laporan hidrologi dasar

44
Nurul Afdal Haris - 1415141002 BAB I PENDAHULUAN I.1 Dasar Pelaksanaan Pelaksanaan praktek lapang berdasarkan pada kurikulum Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar yang dialokasikan waktunya pada Semester Genap (Semester II). Pelaksanaan Praktek Lapang ini wajib diikuti oleh semua Mahasiswa yang memprogram mata kuliah Hidrologi Dasar. Praktek ini disinergikan antara teori yang diterima Mahasiswa dalam ruangan kelas dengan kondisi nyata di lapangan. I.2 Tujuan Praktek Lapangan Adapun tujuan pelaksanaan praktek lapangan ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Praktek Lapangan Dilaksanaan praktek lapangan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa menerapkan dan membandingkan antara teori dengan kerja nyata di lapangan dan terampil dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan mata kuliah Hidrologi Dasar. 2. Tujuan Intruksional Khusus Pelaksanaan praktek lapangan ini diharapkan : Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 1

Upload: nurul-afdal-haris

Post on 21-Aug-2015

58 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Dasar Pelaksanaan

Pelaksanaan praktek lapang berdasarkan pada kurikulum Jurusan

Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Makassar yang dialokasikan waktunya pada Semester Genap (Semester II).

Pelaksanaan Praktek Lapang ini wajib diikuti oleh semua Mahasiswa yang

memprogram mata kuliah Hidrologi Dasar. Praktek ini disinergikan antara teori

yang diterima Mahasiswa dalam ruangan kelas dengan kondisi nyata di

lapangan.

I.2 Tujuan Praktek Lapangan

Adapun tujuan pelaksanaan praktek lapangan ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum Praktek Lapangan

Dilaksanaan praktek lapangan ini bertujuan untuk melatih

mahasiswa menerapkan dan membandingkan antara teori dengan kerja

nyata di lapangan dan terampil dalam memecahkan masalah yang

berhubungan dengan mata kuliah Hidrologi Dasar.

2. Tujuan Intruksional Khusus

Pelaksanaan praktek lapangan ini diharapkan :

a. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kedalaman sungai di

lapangan.

b. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran terhadap lebar serta luas

penampang basah sungai di Lapangan.

c. Mahasiswa dapat mengukur kecepatan arus sungai di Lapangan.

d. Mahasiswa dapat mengukur Debit sungai di Lapangan.

e. Mahasiswa dapat mengukur kemiringan dasar sungai di Lapangan.

f. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengukuran manual, dengan

menggunakan rumus Umum, rumus Chezy dan rumus Manning.

g. Mahasiswa dapat menentukan koefisien yang digunakan dalam

perumusan mencari debit, baik untuk rumus Cehzy maupun Manning,

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 1

Page 2: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

I.3 Lokasi Praktek Lapangan

Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar dilaksanakan

di Kabupaten Gowa daerah DAM Bili-Bili, dekat Sungai Jeneberang.

I.4 Waktu Pelaksanaan Praktek Lapangan

Praktek Lapangan Hidrologi Dasar dilaksanakan pada;

Hari/Tanggal : Sabtu, 6 Juni 2015

Pukul : 09.00 WITA – 13.00 WITA

1.4 Jadwal Kegiatan

Hari/Tanggal Pukul Kegiatan

Sabtu, 6 Juni 21015 08.30 WITA

09.00 WITA

11.10 WITA

11.15 WITA

11.25 WITA

12.30 WITA

12.35 WITA

12.50 WITA

02.05 WITA

Berkumpul di Jurusan dan persiapan untuk berangkat Praktek Lapang.

Berangkat ke Lokasi Praktek Lapang.

Sampai di Lokasi Praktek Lapang

Pemasangan alat ukur di Lapangan

Melakukan Pengukuran di Lapangan

Selesai melakukan Pengukuran

Istirahat dan Persiapan untuk kembali ke kampus

Kembali ke kampus

Sampai di Kampus

I.6 Peserta Praktek Lapangan

Adapun Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi diikuti oleh 27

Mahasiswa dan didampingi oleh 1 orang Dosen.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 2

Page 3: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

I.7 Alat dan Bahan

a. Alat

Adapun alat yang digunakan saat melakukan pengukuran di

Lapangan adalah sebagai berikut :

1. Roll Meter

2. Bambu 6 batang dengan panjang 1,5 meter

3. Botol Aqua 3 buah

4. Selang 25 meter

5. Stopwatch dalam hal ini HP 3 buah

6. Tali 13 meter

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Lapangan

Hidrologi dasar adalah sebagai berikut :

1. Kertas Grafik

2. Kertas Catatan

3. Pulpen/pensil

4. Mistar

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 3

Page 4: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

BAB IIKAJIAN TEORI

II.1 Daerah Aliran Sungai

Menurut I made sandy (1985) seorang guru besar geografi Universitas

Indonesia :

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian dari muka bumi , yang

airnya mengalir kedalam sungai yang bersangkutan, apabila hujan jatuh .

sebuah pulau selamanya terbagi habis kedalam daerah-daerah aliran sungai.

Istilah asing untuk daerah aliran sungai adalah drainase area atau river basin.

Tetapi akhir-akhir ini untuk drainage area atau daerah aliran sungai dipakai

juga istilah watershed. Meskipun pada awalnya istilah watershed itu berarti

hanya rangkaian punggung gunung , atau bagian-bagian yang tertinggi saja

dari drainage area.

Kemampuan air mengalir untuk melakukan fungsi merubah batuan

dan bentuk muka bumi tersebut ditentukan oleh kemampuanya untuk

mengikis , mengangkut, dan mengedapkan batuan. Jadi fungsi air yang

mengalis adalah mengikis batuan; sehingga di muka bumi terjadi ngarai dan

lembah sebagai hasil erosi, bukit dan gunung sebagai sisa erosi dan dataran-

dataran baru sebagai hasil pengedapan.

II.2 Pengumpulan Data Tinggi Muka Air

Tinggi muka air sungai adalah tinggi permukaan air yang diukut dari

titik tertentu yang telah ditetapkan. Tinggi muka air dinyatakan dalam satuan

meter (m) atau centimeter (cm). Titik nol duga air ditentukan pada suatu titik

tetap dari ketinggian muka air laut rata-rataa atau suatu titik referensi tertentu

yang dipilih, ini dimaksudkan untuk keseragaman penggunaan data tinggi

muka air tersebut. Untuk menhindari adanya nilai tinggi muka air negatif

maka sebaliknya titik nol duga air ditempatkan kira-kira 10 sampai 20 cm di

bawah permukaan air terendah. Titik nol harus dijaga sedapat mungkin

jangan sampai berubah-ubah selama pos duga air itu berfungsi dengan

membuat patok tetap dari berton atau besi.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 4

Page 5: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

II.3 Pengukuran Penampang Basah

1. Pengukuran Lebar Sungai

Pengukuran Lebar sungai dilakukan dengan menggunakan alat

ukur lebar. Jenis alat ukur lebar harus disesuaikan dengan lebar

penampang basah dan saranan penunjang yang tersedia.

2. Pengukuran kedalaman sungai

Pengukuran kedalaman sungai dilkasnakan dengan menggunakan

alat ukur kedalaman di setiap vertical yang telah diukur jaraknya. Jarak

setiap vertical harus diusahakan serapat mungkin agar debit tiap sub

bagian penampang tidak lebih dari 5% dari debit seluruh penampang

basah. Pengukuran kedalaman dengan menggunakan kabel dan pemberat

diperlukan koreksi kedalaman, apabila posisi kabel membuat sudut lebih

besar dari apda 5° terhadap garis vertikal.

II.4 Pengukuran Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran rata-rata di suatu penampang basah diperoleh dari

hasil pengukuran kecepatan rata-rata dibeberapa vertikal. Kecepatan rata-rata

di suatu vertikal diperoleh dari hasil pengukuran kecepatan aliran satu titik,

dua titik, tiga titik atau lebih banyak titik, yang pelaksanaannya tergantung

pada kedalaman aliran, lebar aliran dan sarana tersedia. Jenis cara pengukuran

tersebut adalah :

a. Pengukuran kecepatan aliran satu titik, dilaksanakan pada

kedalaman (d) 0,6 atau 0,2 d dari permukaan air.

1. Ada 0,6 d, dilakukan apabila kedalaman air kurang dari 0,75 m

2. Pada 0,2d, biasanya dilakukan untuk mengukur debit banjir

apabila pada 0,2d, 0,8d, tidak dapat dilaksanakan.

b. Pengukuran kecepatan aliran dua titik dilaksanakan pada 0,2d dan

0,8d dari permukaan air, apabila kedalaman air lebih dari 0,75 m,

dan kecpatan rata-ratanya dinyatakan dengan rumus :

V=(V 0,2+V 0,8)

2

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 5

Page 6: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Keterangan :

V = Kecepatan aliran rata-rata pada suatu vertikal (m/detik)

V0,2 = Kecepatan pada titik 0,2d (m/detik)

V0,8 = Kecepatan pada titik 0,8d (m/detik)

c. Pengukuran kecepatan aliran dengan tiga titik, dilaksanakan pada

titik 0,2d, 0,6d, dan 0,8d dari permukaan air dan kecepatan aliran

rata-ratanya dinyatakan dengan rumus :

V=(V 0,2+V 0,8)

2V 0,6 x0,5

Keterangan :

V = Kecepatan aliran rata-rata pada suatu vertikal (m/detik)

V0,2 = Kecepatan pada titik 0,2d (m/detik)

V0,8 = Kecepatan pada titik 0,8d (m/detik)

V0,6 = Kecepatan pada titik 0,6d (m/detik)

Pengukuran kecepatan aliran dibanyak titik kedalaman,

dilaksanakan pada banyak titik dengan jarak antara 1/10 bagian

dari kedalaman mulai dari titik 0,1d sampai 0,9d dan kecepatan

rata-ratanya dapat dihitung secara grafis.

II.5 Pengukuran Debit Sungai

Menurut Soemarto (1987) debit diartikan sebagai volume air yang

mengalir per satuan waktu melewati suatu penampang melintang palung

sungai, pipa, pelimpah, akuifer dan sebagainya. Data debit diperlukan untuk

menentukan volume aliran atau perubahan-perubahannya dalam suatu system

DAS. Data debit diperoleh dengan cara pengukuran debit langsung dan

pengkuran debit tidak langsung (Sri Harto, 2000).

Berdasarkan keterangan dari Balai Perencanaan Sumber Daya Air

Purwokerto pengukuran debit di sungai Banjaran menggunakan pengukuran

tidak langsung, yaitu dengan menggunakan liku kalibrasi. Liku Kalibrasi

menurut Sri Harti (2000) adaah hubungan Grafi antara tinggi muka air

dengan debit. Liku kalibrasi diperoleh dengan sejumlah pengukuran yang

terencana dan menkolerasikan dua variable yaitu tinggi muka air dan debit

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 6

Page 7: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

disuatu stasiun hidrometri. Hubungan garis antara variable tinggi muka air

dan debit dapat dilakukan dengan menghubungkan titik-titik pengukuran

dengan garis lengkung diatas kertas logaritmik. Perhitungan debit aliran

menggunakan liku kalibrasi diperoleh dengan persamaan sebagai berikut (Sri

Harto 2000).

Prinsip pelaksanaan pengukuran debit sungai adalah mengukur luas

penampang Basah, kecepatan Aliran dan tinggi muka air sungai tersebut.

Debit dapat dihitung dengan Rumus Umum :

Q=A x V

Keterangan :

Q = Debit (m3/detik)

A = Luas bagian penampang Basah (m2)

V = Kecepatan Aliran Rata-rata pada luas bagian Penampang

Basah (m/detik)

Perhitungan Debit dengan Rumus Manning :

Q=1n

A R23 S

12

Keterangan :

Q = Debit (m3/detik)

n = Koefisien Kekasaran Manning

A = Luas Bagian Penampang Basah (m2)

R = Radius Hidrolik (m)

S = Kemiringan dasar sungai

Perhitungan Debit dengan Rumus Chezy :

Q=AC √ RS

Keterangan :

Q = Debit (m3/detik)

A = Luas Bagian Penampang Basah (m2)

R = Radius Hidrolik (m)

S = Kemiringan dasar sungai

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 7

Page 8: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Dari ketiga rumus tersebut dapat dilakukan permbandingan hasil dari

masing-masing rumus yang digunakan. Apakah cocok untuk digunakan

dalam pengukuran Debit Sungai secara umum. Untuk membandingkan dari

ketiga rumus tersebut akan dipaparkan dalam pembahasan selanjutnya

dengan menggunakan data hasil pengukuran di lapangan.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 8

Page 9: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

BAB IIIMETODE PRAKTEK LAPANG

III.1 Pengukuran Lebar Sungai

Dalam Pengukuran lebar sungai dapat dilakukan dengan cara manual

sebagai beriku :

1. Siapkan tali dengan panjang melebihi perkiraan lebar Sungai,

2. Kemudian bentangkan tali dari sisi kanan sungai sebagai titik acuan

hingga sisi kiri sungai

3. Dalam membentangkan tali, diharapkan tali tersebut tegak lurus

dengan sisi sungai.

4. Setelah itu pertahankan posisi tali tersebut, bisa dengan dipegang,

maupun dipatok untuk lebih memudahkan dalam pengukuran.

5. Setelah posisi tali telah stabil dan tegak lurus dengan kedua sisi

sungai, maka lakukan pengukuran sesuai dengan lebar sungai yang

dialiri air.

6. Untuk lebih jelasnya bisa memperhatikan gambar berikut;

III.2 Pengukuran Kedalaman Sungai

Dalam melakukan pengukuran kedalaman sungai, secara manualnya

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;

1. Siapkan tiang dalam hal ini kayu atau bambu yang lurus sebanyak

5 buah dengan panjang minimal 1,5 meter atau 2 meter.

Disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 9

Gambar 1.1 Ilustrasi Pengukuran Lebar Sungai

Page 10: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

2. Setelah itu, pasang tiang tersebut setiap titik sepanjang lebar

sungai, sehingga membagi sungai menjadi 6 bagian.

3. Kemudian, lakukan pengukuran pada tiang tersebut.

4. Pengukuran bisa dilakukan secara langsung dengan mengukur

kedalam sungai dengan cara menggunakan meteran, dengan

mengukur dasar tiang hingga bagian tiang yang sejajar dengan

aliran permukaan air.

5. Pengukuran bisa juga dilakukan dengan menandai tiang sesuai

dengan tinggi aliran permukaan sungai, kemudian mengukurnya

ditempat lain, cara ini bisa lebih efisien dan lebih pasti dan tentu

saja lebih mudah.

6. Pengukuran dilakukan untuk setiap tiang yang dipasang.

7. Gambaran pengukuran bisa dilihat seperti gambar berikut ini.

III.3 Pengukuran Kecepatan Aliran Sungai

Untuk melakukan pengukuran Kecepatan Aliran Sungai, dalam

Praktek Lapangan ini menggunakan metode Pelampung, dengan cara

dijelaskan sebagai berikut;

1. Siapkan tiga pelampung dalam hal ini botol dengan kapasitas 500

ml, kemudian isi botol tersebut dengan air setengah dari kapasitas

botol tersebut. Hal ini bertujuan agar botol ini dapat mengapung

dengan adanya udara dalam botol tersebut.

2. Kemudian tentukan tiga titik sepanjang lebar sungai tersebut.

3. Setelah itu siapkan ketiga botol tersebut, masing-masing setiap

titik tadi.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 10

Gambar 1.2 Ilustrasi Pengukuran Kedalaman Sungai

Page 11: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

4. Dalam pengukuran, tentukan panjang lintasan yang akan dilalui

oleh botol tersebut. Misalkan 20 meter dari panjang sungai

tersebut. Titik mulai adalah titik 0 meter dari sungai yang telah

ditentukan. Dan akhir dari perhitungan adalah setelah botol sampai

pada titik ke 20 meter dari panjang sungai.

5. Untuk mengukur kecepatan sungai, data yang diperlukan adalah

panjang lintasan, dan berapa lama waktu yang digunakan oleh

masing-masing botol untuk sampai pada jarak yang telah

ditentukan.

6. Maka dibutuhkanlah alat pengukur waktu atau stopwatch.

7. Pengkuruan dilakukan dengan mengukur lamanya waktu yang

digunakan oleh botol tersebut sesaat setelah dilepaskan, maka

stopwatch diaktifkan. Hingga botol sampai pada garis akhir, dan

perhitungan stopwatch dihentikan.

8. Kemudian catat masing-masing waktu yang digunakan setiap

botol.

9. Cara ini dilakukan sebanyak minimal 3 kali, untuk mendapatkan

data yang lebih akurat.

10. Ilustrasi dalam pengukurannya dapat dilihat pada gambar berikut;

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 11

Gambar 1.3 Ilustrasi Pengukuran Kecepatan Aliran Sungai

Page 12: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

III.4 Pengukuran Debit Sungai

Pengukuran Debit Sungai dapat dilaksanakan apabila data Lebar dan

Kedalaman sungai telah didapatkan guna untuk mendapatkan Luas

Penampang Basah Sungai. Selain itu diperlukan juga data Kecepatan Aliran

Sungai. Pembahasan mengenai Pengukuran Debit Sungai akan dibahas pada

Bab berikut.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 12

Page 13: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengukuran

1. Lebar Sungai (L)

Dari hasil pengukuran dari pinggir sungai terhitung lebar sungai

hingga 6 m atau 600 cm

2. Panjang Sungai (P)

Pengukuran panjang sungai ditentukan untuk memudahkan dalam

pengukuran bagian-bagian sungai lainnya. Dalam hal ini panjang sungai

ditentukan hingga 20 meter dari bagian sungai.

3. Kedalaman Sungai menggunakan Patok (d)

Dalam pengukuran kedalaman sungai digunakan sebanyak 5 patok.

Dan hasil pengukuran sebagai berikut :

a. d1 = 69 cm atau 0,69 m

b. d2 = 111 cm atau 1,11 m

c. d3 = 110 cm atau 1,10 m

d. d4 = 111 cm atau 1,11 m

e. d5 = 87 cm atau 0,87 m

4. Kecepatan Aliran dengan menggunakan Pelampung (Botol) (t)

Tabel 1. Hasil Pengukuran Waktu Pelampung Mencapai 20 m

PercobaanWaktu Laju Botol sepanjang 20 m (detik)

Botol 1 Botol 2 Botol 3

I 19 17 20

II 15 16 21

III 16 15 26

IV 15 17 17

5. Kemiringan Sungai

Dari hasil pengukuran, pada patok I yang merupakan titik awal,

ketinggian air pada selang tersebut 71 cm dan pada patok II atau patok

pembanding, tinggi air pada selang mencapai 76 cm.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 13

Page 14: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Gambar 2.1 Kedalaman dan Lebar Sungai

Gambar 2.2 Kecepatan Aliran Sungai

Gambar 2.3 Kemiringan Sungai

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 14

Page 15: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Gambar 2.4 Data Kemiringan Sungai

IV.2 Pembahasan Pengolahan Data

1. Luas Penampang Basah (A)

Atotal=A1+ A2+A3+ A4+ A5+A6+ A7+ A8+A9+ A10

A1=12

a x t

¿ 12

1 x 0,69

¿ 12

x0,69¿0,35 m2

A2=P x L¿1 x0,69

¿0,69 m2A3=

12

a x t¿ 12

1 x (1,11−0,69)

¿ 12

0,42¿0,21m2

A4=P x L¿1 x1,1¿1,1 m2 A5=

12

a x t¿ 12

1 x (1,11−1,10)

¿ 12

0,01¿0,005 atau 0,01 m2

A6=P x L¿1 x1,1

¿1,1 m2

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 15

A1 A2

A3

A4

A5

A6

A7

A8

A9

A10

c c

c

Page 16: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

A7=12

a x t

¿ 12

1 x (1,11−1,10)¿ 12

0,01

¿0,005 atau 0,01 m2

A8=P x L¿1 x0,87

¿0,87 m2

A9=12

a x t

¿ 12

1 x (1,11−0,87)

¿ 12

0,24¿0,12m2

A10=12

a x t

¿ 12

1 x 0,87¿ 12

0,87

¿0,44 m2

Atotal=A1+ A2+A3+ A4+ A5+A6+ A7+ A8+A9+ A10

¿0,35+0,69+0,21+1,1+0,01+1,1+0,01+0,87+0,12

+0,44 ¿4,9 m2

2. Kecepatan Aliran Sungai (V)

Botol 1 Botol 2 Botol 3

t1 = 19 detik

t2 = 15 detik

t3 = 16 detik

t4 = 15 detik

t1 = 17 detik

t2 = 16 detik

t3 = 15 detik

t4 = 17 detik

t1 = 20 detik

t2 = 21 detik

t3 = 26 detik

t4 = 17 detik

t1total = 65 detik t2total = 65 detik t3total = 84 detik

t 1 R=654

¿16,25 detik

t 2 R=654

¿16,25 detik

t 3 R=844

¿21 detik

t rata−rata= t 1 R+t 2 R+t 3 R3

¿ 16,25 detik+16,25 detik+21 detik3

¿ 53,53

=17,83 detikUntuk mencari kecepatan aliran sungai dapat menggunakan

persamaan sebagai berikut :

V= xt

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 16

Page 17: Laporan Hidrologi Dasar

?

0,69 m 1,11 m 1,10 m 1,11 m 0,87 m

1 m 1 m 1 m 1 m 1 m 1 m

I

II

III IVV

VI

I

II

III

A1

B1

A2

B2A3

B3

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Keterangan :

V = Kecepatan Aliran Sungai (m/s)

x = Jarak Tempuh (m)

t = Waktu Tempuh (s)

Jadi apabila dimasukkan kedalam persamaan tersebut, jika

diketahui jarak tempuh yang telah ditentukan adalah 20 meter, maka

diperoleh;

V= xt= 20 meter

17,83 detikV=1,12 meter /detik

Jadi kecepatan aliran sungai di Lokasi Praktek Lapangan adalah

1,12 m/s.

3. Radius Hidrolik (R)

Radius Hidrolik merupakan data luas penampang basah dibagi

dengan panjang dasar sungai berdasarkan lebar sungai.

Data radius hidrolik dapat ditemukan dengan menggunakan rumus

Phytagoras, dengan menggunakan data lebar dan kedalaman sungai.

I2

I2

I2

II

= A12 + B1

2

= 12 + 0,692

= 1 + 0,48= √1,48

= 1,2 m

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 17

Page 18: Laporan Hidrologi Dasar

A6

IVV

VI

A4

A5

B4B5

B6

Nurul Afdal Haris - 1415141002

II2

II2

II2

IIII

= A22 + B2

2

= 12 + (1,11-0,69)2

= 1 + 0,18= √1,18= 1,1 m

III2

III2

III2

IIIIII

IV2

IV2

IV2

IVIV

= A32 + B3

2

= 12 + (1,11-1,10)2

= 1 + 0,0001= √1,0001= 1 m

= A42 + B4

2

= 12 + (1,11-1,10)2

= 1 + 0,0001= √1,0001= 1 m

V2

V2

V2

VV

= A52 + B5

2

= 12 + (1,11-0,87)2

= 1 + 0,06= √1,06= 1,03 m

VI2

VI2

VI2

VIVI

= A62 + B6

2

= 12 + 0,872

= 1 + 0,8= √1,8= 1,3 m

Untuk menemukan data Radius Hidrolik (R) maka digunakan

rumusan:

R = AP

P = I + II + III + IV + V + VI

= (1,2 + 1,1 + 1 + 1 + 1,03 + 1,3) m

= 6,63 m

R = AP

= 4,9 m2

6,63 m

= 0,74 m

Jadi Radius Hidrolik pada Sungai tersebut dari hasil pengukuran

adalah sepanjang 0,74 m.

4. Kemiringan Dasar Sungai (S)

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 18

Keterangan :

R = Radius Hidrolik (m)

A = Luas Penampang Basah (m2)

P = Keliling Basah (m)

Page 19: Laporan Hidrologi Dasar

5 cm

2000 cm

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Untuk mendapatkan data kemiringan sungai dapat menggunakan

rumusan sebagai berikut yang diperoleh dari ilustrasi gambar hasil

pengukruan :

Maka untuk mendapatkan nilai ∝ dapat dihitung dengan cara :

∝= 52000

¿0,0025

Jadi nilai ∝ adalah sebesar 0,0025, dengan kata lain Kemiringan

Dasar Sungai (S) sebesar 0,0025.

5. Debit Sungai (Q)

Debit Sungai dapat dihitung dengan Rumus :

Q = A x V (Rumus Umum)

Q = A x 1n

R23 S

12 (Rumus Manning)

Q = A x C √ R S (Rumus Chezy)

Dengan rumus tersebut kita akan membandingkan hasil tiap-tiap

perhitungan menggunakan ketiga rumus tersebut. Data yang akan

dimasukkan kedalam rumus tersebut telah tersedia dipembahasan

sebelumnya dilaporan ini.

1. Menggunakan Rumus Umum

Q = A x V

= 4,9 m2 x 1,12 m.s-2

= 5,5 m3.s-2

2. Menggunakan Rumus Manning

Q = A x 1n

R23 S

12 Ket. Menggunakan Koef. 0,03 (Maksimum)

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 19

Page 20: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

= 4,9 x 10,03

0,7423 0,0025

12

= 4,9 x 33,33 x 0,740,67 x √0,0025

= 163,32 x 0,82 x 0,05

= 6,7 m3.s-2

Q = A x 1n

R23 S

12 Ket. Menggunakan Koef. 0,017(Minimum)

= 4,9 x 10,017

0,7423 0,0025

12

= 4,9 x 58,82 x 0,740,67 x √0,0025

= 288,23 x 0,82 x 0,05

= 11,81 m3.s-2

Perlu diketahui bahwa n sudah tersedia ketentuan untuk nilai

koefisiennya. Untuk nilai koefisien Manning seperti pada lokasi

Praktek Lapangan, Sungai yang Berbatu Pecah dan disemen,

Koefisiennya adalah 0,03. Perumusan di atas hanya untuk

membandingkan hasil dari penggunaan koefisien yang sedikit

berbeda.

3. Menggunakan Rumus Chezy

Q = A x C √ R S

Sebelumnya kita harus mengetahui nilai C. Nilai C dapat

diperoleh dari rumus

C = 157,6

1,81+m

√ R atau

87

1+γ

√ R [Dengan cara Bazin (1897)]

γ= m1,81

C =

23+ 0,00155S

+ 1N

1+N

√ R (23+0,00155

S ) [Dengan cara Kutter (1869)]

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 20

Page 21: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Catatan :

Dengan menggunakan Rumus Bazin, untuk mendapatkan nilai C,

dapat dilihat dibawah ini;

Rumus C I Rumus C II

C = 157,6

1,81+m

√ R

= 157,6

1,81+0,83

√0,74

= 157,6

1,81+0,830,82

= 157,6

1,81+1,012

= 157,62,82

= 55,89

C = 87

1+γ

√ R

= 87

1+γ

√ R

= 87

1+0,46

√0,74

= 87

1+0,460,82

= 87

1+0,6

= 87

1,06 = 54,4

γ= m1,81

¿ 0,831,81

¿0,46

Q = A x C √ R S Ket. Menggunakan Hasil Rumus C I

= 4,9 x 55,89 √0,74 x 0,0025

= 4,9 x 55,89 x 0,04

= 10,95 m3.s-2

Q = A x C √ R S Ket. Menggunakan Hasil Rumus C II

= 4,9 x 54,4 √0,74 x 0,0025

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 21

Koefisien Kekasaran Manning

(n) (Pasangan batu disemen

pecah)

Minimum = 0,017

Medium = 0,025

Maksimun = 0,030

Koefisien Kekasaran Bazin (m)

(Pasangan batu disemen pecah)

= 0,83

Koefisien Kutter (N) (pasangan

batu disemen pecah)

= 0,025

Page 22: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

= 4,9 x 54,4 x 0,04

= 10,66 m3.s-2

Dengan menggunakan Rumus Kutter, dapat dilihat sebagai berikut;

C ¿23+ 0,00155

S+ 1

N

1+N

√ R (23+0,00155

S )¿

23+ 0,001550,0025

+ 10 ,025

1+0,025

√0,74 (23+0,001550,0025 )

¿ 23+0,62+40

1+0,0250,82

(23+0,62 )

¿ 23+0,62+401+0,03 (23+0,62 )

¿ 63,621,7= 37,42

Maka didapatkan nilai C sebesar 37,42. Dan apabila dimasukkan

kedalam rumus,

Q = A x C √ R S Ket. Menggunakan Koef. 0,025

= 4,9 x 37,42 √0,74 x 0,0025

= 4,9 x 37,42 x 0,04

= 7,33 m3.s-2

Rumus yang sama, dengan koefisien yang berbeda;

C ¿23+ 0,00155

S+ 1

N

1+N

√ R (23+0,00155

S )¿

23+ 0,001550,0025

+ 10,015

1+0,015

√0,74 (23+0,001550,0025 )

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 22

Page 23: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

¿ 23+0,62+66,67

1+0,0150,82

(23+0,62 )

¿ 23+0,62+66,671+0,02 (23+0,62 )

¿ 90,291,47= 61,42

Maka didapatkan nilai C sebesar 61,42. Dan apabila dimasukkan

kedalam rumus,

Q = A x C √ R S Ket. Menggunakan Koef. 0,015

= 4,9 x 61,42 √0,74 x 0,0025

= 4,9 x 61,42 x 0,04

= 12,04 m3.s-2

Jika tiap hasil perhitungan debit dibandingkan, maka dapat dilihat

sebagai berikut:

Rumus Umum : 5,5 m3.s-2 √

Rumus Manning : 6,7 m3.s-2 (Koef. 0,030) √

: 11,81 m3.s-2 (Koef. 0,017)

Rumus Chezy : 7,33 m3.s-2 (Koef. 0,025) √

: 12,04 m3.s-2 (Koef. 0,015)

: 10,66 m3.s-2 (Rumus I)

: 10,95 m3.s-2 (Rumus II)

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Struktur atau bentuk serta Bahan

penyusun permukaan saluran sangat mempengaruhi nilai debit suatu

sungai. Dan dari ketiga rumus tersebut, dapat digunakan dalam

perkiraan debit aliran sungai, karena nilai debit hasil pengukuran yang

tidak terlalu jauh. Dengan syarat, teliti dalam penentuan nilai koefisien

masing-masing rumus yang akan digunakan.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 23

Page 24: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Untuk nilai koefisien yang lebih lengkap, dapat dilihat di tabel

koefisien masing-masing rumus pada lampiran laporan.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 24

Page 25: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

BAB VPENUTUP

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penyusunan laporan ini

adalah sebagai berikut:

1. Dalam penentuan Luas penampang basah suatu sungai, dapat dicari

dengan mengukur lebar dan kedalaman sungai.

2. Kecepatan aliran sungai sangat dipengaruhi oleh luas, kemiringan

sungai tersebut.

3. Dalam perhitungan debit dapat digunakan 3 rumus yaitu, rumus yang

umum digunakan dengan hasil perkalian kecepatan dan luas

penampang basah, dengan menggunakan rumus kecepatan oleh

Manning, serta dengan menggunakan rumus kecepatan oleh Chezy.

4. Dalam penentuan koefisien tiap-tiap rumus, harus ditentukan dengan

teliti dengan memperhatikan kondisi lapangan yang diukur.

5. Untuk mendapatkan data yang akurat dari hasil pengukuran.

Pengukuran tidak hanya dilakukan satu kali saja, melainka untuk

beberapa kali, untuk mendapatkan nilai yang pasti.

V.2 Saran

1. Saran kepada Pengurus Laboratorium

Saya berharap kepada seluru jajaran yang bertanggung jawab

terhadap kepengurusan Lab terkhusus terhadap alat-alat yang ada

didalamnya, untuk memaksimalkan pemfasilitasan alat-alat yang akan

digunakan dalam melaksanakan Praktek Lapang untuk Mahasiswa.

Agar Mahasiswa dapat mengetahui tentang penggunaan alat tersebut,

dan dimudahkan dalam pelaksanaan Praktek Lapang. Dan untuk alat

yang rusak agar segera diperbaiki.

2. Saran kepada Pembimbing (Dosen)

Saya berharap agar Dosen dalam pemberian penjelasan

materinya untuk ditingkatkan untuk semua pembelajaran baik saat

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 25

Page 26: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

praktikum maupun saat teori sehingga Mahasiswa dapat lebih mudah

dalam Pemahaman Materi.

3. Saran kepada Peserta Praktek Lapang (Mahasiswa)

Saya berharap kepada peserta praktek Lapang untuk lebih aktif

dan totalitas dalam melaksanakan praktek ini, demi kepentingan

bersama. Sehingga tidak ada salah satu dari peserta yang lainnya yang

terbebani dengan bekerja secara individual yang seharusnya dikerjakan

bersama/kelompok. Sehingga setiap peserta dapat mengetahui prosedur

dalam melakukan pengukuran, baik secara teori maupun praktik.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 26

Page 27: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

DAFTAR PUSTAKA

Karnisah, Iin. 2010. Hidrolika Terapan Bagian 2: Aliran Dalam Saluran

Terbuka. Halaman 9 – 16.

Tim Dosen. 2014. Hidrologi : Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi.

Halaman 37 – 41.

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 27

Page 28: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

LAMPIRAN

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 28

Gambar 3.1 Foto Saat Pengukuran Lebar Sungai

Gambar 3.2 Foto Saat Pengukuran Kedalaman Sungai

Page 29: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 29

Tabel 2.1 Koefisien Kekasaran Kutter (N)

Tabel 2.2 Koefisien Bazin (m)

Tabel 2.3 Nilai Koefisien Kekasaran (n)

Page 30: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 30

Page 31: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 31

Page 32: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 32

Page 33: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 33

Page 34: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 34

Page 35: Laporan Hidrologi Dasar

Nurul Afdal Haris - 1415141002

Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Hidrologi Dasar | 35

Lokasi Praktek Lapang

Gambar 3.3 Foto Tangkapan Google Earth Lokasi Praktek Lapang