172038388 dislipidemia adalah kelainan metabolisme

46
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme* lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak dalam darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL(kolesterol baik). Idealnya kadar HDL dalam tubuh harus tinggi dan kadar LDL, TG dan kolesterol total tidak boleh berlebih. Kolesterol merupakan salah satu dari komponen lemak itu sendiri. Kehadiran lemak sendiri dalam tubuh kita sesungguhnya memiliki fungsi sebagai zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh disamping zat gizi lainnya seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Kolesterol mempunyai fungsi dalam tubuh yaitu untuk melapisi dinding sel tubuh, membentuk asam empedu, membentuk hormon seksual, berperan dalam pertumbuhan jaringan saraf dan otak. Kolesterol sebanyak 75% dibentuk di organ hati sedangkan 25% diperoleh dari asupan makanan. Kenaikan kadar kolesterol di atas nilai normal diantaranya disebabkan oleh berlebihnya asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan serta makanan-makanan yang dewasa ini disebut sebagai makanan sampah (junkfood). Trigliserida adalah asam-asam lemak dan merupakan jenis lemak yang paling banyak di dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi dalam darah (hipertrigliseridemia) juga dikaitkan dengan terjadinya penyakit jantung koroner. Tingginya trigliserida sering disertai dengan keadaan kadar HDL rendah. Sementara yang lebih mengerikannya lagi, ditemukan pula pada kadar trigliserida diatas 500 mg/dl dapat menyebabkan peradangan pada pankreas. Kadar trigliserida dalam darah banyak dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan. HDL dikatakan kolesterol baik karena berperan membawa kelebihan kolesterol di jaringan kembali ke hati untuk diedarkan kembali atai dikeluarkan dari tubuh. HDL ini mencegah terjadinya penumpukkan kolesterol di jaringan, terutama di pembuluh darah. LDL dikatakan kolesterol jahat karena LDL berperan membawa kolesterol ke sel dan jaringan tubuh. Sehingga bila jumlahnya berlebihan, kolesterol dapat menumpuk dan mengendap pada dinding pembuluh darah dan mengeras menjadi plak. Plak dibentuk dari unsur lemak, kolesterol, kalsium, produk sisa sel dan materi-materi yang berperan dalam proses pembekuan darah. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi menebal dan mengerasnya pembuluh darah yang dikenal dengan nama aterosklerosis. Nilai LDL dan HDL berdampak terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah. Nilai LDL yang tinggi dikaitkan dengan risiko tinggi terhadap serangan jantung, sebaliknya HDL tinggi dikaitkan dengan risiko rendah. Pemeriksaan penyaring untuk profil lipid sebaiknya dilakukan orang dewasa berusia diatas 30 tahun atas anjuran petugas kesehatan atau atas permintaan sendiri. Pemeriksaan selektif harus dilakukan pada mereka yang berisiko tinggi untuk terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu: • Bukti adanya Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan atau manifestasi penumpukan plak lemak di pembuluh darah yang lain. • Riwayat keluarga PJK usia dini. • Riwayat keluarga dengan dislipidemia • Bukti adanya faktor risiko PJK yang lain (DM, Hipertensi, Obesitas, Merokok) • Atau atas permintaan sendiri.

Upload: tony-ramirez

Post on 04-Sep-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nsd

TRANSCRIPT

  • Dislipidemia adalah kelainan metabolisme* lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan

    maupun penurunan fraksi lemak dalam darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

    kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), kenaikan kadar trigliserida

    serta penurunan kadar HDL(kolesterol baik). Idealnya kadar HDL dalam tubuh harus tinggi

    dan kadar LDL, TG dan kolesterol total tidak boleh berlebih.

    Kolesterol merupakan salah satu dari komponen lemak itu sendiri. Kehadiran lemak sendiri

    dalam tubuh kita sesungguhnya memiliki fungsi sebagai zat gizi yang sangat diperlukan oleh

    tubuh disamping zat gizi lainnya seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.

    Kolesterol mempunyai fungsi dalam tubuh yaitu untuk melapisi dinding sel tubuh,

    membentuk asam empedu, membentuk hormon seksual, berperan dalam pertumbuhan

    jaringan saraf dan otak. Kolesterol sebanyak 75% dibentuk di organ hati sedangkan

    25% diperoleh dari asupan makanan.

    Kenaikan kadar kolesterol di atas nilai normal diantaranya disebabkan oleh

    berlebihnya asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan serta

    makanan-makanan yang dewasa ini disebut sebagai makanan sampah (junkfood).

    Trigliserida adalah asam-asam lemak dan merupakan jenis lemak yang paling banyak

    di dalam darah.

    Kadar trigliserida yang tinggi dalam darah (hipertrigliseridemia) juga dikaitkan

    dengan terjadinya penyakit jantung koroner. Tingginya trigliserida sering disertai

    dengan keadaan kadar HDL rendah. Sementara yang lebih mengerikannya lagi,

    ditemukan pula pada kadar trigliserida diatas 500 mg/dl dapat menyebabkan

    peradangan pada pankreas.

    Kadar trigliserida dalam darah banyak dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat

    makanan dan kegemukan.

    HDL dikatakan kolesterol baik karena berperan membawa kelebihan kolesterol di

    jaringan kembali ke hati untuk diedarkan kembali atai dikeluarkan dari tubuh. HDL

    ini mencegah terjadinya penumpukkan kolesterol di jaringan, terutama di pembuluh

    darah.

    LDL dikatakan kolesterol jahat karena LDL berperan membawa kolesterol ke sel dan

    jaringan tubuh. Sehingga bila jumlahnya berlebihan, kolesterol dapat menumpuk dan

    mengendap pada dinding pembuluh darah dan mengeras menjadi plak. Plak dibentuk

    dari unsur lemak, kolesterol, kalsium, produk sisa sel dan materi-materi yang berperan

    dalam proses pembekuan darah. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi

    menebal dan mengerasnya pembuluh darah yang dikenal dengan nama aterosklerosis.

    Nilai LDL dan HDL berdampak terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah.

    Nilai LDL yang tinggi dikaitkan dengan risiko tinggi terhadap serangan jantung,

    sebaliknya HDL tinggi dikaitkan dengan risiko rendah.

    Pemeriksaan penyaring untuk profil lipid sebaiknya dilakukan orang dewasa berusia diatas 30

    tahun atas anjuran petugas kesehatan atau atas permintaan sendiri. Pemeriksaan selektif harus

    dilakukan pada mereka yang berisiko tinggi untuk terjadinya penyakit jantung dan pembuluh

    darah, yaitu:

    Bukti adanya Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan atau manifestasi penumpukan plak

    lemak di pembuluh darah yang lain.

    Riwayat keluarga PJK usia dini.

    Riwayat keluarga dengan dislipidemia

    Bukti adanya faktor risiko PJK yang lain (DM, Hipertensi, Obesitas, Merokok)

    Atau atas permintaan sendiri.

  • Profil Lipid

    Diinginkan

    Diwaspadai

    Berbahaya Kolesterol 240

    Trigliserida 200

    HDL >45 36-44 240 mg/dl .

    Manajemen Dislipidemia

    I. Umum Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya non obat yang meliputi

    Pengelolaan berat badan

    Pengelolaan diet

    Latihan jasmani

    Pengelolaan Berat Badan

    Ada beberapa cara mengetahui berat badan ideal, yaitu:

    Indeks Massa Tubuh (IMT)= BB(kg) / TB(m2) Klasifikasi:

    BB kurang BBI+10%

    Contoh: A mempunyai BB 70kg dengan tinggi badan 165cm,apakah BB A ini normal?

    BBI= 90% x (165-100)x1kg=58,5kg

    BB normal= 58,5 5,85= 52,65 sampai 64,35 kg, Jadi A termasuk dalam kategori gemuk.

    Berdasarkan IMT:

    IMT= 70kg/ (1,65)= 70/2,7225 = 25,71

    Berdasarkan IMT, A termasuk kategori BB lebih.

    Kesimpulannya: A memerlukan pengelolaan berat badan, dengan pengelolaan diet dan

    olahraga.

    Pengelolaan diet Pengelolaan diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang

    mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta seberapa sering keduanya dimakan.

    Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan

  • penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi. Hasil diet ini

    terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan.

    Yang perlu diperhatikan pada diet ini:

    Prinsip modifikasi jenis makanan: Skip (menghindari makanan berlemak dan manis)

    Trim (membuang lemak pada daging)

    Pick (memilih blender sayuran dibandingkan jus buah manis)

    Chew ( mengunyah makanan samapai halus, 32 kali kunyahan)

    Nick (mengurangi jumlah makanan berisiko)

    Menggantikan karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana: merupakan makanan yang mengandung kadar gula tinggi, ketika

    dicerna akan langsung menjadi energi dengan cepat dan meningkatkan kadar gula darah.

    Karbohidrat sederhana juga tidak bisa menyimpan cadangan glikogen, misalnya nasi putih,

    roti, terigu, produk makanan jadi( biskuit, snek, gula-gula)

    Karbohidrat kompleks: membutuhkan waktu lebih lama untuk dipecah menjadi gula darah,

    sehingga tidak mudah melepaskan gula ke dalam darah. Contoh: roti gandum, sereal gandum,

    nasi merah, jagung, ubi dan singkong, oatmeal

    Makanan Termogenik (membakar kalori): cabai, air es, teh hijau, jeruk nipis, cuka

    apel, tahu, tempe, dan berbagai produk kedelai lainnya, telur (tanpa kuning), daging

    ayam (tanpa kulit), ikan kakap, ikan tuna, ikan kembung, ikan tongkol, ikan belanak,

    berbagai jenis udang, kepiting, kerang.

    Hindari pengggunaan lemak jenuh. Kebanyakan berasal dari lemak hewani: daging, makanan laut, produk susu penuh lemak

    seperti keju, susu, es krim, kulit unggas, dan kuning telur. Beberapa tumbuhan juga tinggi

    lemak jenuh seperti kelapa, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit. Lemak jenuh

    meningkatkan kadar kolesterol total lebih dari kolesterol diet karena cenderung meningkatkan

    baik HDL maupun LDL, sehingga penting untuk membatasi lemak jenuh.

    Hindari penggunaan lemak trans. Asam lemak trans adalah lemak yang diproduksi

    melalui pemanasan minyak sayur dengan adanya kehadiran hidrogen. Proses ini

    disebut hidrogenasi. Kebanyakan lemak trans dalam diet orang Amerika dijumpai

    dalam makanan seperti makanan olahan, makanan ringan, dap lain-lain. Lemak trans

    bahkan memperburuk kadar kolesterol ketimbang lemak jenuh karena meningkatkan

    LDL dan menurunkan HDL.

    Ganti penggunaan lemak jenuh dengan lemak tak jenuh. Lemak tak jenuh

    dijumpai pada produk lemak nabati seperti minyak sayur, kacang-kacangan, dan biji-

    bijian. Ada dua kategori utama, yaitu lemak tak jenuh rangkap banyak yang dijumpai

    dalam konsentrasi tinggi pada minyak bunga matahari, jagung, dan kedelai, dan

    minyak tak jenuh tunggal yang dijumpai dalam konsentrasi tinggi pada minyak

    kanola, zaitun, kacang tanah. Dalam studi di mana lemak tak jenuh ganda dan tak

    jenuh tunggal dikonsumsi sebagai pengganti karbohidrat, lemak baik ini menurunkan

    LDL dan meningkatkan kadar HDL.

    Cara memasak 1. Memasak lebih diutamakan dengan merebus, mengukus, menumis, hindari memanggang.

    2. Sayuran sebaiknya dimasak setengah matang.

    3. Gunakan penggorengan anti lengket, sehingga mengurangi penggunaan minyak goreng.

    4. Dihindari cara masak dengan banyak minyak (contoh: menggoreng)

    Latihan jasmani Latihan fisik yang minim menjadi faktor risiko berkembangnya penyakit koroner, tekanan

    darah tinggi, dan diabetes.

  • Mengapa aktivitas fisik penting? Aktivitas fisik secara rutin bisa meningkatkan kemampuan

    dan kapasitas kita dalam berolahraga. Dan yang tak kalah penting adalah untuk pencegahan

    primer maupun sekunder dari penyakit jantung dan pembuluh darah. Kurang gerak

    merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung dan stroke. Bila dilakukan secara

    rutin, aktivitas fisik bisa membantu mengontrol kadar lipid dalam darah, diabetes, dan

    obesitas.

    Ada beberapa alasan penting, mengapa aktivitas fisik bisa menjaga kondisi tubuh tetap sehat.

    Di antaranya, meningkatkan kelenturan otot serta menguatkan dan memperpanjang daya

    tahan otot. Aktivitas yang banyak menggunakan otot lengan dan paha, atau disebut aerobik,

    akan membuat kerja jantung lebih efisien, baik saat olahraga maupun saat istirahat.

    Sedangkan aktivitas seperti jalan cepat, lompat tali, joging, bersepeda, hiking, atau dansa

    adalah contoh aktivitas aerobik yang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan fisik.

    Program olahraga yang didesain untuk meningkatkan kemampuan fisik, dibuat berdasarkan

    rumus FIT:

    Frekuensi (seberapa sering: berapa hari dalam seminggu)

    Intensitas (seberapa berat latihan yang dilakukan: ringan, sedang, atau sangat aktif)

    Time (berapa lama: misalnya sebulan untuk masing-masing sesi).

    II. KHUSUS Bila upaya non obat belum memberikan hasil yang maksimal, maka kita dapat menggunakan

    bermacam-macam obat tergantung dari jenis dislipidemia. Beberapa hal yang perlu

    dipertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi HDL,

    Trigliserida, LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat

    tersebut .

    Saat ini didapat beberapa golongan obat :

    1) Golongan resin ( sequestrants )

    2) Asam nikotinat dan Acipimox

    3) Golongan Statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor)

    4) Derivat Asam Fibrat

    5) Probutol 1

    6) Lain lain

    * Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. REFERENSI http://www.aafp.org/afp Pedoman Deteksi, Prevensi dan Tatalaksana Dislipidemia dalam penanggulangan Penyakit Jantung Koroner, PERKI edisi 1995.

    PENATALAKSANAAN DISLIPIDEMIA PADA DM TIPE 2

    Alwi Shahab

    Subbagian Endokrinologi Metabolisme

    Bagian Ilmu Penyakit Dalam

    FK Unsri/ RSMH Palembang

    http://www.aafp.org/afp
  • Pendahuluan

    Penyakit kardiovaskular merupakan penyebabutama meningkatnya angka kesakitan,

    kecacatan dan kematian diantarapasien diabetes. Komplikasi makrovaskular antara lain Penyakit

    ArteriKoroner, stroke dan penyakit pembuluh darah perifer, merupakan penyebabkematian utama

    pada pasien diabetes. Angka kejadian PenyakitKardiovaskular pada pasien diabetes 4 kali lebih sering

    dibandingkanindividu non diabetes. Dalam kenyataannya, pasien diabetes yang tidak mempunyai

    riwayat penyakit pembuluh darah mempunyai risiko yangsama untuk mengalami serangan jantung

    atau risiko kematian akibatpenyakit kardiovaskular dengan individu non diabetes yang

    mempunyairiwayat penyakit pembuluh darah. The National Cholesterol Education Program

    (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III)menyatakan bahwa diabetes merupakan risikoyang

    sama / ekivalen dengan Penyakit Kardiovaskular yang memerlukanperawatan agresif untuk mencegah

    penyulit vaskular lebih lanjut. Walaupundalam kenyataannya bahwa dislipidemia merupakan faktor

    risikosignifikan dalam terjadinya komplikasi makrovaskular, kewaspadaan danpenatalak-sanaan

    terhadap dislipidemia sampai saat ini masih belummemadai.

    Survai terbaru dariAmerican Diabetes Association / American College of Cardiologyterhadap pasien

    diabetes menunjukkan bahwa :

    60% individu dengan diabetes tidak mempercayai bahwa mereka mempunyai risiko mengalami dislipidemia.

    Hanya8% individu dengan diabetes memahami bahwa penurunan kadar kolesterolmerupakan salah satu cara penting untuk menurunkan risiko PenyakitKardiovaskular.

    45%individu dengan diabetes melaporkan bahwa dokter keluarga / perawatkesehatan mereka tidak

    pernah mendiskusikan tentang manfaat penurunankolesterol.

    The Centers for Disease Control and Preventionbaru2 ini melaporkan 70-97% individu

    dengandiabetes mengalami dislipidemia. Laporan dari dua pusat kesehatan diAmerika Serikat,

    menunjukkan bahwa hanya 35,5% dari pasien yangberkunjung ke klinik diabetes memiliki kadar LDL

    kolesterol dibawah 100mg/dl. Huruf C dalam ABC penatalaksanaan diabetes mengingatkan

    pasienakan pentingnya evaluasi dan penatalaksanaan kolesterol, yang merupakanbagian integral dari

    penatalaksanaan diabetes. Untuk menurunkankomplikasi makrovaskular, pengendalian terhadap profil

    lipid dan tekanandarah harus sejalan dengan pengendalian terhadap kadar glukosadarahnya.

    Dislipidemia pada Diabetes

    Dislipidemia pada diabetes ditandai denganmeningkatnya kadar trigliserida dan menurunnya

    kadar HDL kolesterol.Kadar LDL kolesterol tidak banyak berbeda dengan yang ditemukan

    padaindividu non diabetes, namun lebih didominasi oleh bentuk yang lebihkecil dan padat (small

    dense LDL). Partikel2 LDL kecil padat ini secaraintrinsic lebih bersifat aterogenik daripada partikel2

    LDL yang lebihbesar (buoyant LDL particles). Selanjutnya, karena ukurannya yang lebihkecil,

    kandungan didalam plasma lebih besar jumlahnya, sehingga lebihmeningkatkan risiko aterogenik.

    Trias dari abnormalitas profil lipid inidikenal dengan istilahdislipidemia diabetik.

    Adanya dislipidemia diabetik, meningkatkanrisiko Penyakit Kardiovaskular dan keadaan ini

    ekivalen dengan kadar LDLkolesterol antara 150-220 mg/dl.Untuk memahami

    patofisiologidislipidemia pada diabetes, perlu diketahui perubahan2 komposisilipoprotein yang dapat

  • meningkatkan sifat aterogenisitasnya. Dalam pengamatanthe Multiple Risk Factor Intervention

    Trialmendapatkan bahwa mortalitas akibat PenyakitKardiovaskular diantara pasien diabetes mencapai

    4 kali lebih tinggidaripada individu non DM dengan kadar kolesterol serum yang sama.Selanjutnya,

    pasien2 diabetes dengan kadar kolesterol serum terendah,mempunyai angka kematian yang lebih

    tinggi dibandingkan kelompokindividu non DM yang mempunyai kadar kolesterol tertinggi.

    Meningkatnyasifat aterogenisitas ini disebabkan karena adanya pengaruh prosesglikosilasi, oksidasi

    dan tingginya kandungan trigliserida didalamlipoprotein. Glikosilasi LDL akan meningkatkan waktu

    paruhnya, sehinggabentuknya menjadi lebih kecil dan padat serta lebih bersifat aterogenik.Bentuk ini

    lebih mudah mengalami oksidasi serta lebih mudah diambil oleh makrofag untuk membentuk sel-sel

    busa(foam cells). Glikosilasi HDL akan memperpendek waktuparuhnya dan membentuk lebih banyak

    varian HDL3 yang kurang bersifatprotektif dibandingkan varian HDL2. Kemampuan HDL untuk

    mengangkutkolesterol dari jaringan perifer kembali ke hati mengalami penurunanbila HDL banyak

    mengandung trigliserida. Perbaikan kendali glukosa darahmelalui perubahan gaya hidup atau dengan

    terapi insulin dan OHO dapatmenurunkan kadar trigliseridaa, meningkatkan kadar HDL,

    mengurangiglikosilasi lipoprotein dan menurunkan kandungan trigliseridaa didalamlipoprotein.

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan dislipidemia diabetik ditentukanatas dasar derajat risiko yang ditunjukkan

    oleh tingginya kadar masing2lipoprotein seperti diperlihatkan pada tabel1. Sasaran kadar lipid bagi

    pasien DM dewasa adalah kadar lipid yangtermasuk kategori risiko rendah. Bagi semua pasien yang

    termasukkategori risiko tinggi dan sedang, direkomendasikan untuk mendapat terapi obat2 penurun

    lipid disamping perubahan gaya hidup dan obat2 penurun kadar glukosa darah.

    Profillipid hendaklah diperiksa pada saat diagnosis DM ditegakkan dan segerasetelah kendali glukosa

    darah tercapai untuk pertama kali. Karenakendali glukosa darah pada pasien2 DM sering mengalami

    perubahan dan halini juga akan berpengaruh terhadap kadar lipoprotein, maka profil lipidsebaiknya

    diperiksa minimal sekali setiap tahun. Bilaprofil lipid berada pada tingkat kategori risiko rendah,

    pengukurandiulang setiap 2 tahun. Pengukuran yang lebih sering diperlukan untukmenilai respons

    terhadap terapi dengan obat2 penurun lipid dan memantauprogresivitas penyakit.

    Langkahawal penatalaksanaan dislipidemi dimulai dengan penilaian jumlah faktorrisiko koroner yang

    ditemukan pada pasien tersebut(risk assessment)untuk menentukan sasaran kolesterol yang harus

    dicapai.

    Penatalaksanaan dislipidemi terdiri atas :

    Penatalaksanaan non-farmakologik

    Penatalaksanaan farmakologik menggunakan obat2 penurun lipid.

    Penatalaksanaan non-farmakologik

    Meliputiterapi nutrisi medis, aktivitas fisik serta beberapa upaya lain sepertiberhenti merokok,

    menurunkan berat badan bagi yang gemuk dan mengurangiasupan alkohol.Penurunanberat badan dan

  • peningkatan aktivitas fisik dapat menurunkan kadartrigliseridaa dan meningkatkan kadar HDL

    kolesterol serta sedikitmenurunkan kadar LDL kolesterol.

    Terapi Nutrisi Medis

    Selalu merupakan tahap awal penatalaksanaandislipidemi, oleh karena itu disarankan untuk

    berkonsultasi dengan ahligizi. Pada dasarnya adalah pembatasan jumlah kalori dan jumlah

    lemak.Pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total yang tinggidianjurkan untuk

    mengurangi asupan lemak jenuh dan meningkatkan asupanlemak tidak jenuh rantai tunggal dan ganda

    ( mono unsaturated fatty acid= MUFA dan poly unsaturated fatty acid = PUFA). Pada pasien

    dengankadar trigliserida yang tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat,alkohol dan lemak.

    Aktivitas fisik

    Pada prinsipnya pasien dianjurkan untukmeningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi

    dan kemampuannya.Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat, seperti jalan kaki, naik sepeda,berenang

    dll. Penting sekali diperhatikan agar jenis olahragadisesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan

    pasien, selain itu agardilakukan secara terus menerus.PasienDM yang mempunyai BB berlebih

    sebaiknya mendapat Terapi Nutrisi Medikdan meningkatkan aktivitas fisik. The American Heart

    Associationmerekomendasikan untuk pasien DM dengan Penyakit Kardiovaskular bahwaTerapi

    Nutrisi Medik maksimal dapat menurunkan kadar LDL kolesterolsebesar 15 sampai 25 mg/dl.Jadi,bila

    kadar LDL kolesterol mengalami peningkatan lebih dari 25 mg/dldiatas kadar sasaran terapi,

    hendaklah diputuskan untuk menambahkanterapi farmakologik terutama terhadap pasien2 dengan

    risiko tinggi(pasien DM dgn riwayat infark miokard sebelumnya atau dengan kadar LDLkolesterol

    tinggi (diatas 130 mg/dl).

    Manfaat terapi farmakologik

    Berbagaistudi klinis menunjukkan bahwa terapi farmakologik dengan obat2 penurunlipid memberi

    manfaat perbaikan profil lipid dan menurunkan komplikasiKardiovaskular pada pasien2 DM tipe 2.

    Hasildari beberapa studi klinis mendukung rekomendasi ADA, bahwa kadar LDLkolesterol dibawah

    100 mg/dl merupakan sasaran utama penatalaksanaan dislipidemiadiabetik. Disamping itu penurunan

    kadar trigliseridaa denganmenggunakan gemfibrozil seperti yang ditunjukkan dalam VA-HIT

    secondaryprevention study, dapat pula menurunkan angka kejadian komplikasikardiovaskular

    berulang sebesar 24%. Prioritas pemilihan obat-obat penurun lipid untuk terapi dislipidemia diabetik

    dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :

    Terapi Kombinasi

    Banyakstudi yang membuktikan bahwa terapi kombinasi antara statin danberbagai obat lain seperti

    bile acid resin, fibrat dan niacin memberikanmanfaat yang lebih baik dalam hal penurunan kadar LDL

    kolesterol, namunpemakaiannya terkendala oleh meningkatnya kejadian efek samping daninteraksi

    obat. Kombinasi ezetimibe dengan statin merupakan strategibaru dalam memperbaiki profil lipid pada

    pasien DM tipe 2. Studiterbaru menunjukkan bahwa kombinasi ezetimibe dengan simvastatin

  • padadosis 10/10, 10/20, 10/40 dan 10/80 mg menghasilkan penurunan kadar LDLkolesterol, total

    kolesterol, trigliseridaa, non HDL cholesterol danapolipoprotein (Apo) B yang lebih besar

    dibandingkan simvastatinmonoterapi serta ditoleransi dengan baik.

    Simpulan

    Pasien-pasien DM tipe 2 berisikotinggi untuk mengalami penyakit jantung koroner.

    Tingginya angkakejadian komplikasi penyakit kardiovaskular pada populasi ini terutamadisebabkan

    karena gangguan metabolisme lipid, yang ditandai denganmeningkatnya kadar trigliseridaa,

    menurunnya kadar HDL kolesterol danmeningkatnya jumlah partikel2small

    denseLDL.Modifikasigaya hidup dan kendali glukosa darah dapat memperbaiki profil lipidsecara

    umum, namun intervensi farmakologik, lebih dianjurkan terutamaditujukan terhadap LDL kolesterol.

    Peranan statin dalam menurunkankadar LDL kolesterol terbukti dapat mengurangi angka

    kejadian komplikasiPenyakit Kardiovaskular, baik pada kelompok pasien dengan PJK maupunyang

    mempunyai risiko ekivalen dgn PJK seperti pada pasien-pasien DM tipe 2.

    Ezetimibe,yang merupakan golongan obat penghambat absorpsi kolesterol, terbuktiefektif

    bila dikombinasi dengan statin untuk mencapai target kadar LDLkolesterol yang telah

    direkomendasikan. Secara spesifik, kombinasiezetimibe dan simvastatin dalam formulasi tablet

    tunggal, terbuktisangat efektif dalam menurunkan kadar LDL kolesterol melalui mekanismehambatan

    ganda yaitu terhadap absorpsi dan biosintesis kolesterol.

    Daftar Pustaka

    1. American Heart Association:Heart and Stroke Statistical Update.Dallas, AmericanHeart

    Association, 1998.

    2. American Diabetes Association: Management of dyslipidemia in adults with diabetes (Position

    Statement).Diabetes Care.2002;25 (Suppl. 1):S74S77.

    3. Mokdad AH, et.al. Diabetes trends in the U.S.: 19901998.Diabetes Care.2000;23:12781283.

    4. GrundySM, et.al. Diabetes and cardiovascular disease: a statement forhealthcare professionals

    from the American Heart Association.Circulation.1999;100: 11341146.

    5. Garber AJ.Vascular disease and lipids in diabetes.Med Clin North Am.1998;82:931948.

    6. HaffnerSM, et.al. Mortality from coronary heart disease in subjects with type 2diabetes and in

    nondiabetic subjects with and without prior myocardialinfarction.N Engl J

    Med.1998;339:229234.

    7. American Diabetes Association. Management of dyslipidemia in adults with diabetes.Diabetes

    Care.2001;24 (Suppl. 1):S58S61.

    Goldberg AC,et.al. Efficacy and Safety of Ezetimibe Coadministered With Simvastatinin

  • Patients With Primary Hypercholesterolemia: A Randomized,Double-Blind, Placebo-

    Controlled Trial.Mayo Clin Proc.2004;79:620-629.

    Tabel 1. Kategori risiko berdasarkan kadar lipoprotein pada pasien DM dewasa

    Dikutip dari : American Diabetes Association: Management of dyslipidemia in adults with diabetes

    (Position Statement).Diabetes Care25 (Suppl. 1):S74S77,2002.

    Tabel 2. Komposisi Makanan untuk Hiperkolesterolemia

    Dikutip dari : Penatalaksanaan Dislipidemia. Buku petunjuk praktis penatalaksanaan dislipidemia.

    Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.2005;5-14.

    Tabel 3. Hasil beberapa studi klinis manfaat pemberian obat2 penurun lipid pada pasien DM tipe 2

    dengan dislipidemia

  • Daftar Prioritas pilihan penatalaksanaan dislipidemia diabetik

    Dislipidemia

    Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipoprotein, termasuk kelebihan produksi

    lipoprotein atau kekurangan. Dislipidemia dapat diwujudkan dengan elevasi dari kolesterol

    total, yang "jahat" low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan konsentrasi trigliserida, dan

    penurunan lipoprotein "baik" high density (HDL) kolesterol konsentrasi dalam darah.

    Dislipidemia berada di bawah pertimbangan dalam banyak situasi termasuk diabetes,

    penyebab umum dari lipidemia. Untuk orang dewasa dengan diabetes, telah

    merekomendasikan bahwa kadar LDL, HDL, kolesterol total, dan trigliserida diukur setiap

    tahun.

    Kadar kolesterol LDL yang optimal untuk orang dewasa dengan diabetes kurang dari 100 mg

    / dL (2,60 mmol / L), tingkat HDL kolesterol yang optimal adalah sama atau lebih besar dari

    40 mg / dL (1,02 mmol / L), dan trigliserida kurang dari yang diinginkan 150 mg / dL (1,7

    mmol / L).

  • Lipid kelainan pada diabetes tipe 2 yang ditandai dengan konsentrasi trigliserida tinggi,

    rendah high density lipoprotein-kolesterol konsentrasi, dan total normal dan low-density

    lipoprotein kolesterol (LDL-c) konsentrasi. Partikel LDL, bagaimanapun, adalah kecil dan

    padat. Bukti epidemiologi untuk kelainan lipid, dan untuk hubungan antara kelainan lipid dan

    peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada diabetes tipe 2, disajikan. Sebagian besar

    kelainan lipid pada diabetes tipe 2 dapat dijelaskan dengan tindakan penurunan insulin pada

    tingkat jaringan.

    Lipid kelainan pada diabetes tipe 2 yang ditandai dengan:

    Tinggi trigliserida konsentrasi, terutama pasca-prandially (post-prandial lipaemia)

    Kepadatan tinggi rendah kolesterol lipoprotein (HDL-c) konsentrasi

    Normal total dan rendah kepadatan lipoprotein kolesterol (LDL-c) konsentrasi, tapi

    kecil partikel LDL padat

    Gambaran biokimia di atas telah disebut "dislipidemia diabetik," meskipun perlu dicatat

    bahwa diperlakukan diabetes tipe 1 tidak ditandai dengan kelainan lipid. Banyak fitur dari

    dislipidemia diabetik dapat dijelaskan dengan tindakan penurunan insulin pada tingkat

    jaringan. Ini bisa disebabkan oleh resistensi insulin, meskipun kekurangan insulin relatif yang

    terkait dengan beta pankreas sel disfungsi juga berkontribusi. Beberapa fitur dislipidemia

    diabetes, bagaimanapun, tidak mungkin karena resistensi insulin.

    Umum Kolesterol

    Kolesterol adalah zat yang lembut lilin yang ditemukan di antara lipid (lemak) dalam aliran

    darah dan di semua sel tubuh Anda. Kolesterol merupakan bagian dari membran luar yang

    mengelilingi setiap sel. Ini digunakan untuk melindungi serat saraf (dan sehingga membuat

    perjalanan sinyal saraf dengan benar), dan membuat hormon, yang membawa sinyal kimia ke

    seluruh tubuh. Tanpa kolesterol, tubuh Anda tidak akan bekerja - itu penting untuk

    memastikan fungsi normal tubuh.

    Menurut hipotesis lipid, kadar kolesterol abnormal tinggi (hiperkolesterolemia) dan proporsi

    yang abnormal LDL dan HDL berkaitan dengan penyakit kardiovaskular, dengan

    mempromosikan pengembangan ateroma di arteri (aterosklerosis). Proses penyakit

    menyebabkan infark miokard (serangan jantung), stroke, dan penyakit pembuluh darah

    perifer. Sebagai LDL tinggi memberikan kontribusi untuk proses ini, itu disebut "kolesterol

    jahat", sementara tingkat tinggi HDL ("kolesterol baik") menawarkan suatu tingkat

    perlindungan.

    Jumlah tersebut dapat diatasi dengan olahraga, diet sehat, dan terkadang pengobatan.

    Kolesterol dalam darah seseorang berasal dari dua sumber utama, asupan makanan dan

    produksi hati. Diet kolesterol terutama berasal dari daging, unggas, ikan, dan produk susu.

    Daging organ, seperti hati, sangat tinggi kadar kolesterol, sedangkan makanan yang berasal

    dari tumbuhan tidak mengandung kolesterol.

    Setelah makan, kolesterol akan diserap oleh usus ke dalam sirkulasi darah, dan kemudian

    dikemas di dalam mantel protein. Kompleks mantel kolesterol-protein ini disebut

  • chylomicron a. Kolesterol dan lemak lain tidak dapat larut dalam darah. Mereka harus

    diangkut ke dan dari sel dengan pembawa khusus bernama lipoprotein. Ada beberapa macam,

    tapi yang untuk fokus pada adalah low-density lipoprotein (LDL) dan high density

    lipoprotein (HDL).

    Tubuh manusia mengandung sekitar 100g kolesterol. Sebagian besar ini tergabung dalam

    membran dari sel yang dibangun, dan merupakan komponen tak terpisahkan dari mereka.

    Lapisan isolasi dari luka mielin di sekitar neuron sangat kaya akan kolesterol. Dalam jumlah

    yang jauh lebih kecil, namun tidak ada kolesterol, kurang penting adalah bahan awal untuk

    sintesis dari hormon steroid progesteron, estrogen, Androgen (misalnya testosteron),

    Glukokortikoid (misalnya kortisol), dan mineralokortikoid (misalnya aldosteron).

    Kolesterol total adalah jumlah kolesterol HDL, kolesterol LDL dan 20% dari nilai

    trigliserida.

    Kolesterol Tingkat

    Kolesterol memainkan peran utama dalam kesehatan jantung seseorang. Kolesterol darah

    tinggi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner dan stroke. Itulah

    mengapa penting bagi semua orang untuk mengetahui tingkat kolesterol mereka. Mereka juga

    harus belajar tentang faktor-faktor lain mereka risiko penyakit jantung dan stroke. The

    American Heart Association merekomendasikan bahwa semua orang usia 20 dan lebih tua

    memiliki "profil lipoprotein" puasa setiap lima tahun. Tes ini dilakukan setelah cepat 9-12

    jam tanpa makanan, cairan atau pil. Ini memberi informasi tentang kolesterol total, low-

    density lipoprotein (LDL) atau kolesterol "buruk", high density lipoprotein (HDL) atau

    kolesterol "baik", dan trigliserida (lemak darah).

    Darah kolesterol total di bawah 200 mg / dL menempatkan Anda pada risiko yang relatif

    rendah penyakit jantung koroner. 200-239 mg / dL menempatkan Anda pada tingkat risiko

    batas-tinggi. Jika kolesterol total Anda jatuh antara 200 dan 239 mg / dL, dokter akan

    mengevaluasi tingkat Anda LDL (kolesterol jahat) dan HDL (baik) kolesterol dan trigliserida.

    Ini mungkin untuk memiliki batas-tinggi angka kolesterol total dengan tingkat normal LDL

    (kolesterol jahat) seimbang dengan HDL tinggi (baik) kolesterol. Bekerja dengan dokter

    Anda untuk membuat rencana pencegahan dan pengobatan yang tepat untuk Anda.

    Tergantung pada (buruk) Anda kadar LDL kolesterol dan faktor lain risiko Anda, Anda juga

    mungkin perlu obat. 240 mg / dL dan lebih dianggap berisiko tinggi. Orang yang memiliki

    kadar kolesterol total 240 mg / dL atau lebih biasanya memiliki dua kali risiko penyakit

    jantung koroner sebagai orang yang tingkat kolesterol yang diinginkan (200 mg / dL).

    Dengan HDL (kolesterol baik), tingkat yang lebih tinggi lebih baik. Kolesterol HDL rendah

    (kurang dari 40 mg / dL untuk pria, kurang dari 50 mg / dL untuk wanita) menempatkan

    Anda pada risiko tinggi untuk penyakit jantung. Dalam rata-rata pria, kadar kolesterol HDL

    berkisar dari 40 sampai 50 mg / dL. Dalam rata-rata wanita, mereka berkisar 50-60 mg / dL.

    Sebuah kolesterol HDL 60 mg / dL atau lebih tinggi memberikan perlindungan terhadap

    penyakit jantung. Orang dengan trigliserida darah tinggi biasanya juga memiliki kolesterol

    HDL lebih rendah dan risiko yang lebih tinggi serangan jantung dan stroke. Progesteron,

    steroid anabolik dan hormon seks pria (testosteron) tingkat HDL juga rendah kolesterol.

    Hormon seks wanita meningkatkan kadar HDL kolesterol.

  • Kolesterol Anda menurunkan LDL, semakin rendah resiko serangan jantung dan stroke.

    Bahkan, itu merupakan ukuran lebih baik risiko dari kolesterol total darah. Secara umum,

    tingkat LDL jatuh ke dalam kategori ini:

    Kurang dari 70 mg / dL - optimal untuk pasien berisiko sangat tinggi

    Kurang dari 100 mg / dL - optimal

    100-129 mg / dL - Di atas Optimal

    130-159 mg / dL - Borderline Tinggi

    160-189 mg / dL - Tinggi

    190 mg / dL dan di atas - Sangat Tinggi

    Trigliserida adalah bentuk lemak. Orang dengan trigliserida tinggi sering memiliki tingkat

    kolesterol tinggi total, termasuk tinggi (buruk) kolesterol LDL dan HDL rendah (baik) kadar

    kolesterol. Tingkat trigliserida Anda akan jatuh ke salah satu kategori ini:

    Normal: kurang dari 100 mg / dL

    Normal: kurang dari 150 mg / dL

    Borderline-tinggi: 150-199 mg / dL

    Tinggi: 200-499 mg / dL

    Sangat Tinggi: 500 mg / dL

    Banyak orang memiliki kadar trigliserida tinggi karena kelebihan berat badan / obesitas,

    aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol berlebih dan / atau diet yang sangat tinggi

    karbohidrat (60% atau lebih dari kalori). Trigliserida tinggi adalah gaya hidup yang

    berhubungan

    faktor risiko, namun yang mendasari penyakit atau kelainan genetik dapat menjadi

    penyebabnya.

    Terapi utama untuk mengurangi tingkat trigliserida adalah mengubah gaya hidup Anda. Ini

    berarti mengontrol berat badan, makan makanan sehat jantung, mendapatkan aktivitas fisik

    secara teratur, hindari asap rokok, alkohol batas untuk satu gelas per hari untuk wanita atau

    dua gelas per hari untuk pria,

    dan batas minuman dan makanan dengan tambahan gula. Tingkat trigliserida 150 mg / dL

    atau lebih tinggi adalah salah satu faktor risiko sindrom metabolik. Sindrom metabolik

    meningkatkan risiko penyakit jantung dan gangguan lain, termasuk diabetes.

    Bagaimana untuk Turunkan Kolesterol?

    Orang-orang mendapatkan kolesterol dalam dua cara. Tubuh - terutama hati - menghasilkan

    jumlah yang bervariasi, biasanya sekitar 1.000 miligram per hari. Makanan juga dapat

    mengandung kolesterol. Makanan dari hewan (terutama kuning telur, daging, unggas, kerang

    dan utuh-dan rendah lemak

    susu & produk susu) menahannya. Makanan dari tumbuhan (buah, sayuran, biji-bijian,

    kacang-kacangan dan biji-bijian) tidak mengandung kolesterol. Mengetahui makanan yang

    harus dihindari dan yang akan disertakan dalam diet Anda tidak hanya akan meningkatkan

    kadar kolesterol tetapi akan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan juga.

    Tingkat tinggi LDL kolesterol "buruk" bisa berbahaya karena menempatkan seseorang pada

    risiko yang lebih besar dari pengerasan arteri (atherosclerosis) dan penyakit arteri koroner.

  • Jika tes darah menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari kolesterol LDL (130 miligram per

    desiliter atau lebih tinggi), penting untuk menurunkan ke tingkat yang sehat.

    Menurut para ahli, ada empat cara dasar untuk mendapatkan kolesterol Anda di mana Anda

    inginkan:

    Makan makanan yang sehat.

    Berolahraga

    Menurunkan berat badan

    Minum obat

    Sementara masing-masing bekerja, beberapa orang lebih sukses dengan satu daripada yang

    lain. Banyak memerlukan kombinasi pendekatan. Tidak peduli apa usia atau kondisi

    kesehatan Anda, Anda dapat mengurangi resiko Anda dari masalah serius dengan

    mengendalikan kolesterol Anda.

    Langkah pertama dalam meningkatkan tingkat HDL kolesterol (dan menurunkan LDL / HDL

    rasio) adalah perubahan kehidupan terapi gaya. Ketika modifikasi ini tidak cukup, obat yang

    digunakan. Dalam resep obat atau kombinasi obat, dokter harus mempertimbangkan efek

    samping obat rekening, serta ada tidaknya kelainan lain di profil kolesterol.

    Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung. Peningkatan

    aktivitas fisik dapat memiliki efek sederhana pada kolesterol, menurunkan trigliserida (dan

    kolesterol jahat LDL pada tingkat lebih rendah), sementara meningkatkan HDL kolesterol

    baik Anda. Latihan aerobik yang teratur, kehilangan berat badan berlebih (gemuk), dan

    penghentian merokok akan meningkatkan kadar HDL kolesterol. Alkohol Konsumsi rutin

    (seperti satu gelas sehari) juga akan meningkatkan kolesterol HDL. Karena lain konsekuensi

    kesehatan yang merugikan dari konsumsi alkohol yang berlebihan, alkohol tidak dianjurkan

    sebagai pengobatan standar untuk kolesterol HDL rendah.

    Beberapa jenis obat bisa membantu, termasuk statin yang biasanya pilihan pertama untuk

    obat. Mereka memblokir efek dari enzim yang membantu membuat kolesterol. Mereka juga

    menurunkan kolesterol jahat oleh 20-55% kekalahan. Mereka memiliki efek sederhana pada

    trigliserida dan memberikan dorongan ringan sampai kolesterol baik Anda.

    Ezetimibe adalah obat mengurangi kolesterol lebih baru yang menurunkan berapa banyak

    kolesterol tubuh menyerap. Hal ini dapat menurunkan kolesterol jahat hingga 25%. Ezetimibe

    dapat dikombinasikan dengan statin untuk meningkatkan efek menurunkan kolesterol.

    Baik Versus Buruk Kolesterol

    Kolesterol LDL disebut kolesterol "jahat" karena peningkatan kadar kolesterol LDL

    berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. LDL lipoprotein kolesterol

    di dinding arteri, menyebabkan pembentukan zat, keras tebal disebut plak kolesterol. Seiring

    waktu, plak kolesterol menyebabkan penebalan dinding arteri dan penyempitan pembuluh

    darah, proses yang disebut aterosklerosis. Jumlah tinggi dari LDL buruk akan deposit

    kolesterol di dinding arteri membentuk plak. Plak semakin banyak akan mempersempit

    lumen arteri dan akhirnya dapat menghalangi aliran darah. Oleh karena itu LDL dianggap

    "buruk" kolesterol.

  • Lemak jenuh dan asam lemak trans adalah faktor yang paling penting yang meningkatkan

    kolesterol darah, bukan diet kolesterol! Lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda

    ditemukan dalam kacang-kacangan dan ikan misalnya, dapat menurunkan tingkat LDL.

    Selain itu, serat larut ditemukan dalam buah-buahan, gandum, barley dan kacang-kacangan

    juga dapat menurunkan LDL.

    Kolesterol HDL disebut "kolesterol baik" karena HDL partikel kolesterol mencegah

    aterosklerosis, dengan mengekstraksi kolesterol dari dinding arteri dan membuang mereka

    melalui hati. Dengan demikian, tingginya tingkat kolesterol LDL dan rendahnya tingkat

    HDL kolesterol (LDL tinggi / rasio HDL) merupakan faktor risiko untuk aterosklerosis,

    sedangkan rendahnya tingkat kolesterol LDL dan tingkat tinggi kolesterol HDL (rendah LDL

    / HDL rasio) yang diinginkan.

    Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan tingkat HDL. Kolesterol total adalah jumlah dari

    LDL (low density) kolesterol, HDL (high density) kolesterol, VLDL (densitas sangat rendah)

    kolesterol, dan IDL (intermediate density) kolesterol. Kolesterol HDL ekstrak partikel

    kolesterol dari dinding arteri dan mengangkut mereka ke hati untuk dibuang melalui empedu.

    Hal ini juga mengganggu akumulasi partikel kolesterol LDL di dinding arteri.

    Risiko aterosklerosis dan serangan jantung pada pria sangat terkait dengan kadar kolesterol

    HDL. Rendahnya tingkat kolesterol HDL terkait dengan risiko yang lebih tinggi, sedangkan

    tingkat HDL kolesterol yang tinggi berhubungan dengan rendahnya risiko. Tingkat HDL

    sangat rendah dan sangat tinggi kolesterol dapat berjalan dalam keluarga. Keluarga dengan

    kadar kolesterol HDL rendah memiliki insiden yang lebih tinggi serangan jantung daripada

    populasi umum, sementara keluarga dengan tingkat kolesterol HDL tinggi cenderung hidup

    lebih lama dengan frekuensi yang lebih rendah serangan jantung. Seperti kolesterol LDL,

    faktor gaya hidup dan kondisi lain mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Kadar kolesterol

    HDL lebih rendah pada orang yang merokok, makan banyak permen, dan kelebihan berat

    badan dan tidak aktif, dan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe II.

    Kolesterol HDL lebih tinggi pada orang yang tanpa lemak, berolahraga secara teratur, dan

    jangan merokok. Estrogen meningkatkan kolesterol HDL seseorang, yang menjelaskan

    mengapa wanita umumnya memiliki tingkat HDL lebih tinggi dari pria. Bagi individu dengan

    kadar kolesterol HDL rendah, total tinggi atau kadar kolesterol darah LDL lebih

    meningkatkan terjadinya aterosklerosis dan serangan jantung. Oleh karena itu, kombinasi dari

    tingginya tingkat kolesterol total dan LDL dengan tingkat rendah kolesterol HDL tidak

    diinginkan sedangkan kombinasi dari rendahnya tingkat kolesterol total dan LDL dan kadar

    tinggi kolesterol HDL yang menguntungkan.

    Kolesterol Diet

    Makan sehat dapat mengurangi kolesterol. Diet anda harus rendah lemak jenuh khususnya,

    dan rendah lemak secara keseluruhan. Biskuit, kue, kue kering, daging merah, keju keras,

    mentega dan makanan yang mengandung kelapa atau kelapa sawit semua cenderung tinggi

    lemak jenuh, sehingga mengurangi makanan ini. Sejumlah besar kolesterol yang ditemukan

    di beberapa makanan, termasuk telur, jeroan seperti hati dan ginjal, dan udang. Namun, jika

    Anda sudah makan makanan yang seimbang, Anda tidak perlu mengurangi makanan ini

    kecuali dokter atau ahli diet telah menyarankan untuk. Ada beberapa bukti bahwa makanan

    yang mengandung zat yang disebut sterol atau stanol tumbuhan, dalam kombinasi dengan

    diet rendah lemak dan aktivitas fisik, dapat membantu menurunkan kolesterol.

  • Untuk menurunkan kolesterol Anda, Anda sebenarnya dapat makan lebih banyak makanan

    tertentu. Sejumlah beberapa "makanan fungsional" telah ditunjukkan untuk membuat dampak

    besar pada kadar kolesterol Anda. Oatmeal dan oat bran oatmeal mengandung serat larut,

    yang mengurangi low-density lipoprotein Anda (LDL), yang "buruk" kolesterol. Soluble fiber

    juga ditemukan pada makanan seperti kacang merah, kecambah brussels, apel, pir, psyllium,

    barley dan buah prune. Serat larut tampaknya mengurangi penyerapan kolesterol dalam usus

    Anda. Seperti gel serat larut mengikat empedu (yang mengandung kolesterol) dan kolesterol

    makanan sehingga tubuh mengeluarkannya itu. Lima sampai 10 gram serat larut setiap hari

    dapat menurunkan kolesterol LDL oleh sekitar 5%. Makan 1,5 cangkir oatmeal matang

    menyediakan 4,5 gram serat - cukup untuk menurunkan kolesterol.

    Untuk campuran itu sedikit, cobalah dedak gandum atau sereal dingin dibuat dengan oatmeal

    atau dedak gandum. Penelitian telah menunjukkan bahwa walnut secara signifikan dapat

    mengurangi kolesterol darah. Kaya akan asam lemak tak jenuh ganda, walnut juga membantu

    menjaga pembuluh darah sehat dan elastis. Almond tampaknya memiliki efek yang sama,

    menghasilkan peningkatan yang nyata hanya dalam empat minggu.

    Diet penurun kolesterol di mana 20% dari kalori berasal dari walnut dapat mengurangi

    kolesterol LDL hingga 12%. Untuk kalori 1.200 per hari diet, sedikit kurang dari 1/3 cangkir

    kenari adalah sekitar 240 kalori, atau 20 persen dari total kalori untuk

    hari. Semua kacang-kacangan tinggi kalori, bagaimanapun, jadi sedikit yang akan cukup.

    Seperti halnya makanan, baik atau buruk, makan terlalu banyak dapat menyebabkan kenaikan

    berat badan, dan menjadi tempat kelebihan berat badan Anda pada risiko tinggi penyakit

    jantung.

    Untuk menghindari kenaikan berat badan, ganti makanan tinggi lemak jenuh dengan kacang.

    Sebagai contoh, daripada menggunakan keju, daging makan siang atau crouton dalam salad

    Anda, tambahkan segenggam kenari atau almond. Omega-3 asam lemak terkenal akan

    trigliserida penurun efek mereka, tetapi mereka juga membantu jantung dengan cara lain,

    seperti mengurangi tekanan darah dan menekan risiko pembekuan darah. Pada orang yang

    sudah mengalami serangan jantung, minyak ikan - atau omega-3 asam lemak - secara

    signifikan mengurangi risiko kematian mendadak. Dokter menyarankan makan sedikitnya

    dua porsi ikan seminggu. Tingkat tertinggi dari omega-3 asam lemak dalam makarel, trout

    danau, herring, sarden, tuna albacore dan salmon. Namun, untuk menjaga jantung sehat

    manfaat ikan, panggang atau grill itu.

    Mencegah CVD

    Ketika mencoba untuk mencegah penyakit kardiovaskular, adalah lebih efektif untuk

    menghilangkan dan mencegah penyebab, yang sering mengambil bentuk faktor risiko

    memodifikasi. Beberapa faktor, seperti jenis kelamin, usia, dan riwayat keluarga, tidak dapat

    dimodifikasi.

    Berhenti merokok (atau pantang) adalah salah satu perubahan yang paling efektif dan dapat

    dimodifikasi dengan mudah.

    Latihan aerobik yang teratur melengkapi kebiasaan makan sehat. Membangun plak pada

    arteri, sebagian sebagai akibat dari kolesterol tinggi dan diet lemak, merupakan penyebab

    utama untuk penyakit kardiovaskular. Kombinasi dari diet sehat dan olahraga merupakan

    sarana untuk meningkatkan kadar kolesterol serum dan mengurangi risiko penyakit

  • kardiovaskular, jika tidak, dokter mungkin meresepkan "penurun kolesterol" obat-obatan.

    Obat-obat ini memiliki manfaat perlindungan tambahan selain dari perbaikan profil mereka

    lipoprotein.

    Salah satu cara yang mungkin untuk mengurangi risiko penyakit jantung adalah menjaga

    kolesterol total di bawah 150.

    Penelitian telah menunjukkan bahwa diet yang mencakup dark chocolate, almond, ikan,

    anggur, buah-buahan, sayuran, dan bawang putih dapat meningkatkan harapan hidup dan

    menurunkan resiko penyakit kardiovaskular.

    Studi dari sel-sel jantung individu menunjukkan bahwa asam lemak diblokir natrium

    berlebihan dan arus kalsium di dalam hati, yang jika tidak dapat menyebabkan berbahaya,

    perubahan tak terduga dalam ritmenya. Ada juga bukti bahwa mengurangi jumlah natrium

    dalam makanan mengurangi risiko kejadian kardiovaskular lebih dari 25%.

    DISLIPIDEMIA

    DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI DISLIPIDEMIA

    Definisi

    Dislipide,ia adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan

    trigliserida; disertai dengan penurunan kolesterol HDL.

    Faktor resiko Dislipidemia :

    Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia

    Obesitas

    Diet kaya lemak

    Kurang melakukan olah raga

    Penggunaan alkohol

    Merokok

    Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

    Kelenjar tiroid yang kurang aktif.

    Etiologi dan Patogenesis

    Lipid diangkut dalam plasma sebagai komponen dari lipoprotein kompleks. Liporpotein adalah

    partikel kompleks yang berbentuk spherical yang terbuat dari ratusan molekul lipid dan protein.

    Protein yang dikenal dengan sebutan apolipoprotein menempati permukaan lipoprotein. Ada

    beberapa jenis lipoprotein, berdasarkan densitas, komposisi, ukuran dan mobilitas elektroforesisnya,

    lipoprotein diklasifikasikan menjadi :

    1. Kilomikron : lipoprotein yang mengangkut trigliserida yang berasal dari makanan dari usus kecil ke

    dalam plasma melalui pembuluh limfe.

    2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) : lipoprotein yang mengangkut sintesis kolesterol dan

    trigliserida endogen.

    3. LDL (Low Density Lipoprotein): lipoprotein yang mengangkut kolesterol ke reseptor LDL pada sel

    hepar dan sel jaringan perifer, sehingga kolesterol dapat digunakan untuk kepentingan sel-sel

    tersebut.

    4. HDL : lipoprotein yang mengangkut kolesterol dari jaringan perifer kembali ke hepar.

  • Terdapat 3 jalur utama yang bertanggung jawab dalam pembentukan dan pengangkutan lipid dalam

    tubuh.

    1. Jalur eksogen ; lipid yang berasal dari makanan mengalami proses pencernaan dan penyerapan,

    kemudian diangkut dalam bentuk kilomikron dalam sel-sel epitel usus halus. Kilomikron masuk ke

    dalam darah melalui pembuluh limfa usus. Di dalam pembuluh darah, trigliserid dalam kilomikron

    akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang berasal dari endotel menjadi

    asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali di jaringan lemak

    (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi

    bahan untuk pembentukan triglisserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar

    trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke

    hepar.

    2. Jalur endogen: trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hepar akan disekresikan ke dalam

    sirkulasi sebagai VLDL. Dalam sirkulasi, VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase

    (LPL) menjadi asam lemak dan gliserol, kemudian VLDL menjadi IDL (Intermediate Density

    Lipoprotein), suatu lipoprotein yang lebih kecil dan lebih padat. Sebagian dari IDL akan kembali ke

    hepar ditangkap oleh reseptor LDL, partikel IDL yang lainnya dihidrolisis menjadi LDL. Sebagian dari

    kolesterol di LDL akan dibawa ke hepar dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal,

    testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor LDL juga. LDL merupakan pembawa utama kolesterol

    dalam sirkulasi tubuh.

    3. Jalur Reverse Cholesterol Transport: suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali

    ke hepar. HDL merupakan lipropotein yang berperan pada jalur ini.

    Diposkan oleh arasy_blog di 00:12

    Diet Penyakit Dislipidemia dan Hipertensi

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan akan masalah gizi.

    Masalah gizi terbagi dua, yaitu kelebihan (kegemukan dan obesitas) dan kekurangan

    (gizi kurang dan gizi buruk) zat gizi. Kegemukan dapat terjadi pada berbagai

    kelompok usia dan jenis kelamin, begitu pula gizi kurang dan gizi buruk. Orang

    sering kali menyamakan pengertian kegemukan dengan obesitas, namun kedua

    istilah tersebut merupakan hal yang berbeda walaupun sama-sama menggambarkan

    kelebihan berat tubuh. Kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh

    normal, sementara obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat

    tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25%

    dari berat tubuh (Rimbawan 2004).

    http://www.blogger.com/profile/11337049157041441050http://arasykasumo.blogspot.com/2009/05/dislipidemia.html
  • Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria.

    Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar

    25 - 30 % pada wanita dan 18 - 23 % pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih

    dari 30 % dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25 % dianggap mengalami

    obesitas. Dengan kata lain seseorang yang memiliki berat badan 20 % lebih tinggi

    dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal, dianggap mengalami

    obesitas.

    Kelainan fraksi lipid karena lemak berlebih akan menimbulkan penyakit yang

    menggangu kesehatan. Penyakit ini sering di sebut dengan penyakit dislipidemia.

    Dislipidemia sering dikaitkan dengan salah satu penyebab hipetensi yang akan

    dapat mempengaruhi kerja jantung. Hipertensi atau sering dinamakan penyakit

    tekanan darah tinggi menyerang pada usia rata-rata diatas 30 tahun. Penyakit ini

    sering muncul ditandai dengan pusing, kunang-kunang, dan bahkan jika sudah

    parah akan menyebabkan koma hingga kematian.

    Hipertensi dan dislipidemia dapat menimbulkan masalah fisiologis, emosional, sosial dan psikologis. Dampak fisiologis yang ditimbulkan adalah meningkatnya risiko berbagai jenis penyakit. Oleh karena itu, perlunya pengaturan diet khusus yang dapat mengatasi penyakit yang mengganggu kesehatan tubuh, yaitu diet energi rendah tinggi serat dan diet garam rendah. Diet energi rendah tinggi serat adalah diet yang kandungan energinya di bawah kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat yang bermanfaat dalam proses penurunan berat badan dan mengurangi asupan garam.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Gambaran Umum Hipertensi dan Dislipidemia

    Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

    sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi

    lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

    diastolik 90 mmHg (Sheps 2005). Selain itu, hipertensi juga dapat diartikan sebagai

    peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal.

    Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari

    resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler 2002)

    Faktor resiko peyakit hipertensi diantaranya yaitu faktor usia, jenis kelamin,

    riwayat keluarga, asupan garam, kebiasaan merokok, aktivitas tubuh dan stress.

    Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya

    umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi karena terjadi perubahan

  • alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormone

    (Julianti, Nurjana dan Soetrisno 2005). Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya

    terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi

    penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55

    tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause (Gunawan 2001). Riwayat

    keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi

    hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan (Astawan 2002). Garam

    mempunyai sifat menahan air sehingga mengkonsumsi garam lebih atau makan-

    makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah

    (Wijayakusuma 2000).

    Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

    peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

    paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar

    trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis

    semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang

    lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus

    dikenal sebagai Triad Lipid (Perki 1995). Faktor utama peningkatan kadar kolesterol

    dalam darah adalah keturunan dan asupan lemak tinggi (Almatsier 2004).

    Etiologi Hipertensi dan Dislipidemia

    Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan

    denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka

    peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat

    menyebabkan hipertensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat

    rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA.

    Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila

    terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan sebagai akibat

    gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang

    berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran

    darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan

    volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga

    terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah (Corwin 2000).

    Peningkatan Total Periperial Resistence sebagai akibat peningkatan

    rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, serta responsivitas yang berlebihan

  • dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan

    penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence,

    jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan

    tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang

    menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya

    berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik (Hayenset al. 2003).

    Etiologi dislipidemia diklasifikasikan menjadi dislipidemia primer dan

    dyslipidemia sekunder. Dislipidemia primer merupakan dislipidemia yang disebabkan

    oleh faktor keturunan. Sedangkan dislipidemia sekunder merupakan dislipidemia

    yang disebabkan oleh usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, hormon, obesitas, menu

    makanan terlalu banyak lipid, kurang aktivitas tubuh, konsumsi alkohol, kebiasaan

    merokok, diabetes, dan lain-lain (Anonim 2010).

    Patofisiologi Hipertensi dan Dislipidemia

    Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

    terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula

    jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

    kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan

    pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

    saraf simpatis ke ganglia simpatis.

    Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

    respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan

    hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin meskipun tidak diketahui dengan

    jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin 2000). Pada saat bersamaan dimana

    sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,

    kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

    Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks

    adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon

    vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran

    darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

    angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II yang merangsang

    sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium

    dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua

    faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi (Dekker 1996).

  • Pada dislipidemia terjadi kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai

    oleh kenaikan kadar kolesterol (hiperkolesteramia), atau trigliserida

    (hipertrigliserida), atau kombinasi dari keduanya. Kenaikan kadar lemak darah dapat

    terjadi karena kenaikan sintesis atau sekunder akibat adanya penyakit lain yang

    mendasarinya seperti ateriosklerosis (Brown dan Goldstein 1987). Pada

    ateriosklerosis faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding

    pembuluh darah adalah adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel,

    gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik), gangguan degrasi oleh

    lisosom lipoprotein, dan perubahan permeabilitas endotel.

    Gejala dan Tanda Hipertensi dan Dislipidemia

    Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah

    yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,

    eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,

    edema pupil (edema pada diskus optikus) (Wijayakusuma 2000 ). Lebih lanjut

    Corwin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah

    mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-

    kadang disertai mual dan muntah sebagai akibat peningkatan tekanan darah

    intrakranial.

    Dislipidemia sendiri tidak menimbulkan gejala tetapi dapat mengarah ke

    penyakit jantung dan pembuluh, seperti penyakit jantung koroner dan penyakit

    pembuluh arteri perifer. Trigliserida tinggi dapat menyebabkan pankreatitis akut.

    Kadar LDL yang tinggi dapat menyebabkan xanthelasma kelopak mata, arcus

    corneae (Anonim 2011).

    Pengobatan, Perawatan dan Pencegahan

    Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga

    dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang

    menderita hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok,

    mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Sedangkan

    yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Mayo

    2005).

    Penatalaksanaan dislipidemia mencakup non-medikamentosa (tanpa obat) dan medikamentosa (dengan obat-obatan). Penatalaksanaan yang paling penting adalah tanpa obat. Pasien melakukan perubahan gaya hidup dengan cara diet yang baik dengan komposisi makanan seimbang, latihan jasmani (aerobik), penurunan berat badan bagi yang gemuk (obesitas), menghentikan kebiasaan merokok dan

  • minuman alkohol. Apabila dengan tatalaksana diatas gagal maka dapat diberikan tatalakasana dengan obat yang dapat menurunkan lipid seperti obat-obatan golongan statin, resin (kolestiramin), asam nikotinat, asam fibrat dan penghambat absorbsi kolesterol. Sebagai contoh bila setelah memeriksakan kadar lipid mendapat hiperkolesterolemia dapat diberikan statin atau resin maupun dikombinasi. Bila terdapat banyak peningkatan pada profil lipid dapat diberikan statin atau kombinasi statin dengan asam nikotinat. Apabila hanya triglisrida yang meningkat dapat diberikan golongan asam fibrat (Doengoes dan Marilynn 2000). III. TUJUAN DAN SYARAT DIET MENURUNKAN BERAT BADAN

    Tujuan Diet 1. Menurunkan berat badan bila kegemukan.

    2. Mengubah jenis dan asupan lemak makanan.

    3. Menurunkan asupan kolesterol makanan.

    4. Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat

    sederhana.

    5. Mencegah penimbunan garam dan air.

    6. Mencapai pola pangan makanan yang sehat.

    Syarat Diet

    1. Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktivitas fisik, bila

    kegemukan, penurunan berat badan dapat dicapai dengan asupan energi rendah

    dan meningkatkan aktivitas fisik.

    2. Lemak sedang,

  • tumbuk/beras merah, pasta, macaroni, roti tinggi serat (whole wheat bread), cereal, ubi, kentang, kue buatan sendiri dengan menggunakan sedikit minyak/lemak tak jenuh.

    diolah menggunakan garam berlebih, pastries, biskuit, krekers berlemak, dan kue-kue berlemak lain.

    Sumber protein hewani

    Ikan, unggas tanpa kulit, daging kurus, putih telur, susu skim, yoghurt rendah lemak, dan keju rendah lemak.

    Daging gemuk, daging kambing, daging babi, jeroan, otak, sosis, sardine, kuning telur (batasi hingga 3 butir/minggu), telur yang diawet dengan garam, susu kental manis, krim, yoghurt dari susu penuh, keju, dan es krim.

    Sumber protein nabati Tempe, tahu, dan kacang-kacangan.

    Kacang-kacangan yang diolah dengan santan dan dan garam serta digoreng dengan minyak jenuh

    Sayuran

    Semua sayur dalam bentuk segar, direbus, dikukus, disetup, ditumis menggunakan minyak jagung, minyak kedelai atau margarine tanpa garam yang dibuat dari minyak tidak jenuh ganda: dimasak dengan santan encer.

    Sayuran yang dimasak dengan mentega, minyak kelapa atau minyak kelapa sawit dan santan kental serta diolah dengan garam.

    Buah Semua buah dalam keadaan segar atau bentuk jus.

    Buah yang diawet dengan gula, seperti buah kaleng dan buah kering

    Sumber lemak

    Minyak jagung, kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan wijen; margarine tanpa garam yang dibuat dari minyak tidak jenuh ganda.

    Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit; mentega, margarine, kelapa, santan, dan krim.

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bahan pangan yang dapat dikonsumsi

    pada penderita hipertensi dan dislipidemia adalah sebagian besar adalah bahan

    pangan yang berserat tinggi. Karena bahan makanan yang berserat tinggi dapat

    mengurangi rasa lapar kita setelah makan sehingga dapat mencegah makan

    makanan yang berlemak banyak. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi adalah

    makanan yang mengandung minyak yang banyak dan santan kental.

    Management of Dyslipidemia in Adults

    SYED M. AHMED, M.D., M.P.H., DR.P.H., MARK E. CLASEN, M.D., PH.D., and JOHN

    F. DONNELLY, M.D., Wright State University School of Medicine, Dayton, Ohio

    Am Fam Physician. 1998 May 1;57(9):2192-2204.

    See related patient information handout on high lipid levels, written by the authors of this

    article.

    http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2207
  • This article exemplifies the AAFP 199798 Annual Clinical Focus on prevention and

    management of cardiovascular disease.

    The importance of treating dyslipidemias based on cardiovascular risk factors is highlighted

    by the National Cholesterol Education Program guidelines. The first step in evaluation is to

    exclude secondary causes of hyperlipidemia. Assessment of the patient's risk for coronary

    heart disease helps determine which treatment should be initiated and how often lipid

    analysis should be performed. For primary prevention of coronary heart disease, the treatment

    goal is to achieve a low-density lipoprotein (LDL) cholesterol level of less than 160 mg per

    dL (4.15 mmol per L) in patients with only one risk factor. The target LDL level in patients

    with two or more risk factors is 130 mg per dL (3.35 mmol per L) or less. For patients with

    documented coronary heart disease, the LDL cholesterol level should be reduced to less than

    100 mg per dL (2.60 mmol per L). A step II diet, in which the total fat content is less than 30

    percent of total calories and saturated fat is 8 to 10 percent of total calories, may help reduce

    LDL cholesterol levels to the target range in some patients. A high-fiber diet is also

    therapeutic. The most commonly used options for pharmacologic treatment of dyslipidemia

    include bile acidbinding resins, HMG-CoA reductase inhibitors, nicotinic acid and fibric

    acid derivatives. Other possibilities in selected cases are estrogen replacement therapy,

    plasmapheresis and even surgery in severe, refractory cases.

    Dyslipidemias are disorders of lipoprotein metabolism, including lipoprotein overproduction

    or deficiency. These disorders may be manifested by elevation of the serum total cholesterol,

    low-density lipoprotein (LDL) cholesterol and triglyceride concentrations, and a decrease in

    the high-density lipoprotein (HDL) cholesterol concentration.

    Epidemiologic, angiographic and postmortem studies have documented a causal relationship

    between elevated serum cholesterol levels and the genesis of coronary heart disease.

    Angiographic studies show that aggressive cholesterol reduction by a variety of methods, as

    opposed to dietary modifications alone, results in increased rates of plaque regression and

    stabilization.1 Treatment with cholesterol-lowering drugs appears to be accompanied by a

    reduction in the lipid content of atherosclerotic plaques, thereby making them more stable

    and less prone to rupture.2,3 The Scandinavian Simvastatin Survival Study4 demonstrated a

    30 percent reduction in total mortality in simvastatin-treated patients with coronary heart

    disease as compared with patients not receiving this agent. In a primary prevention trial,5

    patients treated with pravastatin showed a 26 percent reduction in LDL cholesterol levels and

    a 31 percent reduction in coronary events (nonfatal myocardial infarction or death from

    coronary heart disease) as compared with the placebo group.

    Even after recognizing the controversies surrounding cholesterol screening and therapy,6,7

    most experts emphasize the importance of treating hypercholesterolemia.810 While

    guidelines for treating dyslipidemias may lack uniformity, much common ground exists for

    the management of dyslipidemias.11 The recommendations in this article are primarily based

    on the guidelines from the National Cholesterol Education Program (NCEP).12

    Diagnosis and Classification

    Secondary causes of dyslipidemia include hypothyroidism and a genetic predisposition, such

    as autosomal dominant familial hypercholesterolemia (Table 1).13 Triglyceride elevation

    may occur in association with diabetes mellitus, alcoholism, obesity and hypothyroidism.

    Dyslipidemias have been traditionally classified in accordance with the elevated lipoprotein

    http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b1http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b2http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b3http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b4http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b5http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b6http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b7http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b8http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b10http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b11http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b12http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-t1http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b13
  • classes (Table 2).14 Currently, genetic dyslipidemias are classified as familial

    hypercholesterolemia, familial combined hyperlipidemia and polygenic

    hypercholesterolemia.

    TABLE 1

    Selected Causes of Secondary Dyslipidemia

    Increased LDL cholesterol level

    Diabetes mellitus

    Hypothyroidism

    Nephrotic syndrome

    Obstructive liver disease

    Drugs

    Anabolic steroids

    Progestins

    Beta-adrenergic blockers (without intrinsic sympathomimetic action)

    Thiazides

    Increased triglyceride level

    Alcoholism

    Diabetes mellitus

    Hypothyroidism

    Obesity

    Renal insufficiency

    Drugs

    Beta-adrenergic blockers (without intrinsic sympathomimetic action)

    Bile acidbinding resins

    Estrogens

    Ticlopidine (Ticlid)

    Decreased HDL cholesterol level

    Cigarette smoking

    Diabetes mellitus

    Hypertriglyceridemia

    Menopause

    Obesity

    Puberty (in males)

    Uremia

    Drugs

    Anabolic steroids

    Beta-adrenergic blockers (without intrinsic sympathomimetic action)

    Progestins

    LDL = low-density lipoprotein; HDL = high-density lipoprotein.

    Adapted with permission from Schaefer EJ. Diagnosis and management of lipoprotein disorders. In:

    Rifkind BM, ed. Drug treatment of hyperlipidemia. New York: Dekker, 1991:1752.

    TABLE 2

    Fredrickson Classification of the Dyslipidemias*

    http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-t2http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b14
  • Phenotype Lipoprotein(s) elevated

    Serum cholesterol

    level

    Serum triglyceride

    level Atherogenicity

    I Chylomicrons Normal to None seen

    Iia LDL Normal +++

    Iib LDL and VLDL +++

    III IDL +++

    IV VLDL Normal to +

    V VLDL and

    chylomicrons

    Normal to +

    LDL = low-density lipoprotein; IDL = intermediate-density lipoprotein; VLDL = very-low-density

    lipoprotein; HDL = high-density lipoprotein; = mildly increased; = moderately increased;

    = severely increased; = very severely increased; + = mild to moderate

    atherogenicity; +++ = severe atherogenicity.

    *HDL cholesterol levels are not considered in the Fredrickson classification.

    Adapted from Fredrickson DS, Levy RI, Lees RS. Fat transport in lipoproteinsan integrated

    approach to mechanisms and disorders. N Engl J Med 1967;276:3442,94103,14856,21525,273

    81.

    The NCEP guidelines, however, are based on clinical cut points that indicate relative risk for

    coronary heart disease. Included in the guidelines is the general recommendation that total

    cholesterol and HDL cholesterol levels be measured every five years beginning at age 20 in

    patients who do not have coronary heart disease or other atherosclerotic disease. Both of

    these measurements may be obtained in the non-fasting state. The results of these

    measurements and the presence of other risk factors for coronary heart disease may demand a

    more comprehensive lipoprotein analysis (Table 3).12

    TABLE 3

    Coronary Heart Disease Risk Based on Risk Factors Other Than the LDL Level

    Positive risk factors

    Male 45 years

    Female 55 years or postmenopausal without estrogen replacement therapy

    Family history of premature coronary heart disease (definite myocardial infarction or sudden

    death before age 55 in father or other male first-degree relative or before age 65 in mother or

    other female first-degree relative)

    Current cigarette smoking

    Hypertension (blood pressure 140/90 mm Hg or patient is receiving antihypertensive drug

    therapy)

    HDL cholesterol level

  • High HDL cholesterol level (60 mg per dL [1.60 mmol per L])

    LDL = low-density lipoprotein; HDL = high-density lipoprotein.

    *Subtract one positive risk factor if negative risk factor is present.

    Adapted from National Cholesterol Education Program. Second report of the Expert Panel on

    Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (adult treatment panel II).

    Bethesda, Md.: National Cholesterol Education Program, National Institutes of Health, National

    Heart, Lung, and Blood Institute, 1993; DHSS publication no. (NIH) 93-3095:5.

    The LDL cholesterol level can be measured directly or can be calculated by using the

    Friedwald formula (measurement is expressed in milligrams per deciliter):

    This formula cannot be used when the triglyceride level is

    greater than 400 mg per dL (4.50 mmol per L) or when patients have type III

    hyperlipoproteinemia.

    While cholesterol levels are classified into desirable, borderline high-risk and high-risk

    categories (Table 4),12 decisions regarding the treatment of hypercholesterolemia are based

    on the LDL cholesterol level and the presence or absence of other risk factors for coronary

    heart disease. Two or three fasting LDL measurements must be averaged to classify the

    patient's risk.

    TABLE 4

    Risk Classification of Hypercholesterolemia in Patients Without Coronary Heart Disease

    Classification Total cholesterol level LDL cholesterol level HDL cholesterol level

    Desirable 200 mg per dL (5.15

    mmol per L)

  • Management

    The target LDL cholesterol value in patients with coronary heart disease or other

    atherosclerotic disease is 100 mg per dL (2.60 mmol per L) or lower. If the LDL level does

    not exceed 100 mg per dL in a patient with coronary heart disease, the patient should begin

    the step I diet, regularly participate in physical activity and stop smoking. Annual lipoprotein

    analysis is indicated for this group. Premenopausal women and men 35 years of age or

    younger with dyslipidemia but without other risk factors for coronary heart disease or a

    genetic predisposition are generally considered at low risk.

    The NCEP guidelines recommend that patients at higher risk of coronary heart disease

    receive more intensive interventions for dyslipidemia than patients at lower risk. Persons at

    highest risk for future coronary events have a history of coronary heart disease or

    extracoronary atherosclerotic disease. For all practical purposes, treatment of patients with

    multiple risk factors for coronary heart disease but without a history of coronary disease

    should be as aggressive as that for patients with coronary heart disease. As Oliver and

    colleagues stated,15 There is probably little realistic difference between those who have had

    a clinical event and those who have not. Thus, primary and secondary prevention are closely

    linked along this strategic continuum.

    Lifestyle Modifications

    The NCEP guidelines recommend dietary modification, exercise and weight control as the

    foundation of treatment of dyslipidemia.12 These basic interventions may provide sufficient

    treatment for up to 90 percent of persons with dyslipidemia according to the NCEP cut

    points.16 A reduction in total cholesterol by 1 percent may decrease a person's risk of

    developing coronary heart disease by 2 percent.17 Cessation of cigarette smoking and

    reduction of other modifiable risk factors are essential aspects of prevention of coronary heart

    disease.

    Exercise and Weight Reduction

    Obesity frequently elevates cholesterol levels in both very-low-density lipoprotein (VLDL)

    and LDL fractions, raises triglyceride levels, lowers HDL cholesterol levels, raises blood

    pressure and promotes glucose intolerance. Weight loss lowers total cholesterol and its LDL

    and VLDL fractions, lowers triglycerides and raises HDL cholesterol.18 Weight loss also

    lowers blood pressure and improves glycemic control.

    Patients are more likely to comply with exercise programs that are tailored to meet individual

    goals, interests and needs. Most patients benefit from aerobic exercise that targets large

    muscle groups, performed for 30 minutes four or more times a week.18 Shorter, but more

    frequent, aerobic exercise sessions provide similar benefits. Overweight patients should

    engage in low-intensity exercise more frequently and for longer durations.

    Alcohol Intake

    Alcohol exerts several effects on lipid levels, including raising the serum triglyceride and

    HDL cholesterol levels. Its effect on LDL cholesterol appears to be minimal. Since excessive

    alcohol causes numerous adverse effects, including hepatic toxicity, cardiomyopathy, motor

    http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b15http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b12http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b16http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b17http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b18http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b18
  • vehicle crashes and extensive psychosocial consequences, it is not recommended for the

    prevention of coronary heart disease.12

    Step I and Step II Diets

    Dietary therapy should be initiated in patients who have borderline-high LDL cholesterol

    levels (130 to 159 mg per dL [3.35 to 4.10 mmol per L]) and two or more risk factors for

    coronary heart disease and in patients who have LDL levels of 160 mg per dL (4.15 mmol per

    L) or greater. The objective of dietary therapy in primary prevention is to decrease the LDL

    cholesterol level to 160 mg per dL if only one risk factor for coronary heart disease is present

    and to less than 130 mg per dL if two or more risk factors are identified. In the presence of

    documented coronary heart disease, dietary therapy is indicated in patients who have LDL

    values exceeding 100 mg per dL (2.60 mmol per L), with the aim of lowering the LDL level

    to 100 mg per dL or less.

    The goal of dietary therapy is to reduce elevated total cholesterol and LDL cholesterol levels

    to the target values while maintaining a nutritious diet. In the average American diet, fat

    comprises about 35 percent of total calories, with saturated fat accounting for 13 to 14

    percent.12,18 Cholesterol intake averages about 360 mg per day in American men; daily

    cholesterol intake is less in American women.12 In a patient with coronary heart disease who

    eats an average American diet and then switches to the step II diet, LDL cholesterol levels

    can be reduced by 10 to 20 percent.19 However, some patients who strictly adhere to dietary

    therapy have only slight reductions in total cholesterol levels. Clinical trials consistently

    report that the lipid-lowering effects of dietary measures are greatest in persons with higher

    initial values of total cholesterol, LDL cholesterol and triglycerides.12,16,18

    Step I and step II diets are designed to progressively reduce intake of saturated fats,

    cholesterol and total calories to decrease lipoprotein values and promote weight loss in

    overweight persons (Table 5).12 Complex carbohydrates, rather than simple sugars, should

    be emphasized.

    TABLE 5

    Examples of Foods to Eat and Foods to Avoid in the Step I and Step II Diets

    Food group Foods to eat Foods to avoid

    Lean meat, poultry

    and fish (6 oz a day)

    Beef, pork, lamblean cuts,

    well-trimmed before cooking

    Beef, pork, lambregular, ground

    beef, fatty cuts, spare ribs, organ

    meats

    Poultry, without skin Poultry with skin, fried chicken

    Fish, shellfish Fried fish, fried shellfish

    Processed meat prepared from

    lean meat

    Regular luncheon meat

    Eggs (step I: 4 yolks

    per week; step II: 2

    yolks per week)

    Egg whites, cholesterol-free

    egg substitute

    Egg yolks (including eggs used in

    cooking and baking)

    Low-fat dairy products

    (2 to 3 servings a day)

    Milkskim, % or 1% low-fat

    milk, buttermilk

    Whole milk, 2% low-fat milk,

    imitation milk

    http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b12http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b12http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b18http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b12http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b19http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b12http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b16http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b18http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-t5http://www.aafp.org/afp/1998/0501/p2192.html#afp19980501p2192-b12
  • Food group Foods to eat Foods to avoid

    Nonfat or low-fat yogurt Whole-milk yogurt

    Low-fat or processed cheese Regular cheese

    Nonfat or low-fat cottage

    cheese

    Regular cottage cheese (4% fat)

    Frozen yogurt, ice milk Ice cream

    Low-fat coffee creamer, nonfat

    or low-fat sour cream

    Cream, half & half, whipping cream,

    regular sour cream

    Fats and oils (6 to 8

    teaspoons a day)

    Unsaturated oilssafflower,

    sunflower, corn, soybean,

    canola, olive, peanut

    Coconut oil, palm oil

    Margarinemade from

    unsaturated oils listed above,

    soft margarine

    Butter, lard, shortening, bacon fat,

    hard margarine

    Salad dressingsmade from

    unsaturated oils listed above,

    fat-free or low-fat dressing

    Salad dressingsmade with egg yolk,

    cheese, whole milk, sour cream

    Seeds and nuts, peanut butter Coconut

    Cocoa powder Milk chocolate

    Breads and cereals (6

    servings a day)

    Whole grain breads, English

    muffins, bagels, corn and flour

    tortillas

    Croissants, breads in which eggs, fat

    or butter are major ingredients

    Oat, wheat, corn and multigrain

    cereals, pasta, rice, dry beans

    and peas

    Most granolas

    Low-fat crackers (graham,

    animal-type, soda, melba toast,

    breadsticks)

    High-fat crackers

    Homemade baked goods

    containing unsaturated oils,

    skim or 1% milk, egg substitute

    Commercially baked biscuits,

    pastries, muffins containing whole

    milk, egg yolks, saturated oils

    Soups Low-fat and reduced-sodium

    varieties

    Soups containing whole milk, cream,

    meat fat, poultry fat, poultry skin

    Vegetables (3 to 5

    servings a day)

    Fresh, frozen or canned

    vegetables without added fat or

    sauce

    Fried vegetables or those prepared

    with butter, cheese or cream sauce

    Fruits (2 to 4 servings

    a day)

    Fresh, frozen, canned or dried

    fruits

    Fried fruit or fruit served with butter

    or cream sauce

    Sweets and modified-

    fat desserts

    Beverages, candy made without

    fat, gelatin

    Candy made with whole milk,

    chocolate, coconut oil, palm kernel

    oil, palm oil

    Frozen yogurt, sherbet, sorbet,

    ice milk, popsicles

    Ice cream

    Cookies, cake, pie, pudding

    prepared with egg substitute,

    skim or 1% milk, unsaturated

    oils

    Commercially baked pies, cakes,

    doughnuts, high-fat cookies prepared

    with egg yolks, whole milk, saturated

    oils

  • Reprinted from National Cholesterol Education Program. Second report for the Expert Panel on

    Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (adult treatment panel II).

    Bethesda, Md.: National Cholesterol Education Program, National Institutes of Health, National

    Heart, Lung, and Blood Institute, 1993; DHHS publication no. (NIH) 93-3095:5.

    The step I diet limits calories derived from saturated fats to 8 to 10 percent of total calories

    and cholesterol to less than 300 mg per day. The step II diet further restricts calories from

    saturated fats to less than 7 percent of total calories and restricts cholesterol intake to less

    than 200 mg per day. For both diets, it is recommended that monounsaturated fats constitute

    no more than 15 percent of total calories and polyunsaturated fats no more than 10 percent of

    total calories. Monounsaturated fats, such as those found in peanuts, almonds and canola oil,

    appear to have less of an adverse effect on the HDL cholesterol level than polyunsaturated

    fats. Omega-3 fatty acids, which are polyunsaturated fatty acids found in many fish, have

    been shown to reduce serum triglyceride concentrations. They have only a minor effect on

    LDL cholesterol in patients with normal triglyceride levels. The benefits of fish oils and other

    omega-3 fatty acid supplements are presently under investigation. The NCEP guidelines do

    not routinely recommend use of fish oils, although the consumption of fish is recommended

    in both step I and step II diets.

    Many patients with hyperlipidemia may already have adopted eating patterns similar to those

    of the step I diet. The cholesterol-lowering effects of the step I diet in such patients will likely

    be modest. The more stringent step II diet requires close inspection to ensure that the patient

    maintains a nutritious diet. The NCEP guidelines recommend consultation with a registered

    dietitian for patients following the step II diet.

    The step I diet has been shown to lower the total serum cholesterol level by 3 to 14 percent,

    while the step II diet may lower the total cholesterol level an additional 3 to 7 percent.12 Not

    all studies, however, have reported similar reductions. Hence, patients should be informed

    that even with strict adherence to the step I diet, a step II diet may be needed to effect

    significant improvement in the lipid profile. Obese patients who lose weight may have greater

    reductions in the total cholesterol level. The NCEP recommends evaluating the patient's

    response to dietary therapy by monitoring the total cholesterol level after six weeks and 12

    weeks of the step I diet.

    In primary prevention of coronar