ujian lengkap sarjana pembimbing : dr. st. nurani...

24
Ujian Lengkap Sarj Pembimbing : Dr. S Kasm ANALISIS PENDA ARAWA KECA JURU jana St. Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si miyati Kasim, S.Pt, M.Si APATAN USAHA TERNAK ITIK PEDAG AMATAN WATANG PULU, KABUPATE HASNAWATI I 311 08 260 USAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 0 GING DI DESA EN SIDRAP N

Upload: dothuy

Post on 10-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Ujian Lengkap Sarjana

Pembimbing : Dr. St. Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si

Kasmiyati Kasim, S.Pt, M.Si

ANALISIS PENDAPATAN ARAWA KECAMATAN WATANG PULU

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Ujian Lengkap Sarjana

Pembimbing : Dr. St. Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si

Kasmiyati Kasim, S.Pt, M.Si

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK ITIK PEDAGING KECAMATAN WATANG PULU, KABUPATEN SIDRAP

HASNAWATI I 311 08 260

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

0

PEDAGING DI DESA , KABUPATEN SIDRAP

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Page 2: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ternak itik merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran

cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan

protein hewani yang murah dan mudah didapat. Di Indonesia, itik umumnya

diusahakan sebagai penghasil telur namun ada pula yang diusahakan sebagai

penghasil daging. Peternakan itik didominasi oleh peternak dengan sistem

pemeliharaan yang masih tradisional di mana itik digembalakan di sawah atau di

tempat-tempat yang banyak airnya, namun dengan cepat mengarah pada

pemeliharaan secara intensif yang sepenuhnya terkurung (Apriyantono, 2011).

Usaha peternakan itik bukan hanya sekedar sambilan akan tetapi sudah

memiliki orientasi bisnis yang diarahkan dalam suatu kawasan, baik sebagai

cabang usaha maupun sebagai usaha pokok, karena mengusahakan budidaya itik

cukup menguntungkan dan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan keluarga

(Apriyantono, 2011).

Usaha peternakan itik telah banyak digeluti oleh masyarakat dibeberapa

daerah di Sulawesi Selatan khususnya di daerah Kabupaten Sidenreng Rappang.

Ternak itik sangat cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Sidrap, hal ini karena

Kabupaten Sidrap merupakan daerah yang sebahagian besar luas wilayahnya

terdiri dari areal persawahan sehingga sangat cocok untuk mengembangkan ternak

itik (Yunus, 2012). Dimana jumlah populasi ternak itik yang tercatat di daerah

Sidrap dapat dilihat pada tabel 1 :

Page 3: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

2

Tabel 1. Populasi Ternak Itik Tiap Kecamatan di Kabupaten Sidrap Pada Tahun 2009 Sampai 2011.

No. Desa Tahun

2009 2010 2011 1 Maritenggae 14.800 15.540 16.317 2 Pitu Riase 5.132 5.388 5.657 3 Dua Pitue 14.871 15.614 16.395 4 Pitu Riawa 57.507 60.382 63.401 5 Tellu Limpoe 23.267 24.430 25.652 6 Sidenreng 82.000 86.100 90.405 7 Panca Rijang 15.083 15.083 15.837 8 Kulo 4.194 4.403 4.623 9 Baranti 112.645 118.277 124.191 10 Watang Pulu 24.471 25.510 26.785 11 Panca Lautang 7.570 8.132 8.539 Jumlah 361.540 378.859 397.802

Sumber : Data Populasi Ternak Itik Kabupaten Sidrap, 2012.

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah populasi ternak itik di Kabupaten

Sidrap terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama kurung waktu 3

tahun yaitu dari tahun 2009 – 2011 sebesar 361.540 meningkat menjadi 397.802

ekor. Kecamatan Baranti merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki

populasi ternak itik paling besar tahun terakhir di Kabupaten Sidrap yaitu 124.191

ekor, dikecamatan ini kebanyakan yang beternak itik petelur dan pusatnya

penetasan telur untuk DOD.

Di lihat dari sistem pemeliharaannya yang sudah lebih terorganisir dengan

baik, sehingga peternak itik bermaksud untuk perkembangan usaha peternakan

itik, maka di Desa Arawa, Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sidrap memelihara

ternak Itik sebagai itik pedaging. Berdasarkan survei awal, pemeliharaan

dilakukan dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif dimana ternak-ternak

yang dipelihara dikandangkan di sore hari dan di lepaskan di pagi hari untuk

mencari makan yang mempunyai sumber pakan yang alami. Dan pemeliharaan

Page 4: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

3

ternak itik dilakukan selama 1 periode dalam 70 hari, kemudian ternak dijual, dan

rata-rata skala usaha peternak itik di desa tersebut adalah skala 500 sampai 1000

ekor. Untuk lebih dikembangkan usaha ternak Itik yang dijalankan, maka penting

diketahui seberapa besar pendapatan peternak Itik. Hal inilah yang mendorong

peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pendapatan Usaha

Ternak Itik Pedaging di Desa Arawa Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten

Sidrap”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah yang dapat

dirumuskan peneliti adalah seberapa besar pendapatan usaha ternak itik pedaging

di Desa Arawa Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya

pendapatan usaha ternak itik pedaging di Desa Arawa Kecamatan Watang Pulu,

Kabupaten Sidrap.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai pendapatan usaha

ternak itik pedaging di Desa Arawa Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten

Sidrap.

2. Sebagai bahan informasi dan kajian bagi semua pihak yang

berkepentingan dalam pengembangan ternak itik.

Page 5: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Ternak Itik

Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya

berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard.

Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara

sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik). Beternak itik bagi

sebahagian orang terasa lebih menjanjikan daripada beternak unggas jenis lainnya.

Pertama, produk yang dihasilkan yaitu telur terasa lebih dihargai sebab

penjualannya dihitung bijian bukan kiloan sebagaimana halnya telur ayam ras.

Kedua, cara pemeliharaan dan perawatan yang relatif mudah serta lebih tahan

terhadap penyakit. Ketiga jumlah permintaan telur yang terus naik dari tahun ke

tahun. dan Keempat yaitu permintaan akan daging konsumsi juga tinggi

(Astawan, 2007).

Itik pedaging merupakan ternak unggas penghasil daging yang sangat

potensial di samping ayam. Kelebihan ternak ini adalah lebih tahan terhadap

penyakit dibandingkan dengan ayam ras sehingga pemeliharaannya mudah dan

tidak banyak mengandung resiko. Daging itik merupakan sumber protein yang

bermutu tinggi dan itik mampu berproduksi dengan baik, oleh karena itu

pengembangannya diarahkan kepada produksi yang cepat dan tinggi sehingga

mampu memenuhi permintaan konsumen (Ali dan Febrianti, 2009).

Daging itik merupakan salah satu sumber daging yang sudah diterima oleh

masyarakat. Salah satu bentuk bahwa daging itik dikenal adalah pemanfaatan

sebagai bahan baku masakan, yaitu sate daging itik dan daging itik

Page 6: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

5

bakar/panggang. Dengan demikian, permintaan daging itik sebagai bahan untuk

dikonsumsi masyarakat relatif besar. Itik yang sering dimanfaatkan sebagai

penghasil daging biasanya bertipe jantan. Namun, tipe betina juga bisa dijadikan

sebagai itik pedaging, tetapi yang sudah memasuki masa afkir (kurang

berproduksi lagi). Berat badan yang dicapai oleh itik jantan pada umur 0, 4, 8 dan

16 minggu, menurut Chaves dan Lasmini (1978) dalam Mulatshi,dkk (2010),

dapat mencapai 37 gram, 623 gram, 1.405 gram dan 1.560 gram, sedangkan pada

umur 6 bulan dapat mencapai bobot 1.750 gram (Mulatshi, dkk, 2010).

Upaya untuk mendapatkan itik pedaging dapat dilakukan dengan cara

menyilangkan itik pedaging lokal dengan itik luar dengan memanfaatkan efek

heterosis dan carry over effect, sehingga diperoleh ternak jenis baru hasil

pemilihan dan penggabungan sifat-sifat yang baik dan menguntungkan (Amalia

1990). Selanjutnya menurut Rostini (2005) dalam Suryana (2008), bahwa

Persilangan antara entok dan itik alabio sebagai penghasil daging memberikan

nilai efisiensi pakan lebih baik dibandingkan persilangan antara entok dan itik

pekin, walaupun bobot badan pada minggu yang sama lebih rendah (Suryana,

2008).

Itik sebagaimana ternak lainnya tidak mampu untuk membuat atau

memenuhi kebutuhan gizinya sendiri, ia harus mengambilnya dari luar tubuhnya

yaitu dari ransum. Dari ransum yang dikonsumsi akan diperoleh energi, protein,

lemak, dan asam – asam amino, vitamin dan mineral. Kesemuanya itu dibutuhkan

untuk mempertahankan hidupnya dan untuk produksi. Bila ransum yang

dikonsumsi tidak mengandung kebutuhan yang cukup untuk hidup pokok dan

produksi, maka itik dengan nalurinya akan menyelamatkan hidupnya terlebih

Page 7: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

6

dahulu. Unsur-unsur gizi yang diperoleh dari ransum digunakan dahulu untuk

mempertahankan hidup sehingga produksi terhenti. Unsur nutrisi kedua yang

penting sekali adalah energi. Energi dibutuhkan untuk segala aktifitas tubuh dan

segala sesuatu yang berjaitan dengan itu. Begitu pentingnya energi ini, sehingga

protein akan diubah menjadi energi bila energi yang dimakan kurang dan

cadangan makanan berupa lemak juga tidak ada lagi. Bahkan itik akan berhenti

makan bila ia merasa kebutuhan energinya telah terpenuhi (Rasyaf, 1993).

Energi ransum yang dikonsumsi hewan dapat digunakan dalam 3 cara

yang berbeda yaitu dapat menyediakan energi untuk kerja, dapat dirubah menjadi

panas atau dapat disimpan sebagai jaringan tubuh. Energi ransum yang melebihi

energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan fungsi-fungsi lainnya

dalam tubuh disimpan dalam bentuk lemak. Kelebihan energi metabolis tidak

dapat dikeluarkan oleh tubuh hewan. (Anggorodi, 1985).

Syarat pakan yang baik untuk ternak itik adalah sebagai berikut :

1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap

seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari

beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik,

terutama dari sumber protein hewani.

2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil

tau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya. Bahan yang

biasa digunakan untuk pakan itik adalah; dedak, jagung, bungkil kedele,

bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang,

kepala/kulit udang dan lain-lain.

3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan

Page 8: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

7

4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun

bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.

5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik, agar

jangan saling berebutan pada waktu makan (Saleh, 2004).

Dalam pakan untuk bebek potong memang bermacam – macam gaya

dalam pemberian pakan akan tetapi pada kesimpulannya ialah pola pemberian

pakan secara terus menerus, dalam arti ketika pakan habis perlu ditambah

kembali. Selain itu pilihlah pakan yang mengandung protein tinggi, seperti pelet

dan konsentrat ( pakan buatan pabrik), gilingan jagung dll atau meramu sendiri

pakan yang dianggapnya efisien yakni nasi aking dicampur dedak (katul) dan

sedikit pelet, akan tetapi pakan ramuan ini diberikan setelah bebek memasuki

umur 20 hari. Bila kurang dari 20 hari alangkah lebih baik diberi pakan yang agak

halus atau dari pabrik (Saiefmuh, 2012).

Adapun pemberian pakan untuk itik yaitu sebagai berikut :

• Umur 1 – 2 minggu 6 kg/100 ekor/hari.

• Umur 3 – 4 minggu 80 kg/100 ekor/hari.

• Umur 5 – 9 minggu 100 kg/100 ekor/hari.

• Umur 10 minggu 150-180 kg/100 ekor/hari (Dwellank,2011).

Pemeliharaan anak/masa starter dimulai pada saat itik berumur 1 hari

sampai umur 60 hari, dimana anak-anak itik dipelihara dalam kandang khusus

yaitu untuk kandang anak dengan memakai pemanas/induk buatan dalam rangka

menghangatkan tubuh dari anak Itik tersebut, hal ini disebabkan pada umur 1 –14

hari anak itik tidak tahan dengan cuaca dingin karena belum dilengkapi dengan

bulu yang sempurna untuk menahan dingin, sehingga perlu adanya bantuan induk

Page 9: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

8

buatan sebagai penghangat tubuh, serta anak Itik diberi makan khusus yaitu pakan

anak yang mempunyai kandungan protein sekitar 19 – 21 % kadar protein dan

lebih dikenal dengan makanan “Starter”. Setelah umur 14 hari anak Itik tersebut

sudah mampu untuk menahan hawa dingin sehingga tidak perlu lagi dibantu

dengan induk buatan(pemanas), dikandang ini bisa dipelihara sampai umur 60

hari bagi pemeliharaan Pembibitan, selanjutnya setelah umur diatas 60 hari

dipindahkan ke kandang masa pertumbuhan (Grower). (Nurman, 2012).

Itik pedaging ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan produksi

daging kurang dari 2 bulan bisa menghasilkan berat badan sekitar 3 – 3,3 kg,

sehingga sudah siap untuk dipotong. Dalam usaha perunggasan terutama unggas

air (itik pedaging) dikenal dengan sistem pemeliharaan yaitu :

a. Sistem pemeliharaan extensif.

Sistem pemeliharaan Extensif, dimana pada sistem ini ternak-ternak

dipelihara dengan cara diabur/digembalakan tanpa memperhatikan kandang

maupun makanan, karena ternak-ternak tersebut dilepas di tempat-tempat yang

mempunyai sumber pakan alami misalnya didaerah-daerah pesawahan yang baru

panen. Pemeliharaan ini dilaksanakan oleh para peternak yang bersifat tradisional

dan nomaden , kondisi ini banyak ditemukan di daerah Jawa Barat bagian utara,

karena daerah pantura ini merupakan daerah pesawahan yang cukup luas sehingga

menjadi potensi bagi pengembangan itik dengan sistem extensif.

b. Sistem pemeliharaan semi intensif.

Pemeliharaan dengan sistem Semi Intesif, dimana ternak-ternak yang

dipelihara sudah memperhatikan kandang ternak dan diberi makan tetapi sewaktu

Page 10: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

9

waktu dilepas untuk mencari makan sewaktu ada peluang pada saat panen padi

ataupun pada tempat-tempat yang mempunyai potensi sumber pakan yang alami.

c. Sistem pemeliharaan intensif.

Sedangkan pemeliharaan yang Intensif, ternak-ternak peliharaan selalu

ditempatkan dikandang dan diberi makan secara terus menerus serta sudah

memperhatikan aspek-aspek teknis pemeliharaan ternak secara ilmiah dan sudah

menggunakan teknologi-teknologi yang dianjurkan (Syanur, 2012)

Untuk pemeliharaan itik pedaging jenis Peking (Peking Duck), lebih tepat

apabila dilaksanakan dengan sistem Intensif, hal ini disebabkan itik peking

(Peking Duck) merupakan Itik ras pedaging yang mempunyai kecepatan

pertumbuhan dalam waktu yang relatif singkat, dimana dalam kurun waktu

pemeliharaan kurang dari 2 (dua) bulan berat badannya sudah bisa mencapai

diatas 3 kg dengan kondisi makanan yang baik dan Itik sudah siap dijual sebagai

Itik Pedaging, dengan kualitas daging yang prima. Cara beternak itik yang pada

umumnya ekstensif tampaknya mempunyai arti besar dalam perekenomian

peternak. Terlihat adanya pemeliharan ternak itik yang bersifat turun temurun.

Pengembalaan itik sistim berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lain, tampaknya

tidak dapat lagi dipertahankan. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan

mengarahkan peternak untuk mengelola ternak itik secara semi intensif dan

intensif (itik lahan kering) (Rumawas, 1995).

Perubahan pemeliharaan ternak itik dari pola ekstensif akan bepengaruh

terhadap performans itik disemua jenjang umur. Pengaruh positif, ternak itik akan

lebih sehat dan lebih efisien dalam mengkonversikan pakan menjadi pangan,

sedangkan efek negatif, terjadi pertumbuhan yang terlalu cepat, cepat menajadi

Page 11: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

10

gemuk karena berkurangnya aktivitas serta dibutuhkan pakan yang lebih banyak

dan tentu akan menimbulkan pemborosan bila tidak diikuti dengan produksi yang

tinggi (Rusli, 2009).

Usaha peternakan itik memiliki prospek usaha yang cukup potensial untuk

dikembangkan maupun untuk dipasarkan, baik usaha pokok maupun sebagai

usaha sampingan, sehingga sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan

dan taraf hidup masyarakat. Usaha peternakan itik telah lama dikenal masyarakat.

Model peternakan itik kebanyakan menggunakan cara tradisional yang skala

pemeliharaannya kecil dan model pemberian pakan yang mengandalkan pakan

alami. Saat ini berkembang bisnis ternak itik untuk pemenuhan kebutuhan daging

dan untuk kebutuhan telur yang sudah ada sebelumnya. Seiring dengan semakin

tumbuh warung makan serba bebek, kebutuhan bebek pedaging tidak kalah

banyak dengan bebek petelur. Selain itu pemenuhan daging itik dari itik afkir saat

ini sudah tidak mencukupi lagi (Samosir, 1997).

Beberapa permasalahan yang dihadapi pada usaha peternakan itik

diantaranya adalah pola pengusahaan yang cenderung masih secara tradisional,

skala usaha belum ekonomis dan akses pemasaran yang belum optimal. Kondisi

ini harus diatasi agar usaha peternakan itik bisa semakin berkembang. Kajian

diharapkan mampu mengungkap lebih jauh mengenai berbagai aspek yang dapat

mendorong pengembangan usaha ternak itik. Pengelolaan usaha yang masih

tradisional, skala usaha yang belum ekonomis dan akses pemasaran yang belum

optimal akan berakibat pada rendahnya produktivitas ternak. Lebih jauh kondisi

ini akan menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara input dan output

yang dihasilkan., yang pada akhirnya akan berakibat pula pada rendahnya

pendapatan yang diperoleh peternak (Budiraharjo dan Handayani, 2008).

Page 12: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

11

2.2. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan

2.2.1. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah nilai dari semua factor-faktor produksi yang

digunakan baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi

berlangsung (Soekartawi, 2003). Selanjutnya Cahyono (2005) mengatakan bahwa

biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk pengadaan

prasarana da sarana produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan

dalam proses produksi serta menjadikan barang tertentu menjadi produk, dan

termasuk di dalamnya adalah barang yang dibeli dan jasa yang dibayar (Hernanto,

1996).

Dalam arti luas, biaya (cost) adalah sejumlah uang yang dinyatakan dari

sumber-sumber (ekonomi) yang dikorbankan (terjadi dan akan terjadi) untuk

mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu, istilah biaya kadang-kadang

dianggap sinonim dengan (1) harga pokok dan (2) beban dari sesuatu untuk tujuan

tertentu tersebut. Untuk mudahnya, pengertian biaya sebagai harga pokok dan

sebagai beban itu, disebut pengertian biaya dalam arti sempit, yakni apabila

pengorbanan yang diperlukan itu terjadi dalam rangka merealisasikan pendapatan

(Harnanto, 1992).

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga

yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya

apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya

operasi, maupun biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan. Selanjutnya

dikatakan bahwa biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan

karena adanya perubahan jumlah hasil. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak

Page 13: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

12

berubah-ubah (konstan) untuk setiap tingkatan atau hasil yang diproduksi. Biaya

total merupakan seluruh biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau

dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya

tetap (Swastha dan Sukotjo, 2007).

Biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variable serta

biaya tunai (riil) dan biaya tidak tunai (diperhitungkan). Biaya tetap adalah biaya

yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya pajak tanah,

pembelian peralatan dan perawatannya serta penyusutan alat dan bangunan. Biaya

variable yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala produksi, antara

lain pupuk, bibnit, obat-obatan, tenaga kerja luar keluarga, biaya panen, biaya

pengolahan. Biaya tunai meliputi biaya pajak, pembelian bibit, obat-obatan dan

tenaga luar keluarga. Biaya tidak tunai meliputi biaya untuk tenaga kerja keluarga,

penyusutan, bunga modal pinjaman dan cicilan jika meminjam modal dari bank.

Menurut Devendra dan Burns (1994), dalam Hernanto, mengemukakan bahwa

upah tenaga kerja keluarga dapat ditaksir dengan tingkat upah tenaga kereja lokal.

Upah tenaga kerja merupakan pengeluaran yang besar apabila tenaga kerja

keluarga juga dihitung. Lebih jauh dikatakan pula bahwa pada sistem usaha

peternakan tradisional pengeluaran untuk pakan dapat diabaikan (Hernanto,

1996).

Selanjutnya Swastha dan Suktojo (1993) menyatakan bahwa kita perlu

mengetahui beberapa konsep tentang biaya seperti : biaya variabel, biaya tetap,

dan biaya total.

Page 14: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

13

Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel

1) Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah yang disebabkan oleh adanya

perubahan jumlah hasil. Apabila jumlah barang yang dihasilkan bertambah,

maka biaya biaya variabelnya juga meningkat. Biaya variabel yang

dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya variabel rata-rata

(average variabel cost).

2) Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah (constant) untuk

setiap kali tingkatan/jumlah hasil yang diproduksi. Biaya tetap yang

dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya tetap rata-rata (average

fixed cost).

3) Biaya Total

Biaya total adalah keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan

atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut biaya

total rata-rata (average total cost).

Biaya usaha tani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : (a) Biaya

Tetap (fixed cost); dan (b) biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini

umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Disisi lain

biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan sebagai biaya yang

besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi,dkk, 1995).

Page 15: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

14

2.2.2. Penerimaan

Apabila hasil produksi peternakan dijual kepasar atau ke pihak lain, maka

diperoleh sejumlah uang sebagai produk yang dijual tersebut. Besar atau kecilnya

uang yang diperoleh tergantung pada jumlah barang dan nilai barang yang dijual.

Barang akan bernilai tinggi bila penerimaan melebihi penawaran atau produksi

sedikit. Dikatakan pula bahwa jumlah produk yang dijual dikaitkan dengan harga

yang ditawarkan merupakan jumlah uang yang yang diterima sebagai ganti

produk peternakan yang dijual. Ini dinamakan penerimaan uang sebagai hasil jeri

payah beternak pada saat itu belum diketahui untung atau rugi (Rasyaf, 2002).

Penerimaan usaha tani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan

pokok usata tani, tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha tani.

Penerimaan kotor usaha tani adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu

kegiatan usaha tani dikalikan dengan harga jual yang berlaku dipasaran. Adapaun

penerimaan usaha tani adalah merupakan hasil perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut

(Soekartawi,dkk, 1995) :

Dimana : TR = Total Revenue/penerimaan (Rp/Thn)

Q = Jumlah Produksi per tahun

P = harga (Rupiah)

Siregar (2009) menyatakan bahwa penerimaan kotor usaha ternak adalah

jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha ternak dikalikan

dengan harga jual yang berlaku dipasaran. Adapun penerimaan usaha ternak

adalah merupakan hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga

Total Penerimaan (TR) = Q x P

Page 16: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

15

jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai Tri = Yi . Pyi. Dimana TR adalah

total penerimaan, Y adalah produksi yang diperoleh dalam suatu usaha ternak (i),

Py adalah harga Y.

Penerimaan tunai usaha tani (farm receipt) didefenisikan sebagai nilai

uang yang diterima dari penjualan produk usaha tani. Pengeluaran tunai usaha tani

juga didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang

dan jasa bagi usaha tani. Demikian pula, pengeluaran usaha tani yang tidak

mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Penerimaan tunai dan

pengeluaran tunai usaha tani tidak mencakup yang berbentuk benda, jadi nilai

produk usaha tani dan nilai kerja yang dibayar dengan benda tidak dihitug sebagai

pengeluaran tunai usaha tani (Soekartawi,dkk, 1986).

2.2.3. Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan

usahatani dan peternakan setiap tahun, dimana salah satu sumber umum atau

kategori pendapatan usaha tani diperoleh melalui penjualan tanaman dan hasil

ternak seperti daging dan telur (Rasyaf, 2002).

Menurut Cahyono (1995) pendapatan usaha tani ada 2 macam yaitu

pendapatan kotor dan pendapatan bersih (keuntungan). Pendapatan kotor usaha

tani yaitu keseluruhan hasil atau nilai uang dari hasil usaha tani. Sedangkan

pengeluaran total usahatani adalah semua nilai masukan yang habis terpakai atau

dikeluarkan dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga

petani. Pendapatan bersih usaha tani yaitu jumlah pendapatan kotor usaha tani

dikurangi dengan biaya. Dengan kata lain bahwa pendapatan adalah selisih antara

hasil penjualan panen dengan biaya usaha tani.

Page 17: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

16

Menafsir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual

harus di nilai berdasarkan harga pasar, perhitungan pendapatan kotor harus juga

mencakup semua perubahan nilai tambah di lapangan antara permulaan dan akhir

tahun pembukaan. Perubahan semcam ini sangat penting terutama untuk tanaman

tahunan (Soekartawi,dkk, 1986).

Untuk menghitung jumlah pendapatan maka digunakan rumus sebagai

berikut (Soekartawi,dkk, 2003) :

Dimana :

π = Total Pendapatan / keuntungan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)

TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)

TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan petani peternak (Rp/Thn).

Di dalam usaha tani ternak modern, kunci keberhasilan untuk

menghasilkan pendapatan finansial yang optimum dan untuk mempertahankan

kelestarian usaha adalah tersedianya kekayaan asset perusahaan dengan jumlah

yang cukup dan dalam kombinasi yang tepat. Contohnya, tersedianya lahan,

hewan, mesin-mesin dan faktor modal lainnya, tenaga kerja, dan keterampilan.

Jumlah Aset yang dikuasai seorang pengusaha, syarat dan kondisi yang ada pada

waktu kekayaan tadi diperoleh (Manullang, 2002).

Analisa pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun pemilik

faktor produksi. Ada dua tujuan dari analisa pendapatan yaitu (1) menggambarkan

keadaan sekarang atau suatu kegiatan usaha, (2) menggambarkan keadaan yang

akan dari perencanaan atau tindakan. Bagi petani, analisa pendapatan memberikan

bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau

π = TR - TC

Page 18: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

17

tidak. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa ada usahatani yang menggunakan tenaga

kerja dari keluarga sehingga lebih tepat kalau pendapatan itu dihitung sebagai

pendapatn yang berasal dari kerja keluarga. Dalam hal ini, kerja keluarga tidak

usah dihitung sebagai pengeluaran dengan kata lain dalam pendapatan kerja

keluarga. Dikatakan bahwa pendapatan yang diterima hampir seluruhnya

digunakan untuk dikonsumsi (Cahyono, 1995).

Besarnya pendapatan dari usaha ternak itik merupakan salah satu pengukur

yang penting untuk mengetahui seberapa jauh usaha peternakan itik mencapai

keberhasilan. Pendapatan adalah hasil keuntungan bersih yang diterima peternak

yang merupakan selisih antara penerimaan dan biaya produksi.

Page 19: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Februari 2013

(jadwal penelitian terlampir) di Desa Arawa Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten

Sidrap.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yaitu suatu jenis

penelitian yang menggambarkan fenomena-fenomena variabel tanpa melakukan

pengujian hipotesa. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yaitu

melakukan penelitian secara mendalam terhadap total pendapatan usaha ternak

itik pedaging.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 2. Indikator Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran

Pendapatan Total Penerimaan (TR)

Total Biaya (TC)

− Itik

1. Biaya Tetap

− Biaya Investasi

− Penyusutan Kandang

− Penyusutan Peralatan

2. Biaya Variabel

− DOD

− Mortalitas

Page 20: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

19

− Pakan

− Tenaga Kerja

− Vitamin/Obat-obatan

− Listrik

− Transportasi

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan petani peternak yang

beternak itik pedaging di Desa Arawa Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten

Sidrap. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposif dengan

pertimbangan bahwa peternak yang memelihara ternak itik pedaging selama 1

periode dalam 70 hari. Pada penelitian ini semua populasi dijadikan responden

atau sampel yaitu terdiri 37 peternak itik pedaging.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu

data yang berbentuk angka yang meliputi penerimaan dan komponen biaya-biaya

yang dikeluarkan peternak selama melakukan usaha ternak itik pedaging, seperti

biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap seperti biaya penyusutan kandang,

biaya penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya DOD, biaya

pakan, biaya vaksin/obat-obatan, listrik, tenaga kerja, dan biaya transportasi.

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Data primer adalah data yang bersumber dari hasil wawancara langsung

pemilik ternak itik pedaging yang berupa biaya investasi, biaya-biaya (biaya

tetap yang meliputi : penyusutan kandang, penyusutan peralatan, dan biaya

Page 21: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

20

variabel meliputi : biaya DOD, biaya pakan, biaya vaksin/obat-obatan, biaya

tenaga kerja, biaya listrik, dan transportasi).

b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari laporan-laporan, instansi

pemerintah, Dinas Peternakan, dan instansi-instansi terkait.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap usaha peternak

itik pedaging di Desa Arawa Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap.

2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan interview pada

peternak itik pedaging. Untuk memudahkan proses wawancara tersebut

digunakan bantuan kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai

kebutuhan penelitian seperti biaya produksi, penerimaan, jumlah ternak itik

pedaging, identitas responden dan lain sebagainya.

3.7. Analisa Data

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha ternak itik

pedaging dengan menggunakan statistik deskrektif yaitu analisis deskreptif

dengan menggunakan pengelompokan, penyederhanaan, dan penyajian data dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus pendapatan yaitu :

Dimana :

Pd = Total Pendapatan yang diperoleh peternak itik pedaging (Rp/periode)

TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh peternak itik pedaging

(Rp/periode)

TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan peternak Itik pedaging (Rp/periode)

Pd = TR - TC (Soekartawi, 2003)

Page 22: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

21

3.8. Konsep Operasional

1. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama satu siklus

produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya variable yang dinyatakan

dalam rupiah (Rp) per periode.

2. Biaya tetap meliputi penyusutan kandang, penyusutan peralatan, yang

dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.

3. Biaya variabel meliputi biaya DOD, biaya pakan, biaya vaksin/obat-

obatan, biaya tenaga kerja, biaya listrik, dan biaya transportasi yang

dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.

4. Penerimaan adalah nilai itik, serta ternak yang dikonsumsi yang diperoleh

dengan mengkalikan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per

periode.

5. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan usaha ternak itik

pedaging dengan total biaya yang dikeluarkan dinyatakan dalam rupiah

(Rp) per periode.

6. Peternak Itik pedaging adalah orang atau sekelompok orang yang

memelihara ternak itik pedaging selama 70 hari, kemudian ternak dijual.

7. Siklus produksi Itik per periode yaitu pemeliharaan ternak itik pedaging

selama 70 hari.

Page 23: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

22

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Arsyadi dan Febrianti, Nanda. 2009. Performans itik pedaging (lokal x

peking) fase starter pada tingkat kepadatan kandang yang berbeda di desa laboi jaya kabupaten kampar. Jurnal Peternakan Vol 6 No 1 Februari 2009 (29 – 35) ISSN 1829 – 8729. Pekanbaru.

Anggorodi, R. 1985. Manajemen Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.

Jakarta: PT. Gramedia. Apriyantono, Anton. 2011. Pedoman Budidaya Itik Pedaging Yang Baik. http://

pedoman-budidaya-itik-pedaging-yang.html. Di akses Tanggal 15 Agustus 2012.

Astawan. 2007. Tekhnologi Pangan dan Gizi, IPB. Bogor. Budiraharjo, Ir.Kustopo dan Handayani, Migie. 2008. Analisis profitabilitas dan

kelayakan financial Usaha ternak itik di kecamatan pagerbarang Kabupaten tegal. Laporan penelitian fakultas peternakan Universitas diponegoro Semarang 2008. Semarang.

Cahyono B.1995. Beternak Ayam Buras. CV. Aneka, Yogyakarta Harnanto. 1992. Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok Produk. Edisi

Pertama. BPFE, Yogyakarta. ------------. 1996. Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok Produk. Edisi

Kedua. BPFE, Yogyakarta. Manullang, M. 2002. Pengantar Bisnis. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Mulatshi, Sumiati, dan Tjakraddidjaja. 2010. Intensifikasi usaha peternakan itik dalam Rangka peningkatan pendapatan Rumah tangga pinggir kota. Institut Pertanian. Bogor.

Nurman, Safik. 2012. Beternak Itik Pedaging.

http://pesonaunggas.blogspot.com/beternak-itik-pedaging/htm. Di akses tanggal 4 Oktober 2012.

Rasyaf, M. 1993. Beternak Itik. Kanisius. Yogyakarta. -----------. 2002. Beternak Itik. Edisi ke -16. Kanisius. Yogyakarta. Rumawas, I. 1995. Sifat fisik dan Kualitas Telur. Fakultas Kedokteran Hewan,

IPB Bogor.

Page 24: Ujian Lengkap Sarjana Pembimbing : Dr. St. Nurani ...repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4036/BAB I... · peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

23

Rusli. 2009. Kualitas Telur Itik Asin (Studi Kadar Air, Organoleptik Dan Daya Simpan). Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang.

Saleh, Eniza. 2004. Pengelolaan Ternak Itik di Pekarangan Rumah. Fakultas

Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Samosir. 1977. Cara Beternak Itik. Di poskan Makaryo Deso

http://blogspot.htm/cara-ternak-itik.htm. Di akses Tanggal 15 Agustus 2012

Siregar, Amri S. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kec. Stabat,

Kab. Langkat. Skripsi Fakultas Pertanian Univesrsitas Sumatera Utara. Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan

Petani Kecil. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. --------------------. 1995. Analisis Usaha Tani. PT. Raha Grafindo Persada, Jakarta. --------------------. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta. Suryana, 2008. Peluang dan kendala pengembangan Itik serati sebagai penghasil

daging. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Jalan Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 70711. Jurnal Litbang Pertanian, 27(1), 2008.

Swastha, B dan Sukotjo, I. 1993. Pengantar Bisnis Moders (Pengantar Ekonomi

Perusahaan Modern). Liberty Offset Yogyakarta, Yogyakarta. ----------------------------,I. 2007. Pengantar Bisnis Moders (Pengantar Ekonomi

Perusahaan Modern). Liberty Offset Yogyakarta, Yogyakarta. Syanur. 2012. Beternak itik Pedaging. http://PesonaUnggas.posted.com/beternak-itik-pedaging.html. Di akses

Tanggal 7 September 2012. Yunus, Richman. S. 2012. Strategi Pengembangan Peternakan Itik.

http://blogspot.htm/strategi-pengembangan-peternakan-itik.html. Di akses tanggal 15 Agustus 2012.