6. bab 3
DESCRIPTION
6. BAB 3TRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Labioskizis
A. Definisi
Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang
berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoskisis adalah
adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan
penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.2,3
B. Anatomi Oris
Batas- batas mulut :
Atas : palatum durum dan molle
Bawah : mandibula, lidah dan struktur lain pada mulut
Lateral : pipi
Depan : bibir
Belakang : lubang menuju faring
Palatum durum dibentuk oleh sebagian maksila di bagian depan dan os
palatinum di bagian belakang. Tulang dilapisi oleh periosteum dan
membrana mukosa.
Palatum molle, dibentuk oleh otot dan jaringan ikat yang dilapisi
membrana mukosa, bersambungan dengan palatum durum di bagian
14
depan. Sedangkan gusi merupakan bagian mulut yang merupakan tempat
melekatnya gigi dan syaraf-syaraf.
C. Etiologi 2,3
- Faktor Herediter
a. Sebagai faktor yang sudah dipastikan.
b. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat
dominan.
c. Mutasi gen
d. Kelainan kromosom
- Faktor Eksternal
a. Faktor usia ibu
b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin,Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid,
Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen,
Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit.
Antineoplastik, Kortikosteroid
c. Nutrisi
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
e. Radiasi
f. Stres emosional
g. Trauma, (trimester pertama)
15
D. Klasifikasi
Beberapa jenis bibir sumbing :2,3
a. Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
E. Gejala Klinis3
Gejala klinis terjadi bila cacat terbentuk lengkap sampai kelangit-langit
maka bayi tidak dapat menghisap, dan dapat terjadi otitis media karena
lemahnya spinter pada muara tuba eustachius, gangguan fonasi.
16
F. Pemeriksaan Diagnostik3
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan prabedan rutin (misalnya hitung darah lengkap)
b. Pemeriksaan Diagnosis
1) Foto Rontgen
2) Pemeriksaan fisik
3) MRI untuk evaluasi abnormal
G. Penatalaksanaan
Tindakan operasi pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir
berdasarkan kriteria rule of ten, yaitu umur lebih dari 10 minggu atau 3
bulan, berat lebih dari 10 found atau 5 kilo gram, Hb lebih dari 10gr/dl,
leokosit lebih dari 10000/ul.3
Cara operasi yang paling umum dipakai adalah cara Millard. Tidak
ada metode tunggal untuk praktik bedah pada semua jenis deformitas pada
bibir. Walaupun, pada prinsipnya pembedahan berat sering dibutuhkan
dalam memperbaiki bibir sumbing. Sebagai contoh, pada perbaikan bibir
sumbing unilateral, termasuk prosedur bedah berat sering kali digunakan,
tetapi tidak selalu, teknik dan jenis ialah: Davies Z-plasty, modifikasi Z-
plasty, Tennison-Randal triangular flap repair, Nakajima-Yoshimura
straight-line repair, dan teknik rotasi Millard. Teknik perbaikan bibir
sumbing termasuk: Manchester, Millard and Veau. Hasil utama dari
perbaikan ini tergantung pada skil dari spesialis bedah yang mengerjakan,
dan mungkin saja tergantung pada jenis teknik dari prosedur yang
17
digunakan. Pada umunya, operasi bertujuan untuk menutup celah dengan
sikatrik yang seminimal mungkin, dan menggabungkan otot orbicularis
oris. 3
Operasi, dengan beberapa tahap, sebagai berikut :
1) Penjelasan kepada orangtuanya
2) Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi(hidung),
evaluasi telinga.
3) Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi
pendengaran dan telinga.
4) Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan
pasca operasi
5) Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau/dan
Pharyngoplasty
6) Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7) Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah
gusi)
8) Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
9) Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan
advancementosteotomy LeFORTI. 3
3.2 Anestesi Pada Pediatrik
Pasien pediatrik adalah bukan pasien dewasa kecil. Pembagian pediatri berdasarkan perkembangan
biologis:1,4,5
18
Klasifikasi Usia
1. Orok ( neonatus ) Usia 0-1 bulan
2. Bayi ( infant) usia 1 bulan - 12 bulan
3. Batita (Toddlers) usia 1 tahun - 3 tahun
4. Anak kecil (Small Children) usia 3 tahun - 12 tahu
A. Anatomi Dan Fisiologi Pada Pediatrik
Perbedaan Karakteristik neonatus dan bayi dengan pasien dewasa
Fisiologi - Heart rate tergantung cardiac output
- heart rate lebih cepat
- tekanan darah rendah
- pernafasan cepat
- daya elastisitas paru menurun
- perkembangan dinding thorak baik
- penurunan kapasitas fungsi residu
- total cairan tubuh lebih banyak 70-75% (dewasa
50-60%)
Anatomi - Noncompliant left ventricle
- Residual fetal circulation
- Venous and arterial cannulasi sulit
- Lidah dan kepala lebih besar
- Nasal passages dangkal
- Epiglottis panjang
- Trachea dan leher pendek
- Prominent adenoids dan tonsils
- Otot intercostal dan diaphragmatic lemah
- Resistance aliran udara tinggi
Farmakologi - Immature hepatic biotransformation
19
- Protein binding menurun
- Peningkatan FA/FI cepat
- Induksi dan pemulihan cepat
- Minimum alveolar concentration meningkat
- Volume distribusi obat-obat yang larut air
meningkat
- Immature neuromuscular junction
Perbedaan anatomi traktus respiratorius pediatric dengan dewasa
Sagittal section of the adult (A) and infant (B) airway.
(Reproduced, with permission, from Snell RS, Katz J: Clinical Anatomy for
Anesthesiologists. Appleton & Lange, 1988.)
B. Farmakologi Pada Pediatrik
Farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat-obat yang diberikan
pada neonatus berbeda dibandingkan dengan dewasa karena pada
neonatus:4
20
1.Perbandingan volume cairan intravaskuler terhadap cairan ekstravaskuler
berbeda dengan orang dewasa.
2. Laju filtrasi glomerulus masih rendah
3. Laju metabolisme yang tinggi
4. Kemampuan obat berikatan dengan protein masih rendah
5. Liver/hati yang masih immature akan mempengaruhi proses
biotransformasi obat.
6. Aliran darah ke organ relative lebih banyak (seperti pasa otak, jantung,
liver dan ginjal)
7. Khusus pada anestesi inhalasi, perbedaan fisiologi system pernafasan :
ventilasi alveolar tinggi, Minute volume, FRC rendah, lebih rendahnya
MAC dan koefisien partisi darah/gas akan meningkatkan potensi obat,
mempercepat induksi dan mempersingkat pulih sadarnya. Tekanan
darah cenderung lebih peka terhadap zat anestesi inhalsi mungkin
karena mekanisme kompensasi yang belum sempurna dan depresi
miokard hebat.
Klasifikasi vital sign pada pediatrik.4
Age Respiratory rate Heart rate Arterial blood preassure
Systolic Diaastolic
Neonatus 40 140 65 40
12 bulan 30 120 95 65
3 tahun 25 100 100 70
12 tahun 20 80 110 60
21
- Obat anestesi sedative untuk pasien pediatric.4
- Anestesi Intravena
Nama obat Golongan Dosis
Thiopental Barbiturate 5-6mg/kg
Propofol Propofol 2-3mg/kg
Ketamin Ketamine 1-2mg/kgbb
Diazepam Benzodiazepine 0,1-0,2 mg/kgbb
Midazolam Benzodiazepine 0,05mg/kgbb
- Anestesi Inhalasi . 4
Agent Neonates Infants Small Children Adults
Halothane 0.87 1.1–1.2 0.87 0.75
Sevoflurane 3.2 3.2 2.5 2.0
Isoflurane 1.60 1.8–1.9 1.3–1.6 1.2
Desflurane 8–9 9–10 7–8 6.0
- Obat anestesi muscle relaxant untuk pasien pediatrik. 4
Agents Infants (mg/kg) Children (mg/kg)
Succinylcholine 0,7 0,4
Mivacurium 0,15 0,15
Atracurium 0,25 0,35
Cisatracurium 0,05 0,06
Rocuronium 0,25 0,4
Vecuronium 0,05 0,08
Pancuronium 0,07 0,09
22
C. Teknik Anestesi Pediatrik
A. Preoperatif
- Anamnesa preoperatif
Konfirmasi mengenai usia, riwayat operasi sebelumnya, riwayat
usia kehamilan pasien, dan apakah pasien menderita penyakit
ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) karena memiliki resiko
komplikasi saat introperatif seperti whezzing, spasme laring,
hipoksemia, atelectasis. 4
- Tes laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium preoperative merupakan
pemeriksaan penunjang dengan harga yang efektif. Dan beberapa
pasien pediatric tidak dilakukan tes laboratorium pada pasien
pediatric yang sehat dan dilakukan bedah minor.
- Puasa preoperatif’
Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama
puasa yang dianjurkan adalah 4-8 jam, dan untuk pasien pediatric
<6 bulan dipuasakan 4 jam sebelum anestesi. 4
- Premedikasi
Untuk pasien pediatrik dengan cemas diberikan midazolam (0,3-
0,5 mg/kg, max: 15mg) IM, dan untuk dosis yang lebih rendah
diberikan ketamine (4-6mg/kg),.
23
Dan dapat juga diberikan premedikasi obat anti kolinergik
(atropine 0,02 mg/kg IM) atropine dapat digunakan mencegah
akumulasi secret jalan nafas, 4
B. Induksi
- Induksi Intravena
1. Barbiturate
Thiopental 3mg/kgbb pada neonates, 5-6 mg/kgbb
untuk bayi dan anak-anak.
2. Propofol 2-3mg/kgbb
3. Nondepolarizing muscle relaxant
4. Analgetik
- Induksi Inhalasi
Pada umumnya, anak itu dibujuk ke dalam bernafas satu campuran
yang tidak berbau dari nitro oxida (70%) dan oksigen (30%).
Sevoflurane atau halotana ditambahkan kepada campuran gas yang
anesthetic di kenaikan-kenaikan 05% setiap tiga sampai lima nafas.
Dan penggunaan sevofluran pada anestesi inhalasi merupakan pilihan
utama dikarenakan lebih cepat memberikan efek pelumpuh otot
dibanding halothane, isoflurane dan desflurane. 4
C. Intubasi
24
Premature
Neonate Infant Toddler Small Child
Large Child
Age 0–1 month 0–1 month
1–12 months
1–3 years
3–8 years
8–12 years
Weight (kg) 0.5–3 3–5 4–10 8–16 14–30 25–50
Tracheal (ET)1 tube (mm i.d.)
2.5–3 3–3.5 3.5–4 4–4.5 4.5–5.5 5.5–6 (cuffed)
ET depth (cm at lips)
6–9 9–10 10–12 12–14 14–16 16–18
Suction catheter (F)
6 6 8 8 10 12
Laryngoscope blade
00 0 1 1.5 2 3
Mask size 00 0 0 1 2 3
Oral airway 000–00 00 0 (40 mm)
1 (50 mm)
2 (70 mm)
3 (80 mm)
Laryngeal mask airway (LMA#)
— 1 1 2 2.5 3
D. Monitoring
Anesthesia dapat dipelihara; dipertahankan di dalam pasien-
pasien ilmu kedokteran anak dengan agen-agen yang sama seperti di
orang dewasa. Banyak saklar clinicians kepada yang manapun
isoflurane atau halotana yang mengikuti suatu induksi/pelantikan
sevoflurane untuk membantu mengurangi kemungkinan dari delirium
atau hasutan/peradangan yang sesudah operasi pada kemunculan (lihat
di atas). Jika sevoflurane dilanjutkan untuk pemeliharaan, administrasi
25
dari suatu opioid (misalnya, fentanyl 1–15 g/kg) 15–20 min sebelum
ujung prosedur itu dapat mengurangi timbulnya dari delirium
kemunculan dan hasutan/peradangan. Meski MAC itu adalah yang
lebih tinggi di dalam anak-anak dibanding di dalam orang dewasa
E. Maintenance
Syarat pemeliharaan untuk pasien-pasien ilmu kedokteran anak dapat
ditentukan oleh rumusan yang diperkenalkan di, 4:2:1 aturan: 4
mL/kg/h untuk pertama 10 kg dari berat/beban, 2 mL/kg/h untuk 10 kg
yang kedua, dan 1 mL/kg/h untuk masing-masing yang menetap
kilogram. Pilihan dari cairan pemeliharaan tetap orang yang gemar
bertengkar. Suatu solusi seperti D5½NS dengan 20 mEq/L dari klorid
kalium menyediakan dekstrosa dan asam aki cukup pada daftar biaya
pengiriman barang-barang penuangan pemeliharaan ini. D51/4NS bisa
suatu pilihan yang lebih baik di dalam neonatal-neonatal oleh karena
mereka dibatasi kemampuan untuk menangani sodium mengisi?
memuat. Neonatal-neonatal memerlukan 3–5 mg/kg/min dari suatu
penuangan glukosa untuk memelihara euglycemia (40–125 mg/dL);
neonatal-neonatal prematur memerlukan 5–6 mg/kg/min. 4
D. Faktor Resiko Anestesi Pediatrik
Berdasarkan database untuk resiko anestesi pada pasien pediatrik adalah
henti jantung dan kematian. 4
26
Kejadian resiko anestesi berdasarkan ASA (American society of
anesthesiology) pasien dengan status ASA 1 dan 2 memiliki mortalitas
4%, lebih rendah disbanding dengan pasien status ASA 3-5 yaitu 37%.
Untuk resiko anestesi pada sistem kardiovaskular Lebih dari 82%
kejadian yang menyertai saat induksi anestesi seperti : bradikardi,
hipotensi, dan SpO2. Halothane mengakibatkan depresi system
kadiovaskular. 4
Dan resiko anestesi pada sistem respirasi yang paling sering adalah
spasme laring, obstruksi jalan napas, dan lesi akibat intubasi. 4
E. Emegensi dan Recovery
Pasien pediatrik memiliki 2 komplikasi intubasi, yaitu : spasme laring, dan
sindrom CROUP postintubasi. 4
27