upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

151
UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA (Study di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung) SKRIPSI Oleh: Siti Nur Azizah NIM. 05210063 JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

Upload: irwan-kusumah

Post on 16-Apr-2015

310 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

upaya dimana masyarakat mempertahankan rumahtangga yang sakinah mawadah warohmah

TRANSCRIPT

Page 1: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

(Study di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

SKRIPSI

Oleh:

Siti Nur Azizah NIM. 05210063

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

Page 2: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

(Study di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

Oleh:

Siti Nur Azizah NIM 05210063

JURUSAN AL-AHWAL AL- SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

Page 3: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah,

Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,

penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM

MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

(Study di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau

memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti disusun orang lain,

ada penjiplakan, duplikasi, atau memindah data orang lain, baik secara

keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh

karenanya, batal demi hukum.

Malang, 4 Agustus 2009

Penulis,

Siti Nur Azizah

NIM: 05210063

Page 4: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudari Siti Nur Azizah, NIM 05210063,

Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, setelah membaca, mengamati

kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengore ksi, maka skripsi yang

bersangkutan dengan judul:

UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM

MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

(Study di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

Telah di anggap memenuhi syarat-syart ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada

Sidang Majelis Penguji Skripsi.

Malang, 4 Agustus 2009

Pembimbing,

Dr. Umi Sumbulah, M.Ag.

NIP. 150 278 262

Page 5: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

HALAMAN PERSETUJUAN

UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM

MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

(Studi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

SKRIPSI

Oleh:

Siti Nur Azizah

05210063

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing,

Dr. Umi Sumbullah, M. Ag

NIP 150 278 262

Mengetahui,

Ketua Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

Zaenul Mahmudi, MA

NIP 150 295 155

Page 6: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

PENGESAHAN SKRIPSI

Dewan Penguji Skripsi saudari Siti Nur Azizah, NIM 05210063, Mahasiswa

Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang, angkatan tahun 2005 dengan judul:

UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM

MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

(Studi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

Telah dinyatakan LULUS dengan nilai A (Sangat Memuaskan), dan berhak

menyandang gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI)

Dengan Dewan Penguji:

1. Drs. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag ( ) NIP 150 224 886 (Penguji Utama)

2. Dr. Umi Sumbulah, M.Ag ( ) NIP. 150 278 262 (Sekretaris)

3. Dra. Jundiani, SH., M.Hum ( ) NIP 150 294 455 (Ketua Penguji)

Malang, 10 Agustus 2009

Dekan Fakultas Syari’ah

Dra. Hj. Tutik Hamidah, M. Ag

NIP 150 224 886

Page 7: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

PERSEMBAHAN

Untaian puji syukur Alhamdulillah Rabbil A’lamin kehadirat Allah swt atas segala nikmat yang melimpah, rasanya hamba tak mampu menghitungnya. Dengan kekuasaanNya, keajaibanNya telah memberiku kekuaatan melalui pikiran, tenaga dan hati, ikhlas untuk dapat menyelesaikan tugas akhir yang insyaAllah akan menemani langkah hidup mulia sampai akhir hayat melalui rahasia-rahasiaNya. Shalawat serta salam untuk junjungan baginda mulia Rosulullah Muhammad saw, berkah syafaat yang kita nantikan di Yaumul Akhirat, tak elak jihadnya membakar semangatku untuk selalu dalam menuangkan wacana keilmuan dan argument yang jitu mempercantik akhir karyaku yang insyaAllah akan memberikan manfaat besar kepada pembaca yang budiman dan untuk saya sendiri.

Salam ta’dzim dan terimakasihku buat Ibunda tersayang (Hj. Mi’Rojul Asyarah)

BapakQ (H. Muhaimin) di Blitar, Ibu Bapak Mertuaku (Hj. Istiqomah dan H. Mahfuddin)

yang selalu memberiku dukungan, semangat, jasa-jasa, doa-doanya dan air mata yang tak pernah terbalaskan.

Semoga Allah swt selalu melimpahkan rahmat-Nya, dan kasih sayang-Nya hingga hari Yaumul Qiyamah. Amin.

Untukmu SuamiQ tercinta dan tersayang, Mas Nur Kholis Aziz

yang tak pernah lelah. trimakasih yang terdalam atas semua jerih payahmu,

dukungan, doa dan bantuanmu terhadap isterimu. Semoga Allah swt selalu merahmatimu dan melindungimu dimana saja

SuamiQ berada. Dan Semoga Allah membalas semua jasa-jasamu terhadap isterimu. Buat anakku tersayang yang saat ini berumur tujuh Bulan, Semoga

engkau nanti kelak menjadi anak sholih-sholihah, berbakti pada Allah, Rosul dan juga bakti terhadap kedua orang tuamu

Dan kelak menjadi anak yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. bahagia dunia akhirat. Amin

Untuk kakakku dan Adik-adikku

Page 8: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

D’ Sobah (yang sedang menimba ilmu di Yaman) semoga Allah selalu melindungimu, mempermudahmu untuk mencari

ilmu yang bermanfaat berhasil, sukses fiddini waddun-ya hattal akhirah,

kepada D’ Iqbal yang sekarang di MAK.NU. D’ Diyak yang saat ini menimba ilmu di Darul Hikmah.

Semoga Allah swt selalu melindungi, mencintai dan mempermudahkanmu

mencari Ilmu yang bermanfaat. Amin. Dan untuk mbak ulfa beserta keluarganya trimakasih kuucapakan. Semua sahabat-sahabatku di kos, trimakasih untuk ibu, bapak kos.

Untuk semua temen-temenku syari’ah angkatan 2005/2006 yang telah memberiku dukungan motifasi, semangat hingga aku lulus dari kampus tercinta UIN Malang.

Mbak Irma, Ismi, Diyah, Fatimah, Veri, Zi2, Rahma, Rofik dan seluruh anggota

kelas syari’ah A dan B. Trimakasih untuk semuanya. I LOVE YOU ALL

Tak lupa untuk semua teman-teman Ma’had Sunan Ampel Al-A’li musyrif-musyrifah, murabbi-murabbiyah,

yang selalu memberiku motifasi, dan saling berbagi dikala senang, tertawa, susah, sedih dan menangis.

Trimakasih untuk semuanya semoga kenangan-kenangan indah takkan pernah terlupakan.

Page 9: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(AT-TAHRIM AYAT: 6)

Page 10: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT.

Penguasa Semesta Alam yang meluapkan samudera cinta, rahmat, rahim-Nya.

taufik, serta hidaya-Nya. sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

skripsi sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjanah Hukum Islam (SHI)

ini dengan baik, dan lancar.

Shalawat serta salam selalu dan senantiasa terlimpahkan kepada revolusi

akbar, kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Seluruh keluarga, kerabat,

sahabat, dan ummat Rasulullah SAW, serta orang-orang yang telah mengikuti

jejak langkah Beliau sampai akhir zaman, amin. Beliau, Nabi Muhammad SAW.

Yang telah menyingkap tabir jahiliyah menuju era kebebasan berpikir, yakni Din

al-Islam.

Sesungguhnya, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi

tugas akhir perkuliaha sebagai wujud dari partisipasi kami dalam

mengembangkan, serta mengaktualisasikan ilmu yang telah kami peroleh selama

menimba ilmu dibangku perkuliahan, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis

sendiri, dan juga masyarakat pada umumnya.

Penulis juga menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan penulis

menyampaikan ungkapan terima kasih, khususnya kepada yang terhormat :

Page 11: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

1. Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku pimpinan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim Malang.

2. Drs. Hj. Tutik Hamidah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah (UIN)

Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Dr. Umi Sumbullah, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi ini. Terima

kasih penulis haturkan atas segala bimbingan, arahan, dan motivasi. Semoga

Beliau beserta seluruh anggota keluarga besar selalu diberi kemudahan

dalam menjalani kehidupan, baik dunia sampai akhirat nanti oleh Allah

SWT. amin.

4. Ust Jaiz Komkelo, selaku Dosen Wali penulis selama kuliah di Fakultas

Syari’ah Universitas Islama Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Terima kasih penulis haturkan kepada Beliau atas semua bimbingan, arahan,

saran, motivasi, dan kesabaran. Penulis haturkan Jazakumullah Ahsanal

Jaza’.

5. Dosen Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang seluruhnya,

yang mana telah mendidik, membimbing, mengajarkan, dan mengamalkan

ilmu-ilmunya kepada penulis. Semoga Allah SWT. melipat gandakan amal

kebaikan kepada Beliau semua, amin.

6. Ibu dan Bapak, Ibu Mertua dan Bapak Mertua yang selalu saya muliakan.

Trimakasih atas doa-doa dan dukungannya selama ini. Serta SuamiQ Mas

Nur Kholis Aziz, yang selalu memberiku semangat dukungan, dorongan,

dan bantuannya, dan adik-adikku tercinta Sobah, Iqbal, Diyak, mbak Ulfa

beserta keluarganya serta seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih

Page 12: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

penulis haturkan kepada Beliau semua yang telah membimbing, mencintai,

memberi semangat, memberi harapan, memberi arahan, memberi motivasi.

7. Segenap anggota kelompok V PKLI PA Blitar 2008, penulis haturkan terima

kasih yang telah memberi pengalaman baru bagi penulis yang tak bisa

terlupakan.

8. Semua sahabat, dan teman-teman mahasiswa Fakultas Syari’ah 2005/2006,

yang telah membantu, menyemangati, menghargai, melindungi penulis,

terima kasih.

9. Semua pihak yang berpartisipasi dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT. melimpahkan anugerah rahman, rahim, dan cinta, serta

cahaya surga-Nya. pada kita semua sebagai ummat Rasulullah SAW, sehingga

kita memiliki hati nurani yang senantiasa bersih, lapang, dan dipenuhi oleh aura

cinta kasih-Nya. amin.

Penulis sebagai manusia biasa yang takkan pernah luput dari salah dan dosa,

menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurnah. Oleh karena

itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharap kritik dan saran

konkrutif demi kesempurnaan skripsi ini.

Malang, 2 Mei 2009

Penulis,

Siti Nur Azizah

NIP. 05210063

Page 13: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

DAFTAR ISI Halaman judul.................................................................................................................. ii Pernyataan Keaslian Skripsi........................................................................................... iii Persetujuan Dosen Pembimbing..................................................................................... iv Persetujuan Dosen Pembimbing dan Dekan ................................................................. v Pengesahan Skripsi .......................................................................................................... vi Persembehan..................................................................................................................... vii Motto ................................................................................................................................. ix Kata Pengantar ................................................................................................................ x Daftar Isi ........................................................................................................................... xiii Daftar Tabel...................................................................................................................... xv Abstrak.............................................................................................................................. xvi BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 9 E. Definisi Operasional ........................................................................................ 9 F. Sistematika Pembahasan .................................................................................. 12

BAB II: KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................... 14 A. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 14 B. Pelacuran/ Lokalisasi ....................................................................................... 18 C. Faktor-faktor Timbulnya Pelacuran ................................................................. 26 D. Keharmonisan Rumah Tangga......................................................................... 30

1. Tujuan Rumah Tangga......................................................................... 42 2. Fungsi Keluarga ................................................................................... 48

a. Keluarga Sebagai Unit Islam ................................................... 48 b. Keluarga Sebagai Sendi Membangun Masyarakat .................. 49

3. Kriteria Keberhasilan Dalam Perkawinan............................................ 51 E. Kewajiban Suami Istri Dalam Rumah Tangga................................................. 55

BAB III: METODE PENELITIAN................................................................................ 64 A. Lokasi Penelitian........................................................................................ 64 B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................ 65 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 66 D. Sumber Data............................................................................................... 67 E. Metode Sampling ....................................................................................... 68 F. Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................................... 69

BAB IV: PAPARAN DAN ANALISIS DATA .............................................................. 72 A. Gambaran Objek Penelitian ................................................................................... 72

1. Keadaan Geografis ............................................................................... 72 2. Keadaan Penduduk............................................................................... 72 3. Keadaan Keagamaan............................................................................ 74 4. Keadaan Pendidikan............................................................................. 75 5. Keadaan Ekonomi ................................................................................ 77

B. Temuan Penelitian.................................................................................................. 78

Page 14: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

C. Klasifikasi Data...................................................................................................... 91 D. Analisis Data .......................................................................................................... 100

1. Sejarah Lokalisasi di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung .................................................................................. 100

2. Pemahaman Masyarakat sekitar Lokalisasi Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga....................................................... 109

3. Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga....................................................... 114

BAB V: PENUTUP .......................................................................................................... 129 A. Kesimpulan ............................................................................................................ 129 B. Saran-saran............................................................................................................. 130

Daftar Rujukan Lampiran-lampiran

Page 15: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

DAFTAR TABEL

4.1 Keadaan Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

4.2 Keadaan Jumlah Penduduk Menurut Agama

4.3 Tempat-tempat Peribadatan

4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk

4.5 Kualitas Angkatan Kerja

4.6 Struktur Mata Pencaharian Penduduk

4.7 Status Mata Pencaharian Penduduk di bidang Jasa/ Perdagangan

4.8 Pemahaman dan Upaya Masyarakat Sekitar Loklisasi Dalam Mempertahankan

Keharmonisan Rumah Tangga

4.9 Jadwal pembinaan Lokalisasi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung tahun 2008

Page 16: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Abstrak Siti Nur Azizah. 05210063. 2009. Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Dalam Mempertahankan Keharmonisan Rumah Tangga (Studi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung). Skripsi. Jurusan Al Akhwal Al Syakhshiyyah. Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen pembimbing: Dr. Umi Sumbulah, M. Ag. Kata Kunci: Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi, Keharmonisan Rumah Tangga

Pernikahan merupakan perjanjian untuk menciptakan keluarga sakinah mawaddah warahmah yang mana di dalamnya terdapat unsur keharmonisan, tanpa ada gangguan dari faktor lain. dan setiap orang mendambakan keluarganya selalu diliputi rasa tentram, tenang dan bahagia. Dan bagaimana jika kita melihat fenomena yang ada yaitu, munculnya praktik pelacuran (lokalisasi) di lingkungan sekitar penduduk yang dilindungi pemerintah setempat, dan ini bisa berkibat buruk, bagi penduduk lingkungan terutama di sekitar lokalisasi, karena disamping memiliki dampak positif juga berdampak negatif, sehingga masyarakat merasa khawatir. Dalam konteks ini adalah pelacuran di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung. Oleh sebab itu, peneliti bertujuan untuk meneliti bagaimana pemahaman masyarakat sekitar lokalisasi dan bagaimana upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

Jenis penelitian ini adalah penelitian sosiologis, yaitu dengan melihat dan berusaha mengemukakan fenomena sosial terkait dengan lokalisasi yang ada di sekitar masyarakat terhadap keharmonisan keluarga dengan menggabungkan konsep dan menghimpun fakta sosial dilapangan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dokumentasi. Adapun mengenai metode analisis data peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu penulis berusaha memecahkan permasalahan dalam sebuah rumusan masalah dengan menganalisa data-data yang sudah diperoleh.

Dari hasil penelitian ini, menurut Pemahaman masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan Rumah tangga yakni, mereka bisa mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari, mendidik anak dengan baik dan sungguh-sungguh, dalam keluarga tidak ada perselingkuhan, apalagi sampai terjadi perceraian, dan tidak pernah ada pertengkaran hebat diantara keluarga, tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik. Disamping kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi.

Sedangkan upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga, diantaranya:Keluarga harus menjadi prioritas utama, menjaga keutuhan anggota keluarganya, Selain itu komunikasi antar anggota keluarga, upaya lain Saling pengertian, Sabar dan Jujur. Saling percaya terhadap pasangan, tidak mudah berprasangka buruk terhadap pasangan, dan menghormati pendapatnya. Saling mencintai, dan menyayangi seluruh anggota keluarganya, upaya lain yaitu Bersyukur atas nikmat Allah dengan ikhlas, bekerja keras, ulet tidak mudah putus asa selalu menghidupi keluarga dengan penuh kesabaran. Upaya yang sering terlupakan oleh pasangan suami istri yakni, penampilan harus selalu menarik pasangan, bersih, rapi dan tidak mudah terpengaruh pasangan lain. Pondasi agama harus kuat, dan selalu menjalankan sholat 5 waktu, yang terakhir yaitu tanggung jawab dalam keluarga.

Page 17: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM FAKULTAS SYARI’AH

Jalan Gajayana No. 50 Telepon (0341) 552398 Faksimile (0341) 552398

BUKTI KONSULTASI

Nama : Siti Nur Azizah

Nim : 05210063

Fakultas : Syari’ah/ Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah

Dosen Pembimbing : Dr. Umi Sumbulah, M.Ag

Judul : Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Dalam

Mempertahankan Keharmonisan Rumah Tangga (Studi

di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten

Tulungagung)

Malang, 3 Agustus 2009 Mengetahui, a.n Dekan Ketua Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

Zainul Mahmudi, MA NIP. 150 295 155

Page 18: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dengan Masyarakat Sekitar Lokalisasi Desa Kaliwungu

Kec. Ngunut Kab. Tulungagung.

1. Apakah anda sudah lama bertempat tinggal di Desa Kaliwungu?

2. Bagaimana sejarah adanya lokalisasi di Desa Kaliwungu Kecamatan

Ngunut Kabupaten Tulungagung, yang anda ketahui?

3. Apa pandangan anda terkait adanya lokalisasi yang ada di dekat rumah

anda?

4. Bagaimana pendapat anda mengenai adanya lokalisasi di sekitar rumah

penduduk?

5. Apakah anda merasa khawatir adanya lokalisasi, atau malah merasa

bersyukur?

6. Bagaimana pendapat keluarga anda, setelah adanya lokalisasi yang telah

dilegalkan oleh pemerintah setempat?

7. Apa yang menyebabkan anda bekerja di lokalisasi yang ada disekitar

rumah warga?

8. Bagaimana pendapat anda dan keluarga mengenai keharmonisan rumah

tangga?

9. Apa yang paling anda prioritaskan dalam hidup anda?

10. Bagaimana upaya anda dan keluarga dalam mempertahankan

keharmonisan rumah tangga setelah adanya lokalisasi di Desa Kaliwungu

Kecamatan Ngnut Kabupaten Tulungagung?

Page 19: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan adalah jalan pertemuan lawan jenis yang diinginkan Allah swt,

dalam rangka membangun rumah tangga dan mendirikan institusi keluarga. Dan

menikmati pertemuan tersebut dalam suasana bersih, suci dan kesungguhan yang

paralel dengan kebesaran statusnya. Demi menjaga masyarakat dari pencemaran,

atau campur aduk nasab, yang bersumber dari komunisme hubungan seksual, dan

juga perzinahan yang akhir-akhir ini marak, di kalangan masyarakat elit maupun

kelas menengah ke bawah. Pernikahan yang dipilih dan diakui Islam adalah, jika

seorang pria menghadap ke pria lain untuk meminang gadis atau saudara

perempuannya, lalu ia memberikan maskawin, kemudian menikahinya dengan

akad serah terima resmi, dihadapan banyak orang. Inilah model pernikahan yang

sesuai dengan Rosulullah saw, hingga Adam as.1

1 Mahmud Muhammad Al-Jauhari, Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun Keluarga Qur’an, Jakarta, Penerbit Amzah, 2005. hal 161.

Page 20: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang pal ing mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Sebenarnya Allah swt mampu menciptakan jutaan manusia sekaligus.

Akan tetapi takdir-Nya menghendaki hikmah lain yang tersembunyi, dalam fungsi

keluarga yang sangat besar bagi kelangsungan hidup makhluk ini. Keluarga

menurut konsepsi Islam menguak penggabungan fitrah antara kedua jenis

kelamin, yaitu untuk mengarahkan penggabungan tersebut kearah pembentukan

keluarga dalam rumah tangga.

Pernikahan merupakan perjanjian untuk menciptakan keluarga sakinah

(ketentraman hidup), mawaddah (rasa cinta), warahmah (kasih sayang), yang

mana di dalamnya terdapat unsur keharmonisan, dengan adanya pondasi

komitmen dan komunikasi yang baik, tanpa ada gangguan dari faktor lain.

Mewujudkan kehidupan rumah tangga yang harmonis bukanlah melalui proses

kebetulan, melainkan sesuatu yang direncanakan, diprogram dan diantisipasi.

Terciptanya sebuah keluarga yang harmonis, di antaranya adanya saling

mencintai, saling pengertian, komunikasi yang lancar, adanya visi yang jelas

terhadap masa depan anak. Rumah tangga yang harmonis merupakan harapan,

dambaan dan idaman setiap insan. Agar mencapai impian itu tidaklah semudah

membalikkan telapak tangan, karena banyak faktor seperti hukum, kesetiaan,

kesadaran, dan pengertian yang harus diterapkan oleh pasangan suami istri.

Page 21: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Di tengah kelapangan iklim keluarga, masing-masing pasangan suami istri

bisa menemukan rasa kasih sayang, cinta simpati yang tidak akan bisa mereka

dapatkan di tempat lain. Perasaan ini juga tidak akan bisa ditemukan sempurna

oleh laki-laki pada diri laki-laki sejenisnya, begitu juga oleh perempuan pada diri

perempuan sejenisnya. Ketenangan jiwa dan kasih sayang yang dirasakan

manusia, terhadap pasangannya merupakan salah satu tuntunan psikologis, yang

tidak pernah lepas dari setiap jenis diri manusia, dan tidak ditemukan selain dalam

institusi pernikahan. Ini merupakan jenis ketenangan ruh yang didasarkan saat

bersama dengan ruh pasangannya. Sehingga, seolah-olah ruh keduanya menyatu,

dan hati mereka pun berpadu menjadi satu ruh dan satu hati.

Setiap pasangan suami istri pasti sangat mendambakan, memiliki keluarga

yang harmonis, keluarga yang mampu membuat rasa letih berkurang bahkan

hilang saat berkumpul dengan mereka. Keluarga yang menyegarkan kepenatan

dan kejenuhan, keluarga yang menjadi sumber ke bahagiaan, yang menjadi

sumber semangat inspirasi, menjadikan keindahan yang paling indah dalam hidup

ini. Dalam Al-Qur’an, Allah swt Berfirman dalam (Q.S Ar-Ruum: 21)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Page 22: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Dari petunjuk ayat Al-Qur’an jelaslah bahwa perempuan diciptakan untuk

laki-laki, dan laki-laki untuk perempuan, agar satu sama lain memperoleh

ketenangan, jika kita perhatikan alam ini. Maka kita akan mengatakan bahwa laki-

laki tanpa perempuan dan perempuan tanpa laki-laki merupakan bentuk yang

tidak lengkap (naqis). Pada hakikatnya perempuan dan laki-laki satu sama lain

saling mengikat, wujud yang sempurna, dan tempat bergantung satu sama lain.

Tempat berpijak laki-laki, menurut Al-Qur’an secara kejiwaan dan alamiah adalah

perempuan. Demikian pula dengan tempat berpijak perempuan adalah laki-laki.

Secara alamiah, seseorang harus mendapatkan orang lain untuk mencurahkan isi

hatinya.2

Rasa kasih sayang suami istri berbeda, dengan rasa kasih sayang antara

manusia lainnya. Rasa kasih sayang suami istri benar-benar menjadi satu rahasia

Allah tersendiri, yang hanya bisa dirasakan oleh pasangan yang menikah. Untuk

menyatukan ruh dengan ruh, bukan jasad dengan jasad, juga oleh pasangan yang

hatinya ingin sesuci dan sebersih hati pasangannya, begitu pula ruhnya. Dan oleh

pasangan yang menikahi pasangannya dengan nama Allah swt, dan dengan tujuan

menyempurnakan perintah Allah, serta membuktikan hikmah dan tanda-tanda

kekuasan-Nya. Dari lubuk jiwa ini tidak akan menemukan titik tolaknya. Kecuali

di dalam iklim yang tenang dan damai yang tidak bisa dicukupi oleh tempat lain,

selain keluarga dan tidak bisa dicukupi oleh hubungan lain selain hubungan suami

istri. Fitrah sebagai manusia selalu ingin merasakan nikmat dunia yang berarti

hubungan seks antar lain jenis.

2 Ayatullah Husain Mazhahiri. Membangun Surga Dalam Rumah Tangga. Bogor. Jawa Barat. Penerbit Cahaya. 2001. hal 142.

Page 23: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Manusia selalu menginginkan hasratnya terpenuhi, maka Islam

memerintahkan untuk menikah. Akan tetapi, tidak semua orang yang siap untuk

menghadapi pernikahan karena membutuhkan ekonomi yang tidak sedikit.

Banyak sekali orang yang mempunyai iman lemah sehingga berani menghalalkan

berbagai cara, asalkan kebutuhan hasrat seksualnya dapat terpenuhi.

Dan bagaimana jika kita melihat fenomena yang ada yaitu, munculnya

praktik pelucuran (lokalisasi) di lingkungan penduduk yang seolah dilindungi

pemerintah, dan ini bisa berkibat buruk, bagi penduduk lingkungan terutama di

sekitar lokalisasi. Dalam konteks ini adalah pelacuran di Desa Kaliwungu

Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.

Pelacuran merupakan suatu hal yang sangat meresahkan masyarakat,

karena berbagai sebab pula, dengan adanya pelacuran sering terjadi hal-hal yang

dapat menimbulkan gangguan. Diantaranya bidang kriminalitas yakni keamanan,

pencurian, perampokan, pembunuhan, serta akibat lain misalnya gangguan

ekonomi, budaya dan sebagainya.

Selain itu dilihat dari segi yang lain, dapat menimbulkan gangguan

terhadap keharmonisan rumah tangga yang akhirnya mengarah pada perceraian,

sebab pelacuran adalah bentuk perhubungan kelamin di luar pernikahan.

Sebagaimana yang dikutip oleh Rukmini Kusuma Astuti:

“Pelacuran adalah suatu bentuk perhubungan kelamin diluar pernikahan dengan pola tertentu, yakni kepada siapapun secara terbuka dan hampir selalu dengan pembayaran baik untuk perbedaan, maupun untuk kegiatan seks lainnya yang memberikan kepuasan yang diinginkan oleh yang bersangkutan.”3

3 Rukmini Kusuma Astuti. Proses Terjadinya Pelacuran di Masyarakat. Thesis Fakultas Psikologi Universitas Gadjahmada. Jogyakarta. 1984.

Page 24: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Pemerintah memang secara tidak langsung menghendaki adanya lokalisasi

pelacuran, dimaksudkan agar para pelacur tidak menyebar atau beroperasi di

jalan-jalan umum. Sehingga, akan mengganggu kenyamanan, keamanan, dan

ketertiban masyarakat. Pelacuran yang merupakan penyakit masyarakat bisa

melanggar norma, susila, kesopanan dan melanggar larangan agama. Karena

pelacuran itu sendiri adalah perbuatan zina, yaitu persetubuhan yang dilakukan

oleh laki-laki atau perempuan yang belum atau telah kawin, dengan perempuan

atau laki-laki yang bukan isteri atau suaminya.

Di samping itu, mereka (orang tua) sangat khawatir terhadap anak-

anaknya, terutama para ibu-ibu yang memiliki anak remaja, atau bisa jadi

khawatir terhadap suami-suaminya yang suka selingkuh. Karena melihat latar

belakang penduduk yang masih awam dalam hal agama. Masyarakat di Desa

Kaliwungu pada awalnya adalah termasuk masyarakat yang harmonis, keluarga

yang penuh ketenangan dan damai. Akan tetapi, setelah dibuka tempat pelacuran

(lokalisasi) masyarakat menjadi khawatir, terutama para ibu-ibu rumah tangga,

takut bila diantara suami atau anaknya terlibat di tempat haram itu, sebab

pelacuran adalah bentuk hubungan kelamin laki-laki dan perempuan di luar akad

nikah, yang hanya menginginkan kepuasan dengan suatu pembayaran. Sehingga,

penduduk sekitar terutama keluarga di lingkungan lokalisasi sangat berharap

keharmonisan rumah tangga terus berlanjut, mesti setelah adanya lokalisasi yang

dipertahankan pemerintah di daerah tersebut.

Lokalisasi pelacuran di Desa Kaliwungu tersebut menurut keberadaannya

sudah ada sejak lama. Hal ini tampak dari catatan data dinas sosial Kecamatan

Page 25: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Ngunut Kabupaten Tulungagung, yang menyebutkan bahwa sejarah lokalisasi

Kaliwungu pada tahun 1972. Asal mulanya terdapat 3 (tiga) tempat praktik liar

dipinggiran kali brantas, tepatnya di wilayah Desa Pulosari dan Kaliwungu.

Karena praktik seks semakin meluas dan meningkat waktu itu, akhirnya pihak

muspika Kecamatan berkoordinasi dengan muspika Kabupaten Tulungagung,

untuk menentukan langkah antisipasi dengan dibuatkan gedung pertemuan yang

sederhana. Tempatnya di luar (sebelah) lokalisasi pelacuran. Sampai pada

akhirnya pada Bulan Agustus tahun 1991, gedung untuk pemeriksaan kesehatan

para Pekerja Seks Komersial (PSK) tersebut diresmikan oleh Bupati

Tulungagung.

Keberadaan lokalisasi pelacuran tersebut hingga kini solusinya tetap

dipertahankan Pemerintah Daerah, dengan memberikan perhatian serius, baik

berupa keamanan maupun memberikan pembinanaan. Hal ini dapat dilihat dari

latar belakang sejarah adanya tim pengawasan dalam pembentukan lokalisasi,

yang meliputi antara lain: Kecamatan, Koramil, Polsek, dinas kesehatan, dinas

sosial.

Pengaruh adanya lokalisasi di Desa Kaliwungu mempunyai dampak

negatif dan juga positif. Penduduk merasa mendapat lapangan pakerjaan yang

hasilnya cukup memuaskan, karena bisa berjualan, membuka warung, dan tempat-

tempat parkir dengan memanfaatkan pengunjung di lokalisasi yang relatif ramai.

Pengunjung rata-rata berasal dari daerah perkampungan, kecamatan, dan

perkotaan, baik dari kota Tulungagung hingga luar kota seperti Kediri, Blitar, dan

Jombang. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat Kaliwungu merasa

Page 26: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

khawatir, dan cemas dengan adanya lokalisasi di daerah tersebut, pasalnya suami

atau anak-anak remaja bisa terpengaruh dengan semakin brutal, suka minum, dan

sering “jajan” ke lokalisasi tersebut.

Kondisi tersebut memicu seringnya pertengkaran yang terjadi antara suami

isteri, dan berakibat fatal yaitu timbul perceraian. Sehingga hal ini sangat

mengkhawatirkan masyarakat di lingkungan sekitar lokalisasi, terutama dalam hal

keharmonisan dalam rumah tangga.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana masyarakat sekitar lokalisasi, di Desa Kaliwungu Kecamatan

Ngunut Kabupaten Tulungagung, memahami keharmonisan dalam rumah

tangga?

b. Bagaimana upaya masyarakat sekitar Lokalisasi, di Desa Kaliwungu

Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, dalam mempertahankan

keharmonisan rumah tangganya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Memahami pendapat masyarakat sekitar lokalisasi di Desa Kaliwungu

Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung terhadap keharmonisan

rumah tangga.

b. Memahami bagaimana upaya masyarakat lingkungan sekitar lokalisasi, di

Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, dalam

mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

Page 27: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Kegunaan secara Teoritis

Untuk menambah wawasan tentang pemahaman masyarakat lingkungan

sekitar lokalisasi, di Desa Kaliwungu Ngunut Kabupaten Tulungagung. Dalam

memahami keharmonisan rumah tangga, dan dengan hasil penelitian yang di

peroleh diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

2. Kegunaan secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat dilingkungan

sekitar lokalisasi, terhadap kejadian yang serupa dan mampu memberikan

solusi terhadap permasalahan masyarakat, tentang bagaimana upaya

mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangga.

E. Definisi Operasional

Uraian umum beberapa istilah pelacuran, lokalisasi dan rumah tangga harmonis

1. Pelacuran

Pelacuran adalah suatu perbuatan dimana seorang perempuan

menyerahkan dirinya. Untuk berhubungan kelamin dengan jenis kelamin lain

dengan mengharapkan bayaran, baik berupa uang ataupun bentuk lain. Dapatkah

pelacuran tersebut dikatakan zina? Untuk menjawabnya marilah kita menelaah

pengertian zina yang dikatakan R. Sosilo sebagai berikut:

Page 28: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

“Zina adalah persetujuan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin, dengan perempuan atau laki-laki yang bukan isteri atau suaminya.”4

Dengan demikian, dapat dirumuskan jika kita mengacu pengertian

pelacuran. Maka perzinaan masuk dalam pelacuran, asalkan hubungan tersebut

dengan meminta imbalan bayaran uang/ barang lain. Dari batasan tersebut dapat

disimpulkan beberapa unsur untuk terjadinya pelacuran:

1) Adanya perbuatan yang berupa perhubungan campur aduk antara laki-laki

dan wanita.

2) Dari pihak perempuan biasanya disebut WTS, menyerahkan diri kepada

hampir setiap laki-laki yang menginginkan hubungan kelamin dengannya.

3) Adanya bayaran uang yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada WTS.

Iwan Bloch berpendapat: “Pelacuran adalah suatu bentuk perhubungan

kelamin di luar pernikahan dengan pola tertentu, yakni kepada siapapun secara

terbuka dan hampir selalu dengan pembayaran baik untuk perbedaan, maupun

untuk kegiatan seks lainnya yang memberikan kepuasan yang diinginkan oleh

yang bersangkutan.5

2. Lokalisasi

Dimana terpusatnya sejumlah rumah bordir (tempat tertentu yang didiami

oleh para WTS,6 untuk melakukan pelacuran). Penunjukan tempat pelacuran ini

4 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, hal 209. 5 Rukmini Kusuma Astuti, Op., Cit, hal 17. 6 Pengertian WTS sangat erat hubungannya dengan pengertian yang baru disebutkan. WTS menunjukkan kepada “orangnya”, sedangkan pelacuran menunjukkan kepada kegiatannya. WTS hanya merupakan salah satu unsur untuk terjadinya pelacuran, meskipun kedudukan unsur ini sangat penting artinya. Di Rusia setelah revolusi dan berdirinya pemerintahan Republik, WTS dianggap sebagai barang dagangan dalam bentuk tubuh manusia, dan sebagai barang dagangan

Page 29: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

berdasarkan campur tangan pemerintah daerah, dalam hal ini baik secara langsung

ataupun tidak langsung memberikan izin kepada germo7 (mucikari8 / orang-orang

yang mengadakan bordir-bordir atau tempat pelacuran) untuk mendirikan rumah

bordir.9 Sebuah lokalisasi biasanya dilengkapi dengan sarana dan prasarana

pendidikan, olah raga, rekreasi serta diadakan pemerikasaan kesehatan secara

teratur. Berbeda dengan pusat rehabilitasi WTS, dimana para WTS tidak hanya

melakukan pelacuran, di daerah-daerah lokalisasi perempuan tetap melakukan

pekerjaan melacur.

Dari penjelasan yang ada dapat disimpulkan beberapa unsur yang

mendukung pengertian lokalisasi, sebagai berikut: 1) suatu daerah khusus, agak

terpisah dari perumahan penduduk (biasanya), dimana dipusatkan rumah-rumah

bordir, 2) adanya campur tangan pemerintah di dalam pengelolaannya.

3. Rumah tangga harmonis

Rumah tangga yang senantiasa memelihara janji suci kedua pasangan yang

berlandaskan tuntutan agama. Dalam melangsungkan kehidupannya, sepasang

lainnya. Di tawarkan di pasar untuk di beli, dengan demikian timbullah harga pasar setiap jenis pelacur. Untuk lebih memberikan penjelasan berikut ini adalah hal-hal yang dapat disimpulkan dari batasan jenis wanita susila (WTS):

a. Orang (biasanya wanita) yang menyediakan diri kepada banyak orang, untuk mengadakan hubungan kelamin.

b. Mengharapkan imbalan yang berupa uang. c. Adanya “standard” harga secara relatif untuk setiap layanan yang diberikan.

7 Ada beberapa penjelasan mengenai germo diantaranya: (1) orang yang mengasuh sejumlah WTS. (2) mengambil sebagian pembayaran laki-laki langganan WTS. (3) memberikan layanan tertentu kepada WTS baik berupa penyediaan tempat, menghubungi tamu maupun memberikan perlindungan tertentu. 8 Pengertian mengenai mucikari mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) seseorang (umumnya laki-laki) yang secara aktif mencarikan tamu bagi WTS, (2) mendapatkan sebagian uang dari pembayaran tamu kepada WTS sebagai imbalan jasa yang diberikan. 9 Yang dapat dikategorikan rumah bordir, harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (1) tempat tersebut dihuni oleh dua orang atau lebih wanita pelacur. (2) di rumah tersebut ia menerima tamu untuk maksud melakukan hubungan kelamin. (3) sedikitnya dikenal oleh orang banyak, sebagai rumah dimana orang dapat mengadakan hubungan kelamin dengan WTS.

Page 30: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

suami istri selalu berdiri pada batasan mereka masing-masing, dan berdasarkan

hak dan kewajiban yang telah ditentukan.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam suatu penelitian ilmiah, menurut adanya suatu pembahasan yang

sistematis, guna mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Maka

keseluruhan bentuk pembahasan dalam penulisan ini disusun secara sistematis

sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Dalam bab I ini dibahas mengenai latar belakang masalah, disamping itu

juga menjelaskan rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

BAB II: Kajian Pustaka

Dalam bab ini terdapat penelitian terdahulu, pelacuran (lokalisasi), faktor-

faktor timbulnya pelacuran, keharmonisan rumah tangga yang terdiri dari

tujuan rumah tangga, fungsi keluarga dan kriteria keberhasilan

perkawinan, selanjutnya hak dan kewajiban suami isteri dalam rumah

tangga.

BAB III: Metode Penelitian

Akan membahas metode penelitian, antara lain rancangan penelitian yang

meliputi lokasi penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, metode

pengumpulan data, sumber data, pengolahan data dan analisis data.

Page 31: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

BAB IV: Pemaparan dan Analisis Data.

Dalam bab ini memaparkan hasil penelitian yang meliputi: kondisi

obyektif lokasi penelitian, keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan

pendidikan, keadaan agama, keadaan ekonomi, sejarah lokalisasi di Desa

Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung, pemahaman masyarakat

terhadap keharmonisan rumah tangga, dan juga upaya masyarakat sekitar

lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

BAB V: Kesimpulan dan Penutup

Bab terakhir yang berisi tentang penutup yang meliputi, kesimpulan dan

saran-saran. Hasil penelitian yang diambil dari hasil penelitian mulai dari

judul hingga proses pengambilan kesimpulan, dan saran-saran bagi

berbagai pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini.

Page 32: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Untuk mengetahui lebih jelas tentang penelitian ini, kiranya penting untuk

mengkaji terlebih dahulu hasil penelitian terdahulu, yang terkait dengan penelitian

ini, baik secara teori maupun kontribusi keilmuan. Ada beberapa pembahasan

skripsi mengenai keharmonisan rumah tangga, diantaranya:

a. Iis Inayatul Affiyah meneliti sebelumnya dengan judul skripsi “Dampak

Bencana Lumpur Panas ‘Lapindo Brantas Inc’ Terhadap Keharmonisan

Rumah Tangga” (Study Di Desa Jatirejo Kecamatan Porong Kabupaten

Sidoarjo). Hasil dari penilitiannya ada 2 kesimpulan utama. (1) Adanya

bencana Lumpur panas yang diakibatkan eksplorasi oleh PT “Lapindo

Brantas Inc” sangat berpengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga,

para pengungsi yang masih berada di tempat pengungsian pasar baru

porong, yang sebelumnya keluarga tersebut berjalan dengan baik.

Page 33: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Salah satunya komunikasi yang kurang, di tempat pengungsian

tersebut seseorang tidak bisa melakukan komunikasi dengan baik, karena

tempat yang serba terbatas, dan dalam keadaan keluarga penuh dengan

masalah yang disebabkan adanya bencana. (2) Dengan adanya bencana

tersebut, peneliti memberikan solusi yang berkaitan dengan keharmonisan

rumah tangga, yaitu: adanya relokasi/ tempat yang layak untuk para

pengungsi. Dan adanya komunikasi yang baik, dengan itu seseorang akan

mengetahui keadaan keluarganya, mempertahankan komitmen, dan selalu

bersabar dan berfikir positif.10

b. Rahmawati penelitiannya dengan judul skripsi “Upaya Istri Yang Bekerja

di Pabrik Dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga” (Study di Desa

Ringinpitu Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung) dengan

hasil penelitian sebagai berikut: 1) Walaupun istri bekerja di luar rumah,

akan tetapi ia tetap melaksanakan tugasnya dalam rumah tangga dengan

baik, sehingga hak dan kewajiban dalam rumah tangga tidak terabaikan; 2)

Komunikasi aktif di antara anggota keluarga, dengan demikian anggota

keluarga bisa menyalurkan pendapatnya, dan di dalam keluarga tersebut

tidak ada hal yang disembunyikan; 3) Ketika suami-istri bekerja, mereka

tetap mengutamakan keluarga karena keluarga adalah tempat untuk

mencurahkan kasih sayang dan menjadi motifasi dalam kehidupan; 4)

Memupuk rasa cinta kasih, saling percaya, pengertian, menerima keadaan,

10Iis Inayatul Affiyah.“Dampak Bencana Lumpur Panas ‘Lapindo Brantas Inc’ Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga” (Study Di Desa Jatirejo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo). Fakultas Syari’ah UIN Malang. Skripsi. 2007.

Page 34: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

saling membantu, saling mengingatkan dan memaafkan karena hal tersebut

penting untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis.11

c. Imroatus Sholihah dengan judul skripsi “Upaya Pelaku Poligini dalam

Mewujudkan Kelurga Sakinah” (Study di Desa Banjardowo Kecamatan

Jombang Kabupaten Jombang), berdasarkan hasil analisa peneliti ada 2

kesimpulan; a) Dalam pernikahan poligini yang terdapat di Desa

Banjardowo dapat ditarik kesimpulan. Bahwa yang melatarbelakangi

pelaku poligini melakukan pernikahan ini, dikarenakan ada dua faktor:

yang pertama adalah karena seorang istri yang tidak dapat memberikan

keturunan yang sudah lama menikah, dan kedua karena seorang istri yang

sudah sakit-sakitan, sehingga sudah tidak bisa melayani suaminya seperti

sebelumnya. Oleh karena itu, terjadi pernikahan poligini, dan diantara lima

orang yang melakukan poligini yang kami teliti, tiga pasang menjadi

sakinah dan dua pasang tidak sakinah, karena dalam suatu pernikahan

poligini tidak semua orang laki-laki, yang melakukannya itu dapat

mewujudkan keluarganya menjadi sakinah mawaddah waramah; b) dan

dalam pernikahan poligini jika ingin mewujudkan kelurga yang sakinah

mawaddah, wa rahamah maka harus ada sikap saling pengertian, saling

sabar, saling terbuka, saling toleransi, adanya saling kasih sayang, adanya

komunikasi dan adanya kerjasama.12

11 Rahmawati“Upaya Istri Yang Bekerja di Pabrik Dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga” (Study di Desa Ringinpitu Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung). Skripsi. Fakultas Syari’ah UIN Malang. 2007. 12 Imroatus Sholihah“Upaya Pelaku Poligini dalam Mewujudkan Kelurga Sakinah” (Study di Desa Banjardowo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang). Skripsi. Fakultas Syari’ah UIN Malang. 2006.

Page 35: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

d. Nur Kholis Aziz “Tinjauan Pasal 296 KUHP Terhadap Pengaturan

Lokalisasi Pelacuran di Kabupaten Tulungagung”. Dalam isi skripsi

tersebut. Bahwa sebenarnya tidak ada landasan hukum yang menjadi

pertimbangan, sehingga dibukanya lokalisasi pelacuran di Kabupaten

Tulungagung, namun pertimbangan Pemerintah Daerah melokalisasi

pelacuran melalui Peraturan Daerah Nomor 29 tahun 2002, tentang

penyelenggaraan Ketertiban Umum adalah: pertama, untuk

penyelenggaraan ketertiban umum, dalam rangka menciptakan kebersihan,

ketertiban dan menanggulangi praktik-praktik pelacuran liar di tempat-

tempat umum. Kedua, sebab-sebab timbulnya pelacuran karena adanya

faktor ekonomi, lingkungan, urbanisasi, dan problem keluarga yang saling

berkaitan, untuk itu harus dipahami.

Meskipun pelacuran dikatakan penyakit masyarakat yang dengan

perlakuannya berakibat pelanggaran ketertiban umum, namun pelacuran

tidak dapat hanya diselesaikan secara hukum, tapi juga melalui jalan

memahami kehidupan sosial. Karena terkait antara pencakupan biologis

dan nafkah hidup bagi warga Negara. Pembinaan ketrampilan juga

menjadikan upaya memberi solusi pekerjaan bagi mereka. Payung hukum

yang dijadikan perlindungan lokalisasi pelacuran di Kabupaten

Tulungagung adalah, Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2002 tentang

penyelenggaraan ketertiban umum, dimana melacurkan diri perbuatan

asusila yang hanya dijerat kalau dilakukan ditempat umum. Misalnya

dilakukan di jalan-jalan dan tempat-tempat terbuka. Adanya 2 (dua)

Page 36: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

lokalisasi pelacuran di Ngujang dan Kaliwungu Tulungagung ternyata

selama ini tidak ada payung hukum yang kuat, yang dijadikan

perlindungan lokalisasi. Sedangkan, keberadaan lokalisasi pelacuran

tersebut masih eksis selama ini di dua lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu,

hal tersebut hanya karena pertimbangan sosial dari Pemerintah Dearah

sebagai jalan alternatif saat ini.13

Para peneliti diatas membahas mengenai upaya keluarga sakinah, dan

lokalisasi dengan latar belakang dan hasil penelitian yang berbeda-beda. Maka

penelitian ini akan mengangkat, bagaimana pemahaman masyarakat sekitar

lokalisasi, mengenai keharmonisan rumah tangga dan bagaimana upaya

masyarakat sekitar lokalisasi, dalam mempertahankan keharmonisan rumah

tangga. Di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, pada

penelitian awal, upaya masyarakat dengan mengadakan rutinan keagamaan,

seperti tahlilan, yasinan, pengajian bersama yang diadakan oleh tokoh agama

sekitar.

B. Pelacuran/ Lokalisasi

1. Sejarah Tentang Pelacuran/ Lokalisasi

Sejarah profesi prostitusi merupakan profesi yang tua dalam sejarah, hanya

saja tidak dapat dipastikan siapa yang lebih tua antara profesi prostitusi/ pelacur

dan profesi lawyer/ advokad. Profesi pelacur dan juga hakim, lawyer, serta dokter

bersama-sama dengan dukun para normal disebut-sebut sebagai 4 (empat) profesi

13 Nur Kholis Aziz, Tinjauan Pasal 296 KUHP Terhadap Pengaturan Lokalisasi Pelacuran di Kabupaten Tulungagung, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Tulungagung, 2007.

Page 37: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

yang tertua dalam sejarah dunia.14 Sama halnya dengan kemiskinan, pelacuran

merupakan masalah sosial yang tertua, sejak adanya norma-norma perkawinan

dalam pergaulan hidup manusia. Sejak itu pula gejala masyarakat yang dikenal

dengan pelacuran, dan penyimpangan dari norma-norma perkawinan yang sah

bisa merupakan zina/ pelacuran.15

Timbulnya pelacuran sama tuanya dengan sejarah timbulnya tata tertib

masyarakat seperti perkawinan atau pernikahan. Perwujudan saat itu berlainan

dengan praktik pada saat ini, hal ini tentunya berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangan peradaban itu sendiri di berbagai daerah. Pelacuran telah lama ada

dan dikenal, dalam sejarah manusia seperti diantaranya: Amerika Serikat, Yunan

dan Romawi Kuno, serta di kerajaan Tiongkok lama dan sejak berabad-abad

silam. Sejalan dengan perkembangan sejarah pada masa-masa dahulu, dimana

masyarakat masih sederhana, sebagai suatu gejala. Hal ini lebih banyak dijumpai

di negara Amerika Serikat.

Sejak zaman koloni banyak perempuan masuk daerah Amerika Serikat,

dari Eropa bersama dengan kaum pendatang lainnya. Beberapa diantaranya datang

bersama-sama dengan kaum penjahat. Tulisan dan kotbah-kotbah kaum pendatang

semuanya memberikan gambaran, tentang kejahatan dan pelacuran di daerah-

daerah Amerika Serikat. Sepanjang pantai Gading dan beberapa suku Indian

Amerika, masyarakat memiliki kebiasaan untuk melacurkan istri, dan putri

mereka guna mendapatkan keuntungan tertentu.

14 Munir Fuady, Aliran Hukum Kritis, PT. Adya Bakti, Bandung, 2003, hal 70. 15 Soejono D, Pathologi Sosial, Alumni, Bandung, hal 102.

Page 38: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Penggantian dari pihak suami menjadi hak seorang dewa menyebabkan

adanya suku-suku dahulu, melakukan pelacuran keagamaan atau dikenal dengan

istilah “religious prostitusi”. Sebagai contoh, yang terdapat di dalam buku Ewe

Tshi yang mendiami pantai Afrika Barat. Bahwa pendeta perempuan menganggap

dirinya sebagai istri dari dewa yang mereka sembah, dan untuk itu mereka

melakukan hubungan kelamin dengan laki-laki yang bukan suaminya. Perbuatan

itu dianggap bukan sebagai perbuatan yang tercela. Demikian halnya di India

sejak abad ke-8 dan ke-9, penyanyi-penyanyi di biara sering melakukan hubungan

kelamin sebagai bentuk pemujaan.

“Pada zaman kerajaan Yunani Kuno pelacuran merupakan suatu lembaga sosial yang terhormat dan diakui oleh publik. Istri-istri raja Yunani Kuno, harus berdiam diri terus di rumah dan tidak boleh keluar serta dilarang berada di tempat-tempat umum seperti pada pertandingan-pertandingan dan teater-teater, dan kalau mereka boleh keluar oleh suaminya harus memakai kerudung muka. Mereka menganggap sebagai penghasil anak yang akhirnya pria-pria Yunani Kuno, yang terhormat mencari wanita-wanita pelacur untuk hiburan”16

Di Negara Roma hubungan badan (seksual) di luar perkawinan adalah

dianggap sebagai perbuatan penyelewengan moral, dan hal tersebut merupakan

perbuatan yang harus dikenakan sanksi hukuman berat. Meskipun kenyataan pada

akhirnya diadakan hukuman berat, namun pelacuran menjadi gejala sosial yang

dianggap lumrah. Apalagi ketika Kaisar Roma sendiri melanggar hukum dengan

main perempuan-perempuan pelacur, di tempat tertentu/ khusus yang mewah,

lengkap dengan tempat pemandian dan pemijatan. Maka akhirnya, larangan

pelacuran itu menjadi tidak berlaku, dan kesucian terhadap perkawinan yang sah

menjadi rusak. 16 B. Simanjutak, Pengantar Kriminologi dan Pathologi Sosial, Penerbit Tarsito, 1981. hal 22.

Page 39: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Di Yunani perzinaan dianggap adat kebiasaan hak istimewa seorang laki-

laki, dan perempuan ulung bisa menjadi perempuan yang mempunyai kedudukan

tinggi dalam masyarakat. Di Roma pada masa kekuasaan kekaisaran terakhir,

ketika kerajaan lama mengalami keruntuhan, perzinaan menjadi praktik umum

dan biasa bagi laki-laki maupun perempuan, yang belum atau sudah kawin. Dan

perempuan dari kelas tinggi/ kalangan mewah bisa turun pangkat menjadi pelacur

yang menawarkan dirinya, pada siapa saja asal dapat kepuasan.

Setelah pengakuan dan penyebaran agama Nasrani, timbul pandangan baru

terhadap pelacur, dan berusaha mengembalikan mereka kejalan yang benar.

Pandangan demikian ini pada dasarnya mempersamakan kedudukan perempuan

dan laki-laki di hadapan Tuhan. Jadi, berbeda dengan masalah sebelumnya,

pelacuran pada hakikatnya tidak dapat di terima dan menjadi masalah sulit.

Di Eropa raja-raja pertama abad pertengahan, selain memperkenalkan

sistem selir, pelacuran juga pada abad pertengahan, mungkin hanya dapat

dimengerti bila dihubungkan dengan tiga macam kepentingan sosial. Pertama,

adalah dihubungkan dengan kesejahteraan keluarga, yaitu dengan menjaga anak

istri dari pengaruh-pengaruh pelacuran, dan juga untuk kepentingan agama. Dan

kepentingan ini merupakan pencegahan. Kedua adalah, untuk mencegah rumah

pelacuran menjadi tempat pusat kekacauan, kejahatan. Untuk kepentingan ini

rumah pelacuran diawasi oleh petugas pemerintah, dengan mengharuskan pelacur

yang berpraktik mendapat izin terlebih dahulu dari pemerintah. Ketiga, adalah

kepentingan keuangan, dimana pemerintah ingin mendapat bagian.

Page 40: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Pada permulaan abad XV ditandai dengan munculnya anggapan-anggapan

baru mengenai pelacuran, yaitu dengan kesadaran akan bahaya penularan penyakit

kelamin, yang telah melanda Eropa Selatan menjalang akhir abad XV dan

mengganaskan di abad XVI. Telah di perkirakan sepertiganya penduduk Eropa

telah meninggal, akibat penyakit kelamin dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.

Ketakutan ini diperbesar lagi dengan adanya tindakan pendeta-pendeta Gereja

yang tidak mampu untuk mengatasi persoalan pelacuran.

Kemudian diadakan pengawasan yang keras dan ketat, bahkan ditetapkan

undang-undang yang berisi tentang penghukuman para pelacur. Di Paris

contohnya dengan ordonansi 1635 yang menyebutkan bahwa, tanpa pengadilan

resmi, pelacuran dapat dibuang keluar daerah seumur hidup. Selanjutnya bahwa

diharuskan pemeriksaan bagi pelacuran yang untuk berobat di kota Paris, tetapi

penyakit kelamin tersebut telah menjalar dengan cepat di abad XIX, sedang

undang-undang itu sendiri tidak mampu menghapuskan sesuai dengan harapan.

Tetapi, dengan pelacuran itu sendiri bukan merupakan penyebab satu-satunya

penyakit kelamin. Pelacuran hanya merupakan bentuk yang paling nyata

dibanding hubungan-hubungan kelamin di luar pernikahan. Sumber penyakit itu

sendiri bukan berasal dari para pelacur saja, melainkan dari laki-laki dengan siapa

berhubungan.

Pada perang dunia ke-II, penyakit kelamin yang tidak terkontrol oleh

pemerintah menjadi banyak, maka pada tahun 1919 liga bangsa-bangsa

mengambil keputusan, mempercayakan persetujuan mengenai perdagangan-

perdagangan wanita, dan pelacuran di bawah pengawasan Internasional.

Page 41: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Konverensi Jenewa tahun 1921 menyarankan rencana persetujuan, yang memohon

dewan liga bangsa-bangsa untuk membentuk komite penasihat, dan menyarankan

supaya wakil-wakil negara yang di undang untuk membuat laporan tahunan,

mengenai pelacuran di negaranya masing-masing. Sementara pelacuran berada di

Indonesia sejak masih berbentuk kerajaan. Dalam hal ini Rukmini Kusuma Astuti

menyatakan:

“Hal tersebut berakar adanya kelas dalam masyarakat, kelas tuan tanah, dan kelas petani miskin. Golongan pertama mempunyai kedudukan ekonomi kuat sehingga mereka mampu memelihara istri dan selir. Selir-selir ini banyak diambil dari keluarga petani dan rakyat kecil. Keadaan yang demikian menimbulkan perguncingan dan pelacuran.”17

2. Problem Pelacuran

a. Pelacuran sebagai masalah sosial

Pelacuran merupakan masalah sosial, karena merugikan masyarakat dalam

hal ketentraman, kemakmuran baik jasmani, rohani maupun sosial dari kehidupan

bersama. Hal ini menjadi nyata bila dihubungkan dengan penularan penyakit

kelamin, ajaran beberapa agama dan adat tradisi suku-suku bangsa Indonesia.

b. Pelacuran dan penyakit kelamin

Pelacuran dapat mendatangkan penyakit kelamin yang amat berbahaya,

seperti misalnya: sipilis dan kencing nanah yang dapat dengan mudah ditularkan

kepada istri, dan anak-anak si penderita. Betapa meluasnya penyakit kelamin

ditengah-tengah masyarakat dapat dilihat dari tulisan Rukmini (1984 :68) yang

menyatakan sebagai berikut:

17 Rukmini Kusuma Astuti, Proses Terjadinya Pelacuran di Masyarakat, Thesis, Fakultas Psikologi Universitas Gadjahmada, Yogyakarta, hal 17.

Page 42: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

“Menurut hasil pelaksanaan survey lembaga P4K di Surabaya maka diperoleh data sebagai berikut: diantaranya alat-alat negara didapatkan angka sipilis aktif dan laten sebesar 30,8 persen, buruh-buruh pabrik dan perusahaan 10,5 persen, rakyat bebas di dalam suatu kampung 8 persen, diantaranya mahasiswa 1,61 persen dan diantaranya ibu-ibu hamil yang memeriksakan diri di B.K.I.A di kota Surabaya didapatkan sipilis 11,16 persen.”18

Dari hasil survey di atas kiranya dapat digaris bawahi, bahwa majunya

pengetahuan di bidang obat-obatan, ternyata belum dapat membatasi dan

menjamin melusnya penyakit kelamin di masyarakat. Ada beberapa hal yang

menyulitkan usaha-usaha untuk membatasi meluasnya penyakit kelamin, terutama

karena belum adanya kesadaran dari banyak perempuan pelacur akan bahaya-

bahaya yang dapat di timbulkannya. Adamang Rochim, menuliskan hasil

penelitiannya terhadap 122 orang pelacur sebagi berikut:

“Hampir lima puluh persen diantara mereka tidak dapat injeksi. Berdasarkan hasil observasi penulis ada beberapa wanita pelacur yang memang takut di injeksi, sehingga walaupun datang di tempat penyuntikan itu dia. Hanya membayar uang Rp. 75, 00 dengan menyerahkan kartu kemudian diberi tanda bahwa ia mudah di injeksi yang sebenarnya mereka tidak mau di injeksi.”19

Dari hasil penelitian di atas selanjutnya dapat diberi kesimpulan, bahwa

penyakit kelamin yang menyertai pelacuran mempengaruhi kesejahteraan sebagai

anggota masyarakat, karena penyakit kelamin mengancam keselamatan,

ketentraman dan kemakmuran baik jasmani, rohani, maupun sosial mereka.

Pelacuran sebagai masalah sosial, yang telah dibahas dari segi penyakit

kelamin yang ditimbulkan, juga akan dilihat dari pandangan agama, yakni Agama

Islam. Pelacuran dilihat dari pandangan agama menyangkut nilai-nilai, yakni nilai 18 Rukmini Kusuma Astuti. Op., Cit. hal 68. 19 Adamang Rochim, 19981, Pelacuran Sebagai Salah Satu Faktor Penghambat Kesejahteraan Keluarga, Penerbit Tarsito, Bandung, hal 68.

Page 43: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

yang buruk. Pengertian buruk antara lain, disebutkan dalam hukum Islam yang

bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw, di dalam Al-Qur’an

tidak ada ayat yang menyebutkan pelacuran tetapi hanya menyebut perzinaan.

Pelacuran merupakan perzinaan menurut pandangan agama Islam.

Mengenai sanksi hukuman yang dijatuhkan kepada orang-orang pezina, Allah swt.

Didalam Surat An-Nur ayat 2, Al-Qur’an dan terjemahannya sebagai berikut:

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”

Nabi Muhammad saw. Sangat mengutuk perbuatan zina, karena zina

termasuk perbuatan dosa besar dalam Islam. Para Imam empat madzhab didalam

Islam, yaitu Hambali, Hanafi, Maliki, dan Syafi’i bersepakat, bahwa perbuatan

zina adalah suatu dosa besar yang wajib dikenakan hukuman kepada para

pelakunya. Dengan demikian pelacur merupakan masalah yang harus di

tanggulangi karena bertentangan dengan moral Islam.

c. Pelacuran Dilihat dari Pandangan Adat Tradisi.

Pelacuran merupakan masalah sosial, bukan hanya bila ditinjau dari segi

penularan penyakit kelamin dan pandangan Islam. Tetapi juga merupakan

masalah sosial bila dilihat dari segi adat tradisi, sebagaian besar suku-suku bangsa

Page 44: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

di Indonesia yang telah mengakui lembaga perkawinan sebagai lembaga yang

luhur. Sehingga setiap perhubungan kelamin di luar perkawinan, merupakan

perbuatan tercela, bahkan dapat menyebabkan pertumpahan darah.

Reaksi masyarakat terhadap delik kesusilaan tidak dapat diabaikan.

Sehingga, hendaknya adat tradisi dapat dijadikan dasar dalam putusan hakim

dalam menerapkan delik kesusilaan ini. Tidak jarang dijumpai pembunuhan yang

terjadi di Madura dengan alasan zina, di mana laki-laki dapat membunuh

perempuannya karena diketahui telah melakukan hubungan gelap dengan laki-laki

lain yang bukan suaminya.20

C. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Pelacuran

1. Faktor Kejiwaan

Sejumlah faktor psikologi tertentu memainkan peranan penting yang

menyebabkan seseorang perempuan melacurkan diri. Bahwa, perempuan-

perempuan yang menjadi pelacur itu, lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang

miskin atau agak miskin. Orang tua mereka berwatak lemah dan kebanyakan

kurang pendidikan. Standar modal keluarga-keluarga mereka pada umumnya

rendah, dan cara orang tua mereka memberikan pembentukan disiplin adalah,

tidak bijaksana dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Keretakan-keretakan di dalam keluarga biasanya disebabkan oleh

kematian, perceraian, dari salah seorang ayah atau ibu. Perempuan-perempuan itu

biasanya terlibat dalam kesedihan atau banyak bersusah hati, ada yang dibebani

pikiran tak waras dan disertai keadaan emosi yang tidak stabil. Pada bidang-

20 Nur Kholis Aziz, Op., Cit. hal 45

Page 45: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

bidang pendidikan mereka bertaraf lebih rendah dari pada nilai rata-rata. IQ

dibawah standar dari rata-rata.

Kurangnya kasih sayang dapat membawa pada keadaan tak berdaya. Di

samping itu juga, di dukung sejumlah faktor sosial, misalnya keinginan untuk

melepaskan diri dari kenyataan hidup keluarga, dan masyarakat yang tidak

tertahankan lagi. Adanya keinginan untuk mengikuti cara hidup di kota-kota

dengan segala kemewahaan, juga dapat mendorong seseorang melacurkan diri.

Dalam hal ini Rukmini menyebutkan sebagai berikut:

“Faktor moral individu dan moral masyarakat sebagai faktor yang cukup penting artinya di dalam terjadinya pelacuran. Hal ini dapat dilihat di negara-negara yang telah maju, dimana faktor ekonomi sering dianggap bukan faktor lagi yang menyebabkan bukan wanita melacurkan diri, tetapi dikarenakan juga adanya demoralisasi yang dialami oleh masyarakat dan individu pendukungnya, Di dalam usaha pemuasan nafsu sexsual seseorang, peranan sanksi masyarakat yang tercermin dalam keadaan moralnya sangat menetukan tindakan seseorang dan karenanya itu masalah pemuasan sex untuk mengadakan hubungan kelamin bukan hanya masalah kebutuhan biologis semata. Selanjutnya dikatakan, pembentukan moral individu terutama dalam kehidupan sexnya, sangat ditentukan oleh pendidikan didalam keluarga, dimana individu diperkenankan untuk pertama kalinya dengan baik dan buruk, boleh dan tidak boleh, benar dan salah serta hal lainnya. Kemudian moral seks tersebut terinternanasi oleh si anak tanpa disadari.”21

Kegagalan-kegagalan di dalam hidup individu karena tidak terpuaskan

kebutuhannya (baik biologis maupun sosial), dapat menimbulkan efek psikologis.

Sehingga, mengakibatkan situasi kritis pada diri individu tersebut. Di dalam

keadaan kritis ini mudah mengalami konflik batin, dan sadar atau tidak sadar

mereka mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitannya. Dalam keadaan yang

demikian inilah orang akan mudah terpengaruh ke jalan yang sesat. Seperti yang

21 Rukmini Kusuma Astuti, Op., Cit, hal 35.

Page 46: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

telah disebutkan oleh Warauow, berbagai faktor psikologis yang dapat

menyebabkan seorang wanita menjadi pelacur adalah sebagai berikut:

1) IQ rendah sekitar 65 % sebagian besar wanita pelacur mempunyai IQ

rendah, yang terbagi: labilitas, dengan IQ 70-90, imbesil dengan IQ 50-70

dan idiot dengan IQ dibawah 50, mereka yang idiot ini jarang hidup diatas

30 tahun.

2) Kehidupan sosial yang abnormal, misalnya: hipersexual dan sadis sex.

3) Kepribadian yang lemah misalnya meniru.

4) Moralitas rendah dan kurang berkembang, misalnya kurang dapat

membedakan baik dan buruk, benar dan salah, boleh dan tidak boleh dan

lain-lain.

5) Mudah terpengaruh (suggestible).

6) Memiliki motif kemewahan, yakni menjadikan kemewahan sebagai tujuan

utama.

2. Faktor Sosial Ekonomi.

Sejumlah faktor sosial ekonomi sering disebut sebagai faktor pendorong

seseorang melacurkan diri. Faktor ini dapat dikaitkan dengan teori anatomi

Durkheim, yang didasarkan pada anggapan banyak kebutuhan ekonomi tidak

terpenuhi. Dengan demikian diperlukan aturan umum ataupun sesuatu, yang

menjaga tindakan sewenang-wenang dari pada anggota masyarakat yang ingin

memenuhi kebutuhannya itu.

Bila aturan-aturan tidak dapat dilaksanakan ataupun tidak dapat lagi

mengontrol keadaan, timbulllah situasi seolah-olah tidak ada lagi norma,

Page 47: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

peraturan-peraturan mengikat dengan sangat lemah. Keadaan anatomipun akan

menguasai masyarakat. Biasanya pelanggaran terhadap depresi ekonomi, ataupun

ketika pesatnya kemajuan teknologi di dalam masyarakat. Teori sosial diatas

secara khusus pula dapat dipakai dalam usaha menjelaskan mengapa seorang

melacurkan diri. Reckless menyebutkan sejumlah kondisi sosial ekonomi yang

amat penting artinya dan menjerumuskan seorang perempuan melacurkan diri.

Keadaan sosial tersebut adalah:

a. Berasal dari keluarga miskin yang umumnya tingal di desa terpencil.

b. Melakukan urbanisasi karena menginginkan perbaikan nasib di kota-

kota besar, diantaranya mereka yang sedang hamil tanpa suami.

c. Pada umumnya mereka tidak memiliki keahlian tertentu.

d. Berasal dari keluarga yang pecah (broken home).

e. Telah dicerai suaminya.

f. Jatuh ke tangan-tangan agen rumah bordil yang sedang giat mencari

mangsa-mangsa baru, untuk dijadikan penghuni tetap rumah-rumah

pelacuran.

Adanya pemupukan kekayaan pada golongan tertentu, terjadinya

kemlaratan pada golongan bawah atau dengan kata lain, adanya hierarki di bidang

kehidupan ekonomi, memudahkan bagi penguasa rumah bordil mencari wanita-

wanita dari kelas melarat. Hubungan faktor tersebut dapat melahirkan pelacuran,

tidak hanya masalah ekonomi saja tetapi faktor sosial dan hukum sangat

menentukan terjadinya proses ini.

Page 48: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

D. Keharmonisan Rumah Tangga

a. Dasar-dasar rumah tangga

Rumah tangga atau keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat yang

bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat. Dalam sebuah negara, rumah

tangga ibarat sebuah bibit tanaman, jika bibit tanamannya baik dan sehat akan

tumbuh menjadi pohon yang berdaun rindang dan berbuah lebat. Rumah tangga

Muslim yang mampu memancarkan sinar Islam, pasti akan melahirkan sebuah

negara yang benar-benar adil, makmur, dengan ridha Allah swt, Baldatun

Tayyibatun wa Robbun Ghafur.

Gambaran seperti itu diakui oleh seorang sosiologis Barat bernama Bolak,

dia mengatakan:

“Rumah tangga adalah markas atau pusat dari nama denyut-denyut pergaulan hidup, ia adalah susunan yang hidup, yang dapat mengekalkan keturunan. Sebenarnya, rumah tangga itu adalah alam pergaulan menusia yang diperkecil, bukankah dalam rumah tangga lahir dan tumbuh apa yang disebut kekuasaan, agama, pendidikan, hukum dan perusahaan.” Menurut pandangan sosiologis keluarga dalam arti luas, meliputi semua

pihak yang mempunyai hubungan darah dan atau keturunan, sedangkan dalam arti

sempit, keluarga meliputi orang tua dengan anak-anaknya, kedalam pengertian

yang disebut terakhir masuk keluarga kandung (biologis) yang hubungannya

bersifat tetap, oleh Boll disebut family of procreation. Keluarga merupakan

tempat berlindung, bertanya, dan mengarahkan diri bagi anggotanya yang bersifat

hubungannya bisa berubah dari waktu kewaktu. Lima ciri khas yang dimiliki

keluarga, yaitu: (1) adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis kelamin, (2)

adanya perkawinan yang mengokohkan hubungan tersebut, (3) pengakuan

Page 49: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

terhadap keturunan, (4) kehidupan ekonomi bersama, dan (5) kehidupan berumah

tangga.22

Struktur rumah tangga dapat terbangun melalui hubungan darah ataupun

pernikahan, menurut ajaran Islam, perikatan itu mengandung tanggung jawab dan

sekaligus rasa saling memiliki dan saling berharap. Di samping terikat menurut

hukum Islam, juga terjalin dalam ikatan batin. Jadi sebuah struktur keluarga

menjadi kuat, jika memiliki pondasi yang kokoh, ibarat sebuah bibit tanaman,

akarnya mampu tumbuh ke dalam tanah, ranting-rantingnya berkembang, daunnya

tumbuh subur dan berkembanglah sebatang pohon yang rimbun dan kokoh

batangnya. Pondasi itulah yang melanda kajian kita tentang struktur rumah tangga

atau keluarga Muslim, bukan semata-mata satu susunan keluarga yang

mengelompok dalam satu lokasi. Islam tidak mengenal satu bentuk keluarga

khusus, sebab substansinya terletak pada esensi rasa kasih sayang yang berpijak

pada ajaran agama.

Struktur keluarga dalam Islam berpusat pada seorang ayah, kemudian

isteri, baru kemudian hubungan vertikal ke atas (ayah, kakek dan seterusnya) dan

kebawah (anak, cucu, dan seterusnya). Satu sama lain saling bergantung dan

melengkapi. Namun, bukan berarti masing-masing tidak dapat berdiri sendiri,

dalam struktur keluarga Islam, kemudian dikenal struktur keluarga utama dan

tambahan. Keluarga struktur keluarga muslim juga tidak lepas dari masyarakat

disekitarnya, memang setiap keluarga mempunyai hak pribadi untuk mengatur

keluarganya sendiri. Namun, mereka tidak dapat memisahkan diri begitu saja dari

22 Hadisubroto Subino dkk, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hal 20.

Page 50: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

struktur masyarakat dengan mengabaikan masyarakat. Sebab, masyarakat adalah

kumpulan dari beberapa keluarga. Jika kumpulan keluarga itu bersandar pada

ajaran Islam, akan tercipta persamaan dan harmonis.23

Islam melarang adanya diskriminasi intimasi antar anggota keluarga, baik

pada struktur utama maupun tambahan. Bahkan, jika kedua struktur itu berada

dalam satu lokasi, seseorang tidak boleh berbuat sesuatu tanpa diperkenankan

anggota lain. Misalnya, mengadakan kegiatan di luar rumah tanpa mengabaikan

keluarganya sendiri, ia juga tidak layak memberikan waktunya pada orang lain,

tanpa persetujuan keluarga lainnya. Berarti kokohnya rasa kasih sayang dalam

satu keluarga juga berkaitan dengan kondisi masyarakatnya. Sebab, keluarga itu

terikat dalam satu sistem sosial dari sebuah komunitas. Sistem sosial ini semakin

kokoh jika satu komunitas sama-sama terikat dalam tatanan persaudaraan

seagama.

Persaudaraan seagama mengandung implikasi, yaitu komunitas yang

saling mengikat karena Allah swt, berusaha saling melengkapi dan menjaga diri

menghadapi setiap ancaman yang berasal dari luar komunitas. Kondisi itulah yang

membuat perikatan komunitas lebih menonjol melahirkan rasa saling berharap dan

kasih sayang dari pada struktur keluarga yang lahir karena perikatan darah, besar

kemungkinan suatu ketika akan terpisah karena perbedaan domisili. Misalnya

anak yang telah dewasa dan membentuk kelurga sendiri, besar kemungkinan

terpisah domisilinya dari ayah dan ibu yang melahirkannya.24

23 Anshari Thayyib, Struktur Rumah Tangga Muslim, Surabaya, Penerbit Risalah Gusti, 1992. hal 4. 24 Anshari Thayyib, Ibid.,hal 6.

Page 51: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

b. Keluarga Sakinah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

memberikan dampak positif, dan juga memberikan dampak negatif terhadap

eksistensi rumah tangga, bahkan dapat merusak nilai-nilai agama dan

menyebabkan timbulnya keretakan dalam suatu rumah tangga itu sendiri.

Sedangkan Islam memberikan ajaran agar rumah tangga menjadi surga yang dapat

menciptakan ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan. Dalam upaya

mengantisipasi pengaruh budaya luar yang negatif, berikut dikemukakan kiat

menciptakan keluarga sakinah, agar citra keluarga tetap terjaga dengan baik.

c. Indikator Keluarga Sakinah

Sebuah keluarga yang dapat disebut keluarga sakinah, apabila telah

memenuhi kriteria antara lain:25 kehidupan keberagamaan dalam keluarga, dari

segi keimanannya kepada Allah swt murni, tidak melakukan kesyirikan, taat

kepada ajaran Allah dan Rosul-Nya, cinta kepada Rosulullah dengan

mengamalkan misi yang diembannya, mengimani kitab-kitab Allah dan Al-

Qur’an, membaca dan memperdalam maknanya, mengimani yang ghaib, hari

pembalasan serta mengimani qadla qadar. Sehingga, ia berupaya untuk mencapai

yang terbaik, sabar tawakkal menerima qadar Allah. Dari segi ibadah, mampu

melaksanakan ibadah, ibadah yang wajib seperti shalat lima waktu, puasa, zakat,

dan sebagainya. Demikian pula ibadah sunnah seperti: shalat dluha, puasa senin

kamis dan sebagainya.

25 Aziz Mushoffa. Untaian Mutiara Buat Keluarga, Yogyakarta, Penerbit Mitra Pustaka, 2001 ,hal 12.

Page 52: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Dari segi pengetahuan agama, memiliki semangat untuk mempelajari,

memahami dan memperdalam ajaran Islam, taat melaksanakan tuntunan akhlak

mulia, disamping itu kondisi rumahnya Islami.

Di samping pendidikan keluarga, dalam suatu keluarga, orang tua

mempunyai kewajiban untuk memberikan motivasi terhadap pendidikan formal

bagi setiap anggota keluarga, membudayakan gemar membaca, mendorong anak-

anak untuk melanjutkan dan menyelesaikan sekolahnya, terutama bila mampu

sampai tingkat sarjana.

Selanjutnya kesehatan keluarga, semua anggota keluarga menyukai oleh

raga, sehingga tidak mudah sakit, kalau ada yang sakit segera menggunakan jasa

pertolongan Puskesmas atau dokter. Mendapatkan imunisasi pokok, keadaan

rumah dan lingkungan memenuhi kriteria lingkungan rumah sehat, mendapatkan

cahaya matahari yang cukup, sanitasi lengkap dan lancar, lingkungan rumah

bersih dan ada saluran air agar tidak terdapat sarang nyamuk dan sebagainya.

Hendaknya rumah itu sehat, menarik dan menyenangkan bagi semua yang masuk

ke rumah itu. Persyaratannya tidak tergantung kepada benda, materi atau isi

rumah yang mahal, bagus dan lux, akan tetapi tergantung kepada pengaturannya.

Mungkin saja rumah itu hanya kecil, terbuat dari bambu, alat perabotannya sangat

sederhana. Akan tetapi, karena persyaratan kesehatan cukup, misalnya bersih,

cukup cahaya dan udara bersih masuk, sudah memadai dari segi kesehatan.26

Kemudian ekonomi keluarga. Suami istri mempunyai penghasilan yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pengeluaran tidak melebihi

26 Dr. Zakiah Daradjat. Perkawinan Yang Bertanggung Jawab, Jakarta, Bulan Bintang, 1975. hal 23.

Page 53: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

pendapatan, bahkan kalau cukup bisa ditabung. Kebutuhan makan sehari-hari,

sandang, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

Terakhir hubungan sosial keluarga yang harmonis, hubungan suami istri

yang saling mencintai, menyayangi, saling membantu, menghormati,

mempercayai, saling terbuka dan bermusyawarah bila mempunyai masalah dan

saling memiliki jiwa pemaaf. Demikian pula hubungan orang tua dengan anak,

orang tua mampu menunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya, memberikan

perhatian, bersikap adil, mampu membuat suasana terbuka, sehingga anak merasa

bebas mengutarakan permasalahannya.

Hingga membuat suasana rumah tangga itu mampu menjadi tempat

bernaung yang indah, aman, dan segar. Begitu pula hubungan anak dan orang tua.

Anak terhadap orang tua berkewajiban menghormati, mentaati dan menunjukkan

cinta dan kasih sayangnya terhadap orang tua, dan tak kalah pentingnya, anak

selalu mendoakannya. Sedangkan hubungan dengan tetangga, diupayakan

menjaga keharmonisan dengan saling tolong menolong, menghormati,

mempercayai, dan mampu ikut berbahagia terhadap kebahagiaan tetangganya,

tidak saling bermusuhan dan saling memaafkan.

Jadi keluarga sakinah dapat tercipta apabila lima aspek pokok kehidupan

keluarga terpenuhi, dengan mewujudkan kehidupan bersama, menciptakan

suasana keislaman, pendidikan kelurga yang mantap, kesehatan yang terjamin,

ekonomi keluarga yang stabil, hubungan intern dan antar keluarga yang harmonis

dan terjalin erat. Sehingga demikian dapat menjadi gambaran keluarga sakinah

Page 54: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

sebagai upaya membina bangsa. Sebab keluarga merupakan miniatur masyarakat

dan bangsa.27

d. Kelebihan Dialog / Musyawarah antar anggota Keluarga.

Dalam penelitian terbaru menegaskan bahwa 5.093 keluarga menilai

kedalaman dialog, dan kemahiran mengatasi konflik keluarga sebagai fondasi

kerekatan hubungan. Penelitian ini berkesimpulan bahwa pasangan suami istri

yang memiliki pendekatan terbaik dalam memecahkan atau menyelesaikan

perselisihan mereka, dengan menikmati waktu yang lebih lama dalam

perbincangan santai.

Pada tahun 1979 Snider melakukan penelitian terhadap dua ratus keluarga

dengan menggunakan standarnya yang terkenal dalam mengetahui tingkat

kepuasan suami istri. Ia menegaskan bahwa dialog antar suami istri berada di

ranking pertama faktor-faktor yang menetukan tingkat kepuasan dan kebahagiaan

suami istri, sebab dialog membantu mengatasi berbagai perselisihan, meskipun

sebesar apapun, sehingga mempermudah proses keterikatan psikologi antara

suami isteri.28

Dialog atau musyawarah merupakan konsep hidup dalam Islam yang

berlaku di setiap interkasi sosial. Perintah dialog (musyawarah) seakan telah

menjadi sifat utama seorang muslim. Sebab Al-Qur’an telah menanamkan dalam

salah satunya dengan nama “Asy-Syura” (musyawarah). Lebih dari itu, Surat

Asy-Syura adalah Surat Makkiah. Artinya, ini mengilhamkan bahwa kesan

musyawarah terhadap umat muslim itu lebih mendalam dari sekedar sistem politik 27 Aziz Mushoffa, Op., Cit. hal 14 28 Muhammad Ahmad Abdul Jawwad, Kiat Meraih Hati dan Pikiran Pasangan Hidup, Amzah, Jakarta, 2006, hal 72

Page 55: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Negara. Musyawarah adalah karakter dasar semua komunitas sosial, suatu

komunitas dibangun diatas pondasi musyawarah. Tradisi musyawarah di

komunitas akan melebar menjadi tradisi bangsa sebagai konsekuensi alami sebuah

komunitas terutama dalam keluarga.29

Hilangnya dialog keluarga akan menyebabkan timbunan perselisihan dan

ketidakcocokan antara suami istri, dan ini bisa berakibat sangat buruk bagi

keduanya. Mereka akan hidup layaknya orang asing dimana masing-masing hanya

sekedar menjalankan kewajiban-kewajibannya pada keluarga dan anak-anak.

Selanjutnya sedikit demi sedikit mereka akan kehilangan rasa dengan

pasangannya. Perasaan kesepian pun akan lahir di antara keduanya dan kehidupan

mereka menjadi hambar, tanpa rasa maupun warna, dari sini, perpecahan pun

dimulai dan berakhir dengan perceraian, atau kehidupan rumah tangga mereka

masih terus bertahan demi anak-anak. Namun masing-masing harus merasakan

pengorbanan yang mematikan atau keterpisahan psikologis.

Penelusuran faktor-faktor penyebab hilangnya dialog menempatkan

kekeliruan atau ketidakpintaran memilih sebagai tersangka utama, sebab

terkadang proses pemilihan pasangan hidup dilakukan dengan asal atau terburu-

buru. Sehingga, masing-masing belum memahami pasangannya dengan baik.

Egoisme diantara suami istri juga menjadi salah satu faktor penting dalam konteks

ini. Sebab masing-masing hanya berkonsentrasi pada dirinya sendiri, dan

memenuhi keinginan pribadinya tanpa mempertimbangkan yang lain. Ditambah

lagi dengan faktor finansial dan kebutuhan ekonomi yang bertolak dari pepatah

29 D.R Akram Ridha. To Bring Back a Warmth to Our Home. Penerbit Ziyad, Surakarta, 2007, hal 101

Page 56: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

“jika kemiskinan datang dari pintu, maka cinta akan keluar dari jendela.” Di

samping itu masih ada faktor lagi yaitu, minimnya bahkan hilangnya kesadaran

beragama pada diri masing-masing, dan tidak adanya saling penghormatan antara

keduanya yang tampak pada pengabaian pihak lain, dan ketidaksudian

mendengarkan perintah-perintahnya. Oleh karena itu, dialog menjadi sarana

penting untuk mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangga.30

e. Manajemen Keluarga Harmonis.

Keluarga adalah satu ikatan atau organisasi kehidupan yang dibangun

dengan suatu tujuan mulia, yaitu menuju manusia yang sempurna, dan sejahtera

lahir batin serta mendapatkan ridha Allah swt.

Mengapa perkawinan bisa dikatagorikan sebagai sebuah ikatan yang

mulia? Karena. Pertama, tidak ada yang dapat membahagiakan dengan jelas dan

tegas ketika dua makhluk Tuhan yang berlainan jenis hidup bersama dalam suatu

ikatan, kecuali pernikahan manusia. Kedua, pernikahan adalah untuk menifestasi

terwujudnya dialektika antara sisi-sisi kewanitaan dan kejantanan, dengan maksud

luasnya antara dua sisi yang berbeda, dengan sebuah tujuan menciptakan sebuah

kesempurnan hakikat kehidupan. Ketiga, hanya dengan pernikahan, manusia bisa

mendapatkan pendidikan tentang arti sebuah tanggung jawab, tanggung jawab

terhadap belahan jiwanya, terhadap keturunannya dan khususnya terhadap dirinya

sendiri.

Penjelasan diatas sebenarnya tujuan pernikahan yang ideal. Kemudian,

secara aktual, pernikahan akan diwarnai persepsi-persepsi sebagai berikut.

30 Muhammad Ahmad Abdul Jawwad, Op. Cit., hal 89

Page 57: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Pertama, pernikahan dianggap sebagai sebuah kehidupan sakral, yang tidak dapat

dianggap main-main dalam menyikapinya. Pernikahan harus didasari dengan

kematangan jiwa dan kesiapan banyak hal, termasuk mental dan material. Tidak

jarang orang-orang yang mempersepsikan pernikahan sebuah “sakralisme.”

Mereka sadar atau tidak telah mencitrakan bahwa kehidupan haruslah bersifat

perfeksionis, termasuk pernikahan.

Kedua, pernikahan dianggap salah satu fase dalam menjalani kehidupan.

Oleh karena itu, pernikahan adalah bersikap wajar, tidak perlu harus berfikir

idealis, perfeksionis, asal bisa saling pengertian, menerima apa adanya, sehingga

kehidupan akan berjalan lancar.31

f. Langkah menuju keharmonisan.

Keharmonisan pemikiran dan pendapat dalam hidup merupakan landasan

kuat yang memungkinkan terbangunnya bangunan hidup kelurga dalam iklim

yang sehat, masalah ini tidaklah tercipta begitu saja, namun terdapat langkah-

langkah yang harus ditempuh untuk menciptakan keharmonisan diantara pasangan

suami istri, yang sebagaiannya dapat ditunjukkan sebagai berikut:

1. Usaha saling mengenal

Tidak diragukan, perbedaan lingkungan suasana hidup pasangan suami

isteri memiliki pengaruh besar dalam menciptakan berbagai selera, perolaku, dan

sikap yang berlainan. Karena itu, para suami-istri harus memahami masalah ini

dan berusaha mengenali pasangan hidupnya. Kemudian, langkahkanlah kaki ke

depan dengan saling mengurangi perbedaan demi mencapai saling pengertian.

31 Ani Ferial, Membina Keluarga Muslim Dengan Penuh Cinta, Media Abadi, Yogyakarta, 2007, hal 34.

Page 58: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

2. Kasih sayang

Sang suami dan isteri adalah pasangan dan teman hidup dalam perjalanan

panjang, mereka saling berbagi suka dan duka. Mereka pun sedih bersama dan

bergembira bersama, mereka juga menatap ufuk yang sama, melalui hidup

bersama inilah akan lahir cinta dan terpancar mata air kasih sayang.

Sebagaimana telah dijelaskan, segala sesuatu tidaklah muncul dengan

sendirinya. Namun, hendaknya kita selalu berusaha menumbuhkan benih-benih

cinta kasih. Seorang suami memerlukan cinta isteri dan seorang isteri memerlukan

kasih sayang suami. Hasil penelitian membuktikan bahwa keluarga bahagia

adalah keluarga yang diliputi cinta dan kasih sayang. Karena, kasih sayang

merupakan sungai yang mengalirkan air kehidupan, yang membersihkan semua

kesedihan dan menghanyutkan seluruh kotoran.

3. Saling menghargai

Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan alamiah yang jauh dari

kepalsuan, ai adalah kehidupan sejati yang didalamnya pihak suami maupun istri

bertindak secara pasti. Bersamaan dengan itu, kedua belah pihak dituntut untuk

saling menghargai. Sebab, sikap saling menghargai dapat memelihara kemuliaan

pasangan suami istri dan meninggikan martabat mereka. Dalam hal ini, para suami

isteri harus secara bersama mencari aspek-aspek positif dalam diri mereka

masing-masing demi dijadikan landasan bagi pembentukan sikap saling

menghargai itu.

Page 59: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

4. Nilai pekerjaan

Dari sudut pandang islam, pekerjaan di pandang sangat mulia, apapun

jenisnya. Pekerjaan adalah kemuliaan manusia. Bahkan pekerjaan dapat

menyamai tingkat jihad apabila dilakukan demi mencari Ridha Allah swt.

Hal penting dalam pekerjaan bukanlah jenis dan tingkatannya, melainkan

pelaksanaanya sebagi kewajiban insani Ilahi. Seorang isteri melakukan urusan-

urusan rumah tangganya untuk mencari keridhaan Allah. Demikian pula seorang

suami bekerja diluar rumah untuk memperoleh kehidupan mulia bagi keluarganya

dan itupun harus dilakukan untuk mencari keridhaan Allah swt.

5. Berusaha menyelesaikan masalah bersama

Pernikahan berarti sejenis persekutuan dalam segala hal. Persekutuan

tersebut dilakukan di atas kebersamaan demi meraih tujuan. Kebersamaan dalam

sikap, kerjasama, dan kesetiakawanan dalam emnyelelsaikan kesulitan yang

dihadapi masing-masing ahrus diarahkan demi kepentingan bersama.

Seorang suami harus berusaha sungguh-sungguh dalam hal pekerjaannya

guna memperoleh sandang pangan bagi isteri dan anak-ankanya, sang isteri pun

harus berusaha menjalankan segenap urusan rumah tangganya secara seimbang.

Dengan demikian, ia telah menunjukkan kesetiaan kepada suaminya dalam

menyelesaikan kesulitan.

6. Kejujuran

Kejujuran, keterbukaan, dan keberanian adalah kunci kebahagiaan yang

dalam hal ini mustahil menghindari dari jebakan kesalahan. Apabila melakukan

suatu kesalahan, anda harus segera meminta maaf dan mengakuinya secara

Page 60: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

kesatria, serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi di masa datang. Sikap ini

tidak berarti merendahkan kedudukan anda. Bahkan akan mendorong pihak lain

menghargai dan mencintai anda.32

7. Tujuan Berumah Tangga

Islam dalam memberikan anjuran berumah tangga, serta rangsangan-

rangsangan di dalamnya, terdapat beberapa motivasi dan tujuan yang jelas, yang

tentu saja memberikan dampak positif yang lebih besar dalam kehidupan individu

maupun masyarakat. Sebab berumah tangga merupakan bagian dari nikmat serta

tanda keagungan Allah yang diberikan kepada umat manusia. Dengan berumah

tangga, berarti meraka telah mempertahankan kelangsungan hidup secara turun

temurun, serta melestarikan agama Allah swt.

Perhiasan adalah sesuatu yang indah lagi menyenangkan. Sedangkan

sesuatu yang indah pasti mempunyai sifat memikat. Maka sudah sewajarnya bila

hati manusia senantiasa terpikat pada keindahan, baik berupa wanita maupun harta

kekayaan. Pada hakikatnya manusia terdiri dari satu keturunan, dari sepasang

suami istri, kemudian berkembang biak menjadi banyak.

Tujuan terpenting dalam rumah tangga menurut syariat Islam antara lain:33

a. Mengatur potensi kelamin

Manusia diciptakan Allah ada yang lelaki dan perempuan, hal ini

dimaksudkan agar tercapai suatu tujuan yang agung. Yakni agar mereka dapat

mengembangkan keturunan, hidup beranak cucu, bahkan berkembang menjadi

banyak. Sehingga lestarilah sejarah perkembangan hidup manusia, sedangkan

32 Dr. Ali Qaimi, Singgasana Para Pengantin, Penerbit Cahaya, Bogor, 2002, hal 185 33 Nadhirah Mudjab. Op., Cit. hal 9.

Page 61: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

disyariatkannya pernikahan adalah merupakan sarana untuk melestarikan

keturunan. Nikah sebagai alat, sedangkan rumah tangga merupakan wadah yang

bersifat agamis, bersih, langgeng dan kokoh untuk menghadapi serta menentukan

kelestarian sejarah perkembangan hidup manusia. Sebab rumah tangga merupakan

suatu wadah yang sehat, serta mengarahkan umat manusia ke arah keslamatan

yang hakiki.

Hampir semua manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, menginginkan

hubungan seks. Bahkan dunia hewan berprilaku demikian, keinginan demikian

adalah alami. Pemenuhan kebutuahn biologis itu harus diatur melalui lembaga

perkawinan, supaya tidak terjadi penyimpangan tidak lepas begitu saja, sehingga

norma-norma adat istiadat dan agama dilanggar. Kecendrunagn cinta lawan jenis

dan hubungan seksual sudah ada tertanam dalam diri manusia atas kehendak Allah

swt, kalau tidak ada kecendrungan dan keinginan untuk itu, tentu manusia tidak

akan berkembang biak.34

b. Melahirkan keturunan yang mulia

Pernikahan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dalam mewujudkan

keturunan yang mulia, adalah sebuah kebenaran dari ajaran Islam, bukan sekedar

banyaknya anak. Tetapi banyaknya amal kebajikan dalam menjalani perintah

Allah swt dan menajauhi larangan-Nya. Jadi, Rosulullah lebih merasa bangga

pada hari kiamat nanti mempunyai umat yang berkualitas, bukan sekedar umat

dalam artian kuantitasnya.

34 M. Ali Hasan, Op., Cit. hal 13

Page 62: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

c. Merasakan penderitaan hidup

Akad dalam pernikahan adalah bersifat abadi. Artinya, bukan sekedar

terbatas pada waktu tertentu dan tidak pula akan habis pada masa yang ditentukan.

Jadi maksud dari rumah tangga adalah untuk mencapai kedamaian dan

ketenangan, sekalipun ketenangan merupakan suatu tujuan dalam satu segi, tetapi

dalam segi lain ketenangan merupakan sarana. Sebab tujuan mencari keturunan

yang mulia, tidak mungkin akan terwujud tanpa adanya kasih sayang, kedamaian,

dan ketenangan di antara suami istri, dan kehidupan masa depan tidak mungkin

cemerlang tanpa adanya kedamaian tersebut.

Pada kenyataannya, seorang laki-laki banyak sekali menghadapi

kerepotan, diantaranya kesana kemari mengurus kehidupannya, berjuang

menegakkan agama Allah, menciptakan perdamaian dan keslamatan. Semua tugas

tidak akan bisa dilaksanakan tanpa adanya pendamping di sisinya, yakni seorang

istri shalihah yang senantiasa membantu menyertai serta menghiburnya, atau

bahkan yang mampu meringankan beban hidupnya, menjaga rumah dan

memelihara anak-anaknya. Dengan demikian dapat dimengerti, bahwa bekerja

sama, ringan sama dijinjing berat sama dipikul dalam menanggung beban

kehidupan antara suami istri, merupakan salah satu tujuan pokok dari beberapa

tujuan berkeluarga dalam ajaran Islam.

d. Mendidik generasi baru

Diantara kewajiban-kewajiban dalam berkeluarga, adalah memberikan

didikan-didikan agama kepada anggota keluarga itu sendiri. Pendidikan dan

pengajaran agama harus dimulai dari keluarga. Artinya, anak yang datang dari

Page 63: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

sebuah keluarga muslim harus mengetahui serta menerima Islam dari lingkungan

kelurga, bukan dari tempat lain. Jadi, apabila si anak telah mulai mengucapkan

kata-kata, hendaklah dia mulai pula menerima ajaran-ajaran Islam walaupun satu

huruf. Artinya, orang tua harus mulai menanamkan pengertian agama dari yang

sekecil-kecilnya untuk kemudian makin hari makin bertambah sesuai dengan

perkembangan umur anak.

Biasanya suami istri selalu mendambakan anak turunan untuk meneruskan

kelangsungan hidup, anak turunan diharapkan dapat mengambil alih tugas,

perjuangan dan ide-ide yang pernah tertanam di dalam jiwa suami dan istri, fitrah

yang sudah ada dalam diri manusia. Bahwa Allah menciptakan manusia ini

berpasang-pasangan supaya berkembang biak mengisi bumi ini dan

memakmurkannya. Atas kehendak Allah, manusia pun menginginkan demikian.

Kalau dilihat dari ajaran Islam, maka disamping alih generasi secara estafet, anak

cucu pun diharapkan dapat menyelamatkan orang tuanya (nenek moyang) sesudah

meninggal dunia dengan panjatan doa kepada Allah swt.35

e. Menjaga nasab

Nasab merupakan mata rantai dalam hubungan keluarga dari nenek

moyang, hingga turun temurun sampai kepada anak dan cucu, serta keturunan

yang dilahirkannya, dengan adanya nasab itulah muncul dasar-dasar dalam

penetapan hak-hak dan kewajiban, baik dalam masalah pendidikan, penyusuan,

nafkah, harta pusaka maupun yang lain. Oleh karena itu, Islam membentengi hal-

hal tersebut, dengan dinding yang luas. Dari aturan-aturan yang pasti dipenuhi

35 M. Ali Hasan, Op, Cit., hal 13.

Page 64: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

untuk membangunnya, memerintahkan, mengajarkan dan sekaligus melarang

menghancurkan tembok kekeluargaan, dengan jalan mengharamkan perzinaan,

dan melarang mengadopsi anak dengan dinasabkan kepada dirinya. Dan masih

banyak lagi aturan-aturan Islam yang melindungi serta menegakkan nilai-nilai

luhur berkeluarga, diantaranya adalah disyariatkannya iddah (masa menanti) bagi

wanita yang telah di tinggal/ dicerai suaminya.

f. Menjaga harta pusaka

Al-Qur’an telah menjelaskan ketentuan mengenai harta pusaka diantara

sanak kerabat. Tetapi tidak bisa dipraktikkan dengan sempurna, apabila tidak ada

penjelasan dan batas-batas yang pasti mengenai hubungan kerabat tersebut. Dan

bilamana kaidah-kaidah ini tidak ada, maka sudah tentu harta pusaka akan hilang

sia-sia. Sebab, bila si pemilik telah meninggal dunia, tentu akan menjadi rebutan

bagi orang-orang yang mengaku sebagai ahli waris.

Mengingat hal tersebut, bila tanpa adanya keluarga atau tanpa mengenali

kedudukan dan tingkatan sanak kerabat, maka sudah bisa dipastikan bahwa

hubungan antar umat manusia akan putus. Bahkan hubungan antar sanak keluarga

pun akan terputus pula. Padahal Allah telah memerintahkan agar mengadakan

hubungan yang erat antar sanak kerabat, maupun antar manusia pada umumnya.

Demikian pula Rosulullah saw telah menganjurkan untuk menyambung

silaturrahmi.

g. Menentramkan jiwa

Allah menciptakan hamba-Nya hidup berpasangan, dan tidak hanya

manusia saja, tetapi juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hal itu adalah sesuatu

Page 65: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

yang alami, yaitu laki-laki tertarik pada perempuan, dan begitu juga sebaliknya.

Bila sudah tejadi “aqad nikah” seorang perempuan akan merasa jiwanya tentram,

karena merasa ada yang melindungi dan ada yang bertanggung jawab dalam

rumah tangga. Suami pun merasa tenteram, karena ada pendamping untuk

mengurusi rumah tangga, tempat menumpahkan perasaan suka dan duka, dan

teman musyawarah dalam menghadapi berbagai persoalan.

h. Latihan memikul tanggung jawab.

Sesuai dengan maksud penciptaan manusia, dengan segala

keistemewaannya berkarya, maka manusia tidak pantas bebas dari tanggung

jawab. Manusia bertanggung jawab dalam keluarga, masyarakat dan Negara.

Latihan itu dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu keluarga, kemudian

meningkat kepada yang lebih luas. Biasanya orang yang sudah terlatih dan

terbiasa melaksanakan tanggung jawab, dalam suatu rumah tangga, akan sukses

pula dalam masyarakat. Kendatipun ada sebagian kecil orang yang sukses dan

bertanggung jawab, mengemban tugas dalam masyarakat, tetapi tidak sukses dan

tidak bertanggung jawab dalam rumah tangga.36

Kedelapan faktor diatas yang terpenting dari tujuan perkawinan perlu

mendapat perhatian, dan direnungkan matang-matang. Agar kelangsungan hidup

berumah tangga dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

36 M. Ali Hasan, Op. Cit., Hal 14

Page 66: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

2. Fungsi Keluarga.

a. Keluarga Sebagai Unit Islam

Sifat keluarga Islam lebih menganut asas kesinambungan vertikal. Namun,

sesungguhnya Islam tidak mengenal satu bentuk keluarga secara khusus, yang

paling pokok justru peran agama sebagai unit agama. Penerapan rumah tangga

atau keluarga sebagai unit agama berarti, mengaitkan secara fundamental antara

kehidupan dan agama Islam, sebagai kaidah pengatur kehidupan itu. Berarti,

seperti pandangan Prof. A. Mukti Ali. Islam akan berfungsi sebagai motivatif,

liberatif, sublimatif, protektif, dan inovatif.37

Fungsi motivatif artinya, menjadikan ajaran Islam sebagai pendorong

kehidupan, dan dasar-dasar pelaksanaan fungsi setiap anggota keluarga maupun

dalam segala perilaku hidupnya. Fungsi liberatif berarti membebaskan setiap

manusia, dari segala bentuk kebodohan yang menghalangi mereka dari berpikir

bebas dan gerak yang dinamis, untuk mencapai pelaksanaan fungsi-fungsi rumah

tangga dan keluarga yang optimal.

Fungsi sublimatif artinya, menjadikan Allah swt, sebagai sumber

kehidupan dan tujuan serta cita-cita kehidupan manusia, agar dicapai kehidupan

yang sakinah. Fungsi protektif berarti mendasari setiap fungsi dengan tuntunan

dan petunjuk Allah swt, agar terjadi kehidupan yang adil, penuh kasih sayang dan

terhindar dari kezaliman. Fungsi protektif artinya memelihara akal pikiran

manusia agar berfungsi secara fitrah dalam memecahkan masalah kehidupan,

dengan segala problematika yang dihadapinya. Juga memelihara jiwa manusia

37 Anshari Thayyib. Op., Cit. hal 11.

Page 67: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

agar hidup berkeseimbangan, akan merusak dan mengancam eksistensi manusia

itu sendiri. Baik dalam dimensi kehidupan duniawi maupun akhiratnya nanti.

Sedangkan inovatif artinya, memberikan daya dorong yang kuat bagi

sebuah rumah tangga, untuk terus mengantisipasi kehidupan masa depannya, baik

yang berkaitan dengan kehidupan dunia maupun akhirat. Fungsi-fungsi itulah

yang benar-benar akan membawa agama Islam, sebagai rahmat bagi semua

kehidupan di alam semesta ini.

Inti dari kebahagiaan hidup rumah tangga dan kelurga memang kasih

sayang Allah swt. Artinya, kehidupan yang penuh kelembutan hati, yang akan

melahirkan sejumlah rasa kasih sayang dan kebaikan hidup.

b. Keluarga Sebagai Sendi Membangun Masyarakat.

Bahwa keluarga merupakan satu kesatuan unit terkecil dari masyarakat, ia

merupakan sendi tempat membangun hidup bermasyarakat dan bernegara. Mutu

suatu masyarakat ditentukan oleh mutu dari kesatuan primer ini. Risalah

membangun umat dengan memperkokoh dan mempertinggi mutu dari batu sendi

itu sendiri, dimulai dengan mendudukkan hakekat, dan status perkawinan dalam

pembangunan keluarga. Disuburkannya hubungan antara suami istri, antara anak-

anak dengan ibu bapak, antara anggota keluarga, satu sama lain atas dasar

mawaddah wa rahmah (cinta kasih) dan rasa tanggung jawab.

Perkawinan bukanlah suatu formalitas seperti minta paspor, atau membeli

karcis kereta api. Perkawinan dengan menegakkan hidup berumah tangga adalah,

suatu amanah suci dari Allah swt. Ikatan janji antara suami istri bukan sembarang

ikatan dan bukan sembarang janji. Tetapi, ikatan janji suci untuk hidup bersama

Page 68: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

dalam melampaui kehidupan yang bahagia, tentram dan sejahtera. Saling

memenuhi hak dan kewajiban sebagai seorang suami dan sebagai seorang isteri.

Maka dalam rangka memenuhi hak dan kewajiban antara suami isteri

secara timbal balik, ada pembagian bidang tempat masing-masing dalam

menunaikan kewajibannnya, sesuai dengan fitrah kejadian dan bakat yang

berbeda. Tetapi, satu sama lain saling melengkapi untuk kemaslahatan hidup

keluarga. Sesuai dengan kewajibannya sebagai penerima amanah yaitu, memikul

tanggung jawab mengenai urusan keluarga. Sedangkan, sang istri mengurus

rumah tangganya, dan mengurusi anak yang merupakan amanah Allah swt.

Seorang suami menduduki satu derajat di atas istri, maksudnya satu derajat

di atas bukanlah suami boleh melakukan sesuatu, dengan sewenang-wenang

terhadap istrinya. Akan tetapi, derajat untuk menegaskan di mana tempat

pimpinan dan tanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga. Diperingatkan

kepada suami istri akan tanggung jawab mereka, terhadap anak yang dilahirkan

dengan fitrah suci, dan kemaslahatan hidupnya, tergantung kepada pemeliharaan

dan pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya.

Oleh karena itu, dengan mengingatkan anak kepada pengorbanan, dan

penderitaan ibunya semenjak ia masih dalam kandungan, kemudian semasa ia

disusukan, diasuh dan ditimang semasa kecil. Wahyu Ilahi mengantarkan kepada

kesadaran, bahwa sepatutnyalah dia berkhidmat kepada kedua orang tuanya, guna

menyatakan syukur kepada mereka berdua, sesudah bersyukur pada Allah swt.

Kewajiban bersyukur dan berkhidmat kepada orang tua berulang kali

diperintahkan, sebagai kewajiban yang langsung mengiringi kewajiban bertauhid

Page 69: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

dan berbakti, bersyukur pada Allah. Kemudian, disamping itu antara lain dengan

susunan kalimat sederhana, tapi mengharukan. Si Anak harus diajarkan doa yang

isinya memohon rahmat dari Ilahi, serta mencintai dan bersyukur kepada orang

tuanya.

Keseimbangan hak dan kewajiban antara suami istri adalah timbal balik

yang berimbang, yakni kedudukan dan tanggung jawab antara suami isteri adalah

sama. Selain itu, ikatan kekeluargaan merupakan satu kesatuan yang utuh dan

kokoh. Sehingga, yang menjadi tujuan utama adalah terbentuknya skeluarga

sakinah, mawaddah wa rahmah. Yaitu ketenangan jiwa oleh cinta kasih semua

anggota keluarga, yang mengikat secara utuh.38

3. Kriteria Keberhasilan Perkawinan

Di dalam menjalankan kehidupan keluarga, yang di awali oleh kegiatan

perkawinan, adalah wajar kalau orang dalam berkeluarga selalu berupaya

membuat perkawinan itu menjadi berhasil. Dengan perkataan lain, setiap upaya

dalam kehidupan perkawinan dan berkeluarga selalu ditujukan pada pemenuhan

kriteria keberhasilan tersebut. Ada sembilan kriteria keberhasialn suatu

perkawinan, di antaranya:

a. Permanensi

Yang di maksud permanensi di sini adalah lamanya perkawinan yang

berada dalam suasana bahagia dan sejahtera bagi suami dan isteri.

38 Aziz Mushoffa. Op., Cit. hal 42.

Page 70: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

b. Penyesuaian dalam kehidupan seksual

Di dalam perkawinan, kehidupan seksual bukan kebutuhan yang “maha”

penting, tetapi penting. Jadi masalah kehidupan seksual perlu mendapat perhatian

yang wajar, seperti juga kebutuhan makan dan minum. Kehidupan ini perlu dibina

dengan sungguh-sungguh dan terhormat dalam nilai manusia yang bermartabat

sebagai manusia yang berbudi luhur.

c. Penyesuaian terhadap sifat kebribadian masing-masing

Kriteria ini menyadarkan pada suami isteri bahwa “tak ada gading yang

tak retak”. Tidak ada dua manusia yang sama dan sebangun. Setiap orang adalah

hukum bagi dirinya. Setiap orang mempunyai sifat kepribadian masing-masing.

Oleh karena itu, usaha mempelajari dan menyesuaikan diri dalam lingkup adanya

perbedaan merupayakan salah satu usaha untuk saling memahami demi mencapai

suatu perkawinan yang berhasil. Perasaan saling membutuhkan yang disadari

dengan baik merupakan sesuatu yang memudahkan tercapainya saling

menyesuaikan diri pada sifat kepribadian masing-masing suami isteri, sementara

sebelumnay suami isteri telah berkembang di lingkungan yang berbeda.

d. Kepuasan Hidup

Kepuasan hidup pada setiap pasangan suami isteri mempunyai ukuran

yang relatif dalam wadah perpaduan kebutuhan dan harapan dari pasangan itu

sendiri. Kepuasan hidup dapat diartikan sebagi adanya rasa syukur akan nikmat

hidup. Namun tidak dapat disangkal oleh siapapun yang pernah hidup berkeluarga

bahwa dalam kehidupan keluarga itu, kepuasan biologis material turut

menentukan berhasilnya suatu perkawinan, disamping adanya kepuasan

Page 71: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

psikologis, yaitu lahirnya perasaan aman, terpelihara, adanya pergaulan yang

saling mengakui dan saling membutuhkan.

e. Integrasi Dalam menyelesaikan masalah kehidupan dan dalam mencapai

tujuan kehidupan keluarga.

Integrasi disini dimaksudkan adanya keselarasan dan perpaduan pada

suami isteri tentang kehidupan emosional, amasalah ataupun hal-hal yang harus

diperbuat dalam kehidupan perkawinan. Keselarasan dan perpaduan ini

hendaknya tercermin dalam cara dan usha dalam merencanakan jumlah anak,

mendidik anak, minat, tujuan hidup, dan sebagainya.

f. Memenuhi Harapan-harapan masyarakat dan agama.

Suatu perkawinan dapat dipandang berhasil dari sudut kepentingan

masyarakat apabila perkawinan itu dapat mencapai dan dapat melaksanakan

harapan-harapan dan cita-cita masyarakat serta kebudayaan dimana keluarga itu

hidu. Memenuhi harapan-harapan agama berarti perkawinan memberi kesempatan

kepada suami isteri dan anak-anak yang dilahirkannya untuk beriman dan

bertakwa sesuai dengan akidah agama yang dianutnya.

g. Adanya keakraban di antara pasangan suami isteri.

Keakraban merupakan sesuatu yang selalu didambakan oleh setiap

pasangan suami isteri. Betapa indahnya kalau keakraban ini datang sebagai suatu

resultan dari usaha-usaha penyelesaian masalah kehidupan dan sebagai usaha

memahami makna kehidupan manusia umumnya dan kehidupan keluarga

khususnya.

Page 72: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Pendidikan keagamaan, moral budi pekerti akan membantu penghayatan

terhadap hidup ini. Perkawinan yang berhasil akan melahirkan keakraban yang

mengikat dalam suatu kebebasan, sehingga suami isteri merasa bahwa dirinya dan

pasangannya adalah teman berdiskusi, teman tempat menyatakan suka dan duka,

teman yang dapat diminta bantuan lahir dan batin. Dengan keakraban ini, perasaan

saling membantu dan membutuhkan akan berkembang menjadi kooperasi dalam

mengarungi bahtera kehidupan ini.

h. Adanya kesempatan untuk melanjutkan “perkembangan kepribadian”

bagi suami isteri.

Suatu perkawinan yang berhasil ialah perkawinan yang dapat memberi

kesempatan pada pasangan suami isteri untuk melanjutkan perkemabngan

kepribadiannya. Ciri adanya kesempatan melanjutkan perkembangan ini dapat

diikaji dari adanya keberhasilan dalam pekerjaan dan keberhasilan dalam

emnyelenggarakan hidup berkeluarga, mempunyai pergaulan yang luas,

menambah pengetahuan, bersikap positif terhadap hidup dan lain-lain. Semuai ini

dapat dijadikan ciri bahwa perkawinan memberi keleluasaan berkembang bagi

pasangan suami isteri itu.

Keadaan ini perlu diusahakan dan dirasakan oelh pasangan suami isteri.

Dalam hal ini, grafik perkembangan kepribadian dalam perkawinan harus

menunjukkan pada garis menaik, bukan menunjukkan garis menurun.

Berbahagialah bagi pasangan yang selalu menunjukkan usaha untuk mendapatkan

garis grafik menaik tersebut.

Page 73: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

i. Kebahagiaan

Perasaan bahagia dalam suatu perkawinan harus dapat dirasakan oleh

mereka yang sedang menjalankan kehidupan perkawinan itu. Kebahagiaan

merupakan reaksi subjektif. Oleh karena itu, kebahagiaan dalam perkawinan itu

hanya dapat dirasakan dan dihayati oleh masing-masing suami isteri dalam ikatan

berpasangan. Kebahagiaan yang dapat dirasakan dan dihayati oleh suami isteri

merupakan kriteria untuk menilai suatu perkawinan yang berhasil.

Melalui sembilan kriteria ini, seseorang dapat mengetahui dan mengukur

suatu perkawinan yang berhasil dan tidak berhasil. Tolok ukur keberhasilan

perkawinan perlu diketahui oleh setiap orang, khususnya para pendidik dalam

bidang pendiidkan kehidupan keluarga, para orang tua, suami isteri yang sedang

menjalankan kehidupan perkawinan dan mereka yang sedangan menyongsong

masa perkawinan.39

E. Kewajiban Suami Istri Dalam Rumah Tangga

a. Hak bersama suami istri

1. Saling memegang amanah diantara kedua suami istri, dan tidak boleh

mengkhianati.

2. Saling mengikat (menjalin) kasih sayang, sumpah setia sehidup semati,

tanpa kasih sayang sumpah setia rumah tangga akan retak, tidak ada

artinya rumah tangga yang tidak dilandasi oleh kasih sayang.

3. Bergaul dengan baik antara suami istri. Pergaulan yang baik akan terwujud

dalam suatu rumah tangga, sekiranya masing-masing suami istri dapat 39 Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern.Op., Cit. hal 16

Page 74: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

memahami sifat masing-masing pasangannya, kesenangannya dan

kegemarannya, dengan demikian masing-masing dapat menyesuaikan diri,

dan dengan sendirinya keharmonisan hidup berumah tangga tetap dapat

dipelihara.

b. Tanggung jawab suami terhadap istri

Dalam kehidupan berumah tangga, seorang suami mempunyai tanggung

jawab terhadap istri, baik tanggung jawab secara moral maupun material. Seorang

suami, berkewajiban pula menggauli istrinya secara baik dan layak. Dalam

Alqur’an Allah telah menegaskan. Dalam Surat An-Nisa’: 19

.... “Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) dengan cara yang yang ma’ruf.”...

Jadi seorang suami wajib menggauli istrinya dengan baik, penuh kasih

sayang, adil dalam menggiliri bila dia berpoligami, memberi nafkah lahiriah dan

batiniah secara baik dan layak, serta selalu lemah lembut dalam berbicara. Dalam

ayat lain Allah juga menegaskan (Q.S Al-Baqarah: ayat 228)

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya[1]. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [1] hal Ini disebabkan Karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan rumah tangga.

Tolak ukur keseimbangan antara hak seorang suami dengan hak seorang

istri, adalah apabila pasangan suami istri itu tergolong baik dalam pandangan

Page 75: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

masyarakat, serta baik dalam pandangan syara’. Yakni antara suami dengan istri

tersebut membina pergaulan dengan baik, dan tidak saling merugikan.40

Ketahuilah bahwa laki-laki (suami) dituntut untuk:

1. Suami harus menggauli istrinya dengan cara yang patut, sesuai dengan

ajaran Islam, misalnya memberikan tempat tinggal, nafkah, pakaian, dan

bersikap ramah serta lemah lembut.

2. Menasehati istri jika berbuat nusyuz (durhaka) kepada suami, kemudian

menjauhi tempat tidurnya dan bila perlu memukulnya dengan pukulan

yang tidak membahayakan.

3. Tidak boleh mogok bicara (tidak bicara) kepada istri, jika melakukan

nusyuz dan tidak boleh meninggalkannya kecuali di dalam rumah, serta

tidak ada alasan yang benar.

4. Harus menunaikan maskawin yang dijanjikannya.

5. Bersikap sabar atas kejelekan akhlak istri.

6. Selalu mengarahkan istri kepada jalan kebaikan.

7. Mengajarkan ilmu agama, misalnya cara-cara bersuci, mandi dan masalah

yang berkaitan dengan haid serta ilmu-ilmu Fardhu ain.

8. Dapat memelihara istri dari amanat Allah swt, misalnya menyuruh salat

dan menyuruh menjauhi perbuatan yang mungkar.41

9. Bergaul dengan istri dengan baik (patut).

10. Mendidik istri sopan santun.

11. Suami dilarang membuka rahasia istrinya.42 40 Nadhirah Mudjab, Merawat Mahligai Rumah Tangga. Yogyakarta. Mitra Pustaka, 2000. hal 31. 41 Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi. Hak dan Kewajiban Suami Istri . Bandung Penerbit Trigenda Karya, 1994, hal 30.

Page 76: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

c. Kewajiban Istri Terhadap Suami

Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, sedangkan seorang istri

mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi terhadap suami, di tengah kehidupan

berumah tangga.

Kewajiban istri terhadap suami ada beberapa kesimpulan antara lain:

1. Istri wajib mentaati suaminya dalam segala hal kecuali yang bersifat

maksiat.

2. Tidak banyak menuntut kepada suami di luar kemampuannya.

3. Menjaga harta suami, tidak membelanjakannya kecuali atas izinnya dan

harus memelihara rahasianya, dapat memelihara farjinya dari laki-laki lain.

4. Mempunyai perasaan malu di hadapan suami, merendahkan pandangannya

dan tidak berbicara ketika suami sedang berbicara.

5. Menyambut suami dengan ramah, jika tiba dari tempat lain atau dari tugas.

6. Berpakaian rapi di hadapan suami, memakai wangi-wangian serta tidak

bermuka masam di hadapannya.

7. Menghormati keluarga suami dan menghormati kerabatnya.

8. Tidak keluar rumah tanpa izinnya, dan keluar harus dapat memelihara diri

dari fitnah laki-laki lain, serta tidak memakai perhiasan yang berlebihan.

9. Tidak boleh meminta cerai tanpa alasan yang benar.

10. Dapat mensyukuri usaha suaminya sekecil apapun, dan tidak kecewa atas

usaha suaminya.

42 M. Ali Hasan, Pedoman Berumah Tangga Dalam Islam, Prenada Media Group, Jakarta, 2006. Hal 13

Page 77: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

11. Dapat menggembirakan hati suami pada saat mendapat kesulitan, dan

tidak boleh menambahkan kesulitannya dengan sikap dan perbuatan.43

12. Menjaga nama baik suami.

13. Dalam segala kegiatan mendapat izin suami.44

Hak dan kewajiban suami istri, juga dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam

(KHI)

Hak dan Kewajiban Suami Istri

Bagaian Kesatu

Pasal 77

1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah

tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah yang menjadi sendi dasar dan

susunan masyarakat.

2. Sumi istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan membari

bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.

3. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-

anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun

kecerdasannya dan pendidikan agamanya.

4. Suami istri wajib memelihara kehormatannya.

43 Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi, Op. Cit., hal 66. 44 M. Ali Hasan, Op, Cit., hal 152

Page 78: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

5. Jika suami istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat

mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

Pasal 79

1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.

2. Rumah kediaman yang dimaksud ayat (1), ditentukan oleh suami istri.

Bagian Kedua

Kedudukan Suami Istri

Pasal 79

1. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga

2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam

masyarakat.

3. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

Bagian Ketiga

Kewajiban Suami

Pasal 80

1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi

mengenai hal-hal urusan rumah tangga, yang penting-penting diputuskan

oleh suami istri bersama.

Page 79: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuat keperluan

hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya, dan memberi

kesempatan belajar pengetahuan yang berguna, dan bermanfaat bagi

agama dan bangsa.

4. Sesuai dengan penghasilan suami menanggung.

a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri

b. Biaya rumah tangga biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri

dan anak.

c. Biaya pendidikan bagi anak.

2. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a

dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya.

3. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya

sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

4. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila istrinya

nusyuz.

Page 80: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Bagian Keempat

Tempat Kediaman

Pasal 81

1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya,

atau bekas istri yang masih dalam iddah.

2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama

dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wakaf.

3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya

dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram.

Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat penyimpan harta

kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.

4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya,

serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik

berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.

Bagian Keenam

Kewajiban Istri

Pasal 83

1. Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir batin kepada suami

di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.

2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari

dengan sebaik-baiknya.

Page 81: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Pasal 84

1. Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang

sah.

2. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut

pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk

kepentingan anaknya.

3. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah

istri tidak nusyuz.

4. Ketentuan ada atau tidak adanya dari istri harus didasarkan atas bukti yang

sah.45

45 Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Page 82: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa kaliwungu Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung, salah satu wilayah Tulungagung bagian pinggiran kota,

di Kabupaten Tulungagung terdapat dua tempat lokalisasi pelacuran yang dihuni

oleh para pekerja seks komersial (PSK), yakni di Desa Ngujang Kecamatan

Kedungwaru dan di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut, yang mana peneliti

fokus (mengadakan penelitian) di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten

Tulungagung, tepatnya di lingkungan sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu.

Subyek dalam penelitian ini adalah para penduduk, 10 Kepala keluarga di

lingkungan sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten

Tulungagung, yaitu Masyarakat yang bermukim di dekat lokalisasi, Kepala Desa

Kaliwungu, Dinas Sosial Ngunut, dan pengunjung lokalisasi Desa Kaliwungu

Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.

Page 83: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Terkait dengan jenis pendekatan dalam penelitian ini, maka peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan apabila data-

data yang dibutuhkan berupa sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu

dikuantifikasi.46 Penelitian ini bisa juga dengan menggunakan pendekatan

sosiologis atau empiris.47 Menurut Kartini Kartono, penelitian sosiologis adalah

suatu penelitian yang cermat yang dilakukan dengan jalan terjun langsung ke

lapangan, dalam hal ini adalah adanya lokalisasi yang banyak mempengaruhi

aspek salah satunya adalah keharmonisan dalam rumah tangga.

Sedangkan menurut Soetandyo Wingnjosoerbroto, penelitian untuk

menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula dengan cara pengamatan

(observasi), yakni mengamati gejala yang diteliti, dalam hal ini panca indera

manusia (Penglihatan dan pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang

diamati, apa yang ditangkap tadi, dicatat dan selanjutnya catatan tersebut

dianalisis.48

Peneliti memilih jenis pendekatan ini karena beberapa pertimbangan yaitu,

menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan langsung dengan

kenyataan yang ada. Dengan pendekatan ini peneliti bisa mendapatkan data yang

akurat, dikarenakan peneliti bertemu atau berhadapan langsung dengan informan,

yang terakhir peneliti lebih mudah dalam melakukan penelitian dan mendapatkan

banyak pengalaman dan pengetahuan dari masyarakat.

46 Tim Dosen Fakultas Syari’ah. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang. Fakultas Syari’ah UIN Malang. 2005, hal 1. 47 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 1986 hal 43. 48 Rianto Adi. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. 2004. hal 70.

Page 84: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

3. Metode Pengumpulan Data.

Untuk kelancaran dalam penelitian dan pengumpulan data, peneliti

menggunakan tiga metode (wawancara, observasi, dan dokumentasi) antara lain:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan data tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan si penjawab

atau responden untuk memperoleh informasi. Sedangkan wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu

kombinasi antara interview ini pewawancara membawa pedoman yang hanya

merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Sehingga penelitian

ini bisa mendapatkan data yang valid, dan terfokus pada pokok permasalahan

yang sedang diteliti.

Pada metode ini peneliti melakukan interview dengan masyarakat sekitar

lokalisasi, dengan menfokuskan pada obyek penelitian yang berkenaan dengan

bagaimana pemahaman masyarakat sekitar lokalisasi, dan upaya masyarakat

sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

b. Observasi

Yaitu dengan mengadakan pengamatan, secara langsung ke lapangan

terhadap obyek yang diteliti, untuk memastikan apakah masalah benar-benar ada

dan terjadi, sehingga nantinya juga dapat dipastikan data-datanya sesuai dengan

pembahasan penulisan skripsi ini. Dalam hal ini adalah observasi dengan

mengadakan pengamatan selama 1 bulan, mengenai pemahaman masyarakat

Page 85: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

sekitar lokalisasi dan bagaimana upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam

mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda dan sebagainya.49

Dokumentasi ini merupakan data pelengkap dan data autentik mengenai

kejadian atau kondisi yang telah lalu secara obyektif, dokumentasi dalam

penelitian ini meliputi arsip jumlah penduduk, pekerjaan, keagamaan, pendidikan

penduduk, data dari kelurahan Kaliwungu, hal ini dilakukan untuk mengetahui

latar belakang setting sosial masyarakat Kaliwungu sebagai alat penunjang untuk

menganalisis hasil penelitian, dalam tahap ini pengumpulan data dilakukan

langsung oleh peneliti dalam situasi yang sesungguhnya untuk mendukung

pengumpulan data melalui wawancara.

4. Sumber Data.

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat

untuk pertama kalinya.50 Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara

individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian

atau kegiatan dan hasil penguji.51 Data yang diperoleh dari pengamatan, analisa

49 Suharsimi Arikunto. Op. Cit., hal 206. 50 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT: Rineka Cipta. 1998. hal 114. 51 Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: PT. Hanindika Offes, 1986, hal 5

Page 86: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

dan wawancara secara langsung dengan informan. Dalam hal ini adalah warga di

sekitar (samping sebelah selatan dan barat tembok perbatasan lokalisasi).

b. Data Sekunder

Data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media

perantara, diperoleh dan dicatat orang lain, data sekunder umumnya berupa bukti,

catatan atau laporan histories yang telah tersusun dari arsip yang sudah

dipublikasikan.52 Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari Dinas Sosial,

Kepala Desa Kaliwungu, pengunjung lokalisasi, disamping itu studi kepustakaan

dalam bentuk buku-buku, diktat, jurnal, majalah suarat kabar, dan media

elektronik, serta catatan data-data Dinas Sosial Kecamatan Ngunut Kabupaten

Tulungagung terkait tempat lokalisasi tersebut.

c. Data Tersier

Data tersier adalah data penunjang, yakni bahan-bahan yang memberi

petunjuk dan penjelasan terhadap sumber data primer dan data sekunder,

diantaranya adalah kamus Beasr Indonesia dan insiklopedi umum, yang

membantu peneliti dapat memecahkan atau menyelesaikan suatu penelitian

dengan baik.

5. Metode Sampling

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.53 Populasi dalam penelitian

ini adalah keluarga di sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung.

52 Marzuki, Ibid, hal 56. 53 Suharsimi Arikunto, Op., Cit, hal 108

Page 87: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.54 Dalam

suatu penelitian sampel haruslah representatif, untuk itu digunakan teknik

sampling dengan sampel acak, ialah sampel yang diambil sedemikian rupa,

sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama dipilih sebagai sampel. Sampel memiliki ciri-ciri sebagai

berikut salah satunya, pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jadi

kuncinya ialah jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi, maka penarikan

sampel sudah harus dihentikan.55

Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, karena

peneliti lebih memfokuskan para informan yang biasa bekerja di sekitar lokalisasi

dan yang bekerja diluar lokalisasi, dari hasil penelitian sudah mulai terjadi

pengulangan informasi. Sehingga peneliti cukup mengambil 10 orang sebagai

informan. Jumlah kepala keluarga di Desa Kaliwungu yang berdekatan dengan

lokalisasi mencapai 50 kepala keluarga.

6. Teknik Pengolahan dan Analisa.

Data yang diperoleh dari lapangan, sebelum dianalisis selanjutnya diolah

terlebih dahulu dengan tahap-tahap berikut:

a) Editting (pemeriksaan ulang), yaitu meneliti kembali catatan data yang telah

diperoleh untuk mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik dan

dapat segera dipersiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Dalama hal ini

peneliti memeriksa kembali data atau keterangan yang telah dikumpulkan dari

buku catatan hasil wawancara. 54 Suharsimi Arikunto, Ibid, hal 109 55 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 225.

Page 88: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

b) Classifying (pengelompokan), yaitu mengklasifikasikan data-data yang telah

diperoleh agar lebih mudah dalam melakukan pembacaan data sesuai dengan

kebutuhan yang diperlukan. Dalam hal ini, peneliti mengelompokkan data

menjadi dua, yaitu pernyataan para informan terkait dengan, pemahaman dan

upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan

rumah tangga.

c) Verifying (dikonfirmasikan dengan sejumlah pertanyaan), yaitu memeriksa

kembali, menelaah secara mendalam data dan informasi yang diperoleh dari

lapangan agar validitasnya bisa terjamin. Dalam konteks ini dilakukan dengan

cara menemui masyarakat sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu.

d) Analyzing (analisis), yaitu penganalisaan data, agar data mentah yang telah

diperoleh bisa lebih mudah dipahami, adapun analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah, analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis yang

menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat.

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data, yang sesuai dengan latar belakang masalah dalam penelitian

ini. Data-data yang diperoleh dalam penelitian dan literatur-literatur kepustakaan

dikumpulkan, kemudian peneliti melakukan penyusunan data, menguraikan data,

mensistematisasi data yang telah terkumpul untuk dikaji dengan metode deskriptif

kualitatif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam

kata-kata atau kalimat, kemudian dipisahkan menurut katagori untuk memperoleh

kesimpulan.56

56 Suharsimi Arikunto. Op. Cit., hal 249.

Page 89: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Dengan tujuan memberikan gambaran secara tepat dari sifat-sifat individu,

gejala keadaan kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi penyebaran,

suatu gejala atau keadaannya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala

lain dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini akan mendiskripsikan, secara induktif yaitu dari yang

khusus pada permasalahan umum, dari fenomena yang terjadi pada awalnya yaitu

timbulnya praktik pelacuran yang menjamur di rumah-rumah penduduk, dan di

pinggiran suangai brantas, yang membuat masyarakat khawatir. Sehingga

pemerintah membentuk lokalisasi, yang bertujuan agar praktik perzinaan tidak

membaur dan bercampur dengan rumah-rumah penduduk, sehingga masyarakat

bisa merasa aman.

Page 90: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

BAB VI

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung Sebagai

Setting Penelitian (Gambaran Objek Penelitian)

1. Keadaan Geografis

Desa Kaliwungu adalah salah satu Desa di Kecamatan Ngunut, Kabupaten

Tulungagung. Desa Ini terletak di sebelah timur Kota Tulungagung, dengan luas

wilayah kurang lebih 373.300 ha, jarak dari pusat pemerintahan kecamatan

terdekat sekitar 1 km, lama tempuh ke ibu kota kecamatan terdekat 0,10 jam, dan

jarak ke ibu kota kabupaten/ kota terdekat (Tulungagung) 13 km, lama tempuh ke

ibu kota kabupaten/ kota terdekat 0,15 jam. Desa kaliwungu tersebut berbatasan

dengan: Sebelah Utara : Sungai Brantas, Sebelah Selatan : Desa Gilang, Sebelah

Barat : Desa Ngunut, Sebelah Timur : Desa Buntaran.

2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut, Kabupaten

Tulungagung. Tahun ini secara keseluruhan kurang lebih 19350 jiwa, dengan

rincian penduduk laki-laki sebanyak 8650 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan

10700 jiwa, dan untuk jumlah kepala keluarga secara keseluruhan kurang lebih

Page 91: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

sekitar 5990 kepala keluarga. Dan untuk disekitar lokalisasi mencapai 50 kepala

keluarga. Untuk tingkat perceraian penduduk selama 3 tahun terakhir adalah

sebanyak … dan perceraian yang terjadi rata-rata disebabkan karena faktor lain,

seperti perekonomian, bukan disebabkan adanya lokalisasi yang berada di sekitar

rumah warga.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah

1. 0-10 tahun 2061 Orang

2. 11-20 tahun 4639 Orang

3. 21-30 tahun 3384 Orang

4. 31-40 tahun 4037 Orang

5. 41-50 tahun 3182 Orang

6. Di atas 51 tahun 2047 Orang

Jika di lihat dari tabel jumlah penduduk paling banyak, berada pada rata-

rata usia 11-20 tahun, yakni berjumlah 4639 orang, dan yang paling sedikit berada

pada rata-rata usia 2047 orang. Ini menandakan bahwa jumlah masyarakat yang

paling banyak pada usia prodiktif, mereka yang berusia antara 11-20 tahun, yang

berjumlah 4639 orang. Dan usia 21-30 tahun berjumlah 3384 orang, usia 31-40

tahun mencapai 4037 orang, yang mana masyarakat lingkungan sekitar Desa

Kaliwungu, sebagian besar bekerja di Lokalisasi, dengan memanfaatkan

pengunjung lokalisasi.

Page 92: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

3. Keadaan Keagamaan

Masyarakat Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung,

mayoritas beragama Islam, yaitu sekitar 18847 orang, jumlah pemeluk agama

Kristen sekitar 348 orang, pemeluk agama Katolik sekitar 65 orang, agama Budha

dan Hindu tidak ada pemeluknya.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah

1. Islam 18847 Orang

2. Kristen 348 Orang

3. Katholik 65 Orang

4. Budha -

5. Hindu -

Tabel 4.3

Tempat-tempat Peribadatan

No Agama Jumlah

1. Masjid 9

2. Musholla 15

3. Gereja 2

4. Wihara -

5. Pura -

Dari hasil tabel di atas, Agama Islam adalah agama paling banyak

pemeluknya, kurang lebih sebanyak 18847 orang, Kristen 348 orang, Agama

Page 93: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Katolik 65 orang. Meskipun mayoritas penduduk beragama Islam. Akan tapi,

tingkat keagamaan penduduk masih lemah. Buktinya masih banyak penduduk

yang sering mengunjungi lokalisasi, dengan memanfaatkan adanya lokalisasi.

Desa Kaliwungu juga terdapat pendidikan keagamaan untuk anak-anak kecil,

misalnya seperti TPA/ TPQ disetiap sore hari, untuk para bapak ada rutinan

mingguan seperti jamaah tahlil, gendorenan setiap malam jumat, dan untuk ibu-

ibu ada jamaah yasinan.

Dengan berdirinya 15 musholla yang sekian banyak, dan 9 masjid akan

tapi masih ada masyarakat yang belum bisa memanfaatkan tempat-tempat

tersebut, karena masih banyak masyarakat yang memiliki landasan agama lemah.

Sehingga tidak jarang masyarakat yang malah bersyukur adanya lokalisasi.

4. Keadaan Pendidikan

Pendidikan sangat penting bagi masyarakat, karena dengan pendidikan

sumber daya manusia bisa lebih maju, dengan sumber daya manusia yang maju,

masyarakat bisa mendapat lapangan pekerjaan lebih mudah. Hal ini sebagai salah

satu cara untuk mengentas kemiskinan, berikut tabel mengenai tingkat pendidikan.

Table 4.4

Tingkat Pendidikan Penduduk

No Uraian Jumlah

1. Penduduk usia 10 th ke atas yang Buta Huruf 5 Orang

2. Penduduk tamat SD/ sederajat 215 Orang

3. Penduduk tamat SLTP/ sederajat 3600 Orang

4. Penduduk tamat SLTA/ sederajat 1100 Orang

5. Penduduk tamat D-1 51 Orang

6. Penduduk tamat S-1 30 Orang

Page 94: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Tabel 4.5

Kualitas Angkatan Kerja

No Uraian Jumlah

1. Jumlah angkatan kerja tamat SD/ sederajat 200 Orang

2. Jumlah angkatan kerja tamat SLTP/ sederajat 1500 Orang

3. Jumlah angkatan kerja tamat SLTA/ sederajat 700 Orang

4. Jumlah angkatan kerja tamat Diploma 30 Orang

5. Jumlah Angkatan Kerja Tamat Perguruan Tinggi 10 Orang

Dari tabel di atas tingkat pendidikan penduduk tingkat SLTP/ sederajat

berjumlah sekitar 3600 orang, dan jumlah angkatan kerja tamat SLTP/ sederajat

hanya 1500 orang, angka ini termasuk angka yang tergolong tinggi dalam jumlah

angkatan kerja. Karena jika dilihat dari jumlah rata-rata penduduk mencapai 40 %

dari jumlah penduduk Desa Kaliwungu. Dalam hal ini, sumber daya manusia di

Desa Kaliwungu sudah dikatakan baik. Sehingga mereka bisa membuka lapangan

pekerjaan yang sederhana, dan dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari sebagai

wiraswasta di lokalisasi dengan bekerja sebagai tukang parkir, tukang ojek,

tukang pijet, buka warung. Dan juga sebagai pegawai negeri sipil, seperti guru,

polisi, ABRI, dan lain-lain.

5. Keadaan Ekonomi

Tingkat perekonomian masyarakat Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung, adalah menengah kebawah, bukan termasuk masyarakat

kaya raya, serba kecukupan dan mewah dalam perekonomian. Mayoritas mata

Page 95: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

pencaharian penduduk adalah karyawan wiraswasta, ada sebagian kecil bekerja

sebagai Pegawai Negeri sipil.

Tabel 4.6

Struktur Mata Pencaharian Penduduk

No Uraian Jumlah

1. Petani 502 Orang

2. Pekerja di sektor jasa / perdagangan 615 Orang

3. Pekerja di sektor industri 2000 Orang

Masyarakat Desa Kaliwungu, memiliki berbagai macam mata pencaharian

yang berfariasi. Dalam hal ini, sudah mulai terlihat adanya perkembangan, dan

kemajuan untuk memulai, dalam bidang jasa/ perdagangan, dan juga dalam sektor

industri. Untuk status mata pencahariaan penduduk yang kebanyakan menjadi

wiraswasta, mereka yang membuka lapangan pekerjaan sederhana dipinggir-

pinggir jalan, di perkotaan, dan di sekitar lokalisasi, dengan memanfaatkan

pengunjung lokalisasi, bekerja sebagai penjual sate, buka warung, tukang parkir,

tukang ojek dan lain-lain.

B. Temuan Penelitian

1. Pemahaman Dan Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Terhadap

Keharmonisan Rumah Tangga.

Masyarakat Desa Kaliwungu memiliki penduduk yang relatif padat, jika di

lihat dari data penduduk, Desa Kaliwungu merupakan desa yang terletak di

pinggiran kota. Dengan keadaan masyarakat yang bermacam-macam, sebagian

Page 96: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

besar penduduk bermata pencaharian wiraswasta. Banyak sekali dari mereka

memanfaatkan adanya lokalisasi di sekitar desa, asalkan kebutuhan keluarga

sehari-hari dapat tercukupi. Sehingga hal ini dapat menimbulkan dampak positif

dan juga dampak negatif. Penduduk yang sejahtera adalah dambaan setiap orang,

dalam keluarga selalu menginginkan hidup sakinah, mawaddah, wa rahmah.

Sejahtera, kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi.

Berikut ini adalah penuturan Pak Parlan, Mantan Dinas Sosial Kecamatan

Ngunut tentang kondisi masyarakat sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu.

“Teng mriki niku mbak, masyarakate aman-aman mawon, malah masyarakate katah engkang terlibat teng lokalisasi, amargi saget buka lapangan pekerjaan, damel nguripi anak bojo. Kados seng biasane dodolan kopi, buka warung, tukang pijet, tukang parkir, niku roto-roto engkang manfaatne lokalisasi malah tiang-tiang engkang daleme celak mriki, dadose saumpami lokalisasi dipun tutup kaleh pemerintah niku engkang bingung malah tiang-tianga niku. Amargi mboten wonten pekerjaan meleh sak lintune niku, tapi meski ngoten kadang nggeh khawatir terutama poro ibi-ibu niku, khawater lek saumpami bapak-bapake niku neko-neko pados jajan teng lokalisasi. Ngeh khawatir lek saumpami anake terpengaruh teng lokalisasi, dados anak nakal, seneng madon, seneng mabuk-mabuan, gelut. Ngeh ngoten niku kehidupane tiang lokalisasi, tapi lek menurut kulo seng penting keluarga niku kedahe meski kudu enek komunikasi karo anggota keluargane, kudu pengertian terutama kaleh pasangan hidupe, lan kudu saling percoyo, jujur kaleh pasangan. Menurut kulo keluarga niku diarani harmonis lek mboten terus tukaran.”57 Terjemahan Penulis “Di sini itu mbak, masyarakatnya aman-aman saja, masyarakat di sini malah banyak yang terlibat dalam lokalisasi, karena mereka bisa buka lapangan pekerjaan, buat mencukupi kebutuhan anak istrinya. Seperti bekerja sebagai penjual kopi, buka warung, tukang pijat, tukang parkir, mereka itu semua rata-rata orang asli sini Desa Kaliwungu, yang dekat dari lokalisasi. Jadi seandainya lokalisasi itu di tutup oleh pemerintah, maka yang bingung malah orang-orang sekitar sini. Karena kebanyakan tidak ada pekerjaan lain selain di tempat itu. Akan tetapi, meski demikian masyarakat juga khawatir, terutama para ibu, khawatir jika para suami selingkuh, sering jajan di lokalisasi, dan juga khawatir terhadap anak-anak remaja mereka, kalau suka main perempuan, mabuk-mabukan, perkelahian. Ya seperti itu kehidupan di lokalisasi. Tapi menurut saya

57 Parlan, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2009, 17:40

Page 97: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

keluarga itu harus selalu komunikasi di antara anggota keluarganya, harus saling pengertian, sabar dan saling percaya, dan jujur. Menurut saya keluarga yang dikatakan harmonis adalah keluarga yang terhindar dari pertengkaran.”

Dari pernyataan diatas, bahwa rata-rata masyarakat Desa Kaliwungu

merasa aman, walau terdapat lokalisasi di sana. Malah sebagian besar dari mereka

ikut terlibat di dalamnya. Karena mereka merasa diuntungkan, bisa membuka

lapangan pekerjaan setiap hari, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya,

dengan memanfaatkan pengunjung yang berdatangan. Akan tetapi, sebenarnya

mereka juga khawatir terutama para ibu jika di antara suami-suami, dan anak-anak

mereka ikut terlibat didalamnya. Dengan begitu mereka tetap mengupayakan agar

selalu berkomunikasi antar anggota keluarga, jujur, saling pengertian, dan saling

percaya, untuk mempertahankan rumah tangganya. Dan menurut pak Parlan,

keluarga yang dikatakan harmonis adalah keluarga yang terhindar dari

pertengkaran dan kebutuhan sehari-hari tercukupi.

Berikut penuturan Pak Juwari warga Desa Kaliwungu, umur 49 th, saat ini

bekerja sebagai polisi, di Rejotangan Tulungagung.

“Kulo niku mbak, lek masalah lokalisasi seng wonten teng celak mriki ngeh sejatosipun khawatir sanget, amargi kulo gadah putro jaler sakniki belajar teng SMA 1 Ngunut. Kulo khawatir lek saumpami anak kulo kenging pengaruh tiang lokalisasi mriku, seng biasane seneng omben, main togel, seneng gelud, seneng madon. Tapi ngeh pripun maleh, grio kulo pas teng celae lokalisasi mriki, masyarakat mriki ngeh kadose malah remen wonten lokalisasi teng mriki, amargi saget buka pendamelan damel keluargane, tapi kulo kedah sabar, kedah saget didik anak kulo krono niku tujuan utama kulo. Kulo pengen anak-anak kulo benjing hasil, dados tiang engkang sukses, saklintune niku kulo meski ngomong kaleh istri kulo lek wonten masalah-masalah keluarga kulo, lan kedah jujur kaleh pasangan, kranten jujur niku penting sanget. Lek keluarga harmonis niku kedahe mboten gampang terpengaruh kaleh lingkungan seng mboten sae, saget nyekolahne anak sampek duwur.58

58 Juwari, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2009, 18:00

Page 98: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Terjemahan penulis “Saya itu mbak, kalau masalah lokalisasi yang ada di sekitar sini, sebenarnya saya sangat khawatir, karena saya punya anak laki-laki remaja yang sekarang masih belajar di SMA 1 Ngunut. Saya khawatir jika seandainya anak saya terpengaruh orang-orang lokalisasi, yang biasanya suka minum-minuman keras, main togel, suka berkelahi, dan main perempuan, tapi ya gimana lagi, rumah saya dekat lokalisasi. Masyarakat di sini sepertinya malah suka adanya lokalisasi, Karena bisa membuka lapangan pekerjaan buat mencukupi kebutuhan keluarganya. Tapi saya harus sabar, harus bisa mendidik anak saya, Karena itu tujuan utama saya, saya ingin anak-anak saya besuk berhasil, menjadi orang sukses. Selain itu saya juga selalu bermusyawaroh sama istri saya jika ada masalah keluarga, dan harus bersikap jujur terhadap istri karena jujur itu sangat penting. Kalau keluarga harmonis menurut saya, keluarga yang tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik (teguh pendirian), dan dapat menyekolahkan anak-anak ke jenjang lebih tinggi”

Dari Pernyataan pak Juwari, bahwa masyarakat sebenarnya merasa

diuntungkan adanya lokalisasi, meski sebenarnya mereka khawatir terhadap

kelurganya, jika terpengaruh kehidupan lokalisasi. Tapi pak Juwari hanya

menyikapi keadaan tersebut, dengan bersikap sabar, yang diutamakan pak Juwari

adalah mendidik anak, agar supaya berhasil, menjadi orang sukses. Keluarga

harmonis menurut pak Juwari apabila anggota keluarganya tidak mudah

terpengarh dengan lingkungan yang tidak baik, karena harus teguh pendirian.

Disamping selalu mengadakan komunikasi di antara keluarganya, dan harus

bersikap jujur terhadap pasangannya. Karena jujur sangatlah penting dalam.

Berikut Penuturan bapak Slamet, umur 43 th, bekerja sebagai tukang tambal ban. “Kulo teng lokalisasi mriku nyambet damel dados tukang tambal ban, teng lokalisasi niku mbak, tamune panggah wonten mawon, nopo maleh lek dinten sabtu dalu (malem minggu), bocah enom-enom niku biasane kaleh mabuk mbeto sepedah akhire katah bane seng bocor. Ngeh Alhamdulillah pengahsilan kulo bendinten saget nyekolahne 2 anak kulo, seng sakniki kelas 3 SD, kaleh kelas 1 SMP. Ibue kadang lek enjing sadean gorengan teng nglebete lokalisasi, ngoten niku ngeh lumayan kenging damel tambah penguripan. Tapi kulo niku ngeh sakestune khawatir lek saumpami salah satu keluarga kulo terpengaruh teng

Page 99: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

mriku. Lek kulo niku seng penting kaleh bojo kudu meski tresno, saling hormati kaleh pendapat istri kulo, kerja keras, trus ngeh seng penting kebutuhan keluarga saget tercukupi. Keluarga kulo utamakne, lek ngoten ngeh mungkin keluarga kulo mesti adem ayem, bahagio.” 59 Terjemahan Penulis “Saya dilokalisasi ini bekerja sebagai tukang tambal ban, di lokalisasi ini mbak tamu setiap hari tetap ada, apalagi kalo hari sabtu malam (malam minggu), anak-anak muda sering mabuk dengan mengendarai motor, sehingga sepedahnya banyak yang bannya bocor. Ya Alhamdulillah penghasilan setiap hari tetap ada, dan bisa menyekolahkan 2 anak saya, yang sekarang kelas 3 SD, dan juga kelas 1 SMP. Istri saya kalau pagi biasanya jualan gorengan di lokalisasi, ya hasilnya lumayan tambah kebutuhan. Akan tetapi, sebenarnya saya juga khawatir kalau seandainya salah satu keluarga saya terpengaruh di lokalisasi. Kalau saya sendiri yang penting terhadap istri harus selalu cinta, saling menghormati terhadap pendapat istri, kerja keras dan yang paling penting lagi kebutuhan keluarga setiap hari bisa tercukupi. Keluarga harus saya utamakan, mungkin jika bisa selalu seperti itu keluarga saya selalu tenteram dan bahagia.

Dari penuturan bapak Slamet, walaupun hanya bekerja sebagi tambal ban,

tapi beliau mampu untuk menyekolahkan kedua anaknya. Setiap pagi istri pak

Slamet biasanya jualan gorengan di lokalisasi, untuk menambah pendapatan setiap

hari. Walaupun seperti itu, sebenarnya pak slamet juga khawatir terhadap anggota

keluarganya, jika terpengaruh orang-orang lokalisasi. Akan tetapi, pak Slamet

selalu mengupayakan untuk saling mencintai, dan menghormati istrinya, kerja

keras. Untuk pemahaman pak Slamet yang dikatakan harmonis jika, kebutuhan

keluarga setiap hari bisa tercukupi.

Berikut ini penuturan pak Agus, umur 38 th, bekerja sebagai tukang parkir.

“Teng mriki niku tamune meski wonten mawon, kadang sedinten mobil/ motor engkang dugi ngantos sekitar 10 mobil, 20 motor. La lek dinten libur sedinten malah saget 20 mobil, 40 motor. Parkire teng mriki lek motor Rp 500, lek mobil Rp 1000. kulo niku pon dangu dados tukang parkir teng mriki, mulai kulo wewet joko ngantos gadah 1 anak, sakniki kelas 5 SD, kulo ngeh marem saget nyambet damel teng mriki bendinten. Tapi kulo kadang ngoten ngeh sering diseneni bojo

59 Slamet, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2009, 19:30

Page 100: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

kulo, bojo kulo samare kulo lek seneng jajan teng mriki, tapi kulo ngeh meski ngandani bojo kulo, lek kulo niku, bener-bener pengen memenuhi kebutuhan keluarga kulo. Seng penting menurut kulo kedah saling pengertian, menerima apaadanya, mangan ngeh sak wontene, lek seng diarani harmonis niku ngeh seng penting kebutuhan keluarga kulo bendinten saget tercukupi. Kaleh lek bebojoan mboten nate cerai, Kersane urip niku saget tenang.” 60 Terjemahan Penulis “Di sini itu tamu selalu berdatangan, kadang dalam satu hari mobil/ motor yang berdatangan mencapai 10 mobil dan 20 motor, kalau hari libur dalam satu hari bisa mencapai 20 mobil, 40 motor. Tarif parkir di sini, motor Rp 500 dan mobil Rp 1000. saya bekerja di sini sudah tergolong lama, mulai saya masih jaka, sampai sekarang punya 1 anak kelas 5 SD. Saya ya bahagia bisa bekerja setiap hari di sini, tapi saya juga sering dimarahi istri saya. Istri saya khawatir kalau saya suka main perempuan di lokalisasi. Tapi sudah saya jelaskan, kalau saya benar-benar ingin memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Yang penting menurut saya dalam rumah tangga itu harus saling pengertian, menerima apa adanya, makan seadanya, yang penting kebutuhan keluarga setiap hari bisa tercukupi. Walau seandainya saya sendiri tidak makan. Kalau yang dikatakan rumah tangga harmonis itu yang penting keluarga saya bisa tercukupi, suami istri tidak pernah bercerai, dengan begitu hidup saya bisa lebih tenang.”

Sebagai tukang parkir, pak Agus bisa mencukupi kebutuhan keluarganya,

dengan memanfaatkan pengunjung lokalisasi. Pak Agus mendapat upah yang di

bilang lumayan, karena pengunjung lokalisasi setiap hari terutama malam hari,

yang relatif rame. Hanya saja pak Agus sering dimarahi istrinya karena takut

terpengaruh di tempat maksiat itu. Meski demikian, pak Agus adalah kepala

rumah tangga yang bertanggung jawab, ia rela tidak makan asalkan kebutuhan

keluarga bisa terpenuhi. Karena menurut pak Agus keluarga yang dikatakan

harmonis jika keluarga itu selalu terpenuhi kebutuhannya, dan antara suami istri

tidak pernah ada kata cerai.

Berikut ini penuturan bu Lastri, warga Kaliwungu umur 45 th, pekerjaan

sebagai penjual kopi di dekat lokalisasi Desa Kaliwungu.

60 Agus, Wawancara, Kamis, 14 Mei 2009, 10:15

Page 101: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

“kulo biasane sadean kopi mulai enjing, mantun masak ngeh sekitar jam 7. Kulo lek mulai masak niku biasane ngeh mantun subuh langsung teng pawon, kersane cah-cah lek berangkat sekolah pon wonten sarapan. Wangsule dugi warung bisane ngeh sonten sekitar jam 4, mengke kadang dalu balik maleh, amargi lek dalu niku pembeli malah katah. Kulo mboten khawatir lek wonten lokalisasi teng celak mriki, seng penting ati-ati iso jogo awae, lek bojo kulo ngeh saget pengertian, lek kulo niku mados yotro damel kebutuhan rumah tangga. Bojo kulo nyambet damele riyen teng pabrik rokok, tapi sakniki pon di PHK. Dadose sakniki bojo kulo biasane dados kuli bangunan, niku lek wonten tapi lek mboten wonten ngeh nganggur, mung saget ngrencangi kulo sadean teng warung. Tapi kulo mboten nate nuntut nopo-nopo teng bojo, kulo luweh seneng saget mencukupi keluarga, terutama teng anak kulo. Lek menurut kulo harmonis niku lek kebutuhane saget tercukupi lan keluargne mboten nate udur-uduran, dadose keluargane saget tentram, pado saling pengertian.”61 Terjemahan Penulis “Saya biasanya jualan kopi mulai pagi, setelah selesai masak sekitar jam 7. Saya biasanya mulai masak ya setelah sholat subuh langsung ke dapur, biar nanti anak-anak berangkat sekolah sudah tersedia sarapannya. Pulang dari warung biasanya sore sekitar jam 4, kadang malam kembali lagi jualan, karena kalau malam pembeli biasanya lebih rame. Saya tidak khawatir dengan adanya lokalisasi di sekitar sini, yang penting selalu jaga diri. Kalau suami saya bisa memaklumi, kalau saya mencari uang untuk kebutuhan keluarga. Suami saya dulu bekerja di pabrik rokok, tapi sekarang sudah di PHK, jadi sekarang biasanya suami saya bekerja di kuli bangunan, kalau itu pas ada pekerjaan kalau tidak ada ya ngaggur, hanya bisa membantu saya di warung. Tapi saya tidak pernah nuntut apa-apa, saya lebih suka mandiri, bisa mencukupi keluarga, terutama pada anak saya. Kalau yang dikatakan harmonis apabila kebutuhan keluarga tercukupi, dan tidak ada pertengkaran, karena semua saling pengertian, biar dalam keluarga itu hidupnya bisa tentram.”

Dari pernyataan di atas, bu Lastri adalah orang yang ulet dalam bekerja, ia

mulai beraktifitas setelah subuh, memasak untuk keluarganya. Dan setelah itu

langsung buka warung kopi hingga sore hari, kadang malam ia harus kembali lagi,

karena malam biasanya pembeli semakin rame. Suami Bu Lastri dulu bekerja di

pabrik rokok, akan tapi sekarang sudah di PHK, sekarang menjadi kuli bangunan.

Tapi terkadang juga pengagguran, hanya bisa membantu Bu Lastri di warung

61 Lastri, Wawancara, Kamis, 14 Mei 2009, 14:25

Page 102: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

kopi. Meski demikian Bu Lastri tidak pernah menuntut apa-apa dari suami, ia

perempuan mandiri, lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk memenuhi

kebutuhan anak-anaknya setiap hari. Adapun menurut bu Lastri keluarga

harmonis itu, apabila kebutuhan dalam rumah tangga tercukupi dan tidak ada

pertengkaran diantara anggota keluarganya.

Berikut ini penuturan Bu Mursiah, umur 41 th, ia bekerja sebagai penjual

tempe.

“Mantun subuh niku kulo mbak mesti pon berangkat teng peken sadean tempe, kulo iderne teng warung-warung, kadang ngeh teng etek keliling, seng mbeto sayuran. Mengke ngantos jam 9 biasane ngeh jam 10 wangsul dugi peken, langsung adang damel maem awan. Enjinge bojo kulo, anak kulo pon sarapan kaleh jangan blendrang, kulo niku seng penting bojo, anak wes maem wareg kulo pon mboten khawatir, bojo kulo ngeh mesti pengertian lek saumpami kulo wangsul dugi peken niku pon siang. Anak kulo lek dalu mesti kulo ken belajar seng mempeng trus saya awasi, samar kulo lek dolan teng lokalisasi. Biasasne bocah enom lek pon mlebet teng mriku gampang ketagihan, isine neng jero mong eneke dingge maksiat, roto-roto engkang namu teng lokalisasi mriki malah tiang-tiang tebeh, kados dugi Malang, Kediri, Blitar, Trenggalek, tapi biasane yo tiang-tiang celak mriki, samar kulo lek bojo lan anakku kenek pengaruh. Tapi kulo ngeh yakin bojoku niku tiange sayang banget kaleh kulo. Kulo ngeh sayang kaleh bojo lan anak-anak kul. Lek seng dipun arani harmonis niku lek bojone mboten nate selingkuh, nopo maleh cerai, lan mboten nate terpengaruh, nopo maneh teng mriki wonten lokalisasi.”62 Terjemahan Penulis “Setelah subuh mbak, saya sudah berangkat ke pasar jualan tempe, saya jual di warung-warung terkadang saya jual di penjual sayur keliling. Biasanya sampai jam 9 atau jam 10 saya sudah pulang, lansung masak buat makan siang. Kalau pagi suami dan anak saya sudah makan sama sayur kemarin, yang penting suami dan anak saya pagi sudah bisa sarapan saya sudah tidak khawatir. Suami saya selalu pengertian, sabar ketika saya pulang dari pasar siang, Anak saya kalau malam selalu saya suruh belajar rajin dan saya awasi, takutnya kalau main ke tempat lokalisasi. Biasanya anak muda yang sudah masuk kesitu merasa ketagihan, di lokalisasi hanya tempat untuk maksiat, rata-rata pengunjung berasal dari jauh, seperti Malang, Kediri, Blitar Trenggalek, tapi ada juga dari daerah sekitar sini Saya khawatir jika suami dan anak saya ikut terpengaruh. Tapi saya

62 Mursiah, Wawancara, Kamis, 14 Mei 2009, 15:00

Page 103: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

yakin kalau suami saya sayang sekali terhadap saya. Begitu juga saya, kami sekeluarga saling menyayangi, kalau yang dikatakan harmonis apabila suami itu tidak pernah selingkuh, dan tidak mudah terpengaruh, dan pasangan itu tidak sampai cerai, apalagi disini dekat dengan lokalisasi”

Keluarga Bu Mursiah merupakan keluarga yang tergolong menerima apa

adanya, pengertian, sabar. Anak dan suami Bu Mursiah setiap pagi hanya sarapan

sayur kemarin. Karena bu Mursiah harus jual tempe ke warung-warung, dan

pulangnya siang hari sekitar jam 9/ jam 10. Setelah pulang dari jualan ia harus

memasak, karena pagi tidak sempat masak. Suami bu Mursiah sangat

mencintainya, sehingga ia tidak khawatir terhadap suaminya. Bu Mursiah selalu

mengawasi anak-anaknya, ia khawatir kalau anak-anaknya suka main di

Lokalisasi, dan terpengaruh orang-orang didalamnya. Kalau yang dikatakan

harmonis menurut bu Mursiah apabila suami tidak selingkuh, apalagi mau

bercerai dan keluarganya tidak mudah terpengaruh dengan adanya lokalisasi.

Pak Marsam, umur 50 th, warga Desa Kaliwungu, bekerja sebagai penjual

sate ayam di depan rumahnya.

“Seng biasane tak khawatirne kui, lek saumpami salah sijine teko keluargaku enek seng kerjo neng jerone lokalisasi, biyen mak’e arep dodolan kopi, buka warung neng jerone lokalisasi kono, tapi aku pengeng, aku khawatir lek sampek mak’e tledor terus kenek pengaruh wong kono, tapi mak’e ngono yo manut. Amargi neng jero kono meski akeh iming-iming amprih supoyo dang sugeh kui piye, lek aku dewe aku wes suwi dodolan sate ayam neng pinggiran kuto, yo tak itung-itung cukup dingge kebutuhan anak bojo, meski pas-pasan. Tapi yo kudu disyukuri wong urip lek wes duwe penggawean menetap kui ora sah bingung nemen-nemen, ngene anakku yo wes tamat sekolah SMA, seng siji sakiki sek belajar neng SMP. Pokoe lek wayae bayar sekolah kui wes mesti enek seng dingge bayar. Seng penting urip kuwi kudu sabar, kudu podo nrimo karo pendome pengeran, Keluarga kudu diutamakne, kudu meski podo tresno, lek enek opo-opo kudu dimusyawarahne karo anak bojo. Menurutku lek keluarga diarani harmonis yo seng penting iso nyekolahne anak sampek duwur, paling gak iso tamat SMA, trus yo kebutuhan kui mesti iso terpenuhi.”63

63 Marsam, Wawancara, Kamis, 14 Mei 2009, 20:00

Page 104: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Terjemahan Penulis “Yang biasanya saya khawatirkan, kalau seandainya salah satu dari keluarga saya, ada yang bekerja di lokalisasi, dulu ibunya mau jualan kopi, buka warung di lokalisasi, tapi saya larang. Saya khawatir seandainya ibunya tledor sampai terpengaruh orang-orang di dalam, syukurlah ibu bersedia tidak jadi jualan. Karena di sana banyak orang yang memberi iming-iming agar bisa cepat kaya. kalau saya sendiri sudah lama berjualan sate ayam di pinggiran kota, saya hitung-hitung sudah bisa mencukupi kebutuhan anak istri, walaupun pas-pasan, tapi ya harus di syukuri. Orang hidup kalau sudah mempunyai pekerjaan menetap tidak perlu terlalu bingung. Anak saya sudah tamat sekolah SMA, yang satunya masih belajar di SMP. Yang penting ketika waktu bayar sekolah sudah ada yang dapat buat bayar sekolah. Dan yang penting hidup harus sabar, harus menerima pemberian Tuhan. Keluarga harus menjadi prioritas utama, harus saling mencintai, kalau ada masalah segera dimusyawarahkan sama anak istri. Kalau yang dikatakan harmonis apabila bisa mnyekolahkan anak sampai tinggi, paling tidak bisa tamat SMA, dan kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi.”

Pak marsam khawatir jika salah satu anggota kelurganya bekerja di

lokalisasi, istrinya pernah ingin bekerja jualan kopi di lokalisasi. Akan tapi, pak

Marsam melarangnya, ia khawatir istrinya tledor dan terpengaruh orang-orang

dalam lokalisasi. Pak Marsam adalah penjual sate ayam di pinggiran kota, dengan

berjualan sate ayam pak marsam bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Dalam keluarga pak marsam selalu ada komunikasi antar anggota, dan selalu

bersikap sabar, menerima rizki yang di berikan Tuhan. Dan pemahaman pak

Marsam yang dikatakan keluarga harmonis, apabila bisa menyekolahkan anak-

anaknya sampai jenjang tinggi, dan kebutuhan hidup terpenuhi.

Pak Tumbro, warga Desa Kaliwungu, umur 57 th, pekerjaan sebagai

penjual nasi goreng.

“ibuk’e biasane lek wes aku budal dodolan aku mesti dipeseni supoyo dang muleh lek dagangane wes entek. Ibuk’e kuwi gampang khawatir lek samare aku mampir neng tempat haram kuwi. Malah biasane aku sering dikandani lek pengen moro neng bojone, ora usah nyoba-nyoba dolan rono. Amargi neng deso kene ki wes akeh kejadian, bapak-bapak seng ibuk’e kurang open karo bojone, biasane sering jajan neng lokalisasi. Mergo yo bojone kurang perhatian trus bojone kurang jogo

Page 105: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

awake. Meskine wong bebojoan lek rumasaku kudu dijogo awae supoyo tetep apik lan ora mambu. Akeh to mbak wong lanang seng selingkuh kuwi biasane kesalahan bojo wadone seng kurang jogo awak’e. Bojone muleh kerjo ambune sek sangit, ratau jungkasan, wedaan. Lek aku dewe ngono seng penting keluarga kuwi kudu saling pengertian, kudu saling tresno karo bojone. Lek diarani harmonis yo iso jogo awak’e, ora gampang terpengaruh, kerjo seng semangat amprih kebutuhan keluarga cukup kabeh, trus lek bebojoan ojo sampe selingkuh.”64 Terjemahan Penulis “Istri saya biasanya kalau saya berangkat jualan, selalu menasehati saya agar cepat pulang setelah dagangan habis. Istri saya mudah khawatir kalau saya mampir ke tempat haram itu. Malah biasanya saya sering dinasehati, kalau ingin bercinta pulang saja, ada istri di rumah, tidak perlu coba-coba di luar. Karena di sini sudah banyak sekali kejadian suami-suami yang kurang diperhatikan oleh istri, jadi sering main ke lokalisasi, karena istri kurang merawat diri. Seharusnya suami istri harus saling menjaga dirinya, agar selalu terawat, bagus, cantik dan tidak bau. Banyak sekali kan mbak suami yang selingkuh akibat kesalahan dari istri yang kurang merawat dirinya. Suami pulang kerja istri masih bau sangit, tidak pernah bersisir, pakai bedak. Kalau saya pribadi yang penting saling pengertian, bisa merawat diri, dan saling mencintai. Untuk keluarga harmonis menurut saya apabila tidak mudah terpengaruh, kerja yang semangat agar kebutuhan keluarga tercukupi, dan pasangan tidak selingkuh”

Dalam keluarga, terutama pasangan suami istri merawat diri juga di

anjurkan. Karena Islam memerintahkan untuk selalu bersih, baik itu bersih tempat

tinggal, badan, bersih lahir batin, agar terhindar dari berbagai penyakit. Ketika pak

Tumbro berangkat kerja, istrinya selalu mengingatkan agar segera pulang setelah

dagangan habis. Hal ini sah-sah saja, apalagi istri pak Tumbro selalu perhatian

terhadap suaminya. Istri pak Tumbro khawatir jika pak Tumbro main ke

lokalisasi, yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Apalagi kebanyakan para suami

selingkuh akibat kurangnya perhatian dari istri. Istri yang tidak merawat

tubuhnya, sehingga tidak menarik perhatian jika di lihat suami. Dalam keluarga

pak Tumbro hal ini sangat dihindari. Untuk keluarga harmonis menurut pak

64 Tumbro, Wawancara, Sabtu, 16 Mei 2009, 19:05

Page 106: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Tumbro apabila dalam keluarga itu kebutuhan tercukupi, pasangan tidak mudah

terpengaruh, dan pasangan juga tidak pernah selingkuh.

Pak Gito, bekerja sebagai tukang ojek, umur 48 th.

“Tiang urip niku tujuan utama mungguh kulo ngeh keluarga, lek keluargane bahagia meski iso urip tenang, makmur, bahagia. Kulo niku pon 8 th, nyambet damel dados tiang ojek. Tapi Alhamdulillah selama niku kulo diparingi kelancaran pados rizki, cekap damel nyekolahne anak-anak, ngopeni bojo. Kulo niku lek enjing ngantos siang penggaweane teng ojek mengke lek sonten teng masjid celae mriki, ngurusi mesjid, ngeh biasane nyapu, ngepel, ngersii koco. Trus kadang ngeh adzan saumpami, muadzine dereng dugi. Keluarga kulo, bojo lan anak-anak kulo lek maghrib kulo giring teng masjid kersane saget jamaah sareng-sareng. Lek masalah didik kulo niku ngeh termasuke keras, pokoe sholat 5 waktu kuwi ojo sampek bolong, sekolahe kudu sregep. Trus kulo blajari nrimo eng pandome Pengeran. Alhamdulillah anak lan bojo podo manut. Seng penting kulo niku keluarga kulo diseaken. lek masalah lokalisasi kulo ngeh mboten setuju. Tapi pripun maleh la wong niku pon dilegalkan kaleh pemerintah. Kulo rakyat alit ngeh namung saget manut, seng penting kulo didik anak-anak, lan bojo kulo kaleh agama seng kuat, kersane mboten gampang katut-katut. Lek mungguhw kulo keluarga harmonis niku lek bebojoan mboten nate selungkuh, nopo maleh ngantos pegatan.”65 Terjemahan Penulis “Orang hidup itu ya mbak, tujuan utama menurut saya adalah kelurga. Kalau keluarga bahagia pasti bisa hidup tenang, makmur, sejahtera. Saya itu sudah 8 th, bekerja sebagai tukang ojek, tapi Alhamdulillah selama ini saya selalu diberi kemudahan mencari rizki. Cukup untuk menyekolahkan anak-anak dan mencukupi kebutuhan istri. Saya kalau pagi sampai siang bekerja sebagai tukang ojek, nanti kalau sore saya mengurusi masjid di sebelah rumah. Ya biasanya nyapu, ngepel, bersihkan kaca, dan kadang juga adzan kalau muadzinnya belum datang. Keluarga saya, istri dan anak-anak saya setiap maghrib saya giring ke masjid untuk sholat jamaah di masjid. Kalau masalah mendidik anak saya itu termasuk orang yang keras, yang penting sholat 5 waktu jangan sampai ketinggalan. Belajar harus rajin, dan saya ajari untuk selalu menerima pemberian Allah swt. Alhamdulillah istri dan anak-anak saya patuh, yang penting keluarga saya utamakan. Kalau masalah lokalisasi saya sangat tidak setuju, tapi ya gimana lagi pemerintah sudah melegalkan. Saya orang kecil hanya bisa diam, yang penting saya bisa tetap mendidik anak, istri dengan baik, agamanya baik, biar tidak mudah terpengaruh dengan adanya lokalisasi. Kalau menurut saya keluarga harmonis itu, apabila sumi isteri tidak selingkuh, dan tidak sampai cerai.”

65 Gito, Wawancara, Sabtu, 16 Mei 2009, 19:30

Page 107: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Pak Gito adalah pekerja keras, taat beribadah, dan selalu mengutamakan

keluarga. Ia bekerja sebagai tukang ojek selama 8 th, berangkat pagi hingga siang.

Ia tidak bekerja untuk orang-orang lokalisasi, seperti kebanyakan masyarakat di

sekitar lokalisasi. Pak Gito merupakan penduduk yang tidak setuju adanya

lokalisasi. Tapi pak Gito lebih memilih diam. Jika sore hari pak Gito mengurusi

masjid di dekat rumahnya, mulai menyapu, mengepel, membersihkan kaca,

bahkan kadang juga menjadi muadzin, jik amuadzinnya berhalangan. Pak Gito

keras dan disiplin dalam mendidik anak-anaknya. Seluruh anggota keluarganya

harus menjalankan sholat 5 waktu dengan istiqomah, dan selalu patuh tehadap

ajaran agama, anak-anaknya harus belajar rajin. Pendidikan agama dalam keluarga

pak Gito selalu diutamakan. Hal ini agar tidak mudah terpengaruh dengan

kenikmatan sesaat (lokalisasi). Pak Gito sangat tidak setuju dengan adanya

lokalisasi, akan tetapi pak Gito lebih memilih untuk tinggal diam. Menurut pak

Gito keluarga harmonis itu apabila antar pasangan tidak pernah selingkuh, apalagi

sampai cerai.

Ibu Sriyanti, umur 43 th, bekerja sebagai tukang pijet, kadang juga

melayani pijat di tempat lokalisasi Desa Kaliwungu.

“Aku kuwi mbak enek lokalisasi neng kene yo bersyukur, iso oleh penggawean bendino, iso nguripi anak-anak sekolah sampek lulus SMP. Yo termasu’e, aku diuntungne, sakjane ora aku tok, wong-wong kene akeh seng oleh penggawean bendino, mergo tamu-tamu trus enek. Enek seng buka warung, tukang pijet koyo aku iki, tukang parkir. Yo itung-itung lumayan iso dingge nyambung urip, iso dinggo nyukupi keluarga. Opo meneh koyo aku ngene bojoku wes sue matine wes sekitar 5 th. La kui lek aku ora nyambet gawe seng tenanan sopo seng arepi nyukupi kebutuhan anak-anakku. Ngene iki anakku seng siji wes nyambet gawe, seng no 2 lulus SMP, seng ragil sek kelas 6 SD. Lek masalah kelurgaku seng penting aku iso nyupi bendino, enek seng dingge bendino, sekolahe iso lulus, trus yo lek enek opo-opo aku senenge ngomong karo anak-anakku. Lek menurutku yo

Page 108: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

mbak harmonis kui lek kebutuhan sabendino iso tercukupi, trus yo iso nyekolahne anake sampek duwur paling gak iso lulus SMP/SMA.” 66 Terjemahan Penulis “Saya itu mbak, ada lokalisasi di sini ya bersyukur, bisa dapat pekerjaan setiap hari, bisa membiayai anak-anak sekolah sampai lulus SMP, ya dengan adanya lokalisasi saya termasuk salah satu orang yang diuntungkan, sebenarnya bukan saya saja, orang-orang disekitar sini juga banyak yang mendapat pekerjaan setiap hari, karena tamu-tamu terus berdatangan, ada yang buka warung, tukang pijet seperti saya, tukang parkir, dll. Hitung-hitung ya lumayan untuk kebutuhan hidup, bisa untuk nyukupi keluarga, apalagi seperti saya janda, suami sudah lama meninggal sekitar 5 th, la yang seperti itu kalau saya tidak bekerja keras siapa lagi yang mencukupi kebutuhan anak-anak. Anak saya yang pertama sudah bisa bekerja, yang no 2 lulus SMP, dan yang terakhir masih kelas 6 SD. Kalau masalah keluarga yang penting saya bisa mencukupi setiap hari, sekolahnya bisa selesai, dan kalau ada masalah keluarga saya suka membicarakan dengan anak-anak saya. Menurut saya ya mbak, keluarga dikatakan harmonis itu, apabila kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi, dan bisa menyekolahkan anak-anak hingga jenjang tinggi ya minimal SMP/SMA.”

Berbeda dengan keluarga Pak Gito, keluarga bu Sriyanti malah merasa

bersyukur adanya lokalisasi. Sebagai tukang pijet bu Sriyanti selalu mendapat job

memijat, untuk para tamu lokalisasi. Menjadi janda tidaklah mudah, bu Sriyanti

harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan ketiga anaknya, sampai saat ini

kedua anaknya bisa lulus tingkat SMP, anak ketiga masih kelas 6 SD. Bu Sriyanti

tidak merasa khawatir atau canggung, ia sudah terbiasa bekerja di tempat itu, yang

penting bisa memenuhi kebutuhan keluarga setiap hari, dan jika terdapat masalah

dalam keluarga, bu Sriyanti selalu mengkomunikasikan bersama anak-anaknya.

Dan menurut bu Sriyanti keluarga dikatakan harmonis itu apabila, kebutuhan

sehari-hari bisa tercukupi, dan bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang

tinggi minimal tingkat SMP/ SMA.

66 Sriyati, Wawancara, Sabtu, 16 Mei 2009, 20:15

Page 109: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

C. Klasifikasi Data

1. Pemahaman Masyarakat Sekitar Lokalisasi Desa Kaliwungu Kec. Ngunut

Kab. Tulungagung, Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga.

Dari hasil wawancara, diperoleh data bahwa pemahaman masyarakat

sekitar lokalisasi, di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung, terhadap

keharmonisan dalam rumah tangga, antara lain:

1. Kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi.

Dari hasil wawancara, menyebutkan bahwa hampir 60% informan

menyatakan, pemahaman masyarakat terhadap keharmonisan rumah tangga

yang paling urgen adalah kebutuhan keluarga setiap hari harus bisa tercukupi

dan terpenuhi. Hal ini, menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat, sudah

mulai berkembang. Dalam memenuhi tanggung jawabnya untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga, menuju tingkat kesejahteraan masyarakat yang

layak dan baik. Seperti halnya kelurga Marsam yang selalu memenuhi

kebutuhan keluarganya, walaupun ia hanya seorang penjual sate, tapi

keyakinannya dan tekadnya kuat, untuk bisa selalu membiayai anak-anaknya

menyelesaikan sekolah.

2. Dapat mendidik anak dengan baik, sungguh-sungguh, dan dapat

menyekolahkan anak-anak hingga jenjang pendidikan lebih tinggi.

Mendidik anak tidak semudah yang dibayangkan, ketika anak di manja,

anak malah menjadi kurang mandiri, dan selalu tergantung sama orang lain,

ketika anak dikerasi anak akan semakin brutal, nakal dan mencoba hal-hal

yang dilarang. Dalam hal ini, orang tua harus mencari akal untuk mendidiknya

dengan baik agar menjadi anak yang berhasil, dan sukses. Seperti halnya Pak

Page 110: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Gito yang selalu mengajari anaknya untuk selalu bersikap disiplin, dalam

belajar pelajaran sekolah, sholat 5 waktu, dll. Hal ini dapat mengantarkan anak

untuk belajar bertanggung jawab pada dirinya sendiri.

Dari hasil penelitian, bahwa anak-anak remaja yang bermukim di sekitar

lokalisasi menyatakan, jarang sekali bahkan tidak pernah mendatangi

lokalisasi, untuk tujuan melakukan hubungan dengan para pelacur, rata-rata

mereka yang sering datang karena mencari nafkah dengan memanfaaatkan

pengunjung lokalisasi. Hal ini dikarenakan para pelacur berusia tua, yaitu

antara umur 27-50 tahun, dan ini mengakibatkan kaum remaja, tidak berhasrat

untuk mendatangi lokalisasi.

3. Tidak pernah ada pertengkaran hebat.

Dalam keluarga pak Parlan memahami arti keharmonisan dalam rumah

tangga, ketika dalam keluarga tidak pernah mengalami pertengkaran yang

hebat. Begitu juga dengan keluarga Bu Lastri, seorang penjual kopi, beliau

selalu berusaha untuk menghindari pertengkaran diantara anggota

keluarganya. Meskipun sebenarnya dalam rumah tangga itu tidak luput dari

pertengkaran. Akan tapi, sudah seharusnya untuk menghindari adanya

pertengkaran, yang menyebabkan keluarga tidak harmonis.

4. Tidak pernah selingkuh.

Dalam keluarga pak Gito, pak Tumbro, dan bu Mursiah memahami adanya

keharmonisan rumah tangga apabila antara suami isteri tidak pernah

menghianati pasangannya, dengan berselingkuh terhadap pasangan lain.

Begitu juga dengan keluarga pak Gito, tergolong keluarga yang memiliki

Page 111: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

pondasi iman kuat. Sehingga, selingkuh sangat dihindari karena selingkuh

merupakan perbuatan yang dilarang agama.

5. Tidak ada kata cerai.

Allah swt menghalalkan adanya perceraian, tapi Allah sangat membenci

jika dalam rumah tangga terdapat perceraian, karena akan meretakkan

hubungan yang pada awalnya dihalalkan. Dalam suatu perceraian telah banyak

pihak yang telah dirugikan terutama anak yang telah dilahirkan dari kedua

pasangan. Kebahagiannya akan hilang begitu saja, ketika orang tuanya telah

berpisah, meskipun ekonomi terpenuhi. Akan tapi kasih sayang, dan cintanya

tidakkan pernah ditemukan, ketika orang tuanya telah berpisah.

6. Tidak mudah terpengaruh, teguh pendirian.

Menjadi tetangga lokalisasi tidaklah mudah, karena dalam lokalisasi

dipenuhi dengan berbagai macam godaan-godaan, dan rayuan yang kadang

kala melalaikan, dan dapat menjerumuskan seseorang dalam kemaksiatan.

2. Upaya Masyarakat sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab.

Tulungagung, dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

1. Keluarga harus menjadi prioritas utama dan menjaga keutuhan anggota

keluarga.

Adapun keluarga pak Marsam, yang khawatir dengan adanya lokalisasi, ia

selalu mengingatkan istri, dan anak-anaknya untuk menjaga diri dari pengaruh

lokalisasi. Pak Marsam tidak bersedia jika istrinya bekerja buka warung di

lokalisasi, ia sudah merasa cukup dengan penghasilannya sehari-sehari sebagai

penjual sate ayam. Dalam hidup pak Marsam keluarga harus diutamakan,

Page 112: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

diprioritaskan. Oleh karena itu, sebagai kepala keluarga pak Marsam selalu

bekerja keras dan menerima rizki pemberian Tuhan.

2. Komunikasi antar anggota keluarga.

Komunikasi antar anggota keluarga sangat penting, karena dengan

komunikasi masalah-masalah yang mulai timbul dapat terselesaikan,

terpecahkan bersama-bersama. Ketika tidak ada komunikasi, maka antar

anggota keluarga menjadi saling tertutup tidak ada penyelesaian. Seperti

penuturan pak Juwari, seorang polri Kec. Rejotangan ia selalu menyempatkan

komunikasi dengan anggota keluarganya, anak istrinya ketika ada

permasalahan di rumah ataupun di kantor.

3. Saling pengertian, Sabar dan Jujur.

Dalam kehidupan selalu di butuhkan sikap sabar, pengertian dan jujur.

Karena dengan ketiga sikap tersebut seseorang dapat menyelesaikan masalah

yang muncul, terutama dalam kehidupan keluarga. Saling pengertian, sabar

dan jujur juga menjadi salah satu kunci keluarga yang harmonis. Seperti

keluarga pak Parlan mantan dinas sosial Desa Kaliwungu, ia selalu bersikap

sabar dan mengerti akan kondisi keluarga dan masyarakat disekitarnya.

4. Saling percaya terhadap pasangan, dan menghormati pendapatnya.

Ibu Mursiah, pak Slamet, pak Parlan adalah orang yang selalu

menghormati pendapat dan percaya terhadap pasangannya. Ibu Mursiah

seorang penjual tempe keliling, ia selalu percaya terhadap suami, walaupun

sebenarnya juga khawatir melihat kondisi rumahnya berdekatan dengan

Page 113: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

lokalisasi. Dan tidak jarang para suami yang selingkuh main ke lokalisasi.

Akan tapi, bu Mursiah percaya jika suaminya sangat mencintainya.

5. Saling mencintai, dan menyayangi

Dalam rumah tangga pak Slamet sikap saling mencintai, menghormati,

dan percaya antar pasangannya selalu dipertahankan. Pak Slamet yang bekerja

sebagai tukang tambal ban di dekat lokalisasi selalu mendapat perhatian dari

isterinya, karena isterinya juga merasa khawatir, jika pak Slamet ikut

terjerumus dalam tempat maksiat itu. Akan tetapi pak Slamet selalau memberi

nasehat kepada isterinya, sehingga isterinya tidak mudak berprasangka buruk

kepada pak Slamet. Isterinya yakin, percaya bahwa pak Slamet adalah suami

yang sangat mencintai dan menyayangi anggota keluarganya.

6. Bersyukur dan menerima pemberian Allah dengan ikhlas.

Pak Gito, pak Marsam, dan pak Agus mereka selalu bersyukur atas nikmat

yang diberikan Tuhan, mereka merasa cukup atas karunia Tuhan, dengan

selalu bekerja keras. Sikap bersyukur dan menerima rizki Tuhan dapat

menetramkan hati, tidak mudah iri terhadap orang lain. Sehingga kehidupan

keluarga akan tetap berjalan harmonis.

7. Bekerja keras dan ulet.

Adapun dengan bu Mursiah penjual tempe keliling, ia adalah perempuan

yang terkenal ulet dalam bekerja, setiap jam 3 malam bu Mursiah, sudah

bangun dan mulai menyiapkan, mengiris-iris dagangan tempe-tempenya yang

mau dijual, setelah sholat subuh bu Mursiah harus menjajakan tempenya ke

warung-warung, ia tak kenal lelah.

Page 114: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

8. Penampilan harus selalu menarik pasangan, bersih, dan rapi dan tidak mudah

terpengaruh pasangan lain.

Sikap yang harus dilakukan untuk menjaga keluarga agar tetap harmonis,

dan selalu menarik pasangan, bersih, rapi dan teguh pendirian, tidak mudah

terpengaruh pasangan lain. Seperti halnya keluarga pak Tumbro, sang istri

selalu berpenampilan menarik jika pak Tumbro pulang dari jualan nasi goreng.

Istrinya selalu menasehati kalau dagangan habis cepat pulang, jangan mudah

terpengaruh, tidak perlu mampir ke tempat haram (lokalisasi).

9. Pondasi agama harus kuat, dan selalu menjalankan sholat 5 waktu.

Dalam keluarga selalu ada kesempatan pada suami, istri dan anak-anak

untuk beriman dan bertakwa, sesuai dengan akidah agama yang dianutnya.

Dalam keluarga kehidupan kuat beragama sangat penting, karena dengan

kehidupan beragama dapat memberikan keseimbangan hidup pada manusia.

Seperti halnya keluarga pak Gito yang disiplin dalam menjalankan kehidupan

beragama, ia mendidik istri dan anak-anaknya untuk selalu mengerjakan

sholat 5 waktu, dengan penuh tanggung jawab.

10. Tanggung Jawab Dalam Keluarga

Dari semua penjelasan informan, menyatakan bahwa mereka semua adalah

orang-orang yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap anggota

keluarganya, baik yang merasa khawatir dengan adanya lokalisasi, atau pun

yang malah merasa bersyukur adanya lokalisasi. Karena salah satu upaya

untuk tetap menjaga keharmonisan keluarga salah satunya adalah dengan

tanggung jawab terhadap keluarga, untuk bisa mendapat lapangan pekerjaan,

dan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Page 115: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Tabel 4.8

Pemahaman dan Upaya Masyarakat Sekitar

Lokalisasi Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

No Nama Pekerjaan Pemahaman Masyarakat Terhadap

Keharmonisan R.T

Upaya Dalam Mempertahankan

Keharmonisan R.T 1. Parlan Dinas Sosial • Kebutuhan Setiap Hari

Dapat Terpenuhi • Tidak Pernah Ada

Pertengkaran Hebat

• Komunikasi • Saling Pengertian • Saling Percaya • Sabar, dan kejujuran

2. Juwari Polri • Tidak Mudah Terpengaruh Dengan Lingkungan

• Dapat Menyekolahkan Anak Hingga Jenjang Lebih Tinggi

• Sabar • Komunikasi • Jujur Terhadap Pasangan

3. Slamet Tambal Ban • Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi

• Saling Mencintai • Saling Menghormati • Kerja keras • Keluarga Prioritas Utama

4. Agus Tukang Perkir • Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi

• Tidak Ada Kata Cerai

• Saling Pengertian • Menerima Apa Adanya • Makan Seadanya

5. Lastri Jual Kopi • Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi

• Tidak Pernah Ada Pertengkaran Hebat

• Lebih Suka Mandiri • Bekerja Keras, Ulet • Tidak Menuntut Suami

6. Mursiah Warung • Tidak Mudah Terpengaruh

• Tidak Pernah Selingkuh

• Tidak Ada Kata Cerai

• Bekerja Keras • Percaya Pada Suami • SalingMenyayangi,

mencintai

7. Marsam Jual Sate • Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi

• Dapat Menyekolahkan Anak Hingga Jenjang Lebih Tinggi

• Bersyukur Atas Nikmat Allah

• Sabar, Saling Mencintai dan jujur

• Komunikasi • Keluarga Menjadi Prioritas

Utama

Page 116: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

8. Tumbro Jual Nasgor • Tidak Mudah Terpengaruh

• Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi

• Tidak Pernah Selingkuh

• Saling Pengertian • Kerja Keras • Harus Selalu Merawat

Tubuh dan Penampilan • Saling mencintai

9. Gito Tukang Ojek • Tidak Pernah Selingkuh

• Tidak Ada Kata Cerai • Dapat Menyekolahkan

Anak Hingga Jenjang Lebih Tinggi

• Bekerja Keras • Pondasi Agama Harus Kuat • Bersyukur Atas Nikmat

Allah • Keluarga Prioritas Utama

10. Sriyanti Tukang Pijet • Dapat Menyekolahkan Anak Hingga Jenjang Lebih Tinggi

• Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi

• Bekerja Keras • Komunikasi

Page 117: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

B. Analisis Data

1. Sejarah Lokalisasi di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung.

Pada tahun 1972, terdapat 3 (tiga) tempat praktik liar dipinggiran Kali

Brantas, tepatnya di wilayah Desa Pulosari, Ngunut dan Kaliwungu. Setahun

kemudian tempat praktik semakin meluas, dengan jumlah bangunan (gedek), serta

jumlah penghuni dan pengunjungnya terus meningkat. Hal ini ditunjang oleh

situasi saat itu, dan juga adanya beberapa faktor dominan misalnya: lokasinya

tersisih dari keramaian dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat

disekitarnya. Apalagi selain bioskop tidak ada sarana hiburan malam yang

permanen lainnya. Sehingga, membuka kesempatan bagi lapisan masyarakat,

untuk mencari hiburan malam yang mudah, dan meriah bertemu dengan

masyarakat yang bersedia menghibur, dengan imbalan uang.

Tetapi seiring fenomena diatas, kerawanan dalam keamanan dan kesehatan

ditempat hiburan malam liar ini, mulai tampak menjadi masalah, dan mulai

dirasakan pula oleh masyarakat di perkampungan dekat lokasi tersebut. Oleh

karena itu, Muspika Ngunut yang telah menerima pengaduan dari masyarakat,

mengadakan musyawarah dengan semua kepala desa, dan sekretaris desa untuk

mencari jalan yang terbaik. Maka setelah melalui berbagai pertimbangan,

musyawarah memutuskan sebagai berikut:

Tempat hiburan dijadikan satu lokasi yang letaknya di Desa Kaliwungu

paling barat, perbatasan dengan Desa Ngunut dan diatas tanah bengkok Sekdes.

Lokasi ini dianggap paling dekat dengan Polsek dan Puskesmas (waktu itu

puskesmas berada di sebelah Timur Pasar dekat Polsek). Sementara kantor

Page 118: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Kecamatan dan Koramil masih menempati perumahan di Pabrik Gula Kunir, dan

rencana akan dipindahkan ke sebelah Barat Tugu Rante. Sehingga hal ini,

memudahkan pengawasan keamanan kesehatan. Disamping itu, dekat pula tempat

penyebrangan Kali Brantas, yaitu dari Wilayah Kabupaten Blitar ke Wilayah

Kabupaten Tulungagung, terutama bagi yang memanfaatkan Pasar atau Stasiun

Ngunut, kepadatan penyeberangan ini memungkinkan untuk dilakukan non stop

(24 jam).

Selanjutnya pada tahun 1976, Muspika Ngunut melakukan konsultasi ke

kantor kabupaten, agar dapat berkoordinasi dengan Muspika, Dinas Kesehatan

dan Dinas Sosial untuk menentukan langkah antisipasi dampaknya terhadap

lingkungan. Hasilnya dibentuk tim pengawasan, yang terdiri dari instasi terkait

antara lain: Kecamatan, Kesehatan, Koramil, Sosial, Polsek. Kemudian, dibuatkan

gedung pertemuan yang sederhana dan memadai untuk saat itu. Gedung tersebut

digunakan juga untuk pemeriksaan kesehatan, sampai akhirnya pada tahun 1991

bulan Agustus, gedung pertemuan yang lebih luas dan berada di sebelah Selatan

luar lokalisasi, telah diresmikan Bupati Tulungagung dan di tempati sampai

sekarang.

Adapun Program pembinannya berjalan sebagaimana biasanya.

1. Pembinaan mental, pengetahuan dan agama dilaksanakan setiap hari Rabu,

diisi oleh Dinas Sektor diwilayah Kecamatan Ngunut.

2. Pemeriksaan kesehatan, suntikan dilaksanakan setiap hari Kamis oleh

Puskesmas untuk 1 (satu) kelompok sesuai urutan, seperti:

Kamis ke I dari kelompok I yaitu deretan wisma sebelah barat.

Page 119: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Kamis ke II dari kelompok II yaitu deretan wisma di tengah.

Kamis ke III dari Kelompok III yaitu deretan wisma sebelah timur.

Kamis ke IV / V untuk pemeriksaan ulang atau susulan, bila ada.

3. Cecking/ pemeriksaan total dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali oleh

Dinas Kabupaten dan Propinsi.

4. Pengaturan pakaian pada pembinaan setiap hari Rabu adalah:

Rabu ke I-II, seragam hansip lengkap.

Rabu ke III-IV, tas baju putih bawah seragam hansip.

Rabu ke V, pakaian bebas rapi bersepatu.

5. Pertemuan bulanan antara Pembinan dengan Pengsuh/ Mucikari

dilaksanakan setiap tanggal 10.

6. Senam pagi yang diadakan setiap hari Kamis dan Minggu, diikuti oleh

semua penghuni lokalisasi.

7. Lomba ketrampilan antar kelompok diadakan setiap 4 (empat) bulan sekali

(sejak tahun 2002 mengalami krisis kemauan dan kemampuan).

Demikian sekilas tentang sejarah keberadaan lokalisasi berdasarkan

informasi dari Carik Desa Kaliwungu pada Bulan Mei 2009 yang lalu.67

Dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bagi

warga lokalisasi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut, perlu diadakan

pembinaan secara berkesinambungan. Dengan harapan dapat menjadi bekal kelak

apabila sudah kembali ke masyarakat dalam tata kehidupan yang layak.

67 Wawancara, 15 Mei 2009, 19:30

Page 120: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Berkaitan hal tersebut diatas, pemerintahan Desa Kaliwungu telah

menyusun Program Pembinaan yang proposional lokal, disamping itu tenaga

pembinaanya banyak melibatkan potensi warga desa, dengan maksud agar warga

desa dapat lebih memahami gambaran sebenarnya penghuni maupun

lokalisasinya.

TABEL 4.9

JADUAL PEMBINAAN LOKALISASI

DI DESA KALIWUNGU KECAMATAN NGUNUT

KABUPATEN TULUNGAGUNG

TAHUN 2008

No TANGGAL PENCERAMAH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

03 Januari

10 Januari

17 Januari

24 Januari

31 Januari

07 Februari

14 Februari

21 Februari

28 Februari

06 Maret

13 Maret

20 Maret

Muspika (dari 3 unsur petugas)

Libur, Tahun Baru Hijriah 1429 H

Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

PKK Desa (Kerohanian)

Aparat Desa

Libur, Tahun Baru Imlek 2559

PKK Desa (Ketrampilan)

Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

PKK Desa (Kerohanian)

Muspika (dari 3 unsur petugas)

PKK Desa (Kerohanian)

Libur, Maulud Nabi Muhammad saw

Page 121: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

27 Maret

03 April

10 April

17 April

24 April

01 Mei

08 Mei

15 Mei

23 Mei

30 Mei

05 Juni

12 Juni

19 Juni

26 Juni

03 Juli

10 Juli

17 Juli

24 Juli

31 Juli

07 Agustus

14 Agustus

21 Agustus

28 Agustus

PKK Desa (Kerohanian)

Muspika (dari 3 unsur petugas)

PKK Desa (Kerohanian)

Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

PKK Desa (Kerohanian)

Libur, Kenaikan Isa Almasih

PKK Desa (Ketrampilan)

Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

PKK Desa (Kerohanian)

Aparat Desa

Muspika (dari 3 unsur petugas)

PKK Desa (Ketrampilan)

Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

PKK Desa (Kerohanian)

Muspika (dari 3 unsur petugas)

PKK Desa (Ketrampilan)

Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

PKK Desa (Kerohanian)

Aparat Desa Muspika (dari 3 unsur petugas)

PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

PKK Desa (Kerohanian)

Page 122: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

04 September

11 September

18 September

25 September

02 Oktober

09 Oktober

16 Oktober

23 Oktober

30 Oktober

06 November

15 November

20 November

27 November

04 Desember

11 Desember

18 Desember

25 Desember

Libur, dalam Bulan Ramadlan Libur, dalam Bulan Ramadlan Libur, dalam Bulan Ramadlan Libur, dalam Bulan Ramadlan Libur, Idul Fitri 1429 H PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

PKK Desa (Kerohanian) Aparat Desa Muspika (dari 3 unsur petugas)

PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

PKK Desa (Kerohanian) Muspika (dari 3 unsur petugas)

PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa

Libur, Hari Raya Natal

Tulungagung, Januari 2008

Kepala Desa Kaliwungu Pengurus

Harian/Ketua RT

BAMBANG DWIJONO TOHIR H.S

Page 123: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Dalam perkembangannya lokalisasi di Desa Kaliwungu menjadi lokalisasi

percontohan, karena pembinaannya begitu aktif dan baik. Pengurus lokalisasi

selalu memberi perhatian yang terbaik terhadap warga lokalisasi. Seperti: sering

diadakannya workshop, pembinaan kesehatan, keamanan dan lain-lain. Disamping

itu lokalisasi di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung adalah salah

satu lokalisasi yang menjadi perhatian pemerintah, karena tergolong lokalisasi

yang tertib, aman dari penyebaran penyakit-penyakit kelamin. Seperti HIV dan

AIDS.

Inilah salah satu contoh workshop Nasional terkait dengan adanya

lokalisasi, dan acara ini dihadiri oleh seluruh pengurus lokalisasi yang ada di

Indonesia. Workshop kali ini bertema Pemantapan Upaya Pencegahan HIV &

AIDS, yang bertempat di Semarang, tanggal 20 – 22 November 2007.

KESEPAKATAN GRASIA SEMARANG

Setelah kami memperhatikan fenomena persebaran HIV & AIDS di

Indonesia sedemikian cepat dan membahayakan, maka kami peserta Workshop

Nasional Pemantapan Upaya Pencegahan HIV & AIDS, diselenggarakan di

Semarang mulai tanggal 20 – 22 November 2007, dengan ini bersepakat bahwa:

“Kami akan merintis, meningkatkan, dan memantapkan penggunaan Kondom,

sebagai salah satu alat untuk pencegahan HIV & AIDS di resosialisasi dan

tempat hiburan di wilayah Indonesia.”

Untuk mendukung kesepakatan tersebut maka kami akan:

Page 124: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

1. Melakukan aliansi strategis sebagai wujud kebersamaan dan komitmen

para stakeholders (pemangku kepentingan) untuk pencegahan HIV &

AIDS.

2. Melakukan advokasi ke berbagai pihak untuk mendorong lahirnya regulasi

nasional maupun lokal dalam upaya Pencegahan HIV & AIDS.

3. Mendorong ke berbagai pihak (Pemerintahan Kabupaten / Kota / Provinsi,

KPA Kabupaten / Kota / Provinsi / Nasional) dan LSM serta badan-badan

internasional, untuk senantiasa memberikan perhatian melalui

pengalokasian anggaran yang memadai untuk Program Pencegahan HIV

& AIDS.

Demikian kesepakatan Grasia Semarang, ini kami buat, secara sadar dan

bertanggung jawab sebagai wujud komitmen kami untuk untuk Pencegahan HIV

& AIDS di Indonesia.

Semarang, 22 November 2007

Kami yang membuat Kesepakatan Grasia Semarang.

Nama-nama Wisma Yang Ada di Lokalisasi Desa Kaliwungu

Nama-nama wisma (rumah tempat pelacuran) Desa Kaliwungu Kecamatan

Ngunut Kabupaten Tulungagung. Sampai saat ini wisma yang digunakan

mencapai 60 wisma, dari setiap wisma terdiri dari beberapa kamar (5-6 kamar)

Antara lain:

Page 125: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

1. Wisma SOPO NYONO

2. Wisma ARGO WILIS

3. Wisma ADEM AYEM I

4. Wisma WIJAYA KUSUMA

5. Wisma EBONI

6. Wisma HARMONI

7. Wisma ORA NGIRO

8. Wisma DAHLIA

9. Wisma KHANA I

10. Wisma ASTER

11. Wisma ARUM DALU

12. Wisma MELATI I

13. Wisma MENTARI

14. Wisma CEMPAKA III

15. Wisma CEMPAKA II

16. Wisma CEMPAKA I

17. Wisma MAWAR

18. Wisma TALI PUTRI

19. Wisma KENANGA

20. Wisma MAYASARI I

21. Wisma SAKURA II

22. Wisma SAKURA I

23. Wisma KANTIL I

24. Wisma SEDAP MALAM

25. Wisma KAMBOJA

26. Wisma MELATI

27. Wisma RAJAWALI

28. Wisma NUSA INDAH

29. Wisma RAHAYU

30. Wisma TERATAI

31. Wisma SEKAR SARI

32. Wisma KHANA II

33. Wisma AREMA

34. Wisma SRI REJEKI

35. Wisma FLAMBOYAN

36. Wisma ANGGREK

37. Wisma SEKAR GADING

38. Wisma PODO TRISNO

39. Wisma SIDO MULYO

40. Wisma ADEM AYEM II

41. Wisma PISANG

42. Wisma KANTIL II

43. Wisma SERUNI

44. Wisma SIDOMULYO II

45. Wisma SAGITARIUS

46. Wisma WIDODAREN I

47. Wisma WIDODAREN II

48. Wisma BUNGA DESA

49. Wisma MAYASARI II

50. Wisma BELGA

Page 126: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

51. Wisma BINTANG

52. Wisma CENDANA

53. Wisma DEWI SRI

54. Wisma LOVI

55. Wisma AYU

56. Wisma ROSO

57. Wisma SUMBER REJEKI

58. Wisma PRIBUMI

59. Wisma ARTO MORO

60. Wisma ASRI

2. Pemahaman Masyarakat Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

Pada awalnya lokalisasi yang berada persis dipinggir Kali Brantas, lokasinya

berada agak jauh dari pemukiman warga dari sebelah barat maupun sebelah selatan,

sedangkan yang disebelah timur masih merupakan tanah kosong (bengkok sekdes).

Dalam perkembangannya, keramaian hilir mudik orang-orang pengunjung lokalisasi,

dengan warga sekitar lokalisasi menjadi tidak baik. Sehingga, aktivitas warga di sekitar

menganggap kurang aman dan merasa terganggu. Kemudian atas desakan warga Muspika

Ngunut mempertimbangkan bahwa, harus dibangun tembok pembatas yang melingkar,

dan pintu masuk harus berada disebelah utara menghadap Sungai Brantas.

Seiring berkalannya waktu, situasi lokalisasi betul-betul diikuti perkembangannya

oleh Muspika setempat. Demikian juga keadaan warga sekitar terus dimonitor oleh Kades

Kaliwungu dan Kades Ngunut, karena letak lokalisasi berada diperbatasan kedua desa,

yakni Desa Kaliwungu dan Desa Ngunut, dengan sendirinya kedua desa tersebut harus

koperatif.

Setelah kesepahaman antara Muspika Ngunut dengan ponpes yang cukup dikenal

yaitu ponpes Hidayatul Muhtadi’in dicapai. Langkah Muspika Ngunut selanjutnya

memberikan penjelasan-penjelasan tentang keberadaan lokalisasi kepada Kepala Desa

sewilayah, dan khususnya Kades Ngunut serta Kades Kaliwungu, penjelasan kepada

Page 127: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

warganya masing-masing. Tetapi tidak lupa pengarahan-pengarahan juga diberikan

kepada pengurus lokalisasi, agar bisa memberikan kerjasama yang baik dengan warga di

sekitar lokalisasi.

Langkah-langkah Muspika Ngunut ini ternyata membuahkan hasil yang

diharapkan, terbukti bahwa warga disekitar dapat menyikapinya secara positif. Artinya

bagi warga yang ekonominya kurang mampu, mengambil inisiatif mencari peluang kerja

sebagai apa saja, asal dapat memperoleh penghasilan secara halal di lokalisasi. Seperti

menjadi tukang parkir, tukang pijet, buka warung, jualan gorengan dan lain-lain.

Dari hasil wawancara, menyebutkan bahwa hampir 60% informan menyatakan,

kebutuhan keluarga setiap hari harus bisa tercukupi dan terpenuhi. Hal ini, menunjukkan

bahwa kesadaran masyarakat, dalam memenuhi tanggung jawabnya untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga, menuju tingkat kesejahteraan masyarakat yang layak dan baik.

Seperti halnya kelurga Marsam yang selalu memenuhi kebutuhan keluarganya, walaupun

ia hanya seorang penjual sate, tapi keyakinannya dan tekadnya kuat, untuk bisa selalu

membiayai anak-anaknya menyelesaikan sekolah.

Kebutuhan ekonomi dalam keluarga adalah hal yang wajib, karena saat ini kita

hidup di dunia, yang semuanya membutuhkan kerja dan usaha, untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Bila kebutuhan dapat tercukupi maka keluarga akan tenang dan

sejahtera. Banyak sekali informan menyatakan, pemahaman masyarakat terhadap

keharmonisan rumah tangga dengan mencukupi kebutuhan keluarnya. Bisa

menyekolahkan anak-anaknya seperti penuturan pak Agus, Slamet, Marsam, Bu Lastri,

Bu Sriyanti mereka memahami keharmonisan rumah tangga, dengan selalu mencukupi

kebutuhan hidup keluarganya.

Page 128: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Seperti halnya bu Sriyanti, yang bekerja sebagai tukang pijet di desanya, dan

sering kali ia mendapat job memijat tamu-tamu lokalisasi. Bu Sriyati memiliki tiga anak.

Ia harus berjuang keras untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-anaknya,

menyekolahkan anak-anaknya. Sampai saat ini kedua anaknya sudah lulus tingakt SMP,

anak ketiga masih kelas 6 SD. Bu Sriyanti tidak merasa khawatir atau canggung, ia

terbiasa bekerja di tempat itu, menurut bu Sriyanti keluarga dikatakan harmonis apabila

kebutuhan keluarga setiap hari dapat terpenuhi, dan bisa menyekolahkan anak-anaknya

ke jenjang lebih tinggi, minimal tingkat SMP/ SMA.

Pada awalnya langkah pertama Muspika Ngunut, dengan memberikan tembok-

tembok pembatas antara lokalisasi dan pemukiman penduduk, sudah terlihat perubahan

sikap warga disekitarnya. Tetapi tidak demikian opini masyarakat yang berdomisili diluar

radius 100 M2 dari lokalisasi, dan masyarakat yang tergolong memiliki landasan agama

yang kuat. Apapun alasannya, mereka tetap menganggap lokalisasi mengundang

kemaksiatan dan kriminalitas. Sehingga hal ini, menjadikan keharmonisan dalam rumah

tangganya semakin tidak aman. Akan tetapi, mayoritas warga di sekitar lokalisasi, yang

sehari-hari bekerja mencari nafkah, untuk kebutuhan hidup keluarganya ditempat itu,

membuktikan bahwa, sampai saat ini keluarganya tetap bahagia dan utuh meskipun

setelah adanya lokalisasi.

Masyarakat di sekitar lokalisasi sudah mulai menemukan solusinya, dengan

memahami keharmonisan rumah tangga, yaitu sebagai warga desa yang hidup di tengah

masyarakat, tentunya harus melaksanakan seperti halnya orang lain. Diantaranya, bekerja

di pagi hari dan berkumpul dengan keluarga di malam hari, masyarakat juga berinteraksi

Page 129: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

dengan tetangga. Di samping itu kegiatan rutin keagamaan bagi bapak-bapak atau ibu-ibu

dan juga anak-anak semuanya harus berjalan dengan seksama.

Kegiatan lain yang bertaraf nasional, misalnya HUT Kemerdekaan atau Hari

Besar keagamaan juga dilaksanakan, dengan begitu keberadaan lokalisasi ini bukan

merupakan gangguan yang berarti. Apalagi sejak awal, penduduk disekitar lokalisasi atau

penduduk desa pada umumnya, sudah mendapat jaminan keamanan, dan ketertiban dari

Muspika Ngunut.

Berdasarkan pengalaman kejadian-kejadian sebelumnya, mereka yang merasa

rumah tangganya terganggu, berdomisili di tetangga desa atau bahkan di luar kecamatan.

Namun, biasanya di dalam rumah tangganya sudah ada indikasi keretakan akibat

ekonomi yang kurang mampu, atau lainnya sebelum masuk lokalisasi. Kejadian-kejadian

seperti diatas, puncaknya sering terjadi jika istri yang sah mencari suaminya di dalam

lokalisasi, dan menemukannya. Sehingga terjadi keributan dan pertengkaran. Apabila

mendengar informasi demikian, justru semakin menambah pengalaman warga di sekitar,

untuk lebih berhati-hati serta lebih waspada mengingat pola hidup yang harus dijalaninya

cukup mengkhawatirkan. Untuk itu masyarakat di sekitar lokalisasi selalu

mempertahankan rumah tangganya agar tetap harmonis.

Adapun dalam keluarga pak Tumbro, Ia selalu bekerja keras untuk menghidupi

keluarganya dengan berjualan nasi goreng di pinggiran kota, pak Tumbro memiliki isteri

yang selalu perhatian, setiap berangkat kerja pak Tumbro selalu diperingatkan isterinya

untuk segera pulang jika dagangan sudah habis, karena isterinya khawatir jika pak

Tumbro selingkuh, main ke lokalisasi. Menurut pemahaman pak Tumbro keluarga yang

Page 130: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

dikatakan harmonis apabila kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi, tidak mudah

terpengaruh dengan masyarakat yang kurang baik, dan pasangan tidak pernah selingkuh.

Begitupun dengan Pak Juwari seorang Polri daerah Rejotangan, ia merasa

khawatir adanya lokalisasi disekitar rumahnya. Karena ia mempunyai anak remaja yang

sekarang belajar di SMA 1 Ngunut. Pak juwari khawatir jika anaknya terpengaruh oleh

kenakalan remaja di lokalisasi. Tapi pak Juwari sabar menghadapi kondisi lingkungan

sekitar, dan ia tidak tinggal diam, ia selalu memprioritaskan keluarganya, dengan

mendidik anaknya untuk selalu belajar yang rajin, agar menjadi anak yang berhasil dan

sukses dikemudian hari.

Pak Juwari memahami arti keharmonisan dalam rumah tangga, apabila dalam

keluarga itu bisa mendidik anak-anaknya dengan baik dan sungguh-sungguh, hingga anak

bisa melanjutkan sekolahnya kejenjang lebih tinggi. Karena anak merupakan aset dan

generasi penerus dari orang tuannya. Itulah pentingnya mendidik anak dengan baik dan

sungguh-sungguh, karena anak merupakan amanah dari Allah swt, dan pasti setiap orang

tua selalu mendambakan anaknya, menjadi anak yang sholih sholihah seperti doanya

Nabi Zakaria,68 disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat: 38

“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku,

berilah Aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”69

68 Nadhirah Mudjab, Op., Cit, hal 18 69 Al-Qur’an Surat Al-Imran, ayat: 38

Page 131: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Sedangkan, pak Agus yang bekerja sebagai tukang parkir di lokalisasi, yang

mempunyai gaji yang dibilang cukup untuk menghidupi kebutuhan anak isteri, dengan

memanfaatkan pengunjung lokalisasi yang relatif rame. Meskipun isteri selalu

mengkhawatirkannya karena takut terpengaruh orang-orang lokalisasi. Dalam

pemahaman pak Agus keharmonisan rumah tangga diartikan sebagai keluarga yang selalu

hidup bercukupan, tidak kekurangan. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi, dan juga seorang

suami isteri tidak pernah ada kata cerai dalam rumah tangganya.

Jadi pemahaman masyarakat desa Kaliwungu Mengenai keharmonisan rumah

tangga adalah mereka yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari, mendidik

anak dengan baik dan sungguh-sungguh, sehingga anak bisa sekolah ke jenjang yang

lebih tinggi. Disamping itu keluarga yang dikatakan harmonis apabila dalam keluarga

tidak ada perselingkuhan, apalagi sampai terjadi perceraian antar kedua pasangan, dan

tidak pernah ada pertengkaran hebat diantara keluarganya. Karena dalam rumah tangga

pertengakaran menjadi hal yang wajar, namun harus selalu dihindari, selain itu tidak

mudah terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik. Seperti halnya lokalisasi yang

ada di Desa Kaliwungu. Karena terdapat lokalisasi di sekitar rumah penduduk, warga

harus lebih berhati-hati dan harus selalu waspada menjaga anggota keluarganya, dari

keretakan rumah tangga. Disamping kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi,

dengan memanfaatkan lingkungan sekitar.

3. Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Dalam Mempertahankan Keharmonisan

Rumah tangga.

Keluarga adalah salah satu mata rantai kehidupan paling esensial dalam sejarah

perjalanan hidup manusia, sekaligus menjadi bingkai ajaran sebagai pelindung, dan

Page 132: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

penghias lukisan kehidupan yang memberikan kenyamanan dan keteduhan kalbu, bagi

setiap manusia. Sehingga, menimbulkan kepuasan serta keridhaan yang mendalam bagi

penciptanya. Tentunya lukisan kehidupan keluarga yang begitu indah dan menyenangkan

ini tak lepas dari sprektum dasar. Yaitu keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.

Keluarga yang harmonis, sejahtera, tentram dan aman.

Baiti Jannati, rumahku adalah surgaku. Sebuah ungkapan paling tepat tentang

bangunan keluarga ideal. Membangun “surga” di dunia ini tak semudah membalikkan

tangan. Karena didalamnya pasti dilandasi fondasi kokoh, berupa iman, kelengkapan

bangunan dengan Islam, dan pengisian ruang kehidupannya dengan ihsan.

Rumah tidak hanya dimaknai secara fisik, tetapi lebih bernuansa nilai fungsional.

Dalam membentuk kepribadian seseorang untuk mencapai kedewasaan dan

kesempurnaan hidup. Yaitu kehidupan rumah tangga yang dilandasi dengan pemenuhan

fungsi keagamaan, ekonomis, biologis, pendidikan, perlindungan, keamanan, sosial dan

budaya yang terjalin secara tepadu dan harmonis.

Keluarga sebagai pranata sosial pertama dan utama, keluarga mempunyai arti

paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan, yang dibutuhkan

oleh anak-anak yang sedang mencari makna kehidupan. Meskipun diakui bahwa keluarga

bukan satu-satunya pranata yang menata kehidupan, akan tapi di samping keluarga masih

banyak pranata sosial lainnya dapat membentuk kebribadian. Dengan kata lain keluarga

adalah titik awal keberangkatan, dan sebagai modal awal perjalanan hidup, yang

kemudian dilengkapi dengan rambu-rambu perjalanan, yang digariskan pranata sosial

lainnya, di lingkungan pergaulan sehari-hari.70

70 Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, PT Rosdakarya, Bandung, 1993, hal 5

Page 133: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Rumah tangga jika dibina diatas landasan yang benar, niscaya akan mampu

mewujudkan berbagai tujuan. Di antaranya terlaksana sunnah Rosul, tumbuhnya rasa

tenang, atau sakinah, kesempurnaan jasmani dan rohani. Serta teraihnya mata air

kebahagiaan. Mewujudkan tujuan-tujuan seperti itu tidak dapat di lakukan dengan

kekayaan atau kekuatan, melainkan dengan saling pengertian, cinta dan niat baik

Membentuk keluarga artinya membina masyarakat kecil. Selanjutnya, hendaknya kita

memperhatikan kepentingan bersama dalam masyarakat ini. Salah besar kalau kita

beranggapan bahwa pernikahan hanyalah menjadi sarana pemuasan insting seklsual

semata.

Betapa banyak orang yang berharap dapat mewujudkan kebahagiaan mereka.

Namun, mereka tak mengetahui cara-cara orang yang diperlukan untuk itu, betapa

banyak pula orang yang hidup dalam kebahagiaan, tetapi kemudian mereka

mengabaikannya. Pernikahan tidak berarti menghilangkan perbedaan keinginan di antara

suami istri. Namun, keduanya dituntut berusaha menciptakan landasan berasama.

Sehingga, memungkinkan keduanya membina keluarga bahagia, dan tempat tinggal yang

damai, yang meliputi anak-anak mereka dengan ketenangan dan kasih sayang.

Setiap orang menginginkan keluarga yang tentram, aman, damai, rukun,

kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi, atau dengan kata lain keluarga yang sakinah,

mawaddah, warahmah. Hal ini sesuai Firman Allah swt dalam surat Ar-Ruum, ayat 21:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

Page 134: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.71

Untuk mewujudkan kehidupan keluarga seperti itu, keluarga yang dapat

mempertahankan keharmonisan rumah tangganya, walau setelah adanya lokalisasi di

sekitar pemukiman penduduk. Diperlukan suatu kemampuan yang tidak mudah, bahkan

tidak dapat terganggu oleh godaan, dari manapun datangnya. Dan itu hanya bisa dicapai

oleh keluarga yang mempunyai ketahanan dalam hidupnya. Banyak keluarga yang tahan

diwaktu miskin, tetapi setelah kaya jadi berantakan, atau sebaliknya. Banyak keluarga

yang aman, tentram, bahagia, tapi setelah adanya lokalisasi menjadi berantakan, hilang

ketenangan yang selama ini dimiliki.72

Sebelumnya ketahanan keluarga atau keluarga yang dapat mempertahankan

keharmonisan dalam rumah tangga, mempunyai arti keluarga yang tahan banting,

keluarga yang kokoh, tahan dari godaan lain. Tetap bisa mempertahankan

kebahagiannya, dan keutuhan keluarganya. Meskipun setelah adanya faktor-faktor yang

menyebabkan keretkan dalam rumah tangganya. Hal ini ada berbagai faktor diantaranya

faktor dari luar dan faktor dari keluarga itu sendiri. Dalam skripsi ini dibahas mengenai

faktor dari luar, yakni setelah adanya lokalisasi di sekitar rumah penduduk. Dan

bagaimana upaya masyarakat sekitar mempertahakan keharmonisan rumah tangganya.

Dari hasil penelitian, menyatakan bahwa keluarga harus menjadi prioritas utama,

terbukti para suami-istri yang bekerja keras untuk membiayai kebutuhan keluarga. Hal

ini, menjadikan keluarga sebagai prioritas utama, setiap apa yang diusahakan semua

hasilnya dikembalikan pada keluarga, untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

71 Al-qur’an Surat, Ar-Ruum (30), ayat 21 72 Jalaluddin Rahmat, Op., Cit, hal 134.

Page 135: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Seperti halnya keluarga pak Slamet, ia bekerja sebagai tambal ban di dekat

lokalisasi, ia memanfaatkan tamu-tamu lokalisasi yang suka mengendarai motor dengan

mabuk-mabukan, sehingga bannya sering bocor. Hal ini sangat menguntungkan pak

Slamet. Dalam tujuan hidup pak Slamet adalah membahagiakan keluarganya, ia selalu

mendahulukan anak-istrinya, agar hidupnya sejahtera, tentram dan bahagia.

Adapun keluarga pak Marsam, yang khawatir dengan adanya lokalisasi, ia selalu

mengingatkan istri, dan anak-anaknya untuk menjaga diri dari pengaruh lokalisasi. Pak

Marsam tidak bersedia jika istrinya bekerja buka warung di lokalisasi, ia sudah merasa

cukup dengan penghasilannya sehari-sehari sebagai penjual sate ayam. Dalam hidup pak

Marsam keluarga harus diutamakan, diprioritaskan. Karena sebagai kepala keluarga pak

Marsam selalu bekerja keras dan menerima rizki pemberian Tuhan.

Usaha untuk tetap bersatu dalam keluarga agar tidak mudah terpengaruh,

memerlukan kesatuan dan kebersamaan yang solid. Oleh karena itu setiap, pasangan

suami isteri harus menyatukan pemikiran dan menghilangkan egoisme dalam kehidupan

keluarganya. Mereka harus mengambil keputusan secara bersama-sama, agar masing-

masng pihak merasa puas dan saling mendukung satu sama lain.73 Menjaga keutuhan

keluarga, dari pengaruh kenikmatan dunia seasaat adalah, tanggung jawab bersama.

Dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat: 6 menyebutkan.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”74 73 Nadhirah Mudjab, Op., Cit, hal 139. 74 Al-Qur’an Surat At-Tahrim, ayat: 6

Page 136: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Dari ayat diatas menyebutkan, bahwa neraka itu terdiri dari bahan bakar manusia

dan batu, dan penjaga dalam neraka adalah malaikat-malaikat yang menyeramkan, kasar,

keras dan selalu mentaati perintah Allah swt, dengan selalu menyiksa manusia yang ada

didalamnya. Oleh karena itu, orang tua terutama bapak dianjurkan untuk memelihara,

mengingatkan dan menjaga keluarganya, anak isterinya dari siksa api neraka.

Upaya lain yang harus dilakukan oleh keluarga untuk tetap menjaga

keharmonisan rumah tangganya yaitu komunikasi (musyawarah). Komunikasi antar

anggota keluarga juga sangat penting, karena dengan komunikasi masalah-masalah yang

mulai timbul dapat terselesaikan, terpecahkan bersama-bersama. Ketika tidak ada

komunikasi, maka antar anggota keluarga menjadi saling tertutup tidak ada penyelesaian.

Seperti penuturan pak Juwari, seorang polri Kec. Rejotangan ia selalu menyempatkan

komunikasi dengan anggota keluarganya, anak istrinya ketika ada permasalahan di rumah

ataupun di kantor.

Begitupun dengan keluarga bu Sriyanti, bekerja sebagai tukang pijet pengunjung

lokalisasi. Ia selalu mengutamakan komunikasi antar anggota keluarganya, walaupun ia

seorang janda dan menjadi tumpuan keluarganya, ia tidak patah semangat dalam bekerja.

Bu Sriyanti selalu mengomunikasikan masalah apa saja dengan anak-anaknya. Ia mencari

waktu luang agar semua anak-anaknya bisa berkumpul, bercanda, dan saling membuka

diri agar tidak ada pembatas diantara anggota keluarganya.

Dalam rumah tangga, memang seharusnya mempunyai saat-saat tertentu untuk

bercanda, berbincang memonitor perubahan-perubahan yang terjadi di dalam keluarga,

dan membicarakannya secara terbuka agar tidak ada lagi sekat yang memisahnya.75

Misalnya seperti keluarga pak Marsam, ia tidak mengizinkan isterinya jika berjualan 75 Jalaluddin Rahmat, Op., Cit, hal 106.

Page 137: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

gorengan di lokalisasi, dengan alasan pak Marsam khawatir jika salah satu anggota

keluarganya menjadi korban pengaruh orang-orang didalamnya. Pak Marsam rela

menanggung semua kebutuhan hidup keluarganya, dengan berjualan sate, asalkan

isterinya tidak berjualan di lokalisasi. Dan alasan seperti ini oleh pak Marsam

dikomunikasikan dengan isterinya. Sehingga isterinya, bersedia untuk tidak jualan di

dalam lokalisasi.

Dalam kehidupan selalu di butuhkan sikap sabar, pengertian dan jujur. Karena

dengan ketiga sikap tersebut seseorang dapat menyelesaikan masalah yang muncul,

terutama dalam kehidupan keluarga. Saling pengertian, sabar dan jujur juga menjadi

salah satu kunci keluarga yang harmonis. Seperti keluarga pak Parlan mantan dinas sosial

Desa Kaliwungu, ia selalu bersikap sabar dan mengerti akan kondisi keluarga dan

masyarakat disekitarnya.

Kehidupan rumah tangga tidak bisa berjalan dengan bermanja-manja, ini

menuntut orang menjalani kehidupannya dengan sabar dan jujur. Orang yang kehilangan

kesabarannya dan kejujurannya pasti akan gagal pada kesulitan yang mereka hadapi.

Hendaknya, mereka kesampingkan sifat manja ini agar sukses menghadapi berbagai

kesulitan. Orang yang gagal dalam kehidupan rumah tangga, dan tenggelam dalam lautan

pertengkaran, akan kehilangan kesabaran dan kejujurannya.76

Sifat seperti ini tidak ada dalam Agama, karena Agama selalu mengajarkan untuk

selalu berbuat sabar, jujur, dan pengertian. Adapun keluarga pak Juwari dan pak Agus.

Sebagai tukang parkir di lokalisasi, pak Agus selalu mementingkan kebutuhan

keluarganya, ia selalu sabar dalam menjalani pekerjannya, ia sering dimarahi isterinya

karena khawatir jika pak Agus selingkuh di lokalisasi. Tapi pak Agus adalah sosok suami 76 Dr. Ali Qaimi, Op., Cit, hal 14.

Page 138: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

yang setia dan jujur. Ia bekerja benar-benar untuk menghidupi anak isterinya. Ia rela

makan seadanya asalkan keluarganya dapat hidup bercukupan.

Ajaran Islam mengungkapkan tentang nistanya berprasangka buruk, dan

mengajak pengikutnya untuk segera mencabut dari akar-akarnya dari dalam diri.

Terutama dalam kehidupan berumah tangga. Islam mengajak para suami isteri untuk

melanggengkan kehidupan rumah tangga, dalam suasana tentram dan dipenuhi sikap

saling percaya antar satu sama lain. Menghormati pendapat pasangan, merupakan hal

penting dalam rumah tangga, mendengarkan masukan pasangan dibutuhkan dalam

keluarga, meskipun pendapat itu tidak diterima. Karena menghormati dengan

mendengarkan pendapat orang lain adalah sikap yang baik.77

Ibu Mursiah, pak Slamet, pak Parlan adalah orang yang selalu menghormati

pendapat dan percaya terhadap pasangannya. Ibu Mursiah seorang penjual tempe keliling,

ia selalu percaya terhadap suami, walaupun sebenarnya juga khawatir melihat kondisi

rumahnya berdekatan dengan lokalisasi. Dan tidak jarang para suami yang selingkuh

main ke lokalisasi. Akan tapi, bu Mursiah percaya jika suaminya sangat mencintainya.

Begitu juga dengan pak Parlan dan pak Slamet. Dalam rumah tangga, mereka selalu

membuka komunikasi di antara anggota keluarga, dan saling menghormati dan menerima

pendapat, masukan dari istri ataupun anak-anaknya.

Dalam pernikahan saling mencintai, dan menyayangi menjadi modal utama,

keluarga bahagia adalah kelurga yang diliputi cinta dan kasih sayang. Karena, kasih

sayang merupakan sungai yang mengalirkan air kehidupan, yang membersihkan semua

kesedihan dan menghanyutkan seluruh kotoran. Sebagaimana keluarga ibu Mursiah, Ibu

Marsam, dan pak Slamet. Dalam keluarga mereka cinta dan kasih sayang harus selalu di 77 Dr. Ali Qaimi, Op., Cit, hal 48.

Page 139: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

pupuk. Agar keluarga selalu harmonis, aman dan sejahtera, meskipun terdapat lokalisasi

disekitarnya.

Kehidupan suami isteri hendaknya dibina dengan kecintaan dan ketulusan.

Kehidupan yang kosong dari cinta sungguh tiada berarti. Selain itu, dengan menghasilkan

generasi baru, pasangan suami isteri akan memikul tanggung jawab bersama. Agama

menghendaki cinta yang tulus, bukan cinta semu. Cinta yang didamba adalah cinta yang

akar-akarnya menghujam kedalam tanah. Sebuah keluarga yang diliputi sifat-sifat seperti

ini niscaya akan di ridhai Allah.

Dalam rumah tangga pak Slamet sikap saling mencintai, menghormati, dan

percaya antar pasangannya selalu dipertahankan. Pak Slamet yang bekerja sebagai tukang

tambal ban di dekat lokalisasi selalu mendapat perhatian dari isterinya, karena isterinya

juga merasa khawatir, jika pak Slamet ikut terjerumus dalam tempat maksiat itu. Akan

tapi pak Slamet selalau memberi nasehat kepada isterinya, sehingga isterinya tidak

mudah berprasangka buruk kepada pak Slamet. Isterinya yakin dan percaya bahwa pak

Slamet adalah suami yang sangat mencintai dan menyayangi anggota keluarganya.

Pasangan suami isteri hendaknya menjadi dua sahabat karib, yang saling berbagi

manis dan pahitnya kehidupan. Serta selalu menyelesaikan segenap problem kehidupan

dengan tangan dingin. Hendaknya masing-masing pihak saling mencurahkan perhatian,

dan menitipkan rahasianya satu sama lain. Pasangan suami isteri yang telah kehilangan

rasa saling percaya, niscaya akan terhindar dari limpahan rahmat Allah.

Di sampimg itu, sikap lain yang harus dipertahankan dalam rumah tangga adalah,

selalu bersyukur atas rizki yang diberikan Allah berapapun jumlahnya, asalkan rizki itu

berasal dari pekerjaan yang halal. Pak Gito, pak Marsam, dan pak Agus mereka selalu

Page 140: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, mereka merasa cukup atas karunia Tuhan,

dengan selalu bekerja keras. Sikap bersyukur dan menerima rizki Tuhan dapat

menetramkan hati, tidak mudah iri terhadap orang lain. Sehingga kehidupan keluarga

akan tetap berjalan harmonis.

Adapun rumah tangga pak Marsam yang sehari-hari bekerja sebagai penjual sate

di depan rumahnya, ia dan keluarganya selalu bersyukur dan menerima pemberian Allah,

berapapun penghasilannya. Sebagai penjual sate ia tidak pernah mengeluh dan susah.

Malah isterinya yang ingin membantunya jualan gorengan di lokalisasi ia larang. Ia

khawatir jika isterinya ikut terpengaruh orang-orang lokalisasi, sampai isterinya mau

mengerti. Pak Marsam, dan keluarganya bersyukur atas pekerjaannya yang setiap hari

cukup untuk menyekolahkan dan membiayai anak-anaknya.

Orang sukses dalam hidupnya adalah orang yang selalu bekerja keras dan ulet,

tidak bergantung pada orang lain. Selalu berusaha semaksimal mungkin, agar hari esok

lebih baik dari hari ini, suami-istri yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan

kelurga maka akan tercukupi. Anak sekolah yang belajar rajin dan sungguh-sungguh pasti

mendapat hasil yang memuaskan. Hampir semua informan menyatakan, dengan bekerja

keras dan ulet, maka kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi. Sehingga keharmonisan

dalam rumah tangga akan terus bertahan.

Adapun dengan bu Mursiah penjual tempe keliling, ia adalah perempuan yang

terkenal ulet dalam bekerja, setiap jam 3 malam bu Mursiah, sudah bangun dan mulai

menyiapkan, mengiris-iris dagangan tempe-tempenya yang mau dijual, setelah sholat

subuh bu Mursiah harus menjajakan tempenya ke warung-warung, ia tak kenal lelah. Di

desanya tempe-tempe bu Mursiah sudah tidak asing lagi, dagangannya selalu habis

Page 141: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

terjual, karena terkenal enak dan gurih, masyarakat banyak yang suka. Setelah selesai

berjualan sekitar pukul 9/ 10, bu Mursiah langsung memasak untuk keluarganya, untuk

makan siang dan sore hari. Paginya anak dan suami bu Mursiah sarapan nasi kemarin.

Dan hal seperti itu sudah terbiasa dalam rumah tangga bu Mursiah.

Diantara upaya lain yang tak kalah penting adalah, suami isteri diharuskan untuk

menjaga penampilan masing-masing. Keduanya harus senantiasa berusaha

memperlihatkan kecantikan, dan ketampanannya dalam berpenampilan. Ajaran Islam

banyak mewasiatkan kita untuk selalu menjaga kebersihan tubuh. Dimulai dari mandi,

mengosok gigi, memakai wewangian, merapikan rambut, memotong kuku, dan

mengenakan pakaian bersih. Semua itu mepunyai pengaruh yang sangat besar dalam

menumbuhkan perasaan simpatik, sekaligus mengeratkan jalinan cinta di antara suami

isteri.78

Sikap yang harus dilakukan untuk menjaga keluarga agar tetap harmonis, dan

selalu menarik pasangan, bersih, rapi dan teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh

pasangan lain. Seperti halnya keluarga pak Tumbro, sang istri selalu berpenampilan

menarik jika pak Tumbro pulang dari jualan nasi goreng. Istrinya selalu menasehati kalau

dagangan habis cepat pulang, jangan mudah terpengaruh, tidak perlu mampir ke tempat

haram (lokalisasi). Di rumah istri pak Tumbro selalu berpenampilan rapi, dan bersih dan

selalu merawat anak-anaknya. Mungkin ini yang sering lupa di lakukan oleh para istri

ketika suami bekeraja di luar. Karena kebanyakan suami selingkuh karena isteri kurang

merawat diri dan tubuhnya.

Disamping itu, dalam kehidupan rumah tangga, suami wajib mengajarkan anggota

keluarganya melakukan sholat 5 waktu, bahwa sholat adalah rukun Islam yang paling 78 Dr. Ali Qaimi, Op., Cit, hal 22.

Page 142: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

penting setelah dua kalimat syahadat. Shalat pada waktunya adalah ibadah yang paling

disukai Allah. Dan orang yang meninggalkannya, berarti telah kafir dan terlepas dari

perlindungan Allah. Selain itu suami harus mengajarkan anggota keluarganya hukum-

hukum bersuci, tata cara wudhu yang benar, serta rukun, wajib, sunnah, mubah dan hal-

hal yang membatalkan sholat.79

Allah swt menjanjikan rizki bagi orang yang menyuruh isteri dan anak-anaknya

sholat, seperti dalam Firman Allah, (Q.S Thaha ayat:132)

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”80

Dalam keluarga selalu ada kesempatan pada suami, istri dan anak-anak untuk

beriman dan bertakwa, sesuai dengan akidah agama yang dianutnya. Dalam keluarga

kehidupan kuat beragama sangat penting, karena dengan kehidupan beragama dapat

memberikan keseimbangan hidup pada manusia. Seperti halnya keluarga pak Gito yang

disiplin dalam menjalankan kehidupan beragama, ia mendidik istri dan anak-anaknya

untuk selalu mengerjakan sholat 5 waktu, dengan penuh tanggung jawab.

Drijarkara (1979) mengklasifikasiakn tanggung jawab keluarga ke dalam dua

bagian, yaitu tanggung jawab vertikal dan tanggung jawab horisontal. Tanggung jawab

vertikal diwujudkan melalui komunikasi dan dialog dengan Tuhan. Sedangkan tanggung

79 Syaikh Fuad Shalih, Untukmu Yang Akan Menikah Dan Telah Menikah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2009, hal 266 80 Al-Qur’an Surat, Thaha: ayat 132

Page 143: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

jawab horisontal dilakukan melalui komunikasi dengan manusia, termasuk dirinya

sendiri, masyarakat dan lebih luas lagi dengan umat manusia secara keseluruhan.

Sedangkan menurut ajaran Islam, keluarga mempunyai tiga macam tanggung

jawab. Pertama, tanggung jawab kepada Allah swt, karena keluarga dan fungsi-fungsinya

itu merupakan pelaksanaan amanat Allah swt, yaitu amanat ibadah dan amanat Khilafah.

Kedua, tanggung jawab ke dalam keluarga itu sendiri, terutama tanggung jawab orang

tua, sebagai pemimpin dalam keluarga, untuk senantiasa membina dan mengembangkan

kondisi kehidupan keluarga ke taraf yang lebih baik. Ketiga, tanggung jawab keluarga

ialah bahwa keluarga, sebagai unit kecil dan bagian dari masyarakat, menunjukkan

penampilan yang positif terhadap keluarga lain, masyarakat, bahkan terhadap bangsa dan

negaranya.81

Dari semua penjelasan informan, menyatakan bahwa mereka semua adalah orang-

orang yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap anggota keluarganya, baik yang

merasa khawatir dengan adanya lokalisasi, atau pun yang merasa bersyukur adanya

lokalisasi. Karena dengan begitu mereka bisa mendapat lapangan pekerjaan, dan bisa

memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Adapun hasil penelitian dari 10 informan, mereka rata-rata menyatakan setuju

terhadap adanya lokalisasi. Ada 6 (enam) orang yang menyatakan setuju, meskipun

mereka semua merasa khawatir terhadap lokalisasi. Hanya dua orang informan yang

menyatakan setuju dan tidak khawatir sama sekali, yakni bu Lastri dan bu Sriyanti. Bu

Sriyanti seorang janda umur 43 th, bekerja sebagai tukang pijet pengunjung lokalisasi, ia

mempunyai 3 anak yang masih duduk di SMP dan di SD. Dalam hidup bu Sriyanti yang

81 Jalaluddin Rahmat, Op, Cit, hal 22

Page 144: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

penting kebutuhan keluarga tercukupi dan anak-anaknya bisa lulus tingkat SMP. Ia selalu

berkomunikasi/ musyawaroh dengan anak-anaknya jika terdapat masalah keluarga.

Lain halnya dengan pak Gito, dan pak Marsam yang sangat tidak setuju adanya

lokalisasi, mereka lebih baik mencari nafkah di luar tempat haram itu. Pak Gito yang

bekerja sebagai tukang ojek, setiap pagi hingga siang hari ia harus bekerja, dan sorenya

pak Gito harus mengurusi masjid, mulai menyapu, ngepel, bersih-bersih kaca serta adzan,

jika muadzin berhalangan. Pak Gito merupakan tetagga lokalisasi yang memiliki

landasan iman yang kuat, terbukti setiap hari anggota keluarganya melaksanakan sholat

lima waktu secara istiqomah. Dalam mendidik anakpun pak Gito sangat disiplin, dalam

hal belajar pelajaran sekolah dan masalah agama. Pak Gito selalu membimbing,

mengarahkan anak dan isterinya belajar agama.

Begitupun dengan keluarga pak Marsam seorang penjual sate ayam, ia tidak

pernah mengizinkan keluarganya masuk ke tempat lokalisasi, meskipun isterinya minta

izin untuk berjualan di sana. Akan tapi pak Marsam lebih memilih agar isterinya tidak

bekerja, biar tanggung jawab nafkah kebutuhan keluarga ditanggung sendiri oleh pak

Marsam. Ia merupakan orang yang berjiwa besar, pekerja keras, dan selalu sabar atas

rizki pemberian Tuhan.

Dari hasil wawancar diatas, memberi kita pemahaman. Bahwa upaya masyarakat

sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga, meskipun setelah

adanya lokalisasi, di dekat rumah warga. Terdiri dari beberapa upaya yang harus

dilakukan masyarakat, diantaranya: Keluarga harus menjadi prioritas utama dan menjaga

keutuhan anggota keluarganya, karena keluarga merupakan bagian yang paling utama.

Selain itu musyawaroh/ Komunikasi antar anggota keluarga, agar diantara anggota

Page 145: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

keluarganya selalu terbuka, tidak ada sekat yang memisahkan. Sehingga, masalah-

masalah keluarga dengan cepat dapat terselesaikan.

Disamping itu, upaya lain yang harus dilakukan masyarakat adalah Saling

pengertian, Sabar dan Jujur. Saling percaya terhadap pasangan, tidak mudah

berprasangka buruk terhadap pasangan, dan menghormati pendapatnya. Saling mencintai,

dan menyayangi seluruh anggota keluarganya, tidak ada yang dibeda-bedakan semuanya

sama. Upaya lain yaitu Bersyukur atas nikmat pemberian Allah dengan ikhlas, berapapun

jumlahnya. Asalkan pekerjaan itu halal, tidak mengundang kemaksiatan. Dan juga

Bekerja keras, ulet tidak mudah putus asa selalu menghidupi keluarga dengan penuh

kesabaran.

Di samping itu upaya mempertahankan keharmonisan rumah tangga, yang sering

terlupakan oleh pasangan suami istri yakni, penampilan harus selalu menarik pasangan,

bersih, rapi dan tidak mudah terpengaruh pasangan lain. Karena dengan selalu

berpenampilan menarik pasangan tidak akan mudah selingkuh. Menarik bukan berarti

harus mahal atau mewah. Akan tapi bersih dan rapi. Sehingga pasangan tidak mudah

selingkuh, karena sudah puas dengan layanan isteri di rumah. Pondasi agama harus kuat,

dan selalu menjalankan sholat 5 waktu, karena ini merupakan kewajiban bagi umat

muslim, yang terakhir yaitu tanggung jawab dalam keluarga. Mulai mencukupi nafkah

keluarga, membiayai sekolah anak-anaknya, sandang, pangan, dan papan untuk anak

isterinya.

Page 146: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisa data yang di peroleh di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten

Tulungagung, terdapat beberapa kesimpulan diantaranya:

a. Mengenai pemahaman masyarakat desa Kaliwungu terhadap keharmonisan rumah

tangga, ada beberapa pemahaman, diantaranya: 1) Kebutuhan keluarga sehari-hari

dapat tercukupi; 2) Dapat mendidik anak dengan baik dan sungguh-sungguh,

sehingga dapat menyekolahkan anak-anak sampai jenjang pendidikan lebih tinggi; 3)

Tidak pernah ada pertengkaran hebat; 4) Tidak pernah selingkuh; 5) Tidak ada kata

cerai; 6) Tidak mudah terpengaruh dan teguh pendirian.

b. Adapun Upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan

rumah tangga, terdapat beberapa poin, diantaranya: 1) keluarga menjadi prioritas

utama dan menjaga keutuhan keluarga; 2) komunikasi antar anggota keluarga; 3)

saling pengertian, sabar dan jujur; 4) saling percaya terhadap pasangan dan

Page 147: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

menghormati pendapatnya; 5) saling mencintai dan menyayangi; 6) bersyukur dan

menerima rizki pemberian Allah dengan ikhlas; 7) bekerja keras dan ulet; 8)

penampilan harus selalu menarik pasangan, bersih, rapi dan tidak mudah terpengaruh

pasangan lain; 9) pondasi agama harus kuat dan selalu menjalankan sholat 5 waktu;

10) tanggung jawab dalam keluarga.

c. Lokalisasi adalah bukan merupakan penyebab terbesar bagi kegagalan rumah tangga.

Adapun bertetangga dengan lokalisasi apabila bisa menempatkan diri, malah akan

mendapatkan banyak keuntungan. Tetapi kalau tidak bisa menempatkan diri, maka

keharmonisan dalam rumah tangga akan sulit untuk dipertahankan. Jadi semuanya

kembali kepada para suami isteri dalam membina keluarganya. Akan tapi, setiap

anggota keluarga yang bertetanga dengan lokalisasi, selalu merasakan khawatir walau

hanya sedikit sekali. terbukti dari hasil wawancara 8 dari 10 orang, menyatakan

kekhawatirannya bertetangga dengan lokalisasi, meskipun warga bisa mendapatkan

penghasilan setiap hari, dengan memanfaatkan pengunjung lokalisasi dengan

berjualan atau menjadi tukang parkir, tukang pijet dan lain sebagainya.

d. Bahwa apabila lokalisasi dikelola dengan baik dan benar, sehingga dapat menjadi

perhatian pemerintah daerah. Maka disamping kesehatannya akan ditangani secara

proposional, maka peluang kerjapun akan banyak sesuai perkembangan lokalisasi itu

sendiri. Sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkan.

Page 148: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

B. Saran

Untuk mengantisipasi munculnya permasalahan sosial terutama bagi keluarga-

keluarga muda yang tergolong kurang mampu perekonomiannya. Seharusnya

diberdayakan dengan porsi per-rumah tangga (per KK) atau porsi per-orangan. Artinya

apabila dalam satu keluarga, misalnya suami mempunyai potensi pertukangan. Maka

harus diberi stimulan peralatan dapur, karena bisa memasak sendiri dan akhirnya bisa

menekan pengeluaran. Ada salah satu barang kebutuhan keluarga yang jarang sekali

disinggung dalam pengarahan, karena mungkin sangat tidak lazim dijadikan barang

bantuan yaitu alat transportasi sepeda biasa. Padahal bagi keluarga tidak mampu dan

tidak mempunyai sepeda yang layak pakai, maka bantuan itu akan besar sekali artinya.

Page 149: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Daftar Pustaka

Adi. Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. 2004. hal 70.

Amin Gebriel Silalahi, Metode Penelitian dan Study Kasus. Sidoarjo: CV. Citra Media,

2003. hal 57.

Ahmad Abdul Jawwad Muhammad, Kiat Mencapai Keharmonisan Rumah Tangga,

Penerbit Amzah, Jakarta, 2006, hal 10

Al Barry. M. Dahlan & L.Lya Sofyan Yacub. Kamus Induk Istilah Ilmiah. Target Press.

Surabaya. 2003

Al-Qur’an Karim.

Arikunto. Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT: Rineka

Cipta. 1998. hal 114.

B. Simanjutak, Pengantar Kriminologi dan Pathologi Sosial, Penerbit Tarsito, 1981. hal

22

Daradjat Dr. Zakiah. Perkawinan Yang Bertanggung Jawab, Jakarta, Bulan Bintang,

1975. hal 23.

Fuady Munir, Aliran Hukum Kritis, PT. Adya Bakti, Bandung, 2003, hal 70.

Fuad Shalih Syaikh, Untukmu Yang Akan Menikah Dan Telah Menikah, Pustaka Al-

Kautsar, Jakarta, 2009, hal 266

Hadisubroto Subino dkk, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung, 1993, hal 57

Page 150: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Hasan, M. Ali, Pedoman Berumah Tangga Dalam Islam, Prenada Media Group, Jakarta,

2006. Hal 13

Husain Ayatullah Mazhahiri, Membangun Surga Dalam Rumah Tangga., Bogor, Jawa

Barat. Penerbit Cahaya, 2001. hal 142.

Iis Inayatul Affiyah.“Dampak Bencana Lumpur Panas ‘Lapindo Brantas Inc’ Terhadap

Keharmonisan Rumah Tangga” (Study Di Desa Jatirejo Kecamatan Porong

Kabupaten Sidoarjo). Fakultas Syari’ah UIN Malang. Skripsi. 2007.

Imroatus Sholihah“Upaya Pelaku Poligini dalam Mewujudkan Kelurga Sakinah” (Study

di Desa Banjardowo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang). Skripsi.

Fakultas Syari’ah UIN Malang. 2006.

Kholis Nur Aziz, Tinjauan Pasal 296 KUHP Terhadap Lokalisasi Pelacuran di

Kabupaten Tulungagung, Skripsi, UNITA, 2007.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia.

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara. Jakarta. 2004.

Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: PT. Hanindika Offes, 1986. hal 5.

Mahmud Muhammad Al-Jauhari, Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun

Keluarga Qur’an, Jakarta. Penerbit Amzah, 2005. hal 161.

Moleong. Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2005. hal 49.

Mudjab Nadhirah, Merawat Mahligai Rumah Tangga. Yogyakarta. Mitra Pustaka, 2000.

hal 31.

Mushoffa Aziz. Untaian Mutiara Buat Keluarga, Yogyakarta, Penerbit Mitra Pustaka,

2001, hal 12.

Qaimi Ali, Singgasana Para Pengantin, Penerbit Cahaya, Bogor, 2002, hal 187

Rahmawati“Upaya Istri Yang Bekerja di Pabrik Dalam Menciptakan Harmonisasi

Keluarga” (Study di Desa Ringinpitu Kecamatan Kedungwaru Kabupaten

Tulungagung). Skripsi. Fakultas Syari’ah UIN Malang. 2007.

Rochim Adamang, 19981, Pelacuran Sebagai Salah Satu Faktor Penghambat

Kesejahteraan Keluarga, Penerbit Tarsito, Bandung, hal 68.

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentar Lengkap

Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, hal 209.

Page 151: Upaya masyarakat di sekitaran lokalisasi dalam memepertahankan rumah tangga

Rukmini Kusuma Astuti. Proses Terjadinya Pelacuran di Masyarakat. Thesis Fakultas

Psikologi Universitas Gadjahmada. Jogyakarta. 1984.

Salim. Petter & Yenny Salim, Kamus B. Indonesia Kontemporer. Modern English Press.

Jakarta. 1991

Soejono D, Pathologi Sosial, Alumni, Bandung, hal 102.

Soekanto. Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 1986 hal 43.

Thayyib Anshari, Struktur Rumah Tangga Muslim, Surabaya, Penerbit Risalah Gusti,

1992. hal 4.

Tim Dosen Fakultas Syari’ah. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang. Fakultas

Syari’ah UIN Malang. 2005, hal 1.

Umar An-Nawawi Syekh Muhammad bin. Hak dan Kewajiban Suami Istri . Bandung

Penerbit Trigenda Karya, 1994, hal 30.