menulis, mendamaikan

17
MENULIS, MENDAMAIKAN Oleh: Farninda Aditya (Club Menulis IAIN Pontianak) Disampaikan pada Pelatihan Pelatihan Peace Journalism (Jurnalisme Damai) dalam Perspektif Anti Teror FKPT Provinsi Kalimantan Barat "Cekal Terorisme di Kalimantan Barat" Rumah Melayu Kalimantan Barat, 26 Agustus 2015

Upload: nin-dit

Post on 21-Feb-2017

332 views

Category:

Presentations & Public Speaking


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menulis, mendamaikan

MENULIS, MENDAMAIKANOleh: Farninda Aditya

(Club Menulis IAIN Pontianak)

Disampaikan pada Pelatihan Pelatihan Peace Journalism (Jurnalisme Damai)

dalam Perspektif Anti Teror FKPT Provinsi Kalimantan Barat"Cekal Terorisme di Kalimantan Barat"

Rumah Melayu Kalimantan Barat, 26 Agustus 2015 

Page 2: Menulis, mendamaikan

Mendengar atau membaca kata Terosisme sebagian besar orang akan merasa ngeri. Keadaan serba kekerasan terasa mengancam di lingkungan

Page 3: Menulis, mendamaikan

Keamanan, sejahtera, hidup dengan damai serta harmonis pada dan dimana saja tentu menjadi keinginan semua orang.

Maka mewujudkan hal tersebut memerlukan kerjasama antar semua pihak. Bukan sekadar pemerintah, tetapi semua orang yang menjadi bagian dari masyarakat.

Setiap individu dapat menjaga lingkungannya dari aksi terorisme dengan berbagai cara, satu di antaranya adalah menulis.

Page 4: Menulis, mendamaikan

MENULIS, MENDAMAIKANMenulis menimbulkan rasa saling memahami, hal tersebut telah dirasakan oleh anggota Club Menulis Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak.

Page 5: Menulis, mendamaikan

Kisah Pelarian 97 yakni kumpulan cerita pengalaman dari sisi korban pada kerusuhan 1997 di Kalimantan Barat. Berikut kutipan cerita tentang korban yang mencoba untuk menyelamatkan diri dari kerusuhan di hutan yang ditulis oleh Siti Hanina.

Page 6: Menulis, mendamaikan

“Setelah semuanya mendapatkan tempat untuk beristirahat. Keadaanya menjadi sangat sunyi. Tak ada yang bersuara. Yang terdengar hanya bunyi jangkrik dan burung hantu yang sangat jelas terdengar di telinga kami. Dan semua obor telah dimatikan. Yang ada saat itu hanya penerangan dari sinar bulan yang masuk melalui celah-celah daun sagu yang rimbun. Tidak ada seorang pun yang tidur saat itu. Semuanya hanya duduk dan sambil menjaga anaknya. Ibu-ibu sibuk mengipasi anak-anaknya menggunakan sarung atau kain agar tidak digigit nyamuk. Tapi untunglah tidak ada satu anak pun yang menangis malam itu. Semuanya diam karena keadaan saat itu benar-benar sunyi (Hal 9) . …. Namun setelah pulang dari hutan tersebut. Ada berita dari orang dan ternyata orang Dayak dari kampung seberang memberitahu untuk agar kami segera meninggalkan kampung kami (Hal 12)”.

Page 7: Menulis, mendamaikan

Yakni catatan perjalanan di Parit Banjar, Punggur. Buku ini mengisahkan kehidupan masyarakat Bugis yang tinggal di Desa Melati atau lebih di kenal Parit Banjar. Orang Bugis di Parit Banjar banyak yang berpenghasilan dari Kopra, berikut kisahnya.

Page 8: Menulis, mendamaikan

“Hayalanku melayang jauh. Aku membayangkan seandainya Aku hidup layaknya mereka. Mampukah Aku bersabar dan bersyukur atas nikmat Allah. Dibandingkan dengan kehidupan di kampungku, jauh memang penghasilan mereka. Aku tak bisa membayangkan kalau harus memanjat kelapa dengan upah Rp. 170/biji atau Rp. 170.000/1000biji. Nyawa dipertaruhkan untuk memenuhi kebutuhan. Atau manggang kelapa untuk kopra selama dua hari hanya Rp. 80.000. padahal sekali panggang/salai lebih kurang 6.000 kelapa. Aku tak tahu harus bagaimana kalau Aku menjalani hidup yang sedemikian kerasnya.” (Mutamakin, Hal 14) 

Page 9: Menulis, mendamaikan
Page 10: Menulis, mendamaikan

 1. Menulis Berbagai Kisah

Berasal dari sejarah, pengalaman pribadi atau orang lain, lingkungan dapat menjadi ide dalam menulis fiksi, misal saja Cerpen, Novel, Puisi, atau Cerita Drama Teater.

Page 11: Menulis, mendamaikan

“Beberapa penguasa Lembah Danau Sentar berseragam dan bersenjata api ikut mengawasi para penyenso. Walhasil, penduduk rumah panjang tidak ada yang berani mendekat. Semuanya membisu. Hanya bisa melihat dari kejauhan. Seorang toke kayu dari negeri jiran tersenyum puas melihat batang-batang kayu yang terus bertumbangan. Aktivitas para penyenso mendadak dikejutkan sebuah teriakan. Tiba-tiba seorang pemuda berteriak dan berlari "Agik idup agik ngelaban" sambil membawa sebilah parang yang dikibas-kibaskan. "Kalau ada yang berani menebang pokok-pokok kayu ini aku bunuh," seru sang pemuda. Ancaman sang pemuda menghentikan aktivitas para penyenso.” (Hal 29)

Page 12: Menulis, mendamaikan

2. Menulis di Media

Menulis dan publikasi di media sosial tentu saja

memberikan banyak inspirasi dan mendapat apresiasi, begitu

pula koreksi, karenanya perlu pandai dalam menghadapinya agar tak menimbulkan suatu

sikap sensitif.

Page 13: Menulis, mendamaikan

3. Menulis adalah AksiMenulis adalah Aksi ialah

melakukan kegiatan menulis dan menghasilkan tulisan.Kegiatan menulis ialah kegiatan mengetik maupun tulisan tangan tanpa memikirkan isi tulisan selanjutnya, karenanya istilah tulis saja apa yang kamu pikirkan bukan pikirkan apa yang kamu tulis dalam hal ini menjadi hal wajib

Page 14: Menulis, mendamaikan

Memanfaatkan indra perasa.Deskripsikan saja apa yang diketahui.Berbekal pengalaman dan ide sebagai bahan tulisan menjadi lebih mudah untuk misalnya saja menulis tentang gotong royong, kearifan budaya lokal, sikap baik seorang teman, inspirator, tata ruang, dan sebagainya.

Page 15: Menulis, mendamaikan
Page 16: Menulis, mendamaikan

SIMPULANMenulis dapat menjabarkan hal-hal yang mulanya dipandang rumit hingga menimbulkan kepahaman. Menulis dengan pesan damai, menulis untuk kedamaian dapat dilakukan oleh siapa saja. Kedamaian adalah keinginan bersama dan mesti diaksikan bersama.

Page 17: Menulis, mendamaikan

TERIMA KASIHMARI MENULIS