8_iga erieani l. & tri sutrisno_teori bruner

Upload: iga-erieani

Post on 03-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    1/24

    TEORI BRUNER

    MAKALAH

    HALAMAN JUDUL

    Oleh:

    IGA ERIEANI L. (103174024)

    TRI SUTTRISNO (103174044)

    2010 A

    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN MATEMATIKA

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    2012

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    2/24

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

    limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalahyang berjudul Teori Bruner ini dengan tepat waktu.

    Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Ika Kurniasari, M.Pd. dan Dr.Agung Lukito selaku dosen mata kuliahPsikologi Pembelajaran Matematika.

    2. Orang tua kami yang senantiasa memberikan dukungan moral dan materialpada kami.

    3. Teman-teman Pendidikan Matematika 2010 A yang telah membantu danmemotivasi kami dalam proses penyelesaian makalah ini.

    Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

    Sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

    memperbaiki makalah ini. Semoga makalah kami yang berjudul Teori Bruner

    ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

    Surabaya, Oktober 2012

    Penulis

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    3/24

    iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... iKATA PENGANTAR ............................................................................................ iiDAFTAR ISI .......................................................................................................... iiiPENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. Biografi Seymour Jerome Bruner ............................................................... 1B. Karya-karya Seymour Jerome Bruner......................................................... 2

    PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3A. Konsep Teori Belajar Bruner ...................................................................... 3B. Teori Belajar Bruner ................................................................................... 5C. Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran .............................. 11D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Bruner..................................... 19

    PENUTUP ............................................................................................................. 20DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 21

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    4/24

    1

    PENDAHULUAN

    A. Biografi Seymour Jerome Bruner

    Seymour Jerome Bruner lahir pada 1 oktober 1915 di New York City,

    Amerika Serikat. Bruner merupakan alumni dari universitas Newyork. B.A nya

    pada tahun 1937 dari Universitas Duke dan Ph.D. nya dari Universitas Harvard

    pada tahun 1941 dibawah Gordon Allport.beliau adalah seorang ahli psikologi

    perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang

    psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi

    persepsi manusia, motivasi, belajar dan berpikir. Dalam memepelajari manusia, ia

    menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Buku

    Bruner tentang The Process of education yang diterbitkan pada tahun 1960,

    merupakan rangkuman dari hasil konfrensi Woods Hole yang diadakan pada

    tahun 1959, suatu konfrensi yang membawa banyak pengaruh di bidang

    pendidikan pada umumnya, pengajaran sains khusunya. Bruner rupanya tidak

    mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis. Yang penting baginya ialah

    cara-cara bagimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasi

    informasi secara aktif dan inilah menurut Bruner inti dari belajar. Oleh karena itu,

    bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia

    dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah

    memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang

    memberikan kemampuan padanya.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    5/24

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    6/24

    3

    2. Bruner, J. S., & Allport, G. W. (1940). Fifty years of change in Americanpsychology.Psychological Bulletin, 37, 757-776.

    3. Bruner, J. S. (1941). The dimensions of propaganda: German short-wavebroadcasts to America.Journal of Abnormal & Social Psychology, 36,

    311-337.

    4. Bruner, J. S. (1950). Social psychology and group processes. AnnualReview of Psychology, 1,119-150.

    5. Bruner, J. S. (1957). Neural mechanisms in perception.PsychologicalReview, 64, 340-358.

    6. Bruner, J. S. (1990). Culture and human development: A newlook.Human Development, 33, 344-355.

    7. Bruner, J. (1992) Another look at New Look 1.American Psychologist,47, 780-783.

    8. Bruner, J. (1995). The autobiographical process. Current Sociology, 43,161-177.

    9. Bruner, J. (2002). The legal and the literary. Yale Review, 90, 42-61.10.Dst.

    PEMBAHASAN

    A. Konsep Teori Belajar BrunerJerome S.Bruner banyak memberikan pandangan mengenai

    perkembangan kognitif manusia yang meliputi bagaimana manusia belajar

    (memperoleh pengetahuan), menyimpan pengetahuan, dan menstransformasi

    pengetahuan. Dasar pemikiran dari teori ini adalah memandang manusia

    sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Brunermenyatakan bahwa

    belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk

    menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya.

    Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu: (1) proses

    perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasi informasi yang

    diterima, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Informasi ini

    mungkin bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki.

    Sedangkan proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    7/24

    4

    bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai

    dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah

    menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan (Hawa,

    2010)

    Menurut Bruner (Hawa, 2010) belajar matematika adalah belajar

    mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di

    dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep

    dan struktur-struktur matematika itu. Oleh karena itu sebaiknya siswa terlibat

    aktif mentalnya dalam belajar agar dapat mengenal konsep dan struktur yang

    tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan. Hal ini menunjukkan bahwa

    materi yang memiliki pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami

    dan diingat anak. Hawa (2010) menyatakan bahwa dengan mengajukan

    kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep

    matematika.

    Bruner (Hawa, 2010) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar

    anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga

    yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam

    memahami suatu konsep matematika. Dari sini terlihat bahwa peran guru

    dalam pembelajaran adalah (1) memahami struktur mata pelajaran, (2)

    menekankan pada belajar aktif supaya seorang dapat menemukan sendiri

    konsep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar, dan (3) menilai

    berfikir induktif.

    Dengan demikian agar pembelajaran dapat mengembangkan

    keterampilan intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan

    (misalnya suatu konsep matematika), maka materi pelajaran perlu disajikandengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/pengetahuan anak agar

    pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang

    tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang

    berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika penge-tahuan yang dipelajari

    itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model

    ikonik dan model tahap simbolik (Hawa, 2010).

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    8/24

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    9/24

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    10/24

    7

    Contohnya ketika anak mempelajari konsep perkalian yang

    didasarkan pada prinsip penjumlahan berulang. Anak akan lebih

    memahami konsep tersebut, jika anak tersebut mencoba sendiri

    menggunakan garis bilangan untuk memperlihatkan proses perkalian

    tersebut. Misalnya , ini berarti pada garis bilangan meloncat 3 kali

    dengan loncatan sejauh 5 satuan, hasil loncatan tersebut kita periksa

    ternyata hasilnya 15. Dengan mengulangi hasil percobaan seperti ini, anak

    akan benar-benar memahami dengan pengertian yang mendalam bahwa

    perkalian pada dasarnya merupakan penjumlahan berulang.

    2. Dalil Notasi (Notation Theorem)Dalil ini menyatakan bahwa representasi dari sesuatu materi

    matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila di dalam

    representasi itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat

    perkembangan kognitif siswa. Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini

    sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.

    Dalam matematika dikenal pendekatan spiral yaitu ide-ide matematika

    disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang

    bertingkat (dari yang sederhana ke yang lebih kompleks).

    Misal terdapat pertanyaan Tentukan sebuah bilangan yang jika

    ditambah 3 akan menjadi 8. Untuk anak SD akan lebih sesuai jika

    dinotasikan dalam bentuk dan untuk anak SMP dapat dipilih

    notasi dalam bentuk .

    3. Dalil Kekontrasan danVariasi (Contrast and Variation Theorem)Dalil ini menyatakan bahwa sesuatu konsep Matematika akan lebih

    mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu dikontraskan dengankonsep-konsep yang lain. Hal ini membuat perbedaan antara konsep itu

    dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas. Selain itu teorema ini juga

    disebutkan bahwa pemahaman siswa tentang suatu konsep matematika

    juga akan menjadi lebih baik apabila konsep itu dijelaskan dengan

    menggunakan berbagai contoh yang bervariasi.

    Sebagai contoh, pemahaman siswa tentang konsep persegi dalam

    geometri akan menjadi lebih baik jika konsep persegipanjang

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    11/24

    8

    dibandingkan dengan konsep-konsep geometri lain, misalnya persegi,

    jajargenjang, dll. Dengan membandingkan konsep yang satu dengan

    konsep yang lain, perbedaan dan hubungan antara konsep yang satu

    dengan konsep yang lain akan menjadi lebih jelas. Selain itu dalam

    pembelajaran konsep persegipanjang, sebaiknya persegipanjang

    ditampilkan dengan berbagai contoh dan bervariasi. Dengan digunakannya

    contoh-contoh yang bervariasi tersebut, sifat-sifat atau ciri-ciri dari

    persegipanjang akan dapat dipahami dengan baik.

    4. Dalil Konektivitas atau Pengaitan (Conectivity Theorem)Dalil ini menyatakan bahwa setiap konsep, setiap prinsip,dan setiap

    keterampilan dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep,

    prinsip-prinsip, dan keterampilan-keterampilan yang lain. Adanya

    hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan keterampilan-

    keterampilan itu menyebabkan struktur dari setiap cabang matematika

    menjadi jelas. Dengan memahami hubungan antara bagian yang satu

    dengan bagian yang lain dari matematika, pemahaman terhadap struktur

    dan isi matematika menjadi lebih utuh. Selain itu dengan adanya

    hubungan-hubungan tersebut dapat membantu guru dan pihak-pihak lain

    dalam upaya untuk menyusun program pembelajaran bagi siswa.

    Misalnya, terdapat hubungan antara konsep fungsi kuadrat dengan konsep

    jarak dari titik ke sebuah garis karena jarak titik ke sebuah garis secara

    analitik dapat dicari dengan menggunakan konsep fungsi kuadrat.

    Keempat dalil tersebut tidak dimaksudkan untuk diterapkan satu per

    satu. Dalam penerapan, dua dalil atau lebih dapat diterapkan secara bersama

    dalam proses pembelajaran sesuatu materi matematika tertentu. Hal tersebut

    bergantung pada karakteristik dari materi matematika yang dipelajari dan

    karakteristik dari siswa yang belajar. Guru perlu menjelaskan bagaimana

    hubungan antara sesuatu yang sedang dijelaskan dengan objek atau rumus

    lain. Apakah hubungan itu dalam kesamaan rumus yang digunakan, sama-

    sama dapat digunakan dalam bidang aplikasi atau dalam hal-hal lainnya.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    12/24

    9

    Metode Penemuan

    Menurtut Bruner (Hawa, 2010) metode belajar merupakan faktor yang

    menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan pemerolehan khusus.

    Metode yang sangat didukungnya adalah metode penemuan (discovery).

    Discovery learning dari bruner merupakan model pengajaran dan prinsip-

    prinsip konstruktivis. Di dalam discovery learning siswa didorong untuk

    belajar sendiri secara mandiri. Pembelajaran ini membangkitkan

    keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan

    jawabannya. Selain itu, pembelajaran ini mendorong siswa belajar

    memecahkan masalah secara mandiri dengan keterampilan berpikir sebab

    mereka harus menganalisis dan memanipulsi informasi.

    Metoda penemuan adalah metoda mengajar yang mengatur pengajaran

    sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya

    belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya

    ditemukan sendiri. Dengan penemuan ini pada akhirnya dapat meningkatkan

    penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih

    keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan

    masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan

    menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Hawa, 2010).

    Menurut Bruner (Hawa, 2010), pembelajaran adalah siswa belajar

    melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam

    memecahkan masalah dan guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam

    mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan dan

    memecahkan masalah. Dari uraian tersebut terlihat bahwa Bruner lebih

    menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara utuh. Denganmenggunakan metode ini, anak didorong untuk memahami suatu fakta dan

    hubungannya yang belum dia pahami sebeumnya dan yang belum diberikan

    kepadanya secara lamngsung oleh orang lain.

    Berikut ini beberapa manfaat Belajar Penemuan.

    1. Dapat digunakan untuk menguji apakah belajar yang dilakukan sudahbermakna.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    13/24

    10

    2. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tinggal lama di memori jangkapanjang siswa dan mudah diingat.

    3. Siswa dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.4. Transfer yang ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri

    oleh siswa dari pada disajikan dalam bentuk jadi.

    5. Dapat memotivasi siswa.6. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara

    bebas.

    Berikut ini akan diuraikan mengenai tahap-tahap penerapan Belajar

    Penemuan.

    1. Stimulus(Pemberian Stimuli atau Rangsangan)Pada tahap ini kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan

    yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan, dan mendorongnya untuk

    membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan

    pemecahan masalah.

    2. Problem Statement(Mengidentifikasi Masalah)Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

    mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan

    pelajaran kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa

    (jawaban sementara).

    3. Data Collecting(Pengumpulan Data)Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk

    membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.

    4.Data Processing(Pengolahan Data)Pada tahap ini, kegiatan belajar yang berlangsung adalah mengolah data

    yang telah diperoleh siswa. Selanjutnya data tersebut ditafsirkan.

    5. VerifikasiPada tahap ini berlangsung pemerikasaan secara cermat untuk

    membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan

    dengan hasil danprocessing.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    14/24

    11

    6. GeneralisasiPada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip

    umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan

    memperhatikan hasil verifikasi.

    Hawa (2010) mengemukakan bahwa guru matematika perlu

    mengetahui beberapa hal tentang metode penemuan yaitu.

    1. Yang dimaksud dengan penemuan sesuatu, pada metoda penemuan,hanya belaku bagi yang bersangkutan;

    2. Pikirkan dengan mantap, konsep apa yang akan ditemukan itu;3. Tidak semua materi matematika dapat disajikan dengan metoda penemuan

    secara baik;

    4. Metoda penemuan memerlukan waktu relatif lebih banyak;5. Supaya tidak mengambil kesimpulan terlalu pagi, berilah banyak contoh-

    contohnya sebelum siswa membuat kesimpulan;

    6. Bila siswa mendapat kesukaran membuat generalisasinya (kesimpulan),bantulah mereka. Ingat pula bahwa mampu merumuskan sesuatu dengan

    bahasa yang baik dalam matematika memerlukan penguasaan bahasa yang

    tinggi. Bila siswa tidak dapat mengerti dengan salah satu penyajian

    penampilan penemuan gunakan teknik lain;

    7. Jangan mengharapkan semua siswa mampu menemukan setiap konsepyang kita minta untuk mencarinya;

    8. Memperoleh generalisasi atau kesimpulan yang benar pada metodapenemuan ini adalah hasil yang paling akhir; untuk mengetahui bahwa

    kesimpulan kita itu benar kita harus melakukan pemeriksaan/pengecekan;

    9. Buatlah kegiatan sebagai aplikasi penemuan.C. Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran

    Berikut ini akan dibahas mengenai penerapan teori belajar Bruner

    dalam Pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Matematika.

    1. Pendekatan Spiral dalam Pembelajaran MatematikaBruner (Suwarsono, 2000:31) menganjurkan digunakannya

    pendekatan spiral (Spiral Approach) dalam pembelajaran matemtika.

    Dengan kata lain, suatu materi matematika tertentu seringkali perlu

    diajarkan beberapa kali pada siswa yang sama dalam kurun waktu siswa

    tersebut berada di sekolah. Namun dari pembelajaran yang satu ke

    pembelajaran selanjtnya terjadi peningkatan pada tingkat keabstrakan dan

    kekompleksitas dari materi yang dipelajari, termasuk peningkatan dalam

    keformalan sistem notasi yang digunakan.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    15/24

    12

    Sebagai contoh, pada saat siswa SLTP mempelajari fungsi yang

    daerah asal dan daerah kawannya berupa himpunan yang berasal dari

    kehidupan sehari-hari dan dengan system notasi yang masih sederhana. Di

    kemudian hari, siswa yang sama mempelajari fungsi untuk kedua kalinya,

    tetapi dengan melibatkan daerah asal dan daerah kawan yang berupa

    himpunan bilangan, dengan sistem notasi yang lebih formal. Pada saat

    berikutnya, pembahasan tentang fungsi bisa ditingkatkan lagi baik dalam

    hal kerumitan materi, variasi (kelengkapan) materi, maupun dalam sistem

    notasi yang digunakan. Peningkatan dalam hal materi pembelajaran dan

    sistem notasi tersebut diupayakan seiring dengan peningkatan kemampuan

    dan kematangan siswa dalam berpikir, sesuai dengan perkembangan

    kedewasaan atau kematangan siswa (Arifin, 2012).

    2. Metode dan TujuanArifin (2012) mengemukakan bahwa dalam belajar penemuan,

    metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring. Hal ini dikarenakan tujuan

    belajar tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan saja, tapi juga untuk

    memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih

    kemampuan-kemampuan intelektual siswa. Selain itu juga untuk

    merangsang keingintahuan mereka serta memotivasi kemampuan mereka.

    Arifin (2012) menyatakan bahwa dalam belajar penemuan siswa

    mendapat kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki secara

    perorangan atau dalam suatu tanya jawab dengan guru untuk memecahkan

    masalah yang diberikan oleh guru atau oleh guru dan siswa-siswa

    bersama-sama. Dengan demikian jelas, bahwa peranan guru lain sekali

    bila dibandingkan dengan peranan guru yang mengajar secara klasikaldengan metode ceramah. Dalam belajar penemuan ini, guru tidak begitu

    mengendalikan proses belajar mengajar.

    3. Peranan GuruDalam belajar penemuan, peranan guru adalah sebagi berikut.

    a. Merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusatpada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    16/24

    13

    b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi parasiswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya mulai dengan

    sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa-siswa. Kemudian guru

    mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi

    konflik dengan pengalaman siswa. Dalam keadaan yang ideal, hal

    yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang

    para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-

    hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-

    prinsip yang mendasari masalah itu.

    c. Memperhatikan tiga cara penyajian yang telah dibahas terdahulu. Caracara penyajian itu ialah cara enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik.

    Untuk menjamin keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan

    menggunakan cara penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif

    siswa. Disarankan pula agar guru mengikuti aturan penyajian dari

    enaktif, ikonik, lalu simbolik. Perkembangan intelektual diasumsikan

    mengikuti urutan enaktif, ikonik, dan simbolik.

    d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis,guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.

    Sebaiknya guru tidak mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau

    aturan yang akan dipelajari, tetapi hendaknya rnemberikan saran-saran

    bilamana diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru sebaiknya

    memberikan umpan balik pada waktu yang tepat. Umpan balik sebagai

    perbaikan hendaknya diberikan dengan cara sedemikan hingga siswa

    tidak tetap tergantung pada pertolongan guru dan akhirnya siswa harus

    melakukan sendiri fungsi tutor itu.e. Melakukan penilaian hasil belajar penemuan yang meliputi

    pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar mengenai suatu materi dan

    kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi

    baru. Dalam hal ini, bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes essai.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    17/24

    14

    4. Langkah Penerapan Teori Belajar BrunerBerikut ini langkah-langkah penerapan teori belajar Bruner.

    a. Menyajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang andaajarkan.

    b. Membantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.

    c. Memberikan satu pertanyaan dan membiarkan siswa untuk mencarijawabannya sendiri.

    d. Mengajak dan member semangat siswa untuk memberikan pendapatberdasar intuisinya.

    Teori belajar Bruner didasarkan pada dua asumsi, yaitu:

    1) Perolehan pengetahuan merupkan suatu proses interaktif, artinyapengetahuan akan diperoleh siswa apabila yang bersangkutan

    berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya.

    2) Orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara menghubungkanhal-hal yang mempunyai kemiripan dihubungkan menjadi suatu

    struktur yang member arti. Dengan demikian setiap orang mempunyai

    kekhususan dalam dirinya untuk mengelompokkan hal-hal tertentu

    atau dalam membangun suatu hubungan antara hal yang telah

    diketahuinya. Dengan model ini seseorang dapat menyusun hipotesis

    untuk memasukkan pengetahuan baru kedalam struktur yang telah

    dimiliki, sehingga memperluas struktur yang telah dimilikinya atau

    mengembangkan struktur baru.

    5. Contoh Penerapan Teori Belajar BrunerBerikut ini contoh penerapan teori belajar Bruner dalam

    pembelajaran matematika.

    a. Pembelajaran Menemukan Rumus Luas Daerah PersegipanjangUntuk tahap pemberian contoh diberikan bangun

    persegipanjang dengan berbagai ukuran, sedangkan bukan contohnya

    diberikan bentuk-bentuk bangun datar lain.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    18/24

    15

    Tahap EnaktifSiswa diberikan satuan-satuan persegi seperti berikut:

    1. Diberikan penjelasan kepada siswa bahwa jika persegi sepertiluasnya 1 satuan persegi maka bangun seperti

    luasnya 2 satuan persegi dengan panjangnya berukuran 2

    satuan dan lebarnya berukuran 1 satuan.

    2. Siswa diberikan beberapa potongan satuan persegi dan merekadiminta untuk menyusu membentuk bangun persegipanjang

    kemudian menghitung ukuran panjang dan lebarnya. Misalkan

    siswa diberi 20 potongan (satuan persegi) maka persegipanjang

    yang dapat dibentuk adalah seperti berikut.

    Gambar (a): Panjang = 20 satuan; Lebar = 1 satuan

    Gambar (b): panjang = 10 satuan; Lebar = 2 satuan

    Gambar (c): Panjang = 5 satuan; Lebar = 4 satuan\

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    19/24

    16

    satuan

    satuan

    Tahap IkonikPada tahap ini dapat diberikan gambar-gambar dan tabel

    seperti berikut.

    Tahap SimbolisPada tahap ini siswa diminta untuk mengeneralisasikan

    untuk menemukan rumus luas daerah persegipanjang. Dengan

    sebagai simbol ukuran panjang, sebagai simbol ukuran lebar, dan

    sebagai simbol dari luas.

    Maka jawaban yang diharapkan adalah . Jadi luas

    persegipanjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar.

    Untuk memperdalam pengetahuan anak tentang luas

    persegipanjang, guru dapat memberikan soal-soal latihan dengan

    menggunakan rumus tersebut.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    20/24

    17

    b. Pembelajar an Konsep Volume KubusUntuk tahap pemberian contoh diberikan bentuk kubus,

    sedangkan bukan contohnya diberikan bentuk-bentuk bangun ruang

    lainnya seperti balok, prisma, limas, tabung, kerucut, atau bola.

    Tahap EnaktifKegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah bertujuan

    agar siswa menentukan volume kubus dengan menggunakan

    benda-benda konkret (kubus-kubus satuan). Kegiatan yang dapat

    dilakukan adalah seperti berikut:

    1. Siswa diberikan kubus-kubus satuan seperti berikut ini.

    2. Siswa mengamati dan memanipulasi alat peraga (model kubustransparan yang akan diisi dengan kubus-kubus satuan).

    3. Siswa diminta untuk mengisi kubus-kubus transparan A, B, C,dan D dengan kubus satuan sampai penuh sambil membilang

    satu per satu banyaknya kubus satuan yang mengisi penuh

    kubus-kubus tranparan.

    4. Setiap siswa diminta untuk melaporkan hasil pengukurannyayaitu banyakny kubus satuan yang mengisi penuh kubus-kubus

    transparan tersebut.

    5. Siswa diminta mengamati semua kubus yang telah diisi penuhdengan kubus satuan untuk melihat keteraturan atau ide-ide

    yang terkait pada susunan kubus satuan yang membentuk

    konsep volume kubus itu.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    21/24

    18

    6. Siswa diminta mengungkapkan hasil pengamatannya,kemudian guru menegaskan kembali ungkapan siswa agar

    sesuai denan yang diharapkan.

    Tahap IkonikPenyajian pada tahap ini mengunakan gambar-gambar

    kubus yang telah diisi dengan kubus satuan pada tahap enaktif dan

    gambar-gambar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tahap SimbolisPada tahap ini, siswa diarahkan untuk memantapkan

    pengetahuan konseptual dan pengetahuan proseduralnya tentang

    rumus volume kubus. Dengan sebagai simbol dari ukuran rusuk

    dan sebagai simbol dari volume kubus. Diharapkan siswa dapat

    menyimpulkan bahwa rumus volum kubus adalah .Untuk memperdalam pengetahuan anak tentang volume kubus,

    guru dapat memberikan soal-soal latihan dengan menggunakan

    rumus tersebut.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    22/24

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    23/24

    20

    PENUTUP

    Dalam teori belajar Bruner dikenal tiga tahapan belajar, yaitu:

    1. Tahap Enaktif2. Tahap Ikonik3. Tahap Simbolis

    Selain mengembangkan teori perkembangan kognitif, Bruner juga

    mengemukakan empat teorema atau dalil-dalil berkaitan pengajaran matematika.

    Dalil-dalil tersebut adalah:

    1. Dalil Konstruksi/Penyusunan (Construction Theorem)2. Dalil Notasi (Notation Theorem)3. Dalil Kekontrasan danVariasi (Contrast and Variation Theorem)4. Dalil Konektivitas atau Pengaitan (Conectivity Theorem)

    Metoda penemuan adalah metoda mengajar yang mengatur pengajaran

    sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum

    diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya

    ditemukan sendiri. Berikut ini tahap-tahap penerapan Belajar Penemuan.

    1. Stimulus(Pemberian Stimuli atau Rangsangan)2. Problem Statement(Mengidentifikasi Masalah)3. Data Collecting(Pengumpulan Data)4. Data Processing(Pengolahan Data)5. Verifikasi6. Generalisasi

    Belajar penemuan adalah salah model instruksional kognitif yang paling

    berpengaruh. Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode

    penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk

    berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang

    menyertainya.

  • 8/12/2019 8_iga Erieani l. & Tri Sutrisno_teori Bruner

    24/24