aberasi kromosom baru
DESCRIPTION
ABERASI KROMOSOMTRANSCRIPT
Aberasi Kromosom
Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang
merupakan suatu rantai pendek dari DNA yang membawa kode informasi genetik
tertentu dan spesifik. Kerusakan pada kromosom merupakan indikator penting
adanya kerusakan pada DNA dan ketidakstabilan genom. Setelah terjadi
kerusakan double strand breaks (DSB) pada DNA yang diinduksi oleh radiasi
pengion, akan terjadi rekombinasi antara DSB dalam proses perbaikan kerusakan
DNA melalui mekanisme penggabungan kembali, tetapi yang dihasilkan adalah
kromosom yang mengalami perubahan struktur1.
Limfosit, salah satu jenis sel darah putih, merupakan sel yang paling sensitif
terhadap radiasi sehingga mudah mengalami kerusakan atau aberasi kromosom.
Frekuensi terjadinya aberasi kromosom bergantung antara lain pada dosis, energi
dan jenis radiasi yang diterima. Aberasi kromosom merupakan indikator
kerusakan akibat paparan radiasi pada tubuh yang sangat dapat diandalkan.
Pemeriksaan aberasi kromosom, selain untuk memperkirakan tingkat keparahan
efek radiasi dan risiko pada kesehatan, juga dapat digunakan sebagai dosimeter
biologi. Terdapat 2 kelompok utama aberasi kromosom yang diinduksi oleh
radiasi pengion pada sel limfosit darah yaitu aberasi kromosom tidak stabil,
seperti kromosom disentrik (kromosom dengan dua sentromer) dan kromosom
bentuk cincin; dan aberasi kromosom stabil seperti translokasi (terjadi
perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau lebih kromosom)1.
Perubahan struktur kromosom dapat merupakan hasil dari pertukaran atau
penggabungan patahan atau fragmen lengan kromosom. Aberasi jenis pertukaran
ini dapat terjadi interkromosom (seperti kromosom disentrik dan translokasi) atau
intrakromosom (seperti kromosom cincin dan inversi parasentrik). Aberasi
interkromosom merupakan hasil penggabungan DSB pada dua kromosom yang
berbeda, sedangkan intrakromosom terjadi jika penggabungan DSB terjadi pada
satu kromosom yang sama baik pada lengan kromosom yang berbeda
(interlengan) maupun pada lengan kromosom yang sama (intralengan)2.
Aberasi kromosom merupakan prediktor paling efektif terhadap risiko kanker
yang diketahui dengan peningkatan frekuensi aberasi kromosom pada sel limfosit
darah tepi yang berhubungan dengan peningkatan frekuensi kanker pada populasi
tertentu. Metode FISH untuk mengkaji translokasi pada individu terpajan
meningkatkan kemampuan untuk memprediksi kanker karena aberasi ini dapat
ditransmisikan yang merupakan hallmark dari induksi kanker. Dengan demikian
semakin tegas bahwa pengukuran translokasi dengan FISH menjadi test yang
paling akurat dan sensitif untuk paparan dengan dosis relatif rendah pada masa
lampau untuk digunakan sebagai biomarker prediksi menggantikan metode
sitogenetik yang lebih klasik3,4. Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan
keandalan tehnik FISH chromosome painting dalam mendeteksi berbagai
perubahan struktur kromosom manusia dengan presisi yang tinggi pada beberapa
kasus kecelakaan radiasi4.
1. HALL, E. J. Radiobiology for the Radiobiologist. JB Lippincott Company. Philadelphia, 5th Edition, 2000.
2. NERONOVA,E., SLOZINA,N., and NIKIFOROV,A. Chromosome Alterations in Cleanup Workers Sampled Years after the Chernobyl Accident. Radiation Research 160,46-51, 2003.
3. LOUCAS, B.D. and CORNFORTH, M.N. Complex Chromosome Exchanges Induced by Gamma Rays in Human Lymphocytes: An mFISH Study. Radiation Research 155,660- 671, 2001.
4. BOUCHINGER, M., SCHMID, E., and BRASELMANN, H. Time-Course of Translocation and Dicentric Frequencies in A Radiation Accident Case. International Journal of Radiation Biology 77(5), 553-557,2001.