materikuliahadmui.files.wordpress.com€¦ · web viewpembagian sistem hukum dalam tiga komponen...
TRANSCRIPT
MAKALAH HUKUM DAN PEMBANGUNAN
“Sumber-Sumber Hukum dan Pengklasifikasiannya”
Kelompok 2
Pendahuluan
ISI
I. Sumber Hukum
A. Sistem Hukum
Sistem adalah sesuatu yang bersifat menyeluruh dan berstruktur. Menurut Sudikno
Mertokusumo “Sistem hukum adalah suatu kesatuan utuh yang terdiri dari unsur-unsur yang
satu sama lain saling berhubungan dan kait mengait secara erat”. Lawence M. Friedman,
menjelaskan bahwa suatu sistem hukum dapat dibagi ke dalam tiga komponen, yakni
1. Komponen Struktural
Pada komponen struktural akan dijelaskan tentang bagian-bagian sistem hukum yang
berfungsi dalam suatu mekanisme kelembagaan, yaitu lembagalembaga pembuat
undang-undang, pengadilan dan lembaga-lembaga lain yang memiliki wewenang sebagai
penegak dan penerap hukum. Hubungan antara lembaga tersebut terdapat pada UUD
1945 dan amandemennya.
2. Komponen Substansi
Komponen substansi berisikan hasil nyata yang diterbitkan oleh sistem hukum. Hasil
nyata ini dapat berwujud in concerto (kaidah hukum individual) dan in abstraco (kaidah
hukum umum). Disebut kaidah hukum individual karena kaidah-kaidah tersebut
berlakunya hanya ditujukan pada pihak-pihak atau individu-individu tertentu saja,
contohnya: Putusan yang ditetapkan oleh pengadilan, misalnya seseorang diputuskan
dihukum selama 5 tahun karena telah melakukan pembunuhan. Pada kaidah hukum yang
in-abstraco, merupakan kaidah umum yang bersifat abstrak karena berlakunya kaidah
semacam itu tidak ditujukan kepada individu-individu tertentu tetapi kaidah ini ditujukan
kepada siapa saja yang dikenai perumusan kaidah umum tersebut. Kaidah ini dapat
dibaca pada perumusan berbagai UU yang ada.
3. Komponen Budaya Hukum
Sikap-sikap publik atau para warga masyarakat beserta nilai–nilai yang dipegangnya
sangat berpengaruh terhadap pendayagunaan pengadilan sebagai tempat menyelesaikan
sengketa. Sikap-sikap dan nilai-nilai yang dipegang oleh warga masyarakat tersebut
disebut budaya hukum, sehingga budaya hukum diartikan sebagai keseluruhan nilai-nilai
sosial yang berhubungan dengan hukum beserta sikap-sikap yang mempengaruhi hukum.
Pembagian sistem hukum dalam tiga komponen yang dilakukan oleh Lawrence M.
Friedman ditujukan untuk menganalisa bekerjanya suatu sistem hukum dalam kajian hukum
dan masyarakat. Sistem hukum sering juga disebut sebagai tata hukum. Ketiga komponen
tersebut saling berhubungan dan saling tergantung. Sistem hukum berfungsi untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam sistem hukum terdiri dari 3
elemen:
1. Keseluruhan aturan, kaidah, asas-asas yang dirumuskan dalam sistem pengertian
2. Organ-organ, pranata, dan para pejabat pelaksana hukum merupakan elemen operasional
hukum
3. Keputusan-keputusan dan tindakan konkrit dari pejabat hukum maupun warga
masyarakat, tetapi hanya terbatas pada keputusan dan tindakan yang mempunyai
hubungan dengan sistem pengertian
Untuk mengukur hukum itu objektif, ada 8 asas dalam sistem hukum yang disebut
principle of legality (Lawrence M. Friedman)
1. Harus mengandung peraturan-peraturan, dan tidak boleh mengandung keputusan-
keputusan yang bersifat ad hoc (khusus)
2. Peraturan-peraturan yang dibuat harus diumumkan
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, pengecualian kasus HAM berat seperti
genosida
4. Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang dapat dimengerti baik dalam
sisi bahasa maupun pengertiannya
5. Suatu sistem hukum tidak boleh mengandung peraturan yang bertentangan satu sama
lain
6. Peraturan-peraturan itu tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi tuntutan
yang dapat dilakukan
7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering merubah peraturan
8. Harus ada kecocokan antara peraturan dengan pelaksanaan sehari-hari
Sistem Hukum yang ada di dunia
1. Sistem Hukum Civil Law (Eropa Kontinental)
Berlaku di Eropa Daratan (Belanda, Perancis) dan Indonesia. Ciri khas: Hukum tertulis,
kodifikasi, dan pemisahan jelas hukum publik dengan hukum privat
2. Sistem Hukum Common Law (Anglo Saxon)
Berkembang di Inggris, wilayah jajahan Inggris, dan Amerika Serikat. Ciri khas: Asas
preseden/yurisprudensi, didominasi hukum tidak tertulis, dan tidak ada pemisahan yang
tegas antara hukum publik dengan hukum privat
3. Sistem Hukum Islam (Islamic Law)
Dianut oleh orang yang beragama Islam, berdasarkan Al-Qur’an dan Al Hadist
4. Sistem Hukum Kanonik (Alkitab dan Putusan Paus)
Dibentuk di Roma untuk orang yang beragama katolik
5. Sistem Hukum Adat
Berlaku terutama pada hukum perdata dan kemasyarakatan berdasar dari kebiasaan-
kebiasaan
B. Sumber hukum dalam arti Material dan Formil
Menurut Jimly (2006 : 157) Sumber hukum terkadang digunakan dalam konteks sejarah, dalam konteks filsafat, atau terkadang dalam konteks sosial. Hal ini membuat bahwa pengertian sumber hukum itu sendiri dekat dengan pengertian yang lazim kita pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber hukum (sources of law) dapat dibedakan menjadi dua macam pengertian (Utrecht dalam jimly 2006:157) yaitu, sumber hukum dalam arti formal atau fomale zin (source of law in its formal sense) dan sumber hukum dalam arti substansial, material, atau inmateriele zin (source of law in its material sense). Lebih lanjut bahwa Utrecht (dalam jimly 2006:157) menjelaskan bahwa sumber hukum dalam arti formal adalah tempat format dalam bentuk tertulis dari mana suatu kaedah hukum diambil. Kemudian sumber hukum dalam arti material adalah tempat dari mana norma itu berasal, baik yang berbentuk tertulis ataupun yang tidak tertulis.
Sedangkan Dedi Soemardi (1986:5) mengartikan sumber hukum material yaitu faktor-faktor yang turut serta melakukan isi hukum. Pencapaian sumber hukum ini akan baik apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang cabang ilmu hukum maupun disiplin lainnya seperti sosiologi hukum, filsafat hukum, sejarah hukum, psycologi dan ilmu pemerintahan. Sedangkan sumber hukum dalam arti formal merupakan suatu kenyataan-kenyataan yang menimbulkan hukum berlaku yang mengikat setiap orang (warga negara dan penduduk).
C. Macam-Macam Sumber Formal
Seperti yang dijabarkan diatas, salah satu pembagian sumber hukum yaitu sumber hukum formal. Sumber hukum formal ini dikenal dengan bentuk formalnya, sehingga mengharuskan mempunyai bentuk hukum tertentu yang bersifat mengikat secara hukum (jimly, 2006:158) yaitu :
1. Bentuk produk legislasi ataupun produk regulasi tertentu (regles),
2. Bentuk perjanjian tertentu yang mengikat antar pihak tertentu (contract,treaty):
3. Bentuk putusan hakim tertentu (Vonnis)
4. Bentuk-bentuk keputusan administrative (beschikking) tertentu dari pemegang kewenangan administrative negara.
Sumber hukum formal dalam ilmu tata negara (Jimly, 2006:159) pada umumnya terdiri dari:
1. Undang-undang Dasar dan peraturan perundang-undangan tertulis
2. Yurisprudensi peradilan
3. Konvensi ketatanegaraan atau Constitutional Conventions
4. Hukum Internasional tertentu, dan
5. Doktrin ilmu hukum tata negara.
Sedangkan menurut Harsanto (2007: 1.14) sumber hukum formal dibagi menjadi dua yaitu sumber hukum dalam arti formal yang tertulis yaitu : (i) Pancasila (ii) Undang-undang dasar 1945 dan Amandemen ke I Sampai dengan ke IV (iii) Traktat (iv) Putusan Hakim atau Yurisprudensi. Dan bagian kedua yaitu sumber hukum dalam arti formal yang tidak tertulis berupa hukum adat atau kebiasaan yang terjadi di dalam masyarakat dalam waktu yang sangat panjang sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Klasifikasi Hukum
i. Menurut Sumber
a. Undang-Undang
Undang-undang merupakan hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Dalam arti materil, undang-undang merupakan keputusan atau ketetapan dari penguasa/pemerintah yang dilihat dari isinya mempunyai kekuatan untuk mengikat setiap orang secara umum. Sedangkan undang-undang dalam arti
formil adalah keputusan penguasa/pemerintah yang dilihat dari cara terjadi atau bentuknya disebut undang-undang. Undang-undang berisi kaidah-kaidah hukum yang berfungsi untuk melindungi kepentingan manusia dan juga bersifat mengikat setiap orang secara umum. Agar dapat diketahui oleh setiap individu, undang-undang harus diundangkan atau diumumkan dengan memuatnya dalam lembaran negara (LN) sehingga jika sudah dimuat dalan lembaran negara maka peraturan perundang-undangan tersebut mempunyai kekuatan mengikat.
b. Kebiasaan
Kebiasaan atau tradisi merupakan tindakan menurut pola tingkah laku yang tetap, ajeg, lazim, normal, atau adat dalam masyarakat, atau pergaulan hidup tertentu. Kebiasaan adalah sumber hukum yang tertua. Perilaku yang tetap atau ajeg adalah perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang. Kebiasaan ini dapat terjadi di ruang lingkup yang sempit seperti penduduk desa, atau bahkan di ruang lingkup yang besar seperti pada masyarakat suatu negara yang berdaulat. Karena perilaku yang terus menerus diulang oleh orang banyak, maka orang lain akan terikat untuk melakukan hal yang sama karena menimbulkan keyakinan bahwa hal tersebut memang sudah seharusnya dilakukan.
c. Traktat
Traktat merupakan hukum yang dibentuk dalam perjanjian-perjanjian Internasional yang dilakukan antara dua negara atau lebih. Jika mengadakan perjanjian Internasional maka negara-negara yang bersangkutan akan terikat pada isi perjanjian yang telah disepakati. Perjanjian tersebut biasanya meliputi bidang-bidang politik dan ekonomi.
d. Yurisprudensi
Yurisprudensi merupakan hukum yang berisikan keputusan-keputusan hakim terdahulu yang memiliki kekuatan hukum tetap dan sering diikuti serta dijadikan dasar keputusan oleh hakim-hakim sesudahnya terkait dengan masalah yang sama. Yurisprudensi atau yang disebut juga putusan pengadilan hanya mengikat orang-orang tertentu saja dan tidak mengikat orang secara umum. Putusan pengadilan akan berfungsi mengikat hanya pada para pihak yang berperkara.
e. Perjanjian
Perjanjian merupakan hukum yang dibuat dari pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Pihak-pihak yang melakukan perjanjian harus melaksanakan apa yang mereka telah sepakati bersama. Perjanjian berisi kaidah tentang apa yang harus dilakukan kedua belah pihak seperti hak-hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak. Dan jika hal tersebut dilanggar maka akan ada akibat hukumnya.
f. Doktrin (Hukum Ilmu)
Doktrin (Hukum Ilmu) merupakam hukum yang pada dasarnya berupa ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan para ahli yang terkenal dan sangat berpengaruh. Doktrin merupakan sumber hukum dimana hakim dapat menemukan hukumnya. Namun ilmu hukum bukanlah hukum karena tidak mempunyai kekuatan untuk mengikat sebagai hukum seperti undang-undang.
ii. Menurut isi ketentuannya
a. Hukum Privat (hukum perdata)
Hukum Privat merupakan hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara
orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perorangan. Hukum perdata biasanya mengatur hukum tentang individu, hukum
keluarga, hukum benda, hukum perikatan dan hukum waris.
b. Hukum Publik
Hukum Publik merupakan hukum yang mengatur antara negara dengan alat-
alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perorangan (warga negara).
Hukum publik juga merupakan keseluruhan pengaturan yang merupakan dasar negara
dan mengatur pula bagaimana caranya negara melaksanakan tugas-tugasnya.
iii. Menurut Fungsi
a. Hukum materiil,
Yaitu segala kaidah yang menjadi patokan manusia dalam bersikap, misalnya
tidak boleh membunuh, harus melunasi hutang dan lain sebagainya. Contoh hukum
materiil: Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Perdata
(KUHPerdata), UU No. 1 Tahun 1974.
b. Hukum formil (hukum acara),
yaitu aturan main penegakkan hukum materiil tersebut. Dengan bahasa lain hukum formil
merupakan berisi kaidah-kaidah yang mengatur cara-cara mempertahankan atau cara
menjalankan hukum materiil, misalnya dalam mengajukan gugatan seorang penggugat
(orang yang menggugat) harus mengajukan surat gugatan ke pengadilan tempat kediaman
tergugat (orang yang digugat) sesuai asas actor sequitur forum rei, atau dalam
menanggapi surat gugatan penggugat tergugat harus membuat surat jawaban dan lain
sebagainya. Contoh hukum formil : Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), Hukum Acara Perdata (dalam HIR), Hukum Acara Tata Usaha Negara, dll.
iv. Menurut luas
Klasifikasi hukum menurut luas terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Hukum Umum (ius generale)
Hukum umum (ius generale) merupakan peraturan hukum yang berlaku
umum atau yang berlaku kepada setiap orang dalam masyarakat. Contoh dari hukum
umum adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
b. Hukum Khusus
Hukum khusus merupakan peraturan hukum yang berlaku untuk golongan
tertentu saja. Hukum khusus dibedakan menjadi dua, yaitu hukum khusus yang
berlakunya khusus untuk suatu tempat tertentu, jadi kekhususannya bertalian tempat
atau ius particulare, dan hukum khusus yang berlakunya khusus untuk hal-hal tertentu
saja atau yang bertalian dengan segi tertentu dari kehidupan masyarakat atau ius
speciale. Yang termasuk ke dalam hukum khusus ius particulare adalah Hukum
Pidana Militer, Undang-Undang Korupsi, Undang-Undang Narkotika, dan lain
sebagainya. Sedangkan yang termasuk ke dalam hukum khusus ius speciale adalah
hukum perdata bagi golongan rakyat-rakyat tertentu, misalnya hukum perdata bagi
golongan Eropa (keturunannya); hukum perdata bagi golongan Timur Asing Cina
(keturunannya); hukum perdata bagi golongan Timur Asing bukan Cina
(keturunannya); dan hukum perdata bagi golongan Bumi Putera.
v. Menurut Bentuk
Klasifikasi hukum menurut bentuk dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah hukum yang dituangkan dalam bentuk peraturan
perundang-undangan. Hukum tertulis juga dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu hukum tertulis yang telah dikodifikasikan dan hukum tertulis yang tidak
dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut dibukukan dalam lembaran
negara dan diundangkan atau diumumkan.
Hukum tertulis yang telah dikodifikasikan adalah pembukuan jenis-jenis
hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap. Contoh
hukum di Indonesia yang telah dikodifikasikan diantaranya Hukum Pidana yang telah
dikodifikasikan dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tahun 1918,
Hukum Sipil yang telah dikodifikasikan dalam kitab Undang-Undang Hukum Sipil
(KUHS) pada tahun 1848, Hukum Dagang yang telah dikodifikasikan dalam kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pada tahun 1848, dan Hukum Acara
Pidana yang telah dikodifikasikan dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAT) pada tahun 1981. Sedangkan Hukum Tertulis yang tidak dikodifikasikan
adalah hukum yang tertulis tetapi tidak tersusun secara sistematis dalam suatu kitab
tertentu. Contoh hukum yang tidak dikodifikasikan diantaranya, Peraturan tentang
Hak Merk Perdagangan, Peraturan tentang Hak Oktroi (Hak Menemukan di bidang
Industri), Peraturan tentang Hak Cipta (Auteursrecht), dan lain sebagainya.
b. Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berasal dari kebiasaan yang ada di dalam
masyarakat. Pembuat hukum kebiasaan adalah individu yang ada di dalam
masyarakat. Yang termasuk ke dalam hukum tidak tertulis adalah hukum kebiasaan
atau hukum adat, hukum perjanjian, hukum doktrin, dan lain sebagainya.
c. Hukum Tercatat
Hukum tercatat adalah hukum tidak tertulis yang dicatat atau dituangkan dalam
bentuk tulisan, baik oleh pejabat formal maupun informal. Hukum tercatat juga dapat
diartikan sebagai hukum yang ditulis oleh pihak ketiga. Yang termasuk ke dalam
hukum tercatat adalah keputusan pengadilan, hasil penelitian para ahli.
vi. Menurut tempat berlakunya
a. Hukum nasional
Hukum nasional adalah hukum yang berlaku dalam suatu negara.Jadi, hokum
yang berlaku dalam Negara ini lebih mengikat pada warga yang bertempat tinggal di
Negara tersebut dan wajib hukumnya mentaati peraturan yang telah diterapkan
pemerintah tersebut tanpa tiada kecualinya. Siapa yang melanggra akan dikenai sanksi.
b. Hukum internasional
Hukum internasional adalah hukum yang mengatur hubungan hokum dalam dunia
internasional. Hukum ini mengikat buykan pada individu melainkan lebih mengikat pada
suatu Negara karena cakupannya adalah dunia internasional. Sebagai contoh dari
peraturan internasional adalah kebijakan PBB dalam memberikan sanksi pada negarea
yang masih mengeksploitasi uranium untuk dijadikan bahan dari persenjataan nuklir.
c. Hukum asing
Hukum asing adalah hukum yang berlaku dalam negara lain. Hukum asing akan
berlaku apabila dalam suatu Negara belum terdapt ketentuan-ketentuan yang mengatur
suatu hal, maka Negara tersebut akan menggunakan/ memberlakukan hukum asing untuk
referensi. Biasanya hukum asing lebih condong kepada masalah yang sifatnya
internasional. Misalnya Hukum Internasional, Hukum Perdata Internasional dan lain-
lain.Hukum-hukum yang mengatur badan hukum asing di Indonesia contohnya yaitu
hukum bisnis.
vii. Menurut waktu berlakunya
a. Ius Constitutum dan ius constituendum
Pada ensiklopedi umum dijelaskan bahwa ius constitutum merupakan hukum yang berlaku dalam suatu negara pada suatu saat. Ius consitutum juga merupakan hukum positif dari suatu negara. Sedangkan ius constituendum, adalah hukum yang dicita-citakan oleh pergaulan hidup dan negara, tetapi belum menjadi kaidah dalam bentuk undang-undang atau peristiwa lain.
Sudiman Kartohadiprodjo berpendapat bahwa hukum positif disebut dengan nama asing ius constitutum, sedangkan ius constituendum merupakan lawannya, yaitu kesemuanya kaidah hukum yang kita cita-citakan supaya memberi akibat peristiwa-peristiwa dalam suatu pergaulan hidup yang tertentu.
Perbedaan antara ius constitutum dan ius constituendum terletak pada faktor ruang waktu, yaitu masa kini dan masa yang akan datang. Dalam hal ini, hukum diartikan sebagai tata hukum yang diidentikkan dengan istilahhukum positif, karena setelah diundangkan maka ius constituendum menjadi ius constitutum.
Dengan demikian, ius constitutum kini, pada masa lampaunya merupakan suatu ius cosntituendum. Apabila pada saat ini suatu ius constitutum memiliki kekuatan hukum, maka sebagai ius constituendum mempunyai nilai sejarah. Proses perubahan tersebut dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu:
1) Digantinya suatu undang-undang dengan undang-undang baru (undang undang baru pada mulanya sebagai rancangan merupakan ius constituendum).
2) Perubahan undang-undang dengan memasukkan unsur-unsur baru (unsur-unsur baru tersebut pada mulanya merupakan ius constituendum).
3) Penafsiran peraturan perundang-undangan. Penafsiran yang terjadi pada masa kini mungkin tidak sama dengan penafsiran pada masa lampau. Penafsiran yang ada pada masa kini, dulunya merupakan suatu penafsiran yang ius constituendum.
4) Perkembangan doktrin atau pendapat-pendapat kalangan hukum yang terkemuka di bidang teori hukum.
Perbedaan antara ius constitutum dan ius constutuendum merupakan suatu abstraksi dari fakta, bahwa sesungguhnya segala sesuatu merupakan suatu proses perkembangan artinya suatu gejala yang ada sekarang akan hilang pada masa mendatang karena digantikan (atau dilanjutkan) oleh gejala yang semula dicita-citakan.
b. Hukum Alam
Sejarah perkembangan ajaran hukum alam berintikan pada usaha atau kegiatan manusia untuk mencari keadilan yang mutlak. Selama lebih kurang 2500 tahun, ajaran hukum alam timbul dan tenggelam sebagai suatu usaha ideal yang lebih tinggi tingkatannya dari hukum
positif. Berbagai kepentingan telah menggunakan hukum alam untuk tujuan masing-masing. Beberapa di antaranya adalah:
1) Ajaran hukum alam telah dipergunakan sebagai sarana untuk mengubah sistem hukum Romawi kuno, menjadi sistem hukum kosmopolitan.
2) Ajaran hukum alam telah dipergunakan sebagai sarana, dalam pertentangan antara pihak Gereja dengan kaisar-kaisar Jerman pada abad menengah.
3) Validitas hukum internasional telah ditanamkan, atas dasar ajaran hokum alam.
4) Ajaran hukum alam telah dipergunakan dalam memperjuangkan kebebasan individu dalam perlawanannya terhadap absolutisme.
5) Ajaran hukum alam telah dipergunakan oleh hakim-hakim Amerika Serikat, menahan usaha-usaha lembaga legislatif untuk mengubah dan memperketat kebebasan individu, dengan cara menafsirkan konstitusi.
Dalam perkembangannya, hukum alam menjadi bagian yang esensial dari hierarki nilai-nilai hukum. Perwujudannya nampak:
1) Sebagai dasar tertib internasional, ajaran-ajaran hukum alam telah mempunyai ilmu hukum dan filsafat Romawi, tertib hukum masyarakat Barat pada abad menengah, dan juga sistem hukum internasional dari Grotius.
2) Melalui teori-teori yang dikembangkan oleh Locke dan Paine, ajaran hukum alam menjadi dasar falsafah individu dari Konstitusi Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.
Usaha-usaha mempengaruhi praktik peradilan dengan ajaran-ajaran hukum alam tidaklah terlalu berhasil. Tetapi pengaruh hukum alam menjadi lebih berpengaruh secara tidak langsung terhadap para hakim dan pembentuk hukum, yang ternyata cukup besar. Ajaran hukum alam ternyata membawa pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan hukum internasional. Selain itu, hukum alam juga berpengaruh pada perubahan hukum publik ke arah yang lebih demokratis dan terhadap persamaan kedudukan di dalam hukum.
Maka dapat disimpulkan, Menurut waktu berlakunya, hokum dibagi dalam:
1) Ius Constitutum (Hukum positif) :Hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Contohnya UUD 1945.
2) Ius Constituendum :Hukum yang diharapkan dapat berlaku di masa yang akan datang (hukum yang dicita-citakan). Contohnya Aturan Peralihan Pasal 1 UUD 1945.
3) Ius Naturale/Hukum Asasi (Hukum alam) :Hukum yang berlaku di mana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tidak mengenal batas waktu
melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapa pun juga di seluruh tempat. Contohnya keadilan.