03. gambut.pptx
TRANSCRIPT
GAMBUTNOVA ANNISA, S.Si., MS.
Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih.
Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara.
Lahan gambut adalah bagian dari lahan rawa
PEMBENTUKAN GAMBUT
Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum.
Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai.
Gambut tumbuh dengan kecepatan antara 0-3 mm tahun¹.
Di Barambai Delta Pulau Petak, Kalimantan Selatan laju pertumbuhan gambut sekitar 0,05 mm dalam satu tahun,
Di Pontianak laju pertumbuhan gambut sekitar 0,13 mm tahun-1.
Di Sarawak Malaysia, laju pertumbuhan berjalan lebih cepat yaitu sekitar 0,22 –0,48 mm per tahun (Noor, 2001 dari berbagai sumber).
SEBARAN GAMBUT
Luas dan Penyebaran Lahan Gambut di Berbagai Negara di Dunia :
Negara Luas (Juta Hektar)Kanada 170Rusia 150
AS 40Indonesia 17
Luas dan sebaran gambut di Indonesia :
Provinsi Luas (Ribu Hektar) Luas (%)Kalimantan Barat 4.610 24,9Papua 4.600 24,9Kalimantan Tengah
2.162 11,7
Riau 1.704 9,2Kalimantan Selatan
1.484 8
Kalimantan Timur 1.053 5,7Sumatera Selatan 990 5,4Jambi 900 4,9Sumatera Utara 335 1,8Aceh 270 1,5
JENIS GAMBUT
Berdasarkan bahan asal atau penyusunnya, gambut dibedakan menjadi :
Gambut lumutan (moss peat) : terdiri atas campuran tanaman air
Gambut seratan (sedge peat) : terdiri atas campuran lumut dan rerumputan
Gambut kayuan (woody peat) : terdiri dari tanaman pepohonan dan semak
Berdasarkan tingkat kesuburannya, gambut dibedakan menjadi :
Gambut eutropik : banyak mengandung minaral kalsium karbonat, banyak vegetasi serat/rumput-rumputan
Gambut mesotropik : kandungan mineral sedang
Gambut oligotropik : sedikit mengandung mineral
Berdasarkan proses pembentukannya, gambut dibedakan menjadi :
Gambut ombrogen : dipengaruhi oleh curah hujan, umumnya berada di pedalaman sehingga tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut
Gambut topogen : dipengaruhi oleh keadaan topografi dan air tanah, tersebar di lahan yang terpengaruh pasang surut air laut
Berdasarkan proses dan lokasi pembentukannya, gambut dibagi menjadi: gambut pantai adalah gambut yang terbentuk dekat
pantai laut dan mendapat pengayaan mineral dari air laut
gambut pedalaman adalah gambut yang terbentuk di daerah yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi hanya oleh air hujan
gambut transisi adalah gambut yang terbentuk di antara kedua wilayah tersebut, yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh air pasang laut.
Berdasarkan tingkat kematangan, gambut dibedakan menjadi :
Gambut fibric : gambut mentah
Gambut hemic : separuh matang (sudah mengalami perombakan)
Gambut sapric : sudah mengalami perombakan lanjut sehingga bersifat matang
KESUBURAN TANAH GAMBUT
Gambut di Indonesia umumnya dikategorikan pada tingkat kesuburan oligotrofik, yaitu tingkat kesuburan rendah.
Gambut jenis ini ditemui pada gambut ombrogen, yaitu gambut pedalaman yang terdiri dari gambut tebal dan miskin unsur hara.
Siklus hara untuk perkembangan tumbuhan sebagai suplai bahan organik pada pembentukan gambut berasal dari pelapukan bahan organik tumbuhan itu sendiri, sehingga siklus hara pada gambut tersebut bersifat tertutup. Tidak ada limpasan air yang membawa hara dari wilayah lain.
Klasifikasi kesuburan tanah gambut dibedakan menjadi 3, yaitu :
Oligotrofik : kesuburan rendah Mesotrofik : kesuburan sedang Eutrofik : kesuburan tinggi
Gambut di Kalimantan umumnya termasuk tingkat kesuburan oligotrofik karena merupakan gambut pedalaman
Pada gambut pedalaman, siklus hara untuk perkembangan tumbuhan berasal dari pelapukan bahan organik itu tumbuhan itu sendiri, sehingga siklus hara bersifat tertutup.
Gambut di Sumatera termasuk mesotrofik karena pembentukannya dipengaruhi oleh air sungai.
Sementara gambut eutrofik pembentukannya dipengaruhi oleh air payau yang merupakan campuran air laut dan air sungai
GAMBUT DAN LINGKUNGAN
Gambut yang berada di kawasan tropik, seperti Indonesia, mayoritas material penyusunnya berasal dari tumbuh-tumbuhan berkayu yang mempunyai waktu regenerasi yang sangat panjang.
Oleh karena itu, kehilangan atau kerusakan gambut di kawasan tropik hampir tidak dapat dipulihkan.
Dalam konteks lingkungan, gambut mempunyai peran sebagai penyangga (buffer zone).
KLASIFIKASI TANAH GAMBUT
Menurut sistem klasifikasi tanah (soil taxonomy) yang sering dijadikan acuan dalam tata nama tanah-tanah, tanah gambut dikelompokkan dalam ordo Histosol.
Menurut kelompok ini, tanah disebut gambut jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
Memiliki kandungan bahan organik 20-30% Ketebalannya > 60 cm dengan kandungan serat ¾
volume/lebih Ketebalan 40 cm dengan kandungan serat 2/3 volume