1440 h / 2019 m j a m b irepository.uinjambi.ac.id/2254/1/shk101170042_intan...abstrak skripsi ini...

79
Penerapan Mediasi dalam Perkara Perceraian di Jabatan Agama Islam Johor (JAIJ) Skripsi PEMBIMBING I: Dr. A.A. Miftah, M.Ag PEMBIMBING II: Dra.Ramlah, M.P.di, M.Sy Oleh: INTAN NADHIRAH BINTI MUSLIM NIM : SHK 101170042 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN J A M B I 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Penerapan Mediasi dalam Perkara Perceraian di Jabatan Agama Islam Johor (JAIJ)

    Skripsi

    PEMBIMBING I: Dr. A.A. Miftah, M.Ag

    PEMBIMBING II: Dra.Ramlah, M.P.di, M.Sy

    Oleh:

    INTAN NADHIRAH BINTI MUSLIM

    NIM : SHK 101170042

    PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    J A M B I

    1440 H / 2019 M

  • MOTTO

    َ ِ ْ ِ ْ ُ ْ ِ َ َ َ ْ ِ ِ َ َ ْ َ ُ َ َ ِ ْ َ ْ ِ ِ َ َ َ ِ ْ َ ْ ِ َ ِ ْ ُ ِز َ ِ ْ َ ُ َ ِ ُ َ ْ َ ُ َ ِ َ َ َ

    َ ِ َ ِ ز

    35. Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang

    hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang

    hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri

    itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

    v

  • ABSTRAK

    Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap kepentingan mediasi dalam mendamaikan pasangan

    yang berada dalam gejolak rumah tangga yang berada di ambang perceraian. Seperti yang kita

    pelajari, perkara halal yang dibenci oleh Allah adalah perceraian. Jadi dengan adanya Mediasi ini bisa

    mengurangkan kadar perceraian yang berlaku. Penelitian ini dilaksanakan di Jabatan Agama Islam

    Negeri Johor. Dalam pengambilan data penelitian menggunakan beberapa teknik yaitu wawancara,

    observasi dan dokumentasi. Data primer bersumber dari dokumen-dokumen tentang kasus yang dapat

    diatasi setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode kualitatif. Dari hasil

    penelitian diketahui bahwa ta‟liq thalak dan faktor-faktor penyebab perceraian antaranya campur

    tangan orang luar, ketidaktanggungjawaban serta tidak diberi nafkah. Di Jabatan Agama Islam Negeri

    Johor ini, kasus-kasus yang berbagai itu seupayanya dicarikan jalan untuk menyelesaikan masalah

    perceraian itu. Berbagai kendala juga dihadapi oleh para Mediator seperti pasangan tidak

    memberikan kerjasama, tidak menghantar wakil serta enggan berdamai. Jadi dengan kebijakan dari

    pihak mediator maka kebanyakan kasus dapat diselesaikan dengan lancar. Skripsi ini bertujuan

    menjadi bahan rujukan bagi mengetahui proses mediasi.

  • DAFTAR ISI

    HALAMANJUDUL………………………………………………………………i

    LEMBAR

    PERNYATAAN…………………………………………………………………..ii

    PERSETUJUAN

    PEMBIMBING………………………………………………………………….iii

    PENGESAHANPANITIAUJIAN………………………………………………iv

    MOTTO………………………………………………………………………....v

    ABSTRAK……………………………………………………………................vi

    KATA

    PENGANTAR…………………………………………………………………..vii

    DAFTAR

    ISI……………………………………………………………………………….ix

    DAFTAR

    SINGKATAN……………………………………………………………………xi

    DAFTAR

    TABEL…………………………………………………………………………xii

    DAFTAR

    GAMBAR…………………………………………………………………….xiii

  • BAB I : PENDAHULUAN

    A. LatarBelakangMasalah……………………………………………1

    B. RumusanMasalah…………………………………………………5

    C. BatasanMasalah……………………………………………………6

    D. TujuandanKegunaanPenelitian………………………………….6

    E. KerangkaTeori……………………………………………………7

    F. TinjauanPustaka…………………………………………………20

    BAB II : METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan

    Penelitian………………………………………………………… 24

    B. JenisdanSumberData………………………………………………25

    C. TeknisPengumpulanData…………………………………………..25

    D. TeknisAnalisisData…………………………………………………26

    E. JadwalPenelitian……………………………………………………27

    BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    1. Jabatan Agama Islam Johor (JAIJ).

    a. Sejarah……………………………………………………………28

    b. Objektif,Misi,Visi……………………………………………….34

    c. StrukturOrganisasi………………………………………………34

    2. Mahkamah Syariah Johor Bahru

    a. Sejarah…………………………………………….. …………..37

    b. Objektif,Misi,Visi………………………………………………43

  • BAB IV: PENERAPAN MEDIASI DI JABATAN AGAMA ISLAM JOHOR

    (JAIJ)

    A. Proses Mediasi dalam menangani permasalahan perceraian di Jabatan

    AgamaIslamJohor(JAIJ)....................................................................44

    B. Faktor kendala yang mempengaruhi mediasi di Jabatan Agama Islam

    NegeriJohor..………………………………………………………48

    C. Hubungan antara penerapan mediasi di Jabatan Agama Islam Johor

    (JAIJ) ……………………………………………………………..50

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan…………………………………………………..61

    B. Saransaran……………………………………………………61

    C. KataPenutup…………………………………………………62

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam melayari bahtera rumahtangga, kadang kala terasa bahagia dan

    adakalanya terjadi konflik. Umpama air laut, ada pasang surutnya, ada masa

    tenangnya dan ada masa gelisah dilanda ombak yang begitu kuat

    menghempas.Sebagaimana pepatah Melayu mengatakan lidah dan gigi lagikan

    tergigit inikan pula pasangan suami istri. Walau bagaimana hebat cinta yang

    dibina dan erat kasih sayang yang dijalin, seperti juga hubungan di antara lidah

    dan gigi, walau rapat sekalipun, namun tergigit juga.

    Pertikaian kecil atau ada rasa tidak puas hati di antara suami isteri memang

    perkara yang mudah berlaku. Tapi jika dibiarkan dan tidak diberantas segera,

    permasalahan kecil akan menjadi semakin besar dan akhirnya mengakibatkan

    kehancuran rumah tangga. Seperti ombak kecil, ia hanya akan mengguncang

    kapal, akan tetapi jika ombak mulai mengganas kapal juga bisa ditenggelaminya.

    Pertikaian atau rasa tidak puas hati jangan dibiarkan. Tapi sebaiknya hendaklah

    segera diberantas dan dibaiki oleh kedua belah pihak agar jangan sampai penyakit

    yang sudah kritis baru tercari-cari akan ubatnya.1

    Dalam hubungan laki-laki dengan perempuan, Allah memberi jalan agar

    kedua-dua makhluk yang berbeda kelamin hidup aman damai, bahagia dan

    berkasih sayang, dan pernikahan itu juga membuatkan jiwa lebih tenteram.Semua

    makhluk dimuka bumi ini pastinya menginginkan keharmonian dan kedamaian

    dalam kehidupan mereka, begitu juga dengan pasangan yang telah membina

    1 H.S.A Al Hamdani, Risalah Nikahi, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), hlm. 6

  • sesebuah ikatan pernikahan, sudah semestinya mereka mengharapkan rumah

    tangga yang tenang, harmonis dan bahagia.

    Justeru itu kebahagiaan dalam rumah tangga amat berharga untuk kita

    miliki. Kerana kasih sayang dalam rumah tangga akan dapat meletakkan hati dan

    fikiran kita dalam keadaan damai. Oleh yang demikian, pasangan seharusnya

    perlu mengelak daripada berlakunya perkelahian/percekcokan di dalam rumah

    tangga. Jika dibiarkan berlarutan pasti akan menuju kepada kemusnahan yang

    akan mengakibatkan penceraian.Penceraian adalah merupakan suatu perbuatan

    yang tidak digalakkan oleh Islam malahan ia juga tidak disukai oleh Allah S.W.T

    akan tetapi ia merupakan sesuatu yang halal disisiNya.

    Apabila wujud sebarang perselisihan di antara pasangan suami isteri,

    hendaklah mereka berusaha untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, Allah

    S.W.T telah menganjurkan agar membina sebuah organisasi atau badan yang

    terdiri daripada wakil dari kedua belah pihak yang sedang bercekcok itu. Secara

    tidak langsung mediator ini dapat mengurangkan kasus krisis rumah tangga.

    Firman Allah S.W.T:

    ُ َ ِِّ َُّ َ ْ َ ُ َ ِ َّ ََّ َ َ ِ ْ َ ِ ْ ُ ِز َ ِ ْ َ ْ ِ َ ِ ْ َ ْ ِ ِ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ِ ْ ِ ْ ُ ْ ِ َ َ َ ْ ِ ِ َ

    َ ِ ز َ ِ

    Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,

    maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam

    dari keluarga perempuan.Jika kedua orang hakam itu bermaksud

    mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri

    itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.2

    2 An-Nisa‟(4): (35)

  • Bagi Pengadilan Agama yang bertugas menangani perkara-perkara orang

    Islam3, dimana salah satunya adalah perkara perceraian, mediasi memberikan

    keuntungan dengan semakin bervariasinya bentuk-bentuk upaya damai yang dapat

    ditawarkan dalam rangka menghindari terjadinya perceraian. Sebelum berlakunya

    PERMA tersebut, telah ada upaya damai yang dilakukan oleh hakim saat dan

    selama memeriksa perkara.

    Dalam teknis pelaksanaannya, mediasi biasa ditempatkan sebagai forum

    untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya islah

    (perdamaian) di antara suami isteri sehingga diharapkan diperoleh suatu

    perubahan sikap di antara mereka dan perceraian sebagai alternatif penyelesaian

    masalah rumah tangga dapat diurungkan. Mengingat Pengadilan Agama

    menganut asas mempersulit terjadinya perceraian yang tertulis dalam Undang

    Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan4, dan perceraian adalah suatu

    hal yang meskipun diperbolehkan tetapi dibenci oleh Allah. Gambaran umum

    tentang pelaksanaan mediasi tersebut digunakan dalam merumuskan kriteria

    keberhasilan mediasi, yakni apabila pihak berperkara bersedia secara sukarela

    rukun kembali dan selanjutnya mencabut perkaranya, karena perkara yang

    menyangkut status seseorang seperti dalam hal perkara perceraian, apabila terjadi

    perdamaian tidak perlu dibuat akta perdamaian yang dikuatkan dengan putusan

    perdamaian, dengan alasan tidak mungkin dibuat suatu perjanjian/ketentuan yang

    melarang seseorang melakukan perbuatan tertentu, seperti melarang salah satu

    pihak meninggalkan tempat tinggal bersama.

    Di sisi lain terdapat pandangan yang berbeda terkait penentuan kriteria

    keberhasilan mediasi perkara perceraian. Meskipun terjadi perceraian, ketika

    proses perceraian berjalan dengan lancar karena para pihak sudah merelakan dan

    masalah-masalah akibat perceraian seperti nafkah anak, istri, pembagian harta

    bersama, mut‟ah, hak asuh anak berhasil mencapai kesepakatan, maka proses

    3 Pasal 1 ayat 1 UU No. 50 Tahun 2009, perubahan atas UU No.3 Tahun 2006 perubahan atas UU

    No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama 4 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2010)

  • mediasi juga dikatakan berhasil. Prinsip pokoknya tasrihun bima’rufin /kebaikan

    bagi semua, seperti yang dijelaskan dalam Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 231:

    َط ْ ُ ُ ٱ َسٓ َء َ َ َ ْغَ َ َجَ ُ َ َأْ ِسُ ُ ِ َ ْ ُز ٍف َ ْ َسز ُ ُ ِ َ ْ ُز ٍف ۚ َ َ َ ِ َذ

    َت ِخُذٓ ۟ َء َ َِٰت ٱ ِ ُ ُز ۚ َ ْ َ ْل َذَِٰ َك َ َ ْ َظَ َ َنْ َسُ ۥ ۚ َ َ َ ْ َ ُ ۟ ۚ َ َ ُتْ ِسُ ُ ِضَز ر

    ُ ۟ ٱ َ َ ٱْ َ ُ ٓ ۟ ِ ِ ۦ ۚ َ ٱت َ ٱْ ِ َ َِٰب َ ٱْ ِحْ َ ِة َ ِ ُظُ َ ٱْذُ ُز ۟ ِنْ َ َت ٱ ِ َ َ ْ ُ ْ َ َ ٓ َ نَزَل َ َ ْ ُ

    َ ٱ َ ِ ُ ل َ ْىٍء َ ِ ٌ

    Artinya:“Apabila kamu mentalak isteri-isteri (kamu), lalu mereka (hampir)

    mendekati akhir iddahnya, maka bolehlah kamu pegang mereka (rujuk) dengan

    cara yang baik atau melepaskan mereka dengan cara yang baik. Dan janganlah

    kamu pegang mereka (rujuk semula dengan maksud memberi mudarat, kerana

    kamu hendak melakukan kezaliman (terhadap mereka), dan sesiapa yang

    melakukan demikian maka sesungguhnya dia menganiaya dirinya sendiri. dan

    janganlah kamu menjadikan ayat-ayat hukum Allah itu sebagai ejek-ejekan (dan

    permainan). Dan kenanglah nikmat Allah yang diberikan kepada kamu, (dan

    kenanglah) apa yang diturunkan kepada kamu yaitu Kitab (Al-Quran) dan ilmu

    hikmat, untuk memberi pengajaran kepada kamu dengannya. Dan bertaqwalah

    kepada Allah serta ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tiap-

    tiap sesuatu.”5

    Di Malaysia terdapat satu badan khusus yang berperan sebagai badan yang

    berwenang untuk menangani permasalahan-permasalahan rumahtangga

    khususnya di Negeri Johor. Badan yang berwenang tersebut yaitu mediator yang

    terdapat dalam Bahagian Pentadbiran Undang-Undang Syariah bertempat di

    Pejabat Agama Islam Negeri Johor (JAIJ). Menurut penulis terdapat kasus sudah

    dapat ditangani oleh mediator tersebut. Tugas mediator ini bermula setelah

    mendapat arahan dari mahkamah, mediator ini akan menjalankan tanggungjawab

    sebagai perunding dan akan menyelesaikan persengketaan keluarga mengikut

    proses dan prosedur yang telah ditetapkan. Dalam kasus mediasi ini dapat dilihat

    5 Al-Baqarah (2):(231)

  • di dalam enakmen 17 fasal 47 Undang-undang Keluarga Islam (Negeri Johor)

    2003.

    Berpijak dari masalah inilah, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih

    mendalam sejauhmana penerapan mediasi ini dalam menangani kasus perceraian

    yang penulis angkat sebagai salah sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk

    skripsi dengan judul “Hubungan Penerapan Mediasi di Jabatan Agama Islam

    Johor (JAIJ) dengan Penyebab Tingginya Tingkat Perceraian di Mahkamah

    Syariah Johor Bahru‟‟

    B. Rumusan Masalah

    Bertitik tolak dari perbahasan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa yang

    menjadi rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah seperti

    berikut :

    1. Bagaimana proses mediasi dalam menangani permasalahan perceraian di

    Jabatan Agama Islam Johor (JAIJ)?

    2. Faktor kendala apakah mempengaruhi mediasi di Jabatan Agama Islam

    Johor (JAIJ)?

    3. Bagaimanakah hubungan antara penerapan mediasi di Jabatan Agama

    Islam Johor (JAIJ) ?

    C. Batasan Masalah

    Berdasarkan judul yang penulis angkat maka bahasan yang menjadi

    tumpuan utama dari karya ilmiah ini agar tidak terjadi kesalahan tanggapan dalam

    pembahasan, baik terhadap penulis sendiri maupun para pembaca, maka dalam

    penulisan ini penulis hanya memfokuskan kepada penerapan mediasi dari sudut

    peranan dan fungsinya di dalam menyelesaikan kasus perceraian yang berlaku di

    Negeri Johor, Malaysia dari tahun 2016-2019. Dari peranan tersebut dapat

    diketahui keberkesanan terhadap Penerapan Mediasi dalam Perkara Perceraian di

    Jabatan Agama Islam Johor (JAIJ).

  • D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang dinyatakan sebelumnya, maka terdapat

    beberapa tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini, yaitu :

    1. Tujuan Penelitian

    a) Meneliti proses mediasi dalam menangani permasalahan perceraian di

    Jabatan Agama Islam Johor (JAIJ).

    b) Mengetahui faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat perceraian di

    Mahkamah Syariah Johor Bahru.

    c) Mengkaji hubungan antara penerapan mediasi di Jabatan Agama Islam

    Johor (JAIJ) beserta faktor penyebab peningkatan tahap perceraian di

    Mahkamah Syariah Johor Bahru.

    2. Manfaat Penelitian

    a) Sebagai panduan terhadap diri penulis dan pencerahan kepada masyarakat

    agar mampu menangani kekecohan (chaos) yang ditimbulkan oleh suatu

    sengketa daripada kedua belah pihak demi masa depan yang harmonis.

    b) Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berguna

    bagi mediator dan dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan mediasi

    khususnya mediasi perkara perceraian dalam rangka mewujudkan

    keadilan.

    E. Kerangka Teori

    Teori merupakan serangkaian pernyataan sistematik yang bersifat abstrak

    tentang subjek tertentu. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian lapangan

  • (field research) dan jenis penelitian pustaka (library research) Kerangka teori

    yang digunakan dalam penelitian adalah teori mediasi dan perceraian.6

    1. Mediasi

    Pengertian Mediasi Secara etimologi (bahasa) mediasi berasal dari bahasa

    latin yaitu “mediare” yang berarti ditengah atau berada ditengah, karena orang

    yang melakukan mediasi (mediator) harus berada ditengah orang yang

    bertikai.7Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak

    ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang

    membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang

    diterima oleh kedua belah pihak. Jadi mediator itu harus berada pada posisi netral

    dan tidak memihak pada salah satu pihak dalam penyelesaian sengketa.8 Dalam

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata „mediasi‟ diberi arti sebagai proses pengikut

    sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan.9 Menurut Syahrizal

    Abbas penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan lebih menekankan pada

    keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa untuk

    menyelesaikan perselisihannya. Penjelasan ini sangat penting guna untuk

    membedakan dengan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya.10

    Menurut Rachmadi Usman, mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di

    luar pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersikap

    netral (non-intervensi) dan tidak berpihak (impartial) kepada pihak-pihak yang

    bersengketa. Pihak ketiga tersebut disebut “mediator” atau “penengah” yang

    tugasnya hanya membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan

    masalahnya dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.

    Dengan perkataan lain, mediator di sini hanya bertindak sebagai fasilitator saja.

    6 Sayuti Una.,MH, Pedoman Penulisan Skripsi (Jambi: Syariah Press, 2014), hlm.25

    7 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Bandung: Citra Aditya

    Bakti, 2003), hlm. 79 8 Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika,

    2014), hlm 24 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

    Indonesia,( Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm. 569 10

    Syahrizal abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 3

  • Dengan mediasi diharapkan dicapai titik temu penyelesaian masalah atau sengketa

    yang dihadapi para pihak, yang selanjutnya akan dituangkan sebagai kesepakatan

    bersama. Pengambilan keputusan tidak berada di tangan mediator, tetapi di tangan

    para pihak yang bersengketa.

    Dalam hukum Islam secara terminologis perdamaian disebut dengan

    istilah Shulhu/Islah yang menurut bahasa adalah memutuskan suatu

    persengketaan. Dan menurut syara‟ adalah suatu akad dengan maksud untuk

    mengakhiri suatu persengketaan antara dua pihak yang paling bersengketa. Dalam

    penerapan yang dapat difahami adalah suatu akad dengan maksud untuk

    mengakihiri suatu persengketaan antara dua orang yang saling bersengketa yang

    berakhir dengan perdamaian. Ash Shulhu berasal dari bahasa Arab yang berarti

    perdamaian, penghentian perselisihan, penghentian peperangan.

    Dalam naskah akademis mediasi yang diterbitkan puslitbang hukum dan

    peradilan Mahkamah Agung RI Tahun 2007 dijelaskan bahwa mediasi adalah

    proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak-pihak ketiga yang tidak

    memihak bekerjasama dengan pihak-pihak yang bersengketa membantu

    memperoleh kesepakatan yang memuaskan. Hal tersebut berbeda dengan proses

    litigasi ataupun arbitrase, mediator tidak mempunyai wewenang untuk

    memutuskan sengketa. Mediator hanya membantu para pihak untuk

    menyelesaiakan sengketa yang dipercayakan kepadanya. Pengertian mediasi

    mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

    a. Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan asas

    kesukarelaan melalui suatu perundingan.

    b. Mediator yang terlibat bertugas membantu para pihak yang bersengketa

    untuk mencari penyelesaian.

    c. Mediator yang terlibat harus diterima oleh para pihak yang bersengketa.

  • d. Mediator tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan

    selama perundingan berlangsung.

    e. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang

    dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa dengan tujuan:

    1. Menghasilkan suatu rencana kesepakatan kedepan yang dapat diterima dan

    dijalankan oleh para pihak yang bersengketa

    2. Mempersiapkan para pihak yang bersengketa untuk menerima konsekuensi

    dari keputusan-keputusan yang mereka buat.

    3. Mengurangi kekhawatiran dan dampak negatif lainnya dari suatu konflik

    dengan cara membantu para pihak yang bersengketa untuk mencapai

    penyelesaian secara konsensus.11

    Menurut pendapat Moore C.W dalam naskah akademis mediasi, mediasi

    adalah interensi terhadap suatu sengketa atau negoisasi oleh pihak ketiga yang

    dapat diterima, tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan dalam

    memantau para pihak yang berselisih dalam upaya mencari kesepakatan secara

    sukarela dalam menyelesaikan Peraturan Mahkamah Agung kesalahan yang

    disengketakan.12

    Di Indonesia, pengertian mediasi secara lebih konkrit dapat ditemukan

    dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No.01 Tahun 2008 bahwa: “mediasi

    adalah penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh

    kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator”. Dari ketentuan Pasal 1

    Perma dapat dipahami bahwa esensi dari mediasi adalah perundingan antara para

    pihak bersengketa yang dipandu oleh pihak ketiga (mediator). Perundingan akan

    menghasilkan sejumlah kesepakatan yang dapat mengakhiri persengketaan.

    Dalam perundingan akan dilakukan negosiasi antara para pihak mengenai

    kepentingan masing-masing pihak yang dibantu oleh mediator.

    11

    Mahkamah Agung RI, Naskah Akademis Mediasi, (Jakarta: Badan Litbang Diklat Kumdil

    Mahkamah Agung RI, 2007), hlm. 35 12

    A.N. Susanti, Naskhah Akademis Mediasi, (Jakarta: Mahkamah Agung R.I. 2007), hlm 1

  • Konsep Perceraian

    1. Pengertian Perceraian

    Perceraian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal bercerai

    antara suami istri, yang kata bercerai itu sendiri artinya menjatuhkan talak atau

    memutuskan hubungan antara suami istri. Menurut KUH Perdata Pasal 207

    perceraian merupakan penghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atas

    tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu berdasarkan alasan-alasan yang

    tersebut dalam undang-undang. Sementara pengertian perceraian tidak dijumpai

    sama sekali dalam Undang-Undang Perkawinan begitu pula di dalam penjelasan

    serta peraturan pelaksananya.

    Beberapa sarjana juga memberikan rumusan atau definisi dari perceraian

    itu sendiri antara lain:

    a. Menurut Subekti, perceraian ialah penghapusan perkawinan dengan

    putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.13

    b. Menurut P.N.H Simantujak, perceraian adalah pengakhiran suatu

    perkawinan karena sesuatu sebab dengan keputusan hakim atas tuntutan

    dari salah satu pihak atau kedua belah pihak dalam perkawinan.14

    Islam sendiri telah memberikan penjelasan dan definisi bahwa perceraian

    menurut ahli fiqh disebut talak atau furqah. Talak diambil dari kata (Itlak) artinya

    melepaskan atau meninggalkan. Sedangkan dalam istilah syarak talak adalah

    melepaskan ikatan perkawinan atau rusaknya hubungan perkawinan.

    2. Dasar Perceraian Menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam

    (Negeri Johor) 2003

    13

    Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta:Intermasa, 1985), hlm.23 14

    P.N.H. Simantujak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Pustaka

    Djambatan,2007), hlm 53

  • Dasar hukum perceraian seperti tertulis dalam Enakmen 17 Tahun 2003,

    Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam ( Negeri Johor) 2003, Fasal 47 yaitu

    Perceraian dengan Talak atau Perintah dimana 15

    (1) Seseorang suami atau seseorang isteri yang hendak bercerai hendaklah

    menyerahkan suatu permohonan untuk perceraian kepada Mahkamah dalam

    borang yang ditetapkan, disertai dengan suatu akuan berkanun yang

    mengandungi;

    (a) butir-butir mengenai perkahwinan itu dan nama, umur dan jantina anak-

    anak, jika ada, hasil dari perkahwinan itu;

    (b) butir-butir mengenai fakta-fakta yang memberi bidang kuasa kepada

    Mahkamah di bawah seksyen 45;

    (c) butir-butir mengenai apa-apa prosiding yang dahulu mengenai hal ehwal

    suami isteri antara pihak-pihak itu, termasuk tempat prosiding itu;

    (d) suatu pernyataan tentang sebab-sebab hendak bercerai;

    (e) suatu pernyataan tentang sama ada apa-apa, dan, jika ada, apakah

    langkah-langkah yang telah diambil untuk mencapai perdamaian;

    (f) syarat apa-apa perjanjian berkenaan dengan nafkah dan tempat

    kediaman bagi isteri dan anak-anak dari perkahwinan itu, jika ada,

    peruntukan bagi pemeliharaan dan penjagaan anak-anak dari

    perkahwinan itu, jika ada, dan pembahagian apa-apa aset yang

    diperolehi melalui usaha bersama pihak-pihak itu, jika ada, atau, jika

    tiada, sesuatu persetujuan tersebut telah tercapai, cadangan pemohon

    mengenai hal-hal itu; dan

    (g) butir-butir mengenai perintah yang diminta.

    15

    Enakmen 17 Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Johor),

    2003

  • (2) Selepas menerima sesuatu permohonan untuk perceraian, Mahkamah

    hendaklah menyebabkan satu saman diserahkan kepada pihak yang satu lagi itu

    bersama dengan satu salinan permohonan itu dan akuan berkanun yang dibuat

    oleh pemohon, dan saman itu hendaklah mengarahkan pihak yang satu lagi itu

    hadir di hadapan Mahkamah untuk membolehkan Mahkamah menyiasat sama ada

    pihak yang satu lagi itu bersetuju atau tidak terhadap perceraian itu.

    (3) Jika pihak yang satu lagi itu bersetuju terhadap perceraian itu dan Mahkamah

    berpuas hati selepas penyiasatan yang wajar bahawa perkahwinan itu telah pecah

    belah dengan tak dapat dipulihkan, maka Mahkamah hendaklah menasihatkan

    suami supaya melafazkan satu talaq di hadapan Mahkamah.

    (4) Jika pihak yang satu lagi tidak bersetuju terhadap perceraian itu atau jika

    Mahkamah berpendapat bahawa ada kemungkinan yang munasabah bagi suatu

    perdamaian antara pihak-pihak itu, Mahkamah hendaklah dengan seberapa segera

    yang boleh melantik suatu jawatankuasa pendamai terdiri daripada seorang

    Pegawai Agama sebagai pengerusi dan dua orang lain, seorang untuk bertindak

    bagi pihak suami dan seorang lagi bagi isteri, dan merujukkan kes itu kepada

    jawatankuasa itu.

    (5) Pada melantik dua orang itu di bawah subseksyen (5), Mahkamah hendaklah,

    jika boleh, memberi keutamaan kepada saudara-saudara karib pihak-pihak itu

    yang tahu akan hal keadaan kes itu.16

    (6) Mahkamah boleh memberi arahan-arahan kepada jawatankuasa pendamai itu

    tentang hal menjalankan perdamaian itu dan ia hendaklah menjalankannya

    mengikut arahan-arahan itu.

    (7) Jika jawatankuasa itu tidak dapat bersetuju atau jika Mahkamah tidak berpuas

    hati tentang cara ia menjalankan perdamaian itu, Mahkamah boleh memecat

    jawatankuasa itu dan melantik jawatankuasa lain bagi menggantikannya.

    16

    Enakmen 17 Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Johor), 2003

  • (8) Jawatankuasa itu hendaklah berusaha mencapai perdamaian dalam tempoh

    enam bulan dari tarikh ia dibentuk atau dalam tempoh yang lebih lama mengikut

    sebagaimana yang dibenarkan oleh Mahkamah.

    (9) Jawatankuasa itu hendaklah meminta pihak-pihak itu hadir dan hendaklah

    memberi tiap-tiap seorang dari mereka peluang untuk didengar dan boleh

    mendengar mana-mana orang lain dan membuat apa-apa penyiasatan yang

    difikirkannya patut dan boleh, jika ia fikirkan perlu, menangguhkan prosidingnya

    dari semasa ke semasa.

    (10) Jika jawatankuasa pendamai itu tidak dapat mencapai perdamaian dan tidak

    dapat memujuk pihak-pihak itu supaya hidup semula bersama sebagai suami

    isteri, jawatankuasa itu hendaklah mengeluarkan suatu perakuan tentang hal yang

    demikian itu dan boleh melampirkan pada perakuan itu apa-apa syor yang

    difikirkannya patut berkenaan dengan nafkah dan penjagaan anak-anak belum

    dewasa dari perkahwinan itu, jika ada, berkenaan dengan pembahagian harta, dan

    berkenaan dengan hal-hal lain berhubung dengan perkahwinan itu.

    (11) Tiada seseorang Peguam Syarie boleh hadir atau bertindak bagi mana-mana

    pihak dalam sesuatu prosiding di hadapan sesuatu jawatankuasa pendamai dan

    tiada sesuatu pihak boleh diwakili oleh sesiapa jua, selain dari seorang ahli

    keluarganya yang karib, tanpa kebenaran jawatankuasa pendamai itu.17

    (12) Jika jawatankuasa itu melaporkan kepada Mahkamah bahawa perdamaian

    telah tercapai dan pihak-pihak itu telah hidup semula bersama sebagai suami

    isteri, Mahkamah hendaklah menolak permohonan untuk perceraian itu.

    (13) Jika jawatankuasa mengemukakan kepada Mahkamah suatu perakuan

    bahawa ia tidak dapat mencapai perdamaian dan tidak dapat memujuk pihak-

    pihak itu supaya hidup semula bersama sebagai suami isteri, Mahkamah

    hendaklah menasihatkan suami yang berkenaan itu melafazkan satu talaq di

    hadapan Mahkamah, dan jika Mahkamah tidak dapat mendapatkan suami itu hadir

    17

    Enakmen 17 Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Johor), 2003

  • di hadapan Mahkamah untuk melafazkan satu talaq atau jika suami itu enggan

    melafazkan satu talaq, maka Mahkamah hendaklah merujuk kes itu kepada

    Hakam untuk tindakan menurut seksyen 48.18

    Peran mediator pada proses mediasi sangat penting karena akan

    menentukan keberhasilan atau kegagalan untuk memperoleh kesepakatan para

    pihak yang berperkara. Seorang mediator dituntut harus menguasai perannya

    sebagai mediator serta harus mempunyai ketrampilan yang khusus

    Keberadaan undang-undang Islam di Malaysia adalah agak kompleks. Ini

    kerana tidak adanya keseragaman dalam pelaksanaan undang-undang tersebut.

    Karena kondisi masyarakat Malaysia yang berlainan suku, bangsa dan agama.

    Sejarah telah membuktikan bahawa setiap bangsa yang ada adalah bebas untuk

    mengamalkan undang-undang mana saja yang diperuntukkan menurut agama dan

    adat masing-masing. Sistem adat dan pelaksanaannya telah memberikan kesan

    yang besar dalam mempengaruhi pelaksanaan Undang-Undang Keluarga Islam.19

    Konsep Mediasi

    1. Pengertian Mediasi

    Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata mediasi diberi arti sebagai

    proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai

    penasehat.20

    Pengertian mediasi yang diberikan kamus bahasa indonesia

    mengandung 3 unsur penting. Pertama, mediasi merupakan proses penyelesaian

    perselisihan atau sengketa yang terjadi antar dua pihak atau lebih. Kedua, pihak

    yang terlibat dalam penyelesaian sengketa adalah pihak-pihak yang berasal dari

    luar pihak yang bersengketa. Ketiga, pihak yang terlibat dalam penyelesaian

    18

    Enakmen 17 Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Johor), 2003

    19 Perkara 8(2) Perenggan (b) Fasal (5) Perlembagaan Persekutuan Malaysia (Perjanjian

    Persekutuan Tanah Melayu 1948 dan Perlembagaan Kemerdekaan tahun 1957) 20

    Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan, 1988), m/s 569.

  • sengketa tersebut bertindak sebagai penasehat dan tidak memiliki kewenangan

    apa-apa dalam pengambilan keputusan. J. Folberg dan A. Taylor lebih

    menekankan konsep mediasi pada upaya yang dilakukan mediator dalam

    menjalankan kegiatan mediasi.21

    Kedua ahli ini menyatakan bahwa penyelesaian sengketa melalui jalur

    mediasi dilakukan secara bersa-sama oleh pihak yang bersengketa dan dibantu

    oleh pihak yang netral. Mediator dapat mengembangkan dan menawarkan pilihan

    penyelesaian sengketa, dan para pihak dapat pula mempertimbangkan tawaran

    mediator sebagai suatu alternatif menuju kesepakatan dalam penyelesaian

    sengketa.

    Di indonesia, pengertian mediasi dapat ditemukan di Perma No. 1 tahun

    2016 tentang prosedur mediasi. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa

    melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan

    dibantu oleh mediator (Pasal 1 butir 1). Mediator adalah hakim atau pihak lain

    yang memiliki sertifikat mediator sebagai pihak netral yang membantu para pihak

    dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian

    sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesain

    (Pasal 1 butir 2).

    Pengertian mediasi menurut Perma No. 1 tahun 2016 tidak jauh berbeda

    dengan esensi mediasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar tersebut. Namun,

    pengertian ini menekankan pada satu aspek penting yang mana mediator dituntut

    proaktif untuk mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa, beberapa

    unsur penting dalam mediasi antara lain sebagai berikut:

    a. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan

    b. Mediator terlibat dan diterima para pihak yang bersengketa di dalam

    perundingan

    21

    Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum adat, dan Hukum Nasional (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), m/s 5

  • c. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari

    penyelesaian.

    d. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama

    perundingan berlangsung.

    e. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan

    yang diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.22

    2. Jenis-jenis Mediasi

    Mediasi dapat dibagi menjadi dua kategori yakni mediasi di pengadilan

    (litigasi ) dan mediasi di luar pengadilan ( non litigasi ). Di banyak negara,

    mediasi merupakan bagian dari proses litigasi, hakim meminta para pihak untuk

    megusahakan penyelesaian sengketa mereka dengan menggunakan proses mediasi

    sebelum proses pengadilan dilanjutkan. Inilah yang disebut dengan mediasi di

    pengadilan. Dalam mediasi ini, seorang hakim atau seorang ahli yang ditunjuk

    oleh para pihak dalam proses pengadilan, bertindak sebagai mediator. Di banyak

    negara, seperti Amerika Serikat telah lama berkembang suatu mekanisme, di

    mana pengadilan meminta para pihak untuk mencoba menyelesaikan sengketa

    mereka melalui cara mediasi sebelum diadakan pemeriksaan.

    Proses Mediasi

    Tahap pramediasi adalah tahap dimana para pihak mendapatkan tawaran

    dari hakim untuk menggunakan jalur mediasi dan para pihak menunjuk mediator

    sebagai pihak ketiga yang akan membantu menyelesaikan sengketa mereka.

    Konvach membagi proses mediasi ke dalam sembilan tahapan, yakni sebagai

    berikut:

    a. Penataan atau pengaturan awal

    22

    Suyut Margono, ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum (Bogor:

    PT.Graha Indonesia, 2000), m/s 59.

  • b. Pengantar atau pembukaan oleh mediator

    c. Pernyataan pembukaan oleh para pihak

    d. Pengumpulan informasi

    e. Identifikasi masalah-masalah, penyusunan agenda dan kaukus

    f. Membangkitkan pilihan-pilihan pemecahan

    g. Melakukan tawar-menawar

    h. Kesepakatan

    i. Penutup

    Faktor-Faktor Penting Dalam Mediasi

    Mediasi merupakan tata cara berdasarkan iktikad baik dimana para pihak

    yang bersengketa menyampaikan pokok persoalannya melalui jalurnya sendiri

    dengan cara bagaimana sengketa akan diselesaikan melalui jalur mediator, karena

    mereka sendiri tidak mampu melakukannya.23

    Oleh karena itu, keberhasilan

    mediasi bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti :

    1. Mediator

    Ketrampilan dari seorang mediator juga bisa menjadi faktor yang dapat

    menentukan keberhasilan mediasi. Masing-masing mediator memiliki

    teknik-teknik sendiri dalam melakukan mediasi. Mediator diharapkan

    melakukan mediasi dengan melalui pendekatan psikologis, agama, dan

    sosial. Pendekatan psikologis berupa pendekatan terhadap keadaan

    psikologis para pihak, pendekatan agama yaitu dengan mengingatkan dari

    segi agama, bagaimana agama memandang hukumnya apabila benar-benar

    terjadi perceraian, dan pendekatan sosial yaitu mengingatkan akibat-akibat

    sosial yang akan ditimbulkan setelah adanya perceraian.

    23

    Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS), (Jakarta: PT. Fikahati Aneska bekerjasama dengan BANI, 2011), hlm. 35

  • 2. Para pihak yang bersengketa

    Para pihak yang dimediasi seharusnya memiliki iktikad baik dan kerelaan

    sepenuh hati untuk bersedia dimediasi. Mereka melakukan mediasi tidak

    semata-mata untuk mengikuti rangkaian peraturan yang ada di Pengadilan.

    Para pihak harus memiliki visi yang sama untuk berdamai dan harus

    mengerti dengan benar apa sebenarnya tujuan diadakannya mediasi.

    Keadaan psikologis dari para pihak juga harus diperhatikan, karena kalau

    sudah menyangkut masalah hati akan sulit sekali untuk dirukunkan

    kembali.

    3. Masalah yang sedang dihadapi para pihak

    Kadar dari masalah yang sedang dihadapi oleh para pihak juga patut

    dipehitungkan dalam menentukan keberhasilan mediasi. Masalah yang

    sudah berlarut-larut dan sudah terjadi bertahun-tahun akan susah untuk

    dirukunkan kembali. Seperti pada saat peneliti melakukan observasi,

    kebetulan kasusnya adalah kasus perselingkuhan yang sudah terjadi. 24

    Tolak Ukur Mediasi dalam Masalah Perceraian

    Sebagaimana dalam penjelasan di atas bahwa sengketa kebendaan atau

    sengketa non perceraian, perkara yang berhasil dimediasi akan terwujud dalam

    bentuk akta perdamaian yang akan dikukuhkan oleh putusan pengadilan yang

    amarnya “menghukum kedua belah pihak mentaati isi akta perdamaian”. Namun

    dalam masalah perceraian keberhasilan mediasi (rukun dan tidak melanjutkan

    perceraian) tidak dibuat akta perdamaian, melainkan hanya mencabut gugatan /

    permohonannya. Berangkat dari sistem tersebut, maka penulis menilai bahwa

    ukuran keberhasilan mediasi pada perkara perceraian adalah jumlah perkara

    perceraian yang dicabut. Walaupun hal ini tidak menutup kemungkinan proses

    pencabutan tersebut tidak disebabkan oleh proses mediasi yang disediakan di

    pengadilan tetapi terkadang melalui pertimbangan para pihak beperkara sendiri.

    24

    Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, (Jakarta:

    Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 311

  • Oleh karena pada prinsipnya proses mediasi bisa dilakukan sepanjang proses

    beperkara di pengadilan masih berjalan, baik itu dilakukan melalui lembaga

    mediasi yang disediakan di pengadilan maupun diluar pengadilan yang dilakukan

    oleh para pihak beperkara sendiri.25

    F. Tinjauan Pustaka

    Kajian terhadap problematika dalam penyelesaian sengketa melalui

    mediasi telah banyak dilakukan oleh para peneliti yang mempunyai kredibilitas

    dan perhatian dalam bidang hukum. Berikut penulis sampakan buku rujukan dan

    skripsi yang ada relevansinya dengan persoalan mediasi:

    Pertama, penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa bidang Sains Sosial

    Islam dan Kemanusiaan di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) yaitu Nurul

    Hanis Sofia Othman & Noornajihan Jaafar dalam kajian thesis mereka yang

    bertajuk Hisbah dan Kepentingannya dalam Rundingacara Perkahwinan (Hisbah

    and Its Importance in Marriage Consultations) yang menerangkan tentang Hisbah

    merupakan sebuah konsep yang menekankan tentang amar ma‟ruf nahi munkar

    dan menjadikan ia penting dalam kehidupan muslim yang mengharapkan

    syurga sebagai ganjaran mentaati Allah SWT. Pada masa kini,

    peningkatan kes perceraian dan cara untuk mengurangkannya melalui

    runding cara perkahwinan merupakan isu yang hangat diperkatakan dan

    merupakan pernyataan masalah kepada kajian ini. Justeru, objektif kajian ini

    dilakukan ialah untuk menggali isu-isu berkaitan perceraian, meneliti definisi

    dan konsep hisbah ,dan membincangkan kepentingan melaksanakan hisbah dalam

    runding cara perkahwinan. Metod kajian ini menggunakan kaedah deskriptif

    dan analisis kandungan. Kajian ini mendapati bahawa konsep hisbah yang

    dibawa oleh Imam al- Ghazali sangat praktikal untuk diaplikasikan dalam

    runding cara perkahwinan. Melalui kajian ini diharapkan konsep hisbah

    menjadi

    25

    Pasal 83 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

  • keutamaan dalam sesi runding cara perkahwinan kerana konsep ini

    sangat baik bagi menghasilkan muslim yang sentiasa berwaspada dalam setiap

    tindakan yang dilakukan. Kajian ini juga dapat memberikan impak dalam

    meningkatkan lagi kualiti runding cara dalam kalangan pegawai yang dilantik

    agar statistik perceraian dapat dikurangkan.26

    Kedua, Skripsi Masrifah (052111092) Fakultas Syariah IAIN Walisongo

    Semarang yang berjudul “Implementasi Mediasi Dalam Perkara Perceraian di

    Pengadilan Agama Semarang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui bagaimana implementasi mediasi dalam perkara perceraian di

    Pengadilan Agama Semarang dan apa yang menjadi hambatan dalam proses

    mediasi perkara perceraian di Pengadilan Agama Semarang. Hasil dari penelitian

    menunjukkan bahwa pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Semarang telah

    sesuai dengan apa yang diatur dalam PERMA No.1 Tahun 2008, tetapi tingkat

    keberhasilannya sangat rendah. Faktor-faktor yang menjadi kendala adalah faktor

    teknis dan non teknis. Faktor teknis meliputi keterbatasan tempat dan keterbatasan

    mediator. Faktor non teknis meliputi kemauan bulat para pihak untuk bercerai,

    karakteristik yang bersifat hati dan perasaan, dan adanya pihak ketiga27

    Ketiga, Skripsi saudari Nurul Fitriana (072111037) tahun 2011 Fakultas

    Syariah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul “Implementasi PERMA No. 1

    Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dalam Perkara Perceraian

    (Studi di Pengadilan Agama Semarang)”. Dalam analisisnya, implementasi

    PERMA No. 1 Tahun 2008 di Pengadilan Agama Semarang belum efektif dan

    efisian, penyebabnya yaitu masih sedikit sekali perkara perceraian yang berhasil

    dimediasi. Hal ini terjadi karena faktor penghambat yang kebanyakan datang dari

    para pihak itu sendiri dan mediasi tersebut hanya dijadikan sebagai formalitas

    saja. Waktu pelaksanaan mediasi yang semestinya 40 hari sebagaimana yang

    dijelaskan dalam PERMA, akan tetapi pada praktek mediasi di Pengadilan Agama

    26

    Nurul Hanis Sofia Othman dan Noornajihan Jaafar, “Hisbah dan Kepentingannya dalam Rundingacara Perkahwinan (Hisbah and Its Importance in Marriage Consultations)”, Tesis Universiti Sains

    Islam Malaysia, (2018) 27

    Masrifah, Skripsi “Implementasi Mediasi dalam Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Semarang”, Semarang: Fakultas Syariah IAIN Walisongo, (2009)

  • Kota Semarang hanya berlangsung 1 sampai 2 minggu dan waktunya kurang lebih

    setengah jam saja, hal ini yang menjadikan pelaksanaan mediasi tidak efektif.

    Para pihak juga belum mengerti sepenuhnya tentang makna dan tujuan dari

    mediasi itu sendiri sehingga para pihak terlalu mengesampingkan proses mediasi

    tersebut.28

    Penelitian yang telah dilakukan oleh Nurul Hanis Sofia Othman dan

    Noornajihan Jaafar, Masrifah, dan Nurul Fitriana mempunyai persamaan yakni

    sama-sama meneliti tentang mediasi atau upaya perdamaian. Sedangkan

    perbezaan yang terdapat melalui penelitian ini adalah pada riset post doctoral

    yang dilakukan oleh Syahrizal Abbas yang lebih menekankan pembahasan

    tentang konstruksi mediasi dalam tiga sistem hukum yang ada di Indonesia yaitu

    sistem hukum syariah, sistem hukum adat dan sistem hukum nasional serta skripsi

    yang disusun oleh Nurul Fitriana yang menekankan pada pelaksanaan PERMA

    No. 1 Tahun 2008 di Pengadilan Agama Semarang dan faktor-faktor yang

    menghambat pelaksanaan mediasi dalam perkara perceraian dan Masrifah yang

    menekankan pada implementasi mediasi dalam perkara perceraian beserta

    hambatan-hambatan dalam proses mediasi perkara perceraian.

    28

    Nurul Fitriana, Skripsi “Implementasi PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dalam Perkara Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Semarang)”, Semarang: Fakultas Syariah

    IAIN Walisongo, (2011)

  • BAB II

    METODE PENELITIAN

    1. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Yang dimaksudkan

    dengan pendekatan kualitatif ialah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian

    yang beroriantasi pada gejala-gejala yang bersifat ilmiah karena demikian, maka

    sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa

    dilakukan di laboratarium saja melainkan harus terjun di lapangan.29

    Metode diskriptif pula ialah terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

    masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan

    penyingkapan fakta. Metode diskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat

    tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau

    untuk menetukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala lain dalam

    masyarakat. Lingkungan penelitian yaitu di Jabatan Agama Islam Negeri Johor

    (JAIJ) dan Mahkamah Syariah Johor Bahru, Malaysia.

    2. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan yang menggabungkan dua jenis

    penelitian di dalamnya yaitu:

    a. Penelitian Lapangan (Field Research)

    Penelitian ini dilakukan secara lapangan yang dilakukan di Jabatan Agama

    Islam Negeri Johor (JAIJ) dan Mahkamah Syariah Johor Bahru, Malaysia. Kaedah

    penelitian ini membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat

    dan terbaru serta menguatkan informasi yang diperolehi dari bahan bacaan. Selain

    itu, kaedah ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi tambahan dalam

    penyelesaian kepada masalah yang dihadapi.

    29

    Sayuti Una.,MH, Op. Cit., hlm.31-32

  • b. Penelitian Pustaka (Library Research)

    Kaedah Penelitian ini penting dalam mengumpulkan data dan informasi

    bagi penelitian ini terhadap semua bab serta menjadi pedoman kepada penulis

    untuk mengetahui dengan lebih rinci tentang apa yang bakal dikaji dalam

    penelitian ini. Informasi diperoleh dari bahan bacaan seperti buku, majalah, jurnal,

    hasil penelitian,kertas kerja, seminar dan sumber-sumber lain.

    3. Data dan Sumber Data

    1) Data Primer

    Data yang diperoleh dari sumber ilmiah dan dokumen serta wawancara

    yang diperolehi untuk pertama kalinya daripada pihak-pihak yang

    berwenang dari Pejabat Agama Islam Negeri Johor, (JAIJ).

    2) Data Sekunder

    Data yang diperoleh secara tidak langsung seperti majalah, jurnal, artikel,

    internet dan melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

    lain) yang berkaitan dengan penelitian.

  • 4. Teknis Pengumpulan Data

    Untuk memudahkan dan menghimpunkan data-data dan fakta di lapangan,

    maka penulis akan menggunakan beberapa teknik, antaranya:

    a) Pengumpulan Data

    1) Pengamatan (Observasi)

    Pengamatan atau observasi dengan fenomena-fenomena yang diselidiki.

    Pengamatan penulis terhadap permasalahan kasus perceraian rumah tangga

    yang berlaku di Negeri Johor.

    2) Wawancara

    Wawancara adalah cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan

    secara lisan supaya data yang diterima adalah secara tepat. Untuk

    mendapat data yang lebih tepat dan efektif adalah dengan mewawancara

    pihak yang berwenang seperti para mediator dan keluarga-keluarga yang

    menghadapi permasalahan rumah tangga.

    3) Dokumentasi

    Dokumentasi adalah penulis mengumpulkan bahan-bahan melalui

    dokumen bertulis yang berhubung dengan penulisan dari Mahkamah

    Syariah Johor Bahru serta mediator di Pejabat Agama Islam Negeri Johor

    (JAIJ).

    5. Teknis Analisis Data

    Setelah semua data yang diperoleh terkumpul sesuai mengikut permasalahan

    kajian yang dibahas dan dipelajari, penulis akan menganalisis teknis seperti

    berikut :

  • a) Koleksi Data

    Koleksi data pada tahap ini, penulis mengumpulkan data -data secara

    umum tentang tujuan pensyariatan sesuatu hukum syari‟ ditinjau dari

    hukum Islam.

    b) Reduksi Data (data reduction)

    Reduksi data yang merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

    memfokuskan pada hal-hal yang terpenting, dicari tema dan polanya.

    Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

    yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

    pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

    c) Penyajian Data (data display)

    Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antara

    kategori, flowchart dan seumpamanya. Menurut Miles dan Huberman

    (1984) menyatakan „‟Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

    dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif‟‟.

    Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa

    yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

    difahami tersebut‟‟.

    d) Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan

    Menurut Mikes dan Hubermain dalam analisis data kualitatif. Kesimpulan

    awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila

    tidak ditemukan bukti-bukti yang kukuh yang mendukung pada tahap awal,

    didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

    lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

    merupakan kesimpulan kredibel.

  • BAB III

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Jabatan Agama Islam Negeri Johor

    Jabatan Agama Islam Negeri Johor (JAIJ) merupakan secara

    geografisnya terletak di Ibu kota Negeri Johor, Malaysia. Kedudukannya di

    tengah-tengah ibu kota dan berhampiran dengan pusat pentadbiran. Kawasannya

    memudahkan masyarakat untuk mendapatkan perkhidmatan. Tambahan pula ia

    berada ditengah tengah kota yang merupakan tempat tumpuan umum bagi

    masyarakat disekitarnya.

    Jabatan Agama Islam Johor (JAIJ) ini telah dibina di atas sebidang tanah

    seluas 2.43 hektar berhampiran dengan Masjid Sultan Abu Bakar yang merupakan

    masjid utama di Negeri Johor, dengan perbelanjaan sebanyak RM 58 juta.

    Kompleks tersebut terdiri dari gedung-gedung tempat pejabat negeri Johor serta

    sebuah auditorium yang besar memuatkan seramai 1500 orang didalam satu masa

    yang terletak bersebelahan dengan Jabatan Agama Islam Johor ini. Sebuah

    bangunan tiga tingkat untuk Perpustakaan Awam Islam, Balai Pameran Islam dan

    Institut Pengajian Al-Quran Wal Qiraat atau lebih dikenali dengan nama Pusat

    Islam Negeri Johor. 30

    Merujuk undang-undang Tubuh Kerajaan Negeri Johor tahun 1897, fasal

    28, Jemaah Menteri telah diinstitusikan secara bertulis. Berikutan itu, rombakan

    besar dalam struktur pentadbiran kerajaan Johor telah dilakukan. Diantara Jabatan

    baru yang diwujudkan ialah Jabatan Agama dan Pelajaran (Ecliastical And

    Education Department). YM Ungku Mohd Khalid bin Daeng Ibrahim telah

    diperkenan menjadi Yang Dipertua Jabatan Agama dan Pelajaran. Dari segi

    tarafnya, Jabatan tersebut boleh disifatkan bertaraf kementerian apabila beliau

    dilantik menjadi Ahli Jemaah Menteri. Sebagai agensi kerajaan, Jabatan Agama

    30 https://jainj.johor.gov.my/ , akses pada 15 April 2019

  • dan Pelajaran mempunyai satu jawatan eksekutif yang terpenting yaitu Setiausaha.

    Orang pertama menyandang jawatan itu ialah Mohd Khalid bin Haji Abdul

    Munshi dalam tahun 1906. Bahagian Pelajaran dipisahkan sebagai satu Jabatan

    yang berasingan. Pada tahun 1918, organisasi Jabatan Agama dapat digambarkan

    seperti:31

    A. Yang Dipertua Jabatan ( Ungku Omar Ahmad), Pentadbiran Am (Naib

    Yang Dipertua Jabatan Ungku Abdul Rahman) Pejabat Mufti, (Syed

    Abdul Kadir Mokhsen),

    B. Pejabat Kadi (Haji Mohd Nasir bin Haji Salim), Bilal-Imam (daerah-

    daerah), Kadi Batu Pahat dan Kadi Muar

    Gambar 1: Struktur Organisasi Jabatan Agama Islam Johor (JAIJ)

    31

    https://jainj.johor.gov.my/ , akses pada 15 April 2019

  • Struktur pentadbiran Jabatan Agama Johor dan Pelajaran kelihatan lebih

    teratur dan tersusun, begitu juga pengkhususan tugasan jika dibandingkan dengan

    keadaan di akhir abad ke-19. Pada abad tersebut untuk menentukan awal

    Ramadan, ia wajib ditentukan oleh tiga orang tokoh agama. Contohnya, puasa

    pada 1 Ramadan 1302 Hijrah disahkan oleh Hakim Haji Mohd Salleh selaku

    “Syeikhul Islam Johor” dan Mufti Syed Salim bin Ahmad Al-Attas. Agak sukar

    ditemui peranan Syeikhul Islam di Johor tetapi peranan Pejabat Mufti pula jelas,

    yaitu bertanggungjawab menegeluarkan tauliah mengajar agama Islam kepada

    guru-guru agama. Manakala Pejabat Kadi selaku Pendaftar cerai dan rujuk juga

    bertanggungjawab kepada soal-soal masjid dan kakitangan nya. Antara anggota

    Jabatan Agama Johor yang penting yaitu Jawatankuasa Pelajaran Agama yang

    bertanggungjawab kepada perkara-perkara berikut:32

    1. Pentadbiran dan Penubuhan Sekolah Agama termasuk Sekolah-sekolah

    Arab.

    2. Peperiksaan Sekolah Agama

    3. Pengambilan guru-guru agama dan menyelesaikan masalah guru agama

    termasuk kenaikan pangkat.

    4. Sukatan Pelajaran Agama Islam

    5. Menyemak kitab-kitab

    Sejak awal penubuhannya, Jabatan Agama Islam Negeri Johor (JAIJ) tidak

    pernah menoleh kebelakang malah terus berkembang hingga ke hari ini dengan

    kewujudan cabang disetiap kabupaten di Negeri Johor. Kini peranan Jabatan

    Agama Islam Negeri Johor telah diperluas kepada beberapa bidang agama

    antaranya:

    A. Bahagian / Unit33

    32

    https://jainj.johor.gov.my/ , akses pada 15 April 2019 33

    https://jainj.johor.gov.my/ , akses pada 15 April 2019

  • 1. Bahagian Dakwah

    ■ Unit Bil Hal

    ■ Unit Dakwah Tarbiah

    ■ Unit Keurusetiaan

    ■ Unit Ukhuwah

    2. Bahagian Khidmat Pengurusan

    ■ Unit Audit Dalam

    ■ Unit Kewangan

    ■ Unit Kualiti

    ■ Unit Pembangunan / Penyelenggaraan

    ■ Unit Pentadbiran

    ■ Unit Sumber Manusia

    ■ Unit Teknologi Maklumat (ICT)

    3. Bahagian Pembangunan Keluarga

    ■ Unit Khidmat Nasihat

    ■ Unit Pembangunan Keluarga

    ■ Unit Pembangunan Sosial

    4. Bahagian Pendakwaan

    ■ Unit Pentadbiran dan Keurusetiaan

    ■ Unit Rekod dan Kualiti

    ■ Unit Latihan dan Pusat Sumber

    5. Bahagian Pendidikan Islam

    ■ Unit Akademik

    ■ Unit Naziran

    ■ Unit Pembangunan Kemanusiaan

    ■ Unit Pengurusan Sekolah

    ■ Unit Pentadbiran

  • 6. Bahagian Penguatkuasaan

    ■ Unit Operasi

    ■ Unit Pencegahan

    ■ Unit Siasatan

    7. Bahagian Pengurusan Halal

    ■ Unit Audit Pematuhan

    ■ Unit Penguatkuasaan & Pemantauan

    ■ Unit Pensijilan

    8. Bahagian Pengurusan Masjid

    ■ Unit Khutbah & Tafsir

    ■ Unit Masjid Negeri

    ■ Unit Qariah & Takmir

    ■ Unit Tabung Masjid

    9. Bahagian Undang-Undang Syariah34

    ■ Unit Perundangan

    ■ Unit Nikah Cerai Rujuk

    B. Pejabat Kadi

    ○ Cawangan UTC Kotaraya

    ○ Pejabat Kadi Batu Pahat

    ○ Pejabat Kadi Johor Bahru

    ○ Pejabat Kadi Kluang

    ○ Pejabat Kadi Kota Tinggi

    34

    https://jainj.johor.gov.my/ , akses pada 15 April 2019

  • ○ Pejabat Kadi Kulai

    ○ Pejabat Kadi Mersing

    ○ Pejabat Kadi Muar

    ○ Pejabat Kadi Pontian

    ○ Pejabat Kadi Segamat

    ○ Pejabat Kadi Tangkak

    C. Pejabat Pendidikan Islam

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Batu Pahat

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Johor Bahru

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Kluang

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Kota Tinggi

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Kulai

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Mersing

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Muar

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Pontian

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Segamat

    ○ Pejabat Pendidikan Islam Tangkak35

    2. Objektif, Visi,Misi JAIJ

    Objektif Jabatan Agama Islam negeri Johor (JAIJ) adalah untuk

    melahirkan sebuah masyarakat maju yang menjadikan Islam sebagai satu cara

    hidup yang sempurna berasaskan Al-Quran dan As-Sunnah serta melahirkan

    masyarakat yang terpelihara dari segi akidah dan syariah.

    35

    https://jainj.johor.gov.my/ , akses pada 15 April 2019

  • Manakala Visi dan Misi Jabatan Agama Islam negeri Johor (JAIJ) adalah

    Islam sebagai cara hidup serta menjadikan Jabatan Agama Johor sebagai satu

    agensi sosial terunggul melalui usaha dan aktiviti yang berterusan serta

    menyeluruh dalam pembentukan individu yang sentiasa berpegang teguh kepada

    ajaran Islam seluruhnya, bagi melahirkan sebuah masyarakat yang

    berketrampilan, harmoni, dinamik, cergas, cerdas, berdaya saing, bersatu padu,

    berakhlak mulia dan memiliki jati diri unggul sebagai pemangkin kepada

    kesejahteraan ummah dan negara.36

    3. Struktur Organisasi Badan Mediasi di Jabatan Agama Islam Negeri Johor

    (JAIJ)

    Badan Unit Mediasi adalah satu badan yang bernaung di bawah Jabatan

    Agama Islam Negeri Johor. Oleh itu, badan ini mempunyai seksi-seksi yang

    tertentu bagi memantapkan organisasinya yang terdiri daripada:

    1. Pengarah Jabatan Agama Islam Negeri Johor.

    2. Bahagian Pentadbiran Undang-Undang Syariah.

    3. Pusat Pembangunan Keluarga Islam.

    4. Pendaftaran Perkahwinan, Perceraian & Rujuk (e-NCR).

    5. Unit Perunding dan Pembangunan Keluarga.

    36

    https://jainj.johor.gov.my / , akses pada 15 April 2019

  • Di dalam Jabatan Agama Islam mempunyai bahagian-bahagian atau unit-

    unit yang mempunyai kewenangan yang berbeda-beda. Begitu juga halnya pada

    bagian yang berwenang mengenai mediasi ini, yaitu di Bagian Pentadbiran

    Undang-Undang Syariah yang dibawahnya juga mempunyai 3 unit yang

    mempunyai peranan yang berbeda-beda juga. Di antara ketiga-tiga bagian tersebut

    pula dikhususkan bagian yang berwenang penuh bagi mediasi yaitu Unit

    Perunding dan Pembangunan Keluarga. Unit inilah yang banyak menyelesaikan

    masalah yang berkaitan dengan permasalahan rumahtangga terutamanya kasus-

    kasus yang berkaitan dengan Mediasi.37

    37

    Brosur, Unit Perunding dan Pembangunan Keluarga, Jabatan Agama Islam Negeri Johor (JAIJ)

    PENGARAH

    JABATAN AGAMA ISLAM

    NEGERI JOHOR

    KETUA PENOLONG PENGARAH

    BAHAGIAN UNDANG-UNDANG

    SYARIAH

    UNIT PUSAT

    PEMBANGUNAN

    KELUARGA ISLAM

    UNIT PENDAFTARAN

    PERKAWINAN,

    PERCERAIAN DAN

    RUJUK

    UNIT PERUNDING DAN

    PEMBANGUNAN

    KELUARGA

  • 1. Bahagian Pentadbiran Undang-Undang Syariah38

    a. Memberi perkhidmatan yang berkesan kepada masyarakat

    dalam urusan permasalahan, perceraian dan ruju‟

    b. Memberi perkhidmatan khidmat nasihat yang berkesan

    dalam menyelesaikan masalah kekeluargaan Islam.

    1.1 Unit Pusat Pembangunan Keluarga Islam

    a. Merancang perkhidmatan hal ehwal dan perhubungan

    sosial.

    b. Merancang aktiviti/program ke arah memperkukuhkan

    peranan institusi keluarga dan masyarakat Islam bagi

    menghadapi alat baru selaras dengan tuntutan agama.

    c. Menyalurkan aktiviti yang berkaitan dengan hal ehwal

    kekeluargaan Islam dan masyarakat masa kini melalui sesi

    rundingan dan menyalurkan masalah yang dihadapi kepada

    bahagian atau institusi yang berkaitan.

    1.2 Unit Pendaftaran Nikah, Cerai & Rujuk

    a. Menentukan urusan perkahwinan dan rujuk dibuat

    mengikut akta Undang-Undang Keluarga Islam Negeri

    Johor.

    b. Merekodkan Pendaftaran perkawinan, perceraian dan rujuk

    masyarakat Islam secara tersusun dan teratur.

    1.3 Unit Perunding dan Pembangunan Keluarga

    Unit Perunding dan Pembangunan Keluarga adalah salah satu unit

    di bagian Pentadbiran Undang-Undang Syariah di Jabatan Agama

    Islam Negeri Johor. Badan ini diketuai oleh seorang ketua penolong

    pengarah yang bertanggungjawab dalam semua unit pentadbiran bagi

    bahagian Pentadbiran Undang-Undang Syariah. Unit inilah yang

    38

    https://jainj.johor.gov.my/ , akses pada 15 April 2019

  • menguruskan permasalahan rumah tangga yang berkaitan dengan

    Mediasi.

    1.3.1 Objektif Unit Perunding dan Pembangunan Keluarga.

    1. Memberikan perkhidmatan rundingcara dan bimbingan ke arah

    membangunkan institusi keluarga Islam di Negeri Johor.

    2. Mengurangkan masalah kepesatan gejala-gejala sosial seperti

    masalah nikah,cerai dan rujuk yang tidak mengikut peraturan

    undang-undang yang telah ditetapkan.

    3. Memberi khidmat mediasi terhadap suami isteri atau bakal suami

    istri yang menghadapi masalah.

    4. Menjelaskan kekeliruan dan membekalkan maklumat kepada umat

    Islam di Negeri Johor mengenai isu rumah tangga.39

    B. Mahkamah Syariah Johor Bahru

    1. Lokasi Penelitian

    Mahkamah Syariah sememangnya mempunyai peranan yang penting

    dalam menyelesaikan kes-kes dan masalah-masalah yang dihadapi oleh

    masyarakat Islam, menjalankan dan seterusnya melaksanakan keadilan menurut

    undang- undang syarak. Sejauh yang diketahui Mahkamah Syariah Negeri Johor

    diasaskan sejak tahun 1873 sebelum undang-undang Kerajaan Negeri Johor

    diperkanunkan pada tahun 1895, yang diperkenal oleh Maharaja Abu Bakar Johor.

    Cuma ianya mempunyai enakmen khas.40

    .

    Berdasarkan Penguatkuasaan Undang-Undang Tubuh Kerajaan Johor-

    Fasal 28, jemaah menteri telah diinstitusikan secara bertulis dan kekal berlaku

    rombakan besar-besaran dalam struktur organisasinya. Antara jabatan baru yang

    dicipta ialah Jabatan Agama dan Pelajaran dengan memperkenalkan jawatan Yang

    39

    https://jainj.johor.gov.my/ , akses pada 15 April 2019 40

    http://syariah.johor.gov.my/, akses pada 15 April 2019

  • Dipertuanya iaitu Yang Mulia Engku Mohd. Khalid. Pada 20 Ogos 1932 suatu

    muktamar tahunan kadi-kadi Johor telah diadakan untuk membincangkan

    mengenai mahkamah kadi, daftar nikah cerai dan rujuk, pungutan zakat,

    pembahagian harta-harta zakat dan Baitulmal. Semua kadi dilantik oleh Duli

    Yang Maha Mulia Sultan selaku Wali Al-Amar dalam negeri sebagaimana

    diwajibkan perlantikannya menurut hukum syarak. Semua keputusan mahkamah

    kadi adalah berdasarkan syariah muhammadiah dalam mazhab syafie.

    Penubuhan mahkamah di Negeri Johor ini adalah mengikut enakmen

    pentadbiran negeri Johor iaitu Enakmen bil 14 pada tahun 1978. Enakmen

    diwujudkan bagi menyatukan dan meminda undang-undang yang berkaitan

    dengan penubuhan, pentadbiran dan penyusunan semua perkara yang melibatkan

    dengan Agama Islam dan mahkamah-mahkamah di negeri Johor. Mahkamah

    Syariah di Johor telah ditubuhkan pada 1 Januari 1978 oleh Jabatan Agama Johor

    dan lebih dikenali pada masa kini sebagai Mahkamah Kadi. Mahkamahnya

    dibahagikan kepada dua jenis iaitu mahkamah kadi dan mahkamah rayuan. Pada

    masa kini, hakim-hakim mahkamah syariah ini adalah terdiri daripada kadi-kadi

    daripada daerah itu sendiri.

    Enakmen Pentadbiran Negeri Johor menyatakan bahawa bidang kuasa

    bagi kes jenayah seperti kes-kes khalwat, minum arak, tidak berpuasa dalam bulan

    ramadhan dan lain-lain dan bagi kes mal/sivil iaitu seperti kes cerai, tuntutan

    anak, nafkah dan sebagainya adalah dengan menghukum bagi setiap kesalahan

    denda sebanyak tidak kurang dari RM1000 atau hukuman penjara tidak melebihi

    6 bulan atau kedua-duanya sekali

    Mahkamah Syariah di Negeri Johor telah wujud sejak tahun 1873 iaitu

    sebelum Undang-Undang Tubuh Kerajaan Negeri Johor diperkanunkan secara

    bertulis pada tahun 1895 yang diperkenalkan oleh Maharaja Abu Bakar Johor,

    tetapi tidak mempunyai Enakmen Khas ketika itu. Sebelum tahun 1895 dikatakan

    bahawa telah wujud jawatan Mufti dan Kadi. Rekod separa rasmi yang terawal

    ditemui menunjukkan jawatan Mufti disandang oleh Dato‟ Syed Salim Al-Attas

    dan jawatan Kadi yang disandang oleh Dato‟ Haji Abdul Rahman dalam tahun

  • 1873. Kedua-dua orang penyandang jawatan ini juga telah dilantik oleh Maharaja

    Johor sebagai Ahli Dewan Negeri dan dengan perlaksanaan tradisi

    menganugerahkan Pingat Kebesaran Negeri, kepada Penyandang jawatan Mufti

    dan Kadi Darjah Mahkota Kelas Pertama iaitu Sri Paduka Mahkota Johor (SPMJ)

    yang membawa gelaran Dato‟.

    Pada 1 Januari 1978 Jabatan Agama Johor telah menubuhkan Mahkamah

    Syariah yang dikenali dengan nama Mahkamah Kadi mengikut peruntukan

    seksyen 58 ceraian (1) dan (2) Enakmen Pentadbiran Agama Islam 1978 dengan

    had bidangkuasa jenayah membicara mana-mana kesalahan yang dilakukan oleh

    orang Islam dan yang berhubung dengan Enakmen ini yang boleh dihukum

    dengan denda tidak melebihi satu ribu ringgit atau penjara selama tidak lebih

    daripada enam bulan atau kedua-duanya sekali . Dalam bidangkuasa Malnya ,

    mendengar dan memutuskan semua pembicaraan dalam mana pihak beragama

    Islam.41

    Perlantikan Kadi

    Semua kadi-kadi terdiri daripada mereka yang dilantik oleh Duli Yang Maha

    Mulia Sultan selaku Wali Al-Amr dalam Negeri sebagaimana yang diwajibkan

    perlantikannya itu dibuat menurut Hukum Syarak. Undang-unang Islam adalah

    undang-undang yang terbaik dan sesuai untuk kita semua kerana undang-undang

    itu diwahyukan oleh Allah S.W.T yang disampaikan melalui Rasul pesuruhNya

    supaya dijadikan pedoman dan ajaran kepada kita semua dan kita hendaklah

    mematuhinya.

    41

    http://syariah.johor.gov.my/, akses pada 15 April 2019

  • Mahkamah Syariah mempunyai peranan yang penting dalam

    menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat Islam dari masa ke

    semasa. Memandangkan keperluan itu maka suatu Jawtankuasa petugas khas

    peringkat persekutuan telah dibentuk oleh kabinet dengan dipengerusikan oleh

    Allahyarham Tan Sri Syed Nasir Ismail dan antara jawatankuasanya ialah

    Profesor Tan Sri Ahmad Ibrahim (Sh. Kuliah Undang-undang, Universiti Islam

    Antarabangsa sekarang) dan beberapa anggota lain dimana jawatankuasa ini telah

    membuat laporan dan cadangan-cadangan suaya mengasingkan pentadbiran

    Mahkamah Syariah dari Jabatan Agama Islam negeri-negeri dan menyusun

    semula sistem kehakimannya dengan member kuasa dan peningkatan taraf

    Mahkamah dan hakim-hakimnya.

    Untuk mengembalikan Undang-Undang Syarak kepada kedudukan asalnya

    sebagai undang-undang negeri dan sebagai langkah awal ke arah menaikkan taraf

    Mahkamah Syariah dan mempertahankan kedudukan hakim-hakimnya sebagai

    pelindung Undang-undang Syariah maka suatu pindaan kepada Perlembagaan

    Persekutuan (Pindaan) 1988 (Akta A 704) Perkara 121 (1A) telah diluluskan oleh

    Parlimen dan seterusnya berkuatkuasa.42

    Pengasingan Pentadbiran Mahkamah Syariah Dari Jabatan Agama43

    Enakmen Mahkamah Syariah 1993:

    EMS93 adalah suatu Enakmen bagi menyatu dan meminda undang-undang

    berkaitan dengan Penubuhan , Penyusunan dan Pentadbiran Mahkamah Syariah

    telah diluluskan oleh Majlis Mesyuarat Kerajaan Negeri Johor pada 22 Disember

    1993 dan telah diperkenankan oleh Duli Yang Maha Mulia Baginda Sultan Johor

    pada 27 Disember 1993.

    42

    http://syariah.johor.gov.my/, akses pada 15 April 2019 43

    Enakmen 18 Tahun 2003, Enakmen Keterangan Mahkamah Syariah (Negeri Johor) 2003

  • Sebagai langkah awal kearah melaksanakan tujuan pengasingan itu suatu pindaan

    Perlembagaan Persekutuan pada perkara 121 (1A) telah diluluskan dalam tahun

    1984 dan seterusnya berkuatkuasa yang memperuntukkan :

    “Bahawa Mahkamah Tinggi Sivil dan Mahkamah-Mahkamah dibawahnya

    tidaklah ada bidangkuasa di dalam mana-mana perkara yang termasuk di dalam

    bidangkuasa Mahkamah Syariah .”

    Perlaksanaan Pengasingan Mahkamah Syariah Dari Jabatan Agama

    Seksyen 5 Enakmen Mahkamah Syariah 1993 memperuntukan Penubuhan

    Mahkamah Syariah oleh Duli Yang Maha Mulia Sultan atas nasihat Menteri Besar

    selepas berunding dengan Majlis dan seksyen 31 Enakmen yang sama

    memperuntukan, Mahkamah-Mahkamah Kadi hendaklah dikenali sebagai

    Mahkamah Rendah Syariah dan hendaklah disifatkan sebagai Mahkamah Rendah

    Syariah yang ditubuhkan di bawah seksyen 5 Enakmen ini . Dengan itu

    Mahkamah Syariah telah diasingkan dari Jabatan Agama Islam dengan rasminya

    pada 1 Januari 199644

    Dengan berlakunya pindaan ini membolehkan pengasingan

    pentadbirannya dari Jabatan Agama dilakukan diperingkat Negeri. Mahkamah-

    mahkamah yang dipersetujui ialah 45

    a) 1 buah Mahkamah Rayuan Syariah Johor.

    b) 2 buah Mahkamah Tinggi Syariah Johor.

    i. Mahkamah Tinggi Syariah Johor Bahru.

    ii. Mahkamah Tinggi Syariah Muar.

    c) 6 buah Mahkamah Rendah Syariah.

    i. Mahkamah Rendah Syariah Johor Bahru.

    44

    Enakmen 12 Tahun 1993, Enakmen Mahkamah Syariah (Negeri Johor) 1993 45

    http://syariah.johor.gov.my/, akses pada 15 April 2019

  • ii. Mahkamah Rendah Syariah Muar.

    iii. Mahkamah Rendah Syariah Segamat/Kluang.

    iv. Mahkamah Rendah Syariah Batu Pahat.

    v. Mahkamah Rendah Syariah Pontian.

    vi. Mahkamah Rendah Syariah Mersing/Kota Tinggi.

    Adapun jawatan-jawatan yang dipersetujukan maka tarikh berkuatkuasanya ialah

    mulai 15 Julai 1994 iaitu sepertimana tarikh berkuatkuasa Enakmen Mahkamah

    Syariah 199346

    C. Objektif, Visi Misi Mahkamah Syariah Negeri Johor47

    VISI

    ❏ Menjadi institusi kehakiman syariah yang berwibawa

    MISI

    ❏ Melaksanakan perbicaran , pengurusan mahkamah dan

    perkhidmatan sokongan secara profesional , berkesan dan

    sistematik berasaskan Undang – Undang dan Hukum Syarak.

    D. Fungsi Jabatan

    ❏ Menguatkuasakan dan Melaksanakan Undang-Undang Islam;

    ❏ Mengendali dan Menguruskan Sistem Kehakiman Islam Secara Adil,

    Tersusun, Cekap dan Berkesan;

    46

    Enakmen 12 Tahun 1993, Enakmen Mahkamah Syariah (Negeri Johor) 1993 47

    http://syariah.johor.gov.my/, akses pada 15 April 2019

  • ❏ Membangun dan Menyelaras Keseragaman Pentadbiran Disemua

    Peringkat;

    ❏ Memperkenal dan Mempeluaskan Pengetahuan Kakitangan dan Orang

    Ramai Dalam Memahami Undang-Undang dan Prosedur;

    ❏ Menguruskan Perbicaraan Kes-kes Syariah

    ❏ Menguatkuasakan Perintah -Perintah Mahkamah.48

    48

    http://syariah.johor.gov.my/, akses pada 15 April 2019

  • BAB IV

    PENERAPAN MEDIASI DAN DALAM PERKARA PERCERAIAN DI

    JABATAN AGAMA ISLAM JOHOR (JAIJ)

    A. Proses Mediasi dalam menangani permasalahan perceraian di

    Jabatan Agama Islam Johor (JAIJ)

    Islam memiliki peraturan yang khusus tentang hubungan suami

    istri, dan memiliki keistimewaan dibandingkan dengan peraturan lainnya.

    Keistimewaan itu itu terletak pada sifatnya yang menyeluruh dan

    konstruktif, serta pengaruhnya dalam kehidupan sosial, politik dan

    ekonomi umat lainnya. Hubungan suami istri diatur atas dasar akidah yang

    sehat dan landasan-landasan yang kukuh. Islam tidak hanya menentukan

    batas-batas hanya sekadar untuk keserasian keluarga tetapi juga

    memberikan jalan keluar atas perselisihan yang terjadi.

    Di kalangan masyarakat Islam di Malaysia, istilah Jawatankuasa Damai

    bagi masalah rumahtangga telah pertama kali secara rasmi diperkenalkan

    bersama-sama dengan lahirnya Enakmen Undang-undang Keluarga

    Syariah Negeri Johor 2003. Akta akta inilah yang berdasarkan pada pasal

    47 (5) sampai (15) Akta Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Johor

    2003.

    Fasal 47(5)

    (5) Jika pihak yang satu lagi itu tidak bersetuju terhadap perceraian itu

    atau jika Mahkamah berpendapat bahawa ada kemungkinan yang

    munasabah bagi suatu perdamaian antara pihak-pihak itu, Mahkamah

    hendaklah seberapa yang boleh melantik suatu jawatankuasa pendamai

    terdiri daripada seorang Pegawai Agama sebagai pengerusi dan dua orang

  • lain, seorang untuk berpihak bagi pihak suami dan seorang lagi bagi isteri

    dan merujukkan kes itu kepada jawatankuasa itu.49

    Berdasarkan kepada fasal diatas, bermulanya Jawatankuasa Damai apabila

    diarahkan oleh Mahkamah Syariah yang akan memerintahkan Jabatan

    Agama menubuhkan Jawatankuasa Damai. Maka dengan itu, bermulalah

    tugas mereka untuk menyelesaikan masalah rumahtangga yang telah

    diperintahkan oleh Mahkamah Syariah. Pada masa itulah pergerakan

    Jawatankuasa Damai bermula dan akan menempuh beberapa proses serta

    prosedur sehingga mencapai keputusan akhir.

    Dengan pelaksanaan Undang-undang Keluarga Islam Negeri Johor 2003

    ini, mungkin dapat mengurangkan kasus perceraian yang akan berlaku

    tetapi untuk mencapai tujuan tersebut kita tidak boleh beranggapan bahwa

    segala hukuman yang terkandung di dalam Undang-undang berkenaan

    dapat menyelesaikan semua permasalahan keluarga dengan baik. Maka

    tentulah lebih adil mereka ini dibimbing atau dipulihkan terlebih dahulu.

    Maka pada hari ini, di setiap provinsi di Malaysia terdapat badan

    Jawatankuasa Damai ini yang terletak di bawah Jabatan Agama Islam

    dalam usaha untuk melancarkan serta mempermudah masyakarakat untuk

    mendapatkan sesi mediasi di dalam rumahtangga.

    Proses Kerja dan Tatacara Perlaksanaan Jawatankuasa Damai.

    Proses kerja dan tatacara perlaksanna jawatankuasa ini dalam menanagni

    proses permasalahan rumahtangga mempunyai proses kerja yang

    tersendiri. Sepertimana yang diketahui bahwa Jawatankuasa Damai ini

    berlaku apabila diperintah/diarahkan oleh Mahkamah. Proses ini perlu

    dilalui secara berperingkat-peringkat sehinggalah tercapainya keputusan.

    Oleh sebab itu Jawatankuasa ini bergerak mengikut proses yang telah

    diaturkan bagi mencapai keberhasilan di dalam menjalankan

    49

    Enakmen 17 Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Johor), 2003

  • tanggungjawab mediasi terhadap pasangan yang bermasalah. Oleh itu

    proses dan prosedur nya seperti berikut:

    1. Surat Perintah dari Mahkamah Syariah

    Apabila sesuatu kasus penceraian diajukan ke Mahkamah Syariah

    oleh salah seorang dari pasangan yang hendak bercerai yang tanpa

    penyetujuan daripada salah seorang daripada pasangan tersebut

    untuk bercerai, maka Mahkamah Syariah akan mengarahkan

    melalui Surat Perintah kepada Jabatan Agama Islam Negeri Johor

    supaya dengan seberapa segera menubuhkan Jawatankuasa Damai.

    Maka dengan itu, Jabatan Agama Islam Negeri Johor

    menubuhkannya dari seorang pegawai agama, seorang dari pihak

    suami dan seorang dari pihak isteri.

    2. Alamat dan Poskan Surat pada Plaintif, Defenders dan Wakil.

    Selepas diarahkan melalui surat perintah penubuhan Jawatankuasa

    Damai oleh pihak Mahkamah, Unit Perunding dan Pembangunan

    Keluarga akan seberapa segera melantik salah seorang dari mereka

    sebagai Mediator. Selepas itu, mediator akan membuat surat

    panggilan kepada pasangan yang terlibat supaya menghadirkan diri

    bagi menjalani proses mediasi. Kebiasaannya tempoh panggilan

    adalah selama 3 minggu selepas diarahkan oleh Mahkamah. Di

    dalam surat tersebut terkandung supaya para pihak penggugat dan

    tergugat serta wakil dari kedua pasangan tersebut perlulah

    menghadirkan diri di pada masa tanggal dan tempat yang telah

    ditetapkan oleh Jawatankuasa Damai.50

    3. Proses Mediasi

    50

    Wawancara bersama Mohd Rafie, Penolong Pengarah Bahagian Pentadbiran Undang-Undang Mahkamah Syariah Negeri Johor pada 6 April 2019

  • Kedua-dua pasangan ini sebagaimana yang telah ditetapkan pada

    surat panggilan proses mediasi. Kehadiran pasangan tersebut akan

    direkodkan. Semasa proses mediasi ini pihak Mediator hendaklah

    memainkan peranan dengan bijaksana sebagaimana yang

    terkandung dalam pasal 47 (10) yang mana pihak mediator

    hendaklah memberi tiap-tiap seorang dari mereka peluang untuk

    didengar dan boleh mendengar mana-mana orang lain dan

    membuat apa-apa penyiasatan yang difikirkannya patut dan boleh,

    jika ia fikirkan perlu, untuk menangguh proses mediasi maka

    semua itu adalah di dalam bidang kuasanya.51

    Perlu dingatkan

    bahwa semasa proses mediasi tersebut berlangsung tidak

    dibenarkan mana-mana peguam hadir atau bertindak sebagai

    pendamai pasangan tersebut.

    4. Keputusan dari Proses Mediasi

    Selepas melalui proses ini, jika cubaan pertama dapat

    menghasilkan keputusan samada mahu bercerai atau tidak,

    Jawatankuasa Damai akan membuat draf atau surat untuk

    dilaporkan ke Mahkamah Syariah. Sekiranya tiada keputusan yang

    atau tiada jalan penyelesaian atau mungkin pasangan masih

    berkeras mempertahankan keputusan asal maka Jawatankuasa

    Damai ini akan memanggil mereka untuk kali kedua. Proses ini

    mungkin akan memakan masa yang lama sehingga 6 bulan atau

    lebih sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Keluarga

    Islam Negeri Johor pasal 47 (9).52

    5. Sediakan draf, Ketik laporan Keputusan.

    51

    Enakmen 17 Tahun 2003 Undang-undang Keluarga Islam (Negeri Johor) 2003 52

    Enakmen 17 Tahun 2003 Undang-undang Keluarga Islam (Negeri Johor) 2003

  • Selepas melalui proses mediasi ini dan telah mendapatkan

    keputusan,mediator akan mengetik laporan keputusan kemudian

    disahkan serta akan di paraf oleh Ketua Penolong Pengarah

    Bahagian Pentadbiran Undang-Undang Syariah.

    6. Hantar Keputusan ke Mahkamah.

    Selesai laporan maka Jawatankuasa Damai akan menghantar

    laporan ke Mahkamah dan salinan kepada pasangan yang terlibat.

    B. Faktor-faktor kendala yang mempengaruhi mediasi di Jabatan Agama

    Islam Negeri Johor (JAIJ)

    Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kendala dlaam mediasi

    dalam menyatukan semula pasangan yang berselisih.

    1) Tiada menghantar wakil

    Jawatankuasa Damai yang ditubuhkan hendaklah terdiri dari seorang

    pegawai agama seorang wakil dari pihak suami dan seorang wakil dari

    pihak isteri. Mereka akan berbincang untuk menyelesaikan permasalahan

    yang timbul. Jika tiada wakil yang dihantar maka tugas wakil-wakil

    tersebut pasti tidak akan terlaksana. Masalah inilah yang banyak berlaku

    dalam kasus-kasus di Johor sama ada kedua-dua pihak tidak menghantar

    wakil atau sebelah pihak sahaja yang menghantar wakilnya.

    2) Penyelesaian dengan baik

    Terdapat juga kasus yang dapat diselesaikan dengan baik. Walaupun

    Mahkamah telah memerintahkan Pejabat Agama supaya menubuhkan

    Jawatankuasa Damai, namun diatas permintaan pasangan yang

    bersengketa yang mahu membuat penyelesaian secara baik tanpa

    melibatkan pihak Mediator.

    3) Menolak Jawatankuasa Damai

  • Terdapat juga kasus yang menolak perintah mahkamah untuk membentuk

    sebuah Jawatankuasa Damai, ini berlaku karena wakil yang dihantar oleh

    pasangan tersebut berkemungkinan tidak diberi kepercayaan oleh salah

    seorang pasangan terbabit.

    Secara tidak langsung tiada sebarang perdamaian atau persetujuan yang

    dapat dibuat dan pasangan tersebut enggan berdamai. Akhirnya mahkamah

    membenarkan permohonan cerai dengan talak satu.

    4) Enggan Berdamai

    Kelazimannya pasangan yang telah mengikuti masa mediasi oleh Jabatan

    Agama Islam untuk menjalani proses perdamaian akan menemui jalan

    kegagalan, mereka akan terus ke Mahkamah hanya bertujuan utnuk

    bercerai.

    Jadi apabila Jawatankuasa Damai ini dibentuk, mereka mencadangkan

    kepada Mahkamah bahwa pasangan tersebut tidak boleh didamaikan lagi

    dan mengesyorkan agar permohonan mereka untuk bercerai dibenarkan

    oleh mahkamah.53

    5) Tidak Faham Konsep Mediasi

    Menurut Ust Hafiz lagi, salah satu faktor yang menjadi masalah Mediator

    untuk berfungsi dengan baik ialah pasangan suami isteri yang bersengketa

    dan wakil-wakil yang dihantar oleh pasangan tersebut tidak memahami

    konsep sebenar mediasi itu. Oleh itu, mereka tidak dapat bekerjasama dan

    berunding dengan baik dalam usaha mendamaikan pasangan suami isteri

    tersebut.

    Memerhatikan cara kerja dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh

    badan mediator dalam menangani permasalahan perkawinan di Jabatan

    53

    Wawancara bersama Ust Hafiz, Penolong Badan Pembangunan Keluarga Jabatan Agama Islam Negeri Johor pada 30 Maret 2019

  • Agama Islam Negeri Johor serta keberhasilan yang telah dicapai menurut

    penulis khidmat mediator ini amat lah penting.

    C. Hubungan antara Penerapan Mediasi di Jabatan Agama Islam Negeri

    Johor (JAIJ) dengan faktor tingginya tahap perceraian di Mahkamah

    Syariah Johor Bahru.

    Apabila terdapat permohonan cerai, Mahkamah akan memerintahkan untuk

    dibentuk suatu Jawatankuasa Damai dengan harapan pasangan suami isteri yang

    berselisih dapat berdamai, namun ia masih belum dapat mengurangkan kadar

    penceraian yang berlaku khususnya di daerah Johor ini kerana kebanyakkan kasus

    berkahir dengan perceraian atau tiada sebarang perdamaian yang dapat dilakukan.

    Disini juga penulis memaparkan tabel-tabel yang berkaitan dengan kasus dan

    jumlah kasus yang berhasil ditangani yaitu:

    Tabel 1: Statistik Perceraian Daerah Johor Bahru 2016-2018

    Daerah Jenis Kes Kod Nama

    2016 2017 2018

    Daftar Selesai-

    ddaftar Daftar Selesai-

    daftar Daftar Selesai-

    daftar

    Johor

    Bahru

    055 - Tuntutan