uas hap.docx

Upload: jazau-elvi-hasani

Post on 14-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sistem Pengawasan Pusat ke Daerah di Negara IndonesiaA. Sistem Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Daerah1. Konsep PengawasanIstilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah awas, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut controlling yang diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling lebih luas artinya daripada pengawasan. Akan tetapi dikalangan ahli atau sarjana telah disamakan pengertian controlling ini dengan pengawasan. Jadi pengawasan adalah termasuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kata kendali, sehingga pengendalian mengandung arti mengarahkan, memperbaiki, kegiatan, yang salah arah dan meluruskannya menuju arah yang benar. Akan tetapi ada juga yang tidak setuju akan disamakannya istilah controlling ini dengan pengawasan, karena controlling pengertiannya lebih luas daripada pengawasan dimana dikatakan bahwa pengawasan adalah hanya kegiatan mengawasi saja atau hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan saja hasil kegiatan mengawasi tadi, sedangkan controlling adalah disamping melakukan pengawasan juga melakukan kegiatan pengendalian menggerakkan, memperbaiki dan meluruskan menuju arah yang benar. [1]

2. Maksud dan Tujuan PengawasanDalam rangka pelaksanaan pekarjaan dan untuk mencapai tujuan dari pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, karena dengan pengawasan tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dapat dilihat dengan berpedoman rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pemerintah. Dengan demikian pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan pekerjaan dan tugas pemerintahan, sehingga pengawasan diadakan dengan maksud untuk:- Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak- Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru- Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidakBerkaitan dengan tujuan pengawasan, Situmorang dan Juhir mengemukakan agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (control social) yang obyektif, sehat dan bertanggung jawab.Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa pada pokoknya tujuan pengawasan adalah membandingkan antara pelaksanaan dan rencana serta instruksi yang telah dibuat, untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan, kelemahan atau kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja dan untuk mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan atau dengan kata lain disebut tindakan korektif.[2]

3. Macam-Macam PengawasanDalam hal pengawasan dapat diklasifikasikan macam-macam pengawasan berdasarkan berbagai hal, yaitu: a. Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsungPengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara on the spot di tempat pekerjaan dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari pelaksana. Sedangkan pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana, baik lisan maupun tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan tanpa pengawasan.[3]b. Pengawasan Preventif dan RepresifWalaupun prinsip pengawasan adalah preventif, namun bila dihubungkan dengan waktu pelaksanaan pekerjaan, dapat dibedakan antara Pengawasan Preventif dan Pengawasan Represif. Pengawasan Preventif berkaitan dengan pengesahan Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah tertentu. Karena tidak semua Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah memerlukan pengesahan. Selama pengesahan belum diperoleh, Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah yang bersangkutan belum berlaku[4] dan pengawasan ini dilakukan melalui preaudit sebelum pekerjaan dimulai. Misal dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan, rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lain. Sedang Pengawasan Represif dapat berbentuk penangguhan berlaku atau pembatalan. Suatu Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah yang sudah berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat dapat ditangguhkan atau dibatalkan karena bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya dan pengawasan ini dilakukan melalui post audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan di tempat, meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya.[5]c. Pengawasan Intern dan Pengawasan EksternPengawasan Intern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Akan tetapi di dalam praktek hal ini tidak selalu mungkin. Oleh karena itu setiap pimpinan dalam organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan untuk mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Sedangkan Pengawasan Ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi sendiri. Seperti pengawasan dibidang keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sepanjang meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara terhadap Departemen dan Instansi pemarintah lain. Macam-macam pengawasan ini didasarkan pada pengklasifikasian pengawasan. Disamping itu pula ada beberapa macam pengawasan dilihat dari bidang pengawasannya, yakni:- Pengawasan anggaran pendapatan (budgetary control)- Pengawasan biaya (cost control)- Pengawasan barang inventaris (inventory control)- Pengawasan produksi (production control)- Pengawasan jumlah hasil kerja ( quality control)

4. Proses PengawasanProses pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan kegiatan organisasi, oleh karena itu setiap pimpinan harus dapat menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi terhadap setiap pegawai yang berada dalam organisasi adalah wujud dari pelaksanaan fungsi administrasi dari pimpinan organisasi terhadap para bawahan, serta mewujudkan peningkatan efektifitas, efisiensi, rasionalitas, dan ketertiban dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas organisasi. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu rencana.

5. Bentuk Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan DaerahBerdasarkan objek pengawasan, kita dapat membagi pengawasan terhadap pemerintah daerah menjadi tiga jenis pengawasan, yaitu terhadap:- Produk hukum dan kebijakan daerah.- Pelaksanaan penyelenggaran pemerintahan daerah kabupaten serta produk hukum dan kebijakan.- Keuangan daerah.

a. Pengawasan Produk Hukum dan Kebijakan DaerahPengawasan terhadap produk hukum dan kebijakan dilakukan secara represif. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001, Pengawasan Represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan daerah baik berupa Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Produk hukum dan kebijakan yang menjadi objek pengawasan adalah:- Peraturan daerah (Perda) Kabupaten.- Keputusan Bupati.- Keputusan DPRD Kabupaten.- Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten.Pihak yang dapat melakukan pengawasan terhadap produk hukum dan kebijakan kabupaten adalah:- DPRD Kabupaten.- Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah (Mendagri & Otda).- Gubernur.Pengawasan terhadap produk hukum diperlukan untuk memastikan bahwa produk hukum semisal Perda tidak bertentangan dengan prinsip negara kesatuan dan hukum nasional. Pengawasan juga berfungsi melindungi rakyat dari kesewenang-wenangan penguasa.1) Pengawasan oleh DPRDKewenangan DPRD untuk mengawasi produk hukum hanya disebutkan di dalam pasal 18 UU. No. 22 tahun 1999 tanpa diperinci lebih lanjut tentang batas kewenangan serta cara kewenangan. Pengawasan DPRD terhadap produk hukum dan kebijakan tidak disertai dengan kekuasaan penegakan (enforcement), misalnya melakukan pembatalan. Satu-satunya kekuatan DPRD dalam hal ini hanyalah meminta pertanggungjawaban Bupati dan mengusulkan pemberhentian Bupati kepada Presiden. Hal ini mungkin akan membuat pengawasan produk hukum dan kebijakan oleh DPRD Kabupaten menjadi kurang efektif.2) Pengawasan oleh Pemerintah Pusat Pemerintah pusat dalam hal ini Mendagri & Otda dapat melaksanakan pengawasan terhadap produk hukum dan kebijakan secara represif yang dibantu oleh tim yang anggotanya terdiri dari unsur departemen atau lembaga pemerintah Non-Departemen dan unsur lain yang sesuai dengan kebutuhan. Berbeda dengan pengawan oleh DPRD atau kabupaten, Mendagri & Otda berhak membuat keputusan atas Perda, SK, Bupati, Keputusan DPRD dan Keputusan Pimpinan DPRD setelah melewati pemberian saran, pertimbangan, koreksi dan penyempurnaan. Gubernur dapat melakukan pengawasan jika mendapatkan pelimpahan wewenang dari Mendagri & Otda.

b. Pengawasan Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah1) Pengawasan oleh DPRDDalam hal pelaksanaan, DPRD memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan:- Peraturan Daerah (Perda).- SK Bupati.- Peraturan Perundangan lainnya.- Kerjasama Internasional.Untuk menjalankan fungsi pengawasan tersebut, DPRD dalam melaksanakan tugasnya berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga negara masyarakat untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan negara, bangsa, pemerintahan dan pembangunan.2) Pengawasan Internal Pemerintah Daerah Pengawasan Internal Pemerintah daerah secara keseluruhan merupakan tanggung jawab Bupati. Pengawasan tersebut dilaksanakan oleh suatu Badan atau Lembaga Pengawas yang saat ini umumnya disebut Badan Pengawas Daerah (Bawasda). Bawasda adalah lembaga teknis dan berfungsi sebagai unsur penunjang pemerintah daerah di bidang pengawasan.Secara umum, pengawasan internal pemerintah kabupaten mencakup:- Penyelenggaraan pemerintah daerah.- Kinerja aparatur pemerintah daerah.3) Pengawasan oleh Pemerintah PusatPengawasan pelaksanaan oleh pemerintah pusat dibagi menjadi dua bagian:- Pengawasan oleh Mendagri dan Otda.- Pengawasan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Pusat Non-Kementrian.Pengawasan oleh Mendagri dan Otda mencakup pengawasan terhadap:- Penyelenggaraan pemerintahan daerah.- Kinerja otonomi daerah.- Pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidangnya.- Efektivitas pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai bidang tugasnya.Pengawasan oleh menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Pusat Non-Kementrian dapat dilakukan di bawah koordinasi Mendagri dan Otda. Pengawasan tersebut mencakup pengawasan terhadap:- Pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidangnya.- Efektivitas pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai bidang tugasnya.Pengawasan oleh pemerintah pusat dapat dilaksanakan dengan cara:- Pemeriksaan berkala, pemeriksaan insidential maupun pemeriksaan terpadu.- Pengujian terhadap laporan berkala dan atau sewaktu-waktu dari unit atau satuan kerja.- Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.- Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program, proyek serta kegiatan. Pemerintah pusat di bawah koordinasi Mendagri dan Otda dapat memberikan sanksi terhadap pemerintah kabupaten dan/atau aparatnya yang menolak pelaksanaan, serta tindaklanjut hasil pengawasan berdasarkan undang-undang. 4) Pengawasan oleh MasyarakatPelaksanaan pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai perorangan, kelompok, maupun organisasi dengan cara:[6]- Pemberian informasi adanya indikasi adanya korupsi, kolusi, atau nepotisme di lingkungan pemerintah daerah atau DPRD.- Penyampaian pendapat dan saran mengenai perbaikan, penyempurnaan baik preventif maupun represif atas masalah.Informasi dan pendapat tersebut disampaikan pada pihak/instansi yang terkait.

c. Pengawasan Keuangan Daerah1) Pengawasan oleh DPRDDPRD memiliki kewenangan terhadap pengawasan pelaksanaan APBD sebagai pengawasan keuangan eksternal tingkat kabupaten. Dalam pengawasan keuangan DPRD provinsi/kabupaten/kota dalam melakukannya lewat dengar pendapat, kunjungan kerja, panitia khusus dan pembentukan panitia kerja yang dibentuk dengan peraturan tata tertib DPRD.2) Pengawasan Internal Pemerintahan DaerahBawasda memiliki tugas pokok dan fungsi untuk melakukan pengawasan keuangan. Beberapa keuangan provinsi/kabupaten/kota bidang pengawasan terhadap keuangan dan aset daerah adalah:- Pelaksana APBD- Penerimaan pendapatan daerah dan Badan Usaha Daerah- Pengadaan barang/jasa serta pemeliharaan/penghapusan barang/jasa- Penyelesaian ganti rugi- Inventarisasi dan penelitian kekayaan pejabat di lingkungan Pemda3) Pengawasan oleh Pemerintah Pusat- Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)BPKP adalah lembaga pemerintahan pusat non departemen yang dibentuk lewat Keppres No.103 Tahun 2001. BPKP bertugas untuk melakukan pengawasan penyelenggaran APBN. Untuk menjalankan tugasnya BPKP dapat melakukan: (i) audit keuangan; (ii) investigasi; dan (iii) evaluasi kerja dan manajemen organisasi.- Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)BPK adalah salah satu lembaga tinggi negara yang kedudukannya sejajar dengan pemerintah, DPR, MA dan DPA. Dengan Demikian BPK tidak dapat dipengaruhi oleh pemerintah. BPK menjalankan fugsi pengawasan keuangan eksternal, berbeda dengan BPKP yang melakukan pengawasan keuangan internal.

d. Pertanggung jawaban Kepala DaerahPP No.108 Tahun 2000 mengatur tentang tata cara pertanggungjawaban kepala daerah. Bupati sebagai kepala daerah tingkat kabupaten bertanggungjawab kepada DPRD kabupaten.Pertanggungjawaban kepala daerah terdiri dari:[7]- Pertanggungjawaban akhir tahun anggaran- Pertanggungjawaban akhir masa jabatan- Pertanggungjawaban untuk hal tertentuPertanggungjawaban kepala daerah dinilai berdasarkan tolak ukur dokumen rencana strategis daerah (Renstra). Setiap daerah wajib menetapkan Renstra dalam waktu satu bulan setelah kepala daerah dilantik. Renstra ditetapkan dengan Perda.[8]Pertanggungjawaban akhir tahun anggaran merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dalam bentuk perhitungan APBD berikut penilaian kinerja berdasarkan tolak ukur Renstra.Pertanggungjawaban akhir masa jabatan merupakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan yang merupakan kinerja setiap kepala daerah berdasarkan tolak ukur Renstra.Pertanggungjawaban karena hal tertentu merupakan keterangan sebagai wujud pertanggungjawaban kepala daerah yang berkaitan dengan dugaan atas perbuatan pidana yang oleh DPRD dinilai dapat menimbulkan krisis kepercayaan publik yang luas.

Sistem Pengawasan Pusat ke Daerah di Negara KambojaKamboja secara resmi bernama Kerajaan Kamboja, sebuah negara di Asia Tenggara dengan luas totalnya adalah 181.035 km2. Jumlah populasi Kamboja lebih dari 14,8 juta jiwa. Agama resmi yang ada di Kamboja adalah Buddha dengan pemeluk sekitar 95% dari total penduduk Kamboja. Ibukota dan kota terbesar Kamboja adalah Phnom Penh. Bentuk negara Kamboja adalah monarki konstitusional demokratik.Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara, tetapi tidak memberikan perintah. Pemerintahan yang menguasai dan yang memberi perintah dipimpin oleh Perdana Menteri dan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri.Jika dilihat dari sistem pemerintahan yang ada di Kamboja, sistem pers yang digunakan adalah sistem pers Otoriter, karena yang menjadi Kepala Negaranya adalah seorang Raja meskipun pemerintahan Kamboja dipimpin oleh Perdana Menteri. Dalam sistem pemerintahan Kamboja Sistem Demokrasi Liberal, semua kekuasaan berada ditangan Perdana Menteri. Maka sudah pasti media dikuasai dan juga mendapatkan pengawasan dari parlemen tertinggi tersebut. Kerajaan Kamboja menggunakan sistem pemerintahan parlementer dimana ada pengawasan terhadap eksekutif oleh legislatif yangmana Administrasi negara dijalankan oleh Dewan Menteri yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM). Dewan Menteri dibentuk pasca pemilu yang diikuti para parpol. Para menteri (tergabung dalam Dewan menteri) tidak hanya bertanggung jawab pada Perdana Menteri melainkan juga National Assembly (NA), jadi kekuasaan parlemen yang besar dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan pada rakyat. Maka pengawasan atas jalannya pemerintahan dilakukan wakil rakyat yang duduk dalam parlemen. Dengan begitu dewan menteri (kabinet) bersama perdana menteri (PM) bertanggung jawab kepada parlemen (legislatif). Keadaan seperti ini dapat membuat lembaga eksekutif dapat dijatuhkan oleh lembaga legislatif melalui mosi tidak percaya. Sistem parlementer mempunyai kriteria adanya hubungan antara legislatif dengan eksekutif, dimana satu dengan yang lain dapat saling mempengaruhi.

Perbedaan Sistem Pemerintahan di Indonesia dan KambojaPerbedaanSistem Pemerintahan IndonesiaSistem Pemerintahan Kamboja

Kepala NegaraPresidenPresiden

Kepela PemerintahPresidenPerdana Menteri

Masa Jabatan PemerintahDitentukan jangka waktuTidak ditentukan jangka waktu

Hak Prerogatif EksekutifPresidenPerdana Menteri

Hak Prerogatif LegislatifPresidenPerdana Menteri

Hak Pendapat Menurut UUD/ diberlakukannyaPresidenPerdana Menteri

Eksekutif Bertanggungjawab kepada LegislatifTidakya

Eksekutif dijatuhkan Oleh LegislatifTidakya

Posisi EksekutifPARPOL dan ProfesionalHanya Partai Berkuasa

Pembubaran Legislatif oleh EksekutifTidakPerdana Menteri

Pengusulan/Pengubahan/Pengganti/Perbaikan/Peraturan bersama dengan LegislatifPresidenPerdana Menteri

Hukuman kepeda Kepala PemerintahpemakzulanMosi tidak percaya

Daftar PustakaBasri, Seta. 2012. Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan Negara-negrara Kawasan ASEAN. Diambil dari: http://setabasri01.blogspot.com/2012/05/bentuk-negara-dan-sistem-pemerintahan_11.html (17 Juni 2015).Noor, Anang. 2014. Faktou-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Suatu Negara Mengadopsi Sistem Pemerintahan Parlementer. Diambil dari: http://anang-noor-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-91330-Parpol%20dan%20Pemerintahan-FAKTORFAKTOR%20YANG%20MEMPENGARUHI%20PILIHAN%20SUATU%20NEGARA%20MENGADOPSI%20SISTEM%20PEMERINTAHAN%20PARLEMENTER%20.html (17 Juni 2015).Mahmud, M. Hamam. 2013.Sistem Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Daerah & APBD. Diambil dari: http://mhamamalmahmud.blogspot.com/2013/04/sistem-pengawasan-terhadap.html (17Juni 2015).Dinasthi, Juna. 2013. Perbedaan Sistem Pemerintahan Presidensial dan Parlementer. Diambil dari: http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/08/perbedaan-sistem-pemerintahan.html (17 Juni 2015).