uji aktivitas ekstrak fuli pala (myristica frangrans) terhadap candida albicans

53
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mukosa rongga mulut terdapat banyak flora normal. Flora normal tersebut dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit tetapi bila terjadi gangguan imun atau ketidakseimbangan dalam rongga mulut maka flora normal dapat menjadi patogen. Salah satu flora normal yang dapat dijumpai dalam rongga mulut adalah Candida albicans. Jamur ini merupakan spesies yang dominan dan sering menyebabkan penyakit dalam rongga mulut. Flora normal ini dapat menjadi patogen karena faktor di atas dan dapat menyebabkan kandidiasis oral, vulvoginitis, kandidiasis kutis, endokarditis, meningitis, dan lainya (Kuswadji,1999; Neville BW, Damn DD, Allen CM, Bouquot JE, 2002). Kelainan lokal dapat terjadi di mulut, vagina, kulit, kuku, paru, bahkan dapat menyebabkan infeksi sistemik seperti septikemia, endokarditis, atau 1

Upload: riski-andarini

Post on 15-Jan-2016

109 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BAB 1,2,3,4,5 SKRIPSI

TRANSCRIPT

Page 1: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mukosa rongga mulut terdapat banyak flora normal. Flora normal

tersebut dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit tetapi bila terjadi

gangguan imun atau ketidakseimbangan dalam rongga mulut maka flora normal

dapat menjadi patogen. Salah satu flora normal yang dapat dijumpai dalam rongga

mulut adalah Candida albicans. Jamur ini merupakan spesies yang dominan dan

sering menyebabkan penyakit dalam rongga mulut. Flora normal ini dapat menjadi

patogen karena faktor di atas dan dapat menyebabkan kandidiasis oral,

vulvoginitis, kandidiasis kutis, endokarditis, meningitis, dan lainya

(Kuswadji,1999; Neville BW, Damn DD, Allen CM, Bouquot JE, 2002).

Kelainan lokal dapat terjadi di mulut, vagina, kulit, kuku, paru, bahkan

dapat menyebabkan infeksi sistemik seperti septikemia, endokarditis, atau

meningitis. Telah dilaporkan bahwa kasus yang disebabkan oleh jamur tersebut di

rongga mulut paling banyak dikarenakan infeksi Candida albicans. Jamur ini

pada rongga mulut sering terdapat pada lidah, mukosa labial, mukosa bukal,

dorsum lidah bagian posterior dan bagian papilla sircumvalata dan daerah

palatum. Jamur ini juga dapat menyebabkan kandidiasis oral. Insiden kandidiasis

oral karena mikroba ini dilaporkan 20% - 75% yang disebabkan oleh beberapa

faktor predisposisi seperti xerostomia (mulut kering), penggunaan gigi tiruan,

penyakit defisiensi imun (HIV/AIDS), merokok, kemoterapi (Djuanda A, Hamzah

1

Page 2: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

2

M, Aisah S, 2007; volk J.T, 2012; Beebe, 2009; Muwarni, 2013; Neville et al.,

2002; cawson dan Odel EW, 2003).

Penggunaan tanaman sebagai obat masih banyak dipakai oleh

masyarakat dalam mengatasi berbagai jenis penyakit. Pengetahuan tentang

tanaman obat pada umumnya diwariskan secara turun temurun, meskipun

penggunaannya terkadang terbukti berkhasiat namun secara ilmiah pengetahuan

empiris perlu dibuktikan dengan penelitian yang sistematis agar penggunaan

tanaman obat menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang dapat

dilakukan terhadap tanaman obat adalah melalui pendekatan fitokimia dan

farmakologis. Pendekatan fitokimia yaitu penelusuran kimia aktif tanaman

sedangkan pendekatan farmakologi melalui efek farmakologis yang muncul akibat

penggunaan tanaman (Busman dan Fitriyasti, 2011).

Tanaman Pala (Myristica fragrans) adalah tanaman asli Indonesia yang

berasal dari pulau Banda. Tanaman ini dikenal sebagai tanaman rempah yang

memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap bagian tanaman dapat

dimanfaatkan dalam berbagai industri. Namun, umumnya pala diperdagangkan

hanya biji dan fuli. Saat ini telah banyak dijumpai usaha penanggulangan

kandidiasis secara tradisional. Salah satu jenis tanaman yang berpotensi untuk

dikembangkan adalah buah pala (Myristica fragrans). Dalam penelitian ini

digunakan fuli pada biji pala karena khasiatnya dan juga memiliki aktivitas

antioksidan, antimikroba dan antifungi. Sebelumnya telah dilakukan penelitian

bahwa ekstrak biji pala dapat digunakan sebagai uji aktivitas antifungi, maka dari

itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian uji aktivitas ekstrak fuli pala

terhadap Candida albicans (Bustaman, 2008; Sophia Grace sipahelut, 2012).

Page 3: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

3

Minyak pala merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang sangat

diminati dipasar internasional karena penggunaan yang sangat luas. Minyak pala

yang dikenal dipasar dunia adalah minyak pala yang diolah dari biji dan fuli,

daging buah pala juga mengandung minyak atsiri. Minyak pala tidak berwarna

sampai dengan kuning muda, berbau tajam dan beraroma rempah. Berdasarkan

penelitian sebelumnya komponen utama minyak pala adalah α- pienene,

camphene, β- pienene, sabinene, myrcene, αphellandrene, α-terpiene,

limonene,1,8-ceniole, linalool, terpine-4-ol, safrole, methyl eugenol dan

myristicin. Terdapatnya sifat antifungi pada fuli pala tidak lepas dari komponen

yang dikandungnya yaitu terpenoid, pilifenol, saponin dan eugenol (Sophia Grace

sipahelut, 2012; Anonim, 2008; Darmawan, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut “Apakah ada aktivitas antifungi ekstrak fuli pala (Myristica fragrans)

terhadap koloni Candida albicans ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas

ekstrak fuli pada buah pala (Myristica frangrans) terhadap Candida albicans.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi tentang penggunaan bahan alami untuk mengurangi

koloni Candida albicans.

Page 4: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

4

b. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dalam bidang kesehatan gigi dan mulut dalam penggunaan bahan alami untuk

mengurangi koloni Candida albicans.

Page 5: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Myristica frangrans (Pala)

2.1.1.1 Klasifikasi Myristica fragrans

Klasifikasi ilmiah dari pala adalah kingdom : Plantae; divisi:

mognoliophyta; klas: mognoliopsida; Ordo: Magnoliale; family: Myristicaceae;

Genus: Myristica; Spesies: M. fragrans (Wikipedia, 2013)

daun pala

biji pala

kulit keras pala fuli pala

pala daging pala

Gambar 1. Morfologi Tanaman Pala Myristica fragrans Sumber: wikipedia.org/wiki/Pala

Tanaman ini berasal dari pulau Banda dan sekarang sudah menyebar ke

daerah-daerah lain di Indonesia bahkan sampai Grenada, Amerika tengah dan

lain-lain. Jenis ini sampai sekarang masih jenis yang unggul di Indonesia, tumbuh

5

Page 6: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

6

baik di daerah pegunungan dan ketinggian kurang dari 700 meter dari permukaan

laut. Jenis ini membentuk pohon yang tingginya lebih dari 18 meter dan

berdiameter 30-45cm.

Gambar 2. Buah Pala Myristica fragrans Sumber: hansdw08.student.ipb.ac.id

Pada biji pala diselubungi oleh selubung biji yang bentuk jala, berwarna

merah terang. Selubung biji atau aril ini disebut fuli atau bunga pala. Fuli dari

buah yang belum matang dipetik warnanya kuning pucat, bila dikeringkan akan

menjadi coklat muda. Fuli dari buah yang matang petik berwarna merah cerah,

bila dikeringkan akan menjadi merah coklat. Fuli yang berasal dari buah yang

cukup tua dimanfaatkan sebagai rempah, sedangkan yang berasal dari buah yang

muda dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pala karena kandungan minyak

atsirinya yang jauh lebih tinggi dari pada biji dan fuli yang berasal dari buah yang

tua. pada buah muda (umur 4-5 bulan) kadar minyak atsiri berkisar antara 8-17%

atau rata-rata 12% (Nurdjannah, 2007).

Tanaman pala memiliki keunggulan yaitu hampir semua bagian batangnya

maupun buahnya dapat dimanfaatkan, mulai dari kulit batang dan daun, fuli

(benda yang berwarna merah yang menyelimuti kulit biji), biji pala dan daging

Page 7: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

7

buah pala. Secara tradisional biji pala banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masak

karena mempunyai aroma khas untuk menambah cita rasa masakan. Pemanfaatan

lain dari pala dewasa lebih beragam diantaranya buah pala muda diolah menjadi

manisan atau asinan, biji selain bumbu masak juga dapat disuling untuk

pembuatan minyak pala (Deputi Menegristek, 2000; Sri, Hadad E.A., Suparman,

Mardiana, 2008).

Gambar 3. Perbandingan Bagian-bagian Buah Pala Sumber: kesehatan.kompasiana.com

2.1.1.2 Kandungan Kimia

Hampir semua orang mengenal buah pala. Buah pala sering digunakan

sebagai bumbu masakan, sebagai manisan dan sebagai obat-obatan. Dalam

industri obat-obatan minyak pala digunakan sebagai obat sakit perut, diare dan

bronkitis. Pala juga berguna untuk mengurangi flatulensi (kembung),

meningkatkan daya cerna, mengobati maag, menghentikan muntah, mulas, serta

obat rematik. Penggunaan maksimum bubuk atau minyak pala adalah 5 gram, jika

berlebih akan menyebabkan keracunan yang ditandai dengan muntah, kepala

pusing, dan mulut kering. Hal tersebut terjadi karena komponen myristicin dan

Page 8: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

8

elimisin mempunyai efek intoksikasi dan bersifat merangsang halusinasi

(Nurdjannah, 2007).

Fuli mengandung polifenol dan saponin, pada prinsipnya komponen dalam

fuli pala terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, protein, selulosa, pentose, pati,

resin dan mineral-mineral. Presentase dari komponen-komponen bervariasi

dipengaruhi oleh mutu dan lama penyimpanan serta tempat tumbuh. Kandungan

minyak lemak pada fuli antara 20%-30% (Nurdjannah, 2007).

Tabel 1. Komposisi Kimia Fuli pala (%)

Komponen FuliBasah Kering

Air 54 17,6Lemak 10,4 18,6Minyak Atsiri 2,9 5,2Gula 1,1 1,9Komponen mengandung N 3,0 5,2Komponen mengandung N 22,7 49,5Abu 0,9 1,6

Sumber : Nurdjannah (2007)

Minyak pala dan fuli digunakan sebagai penambah flavor pada produk-

produk berbasis menetralkan bau yang tidak menyenangkan. Minyak pala

merupakan salah satu minyak atsiri yang permintannya cukup tinggi dipasaran

internasional. Minyak ini dikenal pula dengan nama oleum myristicae, oleum

myrist atau minyak myristica. Minyak ini mudah menguap dan didapat dari hasil

distilasi uap (penyulingan) biji dan fuli. Minyak pala tidak berwarna sampai

dengan kuning muda, berbau tajam, dan beraroma rempah (Lewis dalam

Librianto, 2004; Anonim 2008c).

Page 9: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

9

Gambar 4. Komposisi buah pala Sumber: Marzuki 2007

2.1.2 Antifungi

Antifungi atau anti jamur merupakan zat berkhasiat yang digunakan untuk

penanganan penyakit jamur. Umumnya suatu senyawa dikatakan sebagai zat

antifungi apabila senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan jamur

(Siswandono, 1995). Ada beberapa mekanisme senyawa antifungi dalam

mengendalikan bakteri, antara lain :

Page 10: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

10

a. Kerusakan pada dinding sel

Dinding sel merupakan penutup lindungan bagi sel ini juga berpatisipasi

didalam proses-proses fisiologi tertentu. Strukturnya dapat rusak dengan cara

menghambat pembentukan atau mengubah setelah selesai terbentuk (Retno,

2009).

b. Perubahan permeabelitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

serta secara selektif mengatur aliran keluar-masuknya zat antara sel dengan

lingkungan luarnya. Membran memelihara integritas komponen-komponen

seluler. Membran ini juga merupakan tempat beberapa reaksi enzim. kerusakan

pada membran ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel

(Retno, 2009).

c. Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

protein dan asam nukleat pada membran alamiahnya. Suatu molekul atau

substansi yang mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-

asam nukleat dapat merusal sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu lebih tinggi

dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi

(denaturasi) irreversible (tidak dapat kembali) komponen-komponen selalu yang

vital ini ((Retno, 2009).

d. Penghambat kerja enzim

Berbagai macam enzim bebeda-beda yang ada didalam sel merupakan

sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyaknya zat kimia telah

Page 11: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

11

diketahui dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini dapat

melibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel (Retno, 2009).

e. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting didalam proses

kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada

pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan

total pada sel (Retno, 2009).

Sifat antifungi pada fuli pala tidak lepas dari komponen yang

dikandungnya yaitu terpenoid, polifenol, saponin dan eugenol. Terpenoid

diketahui mampu menghambat sintesa ergosterol yang terjadi pada membran sel.

Ergosterol merupakan komponen sterol yang sangat penting pada membran sel

Candida albicans. Mekanisme penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel

jamur dengan cara mengubah permeabelitas membran dan mengubah fungsi

membran dalam proses pengangkutan senyawa-senyawa esensial yang dapat

menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan

atau menimbulkan kematian sel jamur. Saponin menyebabkan denaturasi protein

sehingga meningkatkan permeabelitas sel. Denaturasi protein menyebabkan

gangguan dalam pembentukan sel sehingga merubah komposisi komponen

protein. Fungsi membran sel yang terganggu dapat menyebabkan meningkatnya

permeabelitas sel sehingga mengakibatkan kerusakan sel jamur. Eugenol dan

polifenol termasuk turunan fenol. Katzung (1989) menyatakan bahwa gugus OH -

dari fenol akan berikatan dengan protein dan enzim, mengendapkan dan

mendenaturasi protein pada membran sel jamur sehingga merusak membran sel

dengan cara menurunkan tegangan permukaannya, mengakibatkan kehilangan

Page 12: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

12

kation dan makromolekul dari sel disebabkan oleh penurunan sterol membran sel

(Darmawan, 2013; Retno, 2009; Harbone, 1987)

2.1.3 Candida albicans

Klasifikasi Candida albicans

kingdom : Fungi

Filum : Ascomycota

Upafilum : Saccharomycotina

Class : Saccaromycetes

Ordo : Saccaromycetales

Family : Saccaromycetaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

Candida albicans adalah spesies jamur patogen dari golongan

deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik

yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa

karateristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (avoid) atau sferis

dengan diameter 3-4 μm dan dapat memproduksi pseudohifa. Jamur bersifat

dimorfik mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam dua bentuk, yaitu bentuk

seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotip atau penampakan

mikroorganisme ini juga dapat berubah dari warna putih dan rata menjadi kerut

tidak beraturan, bentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus

Page 13: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

13

cahaya. Jamur ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan

melakukan kolonisasi (Asviana, 2011).

Gambar 5Mikroskopis sel-sel Candida Albicans

Candida albicans merupakan jamur seksual diploid dan agen penyebab

infeksi oportunistik rongga mulut. Sejauh ini jamur ini merupakan yang paling

patogen dari semua spesies Candida dan menjadi etiologi utama kandidiasis oral

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan antara

jamur dan mikrobial lainya, seperti xerostemia, pemakai gigi tiruan, perokok,

penyakit sistemik seperti diabetes, penderita imunosupresif seperti HIV,

keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakai obat-obat antibiotik

spektrum luas dalam jangka waktu yang lama, kortikosteroid dan kemotrapi

(Andryani, 2010).

Jamur ini dapat ditemukan rongga mulut, saluran pencernaan, genital

wanita dan kadang-kadang berasal dari kulit. Candida albicans dalam rongga

mulut sering terdapat pada lidah, mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah

bagian posterior bagian papilla circumvalata, dan daerah palatum (Beebe, 2009).

Page 14: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

14

Sebagai organisme hidup komensal dan bagian mikroflora normal dari

individu, spesies candida ditemukan 50% dari populasi. Tetapi, jika keseimbangan

dari flora normal terganggu atau pertahanan imun membahayakan maka jamur

akan menjadi patogen. Jamur ini menyebabkan penyakit sistemik progresif pada

penderita yang lemah atau system imunnya tertekan, terutama jika imunitas

perantara sel terganggu. Jamur ini dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah,

tromboflebitis, endokarditis atau infeksi pada mata dan organ-organ lain bila

masuk secara intravena (kateter, jarum, hiperimineralisasi, penyalahgunaan

narkotik, dan sebagainya). Endokarditis candida sering disebabkan oleh

penumpukan dan pertumbuhan jamur dan pseudohifa atau vegetasi pada katup

jantung buatan. Pada pasien dengan pertahanan tubuh normal, jamur dapat

disingkirkan dan bersifat sementara (Beebe, 2009; Brooks GF, Butel JS, 1996;

Magdalena, 2009)

Infeksi kandidiasis dapat diobati dan mengakibatkan komplikasi minimal

seperti kemerahan, gatal, dan ketidaknyamanan, meskipun komplikasi bisa berat

atau fatal jika tidak ditangani sesegera mungkin. Dalam bidang kesehatan,

kandidiasis adalah infeksi lokal biasanya pada mukosa membran kulit, termasuk

rongga mulut (sariawan) faring atau esophagus, saluran pencernaan, kandung

kemih, atau alat kelamin (vagina, penis). Infeksi jamur menyebar keseluruh tubuh.

Dalam penyakit kandidiasis sistemik, hingga 75% orang bisa meninggal

(Asvianata 2011).

2.1.4 Klasifikasi Kandidiasis

Didalam rongga mulut secara umum kandidiasis dapat diklasifikasikan

kedalam dua kelompok yaitu :

Page 15: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

15

1. Akut, dibedakan menjadi dua macam, yaitu;

a. Kandidiasis Pseudomembran Akut

Disebut juga dengan oral trush, kandidiasis pseudomembran akut

tampak plak/pseudomembran, putih seperti sari susu, mengenai

mukosa bukal, lidah dan permukaan oral lainnya. Pseudomembran

tersebut terdiri atas kumpulan hifa dan sel ragi, sel radang, bakteri,

sel epitel, debris makanan dan jaringan nekrotik. Bila plak diangkat

tampak dasar mukosa eritematosa atau mungkin berdarah dan

terasa nyeri sekali (Sunarso, 2013).

Gambar 6. Kandidiasis Pseudomembran Akut Sumber: 1.bp.blogspot.com00SS856096

b. Kandidiasis Atrofik Akut

Disebut juga midline glossitis, mungkin merupakan kelanjutan

kandidiasis pseudomembran akut akibat menumpuknya

pseudomembran. Daerah yang terkena tampak khas sebagai lesi

eritematosa, simetris, tepi berbatas tidak teratur pada permukaan

dorsal tengah lidah, sering hilangnya papilla lidah dengan

membentuk pseudomembran minimal dan ada rasa nyeri. Sering

Page 16: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

16

berhubungan dengan pemberian antibiotik spektrum luas,

kortikosteroid sistemik, inhalasi maupun topikal (Sunarso, 2013).

Gambar 7. Kandidiasis Atrofi Akut Sumber : dc428.4shared.com/.html

2. Kronik, dibedakan atas tiga jenis, yaitu:

a. Kandidiasis Atrofik Kronis

Disebut juga dengan denture stomatitis. Jenis ini yang paling

sering terjadi pada pemakaian gigi palsu (1 diantara 4 pemakai)

dan 60% diatas usia 65 tahun dan yang lebih sering terkena adalah

wanita.

Gambar 8. Denture Stomatitis Tipe I Sumber : dc428.4shared.com/.html

Gambaran khas berupa eritema kronis dan edema disebagian

palatum dibawah protesa maksilaris. Ada tiga stadium tipe satu

Page 17: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

17

berawal dari bintik-bintik yang hyperemia, terbatas pada asal

duktus kelenjar mukosa palatum. Tipe dua sampai hyperemia

generalisata dan peradangan seluruh area yang menggunakan gigi

palsu. Bila tidak diobati dapat menjadi tipe tiga yaitu terjadinya

hyperplasia papilar granularis (Sunarso, 2013).

Gambar 9. Denture Stomatitis Tipe II Sumber : dc428.4shared.com/.html

Gambar 10. Denture Somatitis Tipe III Sumber : dc428.4shared.com/.htm

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronis

Kandidiasis hiperplastik kronik disebut juga leukoplakia kandida.

Gejala bervariasi dari bercak putih, yang hampir tidak teraba

sampai plak kasar yang melekat erat pada lidah, palatum atau

mukosa bukal. Keluhan umumnya rasa kasar atau pedih didaerah

Page 18: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

18

yang terkena. Tidak seperti pada kandidiasis pseudomembran, plak

disini tidak dapat dikerok. Harus dibedakan dengan leukoplakia

oral oleh sebab lain yang sering dihubungkan dengan perokok

sigaret dan keganasan. Terbanyak pada pria, umumnya diatas usia

30 tahun dan perokok (Sunarso, 2013).

Gambar 11. Kandidiasis hiperplastik kronis Sumber: otoymarotoy.blogspot.com

c. Kheilolis Kandida

Disebut juga angular chelitis atau angular stomatitis. Ciri khas

ditandai eritema, fisura, maserasi dan pedih pada sudut mulut.

Biasanya pada mereka yang mempunyai kebiasaan menjilat bibir

atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang kendur pada

komisura mulut, juga karena hilangnya dimensi vertikal pasa 1/3

bawah muka karena hilangnya susunan gigi atau pemasangan gigi

palsu yang jelek atau oklusi yang salah, biasanya dihubungkan

dengan kandidiasis atrofi kronis karena pemakaian gigi palsu

(Sunarso suyoso, 2013).

Page 19: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

19

Gambar 12. Angular chelitis Sumber: doctorspiller.com/.htm

2.2 Kerangka konseptual

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka disusun kerangka konseptual

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ekstrak fuli 20%

Ekstrak fuli 30%

Ekstrak fuli 80%

Ekstrak fui 50%

Ekstrak fuli 60%

Ekstrak fuli 40%

Ekstrak fuli 100%

Kontrol pisitif (Ketokonazol)

Ekstrak fuli 10%

Peningkatan atau penurunan koloni Candida albicans

Uji aktivitas Candida albicans

Page 20: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

20

2.3 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah :

Ho : Tidak ada aktivitas antifungi ekstrak fuli pala (Myristica fragrans)

terhadap pertumbuhan bakteri Candida albicans.

Ha : Ada aktivitas antifungi ekstrak fuli pala (Myristica fragrans)

terhadap pertumbuhan bakteri Candida albicans.

Page 21: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental

Laboratorium dengan melakukan pengujian terhadap ekstrak fuli pala (Myristica

fragrans) dengan berbagai konsentrasi terhadap aktivitas Candida albicans.

3.2 Variabel Penelitian

a. Variabel terikat : Bakteri Candida albicans

b. Variabel bebas : Ekstrak fuli Myristica fragrans.

3.3 Definisi Operasional Variabel

a. Variabel terikat: Fungi Candida albicans dalam penelitian ini berperan

sebagai spesimen yang akan diberikan perlakuan ekstrak fuli Myristica

fragrans.

b. Variabel bebas: Variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah

konsentrasi ekstrak fuli Myristica fragrans dalam konsentrasi yang terdiri

atas 10%, 20%, 40%, 80%, 100%

3.4 Lokasi Penelitian dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2014

dengan lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Kopertis Wilayah X

21

Page 22: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

22

Padang, Sumatera Barat dan Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit Islam Siti

Rahmah, Padang, Sumatra Barat.

3.5 Alat dan bahan

Berikut adalah perincian alat-alat dan bahan yang digunakan selama

penelitian.

3.5.1 Alat-alat yang Digunakan

Cawan petri, botol besar, corong, rotary, cawan porselen, penangas,

autoklaf, tabung reaksi, kertas cakram, batang gelas, inkubator, gelas ukur,

erlemeyer, timbangan, corong, alumuniom foil, plastik uap, cotton bud steril,

tabung reaksi, spiritus, oce, slide kaca, mikroskop, penggaris, bahan pewarnaan,

Spektofotometer.

3.5.2 Bahan-bahan yang Dipakai

Fuli pala (Myristica fragrans), aquades, ethanol 96%, Saburound Dextrose

Agar bubuk, ketokonazol, NaCl Fisiologis, Dimetyl sulfoxide (DMSO), alkohol

70%.

3.6 Cara kerja

3.6.1 Pengambilan Fuli pala

Fuli pala didapat dari PT. UD YUNIDAR, Pasar Gadang, Pondok, Padang,

Sumatra Barat.

3.6.2 Pembuatan ekstrak fuli pala

a. Fuli yang telah dijemur selama 2 hari, dimasukan kedalam toples kaca lalu

direndam dengan ethanol 96% dengan sampai fuli terendam semua kemudian

ditutup rapat dengan aluminium foil dan tutup toples.

b. Setiap satu hari sekali diaduk.

Page 23: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

23

c. Seminggu kemudian lakukan pemisahan ampas dan filtratnya dengan cara

disaring, untuk memperoleh ekstrak cair fuli pala.

d. Untuk mendapatkan ekstrak kental diuapkan dengan menggunakan Rotavapor.

e. Selanjutnya akan diproleh ekstrak kental, lalu ekstrak tersebut dituang

kedalam cawan porselen dan diuapkan lagi dengan penangas.

f. Kemudian diangin-anginkan pada suhu kamar.

g. Proses ekstraksi selesai dan diproleh ekstrak kental fuli pala (Myristica

fragrans).

3.6.3 Pembuatan konsentrasi ekstrak

Konsentrasi larutan fuli yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%,

20%, 40%, 80% dan 100%.

Tabel 2. Pembuatan Konsentrasi Larutan Ekstrak fuli pala (Myristica frangrans).

DMSO (ml)

Ekstrak (ml)

Volume akhir(ml)

Konsentrasi (%)

0,9 0,1 1 10

0,8 0.2 1 20

0,6 0,4 1 40

0,2 0,8 1 80

0 1 1 100

3.6.4 Pembuatan media Saburound Dextrose Agar (SDA)

a. Sebanyak 6,5 gr Saburound Dextrose Agar bubuk ditambahkan dengan 100

ml aquades.

b. Campur keduanya kemudian panaskan sampai mendidih lalu tutup dengan

kasa berisi kapas.

Page 24: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

24

c. Sterilkan media dan alat yang akan digunakan didalam autoklaf selama 15

menit dengan suhu 121°C.

d. Media Saburound Dextrose Agar cair dituang kedalam cawan petri yg telah di

sterilkan setinggi 5-6 mm dan dibiarkan memadat.

3.6.5 Pembiakan murni Candida albicans

a. Spesimen diambil pada basis pengguna gigi tiruan rahang atas dengan bahan

resin akrilik dengan menggunakan cotton bud steril segera setelah gigi tiruan

dilepaskan dari permukaan mukosa palatan gigi tiruan pasien.

b. Oleskan cotton bud tersebut dalam media Saburound Dextrose Agar, inkubasi

selama 7 hari untuk mendapatkan pertumbuhan Candida albicans yang

sempurna.

c. Lakukan pewarnaan untuk memastikan jamur yang tumbuh adalah Candida

albicans.

d. Ambil spesimen jamur tersebut menggunakan oce dan masukan kedalam

tabung reaksi yang berisi NaCl fisiologis.

e. Lihat kekeruhan suspensi dengan menggunakan alat Spektofotometer.

f. Masukan lidi kapas steril kedalam tabung suspensi dan oleskan pada seluruh

media hingga rata.

3.6.6 Uji aktivitas antifungi

a. Penentuan Estimasi jumlah pengulangan

Jumlah estimasi dihitung dengan rumus :

keterangan

n : Jumlah pengulangan

p ( n-1) ≥ 15

Page 25: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

25

p : Jumlah perlakuan atau jumlah konsentrasi

Penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi (10%, 20%, 40%, 80% dan

100%) dari ekstrak ethanol fuli pala (p = 5), maka didapat jumlah pengulangan :

5 ( n-1) ≥15

5n – 5 ≥ 15

5n ≥ 20

n ≥ 4 ≈ 4

Dengan demikian untuk memenuhi persyaratan uji statistik diperlukan 4

kali pengulangan (menggunakan 1 macam sample Candida albicans (Asviana,

2011).

b. Cara kerja pengujian aktivitas antifungi

1) Pengujian aktivitas antifungi dengan metoda difusi agar yaitu dibuat

media Sabouroud Dextrose Agar (SDA) yang telah dioles Candida albicans di

dalam cawan petri.

2) Setelah itu letakan kertas cakram yang telah di rendam didalam larutan

konsentrasi dengan satu petri berisi empat buah cakram dengan konsentrasi

yang sama yaitu konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80%, 100%.

3) Untuk kontrol positif ketokonazol sebanyak 10μl diletakan satu buah kertas

cakram didalam petri.

4) Seluruh petri diinkubasi pada suhu 37°C selama 28 jam. Zona bening yang

tampak di sekeliling sumur kemudian diukur menggunakan penggaris.

Page 26: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

26

3.6.7 Perhitungan hasil

Hasil dibaca setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dengan

mengukur zona hambatan yaitu daerah bening di sekeliling sumuran yang tidak

terdapat pertumbuhan koloni bakteri. Pengukuran zona hambatan yaitu dengan

mengambil dua garis yang saling tegak lurus melalui titik pusat sumuran serta dua

garis di dalam media sumuran. Jumlahkan kedua garis lalu dibagi dua.

Page 27: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

27

3.7 Alur Penelitian

Persiapan alat dan bahan penelitian, serta spesimen yang diperlukan

Pengambilan Fuli Myristica fragrans

Maserasi Fuli Pala

Pembuatan konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80%

dan 100%Pembiakan jamur Candida albicans

Uji aktivitas antifungi dengan konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80%,

100% dan kontrol positif ketokonazol

Pengamatan diameter zona hambat

Analisa data

Penyedian media SDA

Rotari ekstrak cair Fuli Pala

Page 28: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

28

3.8 Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian

dianalisa secara deskriptif untuk menunjukkan hasil pengukuran diameter

hambatan dalam satuan millimeter.

2. Analisis Statistik

Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan tingkat

signifikasi 5% dengan menggunakan aplikasi SPSS Uji ANOVA.

Pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut (Priyatno, 2009) :

a. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel berarti ada pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat maka Ha diterima dan Ho

ditolak.

b. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 berarti pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat tersebut adalah signifikan atau

bermakna.

Page 29: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukan rata-rata diameter zona hambat terhadap

pertumbuhan jamur Candida albicans pada berbagai konsentrasi ekstrak fuli pala

seperti pada tabel berikut :

Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Fuli Pala terhadap Jamur Candida albicans.

Pengulangan

Diameter Zona Hambat(mm) dalam Berbagai Konsentrasi

Ekstrak Fuli Pala

10% 20% 40% 80% 100% KTZ

1 0 0 0 0 8 20

2 0 0 0 0 10 20

3 0 0 0 0 9 20

4 0 0 0 0 10 20

Rata-rata 0 0 0 0 9,28 20

Rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan jamur Candida albicans

pada konsentrasi ekstrak fuli pala 10%, 40%, 80%, 100% 0 mm, 0 mm, 0 mm, 0

mm, 9,28 mm.

Data hasil penelitian selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dan analisis

statistik dengan taraf signifikan 5%.

29

Page 30: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

30

4.1.1 Analisa Deskriptif

Data hasil penelitian dianalisa secara deskriptif dan statistik ditampilkan

dalam bentuk tabel seperti dibawah ini

Tabel 4. Hasil Uji Statistik Deskriptif Aktivitas Antifungi Ekstrak Fuli Pala terhadap Jamur Candida albicans.

Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan fuli pala terhadap pertumbuhan

jamur Candida albicans maka data yang telah diperoleh dianalisa secara statistik

dengan Uji Anova pada taraf signifikansi 5%. Hasil analisa dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5. Analisa Anova Satu Arah terhadap Uji Aktifitas Antifungi Ekstrak Fuli Pala

Luas Zona Hambat

Sum of squares

dfMean Square

F Sig

Between Groups 1371.875 5 275.375 1795.909 .000Within Groups 2.750 18 .153

konsentratio

nN Mean

Std.

Deviatio

n

Std

error

95% CIminimu

m

maximu

mLower Upper

10% 4 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

20% 4 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

40% 4 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

80% 4 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

100% 4 9.2500 .95734 .47871 7.7265 10.773

5

8.00 10.00

Ktz 4 20.000

0

.00000 .00000 20.000

0

20.000

0

20.00 20.00

total 2

4

4.8750 7.73087 1.5760

6

1.6510

5

8.1395 .00 20.00

Page 31: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

31

Total 1374.625 23

Tabel 5 menunjukkan nilai F hitung Candida albicans sebesar 1795.909

dengan signifikansi 0,000. Harga F tabel dengan df pembilang 5 dan df penyebut

18 diperoleh harga F tabel sebesar 13.500 untuk taraf kesalahan 5%. Dengan

demikian menunjukan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel (1795.909>

13.500). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat maka Ha diterima dan Ho ditolak.

4.1.2 Analisis Statistik

Mengetahui pengaruh antar kelompok berbagai konsentrasi ekstrak Fuli

pala terhadap zona hambat pertumbuhan jamur Candida albicans digunakan Uji

Duncan. Hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan

ringkasannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Hasil Uji Lanjut Duncan Aktivitas Antifungi Ekstrak Fuli Pala terhadap Jamur Candida albicans

Ducan3

Konsentrasi

ekstrakN

Subset alpha = 0,05

1 2 3

10% 4 .0000

20% 4 .0000

40% 4 .0000

80% 4 .0000

100% 4 9.2500

Ktz 4 20.000

Sig. 1.000 1000 1.000

Uji Duncan pada tabel 6 dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari

masing-masing konsentrasi ekstrak fuli pala, dengan signifikansi lebih kecil dari α

Page 32: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

32

(0,000<0,05). Pada konsentrasi fuli pala 10% dengan 20% dan 40% dengan 80%

tidak signifikan karena nilai lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak tampak

adanya perbedaan yang nyata atau tidak mempunyai pengaruh terhadap jamur

Candida albicans yang hampir sama. Sedangkan untuk konsentrasi 100%

didapatkan perbedaan yang nyata artinya mempunyai pengaruh yang nyata.

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsentrasi ekstrak fuli pala 10%,

20%, 40% dan 80% tidak memperlihatkan aktifitas antifungi pada Candida

albicans. Aktifitas antifungi hanya terlihat pada konsentrasi 100% yaitu rata-rata

sebesar 9,28 cm (Tabel.3). Terhambatnya pertumbuhan jamur dalam penelitian ini

diduga karena adanya penurunan pengambilan oksigen dan kerusakan pada

mitokondria akibat adanya aktivitas senyawa antifungi dari ekstrak fuli pala. Hal

inilah yang kemudian menyebabkan energi yang dihasilkan untuk proses

pertumbuhan dan perkembangan sel jamur menjadi berkurang dan menyebabkan

pertumbuhanya terhambat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian grifin (1981)

yang melaporkan bahwa beberapa senyawa antifungi dapat mengganggu

metabolisme energi dalam mitokondria dihambat dengan terganggunya transfer

elektron. Transfer elektron akan mengurangi pasokan oksigen dan menganggu

fungsi dari siklus asam trikarboksilat yang menyebabkan terhambatnya

pembentukan ATP dan ADP pada sel hidup (Ali, 2010)

Perlakuan bebagai konsentrasi ekstrak fuli pala memberikan pengaruh

yang nyata terhadap intensitas jamur Candida albicans. Berdasarkan tabel 4

terlihat bahwa konsentrasi ekstrak fuli pala 100% berbeda nyata dengan perlakuan

lainya. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi zat antimikroba

Page 33: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

33

maka semakin besar kemampuannya untuk mengendalikan dan membunuh

mikroorganisme tersebut (Rinawati, 2010).

Tidak adanya aktivitas antifungi yang diberi perlakuan pada konsentrasi

10%, 20%, 40% dan 80% dapat dilihat dari tidak adanya zona hambat pada

perlakuan tersebut, hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor

lingkungan yaitu suhu, PH dan keberadaan bahan-bahan organik. Selain itu,

kemampuan dalam menghambat pertumbuhan jamur yang sangat perlu

diperhatikan adalah pada saat proses melakukan ekstraksi agar zat aktif yang

terkandung didalam ekstrak kental yang didapat tidak berkurang bahkan hilang

pada saat proses ekstraksi. Dalam fuli pala mengandung satu zat aktif yaitu

minyak atsiri, zat ini dikenal juga dengan minyak eteris atau minyak terbang

(essential oil, volatil il) yang dapat diperoleh dari fuli dan bij pala (Sumitra, 2003)

Pada konsentrasi selain 10%, 20%, 40% dan 80% tidak mendapatkan hasil

yang signifikan, karena dapat diketahui kemungkinan zat aktif yang terdapat pada

fuli pala tersebut kurang, sehingga dalam proses menghambat pertumbuhan jamur

tidak maksimal akibat dari zat aktif yang terdapat pada ekstrak kental terutama

minyak atsiri yang terkandung didalam ekstrak tersebut terbang pada saat proses

ekstraksi. Zat aktif yang terdapat pada fuli pala dapat hilang atau terbang pada

proses penguapan dan oksidasi oleh oksigen udara. Sejalan dengan hasil penelitian

Nur Atikah (2013) yang menguji aktivitas herbal kemangi terhadap Candida

albicans tidak memberikan hasil yang signifikan dari variasi konsenstrasi yang

diberikan perlakuan, kemungkinan yang terjadi pada hal tersebut karena salah satu

zat aktif yang terkandung didalam herbal kemangi adalah minyak atsiri yang

Page 34: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

34

mempunyai sifat minyak terbang sehingga zat aktif yang terkandung pada ekstrak

berkurang bahkan hilang (Sumitra, 2003).

Terjadinya hasil yang signifikan pada konsentrasi 100% dipengaruhi oleh

pengenceran yang dilakukan pada ekstrak fuli. Karena pada konsentrasi 10%,

20%, 40% dan 80% untuk pembuatan konsentrasi dilakukan pengenceran dengan

menggunakan pelarut DMSO, salah satu sifat DMSO adalah menguap pada

tekanan atmosfer normal sehingga dapat diketahui bahwa pada ekstrak yang

mengandung minyak atsiri ini selain memiliki sifat minyak terbang ditambah

dengan dilakukan pengenceran dengan DMSO menyebabkan zat aktif yang

terdapat pada ekstrak berkurang, hal inilah kemungkinan yang menyebabkan pada

konsentrasi tersebut tidak menunjukan adanya aktifitas antifungi. Sedangkan pada

konsentrasi 100% tidak dilakukan pengenceran menggunakan DMSO sehingga

zat aktif yang terdapat pada ekstrak tidak mengalami penguapan dan mampu

melakukan aktivitas antifungi (Anonim, 2015).

Dinding sel Candida albicans memiliki peran penting dalam kelangsungan

hidup serta memiliki banyak fungsi antara lain sebagai pelindung, memberi

bentuk pada sel, membantu dalam proses penempelan dan kolonisasi, melindungi

sel dari lingkunganya serta bersifat antigenik. Selain itu, peranan dinding sel

Candida albicans ditemukan sebagai tempat untuk pertukaran dan penyaringan

ion dan protein, serta untuk metabolisme dan katabolisme nutrisi kompleks.

Dinding sel jamur ini juga terdiri dari protein dan polikarbonat (Muwarni., dkk,

2013).

Sifat antifungi pada fuli pala tidak lepas dari komponen yang

dikandungnya yaitu terpenoid, polifenol, saponin dan eugenol. Terpenoid

Page 35: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

35

diketahui mampu menghambat sintesa ergosterol yang terjadi pada membran sel.

Ergosterol merupakan komponen sterol yang sangat penting pada membran sel

Candida albicans. Mekanisme penghambatan biosistesis ergosterol dalam sel

jamur dengan cara mengubah permeabelitas membran dan mengubah fungsi

membran dalam proses pengangkutan senyawa-senyawa esensial yang dapat

menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan

atau menimbulkan kematian sel jamur (Darmawan, 2013).

Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak fuli pala mampu menghambat

pertumbuhan jamur Candida albicans. Hal ini diduga karena adanya kandungan

senyawa kimia seperti terpenoid, polifenol, saponin dan eugenol di dalam fuli

pala. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat

menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Pertumbuhan jamur yang

terhambat akibat suatu zat antifungi dapat disebabkan oleh penghambatan

terhadap sintesis dinding sel, penghambatan terhadap fungsi membran sel,

penghambatan terhadap sintesis protein dan penghambatan terhadap sintesis asam

nukleat (Asgarpanah & Kazemivash, 2012).

Kemampuan ekstrak fuli pala dalam menghambat pertumbuhan jamur

Candida albicans dapat dimanfaatkan sebagai antifungi untuk mengobati penyakit

kandidiasis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

bagi masyarakat serta memacu peneliti lain untuk terus menggali manfaat fuli pala

sehingga fuli pala sebagai tanaman obat masyarakat Indonesia dapat terus

dikembangkan dan dilestarikan.

Page 36: UJI AKTIVITAS EKSTRAK FULI PALA (MYRISTICA FRANGRANS) TERHADAP CANDIDA ALBICANS

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Ada pengaruh yang signifikan aktivitas antifungi ekstrak fuli pala

(Myristica fragrans) terhadap pertumbuhan jamur Myristica fragrans.

2. Besarnya Rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan jamur Candida

albicans pada konsentrasi ekstrak fuli pala secara berturut-turut 10%,

40%, 80%, 100 adalah 0 mm, 0 mm, 0 mm, 0 mm, 9,28 mm.

3. Aktivitas antifungi ekstrak fuli pala terhadap pertumbuhan jamur

Myristica fragrans yaitu aktivitas jamurostatik (menghambat

pertumbuhannya).

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sediaan lain

dari fuli pala misalnya dalam bentuk rebusan dan variasi konsentrasi.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas antifungi ekstrak fuli pala

terhadap jenis jamur lain yang menyebabkan infeksi pada rongga mulut

sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang

mikrobiologi kedokteran gigi.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode lain

menggunakan pelarut dan proses ekstraksi lainya.

36