8_iga erieani l. & tri sutrisno_teori bruner
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
1/24
TEORI BRUNER
MAKALAH
HALAMAN JUDUL
Oleh:
IGA ERIEANI L. (103174024)
TRI SUTTRISNO (103174044)
2010 A
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2012
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
2/24
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalahyang berjudul Teori Bruner ini dengan tepat waktu.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ika Kurniasari, M.Pd. dan Dr.Agung Lukito selaku dosen mata kuliahPsikologi Pembelajaran Matematika.
2. Orang tua kami yang senantiasa memberikan dukungan moral dan materialpada kami.
3. Teman-teman Pendidikan Matematika 2010 A yang telah membantu danmemotivasi kami dalam proses penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah kami yang berjudul Teori Bruner
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, Oktober 2012
Penulis
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
3/24
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... iKATA PENGANTAR ............................................................................................ iiDAFTAR ISI .......................................................................................................... iiiPENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Biografi Seymour Jerome Bruner ............................................................... 1B. Karya-karya Seymour Jerome Bruner......................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3A. Konsep Teori Belajar Bruner ...................................................................... 3B. Teori Belajar Bruner ................................................................................... 5C. Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran .............................. 11D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Bruner..................................... 19
PENUTUP ............................................................................................................. 20DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 21
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
4/24
1
PENDAHULUAN
A. Biografi Seymour Jerome Bruner
Seymour Jerome Bruner lahir pada 1 oktober 1915 di New York City,
Amerika Serikat. Bruner merupakan alumni dari universitas Newyork. B.A nya
pada tahun 1937 dari Universitas Duke dan Ph.D. nya dari Universitas Harvard
pada tahun 1941 dibawah Gordon Allport.beliau adalah seorang ahli psikologi
perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang
psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi
persepsi manusia, motivasi, belajar dan berpikir. Dalam memepelajari manusia, ia
menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Buku
Bruner tentang The Process of education yang diterbitkan pada tahun 1960,
merupakan rangkuman dari hasil konfrensi Woods Hole yang diadakan pada
tahun 1959, suatu konfrensi yang membawa banyak pengaruh di bidang
pendidikan pada umumnya, pengajaran sains khusunya. Bruner rupanya tidak
mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis. Yang penting baginya ialah
cara-cara bagimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasi
informasi secara aktif dan inilah menurut Bruner inti dari belajar. Oleh karena itu,
bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia
dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah
memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang
memberikan kemampuan padanya.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
5/24
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
6/24
3
2. Bruner, J. S., & Allport, G. W. (1940). Fifty years of change in Americanpsychology.Psychological Bulletin, 37, 757-776.
3. Bruner, J. S. (1941). The dimensions of propaganda: German short-wavebroadcasts to America.Journal of Abnormal & Social Psychology, 36,
311-337.
4. Bruner, J. S. (1950). Social psychology and group processes. AnnualReview of Psychology, 1,119-150.
5. Bruner, J. S. (1957). Neural mechanisms in perception.PsychologicalReview, 64, 340-358.
6. Bruner, J. S. (1990). Culture and human development: A newlook.Human Development, 33, 344-355.
7. Bruner, J. (1992) Another look at New Look 1.American Psychologist,47, 780-783.
8. Bruner, J. (1995). The autobiographical process. Current Sociology, 43,161-177.
9. Bruner, J. (2002). The legal and the literary. Yale Review, 90, 42-61.10.Dst.
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori Belajar BrunerJerome S.Bruner banyak memberikan pandangan mengenai
perkembangan kognitif manusia yang meliputi bagaimana manusia belajar
(memperoleh pengetahuan), menyimpan pengetahuan, dan menstransformasi
pengetahuan. Dasar pemikiran dari teori ini adalah memandang manusia
sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Brunermenyatakan bahwa
belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu: (1) proses
perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasi informasi yang
diterima, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Informasi ini
mungkin bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki.
Sedangkan proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
7/24
4
bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai
dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah
menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan (Hawa,
2010)
Menurut Bruner (Hawa, 2010) belajar matematika adalah belajar
mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di
dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep
dan struktur-struktur matematika itu. Oleh karena itu sebaiknya siswa terlibat
aktif mentalnya dalam belajar agar dapat mengenal konsep dan struktur yang
tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan. Hal ini menunjukkan bahwa
materi yang memiliki pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami
dan diingat anak. Hawa (2010) menyatakan bahwa dengan mengajukan
kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep
matematika.
Bruner (Hawa, 2010) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar
anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga
yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam
memahami suatu konsep matematika. Dari sini terlihat bahwa peran guru
dalam pembelajaran adalah (1) memahami struktur mata pelajaran, (2)
menekankan pada belajar aktif supaya seorang dapat menemukan sendiri
konsep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar, dan (3) menilai
berfikir induktif.
Dengan demikian agar pembelajaran dapat mengembangkan
keterampilan intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan
(misalnya suatu konsep matematika), maka materi pelajaran perlu disajikandengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/pengetahuan anak agar
pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang
tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang
berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika penge-tahuan yang dipelajari
itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model
ikonik dan model tahap simbolik (Hawa, 2010).
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
8/24
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
9/24
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
10/24
7
Contohnya ketika anak mempelajari konsep perkalian yang
didasarkan pada prinsip penjumlahan berulang. Anak akan lebih
memahami konsep tersebut, jika anak tersebut mencoba sendiri
menggunakan garis bilangan untuk memperlihatkan proses perkalian
tersebut. Misalnya , ini berarti pada garis bilangan meloncat 3 kali
dengan loncatan sejauh 5 satuan, hasil loncatan tersebut kita periksa
ternyata hasilnya 15. Dengan mengulangi hasil percobaan seperti ini, anak
akan benar-benar memahami dengan pengertian yang mendalam bahwa
perkalian pada dasarnya merupakan penjumlahan berulang.
2. Dalil Notasi (Notation Theorem)Dalil ini menyatakan bahwa representasi dari sesuatu materi
matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila di dalam
representasi itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini
sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Dalam matematika dikenal pendekatan spiral yaitu ide-ide matematika
disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang
bertingkat (dari yang sederhana ke yang lebih kompleks).
Misal terdapat pertanyaan Tentukan sebuah bilangan yang jika
ditambah 3 akan menjadi 8. Untuk anak SD akan lebih sesuai jika
dinotasikan dalam bentuk dan untuk anak SMP dapat dipilih
notasi dalam bentuk .
3. Dalil Kekontrasan danVariasi (Contrast and Variation Theorem)Dalil ini menyatakan bahwa sesuatu konsep Matematika akan lebih
mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu dikontraskan dengankonsep-konsep yang lain. Hal ini membuat perbedaan antara konsep itu
dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas. Selain itu teorema ini juga
disebutkan bahwa pemahaman siswa tentang suatu konsep matematika
juga akan menjadi lebih baik apabila konsep itu dijelaskan dengan
menggunakan berbagai contoh yang bervariasi.
Sebagai contoh, pemahaman siswa tentang konsep persegi dalam
geometri akan menjadi lebih baik jika konsep persegipanjang
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
11/24
8
dibandingkan dengan konsep-konsep geometri lain, misalnya persegi,
jajargenjang, dll. Dengan membandingkan konsep yang satu dengan
konsep yang lain, perbedaan dan hubungan antara konsep yang satu
dengan konsep yang lain akan menjadi lebih jelas. Selain itu dalam
pembelajaran konsep persegipanjang, sebaiknya persegipanjang
ditampilkan dengan berbagai contoh dan bervariasi. Dengan digunakannya
contoh-contoh yang bervariasi tersebut, sifat-sifat atau ciri-ciri dari
persegipanjang akan dapat dipahami dengan baik.
4. Dalil Konektivitas atau Pengaitan (Conectivity Theorem)Dalil ini menyatakan bahwa setiap konsep, setiap prinsip,dan setiap
keterampilan dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan keterampilan-keterampilan yang lain. Adanya
hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan keterampilan-
keterampilan itu menyebabkan struktur dari setiap cabang matematika
menjadi jelas. Dengan memahami hubungan antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain dari matematika, pemahaman terhadap struktur
dan isi matematika menjadi lebih utuh. Selain itu dengan adanya
hubungan-hubungan tersebut dapat membantu guru dan pihak-pihak lain
dalam upaya untuk menyusun program pembelajaran bagi siswa.
Misalnya, terdapat hubungan antara konsep fungsi kuadrat dengan konsep
jarak dari titik ke sebuah garis karena jarak titik ke sebuah garis secara
analitik dapat dicari dengan menggunakan konsep fungsi kuadrat.
Keempat dalil tersebut tidak dimaksudkan untuk diterapkan satu per
satu. Dalam penerapan, dua dalil atau lebih dapat diterapkan secara bersama
dalam proses pembelajaran sesuatu materi matematika tertentu. Hal tersebut
bergantung pada karakteristik dari materi matematika yang dipelajari dan
karakteristik dari siswa yang belajar. Guru perlu menjelaskan bagaimana
hubungan antara sesuatu yang sedang dijelaskan dengan objek atau rumus
lain. Apakah hubungan itu dalam kesamaan rumus yang digunakan, sama-
sama dapat digunakan dalam bidang aplikasi atau dalam hal-hal lainnya.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
12/24
9
Metode Penemuan
Menurtut Bruner (Hawa, 2010) metode belajar merupakan faktor yang
menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan pemerolehan khusus.
Metode yang sangat didukungnya adalah metode penemuan (discovery).
Discovery learning dari bruner merupakan model pengajaran dan prinsip-
prinsip konstruktivis. Di dalam discovery learning siswa didorong untuk
belajar sendiri secara mandiri. Pembelajaran ini membangkitkan
keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan
jawabannya. Selain itu, pembelajaran ini mendorong siswa belajar
memecahkan masalah secara mandiri dengan keterampilan berpikir sebab
mereka harus menganalisis dan memanipulsi informasi.
Metoda penemuan adalah metoda mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Dengan penemuan ini pada akhirnya dapat meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih
keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan
masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Hawa, 2010).
Menurut Bruner (Hawa, 2010), pembelajaran adalah siswa belajar
melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam
memecahkan masalah dan guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam
mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan dan
memecahkan masalah. Dari uraian tersebut terlihat bahwa Bruner lebih
menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara utuh. Denganmenggunakan metode ini, anak didorong untuk memahami suatu fakta dan
hubungannya yang belum dia pahami sebeumnya dan yang belum diberikan
kepadanya secara lamngsung oleh orang lain.
Berikut ini beberapa manfaat Belajar Penemuan.
1. Dapat digunakan untuk menguji apakah belajar yang dilakukan sudahbermakna.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
13/24
10
2. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tinggal lama di memori jangkapanjang siswa dan mudah diingat.
3. Siswa dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.4. Transfer yang ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri
oleh siswa dari pada disajikan dalam bentuk jadi.
5. Dapat memotivasi siswa.6. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara
bebas.
Berikut ini akan diuraikan mengenai tahap-tahap penerapan Belajar
Penemuan.
1. Stimulus(Pemberian Stimuli atau Rangsangan)Pada tahap ini kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan
yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan, dan mendorongnya untuk
membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
2. Problem Statement(Mengidentifikasi Masalah)Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa
(jawaban sementara).
3. Data Collecting(Pengumpulan Data)Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.
4.Data Processing(Pengolahan Data)Pada tahap ini, kegiatan belajar yang berlangsung adalah mengolah data
yang telah diperoleh siswa. Selanjutnya data tersebut ditafsirkan.
5. VerifikasiPada tahap ini berlangsung pemerikasaan secara cermat untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan
dengan hasil danprocessing.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
14/24
11
6. GeneralisasiPada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan
memperhatikan hasil verifikasi.
Hawa (2010) mengemukakan bahwa guru matematika perlu
mengetahui beberapa hal tentang metode penemuan yaitu.
1. Yang dimaksud dengan penemuan sesuatu, pada metoda penemuan,hanya belaku bagi yang bersangkutan;
2. Pikirkan dengan mantap, konsep apa yang akan ditemukan itu;3. Tidak semua materi matematika dapat disajikan dengan metoda penemuan
secara baik;
4. Metoda penemuan memerlukan waktu relatif lebih banyak;5. Supaya tidak mengambil kesimpulan terlalu pagi, berilah banyak contoh-
contohnya sebelum siswa membuat kesimpulan;
6. Bila siswa mendapat kesukaran membuat generalisasinya (kesimpulan),bantulah mereka. Ingat pula bahwa mampu merumuskan sesuatu dengan
bahasa yang baik dalam matematika memerlukan penguasaan bahasa yang
tinggi. Bila siswa tidak dapat mengerti dengan salah satu penyajian
penampilan penemuan gunakan teknik lain;
7. Jangan mengharapkan semua siswa mampu menemukan setiap konsepyang kita minta untuk mencarinya;
8. Memperoleh generalisasi atau kesimpulan yang benar pada metodapenemuan ini adalah hasil yang paling akhir; untuk mengetahui bahwa
kesimpulan kita itu benar kita harus melakukan pemeriksaan/pengecekan;
9. Buatlah kegiatan sebagai aplikasi penemuan.C. Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran
Berikut ini akan dibahas mengenai penerapan teori belajar Bruner
dalam Pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Matematika.
1. Pendekatan Spiral dalam Pembelajaran MatematikaBruner (Suwarsono, 2000:31) menganjurkan digunakannya
pendekatan spiral (Spiral Approach) dalam pembelajaran matemtika.
Dengan kata lain, suatu materi matematika tertentu seringkali perlu
diajarkan beberapa kali pada siswa yang sama dalam kurun waktu siswa
tersebut berada di sekolah. Namun dari pembelajaran yang satu ke
pembelajaran selanjtnya terjadi peningkatan pada tingkat keabstrakan dan
kekompleksitas dari materi yang dipelajari, termasuk peningkatan dalam
keformalan sistem notasi yang digunakan.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
15/24
12
Sebagai contoh, pada saat siswa SLTP mempelajari fungsi yang
daerah asal dan daerah kawannya berupa himpunan yang berasal dari
kehidupan sehari-hari dan dengan system notasi yang masih sederhana. Di
kemudian hari, siswa yang sama mempelajari fungsi untuk kedua kalinya,
tetapi dengan melibatkan daerah asal dan daerah kawan yang berupa
himpunan bilangan, dengan sistem notasi yang lebih formal. Pada saat
berikutnya, pembahasan tentang fungsi bisa ditingkatkan lagi baik dalam
hal kerumitan materi, variasi (kelengkapan) materi, maupun dalam sistem
notasi yang digunakan. Peningkatan dalam hal materi pembelajaran dan
sistem notasi tersebut diupayakan seiring dengan peningkatan kemampuan
dan kematangan siswa dalam berpikir, sesuai dengan perkembangan
kedewasaan atau kematangan siswa (Arifin, 2012).
2. Metode dan TujuanArifin (2012) mengemukakan bahwa dalam belajar penemuan,
metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring. Hal ini dikarenakan tujuan
belajar tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan saja, tapi juga untuk
memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih
kemampuan-kemampuan intelektual siswa. Selain itu juga untuk
merangsang keingintahuan mereka serta memotivasi kemampuan mereka.
Arifin (2012) menyatakan bahwa dalam belajar penemuan siswa
mendapat kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki secara
perorangan atau dalam suatu tanya jawab dengan guru untuk memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru atau oleh guru dan siswa-siswa
bersama-sama. Dengan demikian jelas, bahwa peranan guru lain sekali
bila dibandingkan dengan peranan guru yang mengajar secara klasikaldengan metode ceramah. Dalam belajar penemuan ini, guru tidak begitu
mengendalikan proses belajar mengajar.
3. Peranan GuruDalam belajar penemuan, peranan guru adalah sebagi berikut.
a. Merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusatpada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
16/24
13
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi parasiswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya mulai dengan
sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa-siswa. Kemudian guru
mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi
konflik dengan pengalaman siswa. Dalam keadaan yang ideal, hal
yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang
para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-
hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-
prinsip yang mendasari masalah itu.
c. Memperhatikan tiga cara penyajian yang telah dibahas terdahulu. Caracara penyajian itu ialah cara enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik.
Untuk menjamin keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan
menggunakan cara penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif
siswa. Disarankan pula agar guru mengikuti aturan penyajian dari
enaktif, ikonik, lalu simbolik. Perkembangan intelektual diasumsikan
mengikuti urutan enaktif, ikonik, dan simbolik.
d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis,guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
Sebaiknya guru tidak mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau
aturan yang akan dipelajari, tetapi hendaknya rnemberikan saran-saran
bilamana diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru sebaiknya
memberikan umpan balik pada waktu yang tepat. Umpan balik sebagai
perbaikan hendaknya diberikan dengan cara sedemikan hingga siswa
tidak tetap tergantung pada pertolongan guru dan akhirnya siswa harus
melakukan sendiri fungsi tutor itu.e. Melakukan penilaian hasil belajar penemuan yang meliputi
pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar mengenai suatu materi dan
kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi
baru. Dalam hal ini, bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes essai.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
17/24
14
4. Langkah Penerapan Teori Belajar BrunerBerikut ini langkah-langkah penerapan teori belajar Bruner.
a. Menyajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang andaajarkan.
b. Membantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
c. Memberikan satu pertanyaan dan membiarkan siswa untuk mencarijawabannya sendiri.
d. Mengajak dan member semangat siswa untuk memberikan pendapatberdasar intuisinya.
Teori belajar Bruner didasarkan pada dua asumsi, yaitu:
1) Perolehan pengetahuan merupkan suatu proses interaktif, artinyapengetahuan akan diperoleh siswa apabila yang bersangkutan
berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya.
2) Orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara menghubungkanhal-hal yang mempunyai kemiripan dihubungkan menjadi suatu
struktur yang member arti. Dengan demikian setiap orang mempunyai
kekhususan dalam dirinya untuk mengelompokkan hal-hal tertentu
atau dalam membangun suatu hubungan antara hal yang telah
diketahuinya. Dengan model ini seseorang dapat menyusun hipotesis
untuk memasukkan pengetahuan baru kedalam struktur yang telah
dimiliki, sehingga memperluas struktur yang telah dimilikinya atau
mengembangkan struktur baru.
5. Contoh Penerapan Teori Belajar BrunerBerikut ini contoh penerapan teori belajar Bruner dalam
pembelajaran matematika.
a. Pembelajaran Menemukan Rumus Luas Daerah PersegipanjangUntuk tahap pemberian contoh diberikan bangun
persegipanjang dengan berbagai ukuran, sedangkan bukan contohnya
diberikan bentuk-bentuk bangun datar lain.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
18/24
15
Tahap EnaktifSiswa diberikan satuan-satuan persegi seperti berikut:
1. Diberikan penjelasan kepada siswa bahwa jika persegi sepertiluasnya 1 satuan persegi maka bangun seperti
luasnya 2 satuan persegi dengan panjangnya berukuran 2
satuan dan lebarnya berukuran 1 satuan.
2. Siswa diberikan beberapa potongan satuan persegi dan merekadiminta untuk menyusu membentuk bangun persegipanjang
kemudian menghitung ukuran panjang dan lebarnya. Misalkan
siswa diberi 20 potongan (satuan persegi) maka persegipanjang
yang dapat dibentuk adalah seperti berikut.
Gambar (a): Panjang = 20 satuan; Lebar = 1 satuan
Gambar (b): panjang = 10 satuan; Lebar = 2 satuan
Gambar (c): Panjang = 5 satuan; Lebar = 4 satuan\
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
19/24
16
satuan
satuan
Tahap IkonikPada tahap ini dapat diberikan gambar-gambar dan tabel
seperti berikut.
Tahap SimbolisPada tahap ini siswa diminta untuk mengeneralisasikan
untuk menemukan rumus luas daerah persegipanjang. Dengan
sebagai simbol ukuran panjang, sebagai simbol ukuran lebar, dan
sebagai simbol dari luas.
Maka jawaban yang diharapkan adalah . Jadi luas
persegipanjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar.
Untuk memperdalam pengetahuan anak tentang luas
persegipanjang, guru dapat memberikan soal-soal latihan dengan
menggunakan rumus tersebut.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
20/24
17
b. Pembelajar an Konsep Volume KubusUntuk tahap pemberian contoh diberikan bentuk kubus,
sedangkan bukan contohnya diberikan bentuk-bentuk bangun ruang
lainnya seperti balok, prisma, limas, tabung, kerucut, atau bola.
Tahap EnaktifKegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah bertujuan
agar siswa menentukan volume kubus dengan menggunakan
benda-benda konkret (kubus-kubus satuan). Kegiatan yang dapat
dilakukan adalah seperti berikut:
1. Siswa diberikan kubus-kubus satuan seperti berikut ini.
2. Siswa mengamati dan memanipulasi alat peraga (model kubustransparan yang akan diisi dengan kubus-kubus satuan).
3. Siswa diminta untuk mengisi kubus-kubus transparan A, B, C,dan D dengan kubus satuan sampai penuh sambil membilang
satu per satu banyaknya kubus satuan yang mengisi penuh
kubus-kubus tranparan.
4. Setiap siswa diminta untuk melaporkan hasil pengukurannyayaitu banyakny kubus satuan yang mengisi penuh kubus-kubus
transparan tersebut.
5. Siswa diminta mengamati semua kubus yang telah diisi penuhdengan kubus satuan untuk melihat keteraturan atau ide-ide
yang terkait pada susunan kubus satuan yang membentuk
konsep volume kubus itu.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
21/24
18
6. Siswa diminta mengungkapkan hasil pengamatannya,kemudian guru menegaskan kembali ungkapan siswa agar
sesuai denan yang diharapkan.
Tahap IkonikPenyajian pada tahap ini mengunakan gambar-gambar
kubus yang telah diisi dengan kubus satuan pada tahap enaktif dan
gambar-gambar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tahap SimbolisPada tahap ini, siswa diarahkan untuk memantapkan
pengetahuan konseptual dan pengetahuan proseduralnya tentang
rumus volume kubus. Dengan sebagai simbol dari ukuran rusuk
dan sebagai simbol dari volume kubus. Diharapkan siswa dapat
menyimpulkan bahwa rumus volum kubus adalah .Untuk memperdalam pengetahuan anak tentang volume kubus,
guru dapat memberikan soal-soal latihan dengan menggunakan
rumus tersebut.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
22/24
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
23/24
20
PENUTUP
Dalam teori belajar Bruner dikenal tiga tahapan belajar, yaitu:
1. Tahap Enaktif2. Tahap Ikonik3. Tahap Simbolis
Selain mengembangkan teori perkembangan kognitif, Bruner juga
mengemukakan empat teorema atau dalil-dalil berkaitan pengajaran matematika.
Dalil-dalil tersebut adalah:
1. Dalil Konstruksi/Penyusunan (Construction Theorem)2. Dalil Notasi (Notation Theorem)3. Dalil Kekontrasan danVariasi (Contrast and Variation Theorem)4. Dalil Konektivitas atau Pengaitan (Conectivity Theorem)
Metoda penemuan adalah metoda mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Berikut ini tahap-tahap penerapan Belajar Penemuan.
1. Stimulus(Pemberian Stimuli atau Rangsangan)2. Problem Statement(Mengidentifikasi Masalah)3. Data Collecting(Pengumpulan Data)4. Data Processing(Pengolahan Data)5. Verifikasi6. Generalisasi
Belajar penemuan adalah salah model instruksional kognitif yang paling
berpengaruh. Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode
penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk
berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya.
-
8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner
24/24