vol. 15 no. 1, januari-juni 2020 e-issn: 2548-5385 | p

21
Yinyang Vol. 15 Hlm. 1-148 No. 1 e-ISSN: 2548-5385 Januari-Juni 2020 Strategi pemberdayaan berbasis vocational skill pada perempuan miskin di perbatasan Entikong (Indonesia-Malaysia) Nikodemus Niko Partisipasi politik buruh perempuan: analisis terhadap keterlibatan buruh perempuan dalam serikat pekerja kimia, energi dan pertambangan - serikat pekerja seluruh Indonesia / SP KEP-SPSI Suryani, Ana Sabhana Azmy Perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dan anak perempuan pada usia Sekolah Dasar (analisis psikologi perkembangan) Aswatun Hasanah Talak dalam perspektif fikih, gender, dan perlindungan perempuan Hemnel Fitriawati, Zainuddin Ambigiuitas tafsir feminis di indonesia: antara wacana teks dan wacana feminis atas ayat penciptaan manusia Mahbub Ghozali Sensitifitas gender dalam pembelajaran PAI berbasis nilai-nilai pendidikan multikultural di SD al-Irsyad al-Islamiyah 01 Purwokerto Ahmad Sahnan Peran keluarga sebagai tempat pertama sosialisasi budi pekerti Jawa bagi anak dalam mengantisipasi degradasi nilai-nilai moral Amirotun Sholikhah Layanan pendidikan pada siswa hiperaktif: studi kasus 2 siswa kelas V MI Ma'arif NU 1 Ajibarang Wetan kecamatan Ajibarang kabupaten Banyumas Reno Rezita Aprilia Jurnal Studi Islam, Gender, dan Anak e-ISSN: 2548-5385 | p-ISSN: 1907-2791 Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 I Y Terakreditasi SINTA 4

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Yinyang Vol.15 Hlm.1-148 No.1 e-ISSN:2548-5385Januari-Juni2020

Strategi pemberdayaan berbasis vocational skill pada perempuan miskin

di perbatasan Entikong (Indonesia-Malaysia)

Nikodemus Niko

Partisipasi politik buruh perempuan: analisis terhadap keterlibatan buruh perempuan

dalam serikat pekerja kimia, energi dan pertambangan - serikat pekerja seluruh

Indonesia / SP KEP-SPSI

Suryani, Ana Sabhana Azmy

Perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dan anak perempuan

pada usia Sekolah Dasar (analisis psikologi perkembangan)

Aswatun Hasanah

Talak dalam perspektif fikih, gender, dan perlindungan perempuan

Hemnel Fitriawati, Zainuddin

Ambigiuitas tafsir feminis di indonesia: antara wacana teks dan

wacana feminis atas ayat penciptaan manusia

Mahbub Ghozali

Sensitifitas gender dalam pembelajaran PAI berbasis nilai-nilai pendidikan

multikultural di SD al-Irsyad al-Islamiyah 01 Purwokerto

Ahmad Sahnan

Peran keluarga sebagai tempat pertama sosialisasi budi pekerti Jawa bagi anak

dalam mengantisipasi degradasi nilai-nilai moral

Amirotun Sholikhah

Layanan pendidikan pada siswa hiperaktif: studi kasus 2 siswa kelas V MI Ma'arif NU 1

Ajibarang Wetan kecamatan Ajibarang kabupaten Banyumas

Reno Rezita Aprilia

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

e-ISSN: 2548-5385 | p-ISSN: 1907-2791Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020

I YTerakreditasi SINTA 4

Page 2: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

i

Nikodemus Niko

Vol. 15 No. 1 Januari 2020

[E-ISSN: 2548-5385] [P-ISSN: 1907-2791] DOI: 10.24090/yinyang.v14i2.2019.pp177-202

Daftar Isi

Strategi pemberdayaan berbaSiS vocational skill pada perempuan miSkin di perbataSan entikong (indoneSia-malaySia)Nikodemus Niko .................................................................................................... 1

partiSipaSi politik buruh perempuan: analiSiS terhadap keterlibatan buruh perempuan dalam Serikat pekerja kimia, energi dan pertambangan - Serikat pekerja Seluruh indoneSia / Sp kep-SpSiSuryani, Ana Sabhana Azmy .............................................................................. 19

perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dan anak perempuan pada uSia Sekolah daSar (analiSiS pSikologi perkembangan)Aswatun Hasanah ................................................................................................ 41

talak dalam perSpektif fikih, gender, dan perlindungan perempuan Hemnel Fitriawati, Zainuddin ........................................................................... 59

ambigiuitaS tafSir feminiS di indoneSia: antara wacana tekS dan wacana feminiS ataS ayat penciptaan manuSiaMahbub Ghozali ................................................................................................... 75

YinyangJurnal Studi Islam, Gender dan Anak

Page 3: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Daftar Isi

ii Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

SenSitifitaS gender dalam pembelajaran pai berbaSiS nilai-nilai pendidikan multikultural di Sd al-irSyad al-iSlamiyah 01 purwokertoAhmad Sahnan ...................................................................................................... 95

peran keluarga Sebagai tempat pertama SoSialiSaSi budi pekerti jawa bagi anak dalam mengantiSipaSi degradaSi nilai-nilai moralAmirotun Sholikhah ............................................................................................. 111

layanan pendidikan pada SiSwa hiperaktif: Studi kaSuS 2 SiSwa kelaS V mi ma’arif nu 1 ajibarang wetan kecamatan ajibarang kabupaten banyumaSReno Rezita Aprilia ............................................................................................. 127

Page 4: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Suryani, Ana Sabhana Azmy

41Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

Perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dan anak perempuan pada usia Sekolah Dasar (analisis

psikologi perkembangan)

Aswatun HasanahUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga YogyakartaJl. Laksda Adisucipto, Kec. Depok, D.I. Yogyakarta

Email: [email protected]

Submitted : 2019-12-25 Revision : 2020-04-21

Reviewed : 2020-02-11 Published : 2020-06-10

Abstract: The moral development of elementary school children is all the thoughts, feelings, and actions that exist in the period of school harmony or intellectual time by showing some traits such as honest, fair, respectful, helpful as a reference in acting. In the development of these children, the social world, namely the interaction between peers who can strengthen the understanding of moral principles such as reciprocal, cooperation, justice, and welfare. However it is slightly different when talking about moral developments in boys and moral developments in girls in elementary school age. The purpose of this research is to examine the moral development of boys and girls at elementary school age. The focus of the discussion on this study was the moral progression of elementary school age children, the moral development of boys and girls at elementary school age. The study used a qualitative approach with a literature study method. The results of the study expressed rejecting the moral development theory of Lawrance Kohlberg which says the moral reasoning of the boys is higher than the moral reasoning of the girls. There is a difference in the moral development of boys with girls as follows: 1) in acting boys lacking manners than girls. 2) The level of the male discipline is lower than the level of the daughter’s discipline. 3) The boys pay less attention to the sound of conscience than girls 4) boys more often do a statement of regulations that apply than girls. 5) The level of honesty of lower boys is female Adri. 6.) Boys love to fight, have trouble, and engage in problems. 7) Girls prefer to invite to play with friends. 8) The little boy likes to help other people’s work than girls who like to help other people’s work.

Keywords: development, moral, children, elementary School

[e-ISSN: 2548-5385] [p-ISSN: 1907-2791] https://doi.org/10.24090/yinyang.v15i1.3442Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

Page 5: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Perbedaan perkembangan moral ...

42 Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

Abstrak: Perkembangan moral anak sekolah dasar merupakan segala pemikiran, perasaan, serta perbuatan yang ada dalam masa keserasian sekolah atau masa intelektual dengan menunjukkan beberapa sifat seperti jujur, adil, menghormati, menolong sebagai acuan dalam bertingkah laku. Dalam perkembangan di masa anak-anak ini menampilkan dunia sosial, yakni adanya interaksi antar teman sebaya yang dapat mempererat pemahaman terkait prinsip-prinsip moral seperti timbal balik, kerja sama, keadilan, dan kesejahteraan. Namun sedikit berbeda ketika berbicara terkait perkembangan moral pada anak laki-laki dan perkembangan moral pada anak perempuan di usia sekolah dasar. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji perkembangan moral anak laki-laki dan anak perempuan pada usia sekolah dasar. Fokus pembahasan pada penelitian ini ialah tahapan perkembangan moral anak usia sekolah dasar, perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dengan anak perempuan pada usia sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menyatakan menolak pendapat teori perkembangan moral Lawrance Kohlberg yang mengatakan bahwa penalaran moral anak laki-laki lebih tinggi daripada penalaran moral anak perempuan. Terdapat perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dengan anak perempuan adalah sebagai berikut: 1) Dalam bertindak anak laki-laki kurang sopan santun dibandingkan anak perempuan. 2) Tingkat kedisiplinan anak laki-laki lebih rendah dari tingkat kedisiplinan anak perempuan. 3) anak laki-laki kurang memperhatikan suara hati/nurani daripada anak perempuan 4) anak laki-laki lebih sering melakukan perlanggaran peraturan yang berlaku daripada anak perempuan. 5) Tingkat kejujuran anak laki-laki lebih rendah adri perempuan. 6.) Anak laki-laki suka berkelahi, berulah, dan terlibat masalah. 7) anak perempuanb lebih suka mengajak bermain bersama teman. 8) anak laki-laki kurang suka membantu pekerjaan orang lain daripada anak perempuan yang suka membantu pekerjaan orang lain.

Kata Kunci: Perkembangan, Moral, Anak, Sekolah Dasar

Pendahuluan Salah satu indikator majunya suatu bangsa dapat dilihat dari aspek

sistem pendidikan yang diterapkannya. Pendidikan sendiri merupakan proses memanusiakan manusia yang awalnya belum tahu menjadi tahu, dari belum baik menjadi baik sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi:

“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian

Page 6: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Aswatun Hasanah

43Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Dengan demikian pelaksanaan pendidikan salah satunya untuk memberdayakan potensi serta memperbaiki kualitas hidup manusia yang dapat dilaluinya dengan jalur formal yakni pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah.

Seperti yang kita ketahui, sekolah dasar merupakan jalur pendidikan formal pertama dalam jenjang pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap tingkah laku dan cara berfikir peserta didik untuk ketingkat lebih lanjut. Dalam pelaksanaan pendidik di sekolah dasar secara umum peserta didik lebih mudah di didik daripada masa sebelum dan sesudahnya, rentang usia peserta didik mulai dari 7 tahun sampai 12 tahun dimana pada periode sekolah dasar ini terbagi kedalam tiga tahapan umur yaitu tahap awal dari usia 7 tahun - 8 tahun, tahap pertengahan usia 8 tahun - 10 tahun, dan tahap akhir masa kanak-kanak usia 10 tahun – 12 tahun. Selain itu juga pada masa ini, peserta didik memiliki sikap menerima dan mengharapkan perlindungan kekuasaan guru dan orang dewasa lainnya (Syarif,2015: 9). Oleh karena itu, sebagai upaya mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat memberdayakan potensinya secara optimal maka diwajibkan bagi guru untuk memahami perekembangan anak didiknya sehingga guru dapat memfasilitasi apa yang menjadi kelebihan dan dapat mengantisipasi apa yang menjadi kekurangan peserta didik (Syamsu, 2004:12).

Perkembangan menurut ilmu psikologi merupakan proses peralihan jumlah dan kualitas seseorang selama masa rentang kehidupannya, dari masa pembuahan benih, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, hingga lanjut usia (Hurlock, 1991:23). Menurut Chaplin, perkembangan merupakan perubahan yang berkesinambungan dan progresif pada organisme dari lahir sampai mati yang melewati proses pertumbuhan dan peralihan pembauran jasmani dengan fungsinya hingga timbul kedewasaan (Desmita, 2008:4). Sedangkan menurut Santrock, perkembangan merupakan suatu pola perubahan dari sejak pembuahan dan berlanjut secara terus menerus sepanjang rentang kehidupan individu. Bijou dan Baer juga menyatakan bahwa perkembangan merupakan perubahan ke arah lebih baik dengan memperlihatkan gaya organisme berperilaku dan berinteraksi terhadap lingkungannya sejak konsepsi sampai dengan meninggal dunia. (Christina: 2012,4)

Dari definisi perkembangan tersebut, maka dapat dipahami bahwa perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada organisme dilihat dari cara bertingkah laku dengan lingkungannya dari sejak pembuahan sampai dengan

Page 7: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Perbedaan perkembangan moral ...

44 Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

meninggal dunia. Dalam siklus kehidupan, manusia tentu mengalami suatu proses perkembangan baik dari segi fisiknya maupaun psikologinya. Pada proses perkembangan tersebut terjadilah perubahan-perubahan yang meliputi berbagai aspek diantaranya pengetahuan, interaksi sosial, moral, bahasa, emosi, minat, motivasi, perilaku, kepribadian, bakat, dan kreativitas.

Moral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan penetapan baik buruk terhadap tingkah laku seseorang. Secara terminologi, moral berasal dari bahasa latin “mos” yang memiliki arti kebiasaan. Apabila dijadikan kata keterangan atau kata sifat mendapat perubahan pada belakangannya sehingga mnjadi “miros” yang berarti membiasakan (Amrah, 2013:21). Menurut Salam moral merupakan segala sesuatu yang bersangkutan dengan kesusilaan (Salam, 2000:2). Sedangkan Sjarkawi mengatakan moral adalah ukuran perbuatan baik manusia sebagai sepatutnya manusia (Sjarkawi, 2006:34). Jadi, moral merupakan ukuran perbuatan baik manusia yang berkaitan dengan kesusilaan dan membiasakan mengisi kehidupan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Di sisi lain moral dijadikan dasar hidup yang berkaitan dengan memahami perbedaan benar dan salah, sekaligus sebagai ajaran perihal perilaku yang baik (Abdilla: 3). Dalam agama Islam pentingnya moral juga disebutkan dalam Quran Surat Al-Qalam ayat 4 yang artinya:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Selain itu juga dalam hadist riwayat Baihaqi, Rasulullah Muhammad SAW menyatakan bahwa nabi Muhammad SAW diutus Allah swt ke muka bumi dengan tugas menyempurnakan akhlak yang mulia bagi umat manusia. Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan Hadist diatas maka perlunya perilaku bermoral agar terbebas dari mara bahaya dalam kehidupan di muka bumi yang sementara ini. Seseorang dapat dikatakan memiliki perilaku bermoral apabila dalam bertingkah laku sudah menyesuaikan dengan nilai-nilai norma aturan yang sudah ditetapkan bersama oleh kelompok sosial di lingkungannya tersebut. Maka dari itu untuk memiliki perilaku bermoral tentu tidak melewatkan yang namanya perkembangan moral dari sejak kecil hingga lanjut usia, sehingga perkembangan moral perlu ditanamkan dan dibina pada peserta didik usia sekolah dasar.

Perkembangan moral merupakan proses perubahan yang berhubungan dengan kecakapan seseorang menyadari baik dan buruk suatu perbuatan, keinsafan dalam berperilaku yang baik sekaligus menjadi suatu kebiasaan sertaa rasa cinta terhadap hal-hal baik (Masganti, 2012:142). Menurut Santrock, perkembangan

Page 8: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Aswatun Hasanah

45Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

moral merupakan perkembangan yang berhubungan dengan ketentuan dan kesepakatan terkait apa yang sepantasnya dilakukan oleh manusia dalam melakukan interaksi sosial terhadap orang-orang disekitarnya. Sedangkan menurut Lawrance Kohlberg, perkembangan moral merupakan bagian dari penalaran moral yakni mempertimbangkan baik buruk berakhlak mulia. (Desmita:2008, 206) Maka dari itu, dapat dipahami bahwa perkembangan moral ialah proses perubahan kecakapan seseorang atas kesadaran dalam mempertimbangkan perbuatan baik atau buruk yang digunakan pada saat melakukan interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, pentingnya penanaman dan pembinaan moral peserta didik di sekolah dasar sudah menjadi tugas serta tanggung jawab bersama. Karena apabila penanaman dan pembinaan moral berhasil dilaksanakan, bukan tidak mungkin lagi dampak yang didapatkan akan ke seluruh dimensi pengetahuan lainnya serta dapat memotivasi peserta didik dalam merespon informasi dari materi yang diberikan ketika proses pembelajaran.

Sesuai dengan Bab II Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi untuk mendorong kecakapan dan membangun budi pekerti serta peradaban bangsa yang memiliki rmartabat guna ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik supaya menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkelakuan baik, sehat, berwawasan pengetahuan, cakap, kreatif, mandiri, dan memiliki jiwa demokratis serta bertanggung jawab. Hal itu menunjukkan sangat pentingya pendidikan dalam membangun dan membina moral penerus bangsa, sehingga diharapkan dengan adanya lingkungan yang berpendidikan mampu sebagai mesin penggerak dalam memberikan fasilitas pembantukan moral bangsa agar peserta didik memiliki kesadaran dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis dengan memasukkan sendi-sendi Negara Kesatuan Repbulik Indonesia (NKRI) dan nomra-norma sosial di lingkungan masyarakat sesuai dengan kesepakatan bersama.

Meski pada fakta yang terjadi di negara kita berdasarkan hasil survei yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan kenakalan remaja/anak mengalami kenaikan sepanjang tahun. Data yang diambil dari Badan Pusat Statistik mulai dari tahun 2014 jumlah kenakalan anak/remaja mencapai 7007 kasus, tahun 2015 meningkat mencapai angka 7762 kasus, kemudian pada tahun 2016 meningkat lebih banyak di angka 8597,97 kasus, dan pada tahun 2017 sebesar 9532,97 kausus.

Page 9: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Perbedaan perkembangan moral ...

46 Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

(Lulu, 2016:2) Berdasarkan data tersebut maka dapat dipahami bahwa kenakalan remaja/anak mengalami kenaikan tiap tahunnya rata-rata sebesar 10,7%, sungguh ironi dan menjadi tugas serta tanggung jawab bersama baik oleh keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah.

Dari beberapa uraian di atas, maka memunculkan berbagai pertanyaan besar mengenai; bagaimana perkembangan moral anak laki-laki dengan anak perempuan pada sekolah dasar? Apa saja perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dengan anak perempuan pada sekolah dasar?. Maka dari itu menurut penulis, untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu adanya pemahaman kita sebagai pendidik akan pentingnya perkembangan moral agar dalam mengaplikasikannya tidak keluar jauh dari batasan. Sehingga pendidikan mampu membangun dan membina moral generasi penerus bangsa secara tepat guna.

Penulis berharap tulisan artikel sederhana ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai perkembangan moral pada anak laki-laki dan anak perempuan di sekolah dasar dan dapat menjadi informasi yang bermanfaat. Serta tulisan ini diharapkan dapat menjadi kajian pendukung bagi penulisan-penulisan berikutnya yang relevan.

Tahap Perkembangan MoralTeori perkembangan moral yang ditawarkan oleh Lawrance Kohlberg

merupakan pengembangan dari pendahulunya yakni Jean Piaget. Kohlberg mengatakan bahwa perkembangan moral merupakan proses penalaran moral manusia dimana semakin matang usia seseorang maka semakin tinggi penalaran moralnya.

Berdasarkan penelitian yang ia lakukan dengan mengadakan tes terhadap respondennya, Kohlberg mempercayai bahwa terdapat tiga tingkatan perkembangan moral yang pada masing-masing tingkatan memiliki dua tahapan. Konsep perkembangan moral yang dipahami oleh Kohlberg ialah internalisasi yakni perubahan perkembangan dari tingkah laku yang dikuasai oleh pihak luar diri seseorang menjadi tingkah laku yang dikuasai oleh diri sendiri yang berasal dari perimbangan suara hati.

Tiga tingkatan internalisasi dari teori perkembangan moral yang ditawarkan oleh Lawrance Kohlberg adalah sebagai berikut ini:

Page 10: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Aswatun Hasanah

47Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

Tingkatan Tahapan

1. Prakonvensional

(4-10 tahun)

Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman (0-6 tahun)

Perbuatan anak mengenai baik dan buruk yang ditentukan oleh kekuasaan orang disekitarnya.

Kepatuhan pada aturan merupakan hal dalam menjauhi hukuman dari kekuasaan.

Tahap 2. Orientasi hedonistik-instumental (6-9 tahun)

Perbuatan dinilai baik jika memiliki fungsi sebagai indikator dalam memenuhi kebutuhan dirinya.

2. Konvensional

(10 – 13 tahun)

Tahap 3. Orientasi anak yang baik (9-12 tahun)

Tindakan yang dilakukan berdasarkan pada orang lain.

Tindakan yang dianggap baik ketika bisa membuat senang orang lain.

Tahap 4. Orientasi keteraturan dan otoritas (12-22 tahun)

Perbuatan baik merupakan melaksanakan kewajiban, menghargai kekuasaan, dan menjaga peraturan sosial.

3. Pascakonvensional

(13 tahun ke atas)

Tahap 5. Otoritas kontrol sosial-legalistik (22–35 tahun)

Perjanjian anatara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Perbuatan baik ketika sesuai dengan undang-undang yang sedang dijalankan.

Tahap 6. Orientasi kata hati (36 tahun-lanjut usia)

Kebenaran ditentukan dari suara nurani yang tepat dengan asas-asas etika umum bersifat tidak terlihat dan menjunjung tinggi kedudukan manusia.

Pada tingkat prakonvensional tahap 1 anak menentukan kebaikan dan keburukan perilakunya berdasarkan pada tingkat imbalan atau hukuman akibat dari perbuatan yang dilakukannya, perilaku baik yang ditunjukkan sebagai bentuk menghindari dari hukuman yang berlaku. Selanjutnya pada tahap II, anak

Page 11: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Perbedaan perkembangan moral ...

48 Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

berperilaku baik karena ada keinginan untuk pemuasan dari kebutuhannya tanpa mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan orang lain atau dengan kata lain sikap egosentris masih ditonjolkan sehingga pada tahap ini kebanyakan anak melakukan perbuatan semaunya sendiri.

Dalam tingkat konvensional tahap III anak-anak berperilaku menyesuaikan dengan aturan-aturan moral agar mereka memperoleh pengakuan dari orang yang lebih dewasa bahwa mereka merupakan anak baik. Kemudian pada tahap IV anak sudah mulai memahami aturan –aturan yang sedang dijalankan sehingga mereka menunjukkan sikap pasti terhadap aturan yang ada.

Sedangkan pada tahap pascakonvensional tahap V anak atau remaja sudah memahami bahwa perilaku baik merupakan sebuah hak dan kewajiban pribadi yang harus disesuaikan dengan aturan sosial yang berlaku. Dan pada tahap VI perilaku baik maupaun buruk seseorang merupakan suatu keputusan moral yang didasarkan pada asas-asas moral pribadi yang sumbernya dari hukuman umum dan berbanding lurus dengan kepentingan orang banyak. (Muhibbin: 77)

Pada perkembangan moral anak usia sekolah dasar masuk kedalam tingkat prakonvensional tahap 2 dan konvensional tahap 3 dan tahap 4. Dalam tahap 2 ini, anak memiliki perbuatan baik sebagai pemenuhan kebutuhan dirinya atau anak akan berbuat baik dengan mengharapkan imbalan. Hal demikian wajar, karena anak pada usia 7 tahun sampai 9 tahun penalaran moralnya masih sebatas mengetahui hal yang baik dan hal yang buruk tanpa mengerti alasannya. Sedangkan pada tingkatan konvensional tahap 3, anak menganggap bahwa perbuatan baik dilakukan jika bisa menyenangkan orang lain atau dengan kata lain tidak menyakiti orang lain. Serta pada tahap 4 anak sudah memahami alasan-alasan kenapa harus berbuat baik dan kenapa dilarang berbuat buruk.

Perbedaan Perkembangan Moral Anak Laki-Laki Dan Anak PerempuanDalam artikel Siti Rohmah Nurhayati dengan judul “Telaah Kritis Teori

Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg” menyebutkan salah satu kelemahan teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg ialah tahap penalaran moral Kohlberg tidak dapat diterapkan secara seimbang pada laki-laki dan perempuan sehingga penulis mencoba melakukan tindaklanjut dengan melakukan literature review terhadap artikel-artikel sebelumnya yang membahas teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg.

Page 12: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Aswatun Hasanah

49Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

Berdasarkan literatur review yang penulis lakukan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya mendapatkan hasil sebagai berikut ini:

Pertama, artikel yang ditulis oleh Pratiwi Wahyu Widiarti dengan judul “Orientasi Moral Keadilan dan Orientasi Moral Kepedulian: Suatu kecenderungan Perbedaan Antara penalaran Moral Laki-Laki dan Perempuan Berbeda”. Hasil dari artikel tersebut ialah menyebutkan bahwa terdapat perbedaan pendapat antara teori perkembangan Kohlberg yang menyatakan bahwa penalaran moral laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan penalaran moral perempuan. Namun pendapat tersebut dibantah oleh Gilligan dengan alasan bahwa saat Kohlberg melakukan penelitian, ia melakukan penelitian dengan responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak ketimbang perempuan dan menurut Gilligan penalaran moral anak laki-laki lebih menekankan pada hak-hak keadilan atas pengakuan dirinya, berbeda dengan penalaran moral anak perempuan yang menekankan pada relasi (hubungan), tanggung jawab, dan kepedulian terhadap orang lain.

Kedua, artikel yang ditulis oleh Emma Yuniarrahmah dan Dwi Nur Rachmah dengan judul “Pola Asuh dan Penalaran Moral Pada Remaja Yang Sekolah di Madrasah dan Sekolah Umum di Banjarmasin” dengan hasil penelitiannya ialah 1) adanya perbedaan penalaran moral remaja yang sekolah di madrasah lebih tinggi daripada penalaran moral remaja yang bersekolah di sekolah umum dengan prosentase 41,30 < 39,90, 2) pola asuh orang tua tidak memiliki pengaruh terhadap penalaran moral remaja, 3) tidak terdapat perbedaan penalaran moral remaja laki-laki dengan penalaran moral remaja perempuan karena disebabkan beberapa hal seperti berkembangnya kesadaran dari pihak orang tua dan lingkungan bahwa anak harus berkembang secara optimal sehingga anak memiliki kesempatan yang sama dalam segala aspek, begitu juga di lingkungan sekolah guru memperlakukan sama antara peserta didik laki-laki dengan perempuan.

Ketiga, artikel yang ditulis oleh Runi Hartianti dan Fatmariza dengan judul “Analisis Gender Terhadap Pertimbangan Moral tentang Nilai-Nilai Kemanusiaan (Strategi Pengembangan Pembelajaran Moral Yang Berspektif Gender)” dengan hasil penelitiannya ialah tidak ditemukan perbedaan yang tajam perkembangan moral laki-laki dengan perkembangan moral perempuan dikarenakan dari responden laki-laki dalam penelitian tersebut memiliki latar belakang tempat tinggal yang mana di lingkungan keluarganya terjadi proses sosialisasi sensitif dengan nilai-nilai bersifat gender sehingga tidak memiliki perbedaan tajam dengan moral perempuan. Selian itu juga, menurutnya jenis kelamin tidak terlalu menentukan perbedaan

Page 13: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Perbedaan perkembangan moral ...

50 Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

perkembangan moral karena yang mempengaruhi pertimbangan moral laki-laki dan perempuan adalah sosial relatifnya.

Keempat, artikel yang ditulis oleh Fatmariza dengan judul “Gender dan Pertimbangan Moral (Strategi pengembangan Pembelajaran PPKn Yang Bernilai)” dengan hasil penelitiannya ialah pertimbangan moral perempuan cenderung lebih peduli terhadap orang lain dibandingkan dengan pertimbangan moral laki-laki. Hal itu sebagai akibat adanya sosialisasi gender yang bias di lingkungan keluarga, sekolah, maupaun masyarakat.

Kelima, artikel yang ditulis oleh Dupri dan Bambang Abduljabar dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran dan Gender terhadap Kepedulian Sosial Siswa Pada pembelajaran Pendidikan Jasmani” dengan hasil penelitiannya adalah tingkat kepedulian sosial anak perempuan lebih baik daripada tingkat kepedulian anak laki-laki.

Keenam, artikel yang ditulis oleh Aloysius Hardoko dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pendidikan Moral Yang Berbeda dan Perbedaan Jenis Kelamin terhadap Kematangan Moral Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kota Malang” dengan hasil penelitiannya ialah terdapat perbedaan kematangan moral dan kepedulian sosial yang lebih tinggi pada siswa perempuan daripada kematangan moral dan kepedulian sosail siswa laki-laki.

Ketujuh, artikel yang ditulis oleh Nurhayani yang berjudul “Korelasi Antara Gaya Pengasuhan Dengan Keputusan Moral Anak Berdasarkan Jenis Kelamin” dengan hasil penelitiannya ialah terdapat perbedaan penalaran moral anak laki-laki dan anak perempuan ditinjau dari cara pengasuhan orang tua baik cara pengasuhan otoriter, otoritatif, dan permisif yang mana penalaran moral anak laki-laki lebih tinggi daripada penalaran moral anak perempuan.

Kedelapan, artikel yang ditulis oleh Alice Maclean dan kawan-kawan dengan judul “Rules for boys guidelines for gilrs: Gender differences in symptom reportinf during chilhood and adolescence” menyatakan hasilnya sebagai berikut:

“These qualitative findings do not suggest that girls are simply more willing than boys to report their symptoms as they get older, which is one potential explanation for the quantitative evidence of increasing gender differences in symptom reporting in adolescence. Rather, the findings suggest a need to highlight both the potentially damaging effects of gender stereotypes which make boys reluctant to seek help for physical and, particularly, psychological symptoms, and the misconception that girls are not similarly reluctant to report illness.”

Page 14: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Aswatun Hasanah

51Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

Maksud dari hasil penelitian diatas ialah adanya perbedaan moral laki-laki dengan moral perempuan, dimana anak perempuan lebih memperhatikan kepedulian terhadap orang lain sedangkan anak laki-laki lebih menekankan kepada keadilan. Jadi terdapat perbedaan pandangan anak laki-laki dengan anak perempuan, anak laki-laki menggunakan akal pikir untuk melakukan suatu tindakan, sedangkan anak perempuan mengedepankan perasaan iba atau peduli terhadap yang lain.

Dari hasil literature review tersebut maka dapat kita pahami bahwa terdapat perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dengan perkembangan moral anak perempuan. Perkembangan moral anak perempuan lebih tinggi pada tingkat kepedulian terhadap orang lain daripada anak laki-laki. Oleh karena itu, dari hasil literature review menyatakan tidak sependapat dengan teori perkembangan moral Lawrance Kohlberg yang menyatakan penalaran moral anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan.

Selanjutnya diperkuat dengan hasil wawancara yang dilaksanakan oleh penulis pada senin, 25 November 2019 terhadap beberapa guru di tingkat sekolah dasar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dengan anak perempuan adalah sebagai berikut:

1) Dalam bertindak Dalam hal bertindak anak perempuan lebih memiliki sopan santun yang tinggi daripada anak laki-laki. Hal itu dikarenakan anak perempuan lebih patuh pada aturan yang berlaku, di sisi lain anak laki-laki memang sudah menjadi nalurinya memiliki banyak tingkah dan agresif sehingga tingkat sopan santunnya lebih rendah.

2) Tingkat kedisiplinan Dalam hal kedisiplinan dan kerapian anak perempuan lebih tinggi tingkatannya daripada anak laki-laki, hal itu karena sifat anak laki-laki lebih cenderung masa bodo. Sedangkan anak perempuan lebih memiliki sikap tanggung jawab yang bagus sehingga dapat memprioritaskan kedisiplinan dan kerapian serta kerajian.

3) Pertimbangan suara hati/nurani Dalam menggunakan suara hati/nurani anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki. karena sikap peduli sosial terhadap orang lain yang dimiliki anak perempuan lebih besar jadi ia menggunakan suara hati/nuraninya dalam melakukan suatu tindakan.

Page 15: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Perbedaan perkembangan moral ...

52 Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

4) Perlanggaran peraturan Dalam melakukan pelanggaran peraturan yang berlaku anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. Hal itu dikarenakan anak laki-laki lebih menyukai kebebasan dan melakukan semaunya sendiri tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya.

5) Tingkat kejujuran Pada tingkat kejujuran anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki. karena anak perempuan lebih takut ketika ia melanggar peraturan dan hukuman, berbeda dengan anak laki-laki yang suka melanggar peraturan dan tidak takut dengan hukuman atau resiko yang ditanggungnya.

6) Suka berulah dan terlibat masalah. Anak laki-laki lebih tinggi atau lebih suka membuat masalah dibandingkan dengan anak perempuan. Sebagai contoh, anak laki-laki suka mengejek anak perempuan atau temannya sendiri. Hal itu dikarenakan anak laki-laki makhluk yang aktif dan agresif sehingga ia akan bangga jika bisa membuat kegaduhan dan memiliki rasa percaya diri tinggi ketika berhasil. Berbeda dengan anak perempuan yang lebih suka mengajak temannya untuk bermain bersama bukan untuk dikelahi atau bahkan melakukan ulah yang membuat gaduh.

7) Membantu pekerjaan orang lain Anak perempuan lebih suka membantu pekerjaan orang lain daripada anak laki-laki. hal itu dikarenakan sikap kepedulian anak perempuan yang tinggi serta hati nurani yang tergerak sehingga anak perempuan akan melakukan tindakan atau membantu pekerjaan orang lain.

Perkembangan Moral Anak Sekolah Dasar Berdasarkan UsiaPada usia sekolah dasar perilaku moral peserta didik sangat dipengaruhi oleh

standar moral (aturan) yang sudah ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam lingkungan dimana ia berinteraksi atau menghabiskan kehidupan dalam sehari-hari. Hal yang menonjol dalam perkembangan moral ialah disiplin yang menyesuaikan dengan tahapan perkembangannya, selain itu dalam perkembangan moral terdapat suara hati sebagai reaksi khawatir terhadap situasi dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan dengan mempertimbangkan hukuman yang diterimanya jika tidak sesuai. (Yudrik Jhaja: 211)

Page 16: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Aswatun Hasanah

53Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

Perkembangan moral anak usia sekolah dasar berkaiatan dengan yang sepatutnya dapat dilakukan selama proses interaksi dengan orang lain, dan hal itu dapat terjadi apabila:

1. Anak sudah bisa berpikir terkait aturan mengenai etika perbuatan.2. Perilaku yang ditunjukkan anak sesuai dengan suasana lingkungannya.3. Anak akan merasa bersalah jika melanggar peraturan yang berlaku dan

akan merasa bangga jika dapat terhindar dari pelanggar. (Christiana, 2012:232)

Oleh karena itu, anak pada usia sekolah dasar sudah mulai menunjukkan ide-idenya yang lebih pada keadaan yang nyata tentang keadilan. Pemahaman tersebut memasukkan asas-asas seperti keadilan (equality), prestasi (merit), dan kebajikan (benevilence). Keadilan yang memiliki arti setiap orang harus diperlakukan sama, sedangkan prestasi memiliki arti memberi penghargaan terhadap hasil kerja keras, unjuk rasa yang berbakat atau perilaku yang berakhlak, serta kebajikan yang berarti memberi sumbangsih khusus pada orang-orang yang dalam kondisi kurang beruntung. (Amrah: 24)

Dari asas tersebut, anak usia sekolah dasar menggunakan asas keadilan secara berturut-turut, dan kemudian perlahan ia mengerti dan menyakini bahwa tindakan khusus bagi orang yang kurang beruntung ialah aplikasi dari asas prestasi dan asas kebajikan. Di sisi lain nasehat dan dorongan guru serta pendapat saling memberi dan menerima di kalangan teman sebayanya merupakan rangsangan berbagi yang paling dekat dalam perkembangan moral anak.

Dalam perkembangan moral anak usia sekolah dasar, penalaran moralnya lebih pada berpikir logis dan berdasarkan benda nyata dimana pemikirannya sudah bisa mengembangkan dan memetakan. Perkembangan moral di lingkungan sekolah dasar terbagi menjadi dua tingkatan yaitu pada tingkatan prakonvensional usia 6 tahun sampai 9 tahun dan tingkatan konvensional usia 10 tahun sampai 13 tahun. Secara lebih rinci dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Penalaran moral anak usia 7 tahun (kelas I)Anak usia 7 tahun dalam berpikirnya masih tergantung pada benda nyata, ini artinya penalaran moralnya masih harus menirukan apa yang dilihatnya dan apa yang disampaikan padanya. Ia cenderung memiliki sifat patuh pada peraturan, patuh pada orang dewasa disekitarnya karena perkembangannya masih pada tahap menirukan apa yang dilihat dan dingarnya.

Page 17: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Perbedaan perkembangan moral ...

54 Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

2. Penalaran moral anak usia 8 tahun (kelas II)Anak usia 8 tahun sama dengan anak usia 7 tahun dalam berpikirnya tergantung pada benda nyata dari apa yang dilihatnya. Hal ini artinya penalaran moral anak masih pada tahap menirukan apa yang dilihatnya dan apa yang didengarnya. Ia cenderung memiliki sifat patuh pada peraturan, patuh pada orang dewasa disekitarnya serta dalam bertindak masih membutuhkan perlindungan dari orang dewasa disekitarnya.

3. Penalaran moral anak usia 9 tahun (kelas III)Anak usia 9 tahun sama halnya dengan anak usia 7 dan 8 tahun dalam berpikirnya masih konkrit, yakni tergantung pada benda nyata dari apa yang dilihatnya. Hal ini artinya penalaran moral anak masih pada tahap menirukan apa yang dilihatnya dan apa yang didengarnya. Ia cenderung memiliki sifat patuh pada peraturan, patuh pada orang dewasa disekitarnya serta dalam bertindak masih membutuhkan perlindungan dari orang dewasa disekitarnya.

4. Penalaran moral anak usia 10 tahun (kelas IV)Anak usia 10 tahun dalam berpikirnya sudah mulai beralih ke hal-hal abstrak, tidak hanya bergantung pada benda nyata dari apa yang dilihatnya tetapi sudah bisa mengembangkan ke yang lebih kompleks. Hal ini artinya penalaran moral anak sudah bisa mengimajinasikan apa yang dilihatnya dan didengarnya tanpa harus melihat benda nyatanya. Perkembangan moral anak pada usia ini sudah bisa menentukan mana yang benar, mana yang baik, dan mana yang buruk sehingga ia sudah bisa melindungi tindakan yang dilakukan dengan resikonya, menerima saran dari luar dirinya.

5. Penalaran moral anak usia 11 tahun (kelas V)Anak usia 11 tahun dalam berpikirnya sudah mulai beralih ke hal-hal abstrak, tidak hanya bergantung pada benda nyata dari apa yang dilihatnya tetapi sudah bisa mengembangkan ke yang lebih kompleks. Hal ini artinya penalaran moral anak sudah bisa mengimajinasikan dari apa yang dilihatnya dan apa yang didengarnya tanpa harus melihat benda nyatanya. Perkembangan moral anak pada usia ini sudah bisa menentukan mana yang benar, dan mana yang buruk sehingga ia sudah bisa melindungi tindakan yang dilakukan dengan resikonya, menerima saran dari luar dirinya serta sudah bisa berpendapat dari hasil olah pikirnya. Dalam bertindak sudah bisa sopan santun, serta bisa bertanggung jawab kemudian dalam hal kejujuran ia sudah bisa mempraktikan sebagai suatu kebiasaan.

Page 18: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Aswatun Hasanah

55Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

6. Penalaran moral anak usia 12 tahun (kelas VI)Anak usia 12 tahun dalam berpikirnya sudah mulai beralih ke hal-hal abstrak, tidak hanya bergantung pada benda nyata dari apa yang dilihatnya tetapi sudah bisa mengembangkan ke yang lebih kompleks. Hal ini artinya penalaran moral anak sudah bisa mengimajinasikan dari apa yang dilihatnya dan didengarnya tanpa harus melihat benda nyatanya. Perkembangan moral anak pada usia ini sudah bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga ia sudah bisa melindungi tindakan yang dilakukan dengan resikonya, menerima saran dari luar dirinya serta sudah bisa berpendapat dari hasil olah pikirnya. Dalam bertindak sudah bisa sopan santun, serta bisa bertanggung jawab kemudian dalam hal kejujuran ia sudah bisa diajak bekerja sama.

Dari beberapa uraian diatas, maka perkembangan anak usia sekolah dasar penalaran moralnya masuk pada tingkatan I prakonvensional dan tingkatan II konvensional. Dalam tingkatan konvensioanl ini, individu memberlakukan standar tertentu dan diterapkan pada orang lain. Perkembangan moral yang terjadi pada anak usia sekolah dasar yakni anak berbuat baik untuk memperoleh kepuasan psikologinya melalui persetujuan sosial. Pedoman moral yang ditentukan dari norma-norma yang terdapat dalam kelompok lingkungan dimana anak tersebut tinggal. Kemudian anak melakukan perbuatan buruk memiliki motif dibalik tindakannya.

Berdasarkan dari beberapa uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa pada penulisan artikel dengan judul Perbedaan Perkembangan Moral Anak Laki-laki dan Aanak Perempuan Pada Sekolah Usia Dasar (Analisis Psikologi Perkembangan) menyatakan tidak sepakat dengan teori perkembangan moral Lawrance Kohlberg yang menyatakan bahwa penalaran moral anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Pernyataan tersebut berpedoman dari literature rievew yang dilakukan penulisan terhadap artikel-artikel sebelumnya serta didukung pada temuan hasil wawancara terhadap guru di sekolah dasar. Selain itu juga, perlu diketahui bahwa perkembangan moral anak berasal dari perkembangan sosial terhadap lingkungannya dan perkembangan emosi dari dalam diri terhadap keadaan disekitarnya.

Teori perkembangan sosial yang disampaikan oleh Hurlock menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kecakapan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Maka dari itu, untuk menjadi manusia yang mampu

Page 19: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Perbedaan perkembangan moral ...

56 Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

bermasyarakat secara baik diperlukan tiga proses sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut 1) berperilaku yang bisa diterima oleh masyarakat. 2) memainkan peran sosialnya di lingkungan masyarakat dengan baik. 3) memperluas perilaku sosial terhadap orang lain dan kegiatan sosail di masyarakat.

Hurlock juga menyatakan bahwa perkembangan emosi merupakan suatu keadaan berupa pikiran maupaun perasaan yang muncul dari perilaku seseorang akibat dari perubahan biologisnya. Perkembangan emosi dapat berupa perasaan senang, sedih, takut, marah, bahagia. Nah untuk mengetahui perkembangan emosi anak maka perlu mengetahui karaktristiknya sebagai berikut: 1) emosi yang ditunjukkn berlangsung dengan singkat dan berakhir tiba-tiba; 2) emosi yang ditunjukkan terlihat lebih hebat atau kuat; 3) emosi memiliki sifat sementara; 4) emosi lebih sering terjadi; 5) emosi dapat terlihat dengan jelas dari tingkah laku yang ditonjolkannya, dan 6) emosi yang ditunjukkan sebagai sebuah reaksi menggambarkan individualitas. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan moral anak dipengaruhi dari perkembangan sosial emosional yang berasal dari dalam mapun luar. Perilaku moral baik seorang anak merupakan salah satu indikator keberhasilan perkembangan sosial emosial yang dilewati si anak serta didukung oleh orang tua dan lingkungan disekitarnya.

SimpulanPerkembangan moral menurut teori Lawrence Kohlberg mengatakan

bahwa perkembangan moral merupakan bagian dari penalaran moral dimana ia menyatakan semakin matang usia seseorang maka semakin tinggi penalaran moralnya. Namun memiliki perbedaan ketika penalaran moral diterapkan pada laki-laki dan perempuan, hal tersebut disebabkan karena anak laki-laki lebih menekankan pada keadilan sedangkan anak perempuan menekankan pada tanggung jawab dan kepedulian terhadap orang lain. Diantara perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dengan anak perempuan adalah sebagai berikut: 1) Dalam bertindak anak laki-laki kurang sopan santun dibandingkan anak perempuan. 2) Tingkat kedisiplinan anak laki-laki lebih rendah dari tingkat kedisiplinan anak perempuan. 3) anak laki-laki kurang memperhatikan suara hati/nurani daripada anak perempuan 4) anak laki-laki lebih sering melakukan perlanggaran peraturan yang berlaku daripada anak perempuan. 5) Tingkat kejujuran anak laki-laki lebih

Page 20: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Aswatun Hasanah

57Vol. 15 No. 1 Januari 2020

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

rendah adri perempuan. 6.) Anak laki-laki suka berkelahi, berulah, dan terlibat masalah. 7) anak perempuanb lebih suka mengajak bermain bersama teman. 8) anak laki-laki kurang suka membantu pekerjaan orang lain daripada anak perempuan yang suka membantu pekerjaan orang lain.

Daftar PustakaAbdillah, Munari. Tahap Perkembang Moral (Perspektif Barat dan Islam). IAIN

Salatiga,

Amrah. (2013). Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah Dasar.

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya Persada.

Hurlock, E. B. (1980). Development Psycology: A life-span Approach, Fifth Edition, (terj.) Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (1991). Perkembangan Anak Jilid 1 (terj.) De Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga.

Jahja, M. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Yusuf, L.N,. S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak&Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prastowo, A. (n.d.)Pembelajaran Konstruksivistik-Scientific Dan Pendidikan Agama Di Sekolah Madrasah: Teori, Aplikasi, dan Riset Terkait. Jakarta: Rajawali Press.

Salam, B. (2000). Etika Individu Pola dasar Filsafat Moral. Jakarta: Rineka Cipta.

Sit, M. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing.

Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.

Soetjining, C.H. (2012). Seri Psikologi Perkembangan : Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Anak-Anak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group.

Syah, M. (n.d.) Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Rosdakarya.

Syarif, K. (2015). Perkembaangan Peserta Didik. Medan: Unimed Press.

Page 21: Vol. 15 No. 1, Januari-Juni 2020 e-ISSN: 2548-5385 | p

Ju rna l S tud i I s l am, Gender, dan Anak

I YTerakreditasi SINTA 4

58

Strategi pemberdayaan berbasis vocational skill ...

Vol. 15 No. 1 Januari 2020