permuk i-3 (3)
DESCRIPTION
Tugas SP PermukimanTRANSCRIPT
1
Daftar Isi
Daftar Isi _____________________________________________________ 1
Abstrak _____________________________________________________ 2
Bab I Pendahuluan _______________________________________________ 2
1.1 Latar Belakang __________________________________________ 2
1.2 Rumusan Masalah _______________________________________ 3
1.3 Tujuan dan Manfaat ______________________________________ 3
1.4 Lingkup Pembahasan _____________________________________ 3
1.5 Metode Penelitian ________________________________________ 3
1.6 Sistematika Penulisan ____________________________________ 3
Bab II Kajian Teori Dan Pustaka _____________________________________ 4
2.1 Teori Doxiadis Tentang Permukiman (Human Settlement) _________ 4
2.2 Permukiman ____________________________________________ 4
2.3 Keterkaitan Antarpermukiman _______________________________ 7
Bab III Data Objek _______________________________________________ 7
3.1 Letak Geografis Kelurahan Pleburan __________________________ 7
3.2 Penduduk Kelurahan Pleburan ______________________________ 9
3.3 Sarana Pelayanan Umum di Kelurahan Pleburan ________________ 10
3.4 Jenis Permukiman di Kelurahan Pleburan ______________________ 11
3.5 Utilitas di Kelurahan Pleburan _______________________________ 11
3.6 Foto Saran dan Prasarana di Kelurahan Pleburan _______________ 12
Bab IV Analisa Permasalahan ________________________________________ 19
4.1 Analisa Permasalahan Tata Letak Permukiman _________________ 19
4.2 Analisa Permasalahan Jalan Pada Permukiman ________________ 19
4.3 Analisa Permasalahan Drainase Pada Permukiman ______________ 19
4.4 Analisa Perkembangan Potensi Wilayah _______________________ 19
4.5 Analisa Pengaruh Lingkungan di Kelurahan Pleburan ____________ 20
4.6 Analisa Perubahan Sosial-Budaya di Kelurahan Pleburan _________ 20
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi _________________________________ 21
5.1 Kesimpulan ______________________________________________ 21
5.2 Rekomendasi ____________________________________________ 21
2
ABSTRAK
Dalam suatu permukiman terdapat banyak faktor yang dapat dijadikan kriteria apakah permukiman tersebut merupakan wilayah yang maju ataupun sedang berkembang. Faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi melalui data dan kondisi lapangan di wilayah tersebut. Misalnya faktor ekonomi, sosial-budaya, sarana dan prasarana maupun faktor-faktor lainnya.
Identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara observasi data lapangan, baik untuk mendapatkan data sekunder maupun data primer. Data primer diperoleh dengan survei kondisi nyata lapangan, yaitu mengamati langsung bagaimana keadaan yang sebenarnya pada suatu permukiman agar dapat dijadikan acuan dan landasan mengenai analisa permasalahan dan potensi-potensi dari wilayah permukiman tersebut. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data kelurahan ataupun dengan melakukan wawancara kepada petugas di kelurahan.
Wilayah permukiman yang dijadikan objek analisa yaitu Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV. Wilayah Kelurahan Pleburan itu sendiri yang terdiri dari 6 RW dan 50 RT mempunyai beberapa faktor yang dapat dianalisis mengenai permasalahan dan berbagai potensinya. Diantaranya dari segi ekonomi yang cenderung menengah ke atas terdapat pada wilayah RW IV sedangkan RW I, III cenderung ekonomi menengah.
Selain faktor ekonomi, terdapat berbagai faktor lainnya seperti sosial-budaya yang tergolong semakin menurun tingkat interaksi sosial baik antar-RW, antar-RT maupun antarwarganya. Faktor ini masih menjadi masalah bagi Kelurahan Pleburan terutama RW IV, terutama Jalan Erlangga yang cenderung individualis dan cenderung tidak peduli dengan kegiatan-kegiatan sosial di kelurahan tersebut. Hal ini ditandai dengan minimnya partisipan yang hadir dalam kegiatan kerja bakti atau kepanitaan kegiatan masyarakat. Diduga, dikarenakan peletakkan Jalan Erlangga yang agak berjauhan dengan kawasan lainnya dan cenderung paling dekat dengan perkotaan.
Untuk membenahi segala permasalahan tersebut perlu adanya solusi yang inovatif dan efektif agar tujuan dari solusi tersebut dapat tercapai dan berjalan lancar serta menimbulkan dampak yang positif baik demi kemajuan para warga maupun lingkungan di Kelurahan Pleburan itu sendiri.
Kata Kunci : permukiman, perumahan, ekonomi, sosial, potensi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelurahan Pleburan yang terdiri dari 6 RW dan 50 RT memiliki beberapa faktor yang dapat dijadikan kriteria apakah permukiman tersebut merupakan wilayah yang maju ataupun sedang berkembang. Faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi melalui data dan kondisi lapangan di wilayah tersebut. Misalnya dari segi faktor ekonomi, sosial-budaya, sarana dan prasarana maupun faktor-faktor lainnya.
Ditinjau dari segi ekonomi, Kelurahan Pleburan berada pada tingkat kawasan menengah cenderung menengah ke atas, khususnya wilayah RW IV pada Jalan Erlangga dengan tingkat perekonomian yang mayoritas di atas rata-rata dibanding wilayah lainnya. Selain ditinjau dari segi perekonomiannya, terdapat faktor lainnya seperti sosial-budaya.
Dalam kasus pada Kelurahan Pleburan tingkat interaksi sosial masih terjalin baik antar RT, RW, ataupun antarwarga. Namun menurunnya tingkat interaksi sosial terjadi pada kasus RW IV tepatnya Jalan Erlangga yang cenderung individualis dan cenderung tidak peduli dengan kegiatan-kegiatan sosial di kelurahan tersebut. Hal ini ditandai dengan minimnya partisipan yang hadir dalam kegiatan kerja bakti atau kepanitaan kegiatan masyarakat. Diduga, dikarenakan peletakkan Jalan Erlangga yang agak berjauhan dengan kawasan lainnya dan cenderung paling dekat dengan perkotaan.
Dari 6 RW yang terdapat pada wilayah Kelurahan Pleburan, RW IV merupakan RW yang dapat dijadikan contoh berkaitan dengan potensi sumber daya pembangunannya. Hal ini ditandai dengan banyaknya fasilitas sarana dan prasarana. Namun jika ditinjau dari segi sosial budaya RW IV kurang memenuhi. Sementara itu pada RW III dan RW I terdapat masalah drainase karena sering terjadi banjir. Di rw tersebut terdapat permukiman padat sehingga menyebabkan kemacetan, serta ukuran jalan lingkungan yang sempit dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk membenahi segala permasalahan dan meningkatkan potensi yang masih menjadi fokus perhatian Kelurahan Pleburan tersebut perlu adanya solusi dan ide-ide yang inovatif serta efektif agar tujuan dari solusi tersebut dapat tercapai dan berjalan lancar sehingga menimbulkan dampak yang positif baik demi kemajuan para warga maupun lingkungan di Kelurahan Pleburan itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini berupa identifikasi masalah dan potensi yang ada pada permukiman Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV. Kemudian menganalisisnya dan memberikan solusi yang inovatif serta efektif agar tujuan dari solusi tersebut dapat tercapai sehingga menimbulkan dampak yang positif baik demi kemajuan para warga maupun lingkungan di Kelurahan Pleburan itu sendiri.
3
1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan
Merumuskan inti permasalahan dan potensi pada pemukiman di Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
Menemukan ide solusi berupa rekomendasi desain untuk pengembangan di Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
1.3.2 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pedoman bagi perencana, perancang, dan pengambil keputusan terhadap pengembangan pemukiman di Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
1.4 Lingkup pembahasan
1.4.1 Substansial Penelitian ini menyangkut penelitian bidang perancangan pemukiman, yang membahas mengenai identifikasi potensi dan permasalahan yang ada pada Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
1.4.2 Spasial Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV, Kecamatan Semarang Selatan merupakan suatu pemukiman di Kota Semarang yang dibatasi oleh :
Utara : Jl. Jend. A. Yani Selatan : Jl. Sriwijaya Barat : Jl. Pahlawan Timur : Jl. Singosari I
1.5 Metode Penelitian Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
penelitian deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, menganalisa dan menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan yang berkaitan dengan masalah mengenai konsep perancangan pemukiman, sehingga nantinya dapat menemukan masalah dalam pemukiman tersebut sekaligus mengusulkan rekomendasi untuk mengatasi masalah tersebut. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi data primer dan data sekunder, dengan cara :
1. Survei lapangan Dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung ke obyek yaitu Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
2. Studi Pustaka Dilakukan dengan mempelajari buku-buku, literatur sejenis, ataupun informasi dari internet yang relevan berkaitan dengan teori dan konsep-konsep perancangan pemukiman.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, lingkup pembahasan, metode pembahasan serta sistematika pembahasan.
BAB II : Kajian Pustaka
Berisi tentang berbagai pengertian dan kajian teoritis mengenai perancangan pemukiman.
BAB III : Deskripsi Wilayah Studi
Bab ini mengidentifikasi deskripsi wilayah studi dan deskripsi obyek yang terdapat pada Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang untuk kemudian dikaitkan dengan teori-teori yang dapat mendukung dan memperkuat hasil identifikasi.
BAB IV : Analisa Masalah dan Potensi
Membahasi permasalahan dan potensi untuk mengatasi permasalahan tersebut yang ada pada permukiman Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
BAB V : Kesimpulan
Berisi tentang kesimpulan mengenai inti masalah pada pemukiman Kelurahan Pleburan RW I, III, dan IV, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang dan menemukan ide solusi dalam bentuk rekomendasi yang diharapkan mengatasi permasalahan yang ada.
4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
2.1 Teori Doxiadis Tentang Permukiman (Human Settlement)
Permukiman (Human Settlement) adalah tempat (ruang) untuk hidup dan berkehidupan bagi kelompok manusia. (Doxiadis, 1971). Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal, hunian, sarana pembinaan keluarga. Menurut John F.C Turner, 1972, dalam bukunya Freedom To Build mengatakan, “Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu.”
Menurut Siswono Yudohusodo (Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991: 432), rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Jadi, selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, rumah merupakan tempat awal pengembangan kehidupan. (Sumber: Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Permukiman )
Menurut Doxiadis, permukiman (human settlement) akan berjalan baik jika terkait dengan beberapa unsure, yaitu Nature (alam), Man (manusia), Society (kehidupan sosial), Shell (ruang), Networks (hubungan). Elemen-elemen ini secara seimbang akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Elemen Permukiman :
1. Nature (Alam)
Terdiri dari geografi, topografi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, iklim.
2. Man (Manusia)
Manusia merupakan pelaku utama kehidupan, disamping makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan.
3. Society (Kehidupan Sosial)
4. Shell (Ruang)
5. Networks (Hubungan)
2.2 Permukiman
2.2.1 Makna Permukiman
Permukiman merupakan suatu kebutuhan yang pokok dan sangat penting dalam kehidupan manusia. Saat ini manusia bermukim bukan sekedar sebagai tempat berteeduh namun lebih dari itu mencakup rumah dan segala fasilitasnya seperti persediaan air minum, penerangan, transportasi, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Pengertian ini sesuai dengan yang dikemukakan Sumaatmaadja (1988) sebagai berikut :
Permukiman adalah bagian dari permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupannya yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan.
Permukiman meliputi tiga hal seperti yang dikemukakan Daldjoeni (1978) yaitu : pertama suprastruktur yaitu berbagai komponen fisik tempat manusia beraktifitas, kedua infrastruktur yaitu prasarana bagi gerak manusia perhubungan dan komunikasi, sirkulasi tenaga dan materi untuk kebutuhan jasmani, yang ketiga pelayanan (service) yaitu segala hal yang mencakup pendidikan, kesehatan, gizi, rekreasi dan kebudayaan,.
Dapat disimpulkan bahwa pembangunan permukiman meliputi pembangunan rumah pada suatu lokasi yang ditata dengan perencanaan yang baik sesuai dengan tata ruang dan tata guna lahan, serta dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, sehingga merupakan suatu permukiman yang fungsional bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2.2.2 Kelengkapan Lingkungan Permukiman
Menurut Prof. Hardinoto, permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam kehidupannya, karena itu permukiman harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Wisma, rumah yang layak, sehat, indah, terjangkau dan nyaman. 2. Marga, letak lokasi permukiman harus mudah dicapai dengan alat transportasi, oleh karena itu harus lebar, panjang dan konstruksi jalan harus direncanakan dan dibuat sebaik-baiknya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 3. Karya, antara antara lingkungan permukiman dan tempat kerja harus memiliki aksesibilitas yang tinggi dan mudah untuk dicapai. 4. Suka, suasana lingkungan permukiman harus menarik dan menyenangkan bagi penghuni baik secara individu maupun secara keseluruhan.
Menurut Patrick Geddes dalam formulanya Folk-Place-Work-Travel, hal hal yang perlu diperhatikan dalam permukiman suatu daerah adalah : 1. Folk
5
a. Demografi : pertumbuhan penduduk, migrasi, dan struktur penduduk b. Sosial : pola kehidupan sosial dan kebutuhan masyarakat masa kini dan
masa yang akan datang. c. Pelayanan Sosial : pendidikan anank-anak dan kesehatan masyarakat d. Fasilitas Sosial : tempat perbelanjaan, bioskop, sarana ibadah, dan
lainnya. e. Daerah terbuka : tempat rekreasi, taman dan tempat bermain. f. Permukiman : perumahan masyarakat, jenis permukiman, dan
kesesuaian lahan permukiman. 2. Place
a. Perencanaan dalam penggunaan lahan. b. Karakteristik fisik tanah seperti geologi, tanah, iklim, topografi, daya
dukung lahan. c. Hubungan dalam kota atau daerah itu sendiri dengan daerah lainnya. d. Masalah pemilikan lahan, status dan penggunaan lahan di masa yang
akan datang, harga, dan persyaratannya. 3. Work
a. Struktur pekerjaan masyarakat. b. Kecenderungan lapangan pekerjaan di sector primer. c. Lokasi dan kemungkinan perluasan industri d. Latar belakang sumber ekonomi masyarakat seperti keuangan, tenaga
kerja dan lain sebagainya. e. Prasarana umum seperti air, listrik, gas, pengembangan limbah,
drainase, komunikasi dan lainnya. 4. Travel
a. Transportasi darat, kepadatan lalu lintas masa kini dan mendatang b. Transportasi kereta api c. Transportasi kanal dan laut d. Transportasi udara
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi permukiman
1. Faktor Kemudahan Faktor yang dimaksud adalah kemudahan dari “site” faktor ini perlu diperhatikan, sebab akan berpengaruh terhadap biaya transportasi dan lamanya perjalanan bagi penghuni untuk bepergian. Faktor kemudahan pada suatu permukiman dapat berupa : a. Jalan penghubung atau masuk, yaitu jalan yang menghubungkan jalan
masuk dengan jaringan jalan umum menuju pusat kota. b. Jalan lingkungan utama, yaitu jalan yang menghubungkan lingkungan
pembagi dengan jalan masuk. c. Jalan liungkungan pembagi, yaitu jalan untuk menuju kapling-kapling
yang ada. d. Jalan lingkungan pembantu, jalan yang menghubungkan antara jalan
pembagi, tetapi tidak perlu dibuat untuk dapat dilewati kendaraan roda empat
2. Utilitas
Utilitas adalah kelengkapan fasilitas yang terdapat pada permukiman, antara lain listrik, air minum, saluran pembuangan air hujan, atau air kotor.
Permukiman sedapat mungkin ditempatkan di daerah yang mendapat jaringan air minum, dan adanya pembuangan air limbah yang baik.
3. Faktor status tanah
Tanah mempunyai fungsi sosial dan ekonomi. Dalam pengaturan hak atas tanah dan ruang pemanfaatannya harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, status tanah mempunyai peranan penting bagi kelangsungan penghuni karena memberikankepastian hukum atas tanah yang menjadi haknya.
4. Faktor penggunaan tanah
Daerah permukiman sedapat mungkin tidak menggunakan lahan yang produktif dan menghindari daerah-daerah yang sudah terbangun. Dengan demikian penggunaan lahan tersebut akan efektif dan saling mendukung dengan kegiatan lainnya.
5. Faktor kemungkinan perluasan
Diharapkan daerah permukiman mampu menampung aktivitas-aktivitas yang sudah sulit dikembangkan di pusat kota, dengan demikian kawasan permukiman tidak berdiri sendiri dan tidak terlepas dari sistem kotanya.
6. Faktor pusat pelayanan
Bagi permukiman, lokasi yang baik adalah lokasi yang memudahkan atau dapat menjangkau semua tempat karena tersedia macam pelayanan, baik yang bersifat sosial maupun yang bersifat ekonomi yang diperlukan.
7. Faktor efek samping yang mungkin terjadi
Efek samping yang dimaksud adalah efek negatif yang mungkin timbul dengan dibangunnya permukiman.
2.2.4 Persyaratan Pembangunan Permukiman
Persyaratan permukiman seperti yang terdapat dalam petunjuk perencanaan kawasan permukiman yang dikeluarkan oleh Dirjen Cipta Karya Dep. PU tahun 1987 dan filosofi rumah sehat mandiri tahun 2000 dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Persyaratan umum pembangunan permukiman : a. Tidak terganggu oleh polusi b. Terdapat air bersih c. Mempunyai aksesibilitas yang baik d. Memberikan kemungkinan untuk perkembangan permukiman e. Tidak berada di bawah permukaan air f. Mudah dan aman dalam mencapai tempat aktivitas g. Mempunyai kemiringan kecil
2. Persyaratan teknis pembangunan permukiman a. Ketinggian <1000 m Dpl b. Terbatas bagi pelayanan penduduk setempat c. BCR (building Coverage Ratio / rasio daerah terbangun) maksimal 10-25
% d. Berada pada tanah yang stabil e. Air baku minimal 60 liter/orang/hari
6
Secara lebih khusus yang termasuk ke dalam prasarana permukiman adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah dan jaringan listrik.
2.2.5 Persyaratan pembangunan lingkungan perumahan
1. Aksesibilitas Kemungkinan pencapaian dari dan menuju kawasan permukiman. Aksesibilitas ada sangkut pautnya dengan jarak, jalan dan transportasi yang menghubungkan dari dan menuju lokasi permukiman.
2. Kompatibilitas Keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungan di sekitar tempat permukiman yang berpengaruh terhadap kenyamanan tempat tinggal.
3. Fleksibilitas Kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan permukiman dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
4. Ekologi Yaitu keterpaduan antara aktivitas manusia yang dapat dilakukan dengan tatanan kegiatan alam yang mewadahinya yang berpengaruh terhadap kelestararian lingkungan fisik tempat tinggal.
2.2.6 Persyaratan fisik pembangunan permukiman
Pembangunan permukiman pada suatu daerah harus memenuhi persyaratan ditinjau dari faktor fisik. Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut seperti yang terdapat pada petunjuk kawasan permukiman Dirjen Cipta Karya Dep. PU. (1987), diperlukan informasi tentang : 1. Fisiografi
Fisiologi yaitu kondisi fisik permukiman tanah baik bentuk, karakter, tumbuhan, aliran sungai, kontur tanah dan lainnya yang sangat berpengaruh terhadap transportasi, sistem sanitasi, dan tata ruang.
2. Kemiringan Kemiringan tanah yang disyaratkan terbaik pada permukiman adalah antara 0,5-2,5 % (kemiringan antara 1,1250 – 1,2250) dan antara 2,25 – 5 % (kemiringan antara 1,2250 – 2,250) masih juga tergolong baik. Sedangkan antara 5 – 8 % (kemiringan angtara 2,250 – 3,60) sudah tergolong kurang baik atau kurang memenuhi persyaratan.
3. Sumber daya alam Sumber alam yaitu semua potensi atau kekayaaan alam yang terdapat pada daerah sekitar tempat dibuangnya permukiman yang dapat mendukung penghidupan dan kehidupan pada suatu daerah dengan dibangunnya permukiman. Sumber alam merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan faktor-faktor alam. Sumber ala mini selain sebagai potensi ekonomi juga dapat memberikan mata pencaharian bagi penghuni.
4. Kondisi fisik tanah Kondisi fisik tanah yaitu kondisi fisik dari tanah yang pada tanah tersebut akan dibangun permukiman. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
adalah tidak mengandung gas beracun yang mematikan, tidak tergenang air dan memungkinkan untuk membangun prasarana dan sarana permukiman secara memadai.
5. Lokasi Lokasi yaitu potensi kawasan permukiman dilihat dari kawasan-kawasan lain terutama yang berpengaruh terhadap aksesibilitas dalam kemudahan lokasi permukiman.
6. Tata guna tanah Tata guna tanah adalah pola tata guna tanah yang ada di sekeliling kawasan permukiman.
7. Drainase Daerah yang selalu tergenang air tidak baik untuk dijadikan permukiman karena genangan air tersebut menimbulkan gangguan-gangguan lain. Keadaan drainase setiap daerah tidak sama, ada yang selalu atau sering tergenang air di musim penghujan dan ada yang tidak tergenang air.
8. Keadaan air tanah Karena pentingnya air bagi kehidupan manusia, maka permukiman hendaknya pada daerah yang mempunyai sumber air tanah yang baik, air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama bagi kehidupan manusia sehari-hari. Pentingnya air bersih dalam pemilihan lokasi permukiman terdapat dalam petunjuk perencanaan lokasi perumahan, harus memenuhi persyaratan antara lain adalah dapat disediakannya air bersih (air minum), beberapa kemungkinan air bersih ini dapat diperoleh melalui saluran PDAM/PAM yang telah tersedia, sumur gali, sumur artetis, mata air atau penjernihan air sungi, air rawa dan lainnya. Air yang tersedia selain merupakan persyaratan harus juga dipenuhi dalam melengkapi fasilitas permukiman juga cara perolehannya/ketersediannya akan menjadi daya tarik bagi masyarakat dalam memilih tempat tinggal. Kebutuhan air minum setiap orang per hari adalah 60 liter. Jumlah penduduk dikali 60 liter/hari, sedangkan kapasitas setiap air sumur untuk 80-100 orang/hari. Syarat jarak dari sumur adalah 10 m dari septiktank.
9. Struktur geologi Kemiringan lapisan dan macam-macam lapisan batuan, dalam hal ini dapat berpengaruh pada kestabilan lereng atau daerah pada umumnya, lapisan horizontal adalah stabil, tetapi lapisan lereng yang searah dengan kemiringan lereng akan mudah longsor, lebih-lebih bila terdapat lempung/serpih.
7
2.3 Keterkaitan Antarpermukiman
Tiap permukiman dipastikan perlu adanya hubungan yang positif dengan pemukiman lainnya, misalnya dalam bidang ekomoni. Dalam hubungan tersebut diperlukan adanya pemicu dalam suatu pemukiman agar pemukiman lainnya mengikut sehingga terjadi pemerataan baik ekonomi maupun social. Dalam artian di dalamnya bahwa satu pemukiman akan saling keterkaitan dengan pemukiman lainnya dan dapat saling mengakomodasi dan saling mendukung poteni masing-masing agar dapat mencapai hubungan yang baik dan terpenuhinya kebutuhan bersama.
Faktor ekonomi secara sadar atau tidak sudah masuk dalam pertimbangan lokasi permukiman. Pengelompokan pembangunan sebenarnya juga didasari pada adanya keuntungan-keuntungan yang diperoleh apabila permukiman dibangun tersebar, hal ini disebabkan karena adanya saling ketergantungan antara para anggotanya, keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi ini harus ditinjau dan dianalisis, sebab hal tersebut sangat menentukan corak atau karakter daerah yang bersangkutan. Analisis sosial ekonomi ditinjau dari :
1. Latar belakang sejarah tiap-tiap daerah. 2. Agama, harus diperhatikan dalam kaitan dengan pengadaan sarana peribadatan,
sebab semua daerah mungkin menganut agama yang berbeda. 3. Pendidikan. 4. Pola hidup masyarakat. 5. Mata pencaharian dan sistem ekonomi yang meliputi sistem produksi dan pemasaran. 6. Struktur konsumsi masyarakat.
Dalam faktor sosial, permukiman berhubungan dengan perumahan, penduduk ini termasuk karakter demografi, struktur dan organisasi sosial serta relasi sosial antara penduduk yang menghuni permukiman. Faktor budaya juga mempengaruhi pertumbuhan permukiman seperti tradisi setempat, daya seni, kemampuan teknologi dan kemampuan ilmu pengetahuan penduduk yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya setempat. Faktor ekonomi mempengaruhi permukiman seperti harga lahan, sedangkan faktor politik berhubungan dengan pemerintahan atau kenegaraan dengan segala peraturan dan kebijakan setempat.
Pengelompokan ini pada hakikatnya merupakan kumpulan-kumpulann lokasi kegiatan yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan.
BAB III DATA OBJEK
3.1 Letak Administratif dan Geografis Kelurahan Pleburan
Nama administratif : Kelurahan Pleburan
Luas : ± 69,145 ha
Keluharan Pleburan memiliki luas area ± 69,145 ha dan dibatasi oleh :
Barat : Kelurahan Mugasari
Timur : Kelurahan Wonodri
Selatan : Kelurahan Tegalsari
Utara : Kelurahan Karang Kidul
Gambar 3.1 Peta Administrasi Semarang
Sumber : data pemerintah kota Semarang
8
PEMBINAAN RT / RW
1. Jumlah RT : 50 Unit
2. Jumlah RW : 6 Unit
3.1.1 Tata Guna Lahan Semarang
Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan, yaitu Kecamatan Semarang Tengah, Gayamsari, Semarang Selatan, Gajahmungkur, Candisari, Semarang Barat, Semarang Utara, Genuk, Gayamsan, Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, dan Kecamatan Tugu, serta 177 kelurahan. Selain terbagi dalam 16 kecamatan, kota Semarang terbagi menjadi lima Wilayah Pengembangan dan sepuluh BWK (Bagian Wilayah Kota).
Gambar 3.3 Fasilitas Pelayanan
Sumber : data pemerintah kota Semarang
Gambar 3.4 Peta Pembagian BWK Kota Semarang Pleburan Semarang
Sumber : data kantor kelurahan Pleburan
Gambar 3.2 Peta Wilayah Kelurahan Peleburan
Sumber : data perda Semarang
9
RW Fungsi Pelayanan
I
Sebagian besar terdiri dari permukiman penduduk. Sebagian besar lainnya terdiri dari fasilitas umum yaitu terdapat Hotel dan Taman. Selain itu terdapat masjid sebagai fasilitas peribatan.
II
Sebagian besar terdiri dari kapling PBB.Selain itu terdapat sarana pendidikan seperti SDIT Al Firdaus dan AKIN. Fasilitas peribadatan komplek Gereja Batak. Fasilitas kantor pemerintahan yaitu kantor kelurahan dan sarana pemakaman.
III
Sebagian besar mencakup Kelurahan Pleburan merupakan wilayah kantor dan permukiman penduduk.
IV
Sebagian besar permukiman, kavling PBB, dan sarana pendidikan. Sarana pendidikan yang terdiri dari SDIT Al Firdaus dan AKIN. Selain itu terdapat juga sarana pemakaman dan sarana peribadatan Gereja HKBP.
V Sebagian besar terdiri dari kavling PBB dan sarana pemakaman seperti Makam Sukolilo.
IV Sebagian besar mencakup permukiman penduduk dan sarana pendidikan yaitu terdiri dari SDN 6 Peleburan, UNIMUS, dan USM.
3.1.2 Topografi Pleburan Semarang
Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, antara 5-30 m diatas permukaan laut.
3.1.3 Klimatologi Kelurahan Pleburan Semarang
Semarang memiliki iklim tropis 2 (dua) jenis yaitu, musim kemarau dan musim penghujan yang memiliki siklus pergantian ± 6 bulan. Hujan sepanjang tahun, dengan curah hujan tahunan yang bervariasi dari tahun ke tahun rata-rata 2215 mm sampai dengan 2183 mm dengan maksimum bulanan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Januari. Temperatur udara berkisar antara 25.80 ºC sampai dengan 29.3 timur ºC, kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 62% sampai dengan 84%. Arah angin sebagian besar bergerak dari arah Tenggara menuju Barat Laut dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 5.7 km/jam.
3.2 Penduduk Kelurahan Pleburan
1. Jumlah penduduk menurut :
a. Jenis Kelamin
1. Laki - laki : 3527 Orang
2. Perempuan : 3573 Orang
b. Kepala Keluarga : 2356 Orang
c. Kewarganegaraan
1. WNI : 7098 Orang
2. WNA : 1 Orang
2. Jumlah penduduk menurut agama
a. Islam : 5495 Orang
b. Kristen : 687 Orang
c. Katholik : 898 Orang
d. Hindu : 19 Orang
e. Budha : 0 Orang
3. Jumlah penduduk menurut usia
a. Kelompok Pendidikan
1. 04 - 06 Tahun : 866 Orang
2. 07 - 12 Tahun : 435 Orang
3. 13 - 15 Tahun : 420 Orang
4. 16 - 19 Tahun : 466 Orang
b. Kelompok tenaga kerja
1. 21 - 26 Tahun : 1294 Orang
2. 27 - 40 Tahun : 1855 Orang
3. 41 - 60 Tahun : 1118 Orang
c. Kelompok usia lanjut 61 tahun keatas : 644 Orang
4. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
a. Lulusan pendidikan umum : 6231 Orang
b. Lulusan pendidikan khusus : 0 Orang
5. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian : 5495 Orang
a. Karyawan : 452 Orang
b. Wiraswasta : 454 Orang
c. Petani : 0 Orang
d. Pertukangan : 163 Orang
e. Buruh : 862 Orang
g. Nelayan : 0 Orang
h. Pemulung : 0 Orang
i. Lain - lain / Jasa : 1805 Orang
6. Jumlah penduduk menurut mobilitas/mutasi
a. Lahir : 30 Orang
b. Mati : 33 Orang
c. Datang : 50 Orang
d. Pindah : 75 orang
Menurut Kota Semarang dalam Angka tahun 2010, kepadatan penduduk di
Kelurahan Pleburan mencapai 81,86 jiwa/ha. Jumlah ini menunjukkan
bahwa kepadatan penduduk di Kelurahan Pleburan termasuk rendah.
10
3.3 Sarana Pelayananan Umum
I. JUMLAH PELAYANAN MASYARAKAT
1. Pelayanan Umum : 925 Orang
2. Pelayanan Kependudukan : 610 Orang
3. Pelayanan Legalisasi : 315 Orang
II. PENDIDIKAN
A. Pendidikan Umum
1. Kelompok Bermain : 0 Ged. 0 Guru 0 Murid
2. TK : 3 Ged. 11 Guru 168 Murid
3. Sekolah Dasar : 5 Ged. 82 Guru 1462 Murid
4. SLTP : 0 Ged. 0 Guru 0 Murid
5. SLTA : 1 Ged. 31 Guru 303 Murid
6. Akademi : 1 Ged. 86 Guru 319 Murid
7. Perguruan tinggi : 2 Ged. 469 Guru 9822 Murid
B. Pendidikan Khusus
1. Pondok Pesantren : 0 Ged. 0 Guru 0 Murid
2. Madrasah : 0 Ged. 0 Guru 0 Murid
3. Sekolah Luar Biasa : 0 Ged. 0 Guru 0 Murid
4. Sarana Pendidikan Non Formal : 0 Ged. 0 Guru 0 Murid
III. AGAMA
Sarana Peribadatan
a. Jumlah Masjid : 6 Buah
b. Jumlah Mushola : 3 Buah
c. Jumlah Gereja : 3 Buah
d. Jumlah Pura : 0 Buah
e. Jumlah Vihara : 0 Buah
IV. KESEHATAN
1. Jumlah Rumah Sakit Pemerintah : 0 Buah
2. Jumlah Rumah Sakit Umum Swasta : 0 Buah
V. SARANA OR/ KES., KEBUDAYAAN & SOSIAL
1. Sarana Olah Raga : 6 Jenis 20 Buah
2. Sarana Kesenian / Kebudayaan : 2 Jenis 2 Unit
3. Sarana Sosial : 3 Jenis 11 Unit
VI. SARANA PERHUBUNGAN
1. Jalan : 5 Jenis 36,81 Km
2. Jembatan : 4 Jenis 0 Km
3. Sarana Sosial : 0 Jenis 0 Buah
VII. KOMUNIKASI
1. Jumlah Jenis Sarana Komunikasi : 6 Jenis
2. Jumlah Sarana Komunikasi : 1169 Buah
VIII. ALAT TRANSPORTASI
1. Jumlah Jenis Sarana Transportasi : 4 Jenis
2. Jumlah Sarana Transportasi : 1361 Buah
IX. INDUSTRI
1. Jumlah Jenis Sarana Industri : 0 Jenis
2. Jumlah Usaha Industri : 0 Buah
X. PARIWISATA
1. Jumlah Jenis Sarana Pariwisata : 1 Jenis
2. Jumlah Sarana Pariwisata : 2 Buah
Menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, memiliki kriteria radius pencapaian dengan jarak tertentu
sesuai dengan jenis sarana. Radius eksisting terlalu jauh dan letaknya yang
terpencil. Tetapi masih dapat dijangkau oleh kendaraan umum.
Sarana kesehatan di Kelurahan Pleburan tidak ada, hal ini tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001
setidaknya terdapat 1 1unit Balai Pengobatan/3000 jiwa, 1 unit RS Bersalin/10.000-
30.000 jiwa, berada di pusat lingkungan, mudah dicapai, tenang, jauh dari sumber
penyakit, sumber bau/sampah, dan pencemaran lainnya.
Menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, sudah memenuhi kriteria lokasi dan penyelesaian.
11
XI. KEAMANAN KELURAHAN
1. Pembinaan Hansip
a. Jumlah Anggota Hansip
: 38 Orang
b. Jumlah Hansip Terlatih
: 32 Orang
c. Alat Pemadam Kebakaran
XII. PERTAMANAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
1. Jumlah luas dan banyaknya taman : 0,7 Ha 6 Buah
2. Jumlah sarana kebersihan : 12 Buah
XIII. PERDAGANGAN/JASA
1. Perdagangan
a. Jumlah jenis sarana perdagangan : 3 Jenis
b. Jumlah sarana perdagangan : 319 Buah
2. Jasa
a. Jumlah jenis sarana di bidang jasa : 2 Jenis
b. Jumlah sarana di bidang jasa : 29 Buah
XIV. PERKOPERASIAN
1. Jumlah jenis sarana perkoperasian : 1 Jenis
2. Jumlah sarana perkoperasian : 1 Buah
3.4 Perumahan dan Jenis Permukiman
1. Perumahan
a. Rumah permanen : 1299 Buah
b. Rumah semi permanen : 118 Buah
c. Rumah non permanen : 53 Buah
2. Komplek permukiman
a. BTN : 0 Unit 0 Ha
b. Real Estate : 0 Unit 0 Ha
c. Perumnas : 0 Unit 0 Ha
Kelurahan Pleburan, Kecamatan Semarang Selatan memiliki 50 RT dan 6 RW, dengan 1 RW adalah permukiman asli dan 4 RW adalah kawasan perumahan. Dari keenam RW yang terdapat pada Kelurahan Pleburan, kami memfokuskan untuk menganalisa RW IV dan RW III. Kedua RW tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dari segi perkonomian sampai sosial budaya. RW III memiliki hubungan kekerabatan yang cukup tinggi, dibuktikan dengan tingkat kepedulian masyarakatnya banyak yang tergerak ketika ada acara di kelurahan, rasa gotong-royong dan saling membantu antarwarga tinggi dan jumlah partisipan yang banyak mengikuti kegiatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi wilayah yang merata dari segi perekonomian dan juga sosial budaya. Sedangkan berbeda dengan RW IV dalam segi perekonomian sangatlah kontras dengan RW lainnya terlihat dari rumah-rumah yang mewah serta fasilitas keamanan yang khusus sehingga terjadi sedikit kesenjangan dan mempengaruhi faktor sosial budaya, terlihat dari jumlah partisipan yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan sekitar yang jauh lebih sedikit dibanding RW lainnya.
Dari faktor-faktor tersebut menjadikan RW III sebagai contoh yang baik berkaitan dengan sosial budaya, kekerabatan yang terjalin antar warga dan kepedulian masyarakat atas sesama warga. Namun RW III dalam hal perekonomian kurang berkembang dilihat dari rumah warga yang sederhana dan merata. Berbeda dengan RW IV yang dalam segi perkonomian diatas rata-rata dan pengembangan segi ekonomi di wilayah tersebut tinggi sehingga RW IV dapat dijadikan contoh yang baik dalam pengembangan segi ekonomi, namun faktor ekonomi yang kontras yang menimbulkan kesenjangan, menunurunya faktor soial budaya dan aspek kepedulian antarsesama warga.
3.5 Utilitas di Kelurahan Pleburan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Budidaya menyebutkan bahwa salah satu karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan kawasan peruntukan permukiman yaitu tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi), drainase baik sampai sedang. Jika dibandingkan dengan kondisi Kelurahan Pleburan saat ini, kurang sesuai dengan Permen tersebut. Dikarenakan di Kelurahan Pleburan sering terjadi banjir jika musim penghujan tiba, selain itu sistem drainase yang buruk juga memperparah dampak dari banjir. Hal ini dilihat dari ukuran saluran pembuangan air kotor yang kecil, tidak terawat, dan masih banyak masyarakat membuang sampah di saluran tersebut. Untuk pola pengelolaan air limbah masih menggunakan tangki septik lalu diresapkan ke dalam tanah atau dibuang ke saluran umum. Letak Kecamatan Semarang Selatan yang berada di pusat kota dengan berbagai aktivitas perniagaan, perkantoran dan beberapa kawasan permukiman menjadi penyebab berbagai permasalahan limbah domestik.
Pada umumnya menggunakan jasa PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Kondisi jaringan sampah di Kelurahan Pleburan, belum sepenuhya terlayani oleh keberadaan prasarana sistem persampahan. Terlihat dari hanya ada 12 titik TPU di kelurahan ini dan jaraknya yang jauh dari permukiman warga.
Paud Kejora SMK Kimia Industri
Menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, sudah memenuhi kriteria lokasi dan penyelesaian.
Namun hanya terpusat di RW IV saja, yang seharusnya letaknya menyebar.
12
Untuk pengaman kebakaran dirasa kurang memadai dikarenakan jarang ditemui alat-alat bantu pemadam kebakaran seperti siamese di dekat permukiman warga. Biasanya ditemui di jalan-jalan utama. Hanya beberapa rw yang memadai unuk digunakan sebagai jalur evakuasi kebakaran seperti di RW III, IV, V, dan VI. Untuk jalan RW I dan II kurang memadai karena jalannya yang sempit dan ada yang berkontur, selain itu hanya bisa dilalui oleh sepeda motor dan 1 unit mobil. Jaringan telepon dan listrik di Kelurahan Pleburan tidak terlalu bermasalah karena termasuk daerah elit dan berada di pusat kota sehingga jika ada masalah akan cepat diatasi dibanding dengan kelurahan lain.
3.6 Foto Sarana dan Prasarana di Kelurahan Pleburan
Sarana dan Prasarana Pelayanan Masyarakat
Kantor Kelurahan Pleburan Kantor Dharma Wanita
Kelurahan Pleburan
Kantor Lama OMBBUDSMAN
Gedung Dinas Sosial
Kantor Telkom
Gedung Disperindag
13
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Gerbang Universitas Diponegoro
Pleburan
SDN Pleburan 2
SDN Pleburan 4
Gedung Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Kependudukan
Gedung Badan Pusat Statistik
Gedung Pramuka
Gedung Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah
Gereja Jawa
Gedung Bea Cukai
Paud Kejora
SMK Kimia Industri
14
Sarana dan Prasarana Keagamaan
Masjid Baituna’im
Masjid Baiturrahim
Gereja Batak
Masjid UNDIP Masjid Al Istiqomah
Masjid At Tauhid Gereja Kemah Injil Pancasila
Gereja Jawa
15
Sarana dan Prasarana Olahraga, Sosial, Seni-Budaya
Sarana dan Prasarana Pertamanan
Bank Sampah
Lapangan Depan Masjid Baiturrahim
Halte Trans Semarang
Taman Makam Pahlawan TPS Container
Bank Sampah
Lapangan Tenis
Taman
Makam Sekokilo
Taman
Taman PKL
Makam Sekokilo
16
Sarana dan Prasarana Perdagangan/Jasa
Kantor Pos Indonesia
Bank Standard Chatterred
Kantor BNI
Kantor Rabobank
Hotel Grand Semarang
Hotel Simpang Lima
Kantor BJB Precious
Living Plaza
Gedung AJB Bumiputra
Kantor Rabobank
Kantor BNI
Bank Indonesia
Yayasan Al Firdaus
SPBU Pertamina Kantor BRI agro
17
Sarana dan Prasarana Perkoperasian
Toko Rider
Toko Air Isi Ulang
Pak Ndut
Warung Nasi Pecel Bu Tun
B’Gaya Salon Indomaret
Warung-warung kecil di permukiman
Istana Brillian
Hotel Tentrem Ayem
Han’s Kopi
Toko Rider
B’Gaya Salon
Pak Ndut Indomaret
Koperasi KOPPAM JAYA
18
Permukiman
19
BAB IV
ANALISA PERMASALAHAN 4.1 Analisa Permasalahan Tata Letak Permukiman
Keadaan permukiman yang teratur pada lahan rendah.
Keadaan permukiman yang teratur pada lahan berkontur semakin tinggi.
Tata letak pada permukiman di Kelurahan Pleburan dapat dikatakan sudah cukup teratur, hanya saja kontur naik dan turunnya cukup curam bagi pengendara motor ataupun sepeda. Dan luas jalan di area berkontur tidak cukup untuk putaran satu mobil. Kelerengan di Kelurahan Pleburan 0-2%.
4.2 Analisa Permasalahan Jalan Pada Permukiman
Ada jalan yang sudah menggunakan paving block.
Jarak jalan yang telah diberi paving block ± 500-700 m, baik dari kiri maupun kanan kantor kelurahan. Tidak hanya di dekat kantor kelurahan tapi sepanjang jalan di RW V juga menggunakan paving block.
4.3 Analisa Permasalahan Drainase pada Permukiman
Saluran drainase pada permukiman di Kelurahan Pleburan ada yang baik dan ada yang tidak, seperti halnya di RW II. Saluran drainase di kawasan tersebut memiliki lebar yang lebih kecil jika dibandingkan dengan saluran drainase di kawasan RW IV dan RW V.
Karena saluran drainase terlalu kecil inilah kawasan tersebut sering dijumpai banjir jika terjadi hujan deras dan menyebabkan banyak timbul sumber penyakit.
Perbedaan saluran drainase juga dipengaruhi oleh lebar jalan dan kegunaan wilayah tersebut, pada contohnya wilayah perkantoran dan jalan yang paling lebar dari seluruh wilayah Kelurahan Pleburan memiliki saluran drainase yang paling lebar pula. Sedangkan pada wilayah permukiman dengan jalan yang sempit juga memiliki saluran drainase yang sempit.
4.4 Analisa Perkembangan Potensi Wilayah
Perkembangan wilayah kelurahan terdapat pada perkembangan dari segi potensial ekonomi, yang berdasarkan lokasi merupakan tempat strategis untik mengembangkan ekonomi terutama pada bidang perkantoran, dan wirausaha kecil ataupun besar. Letak Kelurahan Pleburan cukup dekat dengan pusat kota Semarang, kantor pemerintahan seperti Gubernur Jawa Tengah dan Lapangan Pancasila Simpang Lima sebagai pusat bisnis. Kemudahan sarana transportasi yang memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas mereka, seperti becak, ojek, taksi, dan bus Trans Semarang.
Sangat mungkin terjadi lokasi tersebut dijadikan sarana dalam pengembangan pada bidang seperti pendidikan sarjana, pascasarjana sampai pendidikan sekolah. Hal ini dikarenakan lokasi yang terletak di pusat kota yang memiliki aksesibilitas tinggi sehingga menjadi lokasi yang sangat mudah dijangkau. Selain itu terdapat berbagai macam bentuk usaha, dimana hal ini memudahkan masyarakat setempat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, seperti sembako,alat- rumah tangga, dll. Fasilitas pendidikan yang
Saluran Drainase di RW IV Saluran Drainase di RW II
Kondisi permukiman di RW IV
20
lengkap, dari Taman kanak- kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga Perguruan Tinggi (Universitas).
Awal perkembangan dari segi potensial ekonomi pada Kelurahan Pleburan terjadi karena banyaknya pembangunan perkantoran besar pada jalan utama sehingga membuat image wilayah tersebut sebagai pusat kota Semarang, kemudian Kelurahan Pleburan mengalami perubahan dari segi kualitas wilayah. Faktor ini juga ditunjang dengan dibangunnya Universitas Diponegoro pada tahun 1975 yang menjadikan daerah Pleburan juga dikenal sebagai daerah pendidikan. Hal ini membawa dampak positif terhadap segi ekonomi masyarakat yang signifikan. Hal ini ditandai dengan banyaknya dibangun fasilitas penunjang seperti cafe, distro/ butik, restoran, supermarket, bar dan lainnya.
Perkembangan wilayah Kelurahan Pleburan dapat dijadikan contoh sebagai kelurahan yang baik dalam segi ekonomi namun perkembangan ini juga memiliki dampak negatif dari segi sosial budaya. Perkembangan wilayah yang pesat tidak terjadi pada seluruh wilayah kelurahan. Faktor tersebut berdampak pada menurunnya tingkat sosial budaya masyarakat yang khususnya bertempat pada daerah yang memiliki potensial ekonomi tinggi yang dekat dengan pusat kota . Dalam kasus tersebut dapat dijadikan contoh RW IV yang dalam segi ekonomi diatas rata-rata dibandingkan RW lainnya, hal ini ditinjau dari banyak rumah-rumah pada RW IV yang mewah. Jika dibandingkan dalam kasus RW I yang jika diamati terletak lebih jauh dari pusat kota sehingga berdampak kurang baik dalam segi ekonomi, hal ini dapat dipantau dari rumah-rumah yang berada pada RW I yang cenderung sederhana. Dalam kasus ini setelah diamati adanya kesenjangan yang terjadi khususnya pada RW IV dengan RW lainnya yang juga memiliki perbedaan pada fasilitas sarana prasarana dan keamanan. Kesenjangan tersebut berdampak negatif pada menurunnya tingkat sosial budaya yang juga mempengaruhi interaksi sosial terhadap warga lainnya. Berasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat RW IV tidak banyak berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti kerja bakti, atau kegiatan acara hari besar.
Perkembangan segi potensial pada wilayah Pleburan berdampak positif dalam segi perekonomian namun juga berdampak negatif pada faktor sosial budaya yang dikarenakan segi potensial wilayah tidak menyeluruh pada semua wilayah yang mengakibatkan kesenjangan sosial antara wilayah yang memiliki potensi wilayah tinggi dengan potensi wilayah rendah.
4.5 Analisa Pengaruh Lingkungan di Kelurahan Pleburan
Dari segi letak, Kelurahan Pleburan berada di dekat Universitas Diponegoro. Hal tersebut mempengaruhi tempat tinggal pengajar atau dosen sehingga sebagian besar bertempat tinggal berada di kawasan Pleburan. Kami melihat Kelurahan Pleburan sudah banyak mengalami asimilasi, sebab berdasarkan pengamatan kami mayoritas penduduknya adalah masyarakat pendatang. Meskipan banyak pendatang dari luar daerah, Kelurahan Pleburan tidak serta merta melupakan tradisi kebudayaan begitu saja, contohnya masih ada kegiatan PKK, Posyandu, maupun peringatan budaya lainnya.
Kelurahan Pleburan termasuk dalam masyarakat tradisional modern, namun kompak, peduli akan kesehatan. Dari masalah kesehatan, warga Pleburan jarang menderita wabah atau penyakit berat. dan jarang terjadi kematian di usia muda. Kematian yang terjadi memang karena usia tua. Melihat kondisi geografis Kelurahan Pleburan ini kami dapat melihat jalan yang hampir seluruhnya teraspal dengan baik, hanya di beberapa tempat saja yang terdapat kerusakan pada jalan, namun tidak terlalu parah. Dari masalah kesehatan, warga Pleburan jarang menderita wabah atau penyakit berat.
4.6 Analisa Perubahan Sosial-Budaya di Kelurahan Pleburan
Terdapat beberapa kebudayaan yang masih dilakukan oleh masyarakat setempat, yaitu masih terdapat kebudayaan malam 1 syuro, maulid nabi, isra’ mi’raj Nabi Muhammad, serta pertemuan rutin ibu rumah tangga sebulan sekali setiap RT.
Kebudayaan asli setempat tidak terasa kental karena banyak penduduk pendatang baru yang tinggal di Kelurahan Pleburan, juga karena sibuknya aktivitas kerja mereka, serta karena pengaruh modernisasi. Contoh bentuk asimilasi yang terjadi adalah bentuk model rumah yang kini semakin mengikuti model perumahan.
Sudah banyak masyarakat yang berpendidikan dan modern, serta peduli dengan lingkungan seperti sudah banyak yang menggunakan tempat sampah, tidak buang sampah ke kali atau sungai. Kemudian melakukan kebiasaan rutin mengadakan kerja bakti di setiap rt yang dibantu oleh karang taruna.
Kondisi permukiman di RW IV
Salah satu contoh potensi segi ekonomi
di RW IV
21
Namun karena mayoritas penduduk bekerja, suasana kekeluargaan antarwarga tidak begitu terlihat, meskipun di beberapa tempat masih ada. Rumah yang saling berhimpitan satu sama lain menyebabkan sempitnya lahan perumahan, sehingga sangat sulit menemukan keberadaan pohon hijau di pekarangan rumah, atau di pinggir jalan.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan Kelurahan Pleburan secara keseluruhan sudah menjadi
lingkungan yang layak huni, namun masih ada beberapa kekurangan dari beberapa RW yang ada di kelurahan tersebut. Seperti halnya, perbedaan material jalan lingkungan yang digunakan yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial, perbedaan perkembangan potensi baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya antar RW yang juga dapat menimbulkan kesenjangan sosial, serta perbedaan lebar saluran drainase yang tidak sesuai dengan jumlah hunian pada wilayah tersebut yang menjadi salah satu faktor terjadinya bencana banjir.
Kelurahan Pleburan ini juga termasuk ke dalam lingkungan yang memiliki sarana dan prasarana cukup lengkap. Dilihat dari banyaknya sarana pendidikan dari pendidikan anak usia dini, sekolah dasar, sampai universitas. Tidak hanya pendidikan tetapi juga sarana ibadah baik masjid ataupun gereja, perkantoran besar atau kecil, taman yang dijadikan tempat pedagang kaki lima berjualan, serta banyaknya wirausaha pangan dan sandang.
5.2 Rekomendasi Dari beberapa analisis permalahan pada bab sebelumnya, ada beberapa pertimbangan rekomendasi bagi wilayah permukiman di Kelurahan Pleburan.
Hal yang pertama adalah pada segi letak atau lokasi dari permukiman itu sendiri, perbedaan kontur pada beberapa RW menjadikannya sulit untuk berkembang seiringan dengan RW lainnya. Direkomendasikan untuk adanya pembuatan point of interest bagi warga yang akan memasuki wilayah RW yang memiliki kontur lebih tinggi. Di butuhkan juga pembangunan fasilitas pendukung untuk membuat daya tarik sehingga menjadi wilayah yang potensial dan kelengkapan sarana bagi penduduk di wilayah tersebut. Serta pelebaran jalan sehingga tidak hanya motor yang dapat leluasa memasuki daerah tersebut.
Rekomendasi untuk permasalahan material jalan yang digunakan adalah diberikan paving block berwarna yang dapat memperjelas perbedaan wilayah, serta menambahkan unsur estetika yang akan menarik perhatian bagi pengguna jalan.
Kesenjangan sosial merupakan topik penting dalam permasalahan permukiman, pada wilayah Kelurahan Pleburan kesenjangan sosial terjadi disebabkan oleh perkembangan dari segi ekonomi dan sosial budaya antar RW. Sehingga dapat di rekomendasikan, adanya penambahan kawasan wirausaha di setiap RW yang masih rendah perkembangan dari segi ekonominya. Tidak hanya kawasan wirausaha namun juga dikembangkannya potensi wilayah tersebut baik dari sarana ibadah yang dibuat lebih menarik, ataupun adanya kegiatan sosial yang menarik perhatian warga dari wilayah lain.
22
Saluran drainase juga menjadi utilitas terpenting dari suatu wilayah permukiman dimana pun, karena saluran inilah yang akan menentukan kemana dibuangnya air kotor yang telah digunakan oleh pemukim. Terutama pada wilayah yang sering terjadi banjir, yang diketahui terjadi bencana tersebut karena kurangnya kegiatan sosial kerja bakti dan lebar saluran drainase yang memang tidak sesuai dengan jumlah pemukim.
Rekomendasi yang dapat digunakan adalah adanya pelebaran saluran drainase yang telah disesuaikan dengan jumlah pemukim dan lebar jalan di wilayah terebut. Pada pelebaran saluran drainase juga diperhatikan kemudahan bagi pemukim untuk melakukan kegiatan pembersihan saluran drainase di wilayahnya untuk menghindari banjir datang kembali, menggunakan off site system untuk jangka menengah dan on site communal system untuk kawasan tertentu. Kemudian penambahan sarana kesehatan, penyebaran taman,