· web viewsesudah junjungan kita melaksanakan hajji terakhir, hajii wada’, beliau...

2
RENUNGAN IEDUL ADHA 9 DZUL HIJJAH MOHAMMAD SOLEH Sesudah Ibrahim tiada hentinya berdoa memohon dikarunia putra, dan Allah menunda karunianya sampai Ibrahim telah merasa tua, sudahkah kita rajin berdoa dan tidak putus asa dari rahmat Allah atas keinginan kita yang belum dikabulkan? Sesudah Ibrahim, akhirnya dikarunia putra dari Siti Hajar, bernama Ismail, Ibrahim diuji mengenai derajat kecintaannya kepada Allah dibandingkan kecintaannya kepada Ismail, putra yang didambakannya berpuluh tahun. Ibrahim diperintahkan membawa Ismail dan ibunya ke lembah Bakkah, tempat Adam dulunya mendirikan Baitullah, dan ia disuruh meninggalkannya, iapun pasrah dan mendoakannya, sudahkah kita memasrahkan dan mendoakan anak dan istri kita agar selalu dalam pemeliharan Allah? Sesudah Siti Hajar berlari-lari mencari sumber air untuk anaknya yang kehausan, sudahkah kita berupaya secara maksimal untuk mensejahterakan anak-anak kita? Sesudah sekali lagi Ibrahim diuji agar menyembelih anaknya, Ibrahim nenunjukkan kecintaannya kepada Allah tetap lebih utama, ia rela mematuhi perintah itu, masihkah kita lebih mencintai “ismail- ismail” yang kita miliki berupa anak, harta, kedudukan dsb, daripada cinta kita kepada Allah? Sesudah Ibrahim masih menanyakan pendapat anaknya Ismail, tentang perintah Allah itu, masihkah kita tidak mempedulikan pendapat anak-anak kita, tentang urusan dunianya dan akhiratnya? Sesudah Ismail menjawab “Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah, Insya Allah engkau dapati aku termasuk orang-orang yang sabar”, tidak inginkah kita memiliki anak seperti Ismail yang rela mengorbankan dirinya untuk meringankan beban tugas ayahnya, perintah dari Allah swt? Sesudah ibunya juga menyatakan keikhlasannya, tidak inginkah kita memiliki istri yang tetap mendahulukan kehendak Allah, walaupun hatinya teriris melepas buah hatinya? Sesudah Ibrahim menyembelih kibas atas perintah Allah sebagai pengganti Ismail, masih beratkah kita mengrbankan seekor domba sebagai wujud cintakita kepada Allah? Sesudah Ibrahim mengajak Ismail membangun kembali Baitullah atas perintah Allah, sudahkah kita mengajak anak-anak kita untuk bekerja atas nama Allah dan di jalan Allah? Sesudah Ibrahim menyeru manusia untuk datang ke Baitullah atas perintah Allah, masih belum tergerakkah hati kita memenuhi panggilan itu, berhajji? Sesudah Ibrahim menapak tilas leluhurnya, Adam dan Hawa dengan berwukuf di arafah, memohon ampun atas dosanya di surga, tidak

Upload: lydien

Post on 17-Mar-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: · Web viewSesudah Junjungan kita melaksanakan hajji terakhir, hajii wada’, beliau berkali-kali mengucapkan: “sudahkah aku sampaikan?” maka sudahkah kita menyampaikan dua warisan

RENUNGAN IEDUL ADHA 9 DZUL HIJJAHMOHAMMAD SOLEH

Sesudah Ibrahim tiada hentinya berdoa memohon dikarunia putra, dan Allah menunda karunianya sampai Ibrahim telah merasa tua, sudahkah kita rajin berdoa dan tidak putus asa dari rahmat Allah atas keinginan kita yang belum dikabulkan?

Sesudah Ibrahim, akhirnya dikarunia putra dari Siti Hajar, bernama Ismail, Ibrahim diuji mengenai derajat kecintaannya kepada Allah dibandingkan kecintaannya kepada Ismail, putra yang didambakannya berpuluh tahun. Ibrahim diperintahkan membawa Ismail dan ibunya ke lembah Bakkah, tempat Adam dulunya mendirikan Baitullah, dan ia disuruh meninggalkannya, iapun pasrah dan mendoakannya, sudahkah kita memasrahkan dan mendoakan anak dan istri kita agar selalu dalam pemeliharan Allah?

Sesudah Siti Hajar berlari-lari mencari sumber air untuk anaknya yang kehausan, sudahkah kita berupaya secara maksimal untuk mensejahterakan anak-anak kita?

Sesudah sekali lagi Ibrahim diuji agar menyembelih anaknya, Ibrahim nenunjukkan kecintaannya kepada Allah tetap lebih utama, ia rela mematuhi perintah itu, masihkah kita lebih mencintai “ismail-ismail” yang kita miliki berupa anak, harta, kedudukan dsb, daripada cinta kita kepada Allah?

Sesudah Ibrahim masih menanyakan pendapat anaknya Ismail, tentang perintah Allah itu, masihkah kita tidak mempedulikan pendapat anak-anak kita, tentang urusan dunianya dan akhiratnya?

Sesudah Ismail menjawab “Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah, Insya Allah engkau dapati aku termasuk orang-orang yang sabar”, tidak inginkah kita memiliki anak seperti Ismail yang rela mengorbankan dirinya untuk meringankan beban tugas ayahnya, perintah dari Allah swt?

Sesudah ibunya juga menyatakan keikhlasannya, tidak inginkah kita memiliki istri yang tetap mendahulukan kehendak Allah, walaupun hatinya teriris melepas buah hatinya?

Sesudah Ibrahim menyembelih kibas atas perintah Allah sebagai pengganti Ismail, masih beratkah kita mengrbankan seekor domba sebagai wujud cintakita kepada Allah?

Sesudah Ibrahim mengajak Ismail membangun kembali Baitullah atas perintah Allah, sudahkah kita mengajak anak-anak kita untuk bekerja atas nama Allah dan di jalan Allah?

Sesudah Ibrahim menyeru manusia untuk datang ke Baitullah atas perintah Allah, masih belum tergerakkah hati kita memenuhi panggilan itu, berhajji?

Sesudah Ibrahim menapak tilas leluhurnya, Adam dan Hawa dengan berwukuf di arafah, memohon ampun atas dosanya di surga, tidak inginkah kita juga bersimpuh mengadukan dosa-dosa kita, dengan wukuf di arafah?

Sesudah keturunan Ibrahin kembali durhaka dengan berbuat syirik di rumah Allah, dan seorang keturunan-Nya yang Agung, Nabi Besar junjungan kita, merisaukannya dengan berkhalwat di gua Hira, tidak risaukah kita dengan kondisi masyarakat kita pada masa kini, yang juga meninggalkan ajaran Ibrahim?

Sesudah Nabi besar junjungan kita, menaklukkan makkah, meruntuhkan patung-patung dan berucap: “Sesungguhnya telah datang kebenaran dan telah runtuh kebatilan, sesungguhnya kebatilan pasti akan lenyap” dan beliau memaafkan kaum kafirin quraisy, sudah mampukah kita menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan seraya memaafkan orang-orang yang mendzolimi kita?

Page 2: · Web viewSesudah Junjungan kita melaksanakan hajji terakhir, hajii wada’, beliau berkali-kali mengucapkan: “sudahkah aku sampaikan?” maka sudahkah kita menyampaikan dua warisan

Sesudah Junjungan kita melaksanakan hajji terakhir, hajii wada’, beliau berkali-kali mengucapkan: “sudahkah aku sampaikan?” maka sudahkah kita menyampaikan dua warisan teragung dari risalah: yaitu al-quran dan al-hadits kepada sanak saudara kita, kepada handai taulan kita dan kepada sesama bangsa kita?

Ya Allah, berilah kami kekuatan untuk mengikuti jejak Ibrahim dan Rasulullah saw.