laporan vital sign

25
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA II PEMERIKSAAN VITAL SIGN Dosen Pengampu : dr. Emika Prastyan Disusun oleh : Kelompok : 2 (Farmasi A) Anggota : 1. Wina Laili Maulidya (I21111002) 2. Yashinta (I21111018) 3. Sepra Juasna Pratiwi (I21111022) 4. Melda Elfryda Marpaung (I21111025) 5. Nelli Karina (I21111034)

Upload: melda-elfryda-marpaung

Post on 06-Aug-2015

389 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Vital Sign

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA II

PEMERIKSAAN VITAL SIGN

Dosen Pengampu : dr. Emika Prastyan

Disusun oleh : Kelompok : 2 (Farmasi A) Anggota : 1. Wina Laili Maulidya (I21111002)

2. Yashinta (I21111018) 3. Sepra Juasna Pratiwi (I21111022) 4. Melda Elfryda Marpaung (I21111025) 5. Nelli Karina (I21111034)

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK

2012

Page 2: Laporan Vital Sign

BAB I

DASAR TEORI

Pemeriksaan vital sign adalah merupakan suatu cara untuk mendektesi adanya perubahan sistem tubuh. Vital sign meliputi tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernafasan. Vital sign mempunyai nilai yang sangat penting bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan vital sign (tanda vital) maka mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Misal suhu tubuh meningkat berarti ada metabolisme yang terjadi dalam tubuh atau sebagai respon imun tehadap bakteri dan virus. atau jika denyut nadi meningkat maka pasti ada perubahan pada sisitem kardiovaskuler dan seterusnya. Berikut ada penjelasan- penjelasan mengenai vital sign :

A. SUHU TUBUHSuhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas

dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari : Metabolisme dari makanan ( Basal Metabolic Rate ) Olahraga Shivering atau kontraksi otot skelet Peningkatan produksi hormon tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler ) Proses penyakit infeksi Termogenesis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau

dari rangsangan langsung simpatetik )

Di alam, pengaturan suhu tubuh oleh hewan dan manusia dilakukan untuk mengatur panas yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.

1. Radiasi

Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetik pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran

Page 3: Laporan Vital Sign

panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.

2. Konduksi

Konduksi adalah pemindahan panas antara dua kegiatan secara kontak fisik langsung diantaranya keduanya. Konduksi juga bisa berarti perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.

3. Konveksi

Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara, misalnya udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat

4. Evaporisasi

Evaporasi adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan, misalnya pernapasan dan perspiration dari kulit. Misalnya keringat meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan sistem pernafasan. Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi. Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh aktual (yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.

Suhu tubuh terjaga konstan meskipun adanya perubahan kondisi lingkungan. Hal ini disebabkan karena adanya proses pengaturan suhu melalui negatif feedback sistim (mekanisme umpan balik). Organ pengatur suhu yang utama adalah hipotalamus. Untuk regulasi panas tubuh diperlukan konsentrasi sodium dan kalsium yang cukup, terutama didalam dan disekitar Hipotalamus posterior. Variasi suhu orang yang sehat berkisar 0.7 derajat Celcius dari normal (1.4 F ).

Page 4: Laporan Vital Sign

Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu antara lain :1. Umur

Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya, maka dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat berubah dengan cepat. Anak- anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada orang dewasa.

UMUR SUHU ( Celcius ) SUHU (Fahrenheit )

Bayi baru lahir 36,1 – 37,7 97 – 100

2 tahun 37,2 98,9

12 tahun 37 98,6

Dewasa 36 96,8

2. Aktifitas tubuh

Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh. Pada pagi hari jam 04.00 – 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari sekitar jam 16.00 – 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar antara 1.1 – 1.6 C ( 2 – 3 F ).

3. Jenis Kelamin

Wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria, hal ini disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak. Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar 0.3 – 0.5 C (0.5 – 1 F) sedangan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan Basal Metabolic Rate

4. Perubahan emosi

Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh sehingga metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.

5. Perubahan Cuaca

Page 5: Laporan Vital Sign

Perubahan cuaca , Iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi, radiasi, konveksi, konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh

6. Makanan, minuman, rokok, dan lavemen

Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum air es dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan mengukur suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum atau merokok , sedangkan tempertur rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema.

Alat Pengukur Suhu Tubuh

Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius (Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang mempunyai kepekaan tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik , banyak dipakai pada kondisi kegawatan.

Pengukuran Suhu Tubuh

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut (oral), anus (rectal), ketiak (axilla) dan telinga ( auricular ) . Masing- masing tempat mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 C (0.7 F) lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari pada oral . Di Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan suhu aksila.

Pemeriksaan Suhu Aksila dengan Termometer Air Raksa

Pengukuran suhu aksila dianggap paling mudah dan aman, namun kurang akurat. Penggunaan sering dilakukan pada :

1. Anak

2. Pasien dengan radang mulut

3. Pasien yang bernapas dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas

B. DENYUT NADIDenyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat

kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan

Page 6: Laporan Vital Sign

menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu :

1. Arteri radialis Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan

pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin2. Arteri Brankialis

Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant

3. Arteri Karotid Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan

diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :

· Normal : 60 – 100 x / menit, · Bradikardi : <>· Takhikardi : > 100. x / menit

Sedangkan denyut nadi pada saat tidur yaitu : a. Bayi baru lahir 100 – 180 x/menitb. Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220 x/ menitc. Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150 x/menitd. usia 10 –21 tahun 60 – 90 x/menite. Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100 x/menit

C. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAHPemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran

darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan diastole. Perbedaan antara systole dan diastole disebut pulse pressure. Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm hg).

Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus, terpasang shunt arterivena, graft, operasi payudara, ketiak serta pengangkatan limfe, lengan/ tangan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip atau balutan keras.

Tabel tekanan darah

Page 7: Laporan Vital Sign

D. PEMERIKSAAN FREKUENSI PERNAPASAN

Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.

INSPIRASI EKSPIRASI

Diafragma Kontraksi ( tampak datar )

Relaksasi ( melengkung keatas )

Tulang iga ( costae ) bergerak keatas & keluar

bergerak kebawah & kedalam

Tulang dada Bergerak keluar Bergerak kedalam

Rongga dada membesar mengecil

Paru-paru mengembang mengempis

Frekuensi napas normal tergantung umur :· Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit· usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit· dewasa 16 – 20 x/menit. · Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit · Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut · Apnea : Bila tidak bernapas

No

USIA Tekanan Sistole (mm Hg )

Tekanan Diastole (mm Hg )

12345

Bayi

Anak 7 - <>

Ø 10 - <>

Laki- laki

Perempuan

Hipertensi

65 – 115

87 – 117

124 – 136

120

120

140 keatas

42 – 80

48 – 64

77 – 84

80

80

90 keatas

Page 8: Laporan Vital Sign

BAB II TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mengetahui cara pemeriksaan suhu tubuh serta tempat pengukurannya

2. Mengetahui cara pengukuran dan tempat pemeriksaan denyut nadi

3. Mengetahui cara pengukuran dan pemeriksaan tekanan darah

4. Mengetahui cara menghitung frekuensi pernapasan

Page 9: Laporan Vital Sign

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan untuk setiap praktikum ialah :

3.1.1. Suhu Tubuh

termometer tissue

buku dan alat tulis

handuk

3.1.2 Tekanan Darah

sphygmomanometer air raksa manset

stetoscope

antiseptik

3.1.3 Frekuensi Pernapasan

alat pengukur waktu buku dan alat tulis

3.1.4 Denyut Nadi

Page 10: Laporan Vital Sign

jam tangan atau alat pengukur waktu buku dan alat tulis

3.2 Cara Kerja

3.2.1. Suhu Tubuh1). persiapan peralatan

1. Cucilah tangan2. Siapkan soft tissue atau lap bersih 3. Siapkan buku pencatat suhu dan alat tulis4. Sebuah handuk bersih untuk membersihkan keringat pasien

2). Persiapan pasien 1. Jagalah privasi pasien dengan tirai atau pintu tertutup.2. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya pemeriksaan suhu aksila3. Lepaskan baju pasien dan bagian lain ditutup dengan selimut.

3). Cara pemeriksaan1. Pegang termometer pada bagian ujung yang tumpul.2. Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan dalam

desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih3. Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua,

turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius4. Bukalah lengan pasien.5. Bersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue6. tempelkan termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan

bawah pasien keatas dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan lembut.

7. Biarkan selama 5-10 menit untuk hasil yang baik.8. Angkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak

rotasi. 9. Bacalah tingkat air raksa sejajar dengan mata pemeriksa.10. Turunkan tingkat air raksa <>0C. 11. Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.12. Cuci tangan.13. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

3.2.2. Denyut Nadi

A. Pemeriksaan frekuensi denyut arteri radialis1) Persiapan alat 1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)2. Buku catatan nadi ( kartu status )3. Alat tulis

Page 11: Laporan Vital Sign

2) Persiapan pasien1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan 2. Buatlah pasien rilek dan nyaman .

3) Cara pemeriksaan1. Cuci tangan pemeriksa2. Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah

3.Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.

4.Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan

5. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur6. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

B. Pemeriksaan frekuensi denyut arteri brakialis1) Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)2. Buku catatan nadi ( kartu status )3. Alat tulis

2) Persiapan pasien1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan2. Buatlah pasien rilek dan nyaman

3) Cara pemeriksaan1. Cuci tangan pemeriksa2. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada

posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.4. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah

pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas siku) 5. Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur6. Hitung jumlah denyut selama satu menit 7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku

C. Pemeriksaan frekwensi denyut arteri karotis1) Persiapan alat 1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)2. Buku catatan nadi ( kartu status )3. Alat tulis

2) Persiapan pasien1. Jelaskan pada pasien tentang perlunya pemeriksaan ini.

Page 12: Laporan Vital Sign

2. Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin

3) Cara pemeriksaan1. Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih2. minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas 3. pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha4. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis5. Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan

dengan yang akan diperiksa6. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk

menghindari rangsangan sinus karotid7. Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot

sternokleidomastoideus bagian medial8. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas9. Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik, kemudian

hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1 menit.

3.2.3 Frekuensi Pernapasan

1). Persiapan alat1. Alat pengukur waktu (jam, stopwatch)2. Buku pencatat 3. Alat pencatat (pensil, pena)

2). Persiapan pasien1. Jelaskan pentingnya pemeriksaan frekuensi napas 2. Posisi pasien berbaring, kecuali dalam kondisi tertentu.

3). Cara pemeriksaan

1. tempatkan satu telapak tangan pasien diatas dada 2. Rasakan gerakan napas dengan memegang tangan pasien atau dengan melihat

gerakan dada/ tangan yang naik turun. Gerakan naik (inhalasi) dan turun (ekhalasi) dihitung 1 frekuensi napas

3. Hitung frekuensi napas selama satu menit

4. informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status

3.2.3. Tekanan Darah1) Persiapan alat1. sphygmomanometer air raksa lengkap dengan manset.2. stetoscope 3. antiseptik

Page 13: Laporan Vital Sign

2) Persiapan pasien1. Jelaskan kepada pasien tentang perlunya pemeriksaan tekanan darah2. Jelaskan bahwa lengan akan dipasangi manset yang bila dipompa akan menekan,

sehingga terasa tidak enak/ kesemutan .

3) Cara pemeriksaan1. pemeriksa mencuci tangan2. mintalah pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan diperiksa, sehingga

tidak ada penekanan pada a. brachialis. 3. posisi pasien bisa berbaring, setengah duduk atau duduk yang nyaman dengan

lengan bagian volar diatas.4. Gunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien5. pasanglah manset melingkar pada lengan tempat pemeriksaan setinggi jantung,

dengan bagian bawah manset 2 – 3 cm diatas fossa kubiti dan bagian balon karet yg menekan tepat diatas arteri brachialis.

6. pastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset.7. Istirahatkan pasien sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran. Dan pastikan pasien

merasa santai dan nyaman.8. hubungkan manset dengan sphymomanometer air raksa , posisi tegak dan level air

raksa setinggi jantung. 9. raba denyut a. brachialis pada fossa kubiti dan a. radialis dengan jari telunjuk dan

jari tengah ( untuk memastikan tidak ada penekanan )10. pastikan mata pemeriksa harus sejajar dengan permukaan air raksa ( agar

pembacaan hasil pengukuran tepat )11. tutup katup pengontrol pada pompa manset12. pastikan stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa, raba denyut a.

brachialis 13. pompa manset sampai denyut a brachialis tak teraba lagi14. kemudian pompa lagi sampai 20 – 30 mm Hg ( jangan lebih tinggi, sebab akan

menimbulkan rasa sakit pada pasien, rasa sakit akan meningkatkan tensi ) 15. letakkan kepala stetoskop diatas a brachialis16. Lepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air raksa turun dengan

kecepatan 2 – 3 mm Hg per detik atau 1 skala perdetik 17. Pastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama arteri brachialis

( Korotkoff I ) è ini adalah tekanan sistolik18. pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan suara yang tiba-tiba melemah

( Korotkoff V ) è tekanan diastolik19. lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari lengan pasien.20. Bersihkan earpiece dan diafragma stestokop dengan disinfektan 21. Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik22. informasikan pada pasien hasil pemeriksaan dan Catat pada kartu status

Page 14: Laporan Vital Sign

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1HASIL PENGAMATAN

NAMA

PEMERIKSAAN VITAL SIGN

TEKANAN DARAH (mmHg)

DENYUT NADI (x/menit)

FREKUENSI PERNAPASAN

(x/menit)

SUHU BADAN (°C)

SEPRA 110/70 75 21 37,4

WINA 100/70 82 16 37,1

YASHINTA 110/70 65 22 37,1

MELDA 110/70 89 19 36,5

NELLI 110/80 75 22 36,9

4.2 PEMBAHASAN

Praktikum kali ini melakukan pemeriksaan vital sign yang meliputi :

4.2.1 Denyut nadi

Page 15: Laporan Vital Sign

Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan jantung. Pemeriksaan denyut nadi harus mencakup frekuuensi atau laju nadi, irama, isi atau kualitas, serta ekualitas nadi. Laju nadi paling baik dihitung dengan pasien dalam keadaan tidur. Nilai normal nadi pada berbagai tingkat umur dapat dilihat pada apendiks. Denyut nadi yang normal adalah 60-100 x/menit.

Keadaan denyut nadi yang tidak normal terbagi menjadi dua yaitu takhikardia dan bradikardia. Takhikardia adalah laju denyut jantung yang lebih cepat dari laju normal. Keadaan ini terjadi karena keadaan demam, aktivitas fisis, ansietas, tirotoksikosis, gagal jantung, dehidrasi, dan miokarditis. Bradikardi adalah frekuensi denyut jantung yang lebih lambat dari frekuensi normal. Keadaan ini bila terjadi pada demam, menyarankan terdapatnya infeksi salmonella. Pada remaja olahragawan yang terlatih juga dapat terjadi bradikardia. Dalam keadaan normal irama nadi adalah teratur. Ketidakteraturan nadi yang paling sering dijumpai adalah disritmia sinus. Umumnya disritmia sinus sering terjadi pada anak diatas umur 3 tahun.

Pemeriksaan denyut nadi pada paktikum ini dilakukan pada arteri radialis yang terletak di pergelangan tangan. Pemeriksaan lebih mudah dilakukan karena denyut nadi mudah di raba atau dirasa dengan menggunakan 3 jari yaitu jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Tiga jari tersebut diletakkan di sejajar dengan ibu jari probandus atau pasien. Berdasarkan parktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa denyut nadi dari masing-masing praktikan termasuk normal karena memiliki rentang diantara 65-89 x/menit. Hal ini menunjukkan bahwa praktikan dalam keadaan sehat atau normal dan tidak mengalami bradikardi maupun takhikardi.

4.2.2 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan dari darah terhadap dinding pembuluh darah yang merujuk kepada tekanan darah pada arteri secara sistemik. Dimana, tekanan darah di vena lebih rendah daripada tekanan di arteri. Nilai tekanan darah secara umum dinyatakan dalam mmHg (milimeter air raksa). Tekanan sistolik didefinisikan sebagai tekanan puncak pada arteri selama siklus jantung; tekanan diastolik merupakan tekanan terendah (pada fase istirahat siklus jantung).

Page 16: Laporan Vital Sign

Tekanan darah sisitolik dan diastolik dapat meninggi pada kelainan ginjal atau (hipertensi renal) baik kelainan reno-parenkim ( glomerulonefritis, pielonefritis, kadang-kadang sindrom nefrotik) maupun kelainan reno-vaskular.

Pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat sphygmomanometer air raksa. Alat ini digunakan karena lebih sensitive terhadap tekanan darah dan tidak mudah rusak oleh suhu. Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup atrio-ventrikuler dan kontraksi ventrikel. Bunyi kedua karena menutupnya katup aortik dan pulmoner sesudah kontraksi ventrikel. Yang pertama adalah panjang dan rata (terdengar seperti “lup”), yang kedua pendek dan tajam (terdengar seperti “dup”). Bunyi yang pertama Korotkof sedangkan bunyi yang kedua disebut Korotkoff V.

Berdasarkan pemeriksaan dapat diketahui bahwa tekanan darah dari masing-masing praktikan yang menjadi probandus adalah berbeda. Rentang tekanan darah yang diperoleh pada praktikum ini yaitu 110/70 mmHg hingga 110/80 mmHg. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa tekanan darah probandus berada dibawah tekanan darah normal seorang wanita yaitu 120/80 mmHg. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi probandus yang mengalami kelelahan, stress, kurang tidur, dan kondisi yang lemah.

4.2.3 Suhu TubuhPemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh,

dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus. Terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen. Termoregulasi dapat menjaga suhu tubuh. Dari perubahan keadaan lingkungan yang terjadi secara tiba tiba ataupun karena jenis akitifitas yang dilakukan oleh seseorang. Pada suhu tubuh yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ

Page 17: Laporan Vital Sign

tubuh yang saling berhubungan. Mamalia memiliki dua jenis sensor pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.

Penyesuaian ini dilakukan untuk mencegah kerusakan dan gangguan sistem dalam tubuh yang dapat mengganggu kestabilan sel sel, sehingga sel sel rusak dan tidak mampu bermetabolisme secara sempurna. Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan suhu lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin atau lebih panas. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

Pemeriksaan suhu tubuh pada percobaan ini menggunakan thermometer air raksa dan dilakukan pengukuran pada aksilla. Sebelum thermometer digunakan permukaan air raksa thermometer harus diturnkan sampai dibawah 35° C dengan mengibas-ngibaskan thermometer. Setelah itu thermometer dikepitkan di aksilla. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil dimana suhu tubuh masing-masing probandus berbeda-beda yaitu 36,5 ° C ;36,9° C ;37,1° C ; dan 37,4 ° C. Suhu tubuh ini termasuk normal.perbedaan suhu tubuh ini dapat dipengaruhi oleh umur, aktivitas tubuh, jenis kelamin, perubahan emosi, cuaca serta makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh probandus sebelum dilakukan pemeriksaan.

4.2.4 Pernapasan

Bernafas merupakan proses menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida melalui system pernapasan. Pada praktikum kali ini pemeriksaan pernapasan dilakukan secara manual dan tidak menggunakan instrumen. Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan tangan di bagian bawah leher di atas dada probandus. Frekuensi dihitung selama satu menit. Satu kali frekuensi pernapasan adalah satu kali menarik nafas (inhalasi) dan satu kali menghembuskan nafas (ekshalasi).

Page 18: Laporan Vital Sign

Pada saat pemeriksaan pernapasan seharusnya probandus berada dalam posisi berbaring. Namun keterbatasan tempat saat praktikum, pemeriksaan pernapasan pada probandus dilakukan dalam posisi duduk. Pada pemeriksaan pernapasan probandus harus dibiarkan dalam posisi rileks dan santai. Dari hasil percobaan didapatkan hasil frekuensi pernapasan yang berbeda antar probandus yaitu 16 x/menit , 19 x/menit , 21 x/menit dan 22 x/menit. Adanya perbedaan ini dapat disebabkan karena kondisi tubuh probandus yang berbeda-beda misalnya tegang, panic, resah, gugup ataupun letih karena aktivitas yang berat.

BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemeriksaan Tanda vital yang sering digunakan dan relatif lebih mudah dikerjakan adalah pemeriksaan suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan.

2. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan dengan thermometer air raksa. Kisaran suhu tubuh normal manusia adalah 36 – 37,5° C

3. Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.

4. Pemeriksaan denyut nadi dilakukan secara manual dengan meletakkan 3 jari pada arteri radialis. Denyut nadi normal pada usia 10-21 tahun adalah 60-90 x/menit.

5. Pemeriksaan frekuensi pernapasan dilakukan dengan meletakkan tangan pada bagian bawah leher dan diatas dada selama satu menit. Frekuensi pernapasan yang normal untuk orang dewasa adalah 16-20 x/menit.

Page 19: Laporan Vital Sign

3.2 Saran

1. Sebelum pemeriksaan dilakukan kondisi probandus harus diperhatikan agar hasil yang didapatkan akurat

2. Posisi jari pada pemeriksaan denyut nadi arteri radialis harus dilakukan dengan cara yang benar

3.Sebaiknya praktikan mengetahui dengan benar penggunaan alat sphygmomanometer air raksa dengan benar

.

DAFTAR PUSTAKA

Latief, Abdul dkk. 2003. DiagnosisFisis pada Anak Edisi kedua. CV Sagung Seto. Jakarta