169314559-46506200-laporan-hidrologi-2003

Upload: heri-kiswanto-karim

Post on 14-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    1/30

    2.1. ANALISA DATA HUJAN

    Data Hujan sangat diperlukan dalam setiap analisa hidrologi, terutama untuk

    menghitung Debit banjir rancangan baik secara empiris maupun model matematik.

    Perhitungan debit banjir rancangan menggunakan data hujan yang diperoleh dari 2

    (dua) stasiun pengamatan hujan mulai tahun 1985 sampai dengan tahun 2004. Stasiun

    pengamatan yang berpengaruh terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS)

    bendung .............. (Sungai ..............) adalah :

    - ..

    - ..

    -

    -

    Curah Hujan Daerah Pengamatan

    Besarnya curah hujan rata-rata daerah pengamatan dihitung dengan Metode

    Polygon Thiessen. Metode ini dianggap baik karena mempertimbangkan daerah

    pengaruh tiap titik pengamatan.

    Curah hujan daerah pengamatan dapat dihitung dengan persamaan

    R =nA...3

    A2

    A1

    A

    nAnR...3A

    3R

    2A

    2R

    1A

    1R

    ++++

    ++++

    R =totalA

    nAnR...3A

    3R

    2A

    2R

    1A

    1R ++++

    dengan,

    R = curah hujan daerah pengamatan

    R1, R2, Rn = curah hujan di tiap titik pengamatann = bagian titik pengamatan

    A1, A2, An = luas bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan

    Untuk perhitungan debit banjir rancangan digunakan data hujan yang berpengaruh

    pada Daerah Aliran Sungai (DAS) bendung .............., hanya ada 2 (dua) Stasiun

    yaitu :

    1.Stasiun Lebaksiu No. 47

    2.Stasiun Sirampok No. 57

    Data yang tersedia masing-masing selama 20 tahun (1985 2004).

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    2/30

    Kemudian dari stasiun-stasiun yang berpengaruh terhadap DAS

    bendung .............. tersebut, dengan menggunakan cara Polygon Thessen

    didapat faktor pengaruh stasiun hujan sebagai berikut :

    Tabel 2.1.

    Faktor Pengaruh Stasiun hujan di DAS .................. Dengan Metode Polygon

    Thiessen (Luas DAS = ............ km2)

    NO. STASIUN HUJANPOLYGON THIESSEN FACTOR

    Prosentase (%) Luas DAS (km2)

    1. 63,36 8,44

    2. 36,64 4,88

    Jumlah 100,00 13,32

    Kualitas Data

    Dalam analisis curah hujan diperlukan data lengkap dalam arti kualitas dan

    panjang periode data. Data curah hujan umumnya, dikarenakan sesuatu sebab,

    ada yang hilang atau dianggap kurang panjang jangka waktu pencatatannya.

    Untuk mengantisipasinya digunakan Metode Reciprocal dimana metode ini

    menggunakan data curah hujan referensi dengan mempertimbangkan jarak stasiun

    yang akan dilengkapi datanya dengan stasiun referensi tersebut atau dengan

    persamaan matematis sebagai berikut.

    Hh =

    ++

    +

    +

    ++

    +

    +

    2n

    23

    22

    21

    2n

    rn

    23

    r3

    22

    r2

    21

    r1

    L

    1...

    L

    1

    L

    1

    L

    1

    L

    H...

    L

    H

    L

    H

    L

    H

    dimana,

    Hh = hujan di stasiun yang akan dilengkapi

    H1 Hn = hujan di stasiun referensiL1 Ln = jarak stasiun referensi dengan data stasiun yang dimaksud

    Kualitas data yang ada cukup memadai sehingga tidak banyak diperlukan

    kelengkapan data dari stasiun referensi.

    2.2. METODE PERHITUNGAN ANALISIS

    Hujan rancangan merupakan kemungkinan tinggi hujan yang terjadi dalam kala ulang

    tertentu sebagai hasil dari suatu rangkaian analisis hidrologi yang biasa disebut

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    3/30

    analisis frekuensi curah hujan.

    Analisis frekuensi sesungguhnya merupakan prakiraan (forecasting) dalam arti

    probabilitas untuk terjadinya suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan

    rancangan yang berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untukantisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Analisis frekuensi ini dilakukan

    dengan menggunakan agihan kemungkinan teori probability distribution dan yang

    biasa digunakan adalah Agihan Normal, Agihan Log Normal, Agihan Gumbel dan

    Agihan Log Pearson type III.

    Secara sistematis perhitungan hujan rancangan ini dilakukan secara berurutan

    sebagai berikut:

    1. Penentuan Parameter Statistik

    2. Pemilihan Jenis Sebaran

    3. Uji Kebenaran Sebaran4. Perhitungan Hujan Rancangan

    1. Penentuan Parameter Statistik

    Parameter yang digunakan dalam perhitungan analisis frekuensi meliputi

    parameter nilai rata-rata (X bar), simpangan baku (Sd), koefisien variasi (Cv)

    koefisien kemiringan (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck).

    Perhitungan parameter tersebut didasarkan pada data catatan tinggi hujan

    harian maksimum 20 tahun terakhir dan untuk memudahkan perhitungan maka

    proses analisisnya dilakukan secara matriks dengan menggunakan tabel.

    Sementara untuk memperoleh harga parameter statistik dilakukan perhitungandengan rumus dasar sebagai berikut :

    Xbar =n

    X

    Sd =( )

    1n

    2

    barXX

    Cv =bar

    X

    Sd

    Cs =

    ( )

    ( )( ) ( ) ( )2n1n2

    n.

    23

    2barXX

    n1

    3barXX

    n1

    Ck =

    ( )

    ( )( ) ( ) ( ) ( )3n2n1n2

    n.

    22

    barXXn1

    4barXX

    n1

    dimana,

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    4/30

    X bar = tinggi hujan harian maksimum rata-rata selama n tahun

    X = jumlah tinggi hujan harian maksimum selama n tahun

    n = jumlah tahun pencatatan data hujan

    Sd = simpangan baku

    Cv = koefisien variasi

    Cs = koefisien kemiringan

    Ck = koefisien kurtosis

    Lima parameter statistik di atas akan menentukan jenis agihan yang akan

    digunakan dalam analisis frekuensi.

    2. Pemilihan Jenis Sebaran

    Penentuan jenis sebaran akan digunakan untuk analisis frekuensi dengan

    beberapa asumsi sebagai berikut :

    Jenis sebaran Normal, apabila Cs = 0 dan Ck = 3

    Jenis sebaran Log Normal, apabila Cs (lnx) = 0 dan Ck (lnx) = 3

    Jenis sebaran Log Pearson type III, apabila Cs (lnx) > 0 dan

    Ck (lnx) = 1(Cs (Lnx)2)2 +3

    Jenis sebaran Gumbell, apabila Cs = 1,14 dan Ck = 5,40

    Dari parameter statistik yang ada, apabila tidak dapat memenuhi kondisi untuk

    kelima jenis agihan atau sebaran seperti tersebut di atas, maka selanjutnyadipilih yang paling mendekati.

    3. Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi

    Dengan kemungkinan tingkat kesalahan yang cukup besar, maka untuk

    mengetahui tingkat pendekatan dari agihan terpilih selanjutnya dilakukan uji

    kecocokan data (testing at goodness of fit) dengan menggunakan cara Uji Chi

    Kuadrat (Chi Square) dan Uji Smirnov Kolmogorov.

    Distribusi yang dipilih dan dianggap tidak cocok menurut Uji Chi Kuadrat adalah

    apabila harga X2 melewati harga X2 kritik, sementara menurut Uji Smirnov

    Kolmogorov, yaitu apabila harga penyimpangan maksimum (Dmaks) lebih besar

    dari harga penyimpangan kritik (Dkritik).

    4. Perhitungan Hujan Rancangan

    Dilakukan dengan menggunakan cara Analisis Frekuensi untuk agihan atau jenis

    sebaran terpilih.

    Analisis frekuensi dapat dilakukan secara matematis aljabar dan secara grafis.

    Penggunaan cara grafis dilakukan dengan plotting data hujan pada kertas grafis

    sesuai dengan agihan yang digunakan.

    Perhitungan secara grafis ini memungkinkan terjadi kesalahan yang

    banyak, sehingga untuk mengetahui tingkat pendekatan dari hasil penggambaran

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    5/30

    tersebut dilakukan uji kecocokan data dengan cara dan langkah-langkah

    pengujian sebagaimana diuraikan di atas. Sementara penggunaan cara matematis

    aljabar yang mampu memberikan hasil lebih teliti dapat dilakukan dengan

    langkah-langkah sebagai berikut.

    Analisis Frekuensi NormalKoefisien Skewness Cs = 0

    Koefisien Kurtosis Ck = 3

    Rumus Umum

    Rt = X + k

    dengan,

    Rt = tinggi hujan untuk periode ulang t tahun (mm)

    k = faktor frekuensi untuk Agihan Normal (tabel)X = harga rata-rata data hujan (mm)

    Tabel 2.2. Faktor Frekuensi untuk Agihan Normal

    Probability

    of exceedance

    (percent)

    K

    Probability

    of exceedance

    (percent)

    K

    0.12 3.09 50 0

    0.5 2.58 55 -0.13

    1 2.33 60 -0.25

    2.5 1.96 65 -0.38

    5 1.64 70 -0.52

    10 1.28 75 -0.67

    15 1.04 80 -0.84

    20 0.84 85 -1.04

    25 0.67 90 -1.28

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    6/30

    30 0.52 95 -1.64

    35 0.38 97.5 -1.96

    40 0.25 99 -2.33

    45 0.13 99.5 -2.58

    50 0 99.9 -3.09

    Analisis Frekuensi Log Normal

    Agihan Log Normal yang dimaksud adalah agihan dengan dua parameter

    yaitu n dan n2 dimana masing-masing adalah harga tengah dan variasiuntuk logaritma dari variabelnya, fungsi kerapatan kemungkinan (probability

    density function) adalah sebagai berikut :

    P(X) = 2X

    n

    nexp {- (ln X - n

    2

    )}

    dengan,

    n = ln 224

    +

    n2 = ln( )

    2

    42

    +

    sedangkan besarnya asimetrik (Skewness)

    = V3 + 3V

    dengan,

    V = / = (en21)2

    dan kurtosis,

    k = V8 + 6V6 + 15V4 + 16V2 + 3

    Variabel dapat didekati dengan nilai asimetri 3V dan selalu bertandapositif.

    Cara penyelesaian grafis, pencacahan sebarannya dapat dilakukan

    penggambaran pada kertas kemungkinan logaritma dan dibandingkan dengan

    garis kemungkinannya dari persamaan

    Xt = X + K

    dengan,

    Xt = besarnya variabel dengan jangka waktu ulang t tahun

    X = harga tengah (mean)

    K = faktor frekuensi Agihan Log Normal (tabel)

    = Standar Deviasi

    Tabel 2.3. Koefisien Variasi dengan jangka waktu ulang t tahun

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    7/30

    Cv

    RETURN PERIOD

    T tahun

    2 5 10 20 50 100

    0.050 -0.250 0.833 1.297 1.686 2.134 2.437

    0.100 -0.050 0.822 1.308 1.725 2.213 2.549

    0.150 -0.074 0.809 1.316 1.760 2.290 2.661

    0.200 -0.097 0.763 1.320 1.791 2.364 2.772

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    8/30

    0.250 -0.119 0.775 1.321 1.818 2.435 2.881

    0.300 -0.141 0.755 1.318 1.841 2.502 2.987

    0.350 -0.160 0.733 1.313 1.860 2.564 2.089

    0.400 -0.179 0.711 1.304 1.875 2.621 2.187

    0.450 -0.196 0.687 1.292 1.885 2.673 2.220

    0.500 -0.211 0.663 1.278 1.891 2.720 2.367

    0.550 -0.225 0.638 1.261 1.893 2.762 2.449

    0.600 -0.238 0.613 1.243 1.892 2.797 2.524

    0.650 -0.249 0.588 1.223 1.887 2.828 2.593

    0.700 -0.258 0.563 1.201 1.879 2.853 2.656

    0.750 -0.267 0.539 1.178 1.868 2.874 2.712

    0.800 -0.274 0.515 1.155 1.854 2.889 2.762

    0.850 -0.280 0.491 1.131 1.839 2.900 2.806

    0.900 -0.285 0.469 1.106 1.821 2.907 2.844

    0.950 -0.290 0.447 1.081 1.802 2.910 2.876

    1.000 -0.293 0.425 1.056 1.782 2.910 2.904

    Analisis Frekuensi Metode Gumbel

    Agihan ini merupakan agihan dari nilai-nilai ekstrim (maksimum dan

    minimum). Fungsi ini merupakan fungsi ksponensial ganda. Sifat khusus dari

    agihan ini adalah sebagai berikut.

    Parameter statistik Cs = 1,1396

    Ck = 5,4002

    Rumus umum :

    Rt = X +Sn

    Sx(Yr Yx)

    dengan,

    Rt = tinggi hujan untuk periode ulang t tahun (mm)

    X = harga rata-rata data hujan

    Sx = Reduced Standart Deviation sebagai fungsi dari dari banyaknya data

    Sn = Standart Deviasi

    Yr = Harga Reduced Variate (tabel)

    Yn = Harga rata-rata Reduced Variate (tabel)

    Analisis Frekuensi Log Pearson type III

    Terdapat 12 Agihan Pearson tetapi yang sering digunakan adalah Log

    Pearson Type III dalam analisis data hidrologi. Fungsi kerapatan

    kemungkinannya adalah :

    cx.ae

    c

    aX1(X)1Po(X)1P +=

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    9/30

    c =1

    14

    a = c

    c2

    c3

    Parameter statistik yang lain adalah :

    Harga Tengah (Mean) = Mode +c22

    c3

    Standart Deviasi = 2 c

    Skewness = l

    Dalam pemakaiannya untuk analisis data banjir maka oleh US Water

    Resources Council dianjurkan untuk menggunakan logaritma data (bukan

    datanya sendiri) untuk menghitung parameter-parameter statistik.

    Jadi prosedurnya adalah sebagai berikut :

    a. Transformasikan data aslinya ke dalam harga-harga logaritma atau

    mengubah bentuk X1, X2, , Xn menjadi bentuk ln X1, ln X2 , , ln Xn.

    b. Hitung harga tengah sebesar :

    ln (X) =

    n

    lnX

    n

    1ni

    =

    c. Hitung Standart Deviasi

    Si ={ }

    1n

    X)(lnXlnn

    1n

    2i

    =

    d. Hitung Asimetri

    Cs ={ }

    ( ) ( ) 3

    n

    1n

    3i

    2

    Si2n1n

    XlnXlnn

    =

    e. Hitung besarnya logaritma debit dengan jangka waktu yang dipilih

    ln Q = (ln X) + Gsi

    f. Besarnya curah hujan dapat diperoleh dengan mencari anti logaritma

    dari point e.

    2.3. HASIL ANALISIS DATA HUJAN

    Dari data hujan dilakukan pemilihan hujan harian maksimum dilakukan dengan

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    10/30

    memperhatikan tanggal kejadian hujan yang sama pada masing-masing stasiun.

    Untuk analisa rata-rata curah hujan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) menggunakan

    metode Polygon Thiessen. Dimana Metode Polygon Thiessen ditentukan dengan cara

    membuat poligon antar stasiun hujan pada suatu wilayah DAS kemudian tinggi hujanrata-rata daerah dihitung dari jumlah perkalian antara tiap-tiap luas poligon dan

    tinggi hujannya dibagi dengan luas seluruh DAS. Data hujan bulanan dan harian

    maksimum dapat dilihat pada tabel berikut :

    2.4. ANALISA DEBIT BANJIR RANCANGAN

    2.4.1. Distribusi Hujan

    Pengolahan Curah hujan rancangan menjadi debit banjir rancangan

    diperlukan curah hujan jam-jaman, terutama bila menggunakan cara

    perhitungan Hidrograf Satuan. Pada umumnya data hujan yang tersedia

    adalah data hujan harian (data yang tercatat secara akumulatif selama 24

    jam).

    Apabila tersedia data pencatatan hujan otomatis (Automatic RainfallRecorder, ARR) maka pola distribusi hujan jam-jaman dapat dibuat dengan

    menggunakan metode kurva massa untuk setiap kejadian hujan lebat

    dengan menggunakan waktu kejadian.

    Stasiun pencatatan hujan yang ada dan dipakai untuk DAS

    Bendung .............. ini masih menggunakan pencatatan manual (Sta.

    Lebaksiu No.47, Sta. Sirampok No.57), sehingga data yang didapat berupa

    pencatatan hujan harian (R24). Data hujan untuk perhitungan selanjutnya

    menggunakan catatan selama rentang waktu 1985 hingga 2004.

    2.4.2. Koefisien Pengaliran

    Koefisien pengaliran merupakan suatu variabel yang didasarkan pada kondisi

    daerah pengaliran dan karakteristik hujan jatuh di daerah tersebut. Adapun

    kondisi daerah pengaliran dan karakteristik yang dimaksud adalah :

    keadaan hujan

    luas dan bentuk daerah aliran

    kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai

    daya infiltrasi dan perkolasi tanah

    kebasahan tanah

    suhu udara dan angin serta evaporasi dan

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    11/30

    tata guna tanah

    Koefisien pengaliran seperti yang disajikan pada tabel berikut, di dasarkan

    dengan suatu pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung

    pada faktor faktor fisik, Kemudian Dr. Kawami menyusun sebuah rumus yangmengemukakan bahwa untuk sungai-sungai tertentu, koefisien itu tidak

    tetap, tetapi berbeda beda tergantung dari curah hujan.

    F = 1 R' / R = 1 f'

    dengan :

    f = koefisien pengaliran

    f' = laju kehilangan = s/Rst

    Rt = jumlah curah hujan (mm)

    R' = kehilangan curah hujan

    S = tetapan

    Berdasarkan jabaran rumus di atas, maka tetapan nilai koefisien pengaliran

    dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2.15. Angka Koefisien Pengaliran Daerah Aliran Sungai

    KONDISI DAS ANGKA PENGALIRAN

    Pegunungan curam 0.75 0.90

    Pegunungan tersier 0.70 0.80

    Tanah relief berat dan berhutan kayu 0.50 0.75

    Dataran pertanian 0.45 0.60

    Dataran sawah irigasi 0.70 0.80

    Sungai di pegunungan 0.75 0.85

    Sungai di dataran rendah 0.45 0.75

    Sungai besar yang sebagian alirannya berada didaerah dataran rendah.

    0.50 0.75

    Tabel 2.16. Rumus Koefisien Limpasan

    Daerah Kondisi Sungai Curah Hujan Koefisien Pengaliran

    Hulu f = 1 (15,7/Rt^3/4)

    Tengah Sungai biasa f = 1 (5,65/Rt^3/4)

    Tengah Sungai di zone lava f = 1 (7,20/Rt^3/4)

    Tengah Rt > 200 mm f = 1 (3,14/Rt^3/4)

    Hilir Rt < 200 mm f = 1 (6,60/Rt^3/4)

    2.4.3. Hujan Netto Efektif

    Hujan netto adalah bagian hujan total yang menghasilkan direct run off

    (limpasan langsung). Limpasan langsung ini terdiri atas surface run off

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    12/30

    (limpasan permukaan) dan interflow (air masuk dalam lapisan tipis di bawah

    permukaan tanah dengan permeabilitas rendah, yang keluar lagi di tempat

    yang lebih rendah dan berubah menjadi limpasan permukaan).

    Dengan menganggap bahwa proses transformasi hujan menjadi limpasanlangsung mengikuti proses linier dan tidak berubah oleh waktu, maka hujan

    netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut.

    Rn = C x R

    dengan :

    Rn = hujan netto (efektif)

    C = koefisien limpasan

    R = intensitas hujan

    2.4.4. Analisis Banjir

    2.4.4.1. Perhitungan Debit Banjir dengan Metode Gama I

    Satuan hidrograf sintetik Gama I dibentuk oleh tiga komponen

    dasar yaitu waktu naik (TR), debit puncak (Qp) dan waktu dasar

    (TB) dengan uraian sebagai berikut:

    Waktu Naik

    TR = 0,43

    3

    100SF

    L

    + 1,0665 SIM + 1,2775

    dengan,

    TR = waktu naik (jam)

    L = panjang sungai (km)

    SF = faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang

    sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua

    tingkat

    SIM = faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor

    lebar (WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA)

    WF = faktor lebar adalah perbandingan antara lebar DAS yang

    diukur dari titik di sungai yang berjarak L dan lebar DAS

    yang di-ukur dari titik yang berjarak L dari titik tempat

    pengukuran

    Debit Puncak

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    13/30

    Qp = 0,1836 A0,5886 JN0,2381TR-0,4008

    dengan,

    TR = waktu naik (jam)

    JN = jumlah pertemuan sungai

    Waktu Dasar

    TB = 27,4132 TR0,1457 S-0,0956 SN0,7344 RUA0,2574

    dengan,

    TB = waktu dasar (jam)

    S = landai sungai rata-rata

    SN = frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah

    segmen sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai

    semua tingkat

    TR = waktu naik (jam)

    RUA= luas DAS sebelah hulu (km2)

    Sketsa Penetapan WF Sketsa Penetapan RUA

    A

    X

    U

    WL

    WU

    CAu

    X A 0,25 L

    X U 0,75 L

    WF LW

    UW

    RUA A

    UA

    TR

    Qp

    TB

    Q(m3/det)

    t (jam)

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    14/30

    Hidrograf Satuan Metode Gama I

    Hujan efektif didapat dengan cara metode indeks yangdipengaruhi fungsi luas DAS dan frekuensi sumber SN dirumuskan

    sebagai berikut.

    = 10,4903 3,589.10-6 A2 + 1,6985.10-13 (A/SN)4

    dengan,

    = indeks (mm/jam)

    A = luas DAS (km2)

    SN = frekuensi sumber

    Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan

    jaringan sungai yang dirumuskan sebagai berikut :

    QB = 0,4751 A0,6444A D0,9430

    dengan,

    QB = aliran dasar (m3/det)

    A = luas DAS (km2)

    D = kerapatan jaringan sungai (km/km2)

    Waktu konsentrasi atau lama hujan terpusat dirumuskan sebagaiberikut :

    t = 0,1 L0,9 i-0, 3

    dengan,

    t = waktu konsentrasi / lama hujan terpusat (jam)

    L = panjang sungai (km)

    i = kemiringan sungai rata-rata

    2.4.4.2. Perhitungan Debit Banjir dengan Metode Haspers

    Analisis metode ini pada dasarnya merupakan metode empiris

    dengan persamaan umum

    Qn = C . . q . A

    1. Koefisien Aliran (C) dihitung dengan rumus

    C =0,7

    0,7

    A0,0751

    A0,0121

    ++

    dengan, A = luas DAS (km2)

    2. Koefisien Reduksi () dihitung dengan rumus

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    15/30

    ( )( ) 12

    Ax

    15t

    3,7.10t1

    1 0,75

    2

    0,4t

    +

    ++=

    dengan,

    = koefisien reduksi

    t = waktu konsentrasi (jam)

    A = luas DAS (km2)

    3. Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus

    t = 0,1 L0,9 i-0, 3

    dengan,

    t = waktu konsentrasi / lama hujan terpusat (jam)

    L = panjang sungai (km)

    4. Modul banjir maksimum menurut Haspers dirumuskan

    q =t3,6

    Rt

    Rt = R + Sx.U

    dengan,

    t = waktu konsentrasi / lama hujan terpusat (jam)

    R = curah hujan maksimum rata-rata (mm)

    Sx = simpangan baku (standart deviasi)

    U = variabel simpangan untuk kala ulang T tahun

    Rt = curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)

    5. Intensitas Hujan

    Untuk t < 2 jam

    Rt =( ) ( )224

    24

    t2R2600,00081t

    R.t

    +

    Untuk 2 < t < 19 jam

    Rt =1t

    R.t 24+

    Untuk 19 jam < t < 30 hari

    Rt = 0,707 . R24 t + 1

    dengan,t = waktu konsentrasi / lama hujan terpusat (jam)

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    16/30

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    17/30

    untuk waktu curah hujan dengan durasi 5 - 120 menit dengan

    kala ulang 2 100 tahun digunakan rumus

    RtT = R602 (0,35 lnT + 0,76)(0,54 tc0,25 0,5)

    denganRtT = hujan (mm) untuk durasi t menit yang sama dengan

    waktu konsentrasi tc untuk kala ulang T tahun.

    R602 = hujan untuk durasi 60 menit dengan kala ulang 2 tahun

    R602 dihitung dengan rumus Bell yang telah dimodifikasi

    Puslitbang Pengairan dan berlaku secara umum untuk seluruh

    daerah semi kering di Indonesia.

    R602 = 0,17 Rm M0,33

    dengan R60

    2 dan Rm dalam mmM dalam hari

    M antara 0 50 R antara 80 115

    Sementara untuk menghitung curah hujan dengan durasi atau tc

    lebih besar dari 120 menit dengan kala ulang 2 100 tahun

    digunakan rumus sebagai berikut :

    RtT = R602 (0,35 lnT + 0,76)(0,54 tc0,25 0,5) [0,18(1120)

    +1]

    4. Intensitas Hujan (iT)

    iT = RTtc

    dengan :

    iT = intensitas hujan (mm/jam)

    RT = curah hujan (mm)

    tc = waktu konsentrasi (jam)

    5. Koefisien Limpasan (C)

    Koefisien Limpasan dalam metode ini diperoleh dengan

    memperhatikan faktor iklim dan fisiografi yaitu dengan

    menjumlahkan beberapa koefisien C sebagai berikut.

    C = Ci + Ct + Cp + Cs + Cc

    dengan :

    Ci = komponen C oleh intensitas hujan yang bervariasi

    Ct = komponen C oleh kondisi topografi

    Cp = komponen C oleh tampungan permukaan

    Cs = komponen C oleh infiltrasi

    Cc = komponen C oleh penutup lahan

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    18/30

    Tabel. 2.17. Harga Komponen C oleh Faktor Intensitas Hujan

    Intensitas Hujan (mm/jam) Ci

    < 25

    25 - 50

    50 - 75

    > 75

    0,05

    0,15

    0,25

    0,30

    Tabel 2.18. Harga Komponen Ct oleh Faktor Topografi

    Kondisi Topografi Kemiringan (m/km) Ct

    Curam dan tidak rata

    Berbukit-bukit

    Landai

    Hampir datar

    200

    100 200

    50 100

    0 - 50

    0,1

    0,05

    0,05

    0,00

    Tabel 2.19. Harga Komponen Cp oleh Faktor Tampungan

    Kondisi Tampungan Permukaan Cp

    Daerah pengaliran, sedikit depresi permukaan

    Daerah pengaliran dengan sistem teratur

    Tampungan dan aliran permukaan berarti ada kolam

    berkontur

    Sungai berkelok-kelok dengan usaha pelestarian hutan

    0,1

    0,05

    0,05

    0,00

    Tabel 2.20. Harga Komponen Cs oleh Faktor Infiltrasi

    Kemampuan Infiltrasi Tanah K (cm/det) Cs

    Infiltrasi besar (tidak ada penutup lahan)

    Infiltrasi lambat (lempung)

    Infiltrasi sedang (loam)

    Infiltrasi cepat (pasir, tanah agregat baik)

    < 10-5

    10-5 10-6

    10-3 10-4

    10-3

    0,25

    0,20

    0,10

    0,05

    Tabel 2.21. Harga Komponen Cc oleh Faktor Penutup Lahan

    Tumbuhan Penutup pada Daerah Pengaliran Cc

    Tidak terdapat tanaman yang efektif

    Ada padang rumput yang baik 10%

    Ada padang rumput yang baik 50% ditanami atau banyakpohon

    0,25

    0,20

    0,10

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    19/30

    Ada padang rumput yang baik 90% hutan 0,05

    6. Debit Puncak Banjir (QT)

    QT =3,6

    AiC T

    dengan :

    QT = debit puncak banjir untuk periode ulang T tahun

    (m3/det)

    C = koefisien run off total

    iT = besar hujan untuk periode ulang T tahun (mm/jam)

    A = luas daerah tadah hujan (km2)

    2.4.4.4. Perhitungan Debit Banjir dengan Metode FSR Jawa Sumatera

    Metode ini merupakan suatu cara sederhana untuk

    memperdiksikan puncak banjir yang dirumuskan dalam penelitian

    selama dua tahun oleh suatu tim gabungan dari staf Direktorat

    Peyelidikan Masalah Air (DPMA) dan staf Institute of Hydrology

    England yang tersaji dalam Flood Design Manual for Java and

    Sumatera/IOH/DPMA tahun 1983.

    Parameter yang berpengaruh dalam menentukan perhitungan

    adalah sebagai berikut :

    1. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan variabel AREA (km2)

    2. Rerata curah hujan maksimum tahunan terpusat selama 24

    jam, PBAR (mm) dengan melihat peta isohyet Jawa Tengah

    yang paling aktual.

    3. Faktor reduksi areal sebagai fungsi DAS, AFR (lihat tabel)

    4. Jarak terbesar dari tempat pengamatan sampai batas terjauh

    di DAS diukur sepanjang sungai, MSL (km)

    5. Beda tinggi antara titik pengamatan dengan ujung sungai, H

    (m)

    6. Indeks kemiringan, SIMS (m/m)

    SIMS = H/MSL

    7. Indeks danau, LAKE (tampungan dengan proporsi dari DAS)

    LAKE = luas DAS di atas waduk/AREA

    8. Eksponen AREA, V

    V = 1,02 0,0275 log (AREA)

    9. Rata-rata curah hujan maksimum tahunan, APBAR

    APBAR = PBAR x ARF

    10. Debit maksimum rata-rata tahunan, MAF (m3/det)

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    20/30

    MAF = 8 . 10-6 x AREAV x APBAR2,445 x SIMS0,117 x

    (1 + LAKE)-0,85

    11. Growth Factor, GF (T.AREA)

    12. Debit banjir, Q1

    Q1 = GF (T.AREA) . MAF

    2.4.4.5. Perhitungan Debit Banjir dengan Metode Nakayasu

    Bentuk unit hidrograf secara umum ditentukan oleh curah hujan

    dalam waktu tertentu (unit duration atau standart duration), maka

    perlu diperhatikan bagaimana curah hujan harian dapat dipecah-

    pecahkan menjadi sejumlah komponen curah hujan yang sesuai

    dengan unit duration atau standart duration yang ditentukandalam teori yang dipakai.

    R0 =t

    R24

    Rt =32

    0T

    5R

    dengan,

    R0 = hujan rata-rata setiap jam (mm/jam)

    Rt = intensitas hujan dalam T jam(mm/jam)

    R24 = hujan harian efektif (mm)T = waktu dari mulai hujan (jam)

    t = waktu konsetrasi hujan (jam)

    Parameter unit hidrograf yang dimaksud di atas adalah angka-

    angka tertentu yang menentukan bentuk hidrograf.

    Tg = time lag, yaitu waktu antara titik berat hujan dan titik

    berat hidrograf

    Tp = peak time, yaitu waktu antara saat mulainya hidrograf

    dan saat debit maksimum

    Tb = time base dari hidrograf

    tr

    0,8 tr

    Lengkung Naik Lengkung Turun

    Tp T0,3 15 T0,3

    Qp

    0,3 Qp

    0,32 Qp

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    21/30

    Prosedur perhitungan Hidrograf Satuan Metode Nakayasu adalah

    sebagai berikut.

    1. Parameter Unit Hidrograf

    Tp = Tg + 0,8 tr

    Tg = 0,40 + 0,058 L untuk L > 15 km

    Tg = 0,21 L

    0,70

    untuk L < 15 km

    dengan,

    Tp = peak time (jam)

    Tg = time lag yaitu waktu terjadinya hujan sampai terjadinya

    debit puncak (jam)

    tr = satuan waktu curah hujan (jam)

    L = panjang sungai

    2. Debit Puncak Banjir

    Qp =( )0,3

    0T0,3Tp

    1RA

    36

    1

    +dengan,

    A = luas daerah pengaliran (km2)

    R0 = curah hujan spesifik (mm)

    T0,3 = Tg

    = koefisien antara 1,5 3,5

    nilai dapat dihitung dengan pendekatan

    =Tg1 0,47 (A.L)0,25

    3. Perhitungan Unit Hidrograf

    Lengkung Naik = Qp

    2,4

    Tp

    t

    Lengkung Turun 1 = Qp

    ( )

    0,3T

    Tpt

    0,3

    Lengkung Turun 2 = Qp

    ( )

    +0,3

    0,3

    T1,5

    T0,5Tpt

    0,3

    Hidrograf Satuan Metode Nakayasu

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    22/30

    Lengkung Turun 3 = Qp

    ( )

    +0,3

    0,3

    T2

    T0,5Tpt

    0,3

    2.5. HASIL PERHITUNGAN DEBIT BANJIR

    Perhitungan rancangan debit banjir menggunakan data hujan yang diperoleh dari 2

    (dua) stasiun pengamat hujan mulai tahun 1985 sampai dengan tahun 2004. Stasiun

    pengamatan hujan yang berpengaruh terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS)

    bendung .............. (Sungai ..............) adalah:

    - Stasiun Lebaksiu No. 47

    - Stasiun Sirampok No. 57

    Hasil perhitungan data hujan adalah sebagai berikut:

    Stasiun hujan yang dipakai :

    .

    .

    ..

    Lama pencatatan cuaca : 20 tahun (tahun 1985 s/d tahun 2004) Analisa Frekuensi Curah Hujan : Metode Log Pearson Type III

    2 th 117,25 mm5 th 153,23 mm10 th 177,76 mm20 th 209,72 mm50 th 234,30 mm100 th 259,45 mm200 th 285,45 mm

    Metode perhitungan rancangan debit banjir yang digunakan adalah:

    Metode Haspers Metode Rasional

    Metode FSR Jawa Sumatra Metode Nakayasu

    Hasil dari perhitungan dengan berbagai metode tersebut dapat diperiksa pada

    Tabel berikut:

    Tabel 2.23.

    HASIL PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RANCANGAN

    DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BENDUNG .............. (SUNGAI ..............)

    NO.METODE

    PERHITUNGAN

    PERIODE ULANG ( TH )

    2 5 10 20 50 100 200

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    23/30

    2 Haspers

    3 Rasional

    4 FSR Jawa - Sumatra

    5 Nakayasu

    2.5.1. Penentuan Debit Banjir Rancangan

    Berdasarkan kondisi yang ada di lapangan didapatkan informasi dari penduduk

    setempat, bahwa ketinggian debit banjir maksimum yang ernah terjadi pada palung

    sungai RB 20 (Patok Rb 20) adalah setinggi 2.00-meter dari dasar sungai. Hasil

    perhitungan Passing Capacity Sungai Rambut pada Patok RB 20 adalah 280 m3.

    Dengan berpedoman pada informasi dan data tersebut, maka perhitungan debit

    banjir rancangan yang mendekati adalah debit banjir dengan metode Gamma1

    periode ulang 50 tahun, sebesar Q50 = 290,67 m3/det. Sedangkan untuk debit banjir

    periode ulang 100 tahun adalah Q100 = 324,78 m3/det.

    Untuk perhitungan hidrolis rencana Bendung Rambut menggunakan debit banjir

    rancangan dengan periode ulang 100 tahun, sebesar Q100 = 324,78 m3/det.

    4.1.1. Kualitas Data

    Dalam analisis debit hasil pencatatan diperlukan data lengkap dalam arti kualitas

    dan panjang periode data. Data pencatatan debit umumnya dikarenakan sesuatu

    sebab, ada yang hilang atau dianggap kurang panjang jangka waktu pencatatannya,

    dan pencatatan yang kurang teliti sehingga sebaran data yang ada tidak/kurang

    sesuai.

    Panjang pengukuran data debit di sungai sudah cukup ( th). Sedangkan

    kenormalan serial data-data yang ada perlu dilakukan pengujian dengan metode

    pemeriksaan data debit yang abnormal.

    Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    Serial data-data kita urutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil. Pengujian

    dilakukan dengan mengambil data yang terbesar atau yang terkecil untuk di uji

    yang kira-kira dianggap abnormal.

    Rumus - rumus yang dipakai sebagai berikut :

    = 1 (1 ) ^1/n

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    24/30

    = harga batas untuk penyingkiran datan = jumlah data

    = konstanta diambil 5% dan 1%

    Rumus IWAI :

    Log (xe + b ) = log ( Xo + b) +Y.Sx

    dimana :

    Sx = X 2 - Xo2 ) 0.5

    n

    X 2 = 1/n log (Xi + b)2

    i = 1

    n

    Xo = 1/n log (Xi + b)

    i = 1

    Y = Koefisien yang sesuai dengan derajat abnormalitas. (Tabel 3 15, SuyonoSosrodarsono, Hidrologi untuk pengairan hal 54).

    4.1.2. Uji Analisis Frekwensi yang Sesuai

    Debit rancangan merupakan kemungkinan debit yang terjadi dalam kala ulang

    tertentu sebagai hasil dari suatu rangkaian analisis hidrologi dengan memakai

    analisis frekwensi.

    Analisis frekwensi sesungguhnya merupakan prakiraan (forecasting) dalam arti

    probabilitas untuk terjadinya suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk debit

    rancangan yang berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk

    antisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Analisis frekuensi ini dilakukan

    dengan menggunakan agihan kemungkinan teori probability distribution dan yang

    biasa digunakan adalah Agihan Normal, Agihan Log Normal, Agihan Gumbel dan

    Agihan Log Pearson type III.

    Secara sistematis perhitungan hujan rancangan ini dilakukan secara berurutan

    sebagai berikut :1. Penentuan Parameter Statistik

    2. Pemilihan Jenis Sebaran

    3. Uji Kebenaran Sebaran

    4. Perhitungan Hujan Rancangan

    5. Penentuan Parameter Statistik

    Parameter yang digunakan dalam perhitungan analisis frekuensi meliputi

    parameter nilai rata-rata (X bar), simpangan baku (Sd), koefisien variasi (Cv)

    koefisien kemiringan (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck).

    Perhitungan parameter tersebut didasarkan pada data catatan tinggi hujanharian maksimum 10 tahun terakhir dan untuk memudahkan perhitungan maka

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    25/30

    proses analisisnya dilakukan secara matriks dengan menggunakan tabel.

    Sementara untuk memperoleh harga parameter statistik dilakukan

    perhitungan dengan rumus dasar sebagai berikut.

    Xbar =n

    X

    Sd =( )

    1n

    2

    barXX

    Cv =bar

    X

    Sd

    Cs =

    ( )

    ( )( )

    ( ) ( )2n1n

    2n

    .

    23

    2

    barXXn1

    3barXX

    n1

    Ck =

    ( )

    ( )( ) ( ) ( ) ( )3n2n1n2

    n.

    22

    barXXn1

    4barXX

    n1

    dimana,

    X bar = tinggi pencatatan debit harian maksimum rata-rata selama n tahun.

    X = jumlah debit harian maksimum selama n tahunn = jumlah tahun pencatatan data DebitSd = simpangan baku

    Cv = koefisien variasi

    Cs = koefisien kemiringan

    Ck = koefisien kurtosis

    Lima parameter statistik di atas akan menentukan jenis agihan yang akan

    digunakan dalam analisis frekuensi.

    6. Pemilihan Jenis Sebaran

    Penentuan jenis sebaran akan digunakan untuk analisis frekuensi dilakukandengan beberapa asumsi sebagai berikut.

    Jenis sebaran Normal, apabila Cs = 0 dan Ck = 3

    Jenis sebaran Log Normal, apabila Cs (lnx) = 0 dan Ck (lnx) = 3

    Jenis sebaran Log Pearson type III, apabila Cs(lnx) > 0 dan

    Ck (lnx) = 1(Cs (Lnx)2)2 +3

    Jenis sebaran Gumbell, apabila Cs = 1,14 dan Ck = 5,40

    Dari parameter statistik yang ada, apabila tidak dapat memenuhi kondisi untuk

    kelima jenis agihan atau sebaran seperti tersebut di atas, maka selanjutnya

    dipilih yang paling mendekati.

    7. Perhitungan Debit Rancangan

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    26/30

    Dilakukan dengan menggunakan cara Analisis Frekuensi untuk agihan atau jenis

    sebaran terpilih.

    Analisis frekuensi dapat dilakukan secara matematis aljabar dan secara grafis.

    Penggunaan cara grafis dilakukan dengan plotting data debit pada kertas grafissesuai dengan agihan yang digunakan.

    Perhitungan secara grafis ini memungkinkan terjadi kesalahan yang banyak,

    sehingga untuk mengetahui tingkat pendekatan dari hasil penggambaran

    tersebut dilakukan uji kecocokan data dengan cara dan langkah-langkah

    pengujian sebagaimana diuraikan di atas. Sementara penggunaan cara

    matematis aljabar yang mampu memberikan hasil lebih teliti dapat dilakukan

    dengan langkah-langkah sebagai berikut.

    Analisis Frekuensi Normal

    Koefisien Skewness Cs = 0Koefisien Kurtosis Ck = 3

    Rumus Umum :

    Rt = X + k

    Rt = Debit untuk periode ulang t tahun (mm)

    k = faktor frekuensi untuk Agihan Normal (tabel)

    X = harga rata-rata data debit (mm)

    Probability Probability

    Of exceedance K of exceedance K

    (percent) (percent)

    0.12 3.09 50 0

    0.5 2.58 55 -0.13

    1.0 2.33 60 -0.25

    2.5 1.96 65 -0.38

    5.0 1.64 70 -0.52

    10 1.28 75 -0.67

    15 1.04 80 -0.84

    20 0.84 85 -1.0425 0.67 90 -1.28

    30 0.52 95 -1.64

    35 0.38 97.5 -1.96

    40 0.25 99 -2.33

    45 0.13 99.5 -2.58

    50 0 99.9 -3.09

    Analisis Frekuensi Log Normal

    Agihan Log Normal yang dimaksud adalah agihan dengan dua parameter yaitu ndan n2 dimana masing-masing adalah harga tengah dan variasi untuk logaritmadari variabelnya, fungsi kerapatan kemungkinan (probability density function)

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    27/30

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    28/30

    Cv

    RETURN PERIOD

    T tahun

    2 5 10 20 50 100

    0.050 -0.250 0.833 1.297 1.686 2.134 2.437

    0.100 -0.050 0.822 1.308 1.725 2.213 2.549

    0.150 -0.074 0.809 1.316 1.760 2.290 2.661

    0.200 -0.097 0.763 1.320 1.791 2.364 2.772

    0.250 -0.119 0.775 1.321 1.818 2.435 2.881

    0.300 -0.141 0.755 1.318 1.841 2.502 2.987

    0.350 -0.160 0.733 1.313 1.860 2.564 2.089

    0.400 -0.179 0.711 1.304 1.875 2.621 2.187

    0.450 -0.196 0.687 1.292 1.885 2.673 2.220

    0.500 -0.211 0.663 1.278 1.891 2.720 2.367

    0.550 -0.225 0.638 1.261 1.893 2.762 2.449

    0.600 -0.238 0.613 1.243 1.892 2.797 2.524

    0.650 -0.249 0.588 1.223 1.887 2.828 2.593

    0.700 -0.258 0.563 1.201 1.879 2.853 2.656

    0.750 -0.267 0.539 1.178 1.868 2.874 2.712

    0.800 -0.274 0.515 1.155 1.854 2.889 2.762

    0.850 -0.280 0.491 1.131 1.839 2.900 2.806

    0.900 -0.285 0.469 1.106 1.821 2.907 2.844

    0.950 -0.290 0.447 1.081 1.802 2.910 2.876

    1.000 -0.293 0.425 1.056 1.782 2.910 2.904

    Analisis Frekuensi Metode Gumbel

    Agihan ini merupakan agihan dari nilai-nilai ekstrim (maksimum dan minimum).

    Fungsi ini merupakan fungsi ksponensial ganda. Sifat khusus dari agihan ini

    adalah sebagai berikut.

    Parameter statistik Cs = 1,1396

    Ck = 5,4002

    Rumus umum

    Rt = X + Sn

    Sx

    (Yr Yx)

    dengan,

    Rt = tinggi hujan untuk periode ulang t tahun (mm)

    X = harga rata-rata data hujan

    Sx = Reduced Standart Deviation sebagai fungsi dari banyaknya data

    Sn = Standart Deviasi

    Yr = Harga Reduced Variate (tabel)

    Yn = Harga rata-rata Reduced Variate (tabel)

    Analisis Frekuensi Log Pearson Type III

    a = cc2c3

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    29/30

    Parameter statistik yang lain adalah :

    Harga Tengah (Mean) = Mode +c22

    c3

    Standart Deviasi = 2 cSkewness = l

    Dalam pemakaiannya untuk analisis data banjir, maka oleh US Water Resources

    Council dianjurkan untuk menggunakan logaritma data (bukan datanya sendiri)

    untuk menghitung parameter-parameter statistik. Jadi prosedurnya adalah

    sebagai berikut.

    g. Transformasikan data aslinya ke dalam harga-harga logaritma atau

    mengubah bentuk X1, X2, , Xn menjadi bentuk ln X1, ln X2 , , ln Xn.

    h. Hitung harga tengah sebesar :

    ln (X) =

    n

    lnXn

    1ni

    =

    i. Hitung Standart Deviasi

    Si ={ }

    1n

    X)(lnXlnn

    1n

    2i

    =

    j. Hitung Asimetri

    Cs ={ }

    ( ) ( ) 3

    n

    1n

    3i

    2

    Si2n1n

    XlnXlnn

    =

    k. Hitung besarnya logaritma debit dengan jangka waktu yang dipilih

    ln Q = (ln X) + Gsi

    l. Besarnya curah hujan dapat diperoleh dengan mencari anti logaritma dari

    point e.

    4.1.3. Hasil Analisis

    Perhitungan parameter statistik data Pencatatan debit di sungai Rambut tidak

    dapat dilakukan, karena tidak ada data pencatatan debit max., yang ada hanya

    data pencatatan debit harian rata-rata. Debit harian rata-rata bila diolah dengan

    cara tersebut diatas tidak akan mendapatkan debit rancangan.

    2.5. Perhitungan Debit Banjir dengan Metode der Weduwen

    Analisis metode ini hampir sama dengan Metode Haspers hanya saja rumusan

    koefisiennya yang berbeda

    Qn = C . . q . A

  • 7/27/2019 169314559-46506200-Laporan-Hidrologi-2003

    30/30

    1. Koefisien Aliran (C) dihitung dengan rumus

    C =7.q

    4,11

    n +

    dengan, = koefisien reduksi2. Koefisien Reduksi () dihitung dengan rumus

    =A120

    A9t

    1t120

    +++

    +

    dengan, = koefisien reduksit = waktu konsentrasi (jam)

    A = luas DAS (km2)

    3. Modul banjir maksimum menurut der Weduwen dirumuskan

    q =1,45t

    67,65+

    dengan, t= waktu konsentrasi / lama hujan terpusat (jam)

    4. Waktu konsentrasi (t) dihitung dengan

    t = 0,25 L Qn-0,125 i-0,25

    dengan, i = kemiringan sungai rata-rata

    L = panjang sungai (km)

    Metode ini harus dihitung dengan trial and error sehingga ketepatan antara waktu

    konsentrasi dengan debit sama atau mendekati sama. Hasil kali dari Qn dengan

    hujan rencana kala ulang T tahun (RT) merupakan debit banjir yang dicari.

    2.6. Hasil Perhitungan Debit Banjir

    NO. METODE

    PERHITUNGAN

    PERIODE ULANG (TAHUN)

    2 5 10 20 50 100 200

    2 Haspers 164,24 223,62 265,41 321,17 364,97 410,53 457,74

    3 Rasional 146,11 198,93 236,11 285,71 324,67 365,20 407,74

    4 FSR Jawa Sumatra

    130,17 155,72 189,78 228,71 285,89 338,20 397,81

    5 Nakayasu 190,64 259,56 308,06 372,78 423,61 474,23 529,47

    Hitungan Analisa Debit Banjir dapat diperiksa pada Lampiran.