3.bab iii (kajian geologi tambang)-internal 3 juni 09

20
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang BAB III. KAJIAN GEOLOGI TAMBANG 3.1. Geologi Regional Geologi daerah Kabupaten Sarolangun penyelidikan telah diteliti oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, dengan hasil berupa Peta Geologi Lembar Sarolangun Sumatera skala 1 : 250.000, oleh N. Suwarna, Suharsono, S. Gafoer, T.C. Amin, Kusnama dan Hermanto tahun 1992 (Gambar 3.1). III-1

Upload: indra-al-farizy

Post on 01-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

BAB III. KAJIAN GEOLOGI TAMBANG

3.1. Geologi Regional

Geologi daerah Kabupaten Sarolangunpenyelidikan telah diteliti oleh Pusat Penelitian

dan Pengembangan Geologi, dengan hasil berupa Peta Geologi Lembar Sarolangun

Sumatera skala 1 : 250.000, oleh N. Suwarna, Suharsono, S. Gafoer, T.C. Amin,

Kusnama dan Hermanto tahun 1992 (Gambar 3.1).

III-1

Page 2: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

Gambar 3.1 Peta Geologi Regional Lembar Sarolangun

3.1.1. Stratigrafi Regional Daerah Penelitianwilayah penyelidikan

Wilayah penyelidikan Lokasi rencana penambangan termasuk dalam cekungan

Sumatera Tengah yang terdiri dari 3 formasi dan 1 endapan yyakni Formasi Air Benakat,

Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai. dan Endapan Rawa.

A. Formasi Air Benakat

Formasi Air Benakat berumur Miosen Awal, dimana terjadi proses

penyusutan/regresi laut dan terjadi pengendapan Formasi Air Benakat yang

berlangsung dari Miosen Awal hingga Miosen Akhir dicirikan oleh litologi perselingan

batulempung, batupasir sisipan konglomerat, gampingan, batu lanau dan batubara.

III-2

Page 3: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

B. Formasi Muara Enim

Formasi Muara Enim berumur Miosen Akhir hingga Pliosen, lingkungan

pengendapan formasi ini adalah laut dangkal hingga transisi dicirikan oleh litologi

perselingan batupasir, batupasir tuffaan (Tuffaceous Sandstone) dan batulempung

sisipan batubara. Di bagian atas Formasi Muara Enim terdapat bahan endapan

gunung api.

C. Formasi Kasai

Formasi Kasai berumur Pliosen Akhir, Formasi ini terjadi karena proses

pengangkatan dan proses Volkanik, dicirikan oleh tufa berbatuapung sisipan

batupasir Tuffaceous Sandstone.

D. Endapan Rawa

Endapan Rawa berumur Holosen, tersusun oleh endapan lumpur, lempung dan

gambut.

3.1.2. Struktur Geologi Regional

Secara regional struktur geologi daerah wilayah penyelidikan berupa lipatan dan sesar.

Lipatan dan belahan pada batuan Pra-Tersier menunjukan terjadinya perlipatan yang

berulang-ulang. Lipatan tegak arah Baratdaya – Timurlaut secara umum terdapat pada

batuan Tersier dan Pra-Tersier. Pada batuan Pra-Tersier dijumpai lipatan yang berarah

Timur – barat namun tidak dijumpai pada batuan Tersier.

Pola sesar utama dapat dibedakan menjadi : Sesar-sesar dengan arah umum baratlaut

Baratlaut – tenggaraTenggara, yang secara umum merupakan sesar besar berarah

dextral dan beberapa merupakan sesar normal. Sesar ini ditafsirkan berumur Pra-

Tersier. Sedangkan untuk sesar-sesar yang berarah Timurlaut – Baratdaya memiliki

pergerakan relatif sinistral. Ditafsirkan berumur Tersier Awal. Sedangkan selebihnya

merupakan sesar-sesar Barat Baratlaut – Timur Tenggara yang cenderung berpasangan

dengan sesar-sesar berarah Timur Timurlaut – Barat Baratdaya, cenderung berukuran

lebih kecil, diinterpretasikan berumur Plio - Plistosen.

3.1.3. Sejarah Geologi

Selama kala Oligosen akhir sampai Miosen Tengah terjadi proses genang laut yang

dinyatakan dengan pengendapan Formasi Talangakar (Tomt) di cekungan Sumatra

III-3

Page 4: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

Selatan, dan Formasi Lakat (Tomt)di cekungan Sumatera Tengah, di lingkungan darat.

Di atasnya diendapkan Formasi Gumai (Tmg) pada lingkungan laut dalam.

Pada kala Miosen Tengah sampai Pliosen Awal terjadi proses susut laut, dan terjadi

pengendapan Formasi Air Benakat (Tma) yang berumur Miosen Tengah sampai Akhir,

pada lingkungan laut dangkal. Di atasnya diendapan Formasi Muara Enim (Tmpm) yang

berumur Miosen Akhir sampai Pliosen Awal, pada lingkungan laut dangkal – transisi.

Selama kala Pliosen Akhir sampai Plistosen, proses pengangkatan mempengaruhi

satuan batuan yang ada, dan terjadi pengendapan Formasi Kasai (QTk).

3.2. Geologi Daerah Penelitian

3.2.1. Stratigrafi Lokal

A. Satuan Batulempung – Batupasir tufaan

Satuan ini menyebar di bagian Utara hingga ke Selatan dan menempati bagian

Timurlaut ke Baratdaya hingga Tenggara. Luas area satuan batuan ini lebih kurang 90

% dari luas daerah wilayah penyelidikan, menyebar pada bagian Utara hingga Tenggara

serta pada bagian Barat. Satuan ini terdiri dari perselingan batulempung dengan

batupasir tufaan, struktur berlapis, laminasi silang siur dan sejajar, putih kekuningan -

kehijauan, lanau karbonan, batupasir halus karbonan, struktur laminasi, dengan sisipan

batubara, batupasir tufaan setempat berstruktur gradded bedding dan reverse gradded.

B. Satuan Batupasir konglomeratan

Satuan ini menempati pada bagian Baratdaya dan Timurlaut, dan dalam luas yang tidak

terpetakan tersebar setempat-setempat dibagian tengah, relatif membujur dari Baratlaut

ke Tenggara. Luas satuan batuan ini sekitar 8% dari luas daerah wilayah penyelidikan.

Satuan ini terdiri atas batupasir konglomeratan dengan fragmen berupa andesit, silicified

wood dan kuarsa, perselingan batupasir tufaan dan batulempung tufaan. Satuan ini

diendapkan secara tidak selaras di atas Satuan Batulempung – Batupasir tufaan.

C. Satuan Endapan Aluvial

Satuan ini menempati pada bagian Baratdaya, relatif membujur dari Utara ke Selatan.

Luas satuan batuan ini sekitar 2% dari luas daerah wilayah penyelidikan. Satuan ini

terdiri lempung, pasir dan kerikil kuarsa. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras di

atas Satuan Batupasir konglomeratan.

III-4

Page 5: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

3.2.2. Struktur Geologi Lokal

Struktur Geologi yang berkembang pada daerah iniwilayah penyelidikan adalah antiklin

dan sinklin. Struktur Antiklin dan Sinklin pada daerah potensial dan blok potensial yang

dijumpai umumnya terletak pada bagian sayap Antiklin dan Siklin hal ini dipengaruhi

oleh gaya patahan semangko yang terdapat di pulau Sumatera. Antiklin terdiri atas

antiklin Lubuk Sepuh dan antiklin Meruap. Sinklin terdiri atas sinklin Ladang Panjang dan

Sinklin Tanjung Rambai.

A. Antiklin Lubuk Sepuh

Antiklin ini terdapat di bagian tengah sampai Tenggara daerah wilayah penyelidikan dan

termasuk pada wilayah Lubuk Sepuh. Antiklin ini melipat satuan Batulempung –

Batupasir tufaan. Antiklin ini merupakan antiklin besar yang menunjam, dengan sumbu

antiklin berarah Tenggara – Baratlaut dan menunjam ke arah Baratlaut, dengan panjang

lebih kurang 7 kilometer.

B. Antiklin Meruap

Antiklin ini terdapat di bagian Baratlaut daerah wilayah penyelidikan dan termasuk pada

wilayah Meruap. Antiklin ini melipat satuan Batulempung – Batupasir tufaan. Sumbu

antiklin ini berarah Baratlaut – Tenggara, dengan panjang lebih kurang 3 kilometer.

C. Sinklin Ladang Panjang

Sinklin ini terdapat di bagian Timurlaut daerah wilayah penyelidikan dan termasuk pada

wilayah Ladang Panjang. Sinklin ini melipat satuan Batulempung – Batupasir tufaan.

Sumbu antiklin ini berarah Timur – Baratlaut, dengan panjang lebih kurang 8 kilometer.

D. Sinklin Tanjung Rambai

Sinklin ini terdapat di bagian TimurBaratlaut daerah wilayah penyelidikan dan termasuk

pada wilayah Tanjung Rambai. Sinklin ini melipat satuan Batulempung – Batupasir

tufaan. Sumbu siantiklin ini berarah Timur – Barat, dengan panjang lebih kurang 3

kilometer.

III-5

Windows User, 04/11/09,
Page 6: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

III-6

Page 7: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

Gambar 3.2 Peta Geologi lokal di wilayah rencana penambangan

III-7

Page 8: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

3.3. Kegiatan Eksplorasi Yang Sudah Dilakukan

3.3.1. Pemetaan Geologi

Kegiatan ini dimulai dari kajian pustaka, terutama mengenai kondisi geologi regional.

Pemetaan geologi ini menggunakan peta topografi skala 1 : 50.000 sebagai peta dasar,

mengingat peta topografi yang ada adalah peta dengan skala 1 : 50.000.

Kegiatan di lapangan dimulai dengan melakukan perencanaan jalur lintasan. Dilanjutkan

dengan mengumpulkan informasi dari masyarakat sekitar daerah wilayah penyelidikan.

Pencarian data geologi di lapangan dilakukan dengan mengikuti perencanaan jalur

lintasan. Secara periodik, perencanaan dan pelaksanaan jalur lintasan ini disesuaikan

dengan hasil analisa dan interpretasi dari data geologi yang telah ditemukan.

Pada singkapan batubara yang ditemukan, deskripsi yang dilakukan meliputi kedudukan

lapisan (strike/dip), tebal terukur, jenis batuan atap dan batuan bawah, jenis dan jumlah

parting dalam satu seam termasuk ketebalan parting, serta pengambilan contoh

batubara pada lapisan dengan ketebalan minimum 0,5 m. Pada singkapan batubara

tertentu, apabila dianggap perlu mendapatkan data yang lebih akurat, akan dilakukan

parit uji dan sumur uji untuk mengambil contoh sampel yang segar.

Dari kegiatan pemetaan geologi yang telah dilakukan dapat diketahui gambaran geologi

secara detail tentang bentuk dan penyebaran lapisan batubara maupun lapisan batuan.

Semua singkapan yang ditemukan di deskripsi, yang meliputi kedudukan lapisan

(strike/dip), jenis batuan, tebal, struktur primer, dan struktur sekunder bila ada.sebagai

nampak dalam Gambar 3.2.

Untuk merekonstruksi lapisan batubara dipergunakan data singkapan dan data

pengeboran. Data tersebut di plot di peta skala 1 : 50.000 dari hasil korelasi singkapan

yang dibantu data sumur uji atau parit uji sehingga dapat diketahui perkiraan sebaran

batubara baik kearah vertikal maupun kearah horisontal.

3.3.2. Pekerjaan Pengeboran

III-8

Page 9: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

Pekerjaan pengeboran dilakukan dengan metode Touch coring dan Full coring. Jumlah

titik bor yang telah dilakukan sebanyak 50533 titik bor dengan total kedalaman 32.258

meter. Pekerjaan pengeboran dilakukan dengan metode Touch Coring dan Full Coring..

Jarak antar titik bor berkisar antara 150 meter sampai 300 meter, dengan kedalaman

rata-rata bor berkisar 14 meter sampai 100.7568 meter.

Rata-rata cCore rRecovery dari pemboran batubara, adalah ≥ 90% sebesar 65.1 %,

80% - 90% sebesar 13.3 %, 70% – 80% sebesar 11.2%, < 70% sebesar 10.4%.

Deskripsi litologi dilakukan, baik dari contoh cutting bor maupun dari contoh inti bor,

dengan kegiatan ini diharapkan dapat diketahui ketebalan dan penyebaran, variasi dan

urutan litologi, lapisan batubara serta batuan lainnya.

Contoh batubara yang diperoleh dari pengeboran Touch Coring dan Full Coring dikemas

dengan memakai kantong plastik kedap udara guna menghindari penguapan air bebas

sehingga tidak mengaburkan kualitas sebenarnya. Contoh batubara yang mempunyai

ketebalan minimum 0,5 meter, dikirimkan kelaboratorium untuk dianalisa kualitasnya.

III-9

Page 10: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

III-10

Page 11: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

Gambar 3.3 Peta Penyebaran Titik Bor Eksplorasi

3.4. Potensi Batubara

3.4. Potensi Batubara

Dari hasil kegiatan eksplorasi, dapat ditentukan daerah prospek yang mengandung

batubara. Berdasarkan rekonstruksi geologi, stratigrafi, tebal dan jumlah lapisan

batubaranya, daerah potensi endapan batubara dapat dibagi menjadi 6 (enam) blok

yaitu : Blok Tanjung Rambai, Blok Muara Indung – HTI, Blok Meruap A, Blok Ladang

Panjang, Blok Lubuk Sepuh dan Blok Meruap B.

3.44.1. Blok Tanjung Rambai

Blok Tanjung Rambai terletak dibagian Barat daerah penelitianwilayah penyelidikan.

Arah umum strike relatif Timurlaut – Baratdaya (N 225º E). Dari hasil rekonstruksi

III-11

Page 12: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

geologi didapatkan kemiringan lapisan cukup landai yakni kurang dari 10º, dan

didapatkan 5 (lima) lapisan batubara. Dari data pengeboran diperoleh tebal rata-rata

lapisan batubara pada blok ini antara 2,11 meter sampai 9,20 meter. Pada blok ini telah

dilakukan pengeboran sebanyak 12816 (seratus dua puluhenam delapanbelas) titik bor.

3.44.2. Blok Muara Indung – HTI

Blok Muara Indung – HTI terletak dibagian tengah daerah penelitian wilayah

penyelidikan memanjang ke arah Tenggara. Arah umum strike relatif Tenggara –

Baratlaut (N 315º E). Dari hasil rekonstruksi geologi didapatkan kemiringan lapisan

cukup landai yakni kurang dari 10º, dan didapatkan 7 (tujuh) lapisan batubara. Dari data

pengeboran diperoleh tebal rata-rata lapisan batubara pada blok ini antara 0,98 meter

sampai 4,98 meter. Pada blok ini telah dilakukan pengeboran sebanyak 2238 (dua ratus

dua puluh tigadelapan) titik bor.

3.44.3. Blok Meruap – A

Blok Meruap – A terletak dibagian Baratlaut wilayah penyelidikandaerah penelitian. Arah

umum strike relatif Baratlaut – Tenggara (N 135º E) . Dari hasil rekonstruksi geologi

didapatkan kemiringan cukup landai yakni berkisar 12º, dan didapatkan 3 (tiga) lapisan

batubara. Dari data pengeboran diperoleh tebal rata-rata lapisan batubara pada blok ini

antara 1,11 meter sampai 3,72 meter. Pada blok ini telah dilakukan pengeboran

sebanyak 4036 (empattiga puluh enam) titik bor.

3.44.4. Blok Ladang Panjang

Blok Ladang Panjang terletak dibagian Timurlaut daerah penelitianwilayah penyelidikan.

Arah umum strike relatif Baratdaya – Timurlaut (N 60º E) . Dari hasil rekonstruksi geologi

didapatkan kemiringan lapisan cukup landai yakni kurang dari 10º, dan didapatkan 1

(satu) lapisan batubara. Dari data pengeboran diperoleh tebal rata-rata lapisan batubara

pada blok ini sebesar 2,13 meter. Pada blok ini telah dilakukan pengeboran sebanyak

501 (lima puluh satu) titik bor.

3.44.5. Blok Lubuk Sepuh

Blok Lubuk Sepuh terletak dibagian tengah Selatan daerah penelitianwilayah

penyelidikan. Arah umum strike relatif Baratlaut – Tenggara (N 135º E) ). Dari hasil

rekonstruksi geologi didapatkan kemiringan lapisan cukup landai yakni berkisar 12º, dan

didapatkan 2 (dua) lapisan batubara. Dari data pengeboran diperoleh tebal rata-rata

III-12

Page 13: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

lapisan batubara pada blok ini antara 1,59 meter sampai 1,70 meter. Pada blok ini telah

dilakukan pengeboran sebanyak 45 (empat puluh lima) titik bor.

3.44.6. Blok Meruap – B

Blok Meruap – B terletak dibagian Baratlaut - Utara daerah penelitian. Arah umum strike

relatif Timur – Barat (N 270º E) ). Dari hasil rekonstruksi geologi didapatkan kemiringan

lapisan cukup landai yakni berkisar 12º, dan didapatkan 2 (dua) lapisan batubara. Dari

data pengeboran diperoleh tebal rata-rata lapisan batubara pada blok ini antara 1,55

meter sampai 1,61 meter. Pada blok ini telah dilakukan pengeboran sebanyak 194

(sembilanempat belas) titik bor.

Gambar 3.4 Peta Blok Potensi Batubara

3.55. Sumberdaya Batubara

Perhitungan sumberdaya batubara yang dilakukan didasarkan atas hasil analisa dan

interpretasi data geologi yang telah didapatkan, baik data permukaan maupun data

bawah permukaan yang didapatkan dari kegiatan pengeboran.

III-13

Page 14: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

Dengan mengacu pada Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Standard

Nasional Indonesia Tahun 1999 (No.13-6011-1999), kondisi geologi di lokasi

penelitiananwilayah penyelidikan termasuk pada kondisi geologi yang sederhana.

Tingkat keyakinan untuk sumberdaya terukur dihitung berdasarkan jarak sejauh 500

meter dari titik informasi. Sedangkan untuk tingkat keyakinan untuk sumberdaya

tertunjuk dihitung berdasarkan jarak antara 500 meter sampai 1000 meter dari titik

informasi.

Volume endapan batubara dihitung dari hasil perkalian luas bidang proyeksi dengan

tebal rata-rata lapisan batubara. Tonase batubara dihitung dari perkalian volume dengan

densitas batubara yang ditentukan di laboratorium. Berdasarkan kualitas batubaranya,

lapisan batubara yang dihitung adalah lapisan yang mempunyai ketebalan minimal 1

meter.

Hasil perhitungan sumberdaya batubara pada daerah penelitanwilayah penyelidikan,

menunjukkan jumlah sumberdaya batubara adalah lebih kurang sebesar

399.081.227645.902.272 ton, yang secara rinci ditampilkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sumberdaya Batubara

III-14

Page 15: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

3.6. Kegiatan Eksplorasi Detail Yang Sedang Dilakukan

Seluruh Blok potensial, saat ini sedang dilakukan kegiatan eksplorasi detail yang

meliputi Blok Meruap – A, Blok Ladang Panjang, Blok Lubuk Sepuh dan Blok Meruap –

B. Keempat blok tersebut, sampai saat ini telah dilakukan pengeboran sebanyak 154

(seratus lima puluh empat) titik bor. PT Karya Bumi Baratama akan terus berupaya

menambah data pemboran ( pada blok Meruap A, blok Ladang Panjang, Blok Meruap B

dan blok Lubuk Sepuh ) untuk menambah keyakinan secara geologis serta akan

melakukan studi geohidrologi dan geoteknik, sehingga dapat memenuhi persyaratan

untuk dapat meningkatkan status sumberdaya menjadi cadangan tertambang

Untuk keempat blok tersebut lainnya belum dapat dilakukan kajian kelayakan tambang

disebabkan adanya hambatan-hambatan di wilayah penyelidikan, antara lain :

1. Terdapat permasalahan tumpang tindih perizinan dengan Kuasa Pertambangan

PT Sungai Belati Coal.

2. Terdapat permasalahan tumpang tindih lahan dengan perkebunan sawit PT

Agrindo Panca Tunggal Perkasa dan lahan sawit masyarakat yang belum

mengijinkan dilaksanakannya kegiatan eksplorasi. .

PT Karya Bumi Baratama akan melakukan kegiatan eksplorasi lanjutan terhadap

keempat blok-blok lainnya tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Adanya sebaran batubara dalam blok-blok tersebut yang belum dilakukan

kegiatan eksplorasi secara detail karena adanya kesulitan dalam masalah

perizinan (pinjam pakai kawasan)

2. Wilayah tersebut diperlukan untuk membangun sarana penunjang dalam rangka

kelancaran operasi penambangan.

III-15

Page 16: 3.Bab III (Kajian Geologi Tambang)-Internal 3 Juni 09

PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Geologi Tambang

3. PT Karya Bumi Baratama berupaya menambah data pemboran ( pada blok

Meruap A, blok Ladang Panjang, Blok Meruap B dan blok Lubuk Sepuh ) untuk

menambah keyakinan secara geologis serta akan melakukan studi geohidrologi

dan geoteknik, sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk dapat

meningkatkan status sumberdaya menjadi cadangan tertambang

4. Untuk menjaga keamanan

lokasi tambang, agar tidak ada pihak-pihak yang melakukan penambangan

secara ilegal di wilayah PKP2B

III-16