6.bab vi (kajian hidrologi dan hidrogeologi)-internal 3 juni 09

37
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi BAB VI. KAJIAN ASPEK HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI Kajian Aspek Hidrologi dan Hidrogeologi dalam S tudi studi kelayakan ini adalah merupakan ringkasan dari Studi Hidrologi dan Hidrogeologi yang telah dilakukan, yang ditekankan untuk mengetahui kondisi Hidrologi dan Hidrogeologi di sekitar lokasi rencana penambangan yang akan berjalan. Studi Hidrologi dan Hidrogeologi tersebut dilaksanakan secara terpusat di area rencana penambangan batubara di Blok Tanjung Ra n m bai & Muara Indung HTI PT. Karya Bumi Baratama dan daerah sekitarnya terutama dalam penentuan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dan daerah tangkapan air (catchment area), analisis pola aliran air. Dari hasil analisis tersebut kemudian dibuat konsep dan sistem penanggulangan air secara keseluruhan agar tidak mengganggu rencana operasi penambangan. 6.1 Analisis Hidrologi Dari pengumpulan dan atau pengambilan data-data Meteorologi yang meliputi curah hujan, hari hujan, suhu udara, kelembaban, tata guna lahan, dan lain-lain, dapat diketahui kondisi Hidrologi daerah penambangan yang akan dibuka dan daerah di sekitarnya. Daerah rencana penambangan dan sekitarnya memiliki iklim Tropis dan mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Berdasarkan data Meteorologi yang diperoleh, diketahui bahwa temperatur udara rata-rata tahunan berkisar antara 22 - 31 C , sedangkan curah hujan bulanan berkisar antara 80 mm – 250 VI - 1

Upload: indra-al-farizy

Post on 01-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

BAB VI. KAJIAN ASPEK HIDROLOGI DAN

HIDROGEOLOGI

Kajian Aspek Hidrologi dan Hidrogeologi dalam Studi studi kelayakan ini adalah

merupakan ringkasan dari Studi Hidrologi dan Hidrogeologi yang telah dilakukan,

yang ditekankan untuk mengetahui kondisi Hidrologi dan Hidrogeologi di sekitar

lokasi rencana penambangan yang akan berjalan. Studi Hidrologi dan Hidrogeologi

tersebut dilaksanakan secara terpusat di area rencana penambangan batubara di

Blok Tanjung Ranmbai & Muara Indung – HTI PT. Karya Bumi Baratama dan daerah

sekitarnya terutama dalam penentuan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dan daerah

tangkapan air (catchment area), analisis pola aliran air. Dari hasil analisis tersebut

kemudian dibuat konsep dan sistem penanggulangan air secara keseluruhan agar

tidak mengganggu rencana operasi penambangan.

6.1 Analisis Hidrologi

Dari pengumpulan dan atau pengambilan data-data Meteorologi yang meliputi curah

hujan, hari hujan, suhu udara, kelembaban, tata guna lahan, dan lain-lain, dapat

diketahui kondisi Hidrologi daerah penambangan yang akan dibuka dan daerah di

sekitarnya.

Daerah rencana penambangan dan sekitarnya memiliki iklim Tropis dan mempunyai

dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Berdasarkan data Meteorologi yang

diperoleh, diketahui bahwa temperatur udara rata-rata tahunan berkisar antara 22 -

31 C, sedangkan curah hujan bulanan berkisar antara 80 mm – 250 mm/bulan.

Dalam konteks rencana penambangan, yang perlu diperhitungkan adalah intensitas

curah hujan dan jumlah atau debit air hujan per satuan luas areal tambang dan

daerah tangkapan di sekitarnya.

Tabel 6.1 Data Curah Hujan Kab. Sarolangun / Bulan, Tahun 2003 – 2007

VI - 1

Page 2: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Sumber : PEMDA, Kab. Sarolangun, Jambi

Tabel 6.2 Data Curah Hujan Kab. Musi Rawas per Bulan, Tahun 2003 – 2007

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des2003 179 274 127 316 91 9 94 56 157 271 402 4452004 267 192 413 199 243 64 264 37 32 155 227 2602005 248 224 413 225 253 182 172 67 151 149 242 2222006 361 301 189 190 89 129 122 94 69 55 306 1622007 297,2 302,3 257,7 369,5 202,3 97,3 161,2 103,3 108,4 199,7 129,7 268,8

Sumber : Badan Meterorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2006 & Musi Rawas dalam Angka Tahun 2008

Gambar 6.1 Grafik Curah Hujan Kab.Sarolangun

Rata-rata per hari Tahun 2003 – 2007

VI - 2

Page 3: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.2 Grafik Curah Hujan Kab. Musi RawasRata-rata per hari Tahun 2003 – 2007

Dari analisa grafik curah hujan diketahui adanya perbedaan curah hujan yang bisa

dikelompokkan menjadi bulan basah dan kering. Bulan kering pada Bulan Mei, Juni,

Juli, Agustus, September dan Oktober dengan hujan maksimum 30 mm/hari, dan

bulan basah pada Bulan Januari Februari, Maret, April, November dan Desember

dengan hujan maksimum 50 mm/hari.

Klasifikasi hujan yang digunakan adalah klasifikasi berdasarkan Badan Meteorologi

dan Geofisika, yaitu sebagai dalam tabel berikut ini.

Tabel 6.3 Klasifikasi Hujan

HUJAN mm/jam mm/hari

Ringan 1 - 5 5 - 20

Sedang 5 - 10 20 - 50

Lebat 10 - 20 50 - 100

Sangat Lebat > 20 > 100

Klasifikasi menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), ditunjukkan dalam dua

satuan, tiap satuan merupakan klasifikasi tersendiri. Jika data yang tersedia dalam

mm/jam maka klasifikasi hujan Badan Meteorologi dan Geofisika menggunakan

klasifikasi mm/jam. Dari data hujan yang tersedia, daerah lokasi pekerjaan memiliki

klasifikasi hujan sedang hingga hujan lebat.

VI - 3

Page 4: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Dari klasifikasi ini maka dapat diketahui bahwa pada musim kering atau pun pada

musim basah masih kemungkinan besar akan ada hujan sangat lebat. Kemudian

diestimasi hujan yang turun di lokasi tambang dengan periode ulang sesuai dengan

umur tambang beroperasi dengan metode Distribusi Gumbel. Kemudian, dengan

perhitungan mengunakan Rumus Mononobe diperoleh hasil perhitungan untuk hujan

rencana, sebagai berikut dalam Tabel 6.4.

Tabel 6.4 Estimasi hujan rencana dengan periode ulang

Intensitas Hujan (mm/jam)

T = 2 Thn T = 5 Thn T = 15 Thn T = 20 Thn

10,13 13,22 16,42 17,23

Daerah tangkapan air hujan (Catchment Area) di lokasi rencana penambangan

berdasarkan studi pada Peta Topografi skala 1 : 2.000, diketahui seluas + 14.203,66

Ha (Gambar 6.3). Sungai utama yang ada di dalam daerah tangkapan air hujan

adalah Sungai Tembesi dengan tiga anak sungai yang melewati lokasi penelitian.

Dari analisa Catchment Area diketahui luasannya sebagaimana pada tabel 6.4.

VI - 4

Page 5: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.3 Peta Daerah Aliran Sungai dan Tangkapan Air Hujan

VI - 5

Page 6: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

(sumber peta : SRTM-NASA)

VI - 6

Page 7: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.5 Luas Catchment Area

Dalam perhitungan dibedakan menjadi dua, yaitu dihitung dari air limpasan di luar

lokasi penambangan yang diperoleh dengan menjumlahkan air yang berasal dari

catchment area yang telah dibatasi dari aliran sungai yang ada, dan di dalam lokasi

penambangan itu sendiri. Air limpasan puncak dihitung dengan metode rasional

dengan rumus sbb :

Dengan keterangan:

Q = debit air limpasan

C = koefisien limpasan

A = luas daerah tangkapan air (catchment area)

I = curah hujan

Berdasarkan Tabel 6.6, koefisien limpasan (C), dapat ditentukan sebagai berikut ;

Untuk daerah hutan dan perkebunan, didapat nilai C = 0,3

Untuk bukaan tambang Pit, nilai C = 0,9, artinya, air hujan akan ditangkap

seluruhnya ke dalam Pit.

VI - 7

Q = C . I . A

Page 8: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Nilai masing-masing koefisien limpasan seperti pada Tabel 6.5 6 berikut.

Tabel 6.6 Nilai Koefisien Limpasan

No Kemiringan Tata guna lahan tutupan (Land Use)Koefisien Limpasan

1. < 3 % Sawah, rawa Hutan, perkebunan Perumahan dengan kebun

0,20,30,4

2. 3 – 15 %

Hutan, perkebunan Perumahan Tumbuhan yang jarang Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan

0,40,50,60,7

3. > 15 %

Hutan Perumahan, kebun Tumbuhan yang jarang Tanpa tumbuhan, daerah tambang

0,60,70,80,9

Sumber : C.W Fetter. Applied Hidrogeology. 1994

Dengan acuan operasi tambang lebih lama dari 15 tahun, maka dipilih Intensitas

Hujan Rencana dengan periode ulang 15 tahunan, yaitu 16,42 mm/jam untuk kondisi

ekstrim dan 9 mm/jam untuk kondisi rata-rata sedang. Hasil perhitungan air limpasan

menjadi sebagai dalam Tabel 6.7 dan Tabel 6.8.

Tabel 6.7 Air limpasan dengan kondisi hujan ekstrim

VI - 8

Page 9: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.8 Air limpasan dengan kondisi hujan sedang

Air limpasan pada area Waste Dump dihitung berdasarkan luas area miring dari

tumpukan waste ( + 30 % lebar Waste Dump areaArea) sesuai volume waste yang

dibuang. Dalam perencanaan, lebar waste dump dibuat relatif sama sehingga air

limpasan dari masing-masing Waste Dump area Area untuk semua sub blok

penambangan dianggap relatif sama. Dengan demikian, desain saluran pengalihan

air untuk mencegah masuknya air ke dalam pit dapat dibuat satu macam saja.

Limpasan dari Waste Dump area Area dapat dilihat pada Table 6.9 dan Tabel 6.10.

Tabel 6.9 Air limpasan dari Lereng Waste Dump area Pit 2A (hujan ekstrim)

Tabel 6.10 Air limpasan dari Lereng Waste Dump area Pit 2A (hujan sedang)

Catatan : Perhitungan debit air limpasan dapat berubah apabila kemudian hari terjadi

perubahan tata guna lahan sehingga mempengaruhi nilai C*, walaupun mempunyai

VI - 9

Page 10: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

intensitas hujan yang sama besarnya. Debit air yang dihitung merupakan dasar

untuk menentukan daya tampung maksimum saluran air yang akan dibuat, agar air

limpasan yang terjadi selalu cukup mengalir pada saluran itu.

6.2 Analisis Hidrogeologi

Penyelidikan hidrogeologi dilakukan dengan mengolah data lapangan seperti

koefisien kelulusan air melalui suatu lapisan batuan/tanah dan debit airtanah di

rencana lokasi penambangan. Telah dilakukan uji permeabilitas dengan

menggunakan uji packer pada lubang bor geoteknik. Berdasarkan RSNI 03-2411-

1991 untuk uji packer, perhitungan nilai koefisien permeabilitas dari batuan di lokasi

rencana penambangan dinyatakan dengan dua nilai koefisien kelulusan batuan (k)

dan nilai Lugeon. Koefisien kelulusan air pada salah satu lapisan batuan/tanah yang

diuji di lokasi rencana penambangan beserta cara penentuan nilai lugeonnya adalah

sebagai dalam Tabel 6.11 dan Gambar 6.34.

Tabel 6.11 Perhitungan hasil uji packer

Waktu(menit) pm ps ptotal Awal Akhir Q (Lt/men) Q/m Lugeon k (cm/det)

1 0.3 0.93 1.23 2127 2174 47 8.393 68.235 4.624E-031 0.25 0.93 1.18 2179 2220 41 7.321 62.046 3.038E-031 0.25 0.93 1.18 2238 2280 42 7.500 63.559 2.496E-031 0.25 0.93 1.18 2351 2394 43 7.679 65.073 3.186E-031 0.25 0.93 1.18 2398 2434 36 6.429 54.479 3.542E-03

Tekanan (kg/cm2) Meteran air (Ltr) Air yang masuk Permeabilitas

VI - 10

Page 11: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Dari tabel di atas terlihat bermacam nilai lugeon pada berbagai urutan pengaliran

dengan gambaran sebagai berikut :

0.000 20.000 40.000 60.000 80.000

1

2

3

4

5

Niail Lugeon

Pen

gal

iran

ke

Nilai Lugeon untuk berbagai Urutan Pengaliran Tekanan

Gambar 6.34 Diagram Cara Penentuan Uji Lugeon

Gambaran di atas, memberikan informasi bahwa aliran air yang melalui lapisan uji

cenderung bersifat Laminer, dikarenakan nilai Lugeonnya hampir sama. Sehingga

dalam pelaksanaannya, nilai Lugeon yang dipakai adalah nilai Lugeon rata-rata,

begitu juga dengan nilai koefisien kelulusannya, yang digunakan adalah nilai rata-

rata dari perhitungan koefisien kelulusan yang telah dilakukan. Nilai koefisien

permeabilitas dan nilai Lugeon dari hasil pengujian (Packer Test) yang dilakukan

dapat dilihat pada tabel 6.12.

Tabel 6.112 Koefisien Permeabilitas dan nilai Lugeon hasil uji Packer Blok Tanjung RambaiI

VI - 11

Page 12: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.13 Koefisien Permeabilitas dan nilai Lugeon hasil Uji Packer Blok Muara Indung - HTI

VI - 12

Page 13: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Debit air tanah adalah volume air yang masuk ke dalam tambang (pit) yang berasal

dari rembesan batuan pada dinding lereng tambang. Debit air tanah dihitung dengan

persamaan sebagai berikut :

Q = k. i. A (m3/detik)

Dengan keterangan :

Q = debit air tanah (m3/detik)

K = konduktivitas hidrolik (m/detik)

i = gradien hidraulik

A = luas penampang melintang batuan yang terembesi air (m2)

Perhitungan debit airtanah dilakukan dengan menggunakan data hasil pengolahan

nilai konduktivitas hidrolik yang diperoleh dari uji packer di lapangan, selain itu dilihat

juga nilai muka airtanahnya. Ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pola aliran

airtanah secara umum di lokasi penelitian sekaligus arah pergerakan aliran

airtanahnya. Di samping itu juga untuk memperkirakan nilai gradien hidraulik airtanah

mengacu pada elevasi airtanah terhadap pola aliran airtanah.

Tabel 6.14 Tabel Water Level pada lubang Bor Geoteknik

VI - 13

Page 14: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.45 Pola aliran airtanah

Dengan pola aliran airtanah seperti yang digambarkan di atas, diperoleh nilai

gradient hidraulik (i) dari aliran airtanah sebesar 0.0012, namun jika penambangan

dibuka, maka nilai gradient hidraulik akan lebih besar, dan dalam studi ini

diperkirakan (asumsi) = 0,3.

Tabel 6.15 Perhitungan Rembesan Airtanah ke dalam Pit

VI - 14

Page 15: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

*) asumsi diambil dari ketebalan maksimum batupasir

**) sepanjang sidewall dan highwall

***) asumsi maksimal karena pit akan mengubah gradien alami

6.3 Sistem Penanggulangan Air Tambang

Dengan mengetahui sifat, perkiraan debit, dan pola aliran air permukaan (run off)

dan air sungai, koefisien Permeabilitas lapisan batuan yang akan ditambang, dan

perkiraan debit air tanah yang potensial masuk ke dalam bukaan tambang, maka

sasaran akhir dari studi hidrologi dan hidrogeologi ini adalah membuat rekomendasi

sistem pengendalian air tambang secara keseluruhan

6.3.1 Penanggulangan Air Limpasan di Luar Pit Area

Air limpasan di luar Pit area akan dialihkan melalui saluran pengalihan air yang

disesuaikan dengan kondisi topografi dan posisi serta pola aliran air sungai dekat Pit

area. Perancangan dimensi saluran pengalihan air limpasan di luar Pit area

didasarkan atas perhitungan debit air limpasan di luar Pit area pada masing-masing

rencana penggalian.. Debit air limpasan ini adalah debit air limpasan dalam kondisi

VI - 15

Page 16: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

skenario ekstrim, yaitu sebesar 9,56 m3/detik untuk Pit area kiri dan sebesar 3,84

m3/detik untuk Pit Kanan.

Penentuan dimensi saluran, dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut ini :

Dimana :

Q = debit

A = Luas penampang basah

S = gradient

N= koefisien kekasaran manning (kekasaran dinding saluran).

Untuk dinding beton n = 0.011, dan untuk dinding tanah, n =

0,02

P = keliling basah

Saluran yang direkomendasikan adalah bentuk trapezium untuk memudahkan

dalam pembuatannya. Dimensi saluran, akan ditentukan berdasarkan

perhitungan luas penampang basah dan keliling basah menggunakan

persamaan tersebut di atas. Gradien saluran ditentukan berdasarkan perbedaan

ketinggian topografi ujung rencana saluran, dan nilai kekasaran dinding saluran

adalah n = 0,02.

Dengan simulasi dan perhitungan pendekatan menggunakan rumus di atas,

maka dapat ditentukan luas saluran basah (A), keliling basah (P), dan kecepatan

aliran (v) untuk masing-masing rencana penggalian.

a. Pada waktu penggalian PIT 2A, debit air limpasan yang berpengaruh berasal dari

waste dump Aa, Ab, dan Catchment 2A, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.6.

Total perkiraan air limpasannya, adalah 2,62 m3/det. Dengan simulasi untuk

menentukan desain saluran, maka diperoleh dimensi saluran yang cukup

memenuhi jumlah air limpasan tersebut, sebagai dalam Tabel 6.126

VI - 16

Page 17: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.16 Perhitungan Debit Air Limpasan dan Desain saluran pada Pit 2A

*) Diambil dari beda tinggi dibagi terhadap penurunan elevasi dari topografi**) tipe saluran dengan dinding tanah***) debit maksimum jika saluran terisi penuh

Gambar 6.6 Penggalian PIT 2A

Dari perhitungan debit saluran hasil simulasi, direkomendasikan dimensi saluran

air limpasan berbentuk trapezium, sebagai dalam Gambar 6.6, dan

diperhitungkan cukup untuk mengalihkan air limpasan sepanjang waktu

penambangan.

Gambar 6.7 Skema Rekomendasi Dimensi saluran Air Limpasan PIT 2A

VI - 17

1 m

0.5m

1.5 m

Outlet Saluran menuju sungai

Catchment 2A

Saluran menuju sungaiSaluran menuju

sungai

Page 18: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

b. Pada waktu penggalian PIT 2B, debit air limpasan yang berasal dari waste dump

merupakan limpasan dari waste dump Ba , Bb dan catchment PIT 2A, seperti

dapat dilihat pada Gambar 6.8.

c. Pada akhir penambangan pit 2B ini, akan dibuat DAM untuk menahan air

limpasan dari mine out area PIT 2A dan 2B masuk ke PIT area 2C.

Gambar 6.88 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2B

d. Pada waktu penggalian PIT 2C, air limpasan berasal dari waste dump Ca dan

Cb, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.99.

VI - 18

DAM 1

Page 19: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.99 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2C

e. Pada waktu penggalian PIT 2D, debit air limpasan berasal dari waste dump Da,

Db dan catchment PIT 2C, seperti dapat dilihat pada gambar 6.1010.

f. Pada akhir penambangan PIT 2D ini, juga akan dibuat DAM untuk menahan air

limpasan dari mine out area PIT 2C dan 2D masuk ke Pit area 2E.

VI - 19

Page 20: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.1010 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2D

g. Pada waktu Penggalian PIT 2E, debit air limpasan berasal dari waste dump Ea

dan Eb, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.111.

VI - 20

DAM 2

Page 21: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.111 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2E

h. Pada waktu penggalian PIT 2F, debit air limpasan berasal dari waste dump Fa,

Fb dan catchment PIT 2E, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.122. Luas

catchment area dari PIT 2F adalah akumulasi dari PIT 2E dan 2F .

VI - 21

Page 22: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.122 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2F

i. Pada waktu penggalian PIT 2G, debit air limpasan berasal dari waste dump Ga

dan air limpasan yang berasa dari catchment PIT 2E, 2F dan 2G, seperti dapat

dilihat pada Gambar 6.133.

VI - 22

Page 23: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.133 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2G

j. Selanjutnya, pada waktu penggalian pada Blok 1 PIT 1C, pada penggalian ini

direncanakan juga untuk dilakukan backfill sehingga semakin maju

penambangan ke arah PIT B dan PIT A maka catchment areanya akan semakin

bertambah mengikuti luas catchment area masing-masing PIT. Debit air limpasan

pada PIT 1C berasal dari waste dump 1Ca dan 1Cb. Catchment area tidak ada

yang mempengaruhi PIT karena tertutup oleh area waste dump seperti terlihat

pada Gambar 6.144.

VI - 23

Page 24: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.144 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 1C

k. Pada waktu penggalian PIT 1B, debit air limpasan berasal dari waste dump 1Ba,

1Bb dan Catchment PIT 1C, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.155.

VI - 24

Page 25: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.1.55 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 1B

l. Pada waktu penggalian PIT 1A, debit air limpasan berasal dari waste dump 1Aa,

1Ab dan dan Catchment PIT 1C serta PIT 1B, seperti dapat dilihat pada Gambar

6.166.

VI - 25

Page 26: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

1B

1C

2A

Aa

Ab

2B

Ba

Bb

2C

Ca

Cb

2D

Da

Db

2E

Ea

Eb

2F

Fa

Fb

2G

Ga

Gb

1Ca

1Cb

1Ba

1Bb

1A

1Aa

1Ab

Gambar 6.166 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 1A

6.3.2 Penanggulangan Air di Dalam Pit

Air di dalam Pit area berasal dari air limpasan permukaan dari air hujan dan air tanah

yang merembes di bawah permukaan melalui lapisan batuan yang dapat

merembeskan air baik melalui pori-pori maupun melalui rekahan batuan.

Jumlah debit air yang masuk ke dalam masing-masing Pit (rencana

penggalian) dapat dilihat pada Tabel 6.137. Untuk penggalian yang telah dilakukan,

daerah bekas pit semestinya menjadi catchment area untuk pit berikutnya, namun

untuk menanggulangi semakin besar air yang akan masuk ke dalam pit berikutnya

yang akan dibuka, maka setiap selesai backfill pada pit akan dibuat saluran air

menuju sungai yang dimensinya hampir sama dengan perhitungan sebelumnya.

.

VI - 26

Page 27: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.137 Debit air dalam Masing-masing Penggalian

Penanggulangan air yang masuk ke dalam bukaan tambang (di permukaan Pit area)

dilakukan dengan membuat beberapa saluran penyaliran di setiap jenjang, sebagai

nampak dalam ilustrasi pada Gambar 6.177.

VI - 27

Page 28: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.177 Skema Saluran Penyaliran pada Jenjang

Sistem penyaliran air pada jenjang ini bertujuan untuk mengalirkan air yang berada

di atas setiap jenjang dapat mengalir menuju sumuran pada lantai tambang,

sehingga tidak terjadi genangan air di atas jenjang. Pada setiap level jenjang, dibuat

saluran arah vertikal sebagai penghubung antar level jenjang dengan jarak setiap 60

meter. Pada lantai tambang di level terendah dibuat sumuran (Pit sump) yang

berfungsi sebagai tempat penampungan akhir dari air yang masuk ke dalam Pit area,

sebelum dialirkan ke luar dengan sistem pemompaan. Air pada Pit sump akan

dipompakan menuju ke settling pond yang disarankan dibuat di bagian atas dan

berada di luar pit. Air pada settling pond ini akan dialirkan lagi menuju ke kolam

pengontrol (monitoring pond) yang berfungsi untuk memantau kualitas air sebelum

dialirkan menuju ke sungai.

Perawatan dilakukan secara periodik 2 minggu sekali dengan cara mengontrol dan

menggali kembali material yang masuk dan mengendap ke dalam saluran, sehingga

kedalaman saluran tetap terjaga. Apabila material yang masuk sangat banyak, maka

dapat dibuat bak pengontrol dan barier sebagai penghalang.

VI - 28

Page 29: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.18. Perhitungan Dimensi Saluran Air Limpasan pada Jenjang.

Dari perhitungan debit saluran hasil simulasi, direkomendasikan dimensi saluran

air limpasan pada jenjang berbentuk trapezium, sebagai dalam Gambar di

bawah ini, dan diperhitungkan cukup untuk mengalihkan air limpasan sepanjang

waktu penambangan.

VI - 29

0.5 m0.75m

1 m

Page 30: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.18 Skema rekomendasi dimensi saluran air limpasan Pada jenjang

6.3.3 Sistem Pemompaan

Pemilihan pompa yang akan digunakan untuk sistem pemompaan air tambang ini

perlu mempertimbangkan faktor-faktor kekeruhan air, pH, tinggi angkat total sistem

pemompaan (Total Head) dan kapasitas (Debit) dan karakteristik pompa. Data-data

ini dapat diperoleh dengan mengacu kepada desain tambang perencanaan tambang.

Setiap tipe pompa umumnya mempunyai kurva unjuk kerja (karakteristik) pompa,

yaitu grafik yang menunjukkan kemampuan atau kapasitas (debit) pemompaan

terhadap variasi tinggi angkat total sistem (head) serta efisiensi kerja pompa.

Pemilihan kapasitas pompa yang akan digunakan didasarkan atas debit air yang

diperkirakan tertampung pada Pit sump.

Berdasarkan perhitungan kapasitas dan perkiraan efisiensi total kerja Ppompa 65%,

maka jumlah pompa yang direkomendasikan yang dibutuhkan untuk setiap rencana

penggalian untuk disediakan dapat dilihat padaadalah sebagai dalam tabel 6.189 di

bawah ini:

Tabel 6.189 Kebutuhan Pompa pada setiap Rencana Penggalian

VI - 30

Page 31: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

VI - 31

Page 32: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk semua PIT jumlah jam kerja pemompaan

sekitar adalah sekitar 4 – 8 jam sehingga dibutuhkan pompa sekitar 9 unit. Dengan

mempertimbangkan kedalaman PIT yang paling dalam yaitu 180 m, maka untuk

dapat mengeluarkan air limpasan akan digunakan pompa yang dipasang secara seri,

sehingga kebutuhan pompa adalah dua kali dari jumlah pompa hasil perhitungan

yaitu sekitar 18 pompa.

D

Kapasitas pompa yang direkomendasikan untuk dipakai adalah pompa yang

mempunyai kapasitas setara dengan Pompa type HL 250 M, Merk Allight, dengan

kapasitas 350 lt/sec atau 1.260 m3/jam, sebagai nampak dalam Gambar 6.1819.

Gambar 6.18 19 Pompa Allight Type HL 250 M

VI - 32

Page 33: 6.Bab VI (Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi)-Internal 3 Juni 09