tukar menukar tanah negara kepada pihak swasta ( …

157
TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( STUDI KASUS TUKAR MENUKAR EKS TANAH BENGKOK DI KELURAHAN NOBOREJO KOTA SALATIGA KEPADA PT TRIPILAR BETONMAS ) Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum Oleh : S U S I A N A NPM : 322008007 PEMBIMBING : Dr. Tri Budiyono, SH. M.Hum. Sri Harini Dwiyatmi, SH, M.S. PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2010

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( STUDI KASUS TUKAR

MENUKAR EKS TANAH BENGKOK DI KELURAHAN NOBOREJO KOTA SALATIGA

KEPADA PT TRIPILAR BETONMAS )

Tesis

Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum

untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum

Oleh :

S U S I A N A NPM : 322008007

PEMBIMBING :

Dr. Tri Budiyono, SH. M.Hum. Sri Harini Dwiyatmi, SH, M.S.

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2010

Page 2: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Tukar Menukar Tanah Negara

Kepada Pihak Swasta

( Studi Kasus Tukar Menukar

Eks Tanah Bengkok Di

Kelurahan Noborejo Kota

Salatiga Kepada PT Tripilar

Betonmas )

Nama Mahasiswa : Susiana

NPM : 322008007

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Menyetujui,

Dr. Tri Budiyono, S.H.,M.Hum. Sri Harini Dwiyatmi, S.H.M .S.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Mengesahkan, Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum

Dr. Tri Budiyono, S.H.,M.Hum.

Dinyatakan Lulus Ujian tanggal 8 September 2010.

Page 3: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Susiana.

NIM : 322 008 007.

Jurusan/Program Studi : Magister Ilmu Hukum.

Fakultas/Program : Pascasarjana Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis yang saya

tulis ini, atau tesis ini benar-benar merupakan hasil karya saya

sendiri dan bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan tesis

ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Salatiga, September 2010

Yang membuat pernyataan

S u s i a n a

Page 4: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

ABSTRAK

Tukar Menukar Eks Tanah Bengkok (ETB) Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, telah direncanakan oleh Panitia tukar Menukar ETB sejak awal Januari 2009. Namun dalam perjalanannya telah menimbulkan penolakan dari para petani yang pada saat itu sebagai penyewa lahan sekaligus sebagai penggarap lahan ETB Kelurahan Noborejo yang akan dipertukarkan dengan tanah milik PT Tripilar Betonmas yang direncanakan sebagai perluasan pabrik asbes.

Penolakan oleh para petani tersebut dengan alasan bahwa lahan ETB yang akan ditukarkan dengan tanah milik PT TBM selama ini merupakan sumber utama penghasilan bagi kurang lebih 120 orang petani beserta keluarganya, ditambah dengan buruh-buruh tani lainnya. Penolakan bahkan meluas tidak hanya petani saja namun warga masyarakat yang lainnya, termasuk LPMK, Karang Taruna dan para Ketua RW di wilayah Kelurahan tersebut.

Berawal dari permasalahan inilah penulis tergerak untuk mengadakan penelitian guna mengkaji permasalahan ini secara ilmiah, dari sisi akademis dan tentu tanpa bermaksud menghakimi ataupun menentang kebijakan ini, karena bagaimanapun juga hal ini merupakan masalah bagi masyarakat, terutama masyarakat kecil sebagai petani yang perlu mendapatkan perhatian dari kita semua.

Untuk itulah penulis berusaha berdiri di tengah guna melihat, meneliti kemudian mengkaji apakah kebijakan pemerintah Kota Salatiga dalam hal ini adalah panitia tukar menukar ETB Kelurahan Noborejo sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku ataukah belum.

Setelah penulis mempelajari beberapa peraturan yang berkaitan dengan tukar menukar barang milik negara/daerah, maka berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengkaji beberapa permasalahan yaitu : Apakah tukar menukar tanah ETB tersebut sudah memenuhi syarat sesuai pasal 54 PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan barang milik Negara serta apakah sudah memenuhi alasan pelepasan hak sesuai Lampiran Permendagri Nomor 17 tahun 2007, tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah maupun Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 96/PMK/06/2007, tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara ?.

Page 5: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

Penelitian ini merupakan penelitian empirik hukum. Penelitian empirik hukum, yang menjadi obyek penelitiannya adalah asas/prinsip/kaidah-kaidah the living law, oleh karena itu pendekatan yang digunakan adalah yuridis sosiologis, pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tukar menukar ETB Kelurahan Noborejo sesuai ketentuan yang berlaku ataukah belum. Penelitian ini bertumpu pada telaahan bahan pustaka mengenai syarat, alasan serta ketentuan tukar menukar barang milik negara/daerah.

Tukar Menukar ETB telah dilakukan dengan diterbitkannya Keputusan Walikota Salatiga Nomor : 43/289/2009 tanggal 15 Juli 2009 tentang Pelepasan Sebagian Eks Tanah bengkok Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Kemudian dari hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa : 1. Ketentuan sebagaimana tersebut di atas belum dipenuhi, tanah

sebagai hasil tukar menukar atau tanah pengganti tidak bisa dimanfaatkan secara optimal karena kesuburan tanah, pengairan tanah, pola tanam dan hasil produksinya tidak optimal, sedangkan saat ini telah terbukti bahwa ETB di wilayah Kelurahan Noborejo merupakan penyumbang PAD (Pendapatan Asli Daerah) terbesar diantara 20 Kelurahan yang ada di Kota Salatiga. Data tahun 2008 Kelurahan ini mampu menyumbang PAD sebesar Rp. 35.000.000,- ( tiga puluh lima juta rupiah ), sehingga dengan kenyataan ini maka tanpa diadakan tukar menukarpun, ETB Kelurahan Noborejo telah membawa optimalisasi barang milik daerah dan pendapatan bagi daerah

2. Tukar menukar ETB juga tidak memenuhi alasan pelepasan hak yaitu alasan untuk menyatukan aset yang lokasinya terpencar untuk memudahkan koordinasi dan dalam rangka efisiensi, karena tanah sebagai pengganti atau tanah sebagai hasil tukar menukar letaknya terpencar di beberapa wilayah/Kelurahan, sehingga hal ini tidak mencerminkan efisiensi dan menyulitkan koordinasi dalam pengelolaannya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut hendaknya Panitia Tukar Menukar ETB maupun DPRD mengambil langkah-langkah untuk selanjutnya sbb : a. Dalam menghadapi persoalan yang sama, tetap mematuhi

ketentuan yang berlaku dan hendaknya dalam memberikan

Page 6: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

persetujuan tukar menukar barang milik daerah setelah prosedur dilalui dengan benar sesuai ketentuan.

b. Sebagai salah satu perwujudan pemenuhan Good Governance, pada unsur akuntabilitas, maka Panitia Tukar Menukar memberikan jalan keluar untuk petani yang saat ini menganggur karena adanya tukar menukar misalnya dengan memberikan lapangan pekerjaan dengan menyediakan tanah ETB pengganti yang terletak di Wilayah Kelurahan Noborejo

c. Mengadakan sosialisasi sebelumnya, serta berusaha meminimalisir penggunaan lahan pertanian untuk pabrik agar lahan pertanian di Kota Salatiga tidak semakin berkurang.

Page 7: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

ABSTRACT

Extrication of Ex Bengkok Land (ETB – land for use of village employees in place of salary) in Noborejo Village, Argomulyo Subdistrict, Salatiga had been planned by the Committee of ETB Exchange at the early of January, 2009. However, during its proceeding there was refusal from the farmers who at that time were the tenant and also the smallholders of ETB in Noborejo Village that was going to be exchanged with the land of PT. Tripilar Betonmas planned as the extension for asbestos plant.

That farmer refusal had a reason that ETB land was their primary source of income for more or less 120 farmers and their families, and even for other farm-workers. Moreover, this rejection extended not only from farmers but also from other society groups, including LPMK, Karang Taruna (youth organization), and RW chiefs in the area of this village.

Based on this problem thus the writer had been motivated to hold research in order to examine this problem from scientific and academic point of view without any intention of judging or even opposing this policy because this problem was a societal issue especially for lower community as farmers that should be given with attention from all sides.

Therefore, the writer tried to sit on the fence as to observe, research, and then examine whether the policy of Salatiga government in this case was the committee of ETB exchange in Noborojeo Village had been in conformity with prevailed provision or not.

After studying several regulations related to state/local government-owned property exchange thus based on above background, this research investigated some research questions: Whether the ETB land exchange had been qualified in accordance with article 54 of Government Regulations Number 6, 2006 about State property management, and also had it been complied with right extrication cause in accordance with the Attachment of Permendagri Number 17, 2007 about Technical Directive in Local Property Management and with VIII Attachment of Minister of Finance Regulations Number: 96/PMK/06/2007 about Procedure for Implementing, Employing, Utilizing, Abolishing, and Tranfering State Property?

Page 8: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

This research was law-empirical one. Therefore its object was principles/basis/norms of the living law with juridical-sociological approach aimed to find out whether the process of ETB exchange in Noborejo Village had been in accordance with prevailed provisions or not. This research focused on literature study in reference to conditions, causes, and also provisions on state/local government property exchange process.

In this case, the ETB extrication had been carried out by the issue of the Decision of Major of Salatiga City Number: 43/289/2009 on July 15, 2009 about the Extrication of Partial Ex ETB in Noborejo Village, Argumulyo Subdistrict, Salatiga City. And then the research results revealed that: 1. Above stated provisions had not been fulfilled, the land as the

result of exchange or the substitution land could not be utilized optimally due to less optimal of land fertility, land irrigation, cultivating pattern, and its production yields. Whereas, it was previously proved that ETB in Noborejo Village was the largest contributor to Local Income (PAD) among 20 Villages in Salatiga. From 2008 data it was shown that this Village had been able in contributing to Local Income of Rp. 35,000,000 (thirty five millions rupiah), hence with this fact even without any exchange, the ETB of Noborejo Villaghe had brought about the optimalisation of local property and local income.

2. The ETB exchange itself had not complied with the right extrication, namely with the reason to unite assets in separated locations in order to facilitate coordination and for efficiency reason, because the substitute land or land as result of exchange process had its location separated in some areas/Villages, hence it did not reflect the efficiency and could be difficult for coordination and its management.

Based on the results thus it is expected that the Government of Salatiga City/Committee of ETB Exchange and also DPRD (local legislative assembly) ought to take further steps or actions as follow: a. In facing similar problem thus they should remain comply with

the prevailed provisions, and DPRD in giving its approval about local property exchange ought to follow the proper procedure in accordance with provisions in effect.

b. As a realization of Good Governance fulfillment, especially in accountability element, thus the Government of Salatga

Page 9: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

City/Committee of ETB Exchange ought to provide solution for farmers who unemployed at this time due to the impact of exchange process, for example by providing job vacation through giving substitute ETB located in Noborejo Village area.

c. Carrying out socialization in advance, and also try to minimize the land utilization for factories thus agricultural land in Salatiga will not be decreased.

Page 10: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, atas segala berkah dan karuniaNya serta petunjuk dan kasih

sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah

(tesis) ini dengan baik dan lancar.

Penyusunan tesis ini adalah dalam rangka memenuhi syarat

akademis untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada Program

Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, disamping

itu merupakan kepedulian penulis terhadap permasalahan yang

menyangkut kehidupan para petani di Wilayah Kelurahan Noborejo.

Beranjak dari kepedulian ini maka penulis ingin mengkaji masalah

ini secara ilmiah, dari sisi akademis dan tanpa bermaksud

menghakimi ataupun menentang kebijakan ini. Penelitian ini

bermaksud untuk memperoleh gambaran yang jelas apakah

kebijakan ini sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku ataukah

belum.

Sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan-

keterbatasan, maka penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya

ilmiah berupa tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa

bimbingan, perhatian, dorongan ataupun bantuan dari banyak pihak,

oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan, perhatian,

bantuan serta dorongan yang diberikan kepada penulis sehingga tesis

ini bisa selesai. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada

yth. :

Page 11: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

1. Bapak M. Haryanto, S.H, MH, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga yang telah

memberikan kesempatan untuk mengikuti Program Pascasarjana

Program Studi Ilmu Hukum.

2. Bapak Dr. Tri Budiyono, S.H. M.Hum selaku Kaprogdi

Pascasarjana MIH sekaligus selaku dosen pembimbing yang

sudah memberikan semangat untuk mengikuti pendidikan di

Pascasarjana serta sudah memberikan bimbingan, bantuan serta

dorongan, sehingga tesis ini segera selesai.

3. Ibu Sri Harini Dwiyatmi, S.H M.S, yang dengan sabar

memberikan bimbingan serta masukan-masukan yang sangat

berguna untuk tesis ini.

4. Ibu Christiana Tri Budhayati, S.H.M.Hum., Selaku Tim Penguji

yang sudah meluangkan waktu membaca tesis serta memberikan

tanggapan maupun kritik yang berguna bagi kesempurnaan tesis

ini.

5. Mas Yakub Adi Krisanto, S.H, MH., Selaku Tim Penguji yang

sudah meluangkan waktu membaca tesis serta memberikan

tanggapan maupun kritik yang berguna bagi kesempurnaan tesis

ini.

6. Bp. Kustadi, S.H. M.Hum, beliau telah memberikan masukan-

masukan tentang beberapa peraturan dan teori-teori pada saat

ujian proposal, sehingga tesis ini menjadi lebih berisi.

7. Seluruh dosen/staff pengajar di MIH UKSW Salatiga, yang

sudah memberikan materi untuk mata kuliah masing-masing

sehingga menambah luas wawasan penulis, guna mendukung

penyelesaian tesis ini.

Page 12: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

8. Pimpinan dan staf tata usaha PPS MIH UKSW yang telah

memberikan bantuan serta kemudahan-kemudahan untuk

menyelesaikan studi.

9. Bapak Agus Permadi PT S.E, M.Si, yang pada saat tesis ini

dalam proses penulisan beliau adalah Kepala Bidang Ekonomi

pada Bappeda Kota Salatiga, dan saat ini sebagai Ka Bag

Perekonomian Setda Kota Salatiga, yang telah memberikan

dorongan dan arahan selama penulis menyelesaiakn tesis ini..

10. Para petani yang tidak bisa disebutkan satu persatu, baik petani

di wilayah Kelurahan Noborejo maupun petani di luar wilayah

Kelurahan Noborejo, yang sudah memberikan informasinya

tentang tukar menukar ETB di Kelurahan ini maupun kondisi

tanah yang menjadi obyek penelitian.

11. Bapak Samsoedin dan Bapak Suharsono selaku Ketua dan

Sekretaris Gapoktan “JATAYU” Kelurahan Noborejo, yang

telah membantu dan memberikan keterangan-keterangan yang

penulis butuhkan dalam penulisan tesis ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana MIH UKSW angkatan I

atas segala kekompakan dan bantuannya selama menjalani

kuliah.

13. Ibu, suami dan kedua anakku, yang telah memberikan dukungan

dan semangat untuk menempuh studi di UKSW serta senantiasa

mendoakan sehingga penulis dapat segera menyelesaikan studi.

14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah memberikan bantuan sehingga tesis ini dapat selesai.

Penulis

Page 13: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

D A F T A R I S I

Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi vii

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B Rumusan Masalah 13

C Keaslian Penelitian 13

D. Tujuan Penelitian 14

E. Manfaat Penelitian 15

F. Metode Penelitian 15

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan 17

2. Tehnik Pengumpulan Data 19

3. Sumber Informasi dan Analisis Data 22

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 26 A. Pengantar 26 B. Prinsip-prinsip Hukum Nasional 27

1. Hukum Agraria Didasarkan Pada Hukum Adat 29

2. Negara Bukan Pemilik Tanah Melainkan sebagai

Organisasi Kekuasaan Seluruh Rakyat yang

Menguasai 30

3. Hak Atas Tanah Mempunyai Fungsi Sosial 34

C. Tukar Menukar Tanah Negara

Page 14: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

1. (Syarat, Alasan serta) Ketentuan Tukar Menukar

Barang Milik Daerah Berdasarkan PP Nomor 6

Tahun 2006 dan Permendagri No. 17 Tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang

Milik Daerah 36

(i). Syarat 37

(ii). Alasan 39

(iii) Cara 40

Bagan Alur Proses Tukar Menukar Barang

Milik Daerah Berdasarkan Pasal 74 ayat (1)

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 42

2. Tata Cara Pelaksanaan Tukar Menukar Barang

Milik Negara Berdasarkan Lampiran Peraturan

Menteri Keuangan Nomor :96/PMK.06/2007

Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pemanfaatan,

Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang

Milik Negara 45

D. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) 53

1. Pengertian Kepemerintahan yang baik 53

2.. Prinsip-prinsip Good Governance 56

E. Hak Azazi Manusia (HAM) dan Negara Hukum 59

F. Tugas Hukum dalam Masyarakat 62

G. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) 66

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 72

A. Pendahuluan 72

B. Proses Pelepasan ETB di Kelurahan Noborejo

( Hasil Penelitian ) 81

Page 15: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

Bagan Alur Proses Tukar Menukar ETB Kel.

Noborejo Kota Salatiga Kepada PT TBM 83

1. Informasi Dari Pemerintah Kota Salatiga. 89

2.Informasi Tertulis Dari PT TBM Yang Di –

sampaikan Oleh Pansus Tukar Menukar ETB

Kelurahan Noborejo oleh DPRD Salatiga 94

3 Informasi Dari Petani 99

4.Informasi Dari CSO (Civil Society Organisa-

tion) 107

5 Keuntungan dan Kerugian Dengan Adanya

Tukar Menukar ETB (Hasil Penelitian) 109

a. Keuntungan Bagi Daerah/Tenaga Kerja 109

b. Kerugian 110

6. RTRK sebagai Pedoman Perencanaan 112

C. Permasalahan Dalam Tukar Menukar

( Hasil Penelitian ) 114

D. Analisis Terhadap Pelepasan ETB di Kelurahan

Noborejo Kota Salatiga dengan PT TBM 117

1. Analisis Terhadap Pelaksanaan Pasal 54 PP No.

6 Tahun 2006 dan Pasal 73 ayat (1) Permen

dagri Nomor 17 Tahun 2007 117

2. Analisis Terhadap Alasan Pelepasan Hak

sesuai Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun

2007 dan Lampiran VIII Permenkeu RI Nomor

96/PMK/06/2007 122

Page 16: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 131 A. Kesimpulan 131

B. Saran 136

DAFTAR PUSTAKA 138

Page 17: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelepasan hak atas tanah terjadi karena

hak dari subyek hukum baik perseorangan maupun

badan hukum dilepaskan sehingga tanah menjadi

beralih kepemilikannya berhubung adanya suatu

peristiwa misalnya penggusuran atau pencabutan hak

maupun adanya tukar menukar. 1 Tanah Negara

menurut Peraturan Pemerintah (PP) nomor 8 tahun

1953 pasal (1) huruf a, adalah tanah yang dikuasai oleh

Negara.2

Ditinjau dari segi kewenangan

penguasaannya, tanah yang semula tercakup dalam

pengertian tanah-tanah Negara terdiri dari : 3

1. Tanah-tanah Wakaf, yaitu tanah-tanah Hak Milik

(HM) yang sudah diwakafkan;

1 Sri Harini Dwiyatmi, Hukum Agraria, Widya Sari Press Salatiga, 2009, hlm. 92. 2 Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1953 ayat (1) huruf a 3 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia ,Djambatan, Jakarta , 2008, hlm. 272

Page 18: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

2

2. Tanah-tanah Hak Pengelolaan, yaitu tanah-tanah

yang dikuasai dengan hak pengelolaan, yang

merupakan pelimpahan pelaksanaan sebagian

kewenangan Hak Menguasai dari Negara kepada

pemegang haknya;

3. Tanah-tanah Hak Ulayat, yaitu tanah-tanah yang

dikuasai oleh masyarakat hukum adat teritorial

dengan hak ulayat;

4. Tanah-tanah Kaum, yaitu tanah bersama

masyarakat-masyarakat hukum adat ginealogis;

5. Tanah-tanah Kawasan Hutan, yang dikuasai oleh

Departemen Kehutanan berdasarkan Undang-

Undang Pokok Kehutanan

6. Tanah-tanah sisanya, yaitu tanah-tanah yang

dikuasai oleh Negara, yang bukan tanah Wakaf,

bukan tanah Hak Pengelolaan, bukan tanah Hak

Ulayat, bukan Tanah Kaum dan bukan Tanah

Kawasan Hutan. Tanah-tanah tersebut di atas

adalah tanah yang langsung dikuasai Negara atau

Page 19: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

3

Tanah Negara, Penguasaannya dilakukan oleh

Badan Pertanahan Nasional.

Pembahasan dalam Tesis ini berkaitan

dengan tanah bengkok, oleh karena itu perlu diulas

pengertian-pengertian tentang tanah bengkok yang

dimaksudkan agar diperoleh gambaran tentang apa itu

tanah bengkok, yaitu seperti tersebut di bawah ini.

Beberapa pengertian tentang tanah bengkok : 4

1. Menurut Rijkblad Surakarta No. 9 Tahun 1939

Hak atas tanah yang diberikan kepada desa disebut

wewenang anggaduh desa terdiri dari tanah lungguh

(bengkok), tanah pituwas dan tanah kas desa yang

kesemuanya disebut tanah desa. Tanah lungguh

atau tanah bengkok diberikan kepada pejabat desa

selama memegang jabatan, sedang tanah pituwas

diberikan kepada pejabat desa yang telah pensiun.

2. Versi Hukum adat

Tanah begkok adalah tanah yang diberikan kepada

pejabat-pejabat desa sebagai imbalan jasa atas

4 Sri Harini Dwiyatmi , Tebaran Pikiran tentang Hukum Agraria, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 2000, hlm. 27.

Page 20: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

4

jabatannya selama menjalankan tugas

kepemerintahan dan merupakan hak pakai adat dan

bukan hak milik tanah dalam hukum adat, sehingga

jika tugas kepemerintahan berakhir tanah harus

dikembalikan ke desa.

3. Versi Pemerintah Kolonial

Tanah bengkok merupakan pemberian pemerintah

daerah, dalam hal ini Bupati atau residen yang

pemberiannya didasarkan pada ketentuan yang

disebut ordonansi yang berlaku untuk daerah Jawa

dan Madura dan ada pula yang berlaku untuk luar

Jawa dan Madura.

4. Setelah berlakunya UUPA (Undang-Undang Pokok

Agraria) 1960

Tanah bengkok/hak bengkok beralih/dikonversi

menjadi hak pakai atau hak untuk

menggunakan/memungut hasil dari tanah yang

dikuasai langsung oleh negara /milik orang lain.

Secara singkat tanah bengkok setelah berlakunya

UUPA 1960 merupakan tanah negara.

Page 21: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

5

Selanjutnya perlu juga diketahui definisi

tukar menukar, yaitu berdasarkan pasal 1 angka 27

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun

2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang

Milik Daerah, yang dimaksud dengan tukar menukar

barang milik daerah / tukar guling adalah pengalihan

kepemilikan barang milik daerah yang dilakukan

antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat,

antar Pemerintah Daerah atau antara Pemerintah

Daerah dengan pihak lain, dengan menerima

penggantian dalam bentuk barang, sekurang-

kurangnya dengan nilai seimbang.

Tesis ini berjudul “ TUKAR

MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK

SWASTA”, (STUDI KASUS TUKAR

MENUKAR EKS TANAH BENGKOK DI

KELURAHAN NOBOREJO KOTA SALATIGA

KEPADA PT TRIPILAR BETONMAS).

Secara panjang lebar, pengertian-

pengertian yang terkait dengan judul Tesis ini telah

diberi penjelasan sebagaimana tersebut di atas yaitu

antara lain pengertian tentang tanah negara,

Page 22: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

6

pengertian tentang tanah bengkok, kemudian juga

pengertian tentang tukar menukar tanah. Judul tesis

ini dapat dijelaskan secara lebih terinci lagi yaitu

bahwa yang dimaksud “Tanah Negara“ dalam tulisan

ini adalah “Eks Tanah Bengkok”, di salah satu

Kelurahan yang ada di Kota Salatiga, yaitu di

Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo Kota

Salatiga, karena setelah berlakunya UUPA tahun

1960, tanah bengkok termasuk tanah negara,

sedangkan yang dimaksud Pihak Swasta dalam

Tesis ini adalah PT Tripilar Betonmas yang

selanjutnya nanti akan disingkat dengan PT TBM,

dan saat ini PT tersebut bergerak di bidang pabrik

asbes di Kelurahan Noborejo disamping terdapat pula

pabrik Cat dan pabrik Kosmetik dengan merk

“Vitalis” di wilayah ini.

Pembahasan tesis ini berawal dari Eks Tanah

Bengkok (ETB) di Kelurahan Noborejo yang

disewakan kepada petani di wilayah tersebut sebagai

tanah pertanian. Perlu diketahui bahwa ada

Page 23: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

7

kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh

pihak yang menyewakan maupun si penyewa.

Adapun kewajiban bagi yang menyewakan antara lain

adalah memberikan kepada si penyewa kenikmatan

tenteram dari barang yang disewakan selama

berlangsungnya persewaan. 5 Sedangkan kewajiban si

penyewa antara lain membayar harga sewa pada

waktu-waktu yang telah ditentukan menurut

perjanjian 6

Kemudian selama waktu sewa tersebut

ada permohonan dari PT TBM kepada Pemerintah

Kota Salatiga untuk diadakan tukar menukar

terhadap ETB tersebut sebagai perluasan pabrik

Asbes yang sudah ada di wilayah Kelurahan

Noborejo Kota Salatiga. Sedangkan ketentuan dalam

pelaksanaan tukar menukar antara lain :

1. Bahwa sesuai pasal 54 PP Nomor 6 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

maupun pasal 73 ayat (1) Permendagri Nomor 17

5 R. Subekti, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hlm. 42. 6 Ibid, hlm. 43.

Page 24: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

8

Tahun 2007, Tukar menukar barang milik

Negara/daerah adalah dalam rangka untuk

“optimalisasi” bagi barang milik Negara/daerah.

Kemudian ketentuan pada pasal 74 ayat (1),

tentang prosedur/cara tukar menukar barang milik

negara / daerah adalah :

a. Usul tukar menukar adalah dari pengelola

(Sekda) kepada Walikota..

b. Alasan atau pertimbangan tukar menukar

diperlukan pengkajian lebih lanjut.

2. Tukar menukar harus memenuhi alasan dan

pertimbangan perlunya tukar menukar, yaitu salah

satu alasan terpentingnya adalah bahwa tukar

menukar hendaknya dalam rangka menyatukan

aset yang terpencar dalam rangka memudahkan

koordinasi dan dalam rangka efisiensi..

3. Ada penolakan oleh petani/para petani penggarap

tidak setuju dengan rencana tukar menukar tanah

yang selama ini menjadi tanah garapan bagi para

petani di wilayah itu. Alasan ketidaksetujuan para

Page 25: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

9

petani antara lain bahwa dengan diadakannya

tukar menukar ETB dengan PT TBM tersebut

akan menghilangkan mata pencaharian mereka

selama ini. Sehingga dengan demikian para petani

mengajukan tuntutan yaitu tanah boleh ditukar

asalkan sebagai tanah penggantinya harus berada

di wilayah Kelurahan Noberejo. 7 Setelah ada

tuntutan dari para petani yang saat itu

disampaikan oleh keterwakilan mereka yang

tergabung dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok

Tani), maka PT TBM memberi janji bahwa

sebagai gantinya maka perekrutan karyawan akan

diambil dari lingkungan Noborejo sendiri 60 %,

dan dari luar Noborejo 40%, namun janji tentang

pemenuhan tenaga kerja berasal dari wilayah

Noborejo sebesar 60 % dan 40 % tenaga kerja

berasal dari luar wilayah Noborejo belum

terpenuhi.

7 Wawancara dengan Suharsono, Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Kelurahan Noborejo, Kota Salatiga, hari Minggu, tanggal 6 Desember 2009, pk.11.00 WIB.

Page 26: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

10

Sedangkan Tujuan tukar menukar,

berdasarkan Permendagri nomor 17 tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

Daerah adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan tertib administrasi

pelaksanaan tukar menukar dalam rangka

pengamanan aset Negara.

2. Mencegah terjadinya kerugian Negara sebagai

akibat dari adanya tukar menukar.

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna aset

Negara untuk kepentingan Departemen /Lembaga

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Perlu diketahui pula bahwa sesuai dengan

pasal 57 Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, bahwa

“bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak

lanjut atas penghapusan barang milik daerah antara

lain dengan tukar menukar”.

Berdasarkan uraian yang sudah disebutkan

di atas maka hipotesa yang dapat diberikan adalah

bahwa tukar menukar kurang memenuhi

Page 27: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

11

alasan/pertimbangan diadakannya tukar menukar

tanah. Adapun alasan/pertimbangan tukar menukar

ketentuannya diatur dalam lampiran Permendagri

Nomor 17 Tahun 2007, maupun di dalam Lampiran

VIII Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

96/PMK/06/2007, yaitu antara lain tentang

alasan/pertimbangan diadakannya tukar menukar

tanah yang cukup signifikan, yaitu bahwa tukar

menukar hendaknya dalam rangka “menyatukan

barang/aset (tanah) yang lokasinya terpencar untuk

memudahkan koordinasi dan dalam rangka efisiensi“.

Dalam tukar menukar ada ketentuan yang harus

dilakukan oleh Panitia Tukar Menukar, baik tanah

yang ditukarkan maupun tanah penggantinya yang a.l

harus memperhatikan : 8

1. Kelas tanah

2. Kesuburan tanah dan pengairannya

3. Letak tanah

8 Lampiran Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 41 Tahun 1991, tanggal 17 September 1991, tentang Pelaksanaan Pelepasan dan Tukar Menukar Tanah dan Bangunan Milik/yang dikuasai Pemerintah Kabupaten /Kota dan Tanah Kas Desa / Eks Tanah Bengkok yang menjadi Kelurahan.

Page 28: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

12

4. Pola tanah

5. Hasil produksinya

6. Kemiringan tanah

7. Jenis tanah

8. Datar tanah

9. Nilai ekonomis/startegis

10. Harga dasar dan harga umum tanah.

Berdasarkan hasil penelitian yaitu bahwa

proses tukar menukar sebagian ETB di Kelurahan

Noborejo belum semuanya dilaksanakan sesuai

pasal 74 ayat (1) Permendagri Nomor 17 Tahun

2007, yaitu dalam pasal tersebut di atas dikatakan :

Pengelola mengajukan usul tukar menukar kepada

Kepala Daerah, namun disini PT TBM langsung

mengajukan permohonan tukar menukar sebagian

ETB di Kelurahan Noborejo langsung kepada Kepala

Daerah.. Uraian lebih lanjut akan dibahas pada Bab

III

Page 29: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

13

B. Rumusan Masalah

Dari Latar Belakang Masalah yang telah

diuraikan pada romawi satu tersebut di atas maka

Rumusan Masalah yang akan disampaikan adalah :

Apakah tukar menukar sebagian ETB Kelurahan

Noborejo Kota Salatiga sudah memenuhi syarat sesuai

pasal 54 PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

barang milik Negara/pasal 73 ayat (1) dan Pasal 74 ayat

(1) Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 dan serta

apakah sudah memenuhi alasan Tukar Menukar sesuai

Lampiran Permendagri Nomor 17 tahun 2007 maupun

Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

96/PMK/06/2007?.

C. Keaslian Penelitian

Penelitian yang diberi judul “ Tukar

menukar Tanah Negara Kepada Pihak Swasta “ ( Studi

Kasus Tukar Menukar Eks Tanah Bengkok di

Kelurahan Noborejo Kota Salatiga Kepada PT Tripilar

Betonmas ) ini, sampai saat ini belum pernah

dilakukan.

Page 30: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

14

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang

dikemukakan di atas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Ingin mengetahui apakah pelaksanaan tukar

menukar ETB di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga

sudah memenuhi syarat sesuai pasal 54 PP Nomor

6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan barang milik

Negara/ pasal 73 ayat (1) dan pasal 74 ayat (1)

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 serta apakah

sudah memenuhi alasan Tukar Menukar sesuai

peraturan dalam Lampiran Permendagri Nomor 17

tahun 2007 maupun Lampiran VIII Peraturan

Menteri Keuangan Nomor : 96/PMK/06/2007 ?.

2. Ingin mempelajari prosedur tukar menukar ETB

berdasarkan ketentuan yang berlaku guna

meningkatkan pengetahuan dalam kaitannya

dengan tugas sehari-hari.

Page 31: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

15

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

berguna dan bermanfaat bagi Pemerintah terutama

Pemerintah Daerah Kota Salatiga dalam mengambil

langkah-langkah kebijakan atau keputusan jika di masa

yang akan datang harus melakukan tukar menukar

barang milik daerah /Eks Tanah Bengkok ataupun aset

khususnya tanah kepada pihak ketiga.

F. Metode Penelitian

Metodologi pada hakekatnya memberikan

pedoman, tentang cara-cara seorang ilmuwan

mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-

lingkungan yang dihadapinya.9

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam

mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu

merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode

ilmiah, oleh karena itu penelitian dan metode ilmiah

mempunyai hubungan yang sangat erat bahkan dapat

dikatakan sama. Namun demikian tidak semua

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, (UI-Press), Jakarta, 1986, hlm. 6

Page 32: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

16

pengetahuan dapat dikatakan ilmu, karena ilmu

merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya

harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam

metode ilmiah. 10

Secara umum metode penelitian dapat dibagi menjadi

dua yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode

penelitian kualitatif. Metode penelitian kuantitatif dalam

analisa data hasil penelitiannya menggunakan pendekatan

atau teknik statistik, sedangkan metode penelitian

kualitatif menggunakan analisa data diskriptif. Penelitian

ilmiah merupakan penelitian yang bersifat deskriptif ,

yaitu mengemukakan apa yang ada berdasarkan fakta

empirik. Metode ilmiah hanya berlaku untuk keilmuan

yang bersifat deskriptif, yaitu dalam rangka menjelaskan

hubungan sebab akibat antara 2 hal. Penelitian ilmiah

merupakan penelitian yang dapat dibuktikan secara

empirik, sedangkan yang tidak dapat dibuktikan secara

empirik kemudian dikatakan tidak bersifat ilmiah. 11

10 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm 44. 11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm 27

Page 33: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

17

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

metode kualitatif dengan analisa diskriptif, dengan

tujuan memperoleh pemahaman yang mendalam

terhadap kasus yang terjadi serta menguraikan secara

jelas terhadap pokok persoalan yang diteliti dalam

tukar menukar ETB di Kelurahan Noborejo dengan

data temuan terkait dengan permasalahan yang ada

dalam pelaksanaan Tukar Menukar sebagian ETB di

Kelurahan Noborejo.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah merupakan

penelitian empirik hukum.Yaitu penelitian yang

dilakukan dengan melihat realitas dalam masyarakat,

atau realitas hukum dalam bentuk perilaku dalam

masyarakat. Sedangkan pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis, yaitu

pendekatan yang digunakan dalam penelitian empiris

mengenai hukum. Suatu bentuk penelitian empiris

hukum akan sangat dimungkinkan jika yang menjadi

obyek penelitiannya adalah asas/prinsip dan

Page 34: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

18

norma/kaidah-kaidah the living law. oleh karena itu

pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah tukar menukar ETB di Kelurahan Noborejo

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga sudah

memenuhi syarat tukar menukar yaitu salah satu

syaratnya bahwa tukar menukar hendaknya bisa

membawa optimalisasi barang milik Negara/Daerah

sesuai yang diatur dalam pasal 54 (huruf b) PP

Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara / Daerah/ pasal 73 ayat (1) dan pasal 74

ayat (1) Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,

dan apakah tukar menukar ETB di Kelurahan

Noborejo sudah memenuhi alasan Tukar Menukar

sesuai yang diatur dalam Lampiran Permendagri

Nomor 17 Tahun 2007 ataupun dalam Lampiran VIII

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Tukar Menukar

Barang Milik Negara.

Page 35: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

19

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Untuk memperoleh informasi lisan,

penulis melakukan wawancara dengan

responden/subyek penelitian, yang terdiri dari :

(i) Pemerintah Kota Salatiga sebagai Panitia

tukar menukar ETB di Kelurahan

Noborejo, yang dalam hal ini adalah

Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat

Daerah Kota Salatiga dan DPPKAD

( Dinas Pengelolaan Pendapatan,

Kekayaan dan Aset Daerah ),

(ii) Petani yang terdiri dari 2 ( dua )

kelompok, yaitu petani yang dulu sebagai

penggarap lahan ETB di Kelurahan

Noborejo dan petani yang sekarang

menggarap lahan hasil tukar menukar

yang berada di luar wilayah Kelurahan

Noborejo

Page 36: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

20

(iii) CSO ( Civil Society Organization ), suatu

organisasi masyarakat sipil, yang

tergabung dalam “Gabungan Masyarakat

Noborejo Peduli Lingkungan dan

Ekonomi Rakyat”

Dalam melakukan wawancara penulis

tidak membuat daftar kuesioner yang harus diisi

oleh responden, akan tetapi penulis membuat

daftar pertanyaan secara intern. Hal ini penulis

lakukan karena : pertama untuk memberi rasa

nyaman kepada responden sehingga responden

tidak harus membaca serta memberi jawaban

secara tertulis karena cara ini merupakan cara

yang tidak disukai responden karena dirasa

merepotkan bagi responden pada umumnya, ini

menurut pengalaman diri penulis, yang juga

sering dimintai pendapat dengan cara mengisi

daftar kuesioner. Penulis juga tidak membaca

daftar pertanyaan didepan responden, namun

berusaha mengingat- ingat sebelum menemui atau

Page 37: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

21

melakukan wawancara dengan responden, hal-hal

apa saja yang akan penulis tanyakan kepada

responden. Responden juga penulis beritahu

bahwa wawancara ini adalah dalam rangka untuk

penelitian. Responden tersebut adalah PNS di

Kantor DPPKAD ( Dinas Pengelolaan

Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah ), PNS di

Bagian Tata Pemerintahan, kemudian Gabungan

Kelompok Tani (Gapoktan), di Kelurahan

Noborejo, Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga,

Gapoktan ini merupakan orang-orang yang

merasa bertanggungjawab dalam

memperjuangkan para anggotanya.

b. Studi Dokumentasi

Guna mendukung kelengkapan data,

penulis melakukan studi dokumentasi dengan cara

memperoleh dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan Tukar Menukar ETB di Kelurahan

Noborejo. Studi dokumentasi juga penulis

lakukan dengan cara mempelajari peraturan-

Page 38: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

22

peraturan yang berkaitan dengan tukar menukar

tanah milik negara/daerah yaitu yang terdiri dari

PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara, Permendagri Nomor 17

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan

Barang Milik Daerah serta Lampiran VIII

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06

/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan,

Pemanfaatan, Penghapusan dan

Pemindahtanganan Barang Milik Negara.

Disamping itu juga dengan cara mencari buku-

buku tentang teori yang relevan dengan pelepasan

ETB dengan cara tukar menukar, berita di surat

kabar tentang masalah tukar menukar ETB di

Kelurahan Noborejo, Tesis atau skripsi yang

relevan dengan masalah yang diteliti, maupun

mencari bahan-bahan yang relevan lainnya.

3. Sumber Informasi dan Analisis Data

Untuk memperoleh gambaran yang

lengkap tentang tukar menukar ETB di Kelurahan

Page 39: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

23

Noborejo, Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga,

yaitu Apakah Tukar Menukar ETB tersebut sudah

memenuhi syarat sesuai pasal 54 PP Nomor 6 Tahun

2006 tentang Pengelolaan barang milik Negara/ pasal

73 (ayat) 1 dan pasal 74 ayat (1) Permendagri Nomor

17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan

Barang Milik Daerah serta apakah tukar menukar

ETB tersebut sudah memenuhi alasan Tukar Menukar

sesuai Lampiran Permendagri Nomor 17 tahun 2007

maupun Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan

Nomor : 96/PMK/06/2007, maka penulis mencari

sumber informasi yang diperoleh dari :

(i) Pemerintah Kota Salatiga dalam hal ini

Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah

Kota Salatiga dan DPPKAD ( Dinas

Pengelolaan Pendapatan, Kekayaan dan Aset

Daerah ),

(ii) Petani penggarap lahan ETB di Kelurahan

Noborejo dan petani yang sekarang

Page 40: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

24

menggarap lahan hasil tukar menukar yang

berada di luar wilayah Kelurahan Noborejo

(iii) PT TBM ( Tripilar Betonmas ) sebagai mitra

tukar menukar atau pihak ke tiga/pihak

swasta.

(iv) CSO ( Civil Society Organization ), yaitu

Organisasi Masyarakat Sipil, yang masuk

dalam Gabungan Masyarakat Noborejo Peduli

Lingkungan dan Ekonomi Rakyat.

Analisa data adalah serangkaian proses

pengumpulan data dan informasi dari lapangan

ataupun dari hasil wawancara yang selanjutnya

akan diolah, dianalisa sesuai dengan teori yang

digunakan.. Sebelum diolah semua data dan

informasi akan diteliti kembali apakah data dan

informasi tersebut sudah cukup untuk keperluan

proses berikutnya. 12

Data yang menyangkut tentang Tukar

Menukar Eks Tanah Bengkok Di Kelurahan

12 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, op.cit, hlm 126.

Page 41: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

25

Noborejo Kota Salatiga Kepada PT Tripilar

Betonmas yang telah penulis kumpulkan lewat

penelitian akan dipelajari, diklasifikasikan, diolah

dan diuraikan untuk selanjutnya dianalisis secara

kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis yang

menggunakan kata-kata, bukan dalam bentuk

angka-angka (kuantitatif).

Page 42: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

26

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

A. PENGANTAR

Dalam bab ini akan disampaikan

uraian tentang : Prinsip-prinsip Hukum Tanah

Nasional, Syarat Tukar Menukar Barang Milik Daerah,

Alasan dan Ketentuan Tukar-menukar Barang Milik

Daerah, berdasarkan Peraturan menteri Dalam Negeri

Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah, kemudian teori

tentang Tata Cara Pelaksanaan Tukar Menukar Barang

Milik Negara sebagaimana diatur dalam Lampiran VIII

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan

Dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, juga

teori tentang Good Governance atau kepemerintahan

yang baik, teori tentang HAM dan Negara Hukum,

Teori tentang Berlakunya Hukum dalam Masyarakat

Page 43: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

27

serta RUTRK ( Rencana Umum Tata Ruang Kota )

Salatiga.

Uraian tersebut di atas akan digunakan

untuk melakukan analisis terhadap pelaksanaan Tukar

Menukar Sebagian Eks Tanah Bengkok di Kelurahan

Noborejo, Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga kepada

PT Tripilar Betonmas.

B. Prinsip-prinsip Hukum Tanah Nasional

Dengan berlakunya UUPA, Pemerintah

Indonesia hendak berbenah diri dari pengalaman pahit di

bidang hukum tanah pada masa lalu yaitu adanya asas

domein verklaring yang menegaskan bahwa setiap tanah

yang tidak dapat dibuktikan kepemilikannya secara

hukum menjadi milik negara/domein negara. Prinsip ini

sangat tidak menguntungkan bagi tanah adat yang tidak

mengenal sistem pendaftaran tanah, dan berbeda dengan

tanah barat yang mengenal sistem pendaftaran tanah.

Sistem domein verklaring memberikan peluang

Page 44: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

28

/melegitimasi terjadinya peralihan (perampasan) tanah

adat milik rakyat Indonesia. 13

Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945

menyatakan bahwa Bumi, Air dan Ruang Angkasa serta

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pasal ini ditindaklanjuti oleh Pasal 2 ayat (1) UUPA yang

berbunyi : “ Bumi, Air, Ruang Angkasa serta kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya pada tingkatan

tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi

kekuasaan seluruh rakyat”.

Rumusan demikian disebut hak menguasai

negara. Dari rumusan tersebut harus dipahami bahwa

negara mempunyai hak menguasai atas Bumi, Air, Ruang

Angkasa serta kekayaan yang terkandung di dalamnya

adalah sebagai organisasi yang mengatur/mengelola

peruntukan, penggunaan dan penyediaan Bumi, Air,

Ruang Angkasa serta kekayaan yang terkandung di

dalamnya bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Sama sekali bukan sebagai milik dari negara sehingga 13 Sri Harini Dwiyatmi, op.cit, hlm 39

Page 45: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

29

negara bebas menggunakannya menurut kebutuhannya

dengan mengesampingkan kebutuhan dan kepentingan

rakyat. Justru negara dengan hak menguasainya itu

mempunyai kewajiban-kewajiban untuk

menyelenggarakan Bumi, Air, Ruang Angkasa serta

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu bagi

kepentingan seluruh rakyat. 14

Pembenahan diri Pemerintah Indonesia

terlihat dan tertuang dalam wujud konkrit lahirnya UUPA

yang di dalamnya terdapat prinsip-prinsip penting

sebagai berikut : 15

1. Hukum Agraria didasarkan pada hukum adat.

Alasan mengapa hukum adat dijadikan dasar

pembentukan hukum tanah/hukum agraria, oleh

karena hukum adat merupakan hukum asli rakyat

Indonesia yang hidup dan berlaku dikalangan rakyat

sehingga hukum tanah yang baru ini sesuai dengan

sendi-sendi kehidupan rakyat dan sesuai dengan

kesadaran hukum rakyat. Tetapi hukum adat yang

14 Ibid, hlm 43 15 Ibid, hlm. 39,40, 44

Page 46: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

30

digunakan untuk pembentukan hukum agraria ini

adalah hukum adat yang telah disaneer/yang telah

diseleksi dan tidak bertentangan dengan kepentingan

nasional (ingat keberadaan hak ulayat). Dengan

demikian ada pengakuan terhadap berlakunya hukum

adat dan secara eksplisit pengakuan itu tertuang

dalam pasal 5, 22 ayat (1), 56 dan 58 UUPA.

Sehingga hukum adat juga merupakan hukum positif

khususnya tentang cara terjadinya hak milik.

2. Negara bukan pemilik tanah, melainkan sebagai

organisasi kekuasaan seluruh rakyat yang menguasai

sebagaimana :

Pasal 2

(1) UUPA (hak menguasai negara) memberi

kewajiban kepada negara untuk melakukan

penguasaan dalam rangka kesejahteraan

masyarakat banyak.

(2) Hak menguasai dari negara sebagaimana

termaksud dalam ayat 1 memberi wewenang

kepada negara untuk :

Page 47: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

31

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan Bumi, Air, Ruang Angkasa (BARA) serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya..

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan BARA serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai BARA.serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai

dari Negara tersebut pada ayat 2 pasal ini

digunakan untuk mencapai sebesar-besar

kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan,

kesejahteraan dan kemerdekaan dalam

masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang

merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

(4) Hak menguasai dari Negara tersebut di atas

pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada Daerah-

daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat

hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak

bertentangan dengan kepentingan nasional,

Page 48: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

32

menurut ketentuan-ketentuan Peraturan

Pemerintah.

Lebih konkrit lagi yaitu bahwa negara

mempunyai wewenang dan kewajiban menentukan

dan mengatur apabila ada orang yang menguasai

BARA akan tetapi belum mempunyai suatu hak

sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 16 UUPA.

Negara mempunyai wewenang sekaligus kewajiban

menentukan apabila orang yang menguasai BARA

tersebut layak memperoleh hak atas tanah yang

dikuasainya. Jika memang layak maka hak apa yang

pantas diberikan serta negara mempunyai wewenang

serta kewajiban untuk menentukan prioritas siapa

yang sebenarnya paling berhak untuk diberikan sesuai

dengan peraturan perundangan.

Lebih lanjut dalam penjelasan UUPA

ditegaskan bahwa hak menguasai negara ini

digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat serta kesejahteraannya. Hak

menguasai negara atas BARA ini menurut sifat dan

Page 49: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

33

asasnya merupakan tugas pemerintah pusat yang pada

pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada instansi

atau pejabat daerah dengan tetap berorientasi pada

pencapaian kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan

umum/nasional.

Tugas negara sebagaimana terurai di atas

perlu ditandaskan oleh karena pada tingkat peraturan

perundangan dapat dengan jelas disimak maupun

dalam pelaksanaan peraturan perundangan oleh

aparat apakah betul masih tetap berorientasi pada

wewenang sekaligus kewajiban yang telah digariskan

khususnya berkaitan dengan tanah.

3. Hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. 16

Prinsip ini berangkat dari latar belakang

ketidaksetujuan atas konsep kepemilikan/penguasaan

atas tanah oleh yang empunya digunakan menurut

kehendaknya sehingga mengabaikan kepentingan

orang lain/kepentingan umum/kepentingan sosial.

Sehingga pada hukum tanah yang baru dikenal 16 Ibid, hlm 40

Page 50: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

34

prinsip “ semua hak atas tanah mempunyai fungsi

sosial” (pasal 6 UUPA). Semua hak atas tanah bukan

hanya hak milik atas tanah saja. Prinsip ini

menghendaki jikalau kepentingan sosial/kepentingan

umum memerlukan maka haruslah dinomorsatukan.

Sedangkan kepentingan perseorangan haruslah

kemudian. Artinya apabila kepentingan masyarakat

menghendaki maka hak atas tanah yang dikuasai

maupun yang dimiliki oleh seseorang harus direlakan

untuk memenuhi kepentingan umum tadi.

Dimensi lain yang perlu juga dilihat adalah

terhadap fungsi sosial hak-hak atas tanah. Bahwa

bukan hak milik saja yang harus mengingat fungsi

sosial, tetapi semua hak. Kecenderungan yang terjadi

adalah begitu banyak hak milik yang harus direlakan

untuk keperluan fungsi sosial. Harus dipahami secara

benar tentang hal ini, termasuk hak menguasai dari

negara (tanah negara) juga harus untuk fungsi sosial.

Dalam wujud, jikalau ada tanah-tanah negara yang

dikuasai masyarakat harus dimaknai untuk fungsi

Page 51: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

35

sosial - kepentingan umum. Dalam wujud tanah-

tanah itu diberikan pada masyarakat yang telah

menghuni dan menggarap lama turun temurun demi

kesejahteraan mereka, demi adanya topangan hidup

bagi para penggarap.17

Apabila dicermati lebih lanjut peraturan-

peraturan pertanahan, kita akan memperoleh

pemahaman bahwa peraturan-peraturan tersebut

memihak rakyat dan melindunginya terutama mereka

yang tidak mempunyai tanah. Perlindungan tersebut

dapat ditemui di dalam Peraturan Pemerintah nomor

224 Tahun 1961 jo PP Nomor 41 Tahun 1964.

Peraturan ini mengatur tentang redistribusi tanah.

Yang boleh menerima redistribusi/pembagian tanah

adalah petani yang tidak mempunyai tanah (buruh

tani) atau petani yang menguasai di bawah batas

minimum 2 Ha. Secara limitatif ditentukan mereka

yang boleh menerima pembagian tanah adalah

orang/petani yang telah mempunyai hubungan hukum

terlebih dahulu dengan tanah yang akan dibagi yaitu : 17 Ibid, hlm 42

Page 52: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

36

petani penggarap/buruh tani, dan hal ini menjadi

prioritas sebagai penerima pembagian tanah.

C. Tukar Menukar Tanah Negara

1. (Syarat, alasan serta) Ketentuan Tukar Menukar

Barang Milik Negara/Daerah Berdasarkan PP

Nomor 6 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor

17 Tahun 2007

Dibawah ini adalah syarat-syarat tukar

menukar barang milik daerah berdasarkan pasal 54

PP nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah. Tukar menukar

barang milik negara/daerah dilaksanakan dengan

pertimbangan/syarat

a. Untuk memenuhi kebutuhan operasional

penyelenggaraan pemerintahan;

b. Untuk optimalisasi barang milik

negara/daerah;dan

c. Tidak tersedia dana dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.

Sedangkan syarat-syarat, alasan serta

ketentuan tukar menukar barang milik daerah

Page 53: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

37

berdasarkan Permendagri nomor 17 tahun 2007

juga diuraikan di bawah ini agar diperoleh

gambaran tentang syarat, alasan maupun ketentuan

dari tukar menukar barang milik daerah khususnya

tanah.

( i ) Syarat :

Sesuai ketentuan pada pasal 73 (ayat 1)

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

Daerah, yaitu bahwa tukar menukar barang

milik daerah dilaksanakan dengan syarat:

(a) Untuk memenuhi kebutuhan operasional

penyelenggaraan pemerintahan;

(b) Untuk optimalisasi barang milik daerah;

(c) Tidak tersedia dana dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

Dari uraian tersebut di atas dapat

diketahui bahwa berdasarkan pasal 54 PP

nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara dan pasal 73 (ayat 1)

Page 54: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

38

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

Daerah memuat aturan yang sama tentang

syarat-syarat tukar menukar barang milik

negara/daerah, sehingga dalam konsekuensinya

syarat tersebut harus dipenuhi dalam tukar

menukar barang milik Negara/Daerah.

Kemudian dalam kaitannya

dengan pihak-pihak yang mengadakan tukar

menukar, maka pelaksanaan Pelepasan ETB di

Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo

Kota Salatiga yang dilakukan oleh Pemerintah

Kota Salatiga dengan PT TBM, merupakan

Pelepasan ( dengan cara tukar menukar )

yang dilakukan antara Pemerintah Daerah

dengan pihak swasta. Hal ini telah sesuai

dengan ketentuan dalam pasal 73 ( ayat

2 ) yang berbunyi : Tukar menukar barang milik

daerah dapat dilakukan dengan pihak :

Page 55: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

39

(a). Pemerintah pusat dengan Pemerintah

Daerah;

(b) Antar Pemerintah Daerah;

(d) Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau

Badan Hukum milik Pemerintah lainnya

(e) Swasta

( ii ). Alasan :

Sedangkan Alasan Tukar Menukar

sesuai peraturan dalam lampiran

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 adalah :

(a) Terkena Planologi ( Perencanaan Kota ); (b) Belum dimanfaatkan secara optimal ( idle ); (c) Menyatukan aset yang lokasinya terpencar

untuk memudahkan koordinasi dan dalam rangka efisiensi;

(d) Memenuhi kebutuhan operasional Pemerintah sebagai akibat pengembangan organisasi

(e) Pertimbangan khusus dalam rangka pelaksanaan rencana strategi Hankam.

Alasan sebagaimana pada huruf c

yaitu menyatukan aset yang lokasinya terpencar

untuk memudahkan koordinasi dan dalam

rangka efisiensi merupakan pembahasan utama

dalam thesis ini karena jika pada kenyataannya

Page 56: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

40

hal ini tidak dipenuhi maka para petani

penggarap ETB di Kelurahan Noborejo menjadi

keberatan atas dilaksanakannya tukar menukar

ETB karena hal ini mengakibatkan petani

menjadi kehilangan mata pencaharian.

(iii). Cara :

Kemudian berdasarkan pasal 75 Permendagri

Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah, “Tukar

menukar barang milik daerah sebagaimana

dimaksud dalam pasal 74 ayat (1) huruf a dan b

dilaksanakan dengan ketentuan/prosedur/cara

sebagai berikut

(a) Pengelola mengajukan usul tukar menukar tanah dan/atau bangunan kepada Kepala Daerah disertai alasan /pertimbangan dan kelengkapan data.

(b) Tim yang dibentuk dengan keputusan Kepala Daerah meneliti dan mengkaji alasan/pertimbangan perlunya tukar menukar tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis dan yuridis.

(c) Apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku, Kepala Daerah dapat mempertimbangkan untuk menyetujui dan menetapkan tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan.

Page 57: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

41

(d) Tukar menukar tanah dan/atau bangunan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(e) dan/atau Pengelola melaksanakan tukar menukar selain tanah bangunan sesuai batas kewenangannya setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah ; dan

(f) Pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang pengganti harus dituangkan dalam Berita Acara serah terima barang.

Untuk lebih memahami prosedur

tukar menukar barang milik daerah, dibawah ini

akan digambarkan Bagan Alur/Proses Tukar

Menukar Barang Milik Daerah sebagaimana

diatur dalam pasal 74 ayat (1) huruf a dan b,

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007

Page 58: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

42

Bagan Alur Tukar Menukar Barang Milik

Daerah

Berdasarkan Pasal 74 ayat (1) Permendagri

Nomor 17 Tahun 2007

Keterangan :

1. Pengelola mengajukan usul tukar menukar

tanah/bangunan kepada Kepala Daerah

disertai alasan/pertimbangan dan

kelengkapan data.

2. Tim meneliti/mengkaji alasan/pertimbangan

perlunya tukar menukar.

GUBERNUR/ BUPATI/

WALIKOTA

DPRD

PENGELOLA

BUMN/ BUMD

TIM YANG DIBENTUK

KDH

4

SWASTA

3

2 5 1

PEMDA TK. I

PEMDA TK. II

6

Page 59: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

43

3. Bila memenuhi syarat, Kepala Daerah dapat

mempertimbangkan untuk menyetujui tukar

menukar.

4. Tukar menukar dilaksanakan setelah

disetujui DPRD.

5. Pengelola melaksanakan tukar menukar

setelah mendapat persetujuan Kepala

Daerah.

6. Pelaksanaan tukar menukar dituangkan

dalam Berita Acara Serah Terima Barang.

Berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 pada

Pasal 1 angka 25, yang dimaksud dengan

pemindahtanganan atau pelepasan adalah

pengalihan kepemilikan barang milik daerah

sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan

cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau

disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah.

Di bawah ini akan diuraikan tentang bentuk-

Page 60: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

44

bentuk pemindahtanganan barang milik daerah

sesuai Permendagri nomor 17 tahun 2007.

Bentuk-bentuk pemindahtanganan

dan persetujuan sebagai tindak lanjut atas

penghapusan barang milik daerah sesuai pasal

57 meliputi :

a. Penjualan;

b. Tukar menukar;

c. Hibah; dan

d. Penyertaan modal pemerintah daerah.

Dalam pelaksanaan Pelepasan

Sebagian Eks Tanah Bengkok di Kelurahan

Noborejo yang dilaksanakan oleh Pemerintah

Kota Salatiga dengan PT Tripilar Betonmas

adalah dalam bentuk tukar menukar.

Prinsip tukar menukar adalah

memperoleh ganti dengan nilai yang seimbang.

Tukar menukar bisa dilakukan antara tanah

dengan gedung atau bangunan, atau juga

gedung/bangunan dengan gedung/bangunan .

Page 61: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

45

Hal ini diatur dalam Pasal 74 yang pada ayat-

ayatnya berbunyi :

(1) Tukar menukar barang milik daerah dapat

berupa :

a. Tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) kepada Kepala Daerah melalui pengelola.

b. Tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna tetapi tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota

(2) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan oleh pengelola setelah

mendapat persetujuan Kepala Daerah sesuai

batas kewenangannya.

2. Tata Cara Pelaksanaan Tukar Menukar Barang Milik Negara Berdasarkan Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.

a. Pertimbangan

Tidak berbeda dengan peraturan dalam pasal

54 PP nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah, Permendagri

Page 62: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

46

Nomor 17 Tahun 2007, khususnya pasal 73 (ayat)

1, bahwa tukar menukar Barang Milik Negara

sesuai Lampiran VIII Peraturan Menteri

Keuangan RI Nomor : 96/PMK.06/2007

dilakukan dengan pertimbangan dan dalam

rangka memenuhi kebutuhan operasional

penyelenggaraan pemerintahan, optimalisasi

penggunaan Barang Milik Negara, serta tidak

tersedia dana dalam APBN.

b.Barang Milik Negara yang dapat dilakukan Tukar menukar adalah

(i) Tanah dan/atau bangunan

(a) yang berada pada Pengelola Barang (b) yang status penggunaannya ada pada

Pengguna Barang (ii) Selain tanah dan/atau bangunan

c.Ketentuan dalam Pelaksanaan Tukar Menukar

(i) Tukar menukar Barang Milik Negara dapat

dilakukan dalam hal : (a) Barang Milik Negara berupa tanah

dan/atau bangunan sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

(b) Barang Milik Negara belum dimanfaatkan secara optimal;

(c) Penyatuan Barang Milik Negara yang lokasinya terpencar;

Page 63: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

47

(d) Pelaksanaan rencana strategis pemerintah/negara; atau

(e) Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang ketinggalan teknologi sesuai kebutuhan/kondisi/peraturan perundang-undangan.

(ii). Barang pengganti atas tukar menukar Barang

Milik Negara berupa tanah, atau tanah dan bangunan , harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Penggantian utama berupa tanah atau tanah dan bangunan; (b) Nilai barang pengganti sekurang-

kurangnya sama dengan nilai Barang Milik Negara yang dilepas.

(iii)Tukar Menukar Barang Milik Negara

dilaksanakan setelah dilakukan kajian berdasarkan : (a) Aspek teknis, antara lain :

(1) Kebutuhan Pengelola Barang/Pengguna Barang; (2) Spesifikasi aset yang dibutuhkan.

(b) Aspek ekonomis, antara lain kajian terhadap nilai aset yang dilepas dan nilai aset pengganti

(c) Aspek yurudis, antara lain : (1) Rencana Umum Tata Ruang Wilayah

dan penataan kota; (2) Peraturan perundang-undangan yang

terkait.

(iv)Dalam pelaksanaan tukar menukar terdapat Barang Milik Negara pengganti berupa bangunan, Pengelola Barang/Pengguna Barang dapat menunjuk konsultan pengawas.

Page 64: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

48

(v)Mitra tukar menukar ditentukan melalui calon mitra tukar menukar (tender) dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat, kecuali tukar menukar yang dilakukan dengan Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain yang mendapatkan penugasan dari pemerintah dalam rangka pelaksanaan kepentingan umum.

(vi) Mitra wajib menyetorkan uang ke rekening

kas umum negara atas sejumlah selisih nilai lebih antara barang yang dilepas dengan barang pengganti, yang dilakukan paling lambat sebelum pelaksanaan serah terima.

d.Subyek Pelaksanaan Tukar Menukar

(i) Pihak-pihak yang dapat melaksanakan tukar menukar Barang Milik Negara adalah :

(a) Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau

bangunan yang berada pada Pengelola Barang;

(b) Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,untuk :

(1) Barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan yang berada di Pengguna Barang akan tetapi tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

(2) Barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan.

(ii) Mitra tukar menukar adalah :

(a) Pemerintah Daerah; (b) Badan Usaha Milik Negara; (c) Badan Usaha Milik Daerah; (d) Badan Hukum milik pemerintah lainnya; (e) Swasta, baik yang berbentuk badan hukum

maupun perorangan.

Page 65: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

49

e.Tata Cara Pelaksanaan Tukar Menukar Tukar menukar atas tanah dan/atau bangunan

yang berada pada Pengelola Barang (i) Pelaksanaan tukar menukar didasari oleh

adanya kebutuhan dari Pengelola Barang untuk melakukan tukar menukar tanah dan/atau bangunan, atau permohonan tukar menukar dari pihak lain atau Pemerintah Daerah

(ii) Permintaan tukar menukar kepada pengelola barang diajukan dengan disertai penjelasan dan data pendukung (a)Rincian peruntukan; (b)Jenis/spesifikasi; (c)Lokasi/data teknis; (d)Hal lain yang dianggap perlu.

(iii)Pengelola Barang melakukan penelitian mengenai kemungkinan melaksanakan tukar menukar atas tanah dan/atau bangunan yang ada dalam pengelolaannya yang didasarkan pada pertimbangan tukar menukar, dengan tahapan sbb :

(a) Melakukan penelitian kelayakan

permohonan tukar menukar, baik dari aspek teknis, ekonomis maupun yuridis;

(b) Melakukan penelitian data administrasi yang terdiri dari : (1) Data tanah, antara lain status dan

bukti kepemilikan, gambar situasi termasuk lokasi tanah, luas dan peruntukan;

(2) Data bangunan, antara lain IMB, tahun pembuatan, konstruksi, luas dan status kepemilikan.

Page 66: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

50

(c) Apabila diperlukan, pencocokan data administrasi dilaksanakan dengan melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan.

(iv) Berdasarkan atas penelitian tersebut, Pengelola Barang menetapkan tanah dan/atau bangunan

(v) Pengelola Barang membentuk tim yang

beranggotakan unsur pengelola Barang, Pengguna Barang yang menyerahkan tanah dan/atau bangunan, serta dapat mengikutsertakan unsur Instansi/Lembaga Teknis yang kompeten.

(vi) Tim bertugas antara lain untuk :

(a) Melakukan penelitian data administrasi dan fisik serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis.

(b) Menyusun rincian rencana barang pengganti sebagai berikut :

(1) Tanah, meliputi luas dan lokasi yang peruntukannya sesuai dengan tata ruang wilayah;

(2) Bangunan, meliputi jenis, luas dan konstruksi bangunan serta sarana dan prasarana penunjang.

(c) Melakukan tender pemilihan mitra tukar menukar.

(d) Membuat draft surat perjanjian/kontrak tukar menukar dan draft berita acara serah terima barang.

(vii) Dalam hal diperlukan, Pengelola Barang

menugaskan penilai untuk melakukan perhitungan nilai barang milik negara yang akan ditukarkan

Page 67: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

51

(viii) Penilai menyampaikan laporan hasil penilaian kepada Pengelola Barang melalui tim.

(ix) Tim menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Pengelola Barang, dilampiri Berita Acara penelitian dan laporan penilaian.

(x) Berdasarkan laporan tim dan pertimbangan

Pengelola Barang, Pengelola Barang menerbitkan Keputusan tukar menukar yang sekurang –kurangnya memuat : (a)Mitra tukar menukar; (b)Barang milik negara yang akan dilepas; (c)Nilai tanah dan/atau bangunan; (d)Rincian rencana barang pengganti.

(xi) Dalam hal tukar menukar tanah dan/atau bangunan tersebut memerlukan persetujuan DPR, pengelola barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan tukar menukar kepada DPR.

(xii) Dalam hal tukar menukar tanah dan/atau

bangunan tidak memerlukan persetujuan DPR tetapi NJOP atau hasil penilaiannya di atas Rp. 10.000.000.000,- ( sepuluh miliar rupiah ), Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan tukar menukar kepada Presiden.

(xiii) Berdasarkan keputusan pelaksanaan tukar

menukar, tim melakukan pembahasan dengan mitra mengenai rincian kebutuhan barang pengganti yang dituangkan dalam lembar pembahasan yang disampaikan kepada Pengelola Barang dalam rangka penandatanganan naskah tukar menukar.

Page 68: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

52

(xiv) Pengelola Barang dan mitra tukar menukar menandatangani naskah perjanjian tukar menukar yang antara lain memuat pihak-piha yang melakukan perjanjian tukar menukar, jenis dan nilai barang yang dipertukarkan, spesifikasi aset pengganti, klausul yang menyatakan dokumen kepemilikan barang pengganti atas nama Pemerintah Republik Indonesia, jangka waktu penyerahan obyek tukar menukar, sanksi, serta ketentuan dalam hal terjadi keadaan force majeure.

(xv) Mitra tukar menukar melaksanakan pekerjaan pembangunan/pengadaan barang pengganti sesuai dengan surat perjanjian tukar menukar.

(xvi) Tim melakukan monitoring pelaksanaan

pengadaan/pembangunan barang pengganti berdasarkan laporan konsultan pengawas dan penelitian lapangan.

(xvii) Sebelum dilakukan penyerahan barang milik

negara yang dipertukarkan, pengelola barang menugaskan penilai untuk melakukan penilaian kesesuaian barang pengganti dengan perjanjian.

(xviii) Apabila penilaian tersebut menunjukkan

bahwa terdapat kekurangan nilai barang pengganti, mitra tukar menukar wajib menyetorkan selisih nilai barang milik negara dangan barang pengganti.

(xix) Tim melakukan penelitian kelengkapan

dokumen barang pengganti, antara lain IMB, sertifikat, serta menyiapkan berita acara serah terima barang untuk

Page 69: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

53

ditandatangani Pengelola Barang dan mitra tukar menukar.

(xx) Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Pengelola Barang melaksanakan penghapusan barang milik negara yang dilepas dari daftar barang milik negara dengan menrbitkan keputusan penghapusan barang dan mencatat barang pengganti sebagai barang milik negara dalam daftar barang milik negara.

D. Good Governance ( Kepemerintahan yang baik ).

1 Pengertian Kepemerintahan yang baik

Good Governance yang diterjemahkan

sebagai kepemerintahan yang baik lebih

ditekankan pada peran pemerintah dalam

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan

pembangunan, walaupun mempunyai obyek

menyentuh berbagai sektor. Bahwa istilah

“governance” mengandung arti “Praktik

penyelengaraan kekuasaan dan kewenangan oleh

pemerintah dalam pengelolaan urusan pemerintahan

secara umum, dan pembangunan ekonomi pada

khususnya”. 18

18 Idup Sudady, Dasar-dasar Good Governance, Bahan Diklatpim Tingkat IV, LAN, RI, 2005, hlm. 48

Page 70: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

54

Arti good dalam istilah good governance

mengandung dua pengertian yaitu :

a. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi

keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang

dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam

mencapai tujuan (nasional) kemandirian,

pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial

b. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang

efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya

untuk mencapai tujuan nasional.

Agar pemerintahan yang baik menjadi

realita dan berhasil diwujudkan maka

diperlukan komitmen dari semua pihak yaitu

pemerintah dan masyarakat termasuk di

dalamnya adalah swasta.

Wujud dari pada kepemerintahan yang

baik (good governance) adalah

penyelenggaraan pemerintahan negara yang

solid dan bertanggungjawab, serta efisien dan

efektif dengan menjaga, mensinergiskan

Page 71: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

55

interaksi yang konstruktif diantara domain-

domain negara, sektor swasta dan masyarakat

(society). Oleh karena good governance

bersenyawa dengan sistem administrasi negara

maka upaya mewujudkan kepemerintahan yang

baik merupakan upaya melakukan

penyempurnaan sistem administrasi negara

yang berlaku pada suatu negara secara

menyeluruh.19

Bagi rakyat banyak

penyelenggaraan pemerintahan yang baik

adalah pemerintahan yang memberikan

berbagai kemudahan, kepastian dan bersih

dalam menyediakan pelayanan dan

perlindungan dari berbagai tindakan sewenang-

wenang, baik atas diri, hak maupun atas harta

bendanya.20

19 Ibid, hlm. 51,52. 20 Ibid, hlm. 55

Page 72: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

56

2. Prinsip-prinsip Good Governance

Prinsip-prinsip kepemerintahan

yang baik sebagai ciri-ciri good governance

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101

Tahun 2000 terdiri dari :

a. Profesionalitas; b. Akuntabilitas; c. transparansi; d. Pelayanan Prima; e. Demokrasi; f. Efisiensi; g. Efektifitas; h. Supremasi hukum dan dapat diterima oleh

seluruh masyarakat.

Sedangkan unsur-unsur utama

kepemerintahan yang baik (bukan prinsip),

yaitu :21

(i) Akuntabilitas, mengandung arti adanya kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak selaku penanggung jawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijakan yang ditetapkannya. Unsur ini merupakan inti dari kepemerintahan yang baik (good governance).

(ii) Transparansi, Kepemerintahan yang

baik akan bersifat transparan terhadap rakyatnya, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Rakyat secara pribadi dapat

21 Ibid, hlm 57

Page 73: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

57

mengetahui secara jelas dan tanpa ada yang ditutup-tutupi dalam proses perumusan kebijakan publik dan tindakan pelaksanaannya (implementasinya), dengan kata lain, segala tindakan dan kebijaksanaan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, harus selalu dilaksanakan secara terbuka dan diketahui umum.

(iii)Keterbukaan, prinsip ini menghendaki

terbukanya kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak transparan. Kepemerintahan yang baik, yang bersifat transparan dan terbuka akan memberikan informasi/data yang memadai bagi masyarakat sebagai bahan untuk melakukan penilaian atas jalannya pemerintahan.

(iiii)Aturan Hukum ( Rule of law), prinsip

ini mengandung arti bahwa kepemerintahan yang baik mempunyai karakteristik berupa jaminan kepastian hukum dari rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh.

Karakteristik atau prinsip-prinsip

yang harus dianut dan dikembangkan dalam

praktek penyelenggaraan kepemerintahan

yang baik, adalah meliputi : 22

(a) Partisipasi (b) Aturan Hukum (Rule of Law)

22 Ibid, hlm.59

Page 74: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

58

(c) Transparansi (d) Daya Tanggap (e) Berorientasi Konsensus (f) Berkeadilan (g) Efektifitas dan Efisiensi (h) Akuntabilitas (i) Bervisi Strategis (j) Saling keterkaitan

Penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan publik

beberapa dekade belakangan ini masih

diwarnai oleh berbagai permasalahan antara

lain korupsi, kolusi dan nepotisme dan

masih terhambatnya saluran aspirasi dan

partisipasi masyarakat yang menunjukkan

belum terwujudnya good governance.

Konsepsi kepemerintahan yang

baik atau good governance mengandung arti

hubungan yang sinergis dan konstruktif

antara negara, sektor swasta dan masyarakat

(society) Dalam hal ini adalah

kepemerintahan yang mengembangkan dan

menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas,

akuntabilitas, transparansi, pelayanan

Page 75: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

59

prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas,

supremasi hukum dan dapat diterima oleh

seluruh masyarakat.

E. Hak Asasi Manusia (HAM) dan Negara Hukum.

Dalam suatu negara hukum perseorangan

sebagai manusia pribadi mendapatkan perlindungan

hukum dari tindakan sewenang-wenang penguasa.

Hak-hak dan kebebasan-kebebasan perseorangan

diakui, antara lain dengan dibuatnya pelbagai

pernyataan dan peraturan yang mengakui adanya hak-

hak dan kebebasan dari perseorangan. Salah satu

pernyataan yang dewasa ini secara Internasional telah

diterima baik oleh Perserikatan Bangsa-bangsa adalah

pernyataan umum Hak-hak Asasi Manusia (

Universal Declaration of Human Rights). Pada

tanggal 10 Desember 1948 telah diterima baik

pernyataan ini oleh Sidang Umum Perserikatan

Bangsa-bangsa. 23

23 Sudargo Gautama, Pengertian tentang Negara Hukum, Penerbit Alumni,1983, Bandung, 1973, hlm 41

Page 76: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

60

Jika dipikir, persoalan sekitar hak-hak dan

kebebasan manusia ini, maka jangan lupa bahwa apa

yang sekarang tercapai dengan diproklamirkannya

Hak-hak Asasi Manusia secara universal dan

pengoperan dalam UUDS kita, sesungguhnya

merupakan suatu lanjutan saja dari cita-cita leluhur

kita sejak ratusan tahun berselang. Cita-cita untuk

menjamin pada tiap-tiap orang suatu penghidupan

yang selayaknya sebagai manusia adalah suatu cita-

cita universal, suatu cita-cita yang selaras dengan

cita-cita tentang keadilan.

Dalam suatu negara hukum, terdapat

pembatasan kekuasaan negara terhadap perseorangan.

Negara tidak maha kuasa. Negara tidak dapat

bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara

terhadap warganya dibatasi oleh hukum. Ini yang

oleh ahli hukum Inggris terkenal sebagai “rule of

law” . Kita melihat bahwa individu pun mempunyai

hak terhadap negara. Inilah yang oleh Prof. Paul

Scholten dinamakan anasir pertama dari suatu negara

Page 77: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

61

hukum. Dalam garis lebih luas dapat pula dikatakan,

bahwa hal ini berarti bahwa rakyat mempunyai hak

terhadap penguasa, bahwa perseorangan mempunyai

hak terhadap masyarakat.

Jadi dapat dikatakan pula bahwa ada suatu

lapangan pribadi dari setiap orang yang tidak dapat

dicampuri oleh negara. Selanjutnya bahwa

pelanggaran-pelanggaran atas hak-hak individual ini

hanya dapat dilakukan, apabila diperbolehkan dan

berdasarkan peraturan-peraturan hukum. Inilah yang

dinamakan asas legaliteit dari negara hukum. Tiap

tindakan negara harus berdasarkan hukum. Peraturan-

peraturan perundang-undangan yang telah diadakan

lebih dahulu, merupakan batas kekuasaan bertindak

negara. Undang-undang Dasar yang memuat asas-

asas hukum dan peraturan hukum harus ditaati, juga

oleh pemerintah atau badan-badannya sendiri.

Gagasan Negara hukum menuntut agar

penyelenggaraan urusan kenegaraan dan

pemerintahan harus didasarkan pada Undang-undang

Page 78: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

62

dan memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar

rakyat. Asas legalitas menjadi dasar legitimasi

tindakan pemerintahan dan jaminan perlindungan dari

hak-hak rakyat. Penerapan asas legalitas, menurut

Indroharto akan menunjang berlakunya kepastian

hukum dan kesamaan perlakuan. 24

F. Tugas Hukum dalam Masyarakat

Kalau ingat Roscoe Pound, salah seorang

pendukung Sociological Jurisprudence, maka akan

ingat pula karangannya yang berjudul Scope and

Purpose of Sociological Jurisprudence. Dalam

karangannya itu ia membentangkan pendapatnya,

bahwa bagi para ahli hukum yang beraliran

sosiologis, perlu lebih memperhitungkan fakta-fakta

sosial dalam pekerjaannya, apakah itu pembuatan

hukum, ataukah penafsiran serta penerapan peraturan-

peraturan hukum. Pound menganjurkan agar

perhatian lebih diarahkan kepada efek-efek yang

nyata dari institusi-institusi serta doktrin-doktrin

24 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm 298.

Page 79: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

63

hukum. Kehidupan hukum terletak pada

pelaksanaannya”, demikian dikatakannya

Tujuan social engineering oleh Pound

adalah untuk membangun suatu struktur masyarakat

sedemikian rupa sehingga secara maksimum dicapai

kepuasan dan kebutuhan-kebutuhan, dengan

seminimum mungkin benturan. Untuk menggarap

lebih lanjut pendapatnya itu, Pound mengembangkan

suatu daftar kepentingan-kepentingan yang dilindungi

oleh hukum, yang dibaginya menjadi tiga

golongan,yaitu kepentingan-kepentingan umum,sosial

dan perorangan. Kepentingan umum meliputi: 25

1. Kepentingan terhadap negara sebagai suatu badan

yuridis;

2. Kepentingan terhadap negara sebagai penjaga dari

kepentingan sosial

Kepentingan perorangan terdiri dari :

a. Pribadi (fisik,kebebasan kemauan,

kehormatan, privacy dan kepercayaan serta

pendapat) 25 Ibid, hlm. 298 - 299

Page 80: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

64

b. Hubungan-hubungan domestik (orang tua,

anak, suami-istri)

c. Kepentingan substansi (milik, kontrak dan

berusaha, keuntungan, pekerjaan, hubungan

dengan orang lain)

Kepentingan sosial meliputi :

a. Keamanan umum

b. Keamanan dari institusi-institusi sosial

c. Moral umum

d. Pengamanan sumber-sumber daya sosial

e. Kemajuan sosial

f. Kehidupan individual (pernyataan diri,

kesempatan dan kondisi kehidupan).

Dari urain tersebut di atas maka

kepentingan-kepentingan yang ada keterkaitannya

dengan penelitian tentang Pelepasan Sebagian

ETB di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga adalah

mencakup ketiga kepentingan-kepentingan

tersebut di atas, yaitu :

Page 81: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

65

(i) Kepentingan umum, yaitu kepentingan

terhadap negara sebagai suatu badan yuridis,

walaupun misalnya Pemerintah beralasan

bahwa tukar menukar ETB di Kelurahan

Noborejo dengan PT TBM adalah dalam

rangka penyerapan tenaga kerja (kepentingan

umum), tapi pelaksanaan harus tetap

memenuhi peraturan yang berlaku yaitu tetap

memenuhi peraturan dalam PP Nomor 6

Tahun 2006, Permendagri Nomor 17 Tahun

2007 maupun Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 96/PMK.06/2007.

(ii) Kepentingan perorangan, yaitu kepentingan

substansi yang mengarah pada kepentingan

berusaha dan kepentingan untuk mendapatkan

pekerjaan, dalam hal ini kepentingan para

petani penggarap lahan ETB jangan sampai

kehilangan kesempatan untuk berusaha dan

bekerja.

Page 82: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

66

(iii)Kepentingan sosial, yang lebih tertuju kepada

kehidupan individual (para petani penggarap

lahan ETB) atau lebih dekat dengan

pemberian kesempatan kerja dalam rangka

meningkatkan kondisi kehidupan bagi

keluarga.

G. Rencana Umum Tata Ruang Kota ( RUTRK )

Salatiga. 26

Rencana Umum Tata Ruang Kota yang

selanjutnya disebut ( RUTRK ) Salatiga adalah

Rencana pemanfaatan ruang kota yang disusun untuk

menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam

rangka pelaksanaan program-program pembangunan

kota.

Berdasarkan Pasal 1 huruf k, Peraturan Daerah

( PERDA ) Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga

Nomor 5 Tahun 1996 tentang Rencana Umum Tata

Ruang Kota Salatiga Tahun 1996 – 2006, Bagian

Wilayah Kota yang selanjutnya disingkat BWK adalah

26 Peraturan Daerah (PERDA) Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 5 Tahun 1996 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota Salatiga Tahun 1996 – 2006.

Page 83: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

67

satu kesatuan wilayah dari kota yang merupakan

wilayah yang terbentuk secara fungsional dan atau

administratif dalam rangka pencapaian daya guna

pelayanan fasilitas umum kota.

1. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Berdasarkan Pasal 3 Perda Nomor 5 Tahun

1996 tentang RUTRK Salatiga, RUTRK

disusun dengan maksud agar Pemerintah

mempunyai Rencana Pembangunan Kota

Jangka Panjang yang dapat berfungsi sebagai

wadah keterpaduan bagi kepentingan dan

aspirasi Pemerintah Pusat, Pemerintah, Swasta

dan Masyarakat.

b. Tujuan

Berdasarkan Pasal 4 Perda Nomor 5 Tahun

2006, RUTRK bertujuan:

(i) Untuk meningkatkan fungsi dan peranan kota dalam perimbangan wilayah yang lebih luas. Dalam hal ini pengembangan kota ditujukan agar mampu berfungsi sebagai pusat atau sub pusat pengembangan dalam

Page 84: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

68

suatu sistem pengembangan wilayah, baik dalam skala Nasional maupun Regional.

(ii) Untuk dapat mewujudkan pemanfaatan Ruang Kota yang serasi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung pertumbuhan dan perkembangan kota tanpa mengabaikan aspek kelestarian lingkungan kehidupan perkotaan.

2. Kedudukan dan Wilayah Perencanaan

a. Kedudukan

Kedudukan RUTRK Kotamadya Daerah

Tingkat II Salatiga adalah sebagai pedoman

bagi aparatur Pemerintah Daerah, aparatur Pusat

di Daerah dan masyarakat di daerah dalam

perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian

tata ruang.

b. Wilayah Perencanaan

Wilayah RUTRK Salatiga mencakup 4 (empat) Kecamatan dan 22 (dua puluh dua) Kelurahan/Desa, dengan luas 5.678,11 Ha, yaitu : (i) Kecamatan Sidorejo seluas : 1.624,72

ha. (ii) Kecamatan Sidomukti seluas : 1.145,85

ha. (iii)Kecamatan Argomulyo seluas : 1.852,69

ha. (iv)Kecamatan Tingkir seluas : 1,054,85

ha.

Page 85: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

69

3. Peranan dan fungsi Kota Salatiga

a. Peranan Kota Salatiga dalam strategi pembangunan wilayah Jawa Tengah termasuk dalam wilayah pembangunan I yang diarahkan sebagai Kota Transit Wisata, Pendidikan dan Olah raga.

b. Selain fungsi pada umumnya, pengembangan Kota Salatiga diarahkan sebagai : (i) Kota Pendidikan dan Olah raga. (ii) Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa. (iii)Kota Pariwisata/Transit Wisata.

4. Struktur Pemanfaatan Kota Salatiga Luas wilayah Kota Salatiga sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 Perda ini, pemanfaatannya ditetapkan sebagai berikut : a. Pemanfaatan untuk perkantoran 96,016 ha b. Pemanfaatan untuk kuburan 35,300 ha c. Pemanfaatan untuk pendidikan 116,968 ha d. Perdagangan dan jasa 96,016 ha e. Pemanfaatan fasilitas kota 44,082 ha f. Pemanfaatankesehatan 48,367 ha g. Hotel /Losmen 19,682 ha h. Kawasan Khusus 40,536 ha i. Penghijauan/pertanian 889,99 ha j. Pemanfaatanperibadatan 44,214 ha k. Untuk industri 243,280 ha l. Permukiman/perumahan 2.606,332 ha m. Cadangan/pengembangan 1.105.450 ha n. Rekreasidanbudaya/hiburan 58,515 ha o. Campuran 101,772 ha p. Agrowisata 31,046 ha

5. Struktur Utama Tingkat Pelayanan Kota Salatiga

Fasilitas jenjang pertama kota Salatiga sesuai peran dan fungsinya ditetapkan sebagai berikut : a. Pusat pelayanan perdagangan dan jasa berada di

BWK I

Page 86: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

70

b. Pusat pelayanan pendidikan berada di BWK II c. Pusat fasilitas olah raga berada di BWK I d. Pusat pelayanan pemerintahan berada di BWK I e. Fasilitas kepariwisataan di seluruh BWK f. Pusat pelayanan fasilitas sosial di seluruh BWK g. Pengembangan permukiman/perumahan di

BWK I, II, IV dan V h. Pengembangan industri berada di BWK IV i. Ruang terbuka berada di seluruh BWK j. Tempat rekreasi /hiburan umum berada di BWK

I, II dan III k. Pusat pelayanan transportasi di BWK V.

6. Pengembangan Bagian Wilayah Kota Salatiga

Wilayah Perencanaan Kota Salatiga dengan luas 5.678,11 ha, dibagi dalam Bagian Wilayah Kota (BWK) sebagai berikut : a. Bagian Wilayah Kota I seluas 270,24 ha,

meliputi : (i) Sebagian Wilayah Kelurahan Sidorejo Lor . (ii) Sebagian Wilayah Kelurahan Salatiga (iii)Sebagian Wilayah Kelurahan Mangunsari (iv) Sebagian Wilayah Kelurahan Kalicacing (v) Sebagian Wilayah Kelurahan Tegalrejo (vi) Sebagian Wilayah Kelurahan Gendongan (vii)Sebagian Wilayah Kelurahan Kutowinangun BWK ini diarahkan dengan fungsi utama pengembangan perdagangan dan jasa, pusat kegiatan perkantoran/pemerintahan dan fasilitas sosial.

b. Bagian Wilayah Kota II seluas 1.547,10 ha meliputi : (i) Sebagian Wilayah Sidorejo Lor (ii) Desa Blotongan (iii)Sebagian Wilayah Kel. Salatiga (iv) Desa Bugel (v) Desa Kauman Kidul

Page 87: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

71

(vi) Desa Pulutan BWK ini diarahkan dengan fungsi utama pusat pemerintahan/IKK Sidorejo, pusat kegiatan pendidikan, pengembangan permukiman/perumahan dan agro industri.

c. Bagian Wilayah Kota III seluas 1.037,71 ha meliputi : (i) Sebagian Wilayah Kel Mangunsari (ii)Kecandran (iii)Kelurahan Dukuh BWK ini diarahkan dengan fungsi utama pusat pemerintahan /IKK Sidomukti, pengembangan permukiman/perumahan, fasilitas sosial, perkantoran dan pariwisata.

d. Bagian Wilayah Kota IV seluas 1.837,19 ha meliputi : (i) Desa Cebongan (ii)Desa Noborejo (iii)Kelurahan Ledok (iv)Sebagian Kelurahan Tegalrejo (v)Desa Kumpulrejo (vi)Desa Randuacir BWK ini diarahkan dengan fungsi utama pusat pemerintahan/IKK Argomulyo, pengembangan industri, pengembangan permukiman/perumahan, perdagangan dan jasa.

e. Bagian Wilayah Kota V seluas 988,87 ha meliputi : (i) Desa Sidorejo Kidul (ii)Sebagian Kelurahan Kutowinangun (iii)Sebagian Kelurahan Gendongan (iv)Desa Kalibening (v)Desa Tingkir Lor (vi)Desa Tingkir Tengah BWK ini diarahkan dengan fungsi utama pusat pemerintahan/IKK Tingkir, pengembangan permukiman, pertanian, fasilitas transportasi, agro industri, perdagangan dan jasa.

Page 88: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

72

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN

ANALISIS A. Pendahuluan

Dilihat dari keadaan geografisnya, Kota Salatiga

dikelilingi oleh pegunungan, sedangkan posisi Kota

Salatiga terletak di kaki Gunung Merbabu. Adapun

ketinggian rata-rata dari permukaan laut adalah 660 m

serta keadaan suhu rata-rata 23°C, dengan curah hujan

yang cukup yaitu rata-rata per tahun 2,250 mm, secara

umum beriklim tropis dan berhawa sejuk. 27

Jika pembaca melintas Salatiga bagian selatan atau

tepatnya arah selatan dan barat daya, tentu akan

dijumpai daerah yang sebenarnya terkesan paling sejuk

dan asri diantara 21 kelurahan yang ada di Kota

Salatiga. Karena di daerah ini merupakan daerah

pertanian yang sangat subur dengan berbagai hasil

tanaman pertanian yang cukup membanggakan, apalagi

disepanjang jalan menyusuri wilayah Kelurahan ini

27 Laporan Pelaksanaan Tugas Lurah Tingkir Lor, Kota Salatiga, 2008, hlm. 1

Page 89: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

73

sangat indah dengan tanaman rumput gajah yang

menghiasi sepanjang jalan.masuk di wilayah ini. Oleh

karena itu tidak heran jika di daerah Kecamatan

Argomulyo yang di dalamnya termasuk Kelurahan

Noborejo, oleh Pemerintah Kota Salatiga telah

dicanangkan sebagai daerah pertanian khusus penghasil

pisang, jahe dan cabe. Disamping itu Gubernur Jawa

Tengah juga telah mencanangkan daerah ini merupakan

daerah ternak besar (khususnya Sapi), oleh karena itu

rumput gajah telah disarankan dikembangkan di daerah

ini. 28

Kota Salatiga merupakan Kota yang indah dan

tenang karena dipagari 4 (empat) Gunung yaitu Gunung

Merbabu yang berada di sebelah selatan, kemudian

Gunung Telomoyo dan Gunung Gajah Mungkur di

sebelah Barat Kota Salatiga serta Gunung Ungaran

berada di sebelah Barat Laut. Adapun batas wilayah

Kota Salatiga adalah sebagai berikut :

28 Wawancara dengan Suharsono, Sekretaris Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) “ JATAYU” Kelurahan Noborejo, Kota Salatiga, hari Minggu, tanggal 6 Desember 2009, pk 11.00 WIB..

Page 90: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

74

Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan dan Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang.

Sebelah Timur : Kecamatan Suruh dan Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang.

Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan dan

Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang

Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang dan

Kecamatan Getasan Kabupaten

Seamarang.

Kota Salatiga memiliki wilayah seluas 5.678.110

ha. Data tahun 2003 terdiri dari lahan sawah seluas

810,261 ha, lahan kering seluas 4560,036 ha dan lahan

lainnya seluas 307,783 ha. Pada tahun 2007 pembagian

lahan berubah menjadi lahan sawah seluas 800,932 ha,

lahan kering seluas 4681,435 ha dan lahan lainnya

seluas 195,743 ha.29 Data ini menunjukkan bahwa dari

tahun ke tahun lahan sawah atau lahan pertanian

semakin berkurang, sedangkan lahan kering dan lahan

lainnya semakin bertambah. Ini artinya bahwa lahan 29 Buku Kota Salatiga Dalam Angka, Op.cit, hlm. 3

Page 91: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

75

sawah atau lahan untuk pertanian berkurang

kemungkinan dipakai untuk sarana perumahan, pabrik

dan sebagainya.

Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo,

Kota Salatiga merupakan satu-satunya Kelurahan yang

memiliki lahan sawah terkecil/tersempit diantara 17

(tujuh belas) Kelurahan di Kota Salatiga, yaitu hanya

memiliki lahan sawah seluas 2.635 m2 dan lahan kering

hanya seluas 324.492 m2. 30. Sedangkan luas Eks

Tanah Bengkok di Kelurahan Noborejo kurang lebih 27

hektare, yang letaknya tidak hanya berada dalam satu

wilayah Kelurahan namun ada juga beberapa yang

berada di Kelurahan lain seperti misalnya di Kelurahan

Pulutan, Ledok dan lain-lain. Namun demikian data

tahun 2008, Kelurahan ini mampu menyumbang PAD

dari hasil lelang garapan Eks Tanah Bengkok dengan

nilai rupiah tertinggi diantara 21 Kelurahan yang ada di

Kota Salatiga, yaitu sebesar Rp. 35.000.000,-

(tiga puluh lima juta rupiah) setiap tahunnya dari ETB

seluas ± 27 ha. Sedangkan 21 Kelurahan lainnya berada 30 Ibid, hlm. 3

Page 92: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

76

di bawah Kelurahan Noborejo, bahkan ada yang hanya

menghasilkan PAD sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta

rupiah) yaitu Kelurahan Tegalrejo, karena memang

lahan ETBnya hanya sedikit. 31 PAD hasil lelang

garapan ETB di Kelurahan Noborejo sebesar

Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah) ini

karena sebagian besar adalah tanah kering, apabila

tanah sawahnya lebih besar dari tanah kering tentu saja

akan menghasilkan PAD yang lebih besar lagi.

Berkaitan dengan pembahasan Tukar

Menukar sebagian ETB di Kelurahan Noborejo

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga yang

merupakan Studi Kasus pada salah satu Kelurahan,

maka perlu diuraikan tentang Perubahan Desa

menjadi Kelurahan, karena Kota Salatiga yang

dulunya hanya terdiri dari 1 (satu) Kecamatan dan (9)

sembilan Kelurahan, kini mengalami pemekaran

wilayah, sehingga desa di Kabupaten Semarang yang

masuk pemekaran dalam wilayah Kota Salatiga

berubah statusnya menjadi Kelurahan.. Perubahan 31 Harian Suara Merdeka, 30 Maret, 2009.

Page 93: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

77

Desa menjadi Kelurahan di Kota Salatiga diatur

dalam Peraturan Daerah ( Perda ) Kota Salatiga

Nomor 11 tahun 2003 tentang Perubahan Desa

menjadi Kelurahan.

Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11

tahun 2003 berbunyi :

( 1 ) Desa-desa yang ada dalam Daerah Kota Salatiga,

pada saat berlakunya Peraturan daerah ini

ditetapkan menjadi Kelurahan

( 2 ) Nama, luas dan batas wilayah administratif

Desa-desa yang ditetapkan menjadi Kelurahan

sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) Pasal

ini tidak berubah.

Walaupun pengelolaan ETB di Kota

Salatiga dalam hal lelang garapan ETB diserahkan

kepada masing-masing Kelurahan, namun Pemerintah

Daerah tetap sebagai pengambil kebijakan. Oleh

karena itu, ada keterkaitan dengan Tukar Menukar

sebagian ETB di Kelurahan Noborejo, Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga, yang tertuang dalam Perda

Page 94: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

78

Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2003 tentang

Perubahan Desa menjadi Kelurahan.

Keterkaitan tersebut tercantum pada Pasal 4 Peraturan

Daerah Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2003 tentang

Perubahan Desa menjadi Kelurahan, yang berbunyi :

( 1 ) Seluruh kekayaan dan sumber-sumber

pendapatan yang menjadi milik Pemerintah

Desa, dengan berlakunya Peraturan Daerah ini

menjadi aset Daerah.

( 2 ) Hasil pengelolaan kekayaan dan sumber-sumber

pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat

( 1 ) Pasal ini dilaksanakan oleh Pemerintah

Daerah melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah ( APBD ).

( 3 ) Pengelolaan kekayaan dan sumber-sumber

pendapatan sebagaimana dimaksud ayat ( 2 )

Pasal ini diatur dengan Keputusan Walikota.

Karena studi kasus ini terjadi di

Kelurahan Noborejo, maka perlu diketahui pula

bahwa Kelurahan Noborejo termasuk daerah

Page 95: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

79

pemekaran wilayah yang sebelum pemekaran masuk

dalam wilayah Kabupaten Semarang. Sebelum

dilaksanakan pemekaran wilayah, Kota Salatiga

hanya terdiri dari 9 (sembilan) Kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Sidorejo Lor

2. Kelurahan Salatiga

3. Kelurahan Kutowinangun

4. Kelurahan Gendongan

5. Kelurahan Ledok

6. Kelurahan Tegalrejo

7. Kelurahan Dukuh

8. Kelurahan Mangunsari

9. Kelurahan Kalicacing.

Pemekaran wilayah Kota Salatiga

dilaksanakan sejak bulan Agustus 1992, sehingga

sejak bulan itu Kota Salatiga terdiri dari 4

( empat ) Kecamatan dan 22 ( dua puluh dua )

Kelurahan. Pemekaran wilayah Kota Salatiga

tersebut diatur di dalam PP ( Peraturan Pemerintah )

Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas

Page 96: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

80

Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan

Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang. Adapun

pembagian empat Kecamatan dan dua puluh dua

Kelurahan di Kota Salatiga adalah sebagai berikut :32

1. Kecamatan Sidorejo terdiri dari 6 ( enam )

Kelurahan yaitu :

a. Kelurahan Blotongan

b Kelurahan Sidorejo Lor

c Kelurahan Salatiga

d. Kelurahan Bugel

e. Kelurahan Kauman Kidul

f. Kelurahan Pulutan

2. Kecamatan Tingkir terdiri dari 6 ( enam )

Kelurahan yaitu :

a. Kelurahan Kutowinangun

b. Kelurahan Gendongan

c. Kelurahan Sidorejo Kidul

d. Kelurahan Kalibening

e. Kelurahan Tingkir Lor

f. Kelurahan Tingkir Tengah 32 Buku Kota Salatiga Dalam Angka, op.cit, hlm. 9.

Page 97: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

81

3. Kecamatan Argomulyo terdiri dari 6 ( enam )

Kelurahan yaitu :

a. .Kelurahan Noborejo

b. Kelurahan Ledok

a. Kelurahan Tegalrejo

b. Kelurahan Kumpulrejo

c. Kelurahan Randuacir

d. Kelurahan Cebongan

4. Kecamatan Sidomukti terdiri dari 4 ( empat )

Kelurahan yaitu :

a. Kelurahan Kecandran

b. Kelurahan Dukuh

c. Kelurahan Mangunsari

d. Kelurahan Kalicacing

B. Proses Pelepasan ETB Di Kelurahan Noborejo

(Hasil Penelitian)

Tukar menukar sebagian ETB di Kelurahan

Noborejo Kota Salatiga diawali dengan adanya surat

permohonan PT TBM kepada Pemerintah Kota Salatiga

Cq Walikota Salatiga. Setelah melalui berbagai

Page 98: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

82

pembahasan dan pertimbangan oleh Pemerintah Kota

Salatiga selama kurang lebih 9 bulan, maka pada bulan

Januari 2009 Pemerintah Kota Salatiga , mengeluarkan

surat yang ditujukan kepada para petani penggarap ETB

di Kelurahan Noborejo. Adapun surat tersebut berisi

tentang Pemberitahuan sewa garap ETB yang sudah

habis masa sewanya sejak tanggal 31 Desember 2008

serta pemberitahuan bahwa setelah masa sewa tersebut

berakhir maka ETB tidak dilelang lagi karena akan

dipergunakan oleh Pemerintah Kota Salatiga.

Guna memperoleh gambaran tentang Proses

Tukar Menukar ETB di Kelurahan Noborejo kota

Salatiga maka dibawah ini akan disampaikan Bagan Alur

Proses Tukar Menukar Tanah sebagai berikut :

Page 99: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

83

Bagan Alur Proses Tukar Menukar ETB

Di Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota

Salatiga

Kepada PT TRIPILAR BETONMAS

Keterangan/Penjelasan Bagan :

1. PT TBM mengajukan permohonan tukar menukar

tanah kepada Kepala Daerah.

2. Kepala Daerah membentuk panitia tukar menukar

ETB .

3. Sekretaris Daerah melalui Kepala Bagian Tata

Pemerintahan, Camat dan Lurah, membuat surat

Kepala Daerah

DPRD Kota Salatiga

PANITIA Tukar

Menukar PT TBM Swasta

1

2 3

4

6 7

8

1.Ketua : Sekda 2.Sekr : Kabag Pemth. 3.Bend: Ka DPPKAD 4.Anggota:Ka Hkm 5.Anggota:Ka Umum 6.Anggota: BPN 7.Anggota :Bappeda 8.Anggota:Dipertan 9.Anggota Camat 10.Anggota:Lrh

5

Page 100: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

84

yang ditujukan kepada para petani penggarap ETB

tentang Pemberhentian Sewa Garap ETB karena

masa sewa telah habis sejak 31 Desember 2008.

4. Kepala Daerah mengajukan persetujuan kepada

DPRD

5. Persetujuan dari DPRD turun.

6. Kepala Daerah mengeluarkan Keputusan tentang

Nilai Tukar Menukar ETB.

7. Kepala Daerah melalui Panitia Tukar Menukar

membuat perjanjian tukar menukar dengan PT TBM.

8. Kepala Daerah melalui Panitia Tukar Menukar

membuat Akte Tukar Menukar Tanah dengan Berita

Acara.

Dibawah ini akan disampaikan penjelasan

berdasarkan hasil penelitian terkait dengan ketentuan

pasal 54 PP Nomor 6 Tahun 2006/Pasal 73 ayat (1) serta

Pasal 74 ayat (1) Permendagri Nomor 17 Tahun 2007

sebagai berikut :

a. Sebelum membahas hasil penelitian berdasarkan

peraturan tersebut di atas maka perlu disampaikan

Page 101: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

85

bahwa berdasarkan hasil penelitian maka

sebenarnya sebelum diadakan pelaksanaan Tukar

Menukar ETB di wilayah ini maka akan lebih

baik jika sebelumnya panitia mengadakan

sosialisasi kepada para petani yang pada saat itu

sebagai penyewa sekaligus sebagai penggarap

lahan ETB di Kelurahan Noborejo , karena para

petani inilah yang mempunyai hubungan sangat

dekat dengan Tukar Menukar ini.

Namun demikian tampaknya dari hasil

penelitian sosialisasi ini agak terlambat

dilaksanakan oleh panita, sehingga belum sempat

diselesaikan permasalahan ini maka sudah ada

usul tentang ketidaksetujuan para petani akan

adanya rencana Tukar Menukar ETB dengan

tanah milik PT TBM ini. Adapun protes

disampaikan dari petani / Kelompok tani maupun

LSM.

b. Pasal 54 PP Nomor 6 Tahun 2006 dan Pasal 73

ayat (1)Permendagri 17 Tahun 2007 mengatur hal

Page 102: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

86

yang sama yaitu tentang syarat Tukar Menukar

Barang Milik Negara/Daerah. Syaratnya adalah

bahwa Tukar Menukar adalah dalam rangka

optimalisasi barang milik Negara/Daerah. Dari

hasil penelitian, Tukar Menukar kurang

membawa optimalisasi barang milik

Negara/Daerah karena tanah sebagai

penggantinya kurang bisa dimanfaatkan secara

optimal, hal ini disebabkan tanah yang kurang

subur dan letaknya yang berada diperengan.

Sedangkan wilayah Kelurahan Noborejo itu

sendiri merupakan daerah pertanian yang sudah

ditetapkan oleh Gubernur Jawa Tengah sebagai

daerah pengembang rumput Gajah sebagai pakan

ternak sapi yang ada di wilayah Kelurahan ini.

c. Bahwa sesuai pasal 74 ayat (1), Pengelola

mengajukan usul tukar menukar kepada Kepala

Daerah, namun dalam proses ini, PT TBM

langsung kepada Kepala Daerah, sehingga

pengajuan usul tukar menukar belum disertai

Page 103: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

87

dengan alasan/pertimbangan perlunya Tukar

Menukar. Alasan atau pertimbangan yang paling

signifikan sesuai dengan ketentuan dalam tukar

menukar tanah sesuai ketentuan dalam lampiran

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 adalah

bahwa tukar menukar barang milik daerah (ETB)

adalah untuk menyatukan aset yang lokasinya

terpencar guna memudahkan koordinasi dan

dalam rangka efisiensi. Perlu diketahui bahwa

ETB di Kelurahan Noborejo merupakan lahan

yang lokasinya menyatu, artinya tanah tersebut

memang lahan pertanian seluruhnya yang

lokasinya jadi satu dan tidak terpencar, sedangkan

tanah sebagai pengganti dari tukar menukar ini

merupakan tanah yang lokasinya terpencar karena

letaknya berada di 3 Kecamatan.

d. Tukar Menukar Eks Tanah Bengkok di Kelurahan

Noborejo sudah mendapatkan persetujuan dari

DPRD Kota Salatiga serta pelaksanaan serah

terima barang (tanah) yang dilepas dan tanah

Page 104: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

88

pengganti sudah dituangkan dalam Berita Acara

serah terima barang.

Dibawah ini akan disampaikan informasi yang

berasal dari Pemerintah Kota Salatiga selaku Pemerintah

Daerah atau pihak yang melakukan tukar menukar,

informasi dari petani baik petani di wilayah Kelurahan

Noborejo sebagai penggarap ETB yang dipertukarkan

maupun petani di luar wilayah Kelurahan Noborejo

sebagai penggarap ETB hasil tukar menukar, informasi

ketiga merupakan informasi dari CSO ( Civil Society

Organisation ), yang merupakan organisasi masyarakat

sipil yang tergabung dalam Gabungan Masyarakat

Noborejo peduli Lingkungan dan Ekonomi Rakyat yang

informasinya cukup memberikan inspirasi dalam

pembuatan tesis ini. Kemudian informasi terakhir adalah

dari PT TBM sebagai pihak swasta yang mengajukan

permohonan tukar menukar tanah kepada Walikota

Salatiga.

Page 105: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

89

1. Informasi Yang Diperoleh Dari Pemerintah Kota

Salatiga

Berdasarkan keterangan dari salah satu

anggota Panitia Tukar Menukar Tanah dari

Pemerintah Kota Salatiga bahwa proses tukar

menukar ETB di kelurahan Noborejo Kecamatan

Argomulyo, Kota Salatiga, telah dilalui sesuai

mekanisme dan prosedur yang dibenarkan menurut

aturan hukum yang berlaku, menurut salah satu

anggota panitia yang penulis wawancarai

memberikan keterangan yang secara konkritnya yaitu

bahwa Pemerintah Kota Salatiga dalam hal ini Panitia

Tukar Menukar ETB Kelurahan Noborejo sudah

melakukan hal-hal sebagai berikut : 33

a. bahwa secara kenyataan permohonan tukar

menukar datang dari pihak kedua atau dalam hal

ini PT TBM, dengan alasan pihak kedualah yang

33 Wawancara dengan Bambang, Anggota Tim Tukar Menukar ETB Kelurahan Noborejo Kota Salatiga, Hari Selasa, tanggal 22 Nopember 2009.

Page 106: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

90

tahu kebutuhannya untuk mengajukan

permohonan tukar menukar tanah

b. Dalam pelaksanaan tukar menukar ETB di

Kelurahan Noborejo, Panitia Tukar Menukar

menggunakan jasa penaksir/appraiser terhadap

tukar menukar tanah tersebut dengan alasan

appraiser bersifat independen sehingga tidak

akan menimbulkan permasalahan dikemudian

hari.

c. Kepala Daerah telah minta persetujuan DPRD

Kota Salatiga dan persetujuan tersebut telah turun

yaitu Keputusan DPRD Kota Salatiga Nomor

3/2009 tentang Persetujuan Tukar Menukar tanah

bengkok Kelurahan Noborejo Kecamatan

Argomulyo antara Pemerintah Kota Salatiga

dengan PT Tripilar Betonmas.

d. Pelaksanaan serah terima barang (tanah) yang

menjadi obyek tukar menukar telah dilakukan

dengan Berita Acara.

Page 107: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

91

e. Pemerintah Kota Salatiga dan Masyarakat tidak

dirugikan akibat kebijakan tersebut, bahkan

Pemkot dan Masyarakat akan lebih diuntungkan

baik secara ekonomis maupun sosiologis

misalnya dari aspek Pendapatan dan Retribusi,

Pajak dll, disamping itu pemerintah Kota Salatiga

akan memprioritaskan petani penggarap ETB di

Kelurahan Noborejo sebagai penggarap tanah

hasil tukar menukar tanah dengan PT TBM.

Dari hasil Penelitian, Tukar Menukar

Sebagian Eks Tanah Bengkok Kelurahan Noborejo

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga telah

dilaksanakan dengan memperhatikan :

a. Keputusan Walikota Salatiga Nomor 143-

05/36/2009 tanggal 12 Januari 2009 tentang

Panitia Tukar Menukar Eks Tanah Bengkok

Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota

Salatiga dengan Tanah milik/yang dikuasai PT

Tripilar Betonmas.

Page 108: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

92

b. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kota Salatiga Nomor : 3/2009 tentang Persetujuan

pelepasan hak atas tanah bengkok yang berlokasi

di Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo

Kota Salatiga dalam rangka tukar menukar tanah

antara Pemerintah Kota Salatiga dengan PT

Tripilar Betonmas.

Berdasarkan keterangan dari pihak

Pemerintah Kota Salatiga sebagaimana tersebut di

atas maka dapatlah diberikan tanggapan berdasarkan

hasil penelitian sebagai berikut :

(i) Bahwa ide atau permohonan Tukar Menukar

datang dari pihak kedua atau PT TBM karena

yang tahu kebutuhan adalah pihak kedua selaku

yang membutuhkan tanah, namun dalam

aturannya yaitu pasal 74 ayat (1) Tukar Menukar

diajukan oleh Sekretaris Daerah selaku pengelola

barang milik daerah kepada Kepala

Daerah/Walikota.

Page 109: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

93

(ii) Jasa penaksir tanah/apraiser lebih independen,

namun demikian fungsi Panitia Tukar Menukar

menjadi kurang berfungsi.

(iii)Kepala Daerah telah melaksanakan ketentuan

pasal 74 ayat (1) huruf d yaitu permohonan

persetujuan kepada DPRD untuk melaksanakan

Tukar Menukar, namun DPRD kurang optimal

dalam mengadakan penelitian apakah Tukar

menukar tanah dilaksanakan sesuai alasan yang

ditentukan dalam Lampiran Permendagri Nomor

17 Tahun 2007 ( huruf c ) yaitu ketentuan bahwa

Tukar Menukar dilakukan dalam rangka

menyatukan aset yang terpencar untuk

memudahkan koordinasi dan dalam rangka

efisiensi.

(iv) Ketentuan Pasal 74 ayat (1) huruf f telah

dilaksanakan yaitu barang/tanah yang menjadi

obyek tukar menukar dengan tanah pengganti

telah diserahterimakan dengan Berita Acara.

Page 110: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

94

(v) Dengan adanya Tukar Menukar Eks Tanah

Bengkok di Kelurahan Noborejo tentu ada pihak

yang diuntungkan dan ada pihak yang dirugikan.

Pihak yang diuntungkan terutama adalah PT

TBM, kemudian tenaga kerja yang dibutuhkan

pada PT TBM, kemudian sebagian kecil warga

disekitar lokasi PT TBM. Sedangkan pihak yang

dirugikan adalah para petani yang dulu sebagai

penggarap lahan ETB di wilayah Kelurahan

Noborejo. Prioritas petani penggarap eks tanah

bengkok Noborejo sebagai penggarap tanah

pengganti belum terwujud hal ini disebabkan

karena lokasi lahan pengganti jauh dari tempat

tinggal para petani.

2. Informasi tertulis Dari PT TBM Yang

Disampaikan oleh Pansus Tukar Menukar ETB

Kelurahan Noborejo oleh DPRD Kota Salatiga

Berkaitan dengan pelaksanaan Tukar

Menukar ETB di Kelurahan Noborejo, peneliti

memperoleh informasi tertulis atau keterangan dari

Page 111: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

95

pihak PT TBM yang disampaikan oleh Pansus Tukar

Menukar ETB Kelurahan Noborejo oleh DPRD Kota

Salatiga, yaitu antara lain : .

a. Pihak Pengembang (PT TBM) sanggup menerima

tenaga kerja dengan prioritas utama penduduk

Noborejo, lebih-lebih dari petani penggarap eks

bengkok atau dengan prosentase 60 % warga di

wilayah Kelurahan Noborejo dan 40 % warga di

luar wilayah Kelurahan Noborejo Kota Salatiga

yang memenuhi syarat secara tertulis.

Berdasarkan hasil penelitian hal ini belum

terwujud karena berkaitan dengan persyaratan

yang ditentukan yaitu tenaga yang dibutuhkan

adalah lulusan tehnik mesin dan listrik, sedangkan

lulusan ini tidak terpenuhi.

b. PT TBM tidak akan menutup jalan yang berkaitan

dengan kegiatan masyarakat Dusun Brajan. Hal

ini telah dilaksanakan.

Page 112: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

96

c. PT TBM akan tetap menggunakan jasa Katering

warga lingkungan. Dari hasil penelitian, katering

telah menggunakan jasa dari warga Noborejo.

d. PT TBM sanggup memberi kontribusi kegiatan-

kegiatan sosial kemasyarakatan lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian kontribusi diberikan

misalnya pada moment HUT Kemerdekaan RI

dan moment-moment lainnya.

e. PT TBM akan menyediakan lapangan kerja

sekitar 600 orang Berdasarkan hasil penelitian

hal ini belum terwujud karena Pabrik masih

dalam proses pembangunan.

f. PT TBM memberi kesempatan petani penggarap

eks bengkok untuk menggarap lahan yang belum

dimanfaatkan sesuai kesepakatan Berdasarkan

hasil penelitian, petani penggarap ETB sudah

tidak lagi menanam di lahan tersebut dengan

alasan para petani merasa khawatir jika sewaktu-

waktu tanah dibangun pabrik.

Page 113: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

97

Berdasarkan informasi atau hasil

laporan Panitia Khusus (Pansus) DPRD Kota

Salatiga mengenai pihak PT TBM tersebut di atas

maka hal ini dapat dijelaskan lagi berdasarkan

hasil penelitian sebagai berikut:

(i) Perjanjian perekrutan tenaga kerja dengan

prioritas utama petani penggarap ETB di

Kelurahan Noborejo atau dengan prosentase

sebesar 60 % dari warga di wilayah

Kelurahan Noborejo dan 40 % dari luar

wilayah Kelurahan Noborejo belum terwujud

karena tenaga kerja yang dibutuhkan diambil

dari lulusan STM dengan jurusan mesin dan

listrik, sedangkan persyaratan ini tidak banyak

bisa dipenuhi oleh warga di Kelurahan

Noborejo. 34

Sementara prioritas tenaga kerja

yang harus dipenuhi yaitu salah satunya

34 Wawancara dengan Suwardono, Anggota Kelompok Tani Kelurahan Noborejo Kota Salatiga, Hari Rabu, tanggal 23 Desember 2009, pk 16.15 WIB.

Page 114: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

98

adalah bahwa yang dimaksud tenaga kerja

bukan hanya warga Kelurahan Noborejo akan

tetapi tenaga kerja dari Kota Salatiga, ini

artinya tenaga kerja bisa berasal dari 22

Kelurahan yang ada di Kota Salatiga bahkan

di luar Salatiga, dan belum memprioritaskan

warga Noborejo khususnya dari keluarga para

petani yang dulu sebagai penggarap ETB.

(ii) Pemberian kontribusi untuk kegiatan sosial

sudah berjalan untuk lingkungan satu RT

yang berada di wilayah pabrik dan lainnya,

yaitu misalnya pada moment HUT RI dan

moment-moment lainnya.

(iii)Penyediaan lapangan kerja bagi 600 orang

tenaga kerja belum terwujud karena pabrik

masih dalam proses pembangunan.

(iv) Petani yang diberi kesempatan untuk

menggarap ETB di lahan yang belum

dibangun kebanyakan mereka sudah enggan

menanaminya karena kawatir sewaktu-waktu

Page 115: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

99

dibangun dan tanaman belum saatnya

dipanen, sehingga tanaman akan sia-sia.

3. Informasi Dari Petani

Berawal dari pemberhentian lelang

garapan ETB di Kelurahan Noborejo, maka

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kelurahan

Noborejo, Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga yang

membawahi sebanyak 12 Kelompok Tani yang ada di

Wilayah Kelurahan Noborejo, memberikan

tanggapan terhadap Surat Pemberitahuan Sewa

Garapan ETB. Surat tanggapan bernomor

02/GKT.JTY/1/09 tertanggal 24 Januari 2009 tersebut

antara lain berisi tentang keberatan apabila tanah-

tanah ETB tersebut tidak dilelang lagi atau tidak

boleh ditanami kembali. Keberatan dan penolakan

tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan

sebagai berikut :

a. Tanah-tanah tersebut telah menjadi sumber

penghasilan utama bagi para petani penggarap

dan keluarganya ditambah buruh-buruh tani yang

Page 116: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

100

lain dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari.

b. Gubernur Jawa Tengah telah menetapkan atau

mencanangkan bahwa wilayah Salatiga Bagian

Selatan sebagai kawasan pengembangan ternak

besar (Sapi), dan sementara ini di Wilayah

Noborejo terdapat lebih dari 400 (empat ratus)

ternak sapi. Dalam rangka pengembangan

kawasan ternak besar tersebut diperlukan

dukungan lahan untuk menanam rumput yang

digunakan sebagai pakan ternak tersebut.

c. Apabila tanah-tanah tersebut kemudian tidak

dilelang dan tidak boleh ditanami kembali, maka

akan menghilangkan sumber penghasilan utama

bagi sekitar 120 penggarap dan anggota keluarga

ditambah buruh-buruh tani yang memperoleh

manfaat dari ETB tersebut.

Keberatan terhadap ETB di Kelurahan Noborejo

apabila tidak dilelang lagi atau tetap diadakan

tukar menukar dengan PT TBM juga disampaikan

Page 117: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

101

oleh “Gabungan Masyarakat Noborejo Peduli

Lingkungan dan Ekonomi Rakyat” yang terdiri

dari : 35

(i). Gapoktan “Jatayu” yang beranggotakan 12

Kelompok Tani, yaitu :

(a). Kelompok Tani Hikmah

(b) Kelompok Tani Tunas Bersatu

(c). Kelompok Tani Margi Makmur

(d). Kelompok Tani Makmur

(e). Kelompok Tani Agung Sari

(f). Kelompok Tani Ngudi Mulyo

(g). Kelompok Tani Tri Margo Utomo

(h). Kelompok Tani Kartini

(i). Kelompok Tani Sakti Pangudi Mulyo

(j). Kelompok Tani Ngudi Rahayu

(k). Kelompok Tani Budi Utomo

(l). Kelompok Tani Sido Makmur

(ii). Karang Taruna Kelurahan Noborejo

35 Surat Gabungan Masyarakat Noborejo Peduli Lingkungan dan Ekonomi Rakyat, Nomor 01/GMN/II/2009, tanggal 16 Februari 2009.

Page 118: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

102

Pernyataan keberatan atas Tukar Menukar

ETB untuk perluasan pabrik Asbes milik PT

TBM didasarkan pada beberapa

pertimbangan sebagai berikut :

1). Alasan lingkungan yang sehat,

maksudnya yaitu apabila tukar

menukar ETB dengan PT TBM

sebagai pabrik asbes dilakukan maka

akan berdampak bagi kesehatan

manusia yaitu partikel, serat dan debu

asbes yang dapat mengganggu paru-

paru manusia dan dapat menyebabkan

kanker. 36.

2). ETB tersebut selama ini telah menjadi

sumber penghasilan utama bagi petani

dan keluarganya untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari,

disamping itu Kelurahan Noborejo

Kota Salatiga sebagai kawasan

36 http//hotchocolate praline wordress Com/2008/10/09/asbes berbahaya

Page 119: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

103

pengembang ternak sapi maka sangat

dibutuhkan lahan untuk menanam

rumput yang digunakan sebagai pakan

ternak tersebut.

3). Jika ETB tidak dilelang lagi kepada

petani maka telah menghilangkan

sumber utama pendapatan bagi 120

penggarap dan anggota keluarga

ditambah buruh-buruh tani yang

memperoleh manfaat dari ETB

tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas

maka Gerakan Masyarakat Noborejo

minta Pemerintah Kota Salatiga untuk

:

(1) Meninjau kembali kebijakan

pemberhentian lelang garapan

ETB dan meninjau kembali pula

tukar menukar ETB dengan PT

TBM.

Page 120: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

104

(2) Membentuk Tim independen untuk

mengkaji dampak pabrik asbes

bagi kesehatan manusia

(3) Memberi ruang bagi masyarakat

untuk berpartisipasi dalam

menentukan pembangunan di Kota

Salatiga, khususnya warga di

wilayah Kelurahan Noborejo.

Kemudian untuk lebih memperoleh

informasi lain dalam permasalahan tukar menukar

ETB ini, maka peneliti juga mengadakan wawancara

dengan petani lain yang tergabung dalam kelompok-

kelompok tani, untuk dimintai informasinya,

sedangkan pendapatnya-pendapatnya antara lain

sebagai berikut :

“Tukar menukar ETB di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga tidak menguntungkan bagi petani serta menguntungkan orang-orang tertentu saja atau maksimal hanya menguntungkan lingkungan dalam satu RT, itupun hanya terbatas misalnya

Page 121: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

105

dengan pemberian bantuan untuk peringatan HUT RI”. 37

Petani tersebut adalah warga asli di Kelurahan

Noborejo , akan tetapi menanam di lahan milik

Dinas Pertanian. Ketiga anak laki-lakinya juga

tidak bisa bekerja di PT TBM walaupun sudah

berusaha untuk melamar. Perlu diketahui bahwa

lokasi PT TBM berada di wilayah RT. 01/RW.

IV, sedangkan wilayah tempat tinggal Bapak

Suparmin satu RW dengan lokasi pabrik,

namun hal ini belum menjamin kepastian

warga Noborejo bekerja di PT TBM..

Dibawah ini adalah kutipan wawancara

peneliti dengan salah seorang petani dari

Kelompok Tani yang berada di wilayah

Kelurahan Noborejo yang dulunya juga sebagai

penggarap di lahan ETB Kelurahan Noborejo.

“Dengan didirikannya pabrik asbes hanya menguntungkan orang-orang tertentu, sedangkan banyak petani

37 Wawancara dengan Ngatimin, Anggota Kelompok Tani, Kelurahan Noborejo Kota Salatiga, Hari Rabu, tanggal 23 Desember 2009, pk. 15.30 WIB.

Page 122: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

106

beserta keluarganya dan buruh tani yang menjadi kehilangan mata pencaharian. Untuk tenaga kerja di PT TBM ini yang diterima hanya yang mempunyai ijazah teknik mesin dan listrik minimal STM. Itu berarti hanya beberapa orang saja yang bisa memenuhi persyaratan tersebut dan bisa dihitung dengan jari, karena kebanyakan anak-anak petani hanya bersekolah sampai dengan SMP, sedangkan lulusan tersebut tidak dibutuhkan di PT TBM”. 38

Para petani tidak setuju dengan adanya tukar

menukar lahan ETB dengan PT TBM karena

akan menghilangkan mata pencaharian para

petani penggarap ETB di wilayah ini. Jika

terpaksa harus diadakan tukar menukar, maka

petani minta agar para petani mendapat

pengganti lahan yang lokasinya juga di wilayah

Noborejo agar mereka masih tetap bisa bekerja.

Pada saat sosialisasi pernah ada janji dari PT

38 Wawancara dengan Suwardono, Kelompok Tani Kelurahan Noborejo Kota Salatiga, Hari Rabu, tanggal 23 Desember 2009, pk 16.15 WIB.

Page 123: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

107

TBM dengan para petani bahwa kalau lahan

ETB jadi dipertukarkan maka perekrutan tenaga

kerja adalah 60% diambil dari wilayah

Noborejo dan 40 % tenaga dari luar wilayah

Kelurahan Noborejo. Namun demikian sampai

saat ini prosentase tersebut belum terpenuhi. 39

4. Informasi Dari CSO ( Civil Society Organisation )

40

Civil Society Organisation adalah Organisasi

Masyarakat Sipil yang masuk dalam Gabungan

Masyarakat Noborejo Peduli Lingkungan dan

Ekonomi Rakyat. Organisasi ini berada di Kelurahan

Noborejo, Kota Salatiga.. Informasi yang penulis

peroleh dari organisasi ini adalah bahwa Tukar

Menukar Eks Tanah Bengkok di Kelurahan Noborejo

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga adalah

berkaitan erat dengan kebijakan. Walaupun sesuai

RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota ), di

39 Wawancara dengan Suharsono, anggota Kelompok Tani Kelurahan Noborejo, hari Rabu, tanggal 10 Maret 2010, pk. 11.10 WIB. 40 Wawancara dengan Yakub, aktivis CSO ( Civil Society Organisation ), Gabungan Masyarakat Noborejo Peduli Lingkungan dan Ekonomi Rakyat, pada tanggal 24 Agustus 2009.

Page 124: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

108

wilayah Kelurahan Noborejo termasuk kawasan

Industri, namun harus tetap dipertimbangkan

kebijakan dalam pelaksanaan tukar menukar ETB di

Kelurahan ini, karena kebijakan yang diambil ini

berkaitan dengan nasib para petani dan keluarganya

yang terancam tidak mempunyai pekerjaan karena

lahan ETB yang selama ini mereka kerjakan untuk

memperoleh nafkah sehari hari bagi keluarga, kini

sudah tidak bisa diharapkan lagi karena lahan telah

ditukarkan dengan tanah milik PT TBM sebagai

perluasan pabrik asbes.

Disamping hal-hal tersebut di atas, yang perlu

dicermati lagi yaitu apakah proses tukar menukar

ETB di Kelurahan Noborejo sudah sesuai peraturan

yang berlaku ataukah belum, hal ini penting dengan

tujuan agar hal semacam ini akan dilakukan dengan

lebih baik lagi dengan tetap memperhatikan para

petani penggarap lahan Eks Tanah Bengkok. Tukar

menukar ETB di Kelurahan Noborejo kepada PT

Page 125: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

109

Tripilar Betonmas sudah dilaksanakan dan sudah

diserahterimakan.

5 . Keuntungan dan kerugian dengan adanya tukar

menukar ETB (Berdasarkan hasil penelitian)

a. Keuntungan Bagi Daerah dan Tenaga kerja

Dalam pelaksanaan tukar menukar ETB

di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga dengan PT

TBM tidak selamanya membawa kerugian,

namun juga ada keuntungan, yang mungkin bisa

dirasakan oleh daerah dan oleh masyarakat di

wilayah Kota Salatiga, khususnya Noborejo yang

merasa diuntungkan dengan didirikannya Pabrik

Asbes oleh PT TBM, bagi daerah antara lain

dalam rangka menjaring investor agar

menanamkan modalnya di daerah Kota Salatiga,

agar Kota Salatiga semakin berkembang dengan

adanya pabrik-pabrik. Sedangkan bagi penduduk,

baik penduduk di wilayah Noborejo maupun luar

wilayah Noborejo, dengan didirikannya Pabrik

Asbes juga memberi kesempatan bagi mereka

Page 126: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

110

yang termasuk usia kerja guna merekrut tenaga

kerja sehingga bisa mengurangi pengangguran.

Apabila pembangunan merupakan suatu kegiatan

untuk melakukan perubahan-perubahan di dalam

masyarakat, maka dapat dipahami bahwa peranan

pemerintah sebagai lembaga eksekutif menjadi

semakin menonjol.41

b. Kerugian

Kerugian yang pertama adalah

kerugian yang dirasakan para petani selama ini.

Petani yang berjumlah ± 120 orang menjadi

kehilangan mata pencaharian mereka, ditambah

anggota keluarga yang masih menjadi tangungan

petani dan para buruh tani yang memperoleh

manfaat dari lahan ETB tersebut.

Kerugian yang kedua adalah

berkurangnya PAD dari Kelurahan ini per tahun

sebesar ± Rp 15.555.552,- ( Lima belas juta lima

ratus lima puluh lima ribu lima ratus lima puluh

41 Esmi Warassih, Pranata Hukum, Sebuah telaah sosiologis, PT. Suryandaru Utama, Semarang, 2005, hlm. 130.

Page 127: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

111

dua rupiah ). Perhitungan ini diperoleh dari : Luas

ETB Kelurahan Noborejo seluruhnya ± 27

hektare, tanah ETB yang ditukarkan dengan PT

TBM ± 12 hektare. PAD hasil lelang garapan

ETB tahun 2008 Rp. 35.000.000,-

( tiga puluh lima juta rupiah )

= Rp. 35.000.000,- = Rp. 1.296.296,- 27 (ha) = Rp. 1.296.296,- x Rp. 12 (ha) = Rp.

15.555.552,-

Kerugian yang ketiga adalah kondisi tanah di

wilayah Kelurahan Noborejo khususnya di lahan

ETB yang dulunya subur dengan diadakannya

tukar menukar ETB di Kelurahan Noborejo

dengan PT TBM yang digunakan sebagai

kawasan industri, saat ini sudah bukan merupakan

tanah subur karena lokasi pabrik pada umumnya

menjadi panas.

Page 128: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

112

6. RUTRK Sebagai Pedoman Perencanaan,

Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang.

Pembangunan Kota Salatiga perlu

dikelola, dimanfaatkan dan dikembangkan sebaik-

baiknya guna kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat yang dituangkan dalam Rencana Umum

Tata Ruang kota sebagai pedoman untuk semua

kegiatan pemanfaatan ruang secara optimal, serasi,

seimbang, terpadu, tertib dan berkelanjutan. 42

Berdasarkan hasil penelitian, Tukar

Menukar ETB di Kelurahan Noborejo dengan PT

TBM yang pemanfaatannya adalah sebagai

perluasan Pabrik Asbes memang sangat erat dengan

RUTRK, karena tanpa RUTRK yang tepat maka

tujuan pembangunan tidak akan tercapai sesuai

harapan yang diinginkan. Kelurahan Noborejo

dengan luas 332,20 ha, masuk dalam Bagian

Wilayah Kota ( BWK ) IV. BWK ini diarahkan

dengan fungsi utama pusat pemerintahan/IKK

Argomulyo, pengembangan industri, 42 Perda, Op. Cit, hal 1

Page 129: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

113

pengembangan permukiman/perumahan,

perdagangan dan jasa.

Pembangunan Pabrik Asbes oleh PT

TBM dari Tukar Menukar ETB Kelurahan

Noborejo merupakan program pengembangan

industri. Jika ditinjau dari RUTRK, maka kebijakan

Pemerintah Kota Salatiga mengadakan Tukar

Menukar sebagian ETB di Kelurahan Noborejo

dengan PT TBM sebagai perluasan Pabrik Asbes

sudah sesuai dengan RUTRK yang ada, yaitu

bahwa Kelurahan Noborejo merupakan daerah

untuk pengembangan industri, disamping sebagai

pusat pemerintahan, pengembangan

permukiman/perumahan, perdagangan dan jasa.

Namun hal yang perlu dicermati bersama bahwa

RUTRK tersebut merupakan RUTRK Tahun 1996

– 2006, sedangkan Tukar Menukar ETB ini terjadi

tahun 2009, lalu apakah hal ini masih sesuai dengan

perencanaan yang dibuat pada tahun sebelumnya.

Hal ini yang masih menjadi perdebatan saat ini

Page 130: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

114

karena RUTRK baru sampai saat ini belum terbit

dan masih dalam pembahasan oleh beberapa Unit

Kerja dan hal ini juga disebabkan masih ada

masukan-masukan dari Gubernur Jawa Tengah.

C. Permasalahan Dalam Tukar Menukar

( Hasil Penelitian )

Di dalam masyarakat terdapat banyak masalah

sosial. Dari sekian banyak masalah-masalah sosial itu

harus ditemukan atau diseleksi masalah hukumnya

untuk kemudian dirumuskan dan dipecahkan.43

Dibawah ini akan disampaikan permasalahan dalam

Tukar Menukar Sebagian ETB di Kelurahan Noborejo

kepada PT TBM sebagai berikut :

1. Tukar Menukar Sebagian ETB di Kelurahan

Noborejo Kota Salatiga kepada PT Tripilar

Betonmas kurang membawa optimalisasi bagi

barang milik daerah seperti yang disyaratkan pada

pasal 54 PP Nomor 6 Tahun 2006 maupun pasal 73

ayat (1) Permendagri Nomor 17 Tahun 2007,

43 Dr. Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, sebuah pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2007

Page 131: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

115

karena tanah sebagai penggantinya kurang bisa

dimanfaatkan secara optimal karena kondisi tanah

pengganti tidak semuanya subur, tidak semuanya

merupakan tanah yang datar, sehingga jika tanah

tersebut ditanami maka hasil pertaniannya agak

kurang memiliki nilai ekonomis Sedangkan ETB di

Kelurahan Noborejo yang menjadi obyek tukar

menukar dengan PT TBM merupakan tanah yang

subur dan cocok untuk pertanian.

2. Tukar Menukar Sebagian ETB di Kelurahan

Noborejo kurang memenuhi alasan / pertimbangan

perlunya diadakan tukar menukar seperti yang

diatur dalam Lampiran Permendagri Nomor 17

Tahun 2007, yaitu salah satu alasan yang terpenting

adalah bahwa tukar menukar barang milik daerah

hendaknya dalam rangka menyatukan aset yang

lokasinya terpencar guna memudahkan koordinasi

dan dalam rangka efisiensi terhadap barang-barang

milik daerah. Namun tanah sebagai pengganti tidak

semuanya berada di Kelurahan Noborejo.

Page 132: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

116

3. Berdasarkan pasal 74 ayat (1) huruf a – c

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, bahwa ide

tukar menukar ETB seharusnya dari pengelola

( Sekretaris Daerah ) terlebih dahulu yang

mengajukan kepada Walikota dengan disertai

alasan dan pertimbangan perlunya tukar menukar

barang milik daerah ( das sollen ), namun

(das sein ) PT TBM ( swasta ) langsung

mengajukan kepada Kepala Daerah.

4. Perjanjian perekrutan tenaga kerja oleh PT TBM

kepada warga di Kelurahan Noborejo yaitu 60 %

tenaga kerja dari wilayah Kelurahan Noborejo dan

40 % tenaga kerja dari luar wilayah Kelurahan

Noborejo sampai saat ini belum terwujud karena

tenaga kerja yang dibutuhkan adalah lulusan STM

jurusan mesin dan listrik, sedangkan persyaratan ini

tidak bisa banyak dipenuhi oleh warga di Kelurahan

Noborejo, karena spesifikasi lulusan yang

ditentukan yaitu STM jurusan mesin dan listrik

sangat sedikit.

Page 133: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

117

5. Bahwa berdasarkan Ketentuan dalam Lampiran

VIII Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor

96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Tukar Menukar

Barang Milik Negara, khususnya pada penelitian

Tukar Menukar atas tanah dan/atau bangunan, maka

pengelola barang melakukan pencocokan data

administrasi dengan cara melakukan penelitian fisik

atas tanah dan/atau bangunan yang akan

dipertukarkan ( agar diperoleh hasil tukar

menukar yang sesuai dengan ketentuan tersebut di

atas serta memperoleh hasil yang seimbang ),

namun penelitian lapangan atas fisik tanah yang

ditukarkan belum menyeluruh.

D. Analisis terhadap Tukar Menukar Sebagian

ETB di Kelurahan Noborejo Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga dengan PT TBM 1. Analisis terhadap pelaksanaan ketentuan pasal

54 PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah dan pasal 73 (ayat

1) Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

Daerah.

Page 134: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

118

Sebelum disampaikan analisa terhadap

ketentuan tersebut di atas maka perlu analisa

awal yang dimulai dari rencana Tukar Menukar

ETB di Kelurahan ini, yaitu bahwa suatu

perencanaan dari kegiatan atau pekerjaan

penting akan lebih baik hasilnya jika diawali

dengan suatu sosialisasi kepada pihak-pihak

yang ada keterkaitannya dengan pekerjaan atau

kegiatan dimaksud.

Dalam persoalan ini maka akan lebih

baik jika panitia Tukar Menukar ETB

mengadakan sosialisasi lebih awal kepada para

petani yang pada saat itu sebagai penyewa atau

penggarap lahan ETB di wilayah ini, karena

mereka merupakan subyek yang paling terkait

dengan permasalahan ini. Dengan pelaksanaan

sosialisasi yang sudah agak terlambat ini

mengakibatkan prinsip demokrasi dan

transparansi sebagai ciri-ciri dari good

governance belum berjalan dengan baik karena

Page 135: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

119

negara Indonesia adalah negara yang menganut

asas demokrasi dimana asas ini mengandung

pengertian dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat. Jadi rakyat mempunyai hak untuk

mengeluarkan pendapat terhadap kebijakan

publik yang diambil terlebih menyangkut

masalah kehidupan rakyat itu sendiri secara

langsung.

Kepemerintahan yang baik juga akan

lebih bersifat transparan terhadap rakyatnya

baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Kebijakan pemerintah terlebih yang

menyangkut penghidupan masyarakat secara

langsung yang dalam permasalahan ini adalah

kehidupan petani kecil, maka harus

dilaksanakan secara terbuka, karena

keterbukaan juga merupakan unsur utama dari

kepemerintahan yang baik ( good governance ),

dimana prinsip ini menghendaki terbukanya

kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan

Page 136: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

120

tanggapan dan kritik terhadap kebijakan yang

diambil pemerintah terlebih yang menyangkut

hajat hidup rakyat banyak ( rakyat kecil)

khususnya.

Kemudian Analisa selanjutnya yang

dapat disampaikan adalah bahwa pelaksanaan

Tukar Menukar yang kurang sesuai dengan

syarat yang telah ditentukan dalam kedua

peraturan tersebut di atas menyebabkan Tukar

Menukar ini kurang efektif, karena dilihat dari

hasil lelang ETB di Noborejo yang

menghasilkan PAD sebesar Rp. 35.000.000,-

(Tiga puluh lima juta rupiah) per tahun, ini

menunjukkan bahwa kondisi tanah di wilayah

Kelurahan ini merupakan tanah yang sangat

subur dan merupakan daerah pertanian yang

dapat diandalkan.. Oleh karena itu, terhadap

ETB tersebut tidak perlu diadakan tukar

menukarpun sudah membawa optimalisasi

pendapatan bagi daerah (PAD) dan optimalisasi

Page 137: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

121

pemanfaatan tanah oleh petani penggarap ETB

di Kelurahan Noborejo.

Ketidakefektifan mengakibatkan tidak

dipenuhinya prinsip-prinsip kepemerintahan yang

baik sebagai ciri-ciri good governance berdasarkan

PP Nomor 101 Tahun 2000. Hal ini juga karena

pencocokan data administrasi dengan cara

melakukan penelitian fisik atas tanah yang

dipertukarkan belum menyeluruh Hal ini kurang

mencerminkan profesionalitas dan akuntabilitas

dimana profesionalitas sangat dibutuhkan dalam

mewujudkan good governance sebagai prinsip

kepemerintahan yang baik. Sedangkan akuntabilitas

merupakan pertanggungjawaban yang harus dapat

dilaksanakan dan dibuktikan terhadap setiap

kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah

dalam hal ini panitia. Penelitian fisik atas tanah

yang dipertukarkan diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan sebagaimana tersebut di atas yaitu

Page 138: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

122

tentang Tata Cara Pelaksanaan Tukar Menukar

( Bab 2 halaman 50 (iii) ).

2. Analisis terhadap alasan Tukar Menukar sesuai

lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007

maupun Lampiran VIII Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 96/PMK/06/2007.

Sebagaimana telah diatur dalam kedua aturan

tersebut di atas bahwa alasan Tukar Menukar

barang milik negara/daerah yang paling signifikan

adalah bahwa tukar menukar dilakukan dalam

rangka “menyatukan aset yang lokasinya terpencar

untuk memudahkan koordinasi dan dalam rangka

efisiensi”

Tukar Menukar yang kurang memenuhi

alasan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan yaitu

dari aspek teknis yaitu spesifikasi aset yang

dibutuhkan dan aspek ekonomis antara lain kajian

terhadap nilai aset yang dilepas dan nilai aset

Page 139: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

123

pengganti. 44 dan kurang dipenuhinya ketentuan-

ketentuan yang harus dipenuhi dalam penelitian

lahan pengganti yaitu antara lain tentang kelas

tanah, kesuburan tanah dan pengairannya, pola

tanam dan hasil produksinya, letak tanah,

kemiringan tanah, nilai ekonomis/startegis dan lain-

lain 45 mengakibatkan kurang dipenuhi Aturan

Hukum ( Rule of Law ) yang telah ditetapkan yang

merupakan karakteristik atau prinsip-prinsip yang

harus dianut dan dikembangkan dalam

penyelenggaraan kepemerintahan yang baik yaitu

berupa jaminan kepastian hukum dari rasa keadilan

masyarakat khususnya disini adalah petani yang

dulu sebagai penyewa dan penggarap lahan ETB di

Kelurahan Noborejo terhadap kebijakan publik

yang ditempuh. Ketidakadilan ini sangat dirasakan

44 Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan RI tentang Tata Cara Tukar Menukar Barang Milik Negara sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 96/PMK.06/2007 tentang Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara. 45 Lampiran Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 41 tahun 1991, tanggal 17 September 1991 tentang Pelaksanaan Pelepasan dan Tukar Menukar Tanah dan Bangunan Milik/yang Dikuasai Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II dan Tanah Kas Desa / Eks Tanah Bengkok yang menjadi Kelurahan, hlm. 2.

Page 140: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

124

oleh para petani karena mereka saat ini kehilangan

mata pencaharian yang merupakan topangan hidup

sehari-hari, bagi anak, istri, juga para buruh tani

yang menerima manfaat dari lahan ETB tersebut.

Kurang dipenuhinya alasan sesuai

ketentuan yang berlaku juga mengakibatkan tidak

adanya efektifitas dan efisiensi dari pelaksanaan

Tukar Menukar tersebut, karena hal ini berkaitan

dengan tanah dari hasil tukar menukar yang tidak

semuanya berada di Kelurahan Noborejo sehingga

tidak memungkinkan para petani yang dulu sebagai

penggarap ETB Noborejo bisa menggarap di lahan

pengganti tersebut. Hal ini juga menghilangkan hak

ekonomi rakyat khususnya petani yang juga

merupakan Hak Asasi setiap Manusia yang harus

dilindungi. Dalam hal semacam ini setidaknya

tanah pengganti berada di wilayah Kelurahan

Noborejo sehingga petani memperoleh keadilan

yaitu masih dapat mengelola ETB sebagai mata

pencaharian dan topangan hidup bagi keluarganya.

Page 141: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

125

. Jika hal ini dikaitkan dengan hak

menguasai negara atas bumi, air, dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya, maka haruslah

dipahami bahwa negara hanya sebagai organisasi

yang mengatur, mengelola peruntukan, penggunaan

atas BARA ( Bumi, Air, Ruang Angkasa ), namun

sama sekali bukan pemilik sehingga negara dalam

hal ini pemerintah tidak memiliki kebebasan

menggunakan menurut kebutuhannya sendiri tapi

justru mempunyai kewajiban menyelenggarakan

BARA untuk kepentingan seluruh rakyat.

Jika dikaitkan dengan pasal 6 UUPA

yaitu “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi

sosial”, maka harus disadari bahwa semua hak atas

tanah, jadi bukan hanya Hak Milik atas tanah saja

yang dijadikan fungsi sosial, karena begitu banyak

Hak Milik harus direlakan untuk keperluan fungsi

sosial, namun harus dipahami benar bahwa

termasuk hak menguasai dari negara/tanah negara

juga harus untuk fungsi sosial dalam wujud jika ada

Page 142: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

126

tanah-tanah negara yang dikuasai masyarakat harus

dimaknai fungsi sosial. Berkaitan erat dengan ETB

yang disewa petani di Kelurahan Noborejo,

hendaknya dipahami dengan benar ketentuan ini

yaitu bahwa fungsi tanah ini untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat,. Bila dicermati, maka

peraturan pertanahan lebih memihak rakyat dan

melindunginya, terutama petani (buruh tani)

sebagai petani penggarap yang sudah mempunyai

hubungan terlebih dahulu yang tidak mempunyai

tanah, dimana hal ini diatur dalam PP Nomor 224

Tahun 1961 jo PP Nomor 61 Tahun 1964 tentang

Redistribusi Tanah.

Kebijakan pemerintah pada dasarnya

dibuat dalam rangka untuk menghormati,

melindungi dan memenuhi hak-hak dasar

masyarakat. Hak-hak dasar masyarakat tersebut

salah satunya adalah hak ekonomi termasuk

didalamnya adalah hak untuk memperoleh akses

pendapatan untuk memenuhi kehidupan yang layak

Page 143: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

127

yang meliputi hak untuk memperoleh makanan,

pakaian, pendidikan, kesehatan, perumahan dan

pekerjaan. Agar hal semacam ini tidak melanggar

hak asasi manusia yang paling hakiki yaitu hak

untuk hidup dan menghidupi keluarga, karena

gagasan Negara hukum menuntut agar

penyelenggaraan urusan kenegaraan dan

pemerintahan harus didasarkan pada Undang-

undang dan memberikan jaminan terhadap hak-hak

dasar rakyat. Asas legalitas menjadi dasar legitimasi

tindakan pemerintahan dan jaminan perlindungan

dari hak-hak rakyat. Penerapan asas legalitas,

menurut Indroharto akan menunjang berlakunya

kepastian hukum dan kesamaan perlakuan.

Kemudian analisa yang dapat

disampaikan berkaitan dengan RUTRK adalah

bahwa pelaksanaan Tukar Menukar ETB di

Kelurahan Noborejo dengan PT TBM memang

harus memperhatikan RUTRK karena tanah sebagai

hasil Tukar Menukar ini oleh PT TBM akan

Page 144: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

128

digunakan sebagai perluasan/pembangunan Pabrik

Asbes, sedangkan hal ini berkaitan dengan BWK

(Bagian Wilayah Kota) yang pemanfaatannya

sebagai pengembangan industri.

Tukar Menukar ETB di Kelurahan

Noborejo dengan PT TBM sebagai

perluasan/pembangunan Pabrik Asbes telah sesuai

dengan RUTRK Salatiga yaitu bahwa wilayah

Noborejo masuk dalam BWK IV, dimana BWK ini

diarahkan dengan fungsi utama pusat

pemerintahan/IKK Argomulyo, pengembangan

industri, pengembangan permukiman/perumahan,

perdagangan dan jasa.

Hal yang perlu menjadi pertimbangan

yaitu bahwa RUTRK Kota Salatiga ini adalah

RUTRK Tahun 1996 – 2006, sedangkan

pembangunan perluasan Pabrik Asbes dilaksanakan

pada Tahun 2009, hal ini masih menjadi perdebatan

karena RUTRK yang baru belum terbit. Yang

menjadi permasalahan apakah kedepan RUTRK ini

Page 145: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

129

masih dipakai sebagai acuan dalam menentukan

kebijakan pembangunan atau masih sesuai dengan

kondisi sekarang ataukah tidak jika RUTRK baru

sudah terbit, mengingat RUTRK ini berlaku selama

sepuluh tahun sejak 1996 – 2006.

RUTRK Kotamadya Daerah Tingkat II

Salatiga mempunyai kedudukan penting sebagai

pedoman bagi aparatur Pemerintah Daerah, aparatur

Pusat di Daerah dan masyarakat di daerah dalam

perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata

ruang. Dengan RUTRK yang masa berlakunya

sudah tidak sesuai dengan tahun yang baru berjalan

ini bisa menjadi penyebab perencanaan,

pemanfaatan dan pengendalian tata ruang kota tidak

dilaksanakan secara pasti, artinya ada keragu-

raguan dalam mengambil keputusan/kebijakan yang

berkaitan dengan hal tersebut.

Dengan belum selesainya pembahasan

RUTRK Tahun 2006 – 2016 menyebabkan

profesionalitas, Pelayanan Prima, efektifitas dan

Page 146: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

130

Aturan Hukum (Rule of Law) yang merupakan

prinsip-prinsip Good Governance tidak berjalan

sesuai harapan. Profesionalitas berkaitan erat

dengan Sumber Daya Manusia yang terdidik,

terlatih, disiplin, bertanggungjawab serta handal.

Oleh karena itu SDM yang handal sangat

dibutuhkan di era sekarang.

Pelayanan prima berhubungan dengan

upaya membantu, menyiapkan, menyediakan atau

mengurus keperluan orang lain secara prima.46

Sedangkan Aturan Hukum ( Rule of law), prinsip ini

mengandung arti bahwa kepemerintahan yang baik

mempunyai karakteristik berupa jaminan kepastian

hukum dari rasa keadilan masyarakat terhadap

setiap kebijakan publik yang ditempuh.

46Eko Supriyanto, Operasionalisasi Pelayanan Prima, Bahan Ajar Diklatpim Tk.IV, LAN-RI, 2001, hlm 9.

Page 147: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

131

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Tukar Menukar Sebagian Eks Tanah Bengkok

di Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo dengan

PT Tripilar Betonmas yang dilakukan oleh Panitia

Tukar Menukar telah mendapatkan persetujuan dari

DPRD Kota Salatiga dan telah dilakukan serta

direalisasikan pada bulan Juli 2009.

Berdasarkan Rumusan Masalah serta Tujuan

Penelitian yang telah disampaikan pada Bab I, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil

penelitian sebagai berikut :

1. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 54 PP Nomor 6

Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah dan ketentuan pasal 73 ayat (1)

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah

mengatur hal yang sama yaitu tentang syarat atau

pertimbangan Tukar Menukar Barang Milik

Page 148: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

132

Negara/Daerah, dimana kedua ketentuan tersebut di

atas harus dipenuhi dalam pelaksanaan tukar

menukar barang milik Negara/Daerah .

Kedua ketentuan tersebut di atas antara lain

memuat ketentuan bahwa tukar menukar barang

milik Negara/Daerah syaratnya atau

pertimbangannnya adalah untuk optimalisasi barang

milik Negara/Daerah. Berdasarkan hasil penelitian

yaitu bahwa tukar menukar barang milik

Negara/Daerah yang dalam hal ini berupa tukar

menukar tanah tersebut kurang memenuhi

pertimbangan diadakannya tukar menukar barang

milik Negara/Daerah, yang diatur dalam pasal 54

PP Nomor 6 Tahun 2006 dan yang diatur dalam

pasal 73 ayat (1) Permendagri Nomor 17 Tahun

2006

Eks Tanah Bengkok yang berada di

Kelurahan Noborejo yang dipertukarkan dengan PT

TBM merupakan tanah yang subur dan strategis

sebagai lahan pertanian karena telah terbukti bahwa

Page 149: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

133

ETB di wilayah Kelurahan Noborejo merupakan

penyumbang PAD ( Pendapatan Asli

Daerah ) yang merupakan target penerimaan hasil

lelang garapan Eks Tanah Bengkok Tahun 2008

terbesar atau tertinggi diantara 20 Kelurahan yang

ada di Kota Salatiga. Data tahun 2008 Kelurahan ini

mampu menyumbang PAD sebesar

Rp. 35.000.000,- ( tiga puluh lima juta rupiah )

47 dari lahan ETB seluruhnya seluas ± 27 ha. Hal ini

membuktikan bahwa ETB di Kelurahan Noborejo

sudah membawa optimalisasi barang milik

Negara/Daerah karena sebagai menyumbang PAD

dari hasil lelang ETB terbesar di Kota Salatiga

2. Tukar menukar ETB kurang memenuhi alasan

Tukar Menukar seperti yang diatur dalam Lampiran

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tanggal 21

Maret 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan

Barang Milik Daerah maupun dalam Lampiran VIII

Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara

Pelaksanaan Tukar Menukar Barang Milik Negara 47 Harian Suara Merdeka, Senin, 30 Maret 2009

Page 150: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

134

sebagimana diatur dalam Permenkeu RI Nomor

96/PMK/.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan

Pemindahtanganan Barang Milik Negara.

4. Alasan Tukar Menukar yang paling signifikan yaitu

bahwa Tukar Menukar Barang Milik

Negara/Daerah adalah dengan alasan untuk

menyatukan aset yang lokasinya terpencar untuk

memudahkan koordinasi dan dalam rangka

efisiensi, sedangkan tanah sebagai penggantinya

tidak semuanya terletak di Kelurahan Noborejo.

Dengan melihat kenyataan yang ada yaitu bahwa

ETB di Kelurahan Noborejo baik lahan sawah

maupun lahan keringnya merupakan lahan yang

subur dan sangat baik untuk pertanian, maka perlu

dipertimbangkan bagi kebijakan- kebijakan yang

sama di masa yang akan datang

5. Bahwa Pelaksanaan Tukar Menukar ETB di

Kelurahan Noborejo dengan PT TBM sebagai

perluasan Pabrik Asbes telah memenuhi RUTRK

Page 151: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

135

Kota Salatiga Tahun 1996 – 2006, karena

Kelurahan Noborejo masuk dalam BWK (Bagian

Wilayah Kota) IV dimana BWK ini diarahkan

dengan fungsi utama pusat pemerintahan/IKK

Argomulyo, pengembangan industri,

pengembangan permukiman/perumahan,

perdagangan dan jasa, dimana perluasan Pabrik

Asbes merupakan pengembangan industri.

6. Namun demikian perlu dipertimbangkan apakah

RUTRK tersebut di atas masih sesuai dengan

kondisi saat ini ataukah tidak, karena sesuai tahun

yang sedang berjalan sekarang ini yaitu tahun 2010,

RUTRK ini sudah tidak berlaku, sedangkan

RUTRK yang baru belum terbit karena masih

dalam pembahasan dari berbagai Unit Kerja serta

disebabkan karena masih ada masukan dari

Gubernur Jawa Tengah.

Page 152: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

136

B. S A R A N

1. Hendaknya RUTRK yang baru yaitu RUTRK

Tahun 2006 – 2016 segera terbit karena RUTRK

sebagai pedoman bagi aparatur Pemerintah Daerah,

aparatur Pusat di Daerah dan masyarakat di daerah

dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian

tata ruang kota

2. Untuk kebijakan selanjutnya terhadap permasalahan

yang sama hendaknya tukar menukar barang milik

daerah sebelum pelaksanaan didahului dengan

sosialisasi /sosialisasi diadakan terlebih dahulu,

terutama kepada para petani sebagai penggarap

lahan ETB, agar rencana dari pada tukar menukar

memperoleh kesepakatan diantara semua pihak,

baik petani, pemerintah maupun pihak ke tiga dan

tidak ada pihak yang dirugikan.

3. Untuk kebijakan yang akan datang jika akan

diadakan tukar menukar ETB maka hendaknya

petani penggarap mendapat tanah pengganti yang

terletak di Wilayah yang bersangkutan agar para

Page 153: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

137

petani penggarap ETB tidak kehilangan mata

pencaharian.

4. Sedangkan saran terakhir merupakan hal yang

harus diperhatikan bersama, yaitu bagaimana agar

lahan sawah/lahan pertanian yang ada di Kota

Salatiga yang memang daerah tersebut

direncanakan untuk pertanian tidak dipakai sebagai

pabrik atau sebagai perumahan mengingat lahan

sawah/lahan pertanian di Kota Salatiga khususnya

sudah semakin berkurang dan semakin menyempit,

sedangkan lahan pertanian sangat dibutuhkan untuk

menghasilkan hasil-hasil pertanian guna memenuhi

kebutuhan pangan bagi kita semua.

Page 154: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

138

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 1996.

---------- Bappeda Kota Salatiga, Data Pokok Untuk

Pembangunan Daerah Kota Salatiga, 2004.

---------- Bappeda Kota Salatiga, Kota Salatiga Dalam

angka, 2007..

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Djambatan,

Jakarta, 2008.

Eko Supriyanto, Operasionalisasi Pelayanan Prima, Bahan

Ajar Diklatpim IV, LAN-RI, 2001.

Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis,

Suryandaru Utama, Semarang, 2005

Indup Suhady, dkk, Dasar-dasar Good Governance, Bahan

Ajar Diklatpim IV, LAN, RI, 2005.

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum

Normatif, Bayumedia Publishing, Malang, 2008.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

Page 155: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

139

Ridwan, H.R, Hukum Administrasi Negara, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Sri Harini Dwiyatmi, Tebaran Pikiran tentang Hukum

Agraria, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya

Wacana, Salatiga, 2000.

Sri Harini Dwiyatmi, Hukum Agraria, Widya Sari Press,

Salatiga, 2009.

Subekti, R, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1992.

Sudargo Gautama, Pengertian tentang Negara Hukum,

Alumni, Bandung, 1983.

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, sebuah

pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2007.

Peraturan Perundang-undangan : Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok

Agraria. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Otonomi Daerah Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah-tanah

Negara

Page 156: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

140

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah

Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II

Semarang.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

Daerah.

Lampiran Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor : 96/PMK-06/2007 tentang Tata Cara

Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfaatan,

Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik

Negara

Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 41 Tahun 1991

tentang Pelaksanaan Pelepasan dan Tukar Menukar

Tanah dan Bangunan Milik/yang dikuasai

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Tanah Kas

Desa/Eks Tanah Bengkok yang menjadi Kelurahan.

Page 157: TUKAR MENUKAR TANAH NEGARA KEPADA PIHAK SWASTA ( …

141

Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2003

tentang Perubahan Desa Menjadi Kelurahan.

Peraturan Walikota Salatiga Nomor 10 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Pengelolaan Eks Tanah Bengkok Aset

Pemerintah Kota Salatiga.

Keputusan Walikota Salatiga Nomor 590.05/561/2001

tentang Tim Penaksir Nilai Tanah Dan Bangunan

Milik Pemerintah Kota Salatiga Dalam Rangka

Pelepasan Aset Daerah Kepada Pihak Ketiga

Dengan Cara Tukar Menukar/Ganti Rugi/Tukar

Bangun Dan /Atau Penyertaan Modal Daerah.

Laporan Pelaksanaan Tugas Lurah Tingkir Lor Kota

Salatiga, Tahun 2008.

Harian Suara Merdeka, tanggal 30 Maret 2009, tentang

Perolehan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari hasil

lelang ETB se Kota SalatigaTahun 2008.