61020-3-333670634927

10
Modul III Konteks Sosial dan Perkembangan Sosioemosional Pokok Bahasan : - Teori-Teori Kontemporer (Ekologi dan Life Span dari Erikson - Konteks Sosial dalam Perkembangan - Perkembangan Sosioemosional A. Teori-Teori Kontemporer Ada sejumlah teori tentang perkembangan sosioemosional anak. Dalam modul ini akan difokuskan pada dua teori utama : - Teori ekologi dari Bronfenbrenner - Teori rentang hidup dari Erikson Kedua teori itu dipilih karena cukup komprehensif dalam membahas konteks sosial dimana anak berkembang (Bronfenbrenner) dan perubahan utama dalam perkembangan sosioemosional anak (Erikson). Teori Ekologi Bronfenbrenner Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus utamanya adalah pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Psikologi Pendidikan Filino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana ‘11 1

Upload: tan-kooi-hiang

Post on 14-Aug-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 61020-3-333670634927

Modul III

Konteks Sosial dan Perkembangan Sosioemosional

Pokok Bahasan :

- Teori-Teori Kontemporer (Ekologi dan Life Span dari Erikson

- Konteks Sosial dalam Perkembangan

- Perkembangan Sosioemosional

A. Teori-Teori Kontemporer

Ada sejumlah teori tentang perkembangan sosioemosional anak. Dalam modul ini akan

difokuskan pada dua teori utama :

- Teori ekologi dari Bronfenbrenner

- Teori rentang hidup dari Erikson

Kedua teori itu dipilih karena cukup komprehensif dalam membahas konteks sosial

dimana anak berkembang (Bronfenbrenner) dan perubahan utama dalam perkembangan

sosioemosional anak (Erikson).

Teori Ekologi Bronfenbrenner

Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus utamanya

adalah pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi

perkembangan anak.

Teori Ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari

interaksi interpersonal sampai pengaruh kultur yang lebih luas. Sistem-sistem tersebut adalah :

1. Mikrosistem : setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks

dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah dan tetangga.

Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana

‘111

Page 2: 61020-3-333670634927

2. Mesosistem kaitan antar-mikrosistem. Contoh adlaah hubungan antara pengalaman

dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya.

3. Eksosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain mempengaruhi pengalaman murid

dan guru dalam konteks mereka sendiri. Misalnya, ambil contoh dewan sekolah dan

dewan pengawas tama di dalam suatu komunitas. Mereka memegang peran kuat dalam

menentukan kualitas sekolah, taman, fasilitas rekreasi dan perpustakaan. Keputusan

mereka bisa membantu atau menghambat perkembangan anak.

4. Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang cukup peran

etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas

dimana murid dan guru tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat masyarakat.

5. Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak. Misalnya, murid-

murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang tergolong pertama. Anak-anak

sekarang adalah generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi

pertama yang tumbuh dalam lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh computer dan

bentuk media baru, generasi yang pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual dan

generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak terpusat, yang

tidak lagi jelas batas antara kota, pedeasaan, atau subkota.

Bronfenbrenner semakin banyak memberikan perhatian kepada kronosistem sebagai

sistem lingkungan yang penting. Dia memperhatikan dua problem penting: (1)

banyaknya anak di Amerika yang hidup dalam kemiskinan, terutama dalam keluarga

single parent (2) penurunan nilai-nilai.

Teaching Strategies dalam mendidik anak berdasarkan teori Brenfenbrenner :

1. Pandanglah anak sebagai sosok yang terlibat dalam berbagai sistem lingkungan dan

dipengaruhi oleh sistem-sistem itu. Lingkungan itu antara lain sekolah dan guru, orang

tua dan saudara kandung, komunitas dan tetangga, teman dan rekan sebaya, media ,

agama dan kultur.

2. Perhatikan hubungan antara sekolah dan keluarga. Jalin hubungan ini melalui saluran

formal dan informal.

3. Sadari arti penting dari komunitas, status sosialekonomi, dan kultur dalam

perkembangan anak.

Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana

‘112

Page 3: 61020-3-333670634927

Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson

Teori Erik Ericson melengkapi analisis Bronfenbrenner terhadap konteks sosial dimana

anak tumbuh dan orang-orang yang penting bagi kehidupan anak. Erikson (1902—1994)

mengemukakan teori tentang perkembangan seseorang melalui tahapan.

Delapan Tahap Perkembangan Manusia :

1. Integritas vs Putus Asa Dewasa Akhir (Usia 60 tahun ke atas)

2. Generatif vs Stagnasi Dewasa Pertengahan (Usia 40-an, 50-an)

3. Intimasi vs Isolasi Dewasa Awal (Usia 20-an, 30-an)

4. Identitas vs Kebingungan Identitas Remaja (10 sampai 20 tahun)

5. Usaha vs Inferioritas Kanak-kanak pertengahan dan akhir (SD 6 sampai puber)

6. Inisiatif vs rasa bersalah Kanak-kanak awal (prasekolah, 3—5 tahun)

7. Otonomi vs malu dan ragu Masa bayi (tahun kedua)

8. Percaya vs Tidak Percaya Bayi (tahun pertama)

Teaching Stategies Mendidik Anak berdasarkan Teori Erikson :

1. Dorong anak untuk berinisiatif

2. Mempromosikan usaha belajar untuk anak-anak sekolah dasar

3. Ajak remaja mengeksplorasi identitas dirinya

4. Kaji diri Anda sebagai guru dengan lensa delapan tahap Erikson.

5. Ambil karakteristik yang bermanfaat dari tahap Erikson lainnya.

Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana

‘113

Page 4: 61020-3-333670634927

B. Konteks Sosial dalam Perkembangan

Menurut teori Bronfenbrenner, konteks sosial dimana anak hidup akan mempengaruhi

perkembangan anak. Ada tiga konteks di mana anak menghabiskan sebagian besar waktunya :

1. Keluarga

Gaya parenting :

Authoritatian parenting : gaya asuh yang membatasi (restricted) dan

menghukum (punitive) dimana hanya ada sedikit pecakapan antara orang tua

dan murid; menghasilkan anak yang tidak kompeten secara sosial.

Authoritative parenting : gaya asuh yang positf yang mendorong anak untuk

independen tapi masih membatasi dan mengontrol tindakan mereka;

percakapan ekstensif diizinkan; menghasilkan anak yang kompeten secara

sosial.

Neglectful parenting : gaya asuh dimana orang tua tidak perduli, atau orang

tua hanya meluangkan waktu dengan anak-anaknya;hasilnya adalah anak

yang tidak kompeten secara sosial.

Indulgent parenting : gaya asuh dimana orang tua terlibat aktif tetapi hanya

sedikit member batasan atau kekangan pada perilaku anak; hasilnya adalah

anak yang tidak kompeten secara sosial.

2. Teman sebaya

Para developmentalis telah dengan tepat menunjukkan empat tipe status teman sebaya:

Populer children, seringkali dinominasikan sebagai kawan terbaik dan jarang

dibenci teman sebaya

Neglected children, jarang dinominasikan sebagai kawan terbaik, tetapi

bukannya tidak disukai oleh kawan seusianya.

Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana

‘114

Page 5: 61020-3-333670634927

Rejected children, jarang dinominasikan sebagai kawan baik dan sering

dibenci oleh teman seusianya

Controversial children, seringkali dinominasikan sebagai teman baik tapi juga

karap tidak disukai.

Persahabatan member kontribusi pada status teman usia sebaya dan member

keuntungan lainnya :

Kebersamaan

Dukungan fisik

Dukungan ego

Intimasi/kasih saying

3. Sekolah

Disekolah anak menghabiskan banyak waktu sebagai anggota dari masyarakat kecil

yang sangat mempengaruhi perkembangan sosioemosional mereka.

Konteks sekolah bervariasi sejak kanak-kanak awal, sekolah dasar hingga remaja.

Setting masa kanak-kanak awal (masa taman kanak-kanak) adalah sebuah lingkungan

yang terlindung yang batas-batasnya adalah ruang kelas. Dalam setting sosial yang

terbatas ini, anaka-anak berinteraksi dengan satu atau dua guru, yang biasanya

perempuan, yang menjadi figur utama dalam kehidupan mereka saat itu. Anak-anak

juga berinteraksi dengan teman sebaya dalam kelompok kecil.

C. Perkembangan Sosioemosional

Diri

Penghargaan diri (self-esteem) adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya

sendiri. Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri (self worth) atau gambaran diri

(self-image). Misalnya, anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya

memandang dirinya sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik.Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana

‘115

Page 6: 61020-3-333670634927

Meningkatkan rasa harga diri anak :

1. Identifikasi penyebab rendah diri dan area kompetensi yang penting bagi diri

2. Beri dukungan emosional dan penerimaan sosial

3. Bantu anak mencapai tujuan atau prestasi

4. Kembangkan keterampilan mengatasi masalah.

Aspek penting lain dari diri adalah identitas. Periset Kanada James Marcia menganalisis konsep

Erikson tentang identitas dan menyimpulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara

eksplorasi dengan komitmen. Eksplorasi adalah pencarian identitas alternative yang bermakna.

Komitmen berarti menunjukkan penerimaan personal pada satu identitas dan menerima apa

pun implikasi dari identitas itu.

Sejauhmana eksplorasi dan komitmen individual ini dipakai untuk mengidentifikasi dirinya berdasarkan

satu dari empat tipe identitas.

Apakah orang itu membuat komitmen

Ya Tidak

Apakah orang itu

mengeksplorasi

alternative yang

bermakna yang

berhubungan dengan

persoalan identitas?

Ya Identity Achievement Identity Moratorium

Tidak Identity Foreclosure Identity Diffusion

Identity diffusion terjadi ketika individu belum mengalami krisis (yakni, mereka belum

mengeksplorasi alternatif yang bermakna) atau membuat komitmen. Mereka belum

memutuskan pilihan pekerjaan dan ideologis, dan mereka kemungkinan tidak begitu tertarik

dengan soal-soal semacam itu.

Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana

‘116

Page 7: 61020-3-333670634927

Identity foreclosure terjadi saat individu membuat komitmen tetapi belum mengalami krisis. Ini

sering terjadi apabila orang tua menentukan komitmen untuk anak remaja mereka, sering kali

dengan cara otoriter. Dalam situasi ini, remaja tidak cukup kesempatan untuk mengekplorasi

pendekatan, ideology dan pilihan pekerjaan yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan

mereka.

Identity moratorium terjadi ketika individu berada ditengah-tengah krisis tapi komitmen mereka

tidak ada atau baru didefinisikan secara samar-samar.

Identity achievement terjadi ketika individu telah mengalami krisis dan telah membuat

komitmen.

Perkembangan Moral

Domain perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang interaksi yang adil

antar orang. Aturan ini bisa dikaji dalam tiga domain : kognitif, behavioral dan emosional.

Tahap perkembangan moral menurut Piaget :

1. Heteronomous morality. Berlangsung kira-kira usia empat sampai tujuh tahun. Tahap ini,

keadilan dan aturan dianggap sebagai bagian dari dunia yang tak bisa diubah, tidak

dikontrol oleh orang.

2. Autonomous morality. Berlangsung sekitar usia 10 tahun atau lebih). Anak mulai

menyadari bahwa aturan dan hukum adalah buatan manusia dan bahwa dalam menilai

suatu perbuatan, niat pelaku dan konsekuensinya perlu dipikirkan.

Lawrence Kohlberg, seperti Piaget menandaskan bahwa perkembangan moral terutama

melibatkan penalaran (reasoning) moral dan berlangsung dalam tahapan-tahapan. Kohlberg

mengemukakan teorinya setelah mewawancarai beberapa anak, remaja dan orang dewasa

untuk mengetahui pandangan mereka tentang dilemma moral.

Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana

‘117

Page 8: 61020-3-333670634927

Level dan tahap perkembangan moral menurut Kohlberg :

- Preconventional reasoning anak tidak menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral.

Penalaran moral dikontrol oleh hukuman dan ganjaran eksternal.

- Conventional reasoning internalisasi masih setengah-setengah. Anak patuh secara

internal pada standar tertentu, tetapi standar itu pada dasarnya ditetapkan oleh orang lain,

seperti orang tua, atau aturan sosial.

- Postconventional reasoning moralitas sepenuhnya diinteranalisasikan dan tidak

didasarkan pada standar eksternal. Murid mengetahui aturan-aturan moral alternative,

mengeksplorasikan opsi, dan kemudian memutuskan sendiri kode moral apa yang terbaik

bagi dirinya.

Psikologi PendidikanFilino Firmansyah M.Psi Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana

‘118