerapakan setiap model, metode, dan media pembalajaran.
Disamping itu guru harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan strategi
pembelajarannya. Ulet dan sabar dalam melaksanakan tugasnya, dan mengajarkan
pada peserta didik untuk berkahlak mulia. Kemudian juga orang tua. Faktor yang
paling berpengaruh adalah orang tua. Dukungan orang tua dapat membantu dan
mendorong anak berbudipekerti yang baik, kemudian orang tua harus mendukung
anak dan mengajarkan dia tentang Agama.
D. Analisis data
1. Analisis proses pembelajran Pendidikan Agama Islam
Keterbatasan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus menjadi hambatan
utama dalam proses pembelajaran. Mereka berbeda dengan anak normal pada
umumnya kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, kurang
mampu berkompetisi dengan anak normal lainnya. Sehingga guru harus kerja keras
dalam melaksanakan metode dan media pembelajaran dan merancang strategi
63
pembelajaran agar dapat menumbuhkan minat sehingga hal tersebut menjadi
kebutuhan bagi siswa itu sendiri.
Peran guru di SLB kota Gorontalo pada jenjang SD yaitu sebagai pengajar,
pendidik, pembimbing dan psikologi. Hal ini Sudah diterapkan namun
belummaksimal melihat kondisi yang ada bahwa minimnya guru membuat proses
pembelajaran kurang efektif. Namun guru telah melakukan upaya untuk
memaksimalkan pembelajaran sehingga pencapai kompetensi dasar dan standar
kompetensi siswa dapat diarai dengan baik.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan memilih
dan memilah metode dan media yang akan digunakan pada proses pembelajaran.
Langkah awal seorang guru dalam memulai pembelajaran dilakukan sesuai
dengan perangkat yang telah dibuat, mulai dari berdoa menentukan materi
pembelajaran hingga peutup. Kadang guru mengajar sudah tidak sesuai dengan
perangkat yang telah dibuat. Hal ini dikarenakan siswa yang SLB pada jenjang SD
masih sangat sulit diajak kominikasih.
Beberapa strategi pula telah diterapkan mulai dari mendemontrasikan
pembelajaran yang menyenangkan, misalanya mengajak mereka bernyanyi,
bermain, dan bercerita. Tidak lupa juga selalu menggunakan kata hebat, pintar agar
dapat membnagunkan semangat belajar mereka. Kemudian ada juga praktek yaitu,
guru mengajak siswa untuk melakukan sholat, dan berwudhu, sehingga mereka tau
tata cara sholat dan berwudu. Juga diselingi dengan mengajak mereka mengeja
64
rukun Islam dan rukun iman. Untuk mengeja rukun iman dan Islam, guru harus
membaca berulang-ulang kali sampai satu atau dua dari mereka bisa menghafalnya.
Pembelajaran menggunakan metode ini memudahkan anak untuk
memaham materi pembelajaran,walau peran guru harus bekerja keras dalam hal
kesiapan mental. Oleh karena itu, metode ini sering digunakan bukan hanya di
materi PAI melainkan dimata pelajaran yang lain. karena dapat menambah
konsentrasi dan mengurangi kejenuhan peserta didik.
2. Analisis Faktor pendukung dan penghambat
Hambatan merupakan sesuatu yang pasti terjadi baik dalam proses
pembelajran maupun yang lainnya. Hambatan yang dialami guru dalam
mengembangkan pembelajaran PAI cukup banyak. Mualai dari sarana dan
prasaran, kurangnya bahan ajar, media dan metode pembelajaran. Selanjutnya
hambatan terjadi karena minimnya guru PAI yang ada di SLB kota Gorontalo.
Kemudian guru sudah tidak mengacu pada rencana pembelajaran dan praktek yang
telah dibuatnya.
Di SLB tuna rungu dan tuna netra masih bisa diajak berkomunikasi dengan
baik. sehingga lebih mudah untuk mengimplemntasikan materi PAI karena lebih
mudah memberikan mereka pemahaman. Hambatan lainnya adalah kurang
perhatinnya orang tua terhadap anak berkebutuhan khusu tersebut. ABK harus
selalu diberika motivasi agar terdorong untuk melakukan aktivitas belajar.
Untuk faktor pendukung di SLB kota Gorontalo dari siswa, guru, dan orang
tua sangat berpengaruh dalam kelancaran dan kesuksesan dalam proses
65
pembelajaran. Tidak hanya guru yang berperan tapi juga orang tua harus
mendukung dan membantu guru agar dapat menjalin komunikasi dengan baik
terhadap ABK. Jika guru sedang mengajarkan materi solat dan mempraktekan
disekolah, maka orang tua juga harus melakukannya diruah sehingga hal tersebut
menjadi kebiasaan siswa.baik solat wajib maupun solat sunnah. Hal sebalinya kan
terjadi jika tidak ada kerja sama guru dengan orang tua maka hal yang dilakukan
guru disekolah untuk menumbuhkan kebiasaan baik pada ABK akan menjadi sia-
sia, karena orang tua tidak menerapkan hal tersbut dirumah. Tuna rungu dan tuna
netre memiliki sikap yang berbeda dan kelebiahnya masing-masing, kedua tuna ini
merupak tuna yang mudah untuk diajak berkomunikasi.
Jadi faktor tersebut kurang mendukung proses pembelajaran dan
pengembangan materi PAI. Baik dari guru, orang tua dan siswa. Kurangnya eran
guru dalam memberikan motivasi dan minimnya guru yang ada di SLB tersebut.
Orang tua siswa yang kurang mendukng dalam tumbuh kembang anak. Dan siswa
yang kurang aktif dan cenderung diam. Tetapi tugas guru selalu memberitahukan
kepada orang tuan siswa agar memberi penjelasan dan pelajaran dirumah
sebagaimana yang telah guru ajarkan disekolah. Orang tua cenderung hanya
mengandalkan guru padal guru hanya beberapa jam saja disekolah dibanding
dengan orang tua.
3. Keterbatasan Peneliti
Pemelitian yang dilakukan ini dapat dibilang belum sempurna,jadi wajar
jika dalam penelitian ini terdapat keterbatasan, hal tersebut diantaranya.
66
1. Keterbatasan kemampuan peneliti dalam melaksankan penelitian ini
masih sangat kurang, dan berakibat pada pembahasan yang dirasa
kurang luas dan kurang mendalam.
2. Keterbatasan informan yaitu guru dan kepala sekolah di SLB Kota
Gorontalo. Guru dan kepala sekolah mendukung dalam penelitian ini.
3. Keterbatasan temapat, peneliti lakukan hanya terbatas pada satu tempat
tetapi dapat mewakili SLB yang lain. walaupun hasil yang berbeda
namun tujuannya tetap sama.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan lapangan, dan dianalisa semua data dapat
disimpulkan bahwa.
1. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Kota Gorontalo
sudah baik. dilihat dari bahan ajar yang di pilih, metode pembelajaran
dan media pembelajaran yang digunakan. Pemberian motivasi yang
sering dilakukan oleh guru dan kepala sekolah. Pengelolaan perangkat
pembelajan walau terkadang guru mengar tidak lagi mengacu pada
perangkat tersebut. Cukup dengan menjadi pengajar, mendi otivator dan
fasilitator bagi pesertad didik yang berkebutuhan khusus, dan menjadi
seorang psikologi untuk melihat karakteristik dari masing-masing siswa.
Selain itu dapat memberikan warnah-warni kehiduoan bagi peserta didik
karena pengemabngan PAI dilakukan dengan strategi yang mermacam-
macam sehingga menambah kecerian dan semangat belajar siswa.
Kemudian juga proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB
68
do Kota Gorontalo dimulai dari kesiapan guru untuk memulai
pembelajaran. Guru harus mampu menguasai bahan ajar dam materi
pembelajaran, guru kreatif dalam memilih startegi pembelajaran, dan
guru harus membah wawasan keilmuan agar proses pembelajran
berjalan lancar.
2. Faktor pendukung untuk menunjang pembelajaran PAI adalah siswa itu
sendiri. Siswa yang memiliki semangat yang tinggi, mau mendengarkan
guru dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru. Sedangkan dari
guru sendiri ialah, guru harus memiliki kemampuan khusus untuk
menerapakan setiap model, metode, dan media pembalajaran.
Disamping itu guru harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan
strategi pembelajarannya. Ulet dan sabar dalam melaksanakan tugasnya,
dan mengajarkan pada peserta didik untuk berkahlak mulia. Kemudian
juga orang tua. Faktor yang paling berpengaruh adalah orang tua.
Dukungan orang tua dapat membantu dan mendorong anak
berbudipekerti yang baik, kemudian orang tua harus mendukung anak
dan mengajarkan dia tentang Agama.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian di SLB Kota Gorontalo, dalam rangka
memberi masukan dan ide terhadap peran guru dalam mengembangkan
pembelajran PAI ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan.
1. Kepala sekolah
69
Sebagai manajer disekolah, kepala sekolah harus mengawasi setiap
komponen yang ada disekolah, baik guru, siswa, maupun karyawanya
dengan memantau langsung secara berkala ketika kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan.
2. Guru
Sebagai seorang pendidik, guru harus bisa memperhatikan dan memahami
karakteristik dari peserta didiknya. Misalnya selain menggunakan metode
cerama, guru harus menyelingi dengan metode gerak dan irama agar anak
lebih tertarik dan lebih mudah mengingat materi. Juga dalam penyampaian
materi guru menggunakan alat peraga dan media pembelajran yang sesuai
dengan materi pembelajran.
3. Peneliti yang lain
Diharpakan dapat melanjutkan dan mengembangkan hasil penelitian lebih
lanjut menggunkan referensi yang lebih lengkap sehingga mempunyai teori dan
jangkauan lebih luas dan mendalam.
70
DAFTAR PUSTAKA
Adam Yulidar Selaku Kepalah sekolah di SLB Kota Gorontalo, wawancara 14 february 2019
Akib, Zainal, Menjdi guru professional berstandar nasional, bandung : yrama
Widya,2009. ArifMuh, Pendidikan Agama Islam, Gorontalo; Sultan Amai Press;2013.
ArifMuh. Profesi Kependidikan Pedomandan Acuan Guru Mencintai Profesinya, Sultan Amai Press;2012.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya :Air langga University
Press,2001. Departemen Agama RI, al-Qur’an danTerjemahannya, Jakarta; Proyek Pengadaan
Kitab Suci al- Qur’an, 2014. Diana Selaku guru Pendidikan Agama Islam di SLB Kota Gorontalo, wawancara
14 february 2019 Hamalik Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2008. http;//journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj, diakses tanggal 4 Desember 2017
pukul 22:30 Ilahi Takdir Mohammad, Pendidikan Inklusif, Jogjakarta: 2016
Ilahi Takdir Mohammad, Pendidikan Inklusif, Jogjakrta: 2016.
MoleongJ, Metodologi PenelitianKualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja, Rosdakarya, 2012.
71
Mujib Abdul Muji, IlmuPendidikan Islam, Jakarta :Kencana Prenada Media Grup, 2008.
Pena Primma Tim,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gitamedia Press, adigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
RiyantoYatim, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif
Surabaya: UNESA University Press, 2007),h 32. Sabri Ahmad, Quantum Teaching Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,
Jakarta; Ciputat,2007. Saud Syaifuddin Udin, Pengembangan Profesi guru, Bandung; Alfabeta, 2010.
Setyawan Sigit, Guruku Panutanku,Yokyakarta; Kanisius, 2013.
Soekarto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers,2009.
Solong P Najamudin, Pengembangan Materi Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Teras 2014)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.
Suprayogo Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama Bandung.
Remaja Rosdakarya, 2001. Suprayogo Imam, Metodologi Penelitian Sosial-Agama Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001. Uhbiyati Nur, IlmuPendidikan Islam, Bandung ; Pustaka Setia, 1997.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Semarang: Aneka Ilmu,2004
Willis, S. S. (2003). Peran guru sebagai pembimbing. Mimbar Pendidikan: Jurnal
Pendidikan, (1). Wardani, K. (2010, November). Peran guru dalam pendidikan karakter menurut
konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. In Proceeding of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI &UPSI (pp. 8-10).
72